Disusun oleh :
UNIVERSITAS ABDURRAB
2020/2021
KATA PENGANTAR
Pujian dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
rahmat dan kuasa-Nya kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini.
Makalah ini dibuat dengan tujuan agar pembaca mendapatkan informasi mengenai
adab kepemimpinan dan integritas kepemimpinan. Kami berharap makalah ini
dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca mengenai adab
kepemimpinan dan integritas kepemimpinan. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat khususnya mahasiswa Universitas Abdurrab dan kepada
masyarakat pada umumnya. Penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, dengan segala kerendahan
hati penulis mengharap kritik dan saran yang membangun.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 4
3.1 KESIMPULAN...................................................................................... 17
3.2 SARAN.................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Kepemimpinan yang dibangun atas kekuatan berpikir dengan kebiasaan
yang produktif yang dilandasai oleh kekuatan moral berarti ia memiliki
“Integritas” untuk bersikap dan berperilaku sehingga ia mampu memberikan
keteladanan untuk mempengaruhi orang lain untuk melakukan perubahan yang
terkait dengan proses berpikir. Oleh karena itu seseorang yang memiliki
kepemimpinan yang mampu menerapkan arti dan makna integritas berarti ia
meyakini benar bahwa jika hanya orang yang kuat yang dapat bertahan dan
keinginan menghambat kemajuan orang, menjadi kaum penjilat, bermuka dua,
tidak akan menjadi orang yang mampu mengikuti perubahan.
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini secara umum yakni untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Kepemimpinan Islam dan pembaca dapat memahami lebih jauh tentang
adab kepemimpinan dan integritas kepemimpinan.
2
1.3.2 Tujuan Khusus
1.4 Manfaat
Tulisan ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi baik bagi
mahasiswa ataupun masyarakat umum mengenai adab kepemimpinan dan
integritas kepemimpinan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Imam dan Khalifah adalah dua istilah yang digunakan Al Quran untuk
menunjuk “pemimpin”. Kata Imam terambil dari kata ammayaummu, yang berarti
menuju, menumpu, dan meneladani. Kata Khalifah berakar kata khalafa, yang
pada mulanya berarti “di belakang”, seringkali juga diartikan “pengganti” karena
yang menggantikan selalu berada di belakang, atau datang sesudah yang
digantikannya.
4
Kepemimpinan adalah kemampuan mewujudkan semua perintah Allah
SWT yang telah diberitahukan-Nya melalui Rasul-Nya yang terakhir Muhammad
SAW. (Nawawi, 2001: 17)
5
2.2 Karakteristik Pemimpin Menurut Islam
6
Di dalam benak kita akan muncul mengapa harus memilih pemimpin yang
mukmin? Mengapa tidak yang lain, yang terpenting dapat mewujudkan
kesejahteraan masyarakat. Tentu saja untuk memimpin umat yang mukmin,
dibutuhkan pula pemimpin yang mukmin untuk memimpin umat menuju tujuan
yang di ridhai Allah SWT. Seperti yang telah disinggung diatas bukankah kita
hidup didunia ini hanya sebagai ujian untuk masuk ke tahap selanjutnya yaitu
surga Allah SWT. Karena itu, pemimpin kafir hanya dapat mewujudkan tujuan
duniawi saja, lalu bagaimana kita dapat mencapai surga Allah bila yang
memimpin kafir kepada-Nya. Sedangkan pemimpin mukmin dapat mewujudkan
tujuan duniawi dan akhirat. Tentu saja hal ini masih ditentukan oleh individu itu
sendiri, mengikuti jalan Allah atau nafsu.
1. Menjunjung tinggi nilai kebenaran dan hanya takut kepada Allah SWT.
2. Senantiasa berpegang teguh pada syariat dan akhlak islam.
3. Dapat dipercaya dalam memegang amanah.
4. Memiliki kemampuan dan kompetensi di bidangnya dan berpengetahuan
luas.
5. Disiplin, konsisten, bertanggung jawab, konsekuen.
6. Terbuka terhadap kritik orang lain.
7. Kreatif, inovatif, dan inspiratif.
7
Bukan hanya keberhasilan duniawi yang didapat, tetapi juga menuju kebahagiaan
akhirat.
Nabi Muhammad SAW lahir, tumbuh, dan menjadi dewasa di tanah Arab
Jahilliah yang memiliki akhlak buru. Masyarakat tersebut suka minum-minuman
keras, berjudi, berbuat zina, dan menyembah berhala yang sangat jauh dari
kebenaran Allah. Namun, di lingkungan yang seperti itu tak membuat Nabi
Muhammad SAW tumbuh menjadi manusia yang berakhlak rendah.
Kenyataannya Nabi Muhammad SAW tidak hanyut dalam arus kesesatan, namun
beliau justru memiliki kepribadian yang jauh bertolak belakang.
1. Shiddiq (Benar)
Yang berarti bahwa Nabi Muhammad SAW mencintai dan berpihak pada
kebenaran yang datang dari Allah SWT, sehingga seluruh pikiran, sikap,
dan emosi yang ditampilkan dalam perilaku, ucapan (sabda) dan diamnya
beliau merupakan sesuatu yang pasti benar.
2. Amanah (Terpercaya)
Sifat ini berarti bahwa Rasulullah SAW merupakan seseorang yang dapat
dipercaya, karena mampu memelihara kepercayaan dengan merahasiakan
sesuatu yang harus dirahasiakan dan sebaliknya selalu mampu
menyampaikan sesuatu yang seharusnya disampaikan.
8
3. Tabligh (Menyampaikan)
Sifat ini sejalan dengan sifat amanah, meskipun yang dimaksud terutama
sekali bukan terpercaya, tetapi memiliki kemampuan dalam
menyampaikan atau mendakwahkan wahyu dari Allah SWT, sehingga
jelas maksudnya dan dapat dimengerti.
4. Fathonah (Cerdas)
Sifat ini berarti Allah SWT pasti membekali Rasulullah SAW dengan
tingkat kecerdasan yang tinggi.
5. Maksum (Bebas Dosa)
Sifat ini berarti Rasulullah SAW merupakan seseorang yang berakhlak
mulia, yang tidak dapat dan tidak mungkin ditipu dan disesatkan setan
yang terkutuk. (Nawawi,2001:273)
9
ingkar janji selamanya orang-orang tidak akan percaya kepada kita. Untuk itu
jujur sangat dibutuhkan dalam memimpin umat.
Telah ada suri tauladan yang baik yang patut kita jadikan contoh. Sehingga
akhlak Rasulullah pantas dijadikan materi pembelajaran dalam berbagai jenjang
pendidikan, mengingat betapa pentingnya penanaman sifat terpuji ini. Dengan
adanya materi pembelajaran ini di berbagai jenjang pendidikan, diharapkan para
pelajar telah mengetahui sifat-sifat terpuji yang dapat diteladani sedari kecil. Para
pembelajar yang telah dibekali dengan sifat ini diharapkan mampu menjadi
pribadi yang berakhlak terpuji ketika dewasa nanti dan mampu menjadi penerus
bangsa yang berakhlak mulia.
10
karena disitulah terletak pondasi dalam membangun kepercyaan dan
hubungan antara individu dalam organisasi. Dimana kita memperhatikan legalitas
dan prosedur yang harus ditempuh, namun yang lebih penting “Integritas”
seseorang dapat menuntun mana yang jujur dan yang tidak jujur yang tidak mudah
di kacaukan hal-hal yang bersifat formal tapi dapat menyesatkan.
11
dalam perubahan sikap dan perilaku untuk mengikat diri kita bersama dan
membangkitkan jiwa kepuasaan di dalam diri kita. Jadi integritas menjadi
penuntun dan wasit agar kita konsisten sehingga keyakinan kita akan dicerminkan
oleh perbuatan kita, yang akan menunjukkan bahwa tidak akan ada perbedaan
antara apa yang kelihatan dan apa yang diketahui lingkungan kita tentang diri kita,
apakah berada dalam saat berkuasa atau tidak berkuasa.
Jadi integritas bukan hanya penuntun dan wasit antara dua keinginan yang
kita sebut dengan “orang yang bahagia dan jiwa yang terbagi” Dengan
pemahaman integritas dari sudut kata yang bermakna yang telah kita kemukakan
diatas, maka membebaskan kita untuk menjadi diri yang utuh tidak peduli apa
yang akan datang kepada kita. Sehingga tingkat kedewasaan kita akan
menunjukkan “kalau apa yang saya katakan dan apa yang saya lakukan sama,
hasilnya konsisten dalam bersikap dan berperilaku.
Ketulusan
12
tidak ada kursi baru yang tersedia bagi petugas gudang. Jenderal Creech berjanji
akan mengurus masalah tersebut. Sebagai tindak lanjut inspeksi tersebut, Jenderal
Creech memerintahkan ajudannya untuk terbang kembali ke Langley (markas
angkatan udara, Virginia) dan menyerahkan kursi tua itu kepada petugas logistik.
Kursi itu diakui sebagai milik sang jenderal sampai petugas logistik tersebut
mengatasi permasalahan di gudang dan mengembalikan kursi itu ke petugas
gudang. Jenderal Creech selalu menyesuaikan perkataannya dengan tindakannya.
Itulah yang membuatnya menjadi seorang pemimpin yang hebat dan memiliki
integritas. Semakin sejalan perilaku seorang pemimpin dengan perkataannya,
semakin setia para pengikut, baik dalam mengikuti sang pemimpin ataupun
mengikuti organisasi.
Konsistensi
Keteguhan hati
13
hati. Presiden Abraham Lincoln pernah menceritakan kisah tentang seorang
petani. Di samping rumah petani tersebut, tumbuh sebatang pohon tinggi yang
sangat indah. Suatu pagi, dia melihat seekor tupai berlari memanjat ke atas pohon
dan menghilang ke dalam sebuah lubang. Karena penasaran, petani itu melihat ke
dalam lubang dan mendapati bahwa pohon yang ia kagumi itu berlubang di
dalamnya, dan bisa rubuh menimpa rumahnya saat badai hebat menerjang.
Seperti pohon tersebut, pemimpin yang dari luar terlihat memiliki keteguhan hati,
namun ternyata di dalamnya kekurangan integritas, tidak akan kuat untuk bertahan
dalam masa-masa sulit. Pemimpin yang integritasnya lemah tidak bisa
membangun organisasi yang mampu bertahan dalam situasi yang penuh
tantangan.
14
Membangun Integritas
15
interaksi dan sentimen. Dari ketiga variabel dimaksud, penulis mengasumsikan
bahwa peningkatan kualitas tindakan seorang pemimpin dalam berinteraksi akan
berbanding lurus dengan peningkatan kualitas sentimen yakni perasaan senang
dan puas terhadap kinerja seorang pemimpin. Pada tahun 1957, Stogdill
menyempurnakan teori ini yang kemudian diberi nama Teori
Harapan- Reinforcement. Hal ini dilakukan untuk mencapai peranan pemimpin
yang jauh lebih sempurna. Bedanya, teori reinforcement ini akan menguatkan
harapan untuk tetap menjalin interaksi antara seorang pemimpin dengan mereka
yang dipimpinnya. Jadi, sebagai seorang pemimpin harus menampilkan harapan
bersama yang dikaitkan dengan tampilnya interaksi yang dilakukan kedua belah
pihak.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Integritas Seorang Pemimpin Adalah sikap atau sifat serta nilai-nilai yang
memang harus dimiliki oleh seorang pemimpin guna untuk membangun
kepercayaan antar individu dalam organisasi.
3.2 Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
Arifin dan Veithzal Rivai. 2009. Islam Leadership. Jakarta:PT Bumi Aksara.
18