Anda di halaman 1dari 15

TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP

DALAM PENGEMBANGAN PROFESI KEPERAWATAN


GUNA MENDUKUNG PELAYANAN KESEHATAN
PARIPURNA



Disusun untuk memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Manajemen dan Kepemimpinan

Oleh:
Arief Yanto
NIM. 22020113410021



PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
Transformational Leadership Dalam Pengembangan Profesi Keperawatan Page 1
TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP
DALAM PENGEMBANGAN PROFESI KEPERAWATAN
GUNA MENDUKUNG PELAYANAN KESEHATAN PARIPURNA

A. Latar Belakang
Perawat merupakan bagian dari sumber daya manusia yang memberikan
pelayanan langsung kepada pasien, di unit pelayanan kesehatan. Pengelolaan
manajemen Sumber Daya Manusia yang ada di unit Keperawatan, dilaksanakan
dengan tujuan untuk menghasilkan pelayanan keperawatan yang berkualitas,
yang diterima oleh pasien sebagai customer. Pengertian kualitas pelayanan
keperawatan adalah sikap profesional perawat dalam memberikan pelayanan
keperawatan dengan hasil yang menunjukkan tingkat kesempurnaan dari
pelayanan keperawatan tersebut, sehingga menimbulkan rasa puas pada diri
setiap pasien yang menerimanya. Makin baik kualitas pelayanan keperawatan
yang diberikan, berarti makin sempurna kepuasan tersebut.
Kepuasan merupakan dampak terhadap pelayanan keperawatan yang
berkualitas, yang merupakan hasil interaksi antara perawat sebagai pemberi, dan
pasien sebagai penerima dari jasa pelayanan keperawatan. Untuk dapat
mewujudkan harapan tersebut, diperlukan proses manajerial yang baik (Hartiti,
2013).
Pelayanan yang belum berfokus pasien dan kegagalan mempertahankan
keselamatan pasien diduga bersumber dari rendahnya kinerja perawat pelaksana
keperawatan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
harapan para penerima pelayanan kesehatan yang diakibatkan oleh rendahnya
kemampuan kepemimpinan kepala ruangan dalam memberikan pengarahan dan
motivasi, melaksanakan supervisi klinik yang dapat disebabkan oleh karena
penerapan model kepemimpinan yang kurang sesuai sehingga menjadi kurang
efektif (Yuswanto, 2013).
Kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain agar
orang tersebut mau bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kepemimpinan juga sering dikenal sebagai kemampuan untuk memperoleh
konsensus anggota organisasi untuk melakukan tugas manajemen agar tujuan
organisasi tercapai, sebagian besar definisi kepemimpinan mencerminkan
asumsi bahwa kepemimpinan berkaitan dengan proses yang disengaja dari
seseorang untuk menekankan pengaruhnya yang kuat terhadap orang lain untuk
membimbing, membuat struktur, dan memfasilitasi aktifitas dalam hubungan
berorganisasi atau kelompok (Hartiti, 2013).
Transformational Leadership Dalam Pengembangan Profesi Keperawatan Page 2
Kepemimpinan merupakan pola keterampilan, bakat, dan gagasan yang
selalu berkembang, bertumbuh, dan berubah. Pemimpin perawat masa depan
adalah pemimpin perawat yang terus belajar, memaksimalkan energi dan
menguasai perasaan yang terdalam, kesederhanaan, dan multifokus,
digambarkan bahwa pemimpin perawat klinik yang inovasi adalah mereka yang
mampu memberikan bimbingan dan konseling, mampu melakukan mentoring,
mampu mengembangkan organisasi, dan menerapkan prinsip kepemimpinan
berdasarkan pengalaman dan inisiatif. Oleh karena itu, dinyatakan bahwa
kualitas menjadi penting dan kuantitas tidak lagi menjadi keunggulan bersaing.
Selalu mencari pengetahuan dan menggali ilmu harus terus dilakukan bagi
pemimpin masa depan, hal ini sangat penting, sebab ilmu pengetahuan
merupakan energi vital bagi setiap organisasi (Hartiti, 2013).
Perubahan ekonomi yang terjadi, dan adanya ledakan populasi usia
lanjut, ancaman terhadap pemimpin, penurunan ketertarikan terhadap peran
manajemen, lingkungan kerja yang penuh tekanan, serta tuntutan terhadap
keamanan pasien (patient safety), maka kebutuhan akan kepemimpinan yang
efektif dan inovatif dalam sistem pelayanan keperawatan merupakan sesuatu
yang telah diprediksi dan harus segera diwujudkan (Hartiti, 2013).
Pengelolaan manajemen Sumber Daya Manusia yang ada di unit
Keperawatan, dilaksanakan dengan tujuan untuk menghasilkan pelayanan
keperawatan yang berkualitas, yang diterima oleh pasien sebagai customer
(Hartiti, 2013). Keunggulan kualitas pelayanan perawat dan rumah sakit menjadi
dambaan setiap pasien. Kualitas pelayanan perawat yang ideal, unik, bahkan
fenomenal, sangat dibutuhkan sebagai keunggulan kompetitif yang sulit ditiru
karena bersifat keperilakuan (Cholil, 2011). Para pemimpin rumah sakit,
termasuk supervisor, harus mentransformasi berbagai sistem nilai yang mampu
menjadikan perawat sebagai magnet pelayanan. Cara yang bisa ditempuh adalah
melalui pengembangan kepercayaan perawat terhadap perilaku kepemimpinan
yang tegas (Cholil, 2011). Penampilan perilaku ideal perawat yang memberikan
kontribusi positif bagi rumah sakit perlu dipupuk dengan semakin membumikan
kepercayaan perawat terhadap perilaku pemimpin yang transformasional.
Pemimpin transformasional menciptakan suatu visi organisasi secara
dinamis yang dibutuhkan untuk menciptakan inovasi. Pemimpin
transformasional akan memulai segala sesuatu dengan visi, yang merupakan
suatu pandangan dan harapan kedepan yang akan dicapai bersama dengan
memadukan semua kekuatan, kemampuan dan keberadaan para pengi kutnya.
Mungkin saja bahwa sebuah visi ini dikembangkan oleh para pemimpin itu
Transformational Leadership Dalam Pengembangan Profesi Keperawatan Page 3
sendiri atau visi tersebut memang sudah ada secara kelembagaan yang sudah
dibuat dirumuskan oleh para pendahulu sebelumnya dan masih selaras dengan
perkembangan kebutuhan dan tuntutan pada saat sekarang (Hariyanti, 2011).
Kepemimpinan kepala ruangan sangat diperlukan untuk meningkatkan
kinerja perawat pelaksana (Yusmanto, 2013). Kepala ruang sebagai seorang
pemimpin yang memiliki pengaruh langsung dalam memperbaiki soft skill
perawat pelaksana, diharapkan mampu menerapkan kepemimpinan yang positif,
yaitu dengan kepemimpinan transformasional (Hartiti, 2013). Kepemimpinan
transformasional ini merupakan gaya kepemimpinan yang relative masih baru,
dengan penekanan pada aspek motivasi yang mendalam antara pimpinan dan
bawahan.

B. Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan dilaksanakan ketika seseorang memobilisasi sumber daya
intitusional, politis, psikologis dan sumber lain untuk membangkitkan,
melibatkan dan memotivasi pengikutnya (Bass & Avolio, 2002 dalam Hartiti,
2013).
Pemimpin transformasional adalah seseorang pemimpin yang menguasai
situasi dengan menyampaikan visi yang jelas tentang tujuan kelompok,
bergairah dalam pekerjaan dan kemampuan untuk membuat anggota kelompok
merasa diisi ulang dan berenergi (Kendra, 2013).
Kepemimpinan transformasional adalah jenis gaya kepemimpinan yang
mengarah ke perubahan positif pada mereka yang mengikuti (pengikut).
Pemimpin transformasional umumnya energik, antusias dan bergairah. Tidak
hanya para pemimpin memperhatikan dan terlibat dalam proses, mereka juga
difokuskan untuk membantu setiap anggota kelompok untuk dapat berhasil juga
(Pmcounseling, 2011).
Kepemimpinan Transformasional adalah suatu model kepemimpinan
untuk meningkatkan sumberdaya manusia dengan dan hubungan efek pemimpin
terhadap bawahan dapat diukur, dengan indikator adanya kepercayaan,
kekaguman, kesetiaan, dan hormat terhadap pemimpin, berusaha untuk
memotivasi pengikut untuk melakukan sesuatu yang lebih dan melakukannya
melampaui harapan mereka sendiri (Bass, 1994).
Pemimpin transformasional pada dasarnya memiliki totalitas perhatian
dan selalu berusaha membantu dan mendukung keberhasilan para pengikutnya.
Tentu saja semua perhatian dan totalitas yang diberikan pemimpin
transformasional tidak akan berarti tanpa adanya komitmen bersama dari
Transformational Leadership Dalam Pengembangan Profesi Keperawatan Page 4
masing-masing pribadi pengikut. Kepemimpinan transformasional mendasarkan
pada asumsi bahwa setiap orang akan mengikuti seseorang yang dapat
memberikan mereka inspirasi, mempunyai visi yang jelas, serta cara dan energi
yang baik untuk mencapai sesuatu tujuan. Bekerja sama dengan seorang
pemimpin transformasional dapat memberikan suatu pengalaman yang berharga,
karena pemimpin transformasional biasanya akan selalu memberikan semangat
dan energi positif terhadap segala hal dan pekerjaan tanpa disadari pengikutnya
(Hariyanti, 2011).
Merupakan model yang relative baru, dengan ciri pemimpin memotivasi
bawahannya untuk melakukan tanggung jawabnya lebih dari yang mereka
harapkan, harus mampu mendefinisikan, mengkomunikasikan, dan
mengartikulasikan visi organisasi dan bawahan harus menerima dan mengakui
kredibilitas dari pimpinannya (Hartiti, 2013).
Dampak kepemimpinan Transformasional terhadap bawahan menurut
Hartanto (2009) dalam Hartiti (2013) yaitu meningkatnya motivasi para
bawahannya dengan kriteria :
1. Bawahan menjadi lebih sadar mengenai pentingnya hasil-hasil suatu
pekerjaan
2. Bawahan terdorong untuk lebih mementingkan organisasi daripada
kepentingan diri sendiri
3. Bawahan lebih aktif terhadap pemenuhan kebutuhan kebutuhan pada tingkat
yang lebih tinggi(aktualisasi)

C. Sejarah Kepemimpinan Transformasional
Konsep kepemimpinan transformasional awalnya diperkenalkan oleh ahli
kepemimpinan dan penulis biografi presiden James MacGregor Burns. Menurut
Burns, kepemimpinan transformasional dapat dilihat ketika para pemimpin dan
pengikut membuat satu sama lain untuk meningkatkan moral dan motivasi
Melalui kekuatan visi dan kepribadian mereka, pemimpin transformasional
mampu menginspirasi pengikutnya untuk mengubah harapan, persepsi dan
motivasi untuk bekerja menuju tujuan bersama (Kendra, 2013).
Kemudian, peneliti Bernard M. Bass menerapkan ide Burn untuk
mengembangkan apa yang sekarang disebut sebagai Bass teori kepemimpinan
Transformasional. Menurut Bass (1994) kepemimpinan transformasional dapat
didefinisikan berdasarkan dampak yang ada pada pengikut. Bass menyarankan
kepada pemimpin transformasional agar dapat menggalang kepercayaan, hormat
dan kekaguman dari para pengikut mereka (Kendra, 2013).
Transformational Leadership Dalam Pengembangan Profesi Keperawatan Page 5
D. Komponen Perilaku Kepemimpinan Transformasional
1. Kharismatik
Bahwa kharisma secara tradisional dipandang sebagai hal yang
bersifat inheren dan hanya dimiliki oleh pemimpin-pemimpin kelas dunia.
Penulisan membuktikan bahwa kharisma bisa saja dimiliki oleh pimpinan di
level bawah dari sebuah organisasi (Hartiti, 2013). Pemimpin yang memiliki
ciri tersebut, memperlihatkan visi, kemampuan, dan keahliannya serta
tindakan yang lebih mendahulukan kepentingan organisasi dan kepentingan
orang lain (masyarakat) daripada kepentingan pribadi. Karena itu, pemimpin
kharismatik dijadikan suri tauladan, idola, dan model panutan oleh
bawahannya.
Bawahan mempercayai pemimpin karena pemimpin dianggap
mempunyai pandangan, nilai dan tujuan yang dianggapnya benar. Oleh
sebab itu pemimpin yang mempunyai karisma lebih besar dapat lebih
mudah mempengaruhi dan mengarahkan bawahan agar bertindak sesuai
dengan apa yang diinginkan oleh pemimpin. Selanjutnya dikatakan
kepemimpinan karismatik karena pemimpin dapat memotivasi bawahan
untuk mengeluarkan upaya kerja ekstra karena mereka menyukai
pemimpinnya (Hartiti, 2013).
2. Pengaruh idealis
Para pemimpin transformasional berfungsi sebagai role model bagi
pengikut. Karena pengikut percaya dan menghormati pemimpin, mereka
meniru orang ini dan internalisasi kedalam dirinya. Mereka percaya pada
filosofi bahwa seorang pemimpin dapat mempengaruhi pengikutnya hanya
ketika pemimpin mempraktekan apa yang dia katakan. Para pemimpin
bertindak sebagai role-model bagi pengikutnya (Kendra, 2013). Pemimpin
tipe ini berupaya mempengaruhi bawahannya melalui komunikasi langsung
dengan menekankan pentingnya nilai-nilai, asumsi-asumsi, komitmen dan
keyakinan, serta memiliki tekad untuk mencapai tujuan dengan senantiasa
mempertimbangkan akibat-akibat moral dan etik dari setiap keputusan yang
dibuat. Ia memperlihatkan kepercayaan pada cita-cita, keyakinan, dan nilai-
nilai hidupnya (Hartiti, 2013). Dampaknya adalah dikagumi, dipercaya,
dihargai, dan bawahan berusaha mengindentikkan diri dengannya. Hal ini
disebabkan perilaku yang menomorsatukan kebutuhan bawahan, membagi
resiko dengan bawahan secara konsisten, dan menghindari penggunaan
kuasa untuk kepentingan pribadi. Dengan demikian, bawahan bertekad dan
termotivasi untuk mengoptimalkan usaha dan bekerja ke tujuan bersama.
Transformational Leadership Dalam Pengembangan Profesi Keperawatan Page 6
3. Motivasi Inspirasi
Pemimpin transformasional memiliki visi yang jelas bahwa mereka
mampu mengartikulasikan kepada pengikut. Para pemimpin ini juga mampu
membantu meningkatkan gairah pengikut dan motivasi untuk memenuhi
tujuan (Kendra, 2013). Pemimpin transformasional bertindak dengan cara
memotivasi dan memberikan inspirasi kepada bawahan melalui pemberian
arti dan tantangan terhadap tugas bawahan (Hartiti, 2013). Perilaku
pemimpin yang inspirational menurut Yulk, (2002) dapat merangsang
antusiasme bawahan terhadap tugas-tugas kelompok dan dapat mengatakan
hal-hal yang dapat menumbuhkan kepercayaan bawahan terhadap
kemampuannya untuk menyelesaikan tugas dan mencapai tujuan kelompok
(Hartiti, 2013). Pemimpin transformasional membimbing pengikut dengan
menyediakan rasa, makna dan tantangan. Mereka bekerja dengan antusias
dan optimis untuk menumbuhkan semangat kerja tim dan komitmen
(Managementstudyguide,2013).
Bawahan diberi keleluasaan untuk berpartisipasi secara optimal
dalam hal gagasan-gagasan, memberi visi mengenai keadaan organisasi
masa depan yang menjanjikan harapan yang jelas dan transparan.
Pengaruhnya diharapkan dapat meningkatkan semangat kelompok,
antusiasisme dan optimisme dikorbankan sehingga harapan-harapan itu
menjadi penting dan bernilai bagi mereka dan perlu di realisasikan melalui
komitmen yang tinggi.
4. Stimulasi intelektual
Pemimpin mendorong bawahan untuk memikirkan kembali cara
kerja dan mencari cara-cara kerja baru dalam menyelesaikan tugasnya.
Pengaruhnya diharapkan, bawahan merasa pimpinan menerima dan
mendukung mereka untuk memikirkan cara-cara kerja mereka, mencari
cara-cara baru dalam menyelesaikan tugas, dan merasa menemukan cara-
cara kerja baru dalam mempercepat tugas-tugas mereka. Pengaruh positif
lebih jauh adalah menimbulkan semangat belajar yang tinggi oleh Peter
Senge, hal ini disebut sebagai learning organization (Hartiti, 2013).
Pemimpin mendorong pengikutnya untuk mengeksplorasi cara-cara
baru melakukan sesuatu dan kesempatan baru untuk belajar (Kendra, 2013).
Pemimpin seperti mendorong pengikut mereka untuk menjadi inovatif dan
kreatif. Mereka mendorong ide-ide baru dari para pengikut mereka dan tidak
pernah mengkritik mereka secara terbuka untuk kesalahan yang dilakukan
oleh mereka. Mereka tidak ragu-ragu membuang praktek lama yang
Transformational Leadership Dalam Pengembangan Profesi Keperawatan Page 7
ditetapkan oleh mereka jika praktek lama tersebut diketahui tidak efektif
(Managementstudyguide,2013).
Melalui stimulasi intelektual, pemimpin merangsang kreativitas
bawahan dan mendorong untuk menemukan pendekatan-pendekatan baru
terhadap masalah-masalah lama. Melalui stimulasi intelektual, bawahan
didorong untuk berpikir melalui relevansi cara, sistem nilai, kepercayaan,
harapan dan didorong melakukan inovasi dalam menyelesaikan masalah,
melakukan inovasi dalam menyelesaikan masalah dan berkreasi untuk
mengembangkan kemampuan diri serta didorong untuk menetapkan tujuan
atau sasaran yang menantang. Kontribusi intelektual dari seorang pemimpin
pada bawahan harus didasari sebagai suatu upaya untuk memunculkan
kemampuan bawahan (Hartiti, 2013).
5. Konsiderasi Individu
Perhatian secara individual yaitu pimpinan memberikan perhatian
pribadi kepada bawahannya, seperti memperlakukan mereka sebagai pribadi
yang utuh dan menghargai sikap peduli mereka terhadap organisasi.
Perhatian atau pertimbangan terhadap perbedaan individual implikasinya
adalah memelihara kontak langsung face to face dan komunikasi terbuka
dengan para pegawai (Hartiti, 2013). Dalam rangka mendorong hubungan
yang mendukung, pemimpin transformasional menjaga jalur komunikasi
tetap terbuka sehingga pengikutnya merasa bebas untuk berbagi ide dan agar
pemimpin dapat secara langsung untuk mengetahui kontribusi unik setiap
pengikutya (Kendra, 2013).
Perhatian secara individual tersebut dapat sebagai identifikasi awal
terhadap para bawahan terutama bawahan yang mempunyai potensi untuk
menjadi seorang pemimpin. Pemimpin bertindak sebagai mentor bagi
pengikut mereka dan menghargai pengikutnya atas kreativitas dan
inovasinya. Para pengikut diperlakukan berbeda sesuai dengan bakat dan
pengetahuan mereka. Mereka diberdayakan untuk membuat keputusan dan
selalu memberikan dukungan yang diperlukan untuk melaksanakan
keputusan tersebut (Managementstudyguide,2013). Sedangkan monitoring
merupakan bentuk perhatian individual yang ditunjukkan melalui tindakan
konsultasi, nasehat dan tuntutan yang diberikan oleh senior kepada yunior
yang belum berpengalaman bila dibandingkan dengan seniornya. Pengaruh
terhadap bawahan antara lain, merasa diperhatikan dan diperlakukan
manusiawi dari atasannya (Hartiti, 2013).

Transformational Leadership Dalam Pengembangan Profesi Keperawatan Page 8
E. Prinsip-prinsip Kepemimpinan Transformasional
Menurut Erik Rees (2001) dalam Hariyanti (2011) Paradigma baru dari
kepemimpinan transformasional mengangkat tujuh prinsip untuk menciptakan
kepemimpinan transformasional yang sinergis yaitu :
1. Simplifikasi, keberhasilan dari kepemimpinan diawali dengan sebuah visi
yang akan menjadi cermin dan tujuan bersama. Kemampuan serta
keterampilan dalam mengungkapkan visi secara jelas, praktis dan tentu saja
transformasional yang dapat menjawab Kemana kita akan melangkah?
menjadi hal pertama yang penting untuk kita implementasikan.
2. Motivasi, kemampuan untuk mendapatkan komitmen dari setiap orang yang
terlibat terhadap visi yang sudah dijelaskan adalah hal kedua yang perlu kita
lakukan. Pada saat pemimpin transformasional dapat menciptakan suatu
sinergitas di dalam organisasi, berarti seharusnya dia dapat pula
mengoptimalkan, memotivasi dan memberi energi kepada setiap
pengikutnya. Praktisnya dapat saja berupa tugas atau pekerjaan yang betul-
betul menantang serta memberikan peluang bagi mereka pula untuk terlibat
dalam suatu proses kreatif baik dalam hal memberikan usulan ataupun
mengambil keputusan dalam pemecahan masalah, sehingga hal ini pula akan
memberikan nilai tambah bagi mereka sendiri.
3. Fasilitasi, dalam pengertian kemampuan untuk secara efektif me mfasilitasi
pembelajaran yang terjadi di dalam organisasi secara kelembagaan,
kelompok, ataupun individual. Hal ini akan berdampak pada semakin
bertambahnya modal intektual dari setiap orang yang terlibat di dalamnya.
4. Inovasi, yaitu kemampuan untuk secara berani dan bertanggung jawab
melakukan suatu perubahan bilamana diperlukan dan menjadi suatu tuntutan
dengan perubahan yang terjadi. Dalam suatu organisasi yang efektif dan
efisien, setiap orang yang terlibat perlu mengantisipasi perubahan dan
seharusnya pula mereka tidak takut akan perubahan tersebut. Dalam kasus
tertentu, pemimpin transformasional harus sigap merespon perubahan tanpa
mengorbankan rasa percaya dan tim kerja yang sudah dibangun.
5. Mobilitas, yaitu pengerahan semua sumber daya yang ada untuk melengkapi
dan memperkuat setiap orang yang terlibat di dalamnya dalam mencapai visi
dan tujuan. Pemimpin transformasional akan selalu mengupayakan pengikut
yang penuh dengan tanggung jawab.
6. Siap Siaga, yaitu kemampuan untuk selalu siap belajar tentang diri mereka
sendiri dan menyambut perubahan dengan paradigma baru yang positif.
Transformational Leadership Dalam Pengembangan Profesi Keperawatan Page 9
7. Tekad, yaitu tekad bulat untuk selalu sampai pada akhir, tekad bulat untuk
menyelesaikan sesuatu dengan baik dan tuntas. Untuk ini tentu perlu pula
didukung oleh pengembangan disiplin spiritualitas, emosi, dan fisik serta
komitmen.

F. Pembahasan Kepemimpinan Transformasional dalam Keperawatan
Model Kepemimpinan Transformasional sudah mulai diterapkan dalam
bidang keperawatan. Penerapan model ini dapat dilakukan pada kepala ruang
yang merupakan manajer di dalam sebuah ruang perawatan pasien. Menurut
Hartiti (2013) masih banyak didapatkan kepala ruang yang belum memiliki
kemampuan transformasional ini seperti kharismatik, pengaruh idealis, motivasi
inspirasi, stimulasi intelektual dalam pengelolaan kepemimpinannya, sehingga
sangat perlu ditingkatkan pencapaiannya melalui kegiatan sehari-hari, yaitu pada
interaksi sehari-hari antara kepala ruang dengan perawat pelaksana dalam
menerapkan kepemimpinan transformasional ini.
Bass (2002) menjelaskan bahwa ketrampilan kepemimpinan dapat
dipelajari. Dan mengemukakan 5 langkah proses yang dapat dilakukan oleh
seorang leader yaitu :
1. Tantangan adalah proses mendorong orang lain berani mengambil risiko
2. Bersemangat untuk mencapai visi
3. Memungkinkan bawahan untuk bertindak
4. Menjadi role model
5. Mendorong dan mendukung dengan hati
Kepala ruang merupakan leader bagi perawat pelaksana di dalam ruang
perawatan, sehingga dalam usaha untuk menjadi pemimpin pentransformasi
(transforming leader) maka kepala ruang juga perlu untuk belajar bagaimana
menjadikan timnya sebagai kekuatan yang positif. Pemimpin pentransformasi
mencoba menimbulkan kesadaran para pengikut dengan mengarahkannya
kepada cita-cita dan nilai-nilai moral yang lebih tinggi (Hartiti, 2013).
Kepala ruang adalah seorang perawat yang mempunyai kemampuan
untuk menggerakkan perawat yang lain sebagai bawahan dalam rangka
mencapai tujuan organisasi unit keperawatan dengan menggunakan prinsip
manajemen dan kepemimpinan yang ada.
Salah satu cara supaya penggerakan manusia dalam proses manajemen
dapat terlaksana dengan baik diperlukan pengetahuan dan keterampilan
kepemimpinan (leadership). Kepala Ruang adalah lower manajer (manajer
tingkat bawah), di tatanan keperawatan atau manajer tingkat frontline (manajer
Transformational Leadership Dalam Pengembangan Profesi Keperawatan Page 10
tingkat depan) yang bertanggung jawab terhadap pemberian Asuhan
Keperawatan secara langsung kepada customer (penerima layanan), dalam hal
ini adalah pasien.
Kompetensi Kepemimpinan kepala ruang antara lain :
1. Koordinator : mengkoordinasikan pekerjaan kepada seluruh unit di tatanan
kerja di unit keperawatan
2. Profesional : memiliki kemampuan profesional sebagai perawat yang
berkompeten terhadap asuhan keperawatan
3. Broker : perantara terhadap kebijakan yang ada ditatanan manajerial tingkat
atas, serta perantara antara pemberi asuhan oleh perawat pelaksana
(provider) kepada penerima asuhan (customer) yaitu pasien
4. Mentor : penasehat bagi staf keperawatannya yaitu dapat memberikan
pengarahan dan bimbingan kepada staf perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan yang kompeten dan mempunyai kualitas yang memadai
5. Inovator : pembaharu, yaitu mampu membawa perubahan bagi perawat
pelaksana dalam memberikan metode asuhan yang paling muthakhir
mengikuti perkembangan dan teknologi di keperawatan.
6. Produser : dapat menghasilkan sesuatu dibidang keperawatan untuk
mencapai mutu yang baik
7. Direktur : mempunyai kemampuan memimpin yaitu mengelola orang lain
dalam hal ini adalah perawat pelaksana yang ada sebagai bawahannya dan
menggerakkannya agar dapat mencapai tujuan di unit keperawatan
8. Fasilitator : mempunyai kemampuan untuk memfasilitasi staf perawat
memiliki kemampuan profesional dan mencapai kemampuan perawat
profesional baik dari pendidikan maupun dari kompetensinya
9. Monitor : mempunyai kemampuan mengawasi dan mengendalikan secara
terus-menerus pelayanan asuhan keperawatan untuk mencapai mutu yang
baik
Keterampilan teknik dan kompetensi yang dapat diperlihatkan oleh
seorang kepala ruang sebagai pemimpin di unit keperawatan, terhadap
pengembangan model kepemimpinan transformasional kepala ruang, yang
diawali dengan memberikan tambahan pengetahuan untuk meningkatkan
pengetahuan tentang karakteristik dari kepemimpinan transformasional yang
terdiri dari unsur kharismatik, pengaruh idealis, motivasi inspirasi, stimulasi
intelektual, konsiderasi individu, dalam hal ini pemimpin harus memiliki
pengetahuan yang mendalam mengenai apa, bagaimana, kapan, dimana, dan
mengapa,unsur kepemimpinan transformasional tersebut, hal tersebut dicapai
Transformational Leadership Dalam Pengembangan Profesi Keperawatan Page 11
melalui sosialisasi modul, maupun pelatihan ataupun review mengenai materi
yang terkait dengan unsur kepemimpinan transformasional (Hartiti, 2013).
Kepemimpinan transformasional menunjuk pada proses membangun
komitmen terhadap sasaran organisasi dan memberi kepercayaan kepada para
pengikut untuk mencapai sasaran tersebut. Teori transformasional mempelajari
juga bagaimana para pemimpin mengubah budaya dan struktur organisasi agar
lebih konsisten dengan strategi manajemen untuk mencapai sasaran
organisasional (Hartiti, 2013).
Menurut Bloom untuk dapat merubah kemampuan seseorang, termasuk
merubah kemampuan kepemimpinan transformasional seseorang ada 3 domain
atau ranah yang diperlukan yaitu ranah kognitif yang merupakan ranah dalam
peningkatan kemampuan seseorang terhadap pengetahuannya (cognitive
domain) yaitu pengetahuan terhadap kepemimpinan transformasional, ranah
affective yaitu peningkatan kemampuan seseorang melalui perubahan sikapnya
(affective domain), yaitu sikap terhadap kepemimpinan transformasional dan
perubahan perilakunya atau psikomotornya (psychomotor domain), yaitu praktik
terhadap kepemimpinan transformasional. Demikian juga dalam merubah
karakteristik seseorang untuk dapat memiliki kemampuan kepemimpinan kepala
ruang dalam menerapkan kepemimpinan transformasional dapat diawali dari
pembentukan 3 domain tersebut (Hartiti, 2013)
Dalam perkembangan selanjutnya ketiga domain tersebut diukur dari :
1. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (overbehavior).
Dari pengalaman dan berbagai penulisan ternyata perilaku yang
didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang
tidak didasari pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).
Peningkatan pengetahuan dilakukan dengan pendidikan dan
pelatihan, dalam hal ini adalah pelatihan kepemimpinan transformasional
kepala ruang.
2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap belum merupakan
suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan faktor pendorong bagi
suatu tindakan atau perilaku. Secara nyata sikap menunjukkan konotasi
Transformational Leadership Dalam Pengembangan Profesi Keperawatan Page 12
adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan
sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus
sosial (Notoatmodjo,2007).
Sikap merupakan nilai-nilai yang harus dimiliki oleh kepala ruang
sebagai pemimpin agar dapat mengembangkan model kepemimpinan
transformasional yang perlu ditanamkan secara terus-menerus, serta praktik
kepala ruang dalam penerapan model melalui realisasi tindakan kepala
ruang untuk menerapkan pengetahuan dan sikap yang telah diperolehnya
dalam menerapkan model kepemimpinan transformasiona. Kepala ruang
yang merupakan role model bagi perawat pelaksana harus mempunyai sikap
yang baik agar sikap yang baik tersebut akan menjadi contoh yang akan
diinternalisasi dalam diri perawat pelaksana
3. Praktik atau tindakan (practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over
behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata
diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan, antara lain
fasilitas dan dukungan dari pihak lain (Notoatmodjo, 2007). Pencapaian
praktik dengan mengaplikasikan pengetahuan dan sikap dalam suatu tatanan
nyata yaitu dalam penyelesaian masalah yang ada dan dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan kepada pasien.

Untuk dapat melaksanakan perubahan perilaku menuju peningkatan
kepemimpinan transformasional pada kepala ruang, maka ada 2 faktor yang
mempengaruhinya yaitu faktor eksternal yaitu faktor yang diperoleh dari luar
diri seseorang dalam hal ini adalah kepala ruang yang meliputi pengalamannya
sebagai kepala ruang dalam memimpin perawat pelaksana sebagai bawahannya,
fasilitas yang disediakan oleh institusi untuk melaksanakan tugasnya serta sosial
budaya yang dianutnya selama ini dalam mengembangkan bakat
kepemimpinnya. Yang nantinya akan berpengaruh terhadap munculnya faktor
internal (Hartiti, 2013).
Faktor internal atau faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, seperti
persepsi terhadap model kepemimpinan transformasional, pengetahuan terhadap
model kepemimpinan transformasional, keyakinan terhadap model
kepemimpinan transformasional, keinginan, motivasi, sikap dan niat untuk
melaksanakan perubahan yaitu pelaksanaan pengembangan program
kepemimpinan transformasional kepala ruang (Hartiti, 2013).
Transformational Leadership Dalam Pengembangan Profesi Keperawatan Page 13
Kompetensi atau nilai-nilai yang dimiliki oleh kepala ruang selaku
transforming leader yang baik akan ditransformasikan kepada bawahannya
termasuk perawat pelaksana yang merupakan ujung tombak dalam pemberian
asuhan keperawatan kepada pasien. Sehingga pada akhirnya akan semakin
meningkatkan kemampuan dan softskill perawat pelaksana dalam memberikan
asuhan keperawatan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Cholil (2011)
bahwa kepemimpinan transformasional berpengaruh positif terhadap kualitas
pelayanan perawat dan kepercayaan pada supervisor perawat. Artinya semakin
tinggi transformasionalitas supervisor akan meningkatkan kualitas pelayanan
perawat. Keperawatan merupakan salah satu bagian penting pelayanan kesehatan
masyarakat, asuhan keperawatan yang optimal merupakan indikator pelayanan
kesehatan paripurna kepada masyarakat.
Secara operasional pengelola rumah sakit perlu melakukan sejumlah
upaya ekstra. Beberapa di antaranya adalah dengan keunggulan kualitas
pelayanan perawat sebagai magnet keunggulan kualitas pelayanan rumah sakit,
membudayakan dan melembagakan perilaku ideal kewargaan organisasi bagi
setiap perawat yang selalu siap memberikan pelayanan dan mengkondisikan
kepercayaan perawat terhadap supervisor. Selain itu, juga secara total dan
berkesinambungan menjadikan perilaku transformasional menjadi obsesi utama
sebagai gaya kepemimpinan rumah sakit (Cholil, 2011).


Transformational Leadership Dalam Pengembangan Profesi Keperawatan Page 14
DAFTAR PUSTAKA

Bass. B. M. Bruce J. Avolio (1994), Improving Organizational Effectiveness
Through Transformational Leadership.California: Sage Publications, Inc
Cholil. Muhammad (2011), Gaya Kepemimpinan Transformasional Berpengaruh
Positif terhadap Kualitas Layanan Perawat, Jurnal Disertasi Doktoral
Fakultas Psikologi UGM
Desianty Sovyia (2005), Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Komitmen
Organisasi Pada PT Pos Indonesia (Persero) Semarang, Jurnal Studi
Manajemen & Organisasi Vol. 2 No. 71 Januari 2005, Jurnal FE
Universitas Diponegoro
Hariyanti (2011), Kepemimpinan Transformasional : Pola Kekuasaan Dan Perilaku,
Jurnal STIE-AUB Surakarta
Hartiti. Tri (2013), Efektifitas Model Kepemimpinan Transformasional Terhadap
Peningkatan Softskill Perawat Pelaksana, Jurnal Disertasi Doktoral
Keperawatan Universitas Indonesia
Kendra Cherry (2013), What Is Transformational Leadership? How
Transformational Leadership Inspire About.com Guide, retrieved Sep 25
2013 from
http://psychology.about.com/od/leadership/a/transformational.htm
Notoatmodjo S (2007), Manajemen Kesehatan, Rineka Cipta Jakarta
Pmcounseling (2011), Sharing Innovative Business Research and Practices What is
Transformational Leadership?, retrieved Sep 25 2013 from
http://pmcounseling.wordpress.com/2011/12/17/transformational-
leadership/
Riggio, R.E. (2009), Are You a Transformational Leader. Psychology Today.
retrieved Sep 25 2013 from
http://blogs.psychologytoday.com/blog/cutting-edge-
leadership/200903/are-you-transformational-leader
Yuswanto TJA. Nurachmah E. Sitorus R. Darmawan (2013), Pengembangan Model
Kepemimpinan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Kelas A
di Indonesia, Jurnal FIK Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai