Filsafat Bisnis
TEORI BIAYA TRANSAKSI
Transaction Cost Theory
Disusun oleh :
Muhamad Wawan
135030200111143
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring berkembangnya zaman, perubahan terjadi di berbagai bidang. Begitu
pula dunia bisnis yang harus bersifat dinamis untuk menyesuaikan diri dengan
mobilitas yang semakin tinggi. Dunia bisnis dituntut untuk meningkatkan semua
komponen pendukung agar dapat mengejar langkah zaman yang semakin cepat.
Keseimbangan antar komponen memang sangat dibutuhkan agar tidak terjadi
kesenjangan dalam internal perusahaan.
Maka timbulah sebuah teori yaitu : Teori biaya transaksi atau transaction
cost theory menurut penjelasan Oliver E. Williamson (1975, 1985, dalam
Donaldson, 1995), yang konsern/peduli pada biaya transaksi, menyimpulkan
bahwa transaksi adalah pertukaran barang atau jasa antara orang dalam berbagai
batasan.
Pada proses pertukaran sumber-sumber menurut pendapat penganut teori biaya
transaksi ternyata terdapat sejumlah faktor penting penciptaan dan pengembangan
struktur organisasi, yaitu biaya-biaya keseluruhan dari sebuah rantai perekonomian
(Scott, 1983, dalam Donaldson, 1995).
Williamson memandang berbeda terhadap dua pandangan pengembangan
struktur yaitu pasar dan organisasi. Pada pasar, pertukaran terjadi lewat negosiasi
kontrak dimana semua bagian diasumsikan bergerak untuk kepentingan pribadi.
Dalam pandangan pengetahuan murni, pertukaran/transaksi merupakan kebutuhan
semua bagian, dan harga didasarkan atas kepentingan individual serta tangan tak
kelihatan (invisible hand) pada perekonomian bebas (sebagian besar adalah penjual
dan pembeli) sehingga pengendalian biaya dibutuhkan oleh pasar bebas (pure
market).
4.
5.
6.
7.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Teori Transaksi Biaya.
2. Untuk mengetahui apa saja kegunaan teori transaksi biaya.
3. Untuk mengetahui kelemahan dari teori tansaksi biaya.
4. Mengetahui biaya transaksi di negara berkembang contohnya Indonesia.
5. Mengetahui kritik terhadap teori biaya transaksi menurut para ahli.
1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan
mahasiswa/i tentang system teori transaksi biaya, dan implementasinya di
Indonesia sendiri.
2. LANDASAN TEORI
2.1 Alasan Mengetahui Teori Transaksi Biaya
Teori biaya transaksi memberikan kerangka acuan sebagai penjelasan umum
terhadap titik pijak/organisasi sebagai mekanisme guna mendukung keputusan pada
kondisi ketidakpastian dan mencegah sifat opportunistis terhadap pertukaran.
4
Merupakan fokus utama penciptaan efisiensi dan dilakukan hampir pada semua
pendekatan ekonomi (Scott, 1993, dalam Donaldson, 1995). Jadi sesuai namanya
yang menjadi fokus utama dari teori transaksi adalah biaya-biaya transaksi di pasar.
Teori ini menjelaskan bahwa organisasi adalah konsekwensi dari kegagalan pasar
(market failure) dalam perusahaan besar (Williamson, 1975, 1985, Arrow, 1985,
Williamson dan Ouchi, 1981, dalam Doz dan Prahalad, 1991).
Fokus sekunder dari teori transaksi adalah biaya-biaya transaksi pada hirarki,
pengendalian dan pemenuhan (compliance) biaya pada organisasi (Fama and
Jensen, 1983; Jensen and Mackling, 1976, Doz dan Prhaland, 1991). Selain
penjelasan bagi persoalan kegagalan pasar yang telah disebutkan diatas, teori ini
juga menjelaskan bahwa pertumbuhan sebuah badan hukum besar dengan hirarki
manajemennya yang menyebabkan manajer tingkat atas kehilangan kontrol
terhadap personal level bawah dan menengah yang berdampak pada kemungkinan
personal menengah mengikuti kepentingan pribadi mereka dengan menciptakan
semacam empire building dan memanfaatkan sumber-sumber organisasi untuk
kepentingan pribadi mereka (Williamson, 1970, 1985, dalam Donaldson, 1995).
Penganut teori ini juga menyatakan bahwa analisa biaya transaksional memberi
titik pijakan yang kuat bagi analisis pilihan antara bentuk institusional yang bisa
digunakan dalam menetapkan batasan efisiensi pada perusahaan multinasional
(MNC) (Burkley dan Cason 1986, Duning, 1980, Henard 1982, Teece, 1985, dalam
Doz dan Prahalad, 1991). Solusi dari teori ini adalah solusi terstruktur untuk
memulihkan kontrol di tingkat midle manajemen dengan kontribusi yang lebih
bertanggungjawab terhadap perusahaan melalui temuan the M-form Coorporation,
sebuah struktur multi-divisi dengan perkalian pusat keuntungan yang dibawahi
seorang kepala kantor badan hukum yang waspada atau hati-hati yang membuat
pelaksanaan manajerial terlihat memiliki disiplin organisasi (Williamson, 1970,
1985, dalam Donaldson, 1995). Kegunaan analisa transaksi untuk riset terhadap
proses manajemen dibatasi oleh penyederhanaan asumsi yang inheren di dalamnya
adalah tingkatan hirarki, dan fokus utamanya adalah transaksi secara menyeluruh
sebagai sebagai unit analisis.
2.2 Kegunaan
1. Sebagai bahan
3.
4.
3. PEMBAHASAN
3.1 Teori Biaya Transaksi
3.1.1
Konsep Dasar
3.1.2
Prahalad, 1991). Solusi dari teori ini adalah solusi terstruktur untuk memulihkan
kontrol
di
tingkat
bertanggungjawab
midle
manajemen
dengan
kontribusi
terhadap
perusahaan
melalui
temuan
yang
the
lebih
M-form
Keterangan gambar:
Oportunism diartikan sebagai kepentingan pribadi. Akan tetapi tidak
dimaksudkan sebagai perilaku keseharian melainkan hanya sebagai sikap pesimistis
terhadap sikap alamiah manusia (Williamson, 1975,1985, dalam Douma dan Schrender,
1992).
Atmosphere diartikan sebagai cakupan luar yang mempengaruhi atau mengatur
dimensi transaksi yaitu manusia dan lingkungan sekitar. Biaya produksi dan transaksi
dapat diminimalisasi dengan konsep teori biaya transaksional, misalnya dengan bentuk
kontrak. Jadi faktor luaran yang selalu mempengaruhi model transaksi tersebut disebut
sebagai atmosphere.
3.2.1
pada perusahaan Jepang dan supliers mereka. Hubungan mereka dibangun atas
dasar hubungan saling bergantung dan percaya bahwa hubungan tersebut
merupakan hubungan yang saling menguntungkan, dan jauh dari usaha
mementingkan diri sendiri. Dasar hubugan seperti ini adalah win-win
framework dalam jangka panjang.
Robbins (1987), tidak pernah menemukan hubungan kausal antara teori biaya
transaksi sebagai sebuah pendekatan yang mengarah terhadap lingkungan yang
spesifik. Kesimpulannya menyatakan bahwa teori ini hanya sebagai sarana
lebih lanjut bagi integrasi teori struktural kontingensi dengan upaya-upaya
penjelasan yang lebih luas. Walaupun kritik Robbins merupakan elemen yang
penting bagi teori biaya transaksional tetapi dia tidak pernah menyimpulkan
bahwa hal ini merupakan perspektif dan pijakan untuk mengintegrasikan
kembali teori biaya transaksional dan penilitian teori ini di masa datang.
Perrow (1986), mengkritik pemahaman teori ini akan ide integrasi vertikal atau
merger. Merger yang biasa dilakukan pada pemahaman teori ini terjadi karena
pertimbangan dominasi pasar demi keuntungan pemilik semata bukan karena
pertimbangan efisiensi bagi kepentingan publik. Kritik Perrow konsisten
dengan kritik yang dilakukan gerakan kiri baru (new left), yang peduli terhadap
eksploitasi kapitalisme terhadap pekerja.
Coase (1991), secara tegas menolak contoh yang sering digunakan pada teori
biaya transaksi yaitu akuisisi yang dilakukan pada tahun 1926, antara Fisher
Body sebagai supplier dengan General Motors sebagai klien yang
menyebabkan hilangnya kebebasan A.O Smith. Ia sebagai pengelola
mengalami kehilangan kebebasan selama dua puluh tahun lebih karena bentuk
hubungan kontraktual yang diciptakan lewat integrasi vertikal.
10
Coase menolak dua pilar utama dari teori integrasi vertikal yang dibangun
Williamson (1975) dan Klein (1978), yaitu transaksi spesifik penanaman modal
dan oportunisme. Ia menjelaskan penolakannya dengan mereview kembali
artikel klasiknya pada tahun 1937 tentang biaya transaksi. Menurutnya konsep
integrasi vertikal yang dibangun dalam teori biaya transaksi kontemporer telah
menyimpang dari pemahaman awal teori biaya transaksi oleh karenanya perlu
disanggah. Dalam realitas, konsep oportunisme penting guna membandingkan
hal-hal yang berhubungan dengan organisasi ekonomi yaitu masalah
ketamakan para manajer, akan tetapi konsep sisi-gelap manusia yang
dimaksudkan oleh Williamson dan Klein (termasuk yang lainnya; Barney,
Ouchi, Jones, dan tulisan kontemporer biaya transaksi lainnya) perlu disanggah
karena menyimpang dari pemahaman awal teori biaya transaksi. Pandangan
seperti ini akan membawa pusaran masalah baru.
Drucker (1995), juga mengkritik model keiretsu atau integrasi vertikal pada
konteks perusahaan Amerika Utara yang dibangun dalam pemahaman teori ini
bermasalah karena antara tahun 1950 sampai dengan 1960 penyatuan pada
peruhaan General Motors tersebut menimbulkan biaya-biaya tenaga kerja yang
lebih tinggi pada divisi-divisi suku cadang GM daripada biaya tenaga kerja
pada perusahaan-perusahaan kompetitor mereka. Ketika para pelanggan luar
mereka yaitu perusahaan-perusahaan mobil independen seperti Packard dan
Studebaker, yang telah membeli 50 persen barang yang dihasilkan divisi-divisi
suku cadang di GM, menghilang satu per satu, kontrol yang dilakukan oleh
GM pada biaya maupun kualitas dari pemasok utamanya ikut menghilang.
Namun selama empat puluh tahun atau lebih, perhitungan biaya sisem GM
memberikan keunggulan bagi para kompetitornya yang paling efektif, yang
sering muncul kala itu yaitu Studebaker sendiri. Menurut Drucker (1995), para
eksekutif perlu mengorganisir dan mengelola bukan saja rantai biaya, namun
juga segala sesuatu yang lain, khususnya strategi perusahaan dan perencanaan
produk sebagai satu kesatuan ekonomi, apapun pembatas hukum setiap
perusahaan.
11
3.2.2
Kritik
teori
biaya
transaksi
terhadap
organisasi
terhadap
perusahaan
multinasional.
Dalam mengukur kontribusi teori biaya transaksi terhadap organisasi yang
berskopa luas dan kompleks yaitu perusahan multinasional. Kritik terhadap
teori ini dilakukan oleh Bukley dan Casson (1983), Dunning (1980), Henard
(1983), Teece (1985), Kreps (1984), Dore (1983), Stokey (1983), Doz dan
Prahalad (1991), Hedlund (1981), Eisenhardt (1989). Indikator kontribusi teori
biaya transakasional diukur dalam beberapa elemen manajemen antara lain
determinansi teori terhadap struktur, diferensiasi internal, optimalisasi
pengambilan keputusan, pengelolaan informasi, akselerasi, penciptaan
hubungan antar perusahaan, kontinuitas dan pembelajaran.
3.2.3
hubungan inter organisasional dalam konteks negara Amerika Utara seperti hubungan
antara perusahaan Amerika Serikat dengan pemasok mereka, integrasi vertikal
(Monteverde and Teece, 1982, Stokey, 1983) dan joint venture dengan batasan atau
konstrain yang kaku dalam hubungan alamiah pada joint venture (Hemart, 1982). Akan
tetapi Dore (1983), melihat hal ini tidak terjadi pada perusahaan Jepang dan supliers
mereka, dimana hubungan mereka dibangun atas hubungan saling bergantung dan
percaya bahwa hubungan mereka merupakan hubungan yang saling menguntungkan
12
yang jauh dari usaha mementingkan diri sendiri. Dasar hubungan seperti ini adalah winwin framework dalam jangka panjang.
Hubungan seperti ini biasanya dikembangkan pula dalam bentuk keiretsu. Doz
dan Prahalad (1991), melihat asumsi teori biaya transaksi yang sangat materialistis
terlalu jauh mengatur tugas-tugas manajerial pada perusahaan multinasional, terutama
hal-hal yang menyangkut budaya organisasi, perilaku clan (misalnya hubungan
perusahaan dengan pemasok), masalah pengendalian, atau integrasi normatif pada
perusahaan multinasional. Analisa biaya transaksional berasumsi secara berlebihan
terhadap kemanusiaan dan organisasi sehingga fokus Teori Biaya Transaksi
(Transaction Cost Theory) menjauh dari isu-isu sentral manajemen.
Biaya ekonomi riil seringkali sulit ditentukan karena informasi yang tidak
2.
3.
4.
lengkap
Biaya transaksi menjadi tinggi
Interest aktor ekonomi sangat tinggi memegang peranan daripada elemen harga
Aktor ekonomi cenderung mencari pengaruh pada kekuatan-kekuatan politik
5.
3.2.5
13
1. PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Dari ulasan diatas, teori transaksi baiaya adalah biaya-biaya transaksi pada
hirarki, pengendalian dan pemenuhan (compliance) biaya pada organisasi. teori ini
juga menjelaskan bahwa pertumbuhan sebuah badan hukum besar dengan hirarki
manajemennya yang menyebabkan manajer tingkat atas kehilangan kontrol
terhadap personal level bawah dan menengah yang berdampak pada kemungkinan
personal menengah mengikuti kepentingan pribadi mereka dengan menciptakan
semacam empire building dan memanfaatkan sumber-sumber organisasi untuk
kepentingan pribadi mereka.
14
Penganut teori ini juga menyatakan bahwa analisa biaya transaksional memberi
titik pijakan yang kuat bagi analisis pilihan antara bentuk institusional yang bisa
digunakan dalam menetapkan batasan efisiensi pada perusahaan multinasional.
4.2 SARAN
Setiap perusahaan pasti mempunyai tujuan yang sama yaitu bagaimana
mendapatkan keuntungan yang tinggi dan membuat setiap pelanggan merasa puas
terhadap setiap produknya. Maka dari itu untuk mencapai tujuan itu diperlukan
planning yang matang baik itu bagaimana mengelola SDA, SDM, manajemen
persediaan dan pelayanan pelanggannya, maupun structure organisasinya. Semua
aspek itu harus bisa dijalankan dengan prosedur yang sudah diterapkan sebagai
strategi suatu perusahaan itu. Sehingga apa yang menjadi tujuan utama sebuah
perusahaan bisa tercapai dengan baik.
Adapun banyak kritik dari para ahli terhadap teori transaksi biaya yang secara
tegas menolak contoh yang sering digunakan pada teori biaya transaksi yaitu
akuisisi yang dilakukan pada tahun 1926, antara Fisher Body sebagai supplier
dengan General Motors sebagai klien. Ia sebagai pengelola mengalami kehilangan
kebebasan selama dua puluh tahun lebih karena bentuk hubungan kontraktual yang
diciptakan lewat integrasi vertikal.
Coase menolak dua pilar utama dari teori integrasi vertikal yang dibangun
Williamson (1975) dan Klein (1978), yaitu transaksi spesifik penanaman modal dan
oportunisme. Kesimpulannya menyatakan bahwa teori ini hanya sebagai sarana
lebih lanjut bagi integrasi teori struktural kontingensi dengan upaya-upaya
penjelasan yang lebih luas. Walaupun kritik ini merupakan elemen yang penting
bagi teori biaya transaksional tetapi dia tidak pernah menyimpulkan bahwa hal ini
merupakan perspektif dan pijakan untuk mengintegrasikan kembali teori biaya
transaksional dan penilitian teori ini di masa datang.
Dengan adanya kiritik tersebut diharapkan bagi yang menjalankan teori tidak
lagi mengulangi kesalahan yang sama, karena sudah banyak ulasan terhadap
kelemahaan teori ini sendiri.
15
DAFTAR REFRENSI
Niswonger, RC., Fess EP . 1990. Accountingprinciples, 14th, Edition, Terjemahan
Penerbit Erlangga.
Sofyan Assauri, 1990. Manajemen inventory, Edisi ketiga, Jakarta. LembagaPenerbit FE-UI.
Anonim. 20011. Pengertian Teori Biaya Transaksi . (Online) Teori Biaya
Transaksi (Transaction Cost Theory) _ Teori dan Perilaku Organisasi.html Diakses pada
tanggal 14 Juni 2014 pukul 17.15.
Hendar. 2002. Kemampuan Koperasi Mengendalikan Ketidakpastian
( Uncertainty ) dan Mereduksi Biaya Transaksi ( Transaction Cost ) . Jurnal Ekobis
Vol. 3.
16
17