Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Filsafat Bisnis
TEORI BIAYA TRANSAKSI
Transaction Cost Theory

Disusun oleh :

Muhamad Wawan

135030200111143

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS


FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring berkembangnya zaman, perubahan terjadi di berbagai bidang. Begitu
pula dunia bisnis yang harus bersifat dinamis untuk menyesuaikan diri dengan
mobilitas yang semakin tinggi. Dunia bisnis dituntut untuk meningkatkan semua
komponen pendukung agar dapat mengejar langkah zaman yang semakin cepat.
Keseimbangan antar komponen memang sangat dibutuhkan agar tidak terjadi
kesenjangan dalam internal perusahaan.
Maka timbulah sebuah teori yaitu : Teori biaya transaksi atau transaction
cost theory menurut penjelasan Oliver E. Williamson (1975, 1985, dalam
Donaldson, 1995), yang konsern/peduli pada biaya transaksi, menyimpulkan
bahwa transaksi adalah pertukaran barang atau jasa antara orang dalam berbagai
batasan.
Pada proses pertukaran sumber-sumber menurut pendapat penganut teori biaya
transaksi ternyata terdapat sejumlah faktor penting penciptaan dan pengembangan
struktur organisasi, yaitu biaya-biaya keseluruhan dari sebuah rantai perekonomian
(Scott, 1983, dalam Donaldson, 1995).
Williamson memandang berbeda terhadap dua pandangan pengembangan
struktur yaitu pasar dan organisasi. Pada pasar, pertukaran terjadi lewat negosiasi
kontrak dimana semua bagian diasumsikan bergerak untuk kepentingan pribadi.
Dalam pandangan pengetahuan murni, pertukaran/transaksi merupakan kebutuhan
semua bagian, dan harga didasarkan atas kepentingan individual serta tangan tak
kelihatan (invisible hand) pada perekonomian bebas (sebagian besar adalah penjual
dan pembeli) sehingga pengendalian biaya dibutuhkan oleh pasar bebas (pure
market).

Dengan pemahaman tersebut di atas kemudian akan memberi penjelasan baru


kepada kita tentang organisasi dalam perspektif biaya transaksi. Penjelasan pada

pendekatan yang dibuat teori biaya transaksi memungkinkan kita membuka


perspektif baru pula dengan lebih mendalam bagi penjelasan sejarah bisnis sebuah
perusahaan (yang mungkin tidak dikenal) yang entah muncul dari mana, dan dalam
waktu beberapa tahun telah mengambil kepemimpinan dengan mantap,
kelihatannya tanpa usaha yang susah payah.

1.2 Rumusan Masalah

4.
5.
6.
7.

1. Apa yang dimaksud dengan Teori Transaksi Biaya?


2. Apa kegunaan dari Teori Transaksi Biaya ?
3. Apa kekurangan dari Teori Transaksi Biaya ?
Bagaimana kritik teori transaksi biaya menurut Robbins?
Bagaimana kritik teori transaksi biaya menurut Perrow?
Bagaimana kritik teori transaksi biaya menurut Coase?
Bagaimana kritik teori transaksi biaya menurut Drucker?
8. Contoh biaya transaksi di Indonesia yang beredar di masyarakat

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Teori Transaksi Biaya.
2. Untuk mengetahui apa saja kegunaan teori transaksi biaya.
3. Untuk mengetahui kelemahan dari teori tansaksi biaya.
4. Mengetahui biaya transaksi di negara berkembang contohnya Indonesia.
5. Mengetahui kritik terhadap teori biaya transaksi menurut para ahli.
1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan
mahasiswa/i tentang system teori transaksi biaya, dan implementasinya di
Indonesia sendiri.

1.5 Sistematika Penulisan


BAB I Pendahuluan meliputi: latar belakang, rumusan masalah, tujuan,
mamfaat dan sistematika penulisan.

BAB II Penjelasan landasan tentang teori transaksi biaya.


BAB III Menguraikan yang berhubungan dengan teori tranksaksi bisnis
sebagai aktivitas utamanya.
`BAB VI Penutup meliputi: Kesimpulan dan saran.

2. LANDASAN TEORI
2.1 Alasan Mengetahui Teori Transaksi Biaya
Teori biaya transaksi memberikan kerangka acuan sebagai penjelasan umum
terhadap titik pijak/organisasi sebagai mekanisme guna mendukung keputusan pada
kondisi ketidakpastian dan mencegah sifat opportunistis terhadap pertukaran.
4

Merupakan fokus utama penciptaan efisiensi dan dilakukan hampir pada semua
pendekatan ekonomi (Scott, 1993, dalam Donaldson, 1995). Jadi sesuai namanya
yang menjadi fokus utama dari teori transaksi adalah biaya-biaya transaksi di pasar.
Teori ini menjelaskan bahwa organisasi adalah konsekwensi dari kegagalan pasar
(market failure) dalam perusahaan besar (Williamson, 1975, 1985, Arrow, 1985,
Williamson dan Ouchi, 1981, dalam Doz dan Prahalad, 1991).
Fokus sekunder dari teori transaksi adalah biaya-biaya transaksi pada hirarki,
pengendalian dan pemenuhan (compliance) biaya pada organisasi (Fama and
Jensen, 1983; Jensen and Mackling, 1976, Doz dan Prhaland, 1991). Selain
penjelasan bagi persoalan kegagalan pasar yang telah disebutkan diatas, teori ini
juga menjelaskan bahwa pertumbuhan sebuah badan hukum besar dengan hirarki
manajemennya yang menyebabkan manajer tingkat atas kehilangan kontrol
terhadap personal level bawah dan menengah yang berdampak pada kemungkinan
personal menengah mengikuti kepentingan pribadi mereka dengan menciptakan
semacam empire building dan memanfaatkan sumber-sumber organisasi untuk
kepentingan pribadi mereka (Williamson, 1970, 1985, dalam Donaldson, 1995).
Penganut teori ini juga menyatakan bahwa analisa biaya transaksional memberi
titik pijakan yang kuat bagi analisis pilihan antara bentuk institusional yang bisa
digunakan dalam menetapkan batasan efisiensi pada perusahaan multinasional
(MNC) (Burkley dan Cason 1986, Duning, 1980, Henard 1982, Teece, 1985, dalam
Doz dan Prahalad, 1991). Solusi dari teori ini adalah solusi terstruktur untuk
memulihkan kontrol di tingkat midle manajemen dengan kontribusi yang lebih
bertanggungjawab terhadap perusahaan melalui temuan the M-form Coorporation,
sebuah struktur multi-divisi dengan perkalian pusat keuntungan yang dibawahi
seorang kepala kantor badan hukum yang waspada atau hati-hati yang membuat
pelaksanaan manajerial terlihat memiliki disiplin organisasi (Williamson, 1970,
1985, dalam Donaldson, 1995). Kegunaan analisa transaksi untuk riset terhadap
proses manajemen dibatasi oleh penyederhanaan asumsi yang inheren di dalamnya
adalah tingkatan hirarki, dan fokus utamanya adalah transaksi secara menyeluruh
sebagai sebagai unit analisis.

2.2 Kegunaan
1. Sebagai bahan

acuan untuk penjelasan umum terhadap titik

pijak/organisasi sebagai mekanisme guna mendukung keputusan pada


kondisi ketidakpastian dan mencegah sifat opportunistis terhadap
pertukaran.
2.

Teori ini menjelaskan bahwa analisa biaya transaksional memberi titik


pijakan yang kuat bagi analisis.

3.

Menemukan solusi dari teori transaksi bisnis..

4.

Menjadikan acuan pengambilan keputusan terhadap suatu masalah yang


terjadi.

3. PEMBAHASAN
3.1 Teori Biaya Transaksi
3.1.1

Konsep Dasar

Definisi: Teori Biaya Transaksi (Transaction Cost Theory)


Teori biaya transaksi merupakan gabungan inter disipliner antar hukum,
ekonomika dan organisasi. Teori ini berusaha memandang perusahaan bukan
sebagai suatu unit ekonomik impersonal dalam suatu dunia pasar sempurna dan
keseimbangan, melainkan perusahaan sebagai suatu organisasi yang terdiri dari
orang-orang dengan pandangan dan tujuan yang berbeda-beda.

3.1.2

Teori Transaksi Biaya dari sudut pandang perusahaan

Teori biaya transaksi secara eksplisit memandang perusahaan sebagai


governance structure (struktur penggunaan tata kelola ). Teori ini juga
menyatakan bahwa analisa biaya transaksional memberi titik pijakan yang kuat
bagi analisis pilihan antara bentuk institusional yang bisa digunakan dalam
menetapkan batasan efisiensi pada perusahaan multinasional (MNC) (Burkley
dan Cason 1986, Duning, 1980, Henard 1982, Teece, 1985, dalam Doz dan

Prahalad, 1991). Solusi dari teori ini adalah solusi terstruktur untuk memulihkan
kontrol

di

tingkat

bertanggungjawab

midle

manajemen

dengan

kontribusi

terhadap

perusahaan

melalui

temuan

yang
the

lebih

M-form

Coorporation, sebuah struktur multi-divisi dengan perkalian pusat keuntungan


yang dibawahi seorang kepala kantor badan hukum yang waspada atau hati-hati
yang membuat pelaksanaan manajerial terlihat memiliki disiplin organisasi
(Williamson, 1970, 1985, dalam Donaldson, 1995). Jadi sesuai namanya yang
menjadi fokus utama dari teori transaksi adalah biaya-biaya transaksi di pasar.
Teori ini menjelaskan bahwa organisasi adalah konsekwensi dari kegagalan
pasar (market failure) dalam perusahaan besar (Williamson, 1975, 1985, Arrow,
1985, Williamson dan Ouchi, 1981, dalam Doz dan Prahalad, 1991).
3.1.3

Kegunaan Teori Transaksi Biaya


Teori Transaksi Biaya juga memiliki kegunaan untuk menganalisa tipe
spesifik hubungan inter organisasional dalam konteks negara Amerika Utara
seperti hubungan antara perusahaan Amerika Serikat dengan pemasok mereka,
integrasi vertikal bounded rationality diartikan sebagai konsep kapasitas
manusia yang terbatas saat memformulasikan dan memecahkan masalah.

Sumber : Douma dan Schrender (1992)


7

Gambar 3.1. Winning Strategies Values Creation

Keterangan gambar:
Oportunism diartikan sebagai kepentingan pribadi. Akan tetapi tidak
dimaksudkan sebagai perilaku keseharian melainkan hanya sebagai sikap pesimistis
terhadap sikap alamiah manusia (Williamson, 1975,1985, dalam Douma dan Schrender,
1992).
Atmosphere diartikan sebagai cakupan luar yang mempengaruhi atau mengatur
dimensi transaksi yaitu manusia dan lingkungan sekitar. Biaya produksi dan transaksi
dapat diminimalisasi dengan konsep teori biaya transaksional, misalnya dengan bentuk
kontrak. Jadi faktor luaran yang selalu mempengaruhi model transaksi tersebut disebut
sebagai atmosphere.

3.2 Kritik Terhadap Teori Biaya Transaksi


Kritik terhadap teori teori biaya transaksi dilakukan oleh Robbins (1987),
Perrow (1986), Donaldson (1985, 1990), Arrow (1985), Chalmers (1982), Drucker
(1995), McCloskey (1983), Agryris (1964), Schein (1972), Eisenhardt (1989), Anderson
dan Tollison (1982), Kosnik dan Batenhansen (1988), Barney (1990), Jones (1987), Hill
(1990), Chanon (1978), Berle dan Means (1932), Stigler dan Friedland (1983), Coase
(1991).
Secara umum kritik terhadap teori ekonomi organisasi ditujukan pada idiologi
teori biaya transaksi yang sangat materialistis. Donaldson (1995), mengatakan hal ini
sebagai idiologi yang memuji setinggi langit lembaga kepemilikan swasta tanpa
memperhatikan hak asasi manusia (human rights) dan hak cipta (property rights).
Kesalahan umum yang dilakukan oleh positivis teori ekonomi organisasional adalah
pendekatannya yang parsial dimana berbagai aspek dalam manajemen diabaikan.
8

Barney (1990), menyimpulkannya sebagai tindakan simplifikasi terhadap teori


manajemen.
Teori ini bercuriga terhadap para manajer dan pendidikan manajemen yang
mengasumsikan bahwa pendidikan menolong organisasi lewat proses pengajaran dan
penilitian agar pekerjaan organisasi menjadi lebih efektif. Bagi para manajer axioma
dalam teori ini sangat menyerang integritas dan idealisme mereka tentang organisasi
sebagai tempat untuk bekerja dalam suatu masa yang panjang dan bekerja keras untuk
organisasi mereka, untuk sebuah komunitas yang lebih besar, termasuk kepada para
pemilik organisasi.
Terhadap para akademisi hal yang sama terjadi pula. Asumsi teori ini
mengabaikan keyakinan mereka tentang penanaman kebenaran kepada peserta didik
khususnya para calon manajer lewat proses pengajaran dan penilitian. Jadi teori ini tidak
memiliki nilai positif terhadap para manajer, manajemen dan bahkan akademisi.

3.2.1

Pandangan tentang teori biaya transasksi menurut para ahli.


Robbins (1987), melihat teori ini selalu menggeneralisir dan melakukan
deduksi secara umum terhadap perilaku perusahaan secara individual. Argumen
Robbins menyatakan bahwa teori biaya transaksi tidak bisa mengkonstruksi
hubungan kausal yang menjadi sebuah pernyataan umum, karena hal ini akan
mengurangi kepercayaan manajer terhadap institusi, terhadap apresiasi perilaku
ekonomi yang diyakini dalam struktur yang spesifik.
Transaksi dalam pasar secara alamiah melibatkan transaksi organisasi secara
hirarkis, dimana semua pihak dalam organisasi dilibatkan dalam proses
tersebut. Secara alamiah organisasi sosial-ekonomi dapat dipahami dengan
merevers pembentukan sejarahnya yang spesifik sebagai sebuah kelas dan
perilaku sosial yang terjadi padanya. Hal yang sama dilihat oleh Dore (1983),

pada perusahaan Jepang dan supliers mereka. Hubungan mereka dibangun atas
dasar hubungan saling bergantung dan percaya bahwa hubungan tersebut
merupakan hubungan yang saling menguntungkan, dan jauh dari usaha
mementingkan diri sendiri. Dasar hubugan seperti ini adalah win-win
framework dalam jangka panjang.
Robbins (1987), tidak pernah menemukan hubungan kausal antara teori biaya
transaksi sebagai sebuah pendekatan yang mengarah terhadap lingkungan yang
spesifik. Kesimpulannya menyatakan bahwa teori ini hanya sebagai sarana
lebih lanjut bagi integrasi teori struktural kontingensi dengan upaya-upaya
penjelasan yang lebih luas. Walaupun kritik Robbins merupakan elemen yang
penting bagi teori biaya transaksional tetapi dia tidak pernah menyimpulkan
bahwa hal ini merupakan perspektif dan pijakan untuk mengintegrasikan
kembali teori biaya transaksional dan penilitian teori ini di masa datang.

Perrow (1986), mengkritik pemahaman teori ini akan ide integrasi vertikal atau
merger. Merger yang biasa dilakukan pada pemahaman teori ini terjadi karena
pertimbangan dominasi pasar demi keuntungan pemilik semata bukan karena
pertimbangan efisiensi bagi kepentingan publik. Kritik Perrow konsisten
dengan kritik yang dilakukan gerakan kiri baru (new left), yang peduli terhadap
eksploitasi kapitalisme terhadap pekerja.

Coase (1991), secara tegas menolak contoh yang sering digunakan pada teori
biaya transaksi yaitu akuisisi yang dilakukan pada tahun 1926, antara Fisher
Body sebagai supplier dengan General Motors sebagai klien yang
menyebabkan hilangnya kebebasan A.O Smith. Ia sebagai pengelola
mengalami kehilangan kebebasan selama dua puluh tahun lebih karena bentuk
hubungan kontraktual yang diciptakan lewat integrasi vertikal.

10

Coase menolak dua pilar utama dari teori integrasi vertikal yang dibangun
Williamson (1975) dan Klein (1978), yaitu transaksi spesifik penanaman modal
dan oportunisme. Ia menjelaskan penolakannya dengan mereview kembali
artikel klasiknya pada tahun 1937 tentang biaya transaksi. Menurutnya konsep
integrasi vertikal yang dibangun dalam teori biaya transaksi kontemporer telah
menyimpang dari pemahaman awal teori biaya transaksi oleh karenanya perlu
disanggah. Dalam realitas, konsep oportunisme penting guna membandingkan
hal-hal yang berhubungan dengan organisasi ekonomi yaitu masalah
ketamakan para manajer, akan tetapi konsep sisi-gelap manusia yang
dimaksudkan oleh Williamson dan Klein (termasuk yang lainnya; Barney,
Ouchi, Jones, dan tulisan kontemporer biaya transaksi lainnya) perlu disanggah
karena menyimpang dari pemahaman awal teori biaya transaksi. Pandangan
seperti ini akan membawa pusaran masalah baru.

Drucker (1995), juga mengkritik model keiretsu atau integrasi vertikal pada
konteks perusahaan Amerika Utara yang dibangun dalam pemahaman teori ini
bermasalah karena antara tahun 1950 sampai dengan 1960 penyatuan pada
peruhaan General Motors tersebut menimbulkan biaya-biaya tenaga kerja yang
lebih tinggi pada divisi-divisi suku cadang GM daripada biaya tenaga kerja
pada perusahaan-perusahaan kompetitor mereka. Ketika para pelanggan luar
mereka yaitu perusahaan-perusahaan mobil independen seperti Packard dan
Studebaker, yang telah membeli 50 persen barang yang dihasilkan divisi-divisi
suku cadang di GM, menghilang satu per satu, kontrol yang dilakukan oleh
GM pada biaya maupun kualitas dari pemasok utamanya ikut menghilang.
Namun selama empat puluh tahun atau lebih, perhitungan biaya sisem GM
memberikan keunggulan bagi para kompetitornya yang paling efektif, yang
sering muncul kala itu yaitu Studebaker sendiri. Menurut Drucker (1995), para
eksekutif perlu mengorganisir dan mengelola bukan saja rantai biaya, namun
juga segala sesuatu yang lain, khususnya strategi perusahaan dan perencanaan
produk sebagai satu kesatuan ekonomi, apapun pembatas hukum setiap
perusahaan.

11

3.2.2

Kritik

teori

biaya

transaksi

terhadap

organisasi

terhadap

perusahaan

multinasional.
Dalam mengukur kontribusi teori biaya transaksi terhadap organisasi yang
berskopa luas dan kompleks yaitu perusahan multinasional. Kritik terhadap
teori ini dilakukan oleh Bukley dan Casson (1983), Dunning (1980), Henard
(1983), Teece (1985), Kreps (1984), Dore (1983), Stokey (1983), Doz dan
Prahalad (1991), Hedlund (1981), Eisenhardt (1989). Indikator kontribusi teori
biaya transakasional diukur dalam beberapa elemen manajemen antara lain
determinansi teori terhadap struktur, diferensiasi internal, optimalisasi
pengambilan keputusan, pengelolaan informasi, akselerasi, penciptaan
hubungan antar perusahaan, kontinuitas dan pembelajaran.

Kreps (1984), menyatakan kelemahan teori ini tehadap proses manajemen


terletak pada simplifikasi asumsi yang inheren, di dalamnya ada penciptaan
hirarki dengan transaksi sebagai fokus tunggal unit analisis, karena terjadi
simplifikasi pada struktur maka teori biaya transaksional tidak terlalu formal
menjelaskan teori mereka dalam kriteria-kriteria manajemen perusahaan
multinasional. Termasuk menurut Dore (1998), terhadap pembahasan dimensi
hubungan kontraktual inter-organisasional.

3.2.3

Aplikasi dari teori biaya transaksi


Teori Transactional Cost memiliki kegunaan terhadap analisa tipe spesifik

hubungan inter organisasional dalam konteks negara Amerika Utara seperti hubungan
antara perusahaan Amerika Serikat dengan pemasok mereka, integrasi vertikal
(Monteverde and Teece, 1982, Stokey, 1983) dan joint venture dengan batasan atau
konstrain yang kaku dalam hubungan alamiah pada joint venture (Hemart, 1982). Akan
tetapi Dore (1983), melihat hal ini tidak terjadi pada perusahaan Jepang dan supliers
mereka, dimana hubungan mereka dibangun atas hubungan saling bergantung dan
percaya bahwa hubungan mereka merupakan hubungan yang saling menguntungkan

12

yang jauh dari usaha mementingkan diri sendiri. Dasar hubungan seperti ini adalah winwin framework dalam jangka panjang.
Hubungan seperti ini biasanya dikembangkan pula dalam bentuk keiretsu. Doz
dan Prahalad (1991), melihat asumsi teori biaya transaksi yang sangat materialistis
terlalu jauh mengatur tugas-tugas manajerial pada perusahaan multinasional, terutama
hal-hal yang menyangkut budaya organisasi, perilaku clan (misalnya hubungan
perusahaan dengan pemasok), masalah pengendalian, atau integrasi normatif pada
perusahaan multinasional. Analisa biaya transaksional berasumsi secara berlebihan
terhadap kemanusiaan dan organisasi sehingga fokus Teori Biaya Transaksi
(Transaction Cost Theory) menjauh dari isu-isu sentral manajemen.

3.2.4 biaya transaksi terjadi dalam kegiatan ekonomi masyarakat Indonesia.


1.

Biaya ekonomi riil seringkali sulit ditentukan karena informasi yang tidak

2.
3.
4.

lengkap
Biaya transaksi menjadi tinggi
Interest aktor ekonomi sangat tinggi memegang peranan daripada elemen harga
Aktor ekonomi cenderung mencari pengaruh pada kekuatan-kekuatan politik

5.

sehingga dapat memonopoli dan cenderung memelihara monopoli tersebut.


Biaya ekonomi ditambah biaya rent seeking cenderung tinggi

3.2.5

Kebijakan dalam transaksi biaya.

1. Mengurangi Biaya Tansaksi dan Praktik Ekonomi Biaya Tinggi.


2. Memperbaiki Harmonisasi Peraturan Perundangan antara Pusat dan Daerah.
3. Memperbaiki Kepastian Hukum.
4. Memperbaiki Kebiajakan Inversatasi.
5. Mengembangkan Iklim Ketenagakerjaan.
6. Meningkatkan Kapasitas Pelayanan Infrastuktur.

13

1. PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Dari ulasan diatas, teori transaksi baiaya adalah biaya-biaya transaksi pada
hirarki, pengendalian dan pemenuhan (compliance) biaya pada organisasi. teori ini
juga menjelaskan bahwa pertumbuhan sebuah badan hukum besar dengan hirarki
manajemennya yang menyebabkan manajer tingkat atas kehilangan kontrol
terhadap personal level bawah dan menengah yang berdampak pada kemungkinan
personal menengah mengikuti kepentingan pribadi mereka dengan menciptakan
semacam empire building dan memanfaatkan sumber-sumber organisasi untuk
kepentingan pribadi mereka.

14

Penganut teori ini juga menyatakan bahwa analisa biaya transaksional memberi
titik pijakan yang kuat bagi analisis pilihan antara bentuk institusional yang bisa
digunakan dalam menetapkan batasan efisiensi pada perusahaan multinasional.

4.2 SARAN
Setiap perusahaan pasti mempunyai tujuan yang sama yaitu bagaimana
mendapatkan keuntungan yang tinggi dan membuat setiap pelanggan merasa puas
terhadap setiap produknya. Maka dari itu untuk mencapai tujuan itu diperlukan
planning yang matang baik itu bagaimana mengelola SDA, SDM, manajemen
persediaan dan pelayanan pelanggannya, maupun structure organisasinya. Semua
aspek itu harus bisa dijalankan dengan prosedur yang sudah diterapkan sebagai
strategi suatu perusahaan itu. Sehingga apa yang menjadi tujuan utama sebuah
perusahaan bisa tercapai dengan baik.
Adapun banyak kritik dari para ahli terhadap teori transaksi biaya yang secara
tegas menolak contoh yang sering digunakan pada teori biaya transaksi yaitu
akuisisi yang dilakukan pada tahun 1926, antara Fisher Body sebagai supplier
dengan General Motors sebagai klien. Ia sebagai pengelola mengalami kehilangan
kebebasan selama dua puluh tahun lebih karena bentuk hubungan kontraktual yang
diciptakan lewat integrasi vertikal.
Coase menolak dua pilar utama dari teori integrasi vertikal yang dibangun
Williamson (1975) dan Klein (1978), yaitu transaksi spesifik penanaman modal dan
oportunisme. Kesimpulannya menyatakan bahwa teori ini hanya sebagai sarana
lebih lanjut bagi integrasi teori struktural kontingensi dengan upaya-upaya
penjelasan yang lebih luas. Walaupun kritik ini merupakan elemen yang penting
bagi teori biaya transaksional tetapi dia tidak pernah menyimpulkan bahwa hal ini
merupakan perspektif dan pijakan untuk mengintegrasikan kembali teori biaya
transaksional dan penilitian teori ini di masa datang.
Dengan adanya kiritik tersebut diharapkan bagi yang menjalankan teori tidak
lagi mengulangi kesalahan yang sama, karena sudah banyak ulasan terhadap
kelemahaan teori ini sendiri.

15

DAFTAR REFRENSI
Niswonger, RC., Fess EP . 1990. Accountingprinciples, 14th, Edition, Terjemahan
Penerbit Erlangga.
Sofyan Assauri, 1990. Manajemen inventory, Edisi ketiga, Jakarta. LembagaPenerbit FE-UI.
Anonim. 20011. Pengertian Teori Biaya Transaksi . (Online) Teori Biaya
Transaksi (Transaction Cost Theory) _ Teori dan Perilaku Organisasi.html Diakses pada
tanggal 14 Juni 2014 pukul 17.15.
Hendar. 2002. Kemampuan Koperasi Mengendalikan Ketidakpastian
( Uncertainty ) dan Mereduksi Biaya Transaksi ( Transaction Cost ) . Jurnal Ekobis
Vol. 3.
16

Hining, C.R., Brown, J. and Greenwood, R. (1996). Change in an automous pr


professional organization, Journal of Management Studies 28:375-393.
Rusdarti. 2003. Faktor -faktor yang mempengaruhi biaya transaksi dan
pengaruhnya terhadap keunggulan kompetitif koperasi survey pada KUD Mina di
Pripinsi Jawa Tengah . Jurnal Media Ekonomi dan Bisnis Vol. XV No. 2 hal 89-113.

17

Anda mungkin juga menyukai