Anda di halaman 1dari 21

ADAB KEPEMIMPINAN DAN INTEGRITAS KEPEMIMPINAN

Disusun oleh :

Aprilian Yollanda (1811401005)


Maria Rosma (1811401028)
Rayan Rizky Ramadhan (1811401050)
Syindi (1811401057)
Neni Vina Lestari (1814401020)
Nora Oktalusi (1814401021)
Sri Wahyuningsih (1814401033)

Dosen pengampu : Rizal Effendi Putra, M.Pd.

PROGRAM STUDI D-III FISIOTERAPI & D-III KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ABDURRAB

2020/2021
KATA PENGANTAR

Pujian dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
rahmat dan kuasa-Nya kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini.
Makalah ini dibuat dengan tujuan agar pembaca mendapatkan informasi mengenai
adab kepemimpinan dan integritas kepemimpinan. Kami berharap makalah ini
dapat menambah wawasan dan pengetahuan  pembaca mengenai adab
kepemimpinan dan integritas kepemimpinan. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat khususnya mahasiswa Universitas Abdurrab dan kepada
masyarakat pada umumnya. Penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, dengan segala kerendahan
hati penulis mengharap kritik dan saran yang membangun.

Pekanbaru, 10 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1

1.1 LATAR BELAKANG........................................................................... 1

1.2 RUMUSAN MASALAH....................................................................... 2

1.3 TUJUAN PENULISAN......................................................................... 2

1.4 MANFAAT PENULISAN..................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 4

2.1 PANDANGAN ISLAM TERHADAP KEPEMIMPINAN................... 4

2.2 KARAKTERISTIK PEMIMPIN MENURUT ISLAM......................... 6

2.3 MENELADANI AKHLAK KEPEMIMPINAN RASULULLAH........ 8

2.4 PENGERTIAN INTEGRITAS SEORANG PEMIMPIN..................... 10

2.5 MEMBANGUN INTEGRITAS DIMULAI DARI DIRI SENDIRI..... 11

2.6 KARAKTERISTIK INTEGRITAS DALAM KEPEMIMPINAN........ 12

2.7 MANFAAT INTEGRITAS BAGI SEORANG PEMIMPIN................ 15

BAB III PENUTUP.......................................................................................... 17

3.1 KESIMPULAN...................................................................................... 17

3.2 SARAN.................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemimpin merupakan seseorang yang telah dipercayai banyak orang


bahwa ia dapat mengemban amanah dan dapat mencapai tujuan tertentu yang
sesuai dengan agama Allah SWT. Selama kepemimpinan di pegang dan
dikendalikan oleh orang-orang yang bertanggung jawab, tentu akan menghasilkan
hasil yang sesuai dengan harapan dan mampu membawa pengikutnya ke arah
yang lebih baik.

Seiring berkembangnya zaman, banyak orang menyalahartikan tentang


pemimpin yang baik untuk memimpin mereka. Turut prihatin melihat
kepemimpinan di negara ini yang dari cara pemilihannya pun tidak sesuai dengan
ajaran agama islam. Selain dengan tahapan yang lama, pemilihan pemimpin di era
modern ini diwarnai dengan banyak kecurangan. Satu diantaranya yaitu dengan
melakukan suap kepada masyarakat untuk memilihnya dengan imbalan uang.
Baik pemberi maupun penerima suap tentu akan menerima sanksi dari Allah
SWT. Terlebih lagi pada kasus pemimpin yang kafir namun menyebut dirinya
lebih baik dari orang mukmin. Lebih parahnya lagi mereka menyebut bahwa isi
Al-Quran salah mengenai pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mukmin
(beragama islam) dan bukan orang kafir (tidak beragama islam).

Oleh karena itu, penting rasanya mengetahui bagaimana pemimpin yang


baik dan amanah, serta dapat dijadikan teladan yang baik. Pemimpin merupakan
ujung tombak dalam sebuah organisasi, sehingga pemimpin yang amanah dan
berkualitas sangat dibutuhkan.

Sesuai dengan petunjuk Allah SWT, di dalam Al Quran telah disebutkan


bagaimana memilih pemimpin yang sesuai dengan ajaran agama islam. Dan
tentunya sesuatu yang bersumber dan dilandaskan pada Al Quran akan membawa
dampak yang baik untuk kita semua.

1
Kepemimpinan yang dibangun atas kekuatan berpikir dengan kebiasaan
yang produktif yang dilandasai oleh kekuatan moral berarti ia memiliki
“Integritas” untuk bersikap dan berperilaku sehingga ia mampu memberikan
keteladanan untuk mempengaruhi orang lain untuk melakukan perubahan yang
terkait dengan proses berpikir. Oleh karena itu seseorang yang memiliki
kepemimpinan yang mampu menerapkan arti dan makna integritas berarti ia
meyakini benar bahwa jika hanya orang yang kuat yang dapat bertahan dan
keinginan menghambat kemajuan orang, menjadi kaum penjilat, bermuka dua,
tidak akan menjadi orang yang mampu mengikuti perubahan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasar latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang akan


diangkat adalah :

a. Bagaimanakah pandangan islam terhadap kepemimpinan?


b. Bagaimanakah karakteristik pemimpin menurut islam yang dapat
mewujudkan kesejahteraan?
c. Bagaimana menjadi pemimpin yang baik dengan meneladani akhlak
kepemimpinan Rasul?
d. Apa itu Integritas seorang pemimpin?
e. Bagaimana cara membangun integritas?
f. Apa saja karakteristik integritas seorang pemimpin?
g. Apa manfaat integritas?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penulisan makalah ini secara umum yakni untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Kepemimpinan Islam dan pembaca dapat memahami lebih jauh tentang
adab kepemimpinan dan integritas kepemimpinan.

2
1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui pandangan islam terhadap kepemimpinan.


b. Mengetahui karakteristik pemimpin menurut islam yang dapat mewujudkan
kesejahteraan.
h. Mengetahui bagaimana pemimpin yang baik dengan meneladani akhlak
kepemimpinan Rasul.
i. Mengetahui integritas seorang pemimpin.
j. Mengetahui bagaimana cara membangun integritas.
k. Mengetahui karakteristik integritas seorang pemimpin.
l. Mengetahui manfaat integritas.

1.4 Manfaat

Tulisan ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi baik bagi
mahasiswa ataupun masyarakat umum mengenai adab kepemimpinan dan
integritas kepemimpinan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pandangan Islam Terhadap Kepemimpinan

Kepemimpinan sering disalahartikan dengan hal-hal yang berbau


kesenangan, kesewenang-wenangan, dan kebebasan memerintah. Kepemimpinan
bukanlah berbuat kesewenang-wenangan memerintah, melainkan kewenangan
melayani demi terwujudnya suatu tujuan. Kepemimpinan mencakup pengorbanan,
kerja keras, tanggung jawab terhadap pikiran, sikap, dan perilakunya.

Imam dan Khalifah adalah dua istilah yang digunakan Al Quran untuk
menunjuk “pemimpin”. Kata Imam terambil dari kata ammayaummu, yang berarti
menuju, menumpu, dan meneladani. Kata Khalifah berakar kata khalafa, yang
pada mulanya berarti “di belakang”, seringkali juga diartikan “pengganti” karena
yang menggantikan selalu berada di belakang, atau datang sesudah yang
digantikannya.

Dalam tafsirnya At-Tabrasi mengemukakan bahwa kata imam dan khalifa


berarti sama. Imam yang berarti keteladanan yang mengandung arti “depan”,
sedangkan khalifah yang mengandung arti “belakang”. Hal ini dapat diartikan
bahwa seorang pemimpin sekalinya di depan dapat dijadikan penunjuk, panutan,
dan contoh. Sedangkan kata “belakang” dapat diartikan bahwa seorang pemimpin
harus mampu mendorong serta mengerti kemauan dan kemampuan orang-orang
yang dipimpinnya. (Rivai, 2009:113)

Pengertian kepemimpinan dapat dijumpai dalam banyak buku, salah satu


di antaranya dikatakan, “Kepemimpinan adalah perihal pemimpin, cara
memimpin” (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2016)

Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunya seseorang untuk


mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran. (Handoko,
2015: 292).

4
Kepemimpinan adalah kemampuan mewujudkan semua perintah Allah
SWT yang telah diberitahukan-Nya melalui Rasul-Nya yang terakhir Muhammad
SAW. (Nawawi, 2001: 17)

Dari banyaknya definisi kepemimpinan di atas, maka dapat ditarik


kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk
memengaruhi orang lain supaya mau bekerjasama di bawah arahannya untuk
mencapai tujuan tertentu dengan berlandaskan Al Quran dan Hadist.

Karena setiap perbuatan akan selalu dipertanggungjawabkan, pemimpin


akan bertindak hati-hati terhadap segala ucapan, tindakan, bahkan peraturan-
peraturan yang dibuatnya. Seorang pemimpin juga harus mampu berlaku adil
terhadap semua orang tanpa memandang status, ras, agama, maupun kekayaan.

Selanjutnya, seseorang pemimpin yang bijaksana harus memiliki empat


sifat berikut:

1. Ash-Shidq, yaitu jujur dalam berucap, bertindak, dan berjuang dalam


melaksanakan tugasnya.
2. Al-Amanah, yaitu sikap dapat dipercaya, dapat mengemban amanah yang
diberikan kepadanya, sehingga tercipta rasa aman bagi semua pihak
3. Al- Fathonah, yaitu kecerdasan dalam menghadapi masalah yang muncul
dan mengatasi maupun menyelesaikannya.
4. Al-Tabligh, yaitu menyampaikan amanah dengan jujur, bertanggung
jawab, dan apa adanya.

Dengan demikian keempat sifat kepemimpinan tersebut, diharapkan


pemimpin yang terpilih merupakan pemimpin yang amanah, bertanggung jawab
dan mau mendengarkan bawahan/ pengikut/ rakyat. Masyarakat/ bawahan
diharapkan pula dapat berperan aktif dalam setiap kegiatan maupun program yang
diadakan oleh pemimpin. Sehingga dapat terwujud masyarakat yang makmur dan
sejahtera.

5
2.2 Karakteristik Pemimpin Menurut Islam

Pemimpin yang bijaksana akan menjadi teladan bagi para pengikutnya,


mampu mendorong dan mengerti kebutuhan pengikutnya. Namun tentu tidak
mudah menemukan pemimpin yang demikian. Oleh karena itu penting bagi kita
mengetahui pemimpin yang bijaksana yang tentunya akan mengarahkan kita
kepada ridho Akkah dan tercapainya tujuan serta terwujudnya kesejahteraan.

Seorang peneliti, Edwin Gliselli, dalam penelitian ilmiahnya telah


menunjukkan sifat-sifat tertentu yang tampaknya penting untuk kepemimpinan
efektif. Sifat-sifat tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan dalam kedudukannya sebagai pengawas (supervisory ability)


atau pelaksanaan fungsi-fungsi dasar memanajemen, terutama pengaruh
dan pengawasan pekerjaan orang lain.
2. Kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan, mencakup pencarian tanggung
jawab dan keinginan sukses.
3. Kecerdasan, mencakup kebijakan, pemikiran kreatif, dan daya pikir.
4. Ketegasan (decisiveness), atau kemampuan untuk membuat keputusan-
keputusan dan memecahkan masalah-masalah dengan cakap dan tepat.
5. Kepercayaan diri, atau pandangan terhadap dirinya sebagai kemampuan
untuk menghadapi masalah.
6. Inisiatif, atau kemampuan untuk bertindak tidak tergantung,
mengembangkan serangkaian kegiatan dan menemukan cara-cara baru
atau inovasi. (Handoko, 2015:295)

Dari uraian sifat-sifat pemimpin yang diuraikan oleh Edwin Gliselli


tersebut hanya tampak pemimpin yang mengurus persoalan duniawi saja tanpa
menyelipkan unsur-unsur agama sedikit pun. Padahal pada hakikatnya kehidupan
duniawi hanyalah sementara dan dimaksudkan sebagai bekal kehidupan akhirat.
Sedangkan kehidupan akhirat kekal selama-lamanya. Oleh karena itu, penting
rasanya menjalankan segala pekerjaan berlandaskan Al Quran dan Hadist,
termasuk juga memilih pemimpin yang mukmin.

6
Di dalam benak kita akan muncul mengapa harus memilih pemimpin yang
mukmin? Mengapa tidak yang lain, yang terpenting dapat mewujudkan
kesejahteraan masyarakat. Tentu saja untuk memimpin umat yang mukmin,
dibutuhkan pula pemimpin yang mukmin untuk memimpin umat menuju tujuan
yang di ridhai Allah SWT. Seperti yang telah disinggung diatas bukankah kita
hidup didunia ini hanya sebagai ujian untuk masuk ke tahap selanjutnya yaitu
surga Allah SWT. Karena itu, pemimpin kafir hanya dapat mewujudkan tujuan
duniawi saja, lalu bagaimana kita dapat mencapai surga Allah bila yang
memimpin kafir kepada-Nya. Sedangkan pemimpin mukmin dapat mewujudkan
tujuan duniawi dan akhirat. Tentu saja hal ini masih ditentukan oleh individu itu
sendiri, mengikuti jalan Allah atau nafsu.

Untuk memimpin dibutuhkan orang-orang pilihan yang telah memiliki


iman, akhlaq, kompetensi dan kemampuan yang cukup. Sesuai dengan penjelasan
Al Quran hendaklah memilih pemimpin yang mukmin.

Adapun ciri/karakteristik pemimpin menurut islam:

1. Menjunjung tinggi nilai kebenaran dan hanya takut kepada Allah SWT.
2. Senantiasa berpegang teguh pada syariat dan akhlak islam.
3. Dapat dipercaya dalam memegang amanah.
4. Memiliki kemampuan dan kompetensi di bidangnya dan berpengetahuan
luas.
5. Disiplin, konsisten, bertanggung jawab, konsekuen.
6. Terbuka terhadap kritik orang lain.
7. Kreatif, inovatif, dan inspiratif.

Pemimpian yang demikian akan menjadi idaman banyak masyarakat yang


mendambakan sosok pemimpin yang bijaksana dan agamis. Sosok pemimpin
inilah yang akan mampu membawa pengikutnya untuk mencapai tujuan bersama-
sama dan mewujudkan kesejahteraan tanpa mengabaikan unsur keagamaan. Hal
inilah yang tentunya akan semakin mendekatkan diri kepada sang Maha Pencipta.

7
Bukan hanya keberhasilan duniawi yang didapat, tetapi juga menuju kebahagiaan
akhirat.

2.3 Meneladani akhlak kepemimpinan Rasulullah

Nabi Muhammad SAW adalah suri tauladan yang baik. Di dalam Al


Quran dan Hadist pun diungkapkan bahwa beliau memiliki akhlak terpuji dan
patut dijadikan teladan umat manusia. Beliau di utus ke dunia dengan membawa
tugas Allah SWT untuk menyempurnakan akhlak manusia.

Nabi Muhammad SAW lahir, tumbuh, dan menjadi dewasa di tanah Arab
Jahilliah yang memiliki akhlak buru. Masyarakat tersebut suka minum-minuman
keras, berjudi, berbuat zina, dan menyembah berhala yang sangat jauh dari
kebenaran Allah. Namun, di lingkungan yang seperti itu tak membuat Nabi
Muhammad SAW tumbuh menjadi manusia yang berakhlak rendah.
Kenyataannya Nabi Muhammad SAW tidak hanyut dalam arus kesesatan, namun
beliau justru memiliki kepribadian yang jauh bertolak belakang.

Allah telah memenuhi janji-Nya untuk menyempurnakan seorang manusia


untuk menjadi rasul dengan kepribadian yang sempurna yang dikenal dengan sifat
wajib rasul.

1. Shiddiq (Benar)
Yang berarti bahwa Nabi Muhammad SAW mencintai dan berpihak pada
kebenaran yang datang dari Allah SWT, sehingga seluruh pikiran, sikap,
dan emosi yang ditampilkan dalam perilaku, ucapan (sabda) dan diamnya
beliau merupakan sesuatu yang pasti benar.
2. Amanah (Terpercaya)
Sifat ini berarti bahwa Rasulullah SAW merupakan seseorang yang dapat
dipercaya, karena mampu memelihara kepercayaan dengan merahasiakan
sesuatu yang harus dirahasiakan dan sebaliknya selalu mampu
menyampaikan sesuatu yang seharusnya disampaikan.

8
3. Tabligh (Menyampaikan)
Sifat ini sejalan dengan sifat amanah, meskipun yang dimaksud terutama
sekali bukan terpercaya, tetapi memiliki kemampuan dalam
menyampaikan atau mendakwahkan wahyu dari Allah SWT, sehingga
jelas maksudnya dan dapat dimengerti.
4. Fathonah (Cerdas)
Sifat ini berarti Allah SWT pasti membekali Rasulullah SAW dengan
tingkat kecerdasan yang tinggi.
5. Maksum (Bebas Dosa)
Sifat ini berarti Rasulullah SAW merupakan seseorang yang berakhlak
mulia, yang tidak dapat dan tidak mungkin ditipu dan disesatkan setan
yang terkutuk. (Nawawi,2001:273)

Seorang pemimpin harus mengutamakan dan mempercayai kebenaran


yang datang dari Allah SWT, dapat dipercaya dalam mengemban amanah,
menyampaikan, dan memiliki pengetahunan dan kemampuan yang luas di
bidangnya. Pemimpin juga diharapkan memiliki sifat maksum. Sebagai manusia
biasa, tentu tidak lepas dari salah dan dosa. Namun, seorang pemimpin seharusnya
mampu menata hati, pikiran, lisan, dan tindakannya, agar tidak mudah terjerat
oleh tipuan setan.

Akhlak/ karakteristik yang menonjol dari kepemimpinan Rasulullah


adalah kejujurannya. Kejujurannya adalah kunci untuk membangun kepercayaan
dari seorang pemimpin.

Kejujuran adalah keselarasan antara pikiran, ucapan, dan perbuatannya.


Tentu saja bukan hal mudah membuat orang lain percaya kepada kita. Namun
dengan melihat kejujuran yang kita miliki, orang-orang akan mudah percaya
dengan kita. Namun alangkah baiknya jika kita menggunakan kepercayaan orang
lain dengan sebaik-baiknya. Peribahasa mengatakan “Gajah di depan mata tak
tampak, semut di seberang pulau tampak”. Sekali kesalahan akan terlihat di
banding seribu kebaikan. Karena itulah sekali saja kita berbuat keburukan, bahkan

9
ingkar janji selamanya orang-orang tidak akan percaya kepada kita. Untuk itu
jujur sangat dibutuhkan dalam memimpin umat.

Telah ada suri tauladan yang baik yang patut kita jadikan contoh. Sehingga
akhlak Rasulullah pantas dijadikan materi pembelajaran dalam berbagai jenjang
pendidikan, mengingat betapa pentingnya penanaman sifat terpuji ini. Dengan
adanya materi pembelajaran ini di berbagai jenjang pendidikan, diharapkan para
pelajar telah mengetahui sifat-sifat terpuji yang dapat diteladani sedari kecil. Para
pembelajar yang telah dibekali dengan sifat ini diharapkan mampu menjadi
pribadi yang berakhlak terpuji ketika dewasa nanti dan mampu menjadi penerus
bangsa yang berakhlak mulia.

2.4 Pengertin Integritas Seorang Pemimpin

Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan Integritas


sebagai mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga
memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan. Dalam
pengertian lain, integritas juga bisa didefinisikan sebagai sebuah konsistensi
antara tindakan dengan nilai ataupun prinsip- prinsip yang sedang dijalankan.

Integritas merupakan salah satu atribut terpenting/kunci yang harus


dimiliki seorang pemimpin. Integritas adalah suatu konsep berkaitan dengan
konsistensi dalam tindakan-tindakan, nilai-nilai, metode-metode, ukuran-ukuran,
prinsip-prinsip, ekspektasi-ekspektasi dan berbagai hal yang dihasilkan. Orang
berintegritas berarti memiliki pribadi yang jujur dan memiliki karakter kuat.
Integritas itu sendiri berasal dari kata Latin “integer ”,yang berarti: Sikap yang
teguh mempertahankan prinsip , tidak mau korupsi, dan menjadi dasar yang
melekat pada diri sendiri sebagai nilai-nilai moral. Kemudian Mutu, sifat, atau
keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan
kemampuanyang memancarkan kewibawaan; kejujuran.

Maka “Integritas” menjadi kunci kepemimpinan “bagaimana ia membuat


keputusan yang benar pada waktu yang benar” dalam bersikap dan berperilaku

10
karena disitulah terletak pondasi dalam membangun kepercyaan dan
hubungan antara individu dalam organisasi. Dimana kita memperhatikan legalitas
dan  prosedur yang harus ditempuh, namun yang lebih penting “Integritas”
seseorang dapat menuntun mana yang jujur dan yang tidak jujur yang tidak mudah
di kacaukan hal-hal yang bersifat formal tapi dapat menyesatkan.

Jadi dapat dipahami bahwa Integritas Seorang Pemimpin Adalah sikap


atau sifat serta nilai-nilai yang memang harus dimiliki oleh seorang pemimpin
guna untuk membangun kepercayaan antar individu dalam organisasi.

2.5 Membangun Integritas Dimulai Dari Diri Sendiri

Kepemimpinan yang konsisten menunjukkan keteladanan dalam


mempengaruhi orang lain berarti memberikan daya dorong untuk memotivasi
dirinya dalam membangun integritas, yang secara tak langsung mendorong orang
lain untuk memahami secara mendalam prinsip dalam menumbuh kembangkan
integritas yang kita sebut dengan prinsip pertama adalah menumbuh kembangkan
kepercayaan dan keyakinan dalam merubah kesadaran inderawi ke tingkat yang
lebih baik ; prinsip kedua adalah memberi saling menghormati dan menghargai
orang lain ; prinsip ketiga adalah memiliki kemampuan dalam kedewasaan
rohaniah, sosial, emosional dan intelektual.

Untuk menegakkan prinsip integritas diatas, maka setiap individu harus


mampu memahami makna dan arti integritas yang dapat diaplikasikan dalam
kehidupannya. Caranya mendorong orang untuk menggerakkan kekuatan  pikiran
dengan memahami dari unsur huruf menjadi kata bermakna sebagai suatu
pendekatan untuk memotivasi diri dalam membangun kepercayaan dan keyakinan
sebagai titik tolak agar ia mampu berbuat sesuatu untuk kemajuan dirinya, untuk
apa ia mengikat diri kedalam suatu organisasi.

Dengan pemahaman itu diharapkan menjadi daya dorong untuk bersikap


dan berperilaku bahwa “dapatkah kepemimpinan anda dan pengikutnya mencapai
keberhasilan untuk tetap memiliki “integritas” dalam usaha-usaha membangun
budaya organisasi yang kuat sebagai wahana untuk melaksanakan transformasi

11
dalam perubahan sikap dan perilaku untuk mengikat diri kita  bersama dan
membangkitkan jiwa kepuasaan di dalam diri kita. Jadi integritas menjadi
penuntun dan wasit agar kita konsisten sehingga keyakinan kita akan dicerminkan
oleh perbuatan kita, yang akan menunjukkan bahwa tidak akan ada perbedaan
antara apa yang kelihatan dan apa yang diketahui lingkungan kita tentang diri kita,
apakah berada dalam saat berkuasa atau tidak  berkuasa.

Jadi integritas bukan hanya penuntun dan wasit antara dua keinginan yang
kita sebut dengan “orang yang bahagia dan jiwa yang terbagi” Dengan
pemahaman integritas dari sudut kata yang bermakna yang telah kita kemukakan
diatas, maka membebaskan kita untuk menjadi diri yang utuh tidak  peduli apa
yang akan datang kepada kita. Sehingga tingkat kedewasaan kita akan
menunjukkan “kalau apa yang saya katakan dan apa yang saya lakukan sama,
hasilnya konsisten dalam bersikap dan berperilaku.

2.6 Karakteristik Integritas dalam kepemimpinan

Menurut Gen Ronald R. Fogleman menemukan bahwa pemimpin yang


berintegritas menunjukkan sikap tulus dan konsisten, memiliki keteguhan hati dan
karakter, dan merupakan seorang yang mampu bertahan sampai akhir.

 Ketulusan

 Ketulusan adalah perilaku tanpa kepura-puraan dan kesan yang  palsu.


Pemimpin yang berintegritas bersikap tulus -- tindakan mereka sesuai dengan
perkataannya. Sebuah ilustrasi tentang Jenderal Wilbur Creech membantu
menjelaskan poin ini. Saat menjabat sebagai Komandan Tactical Air Command
pada awal tahun 1980-an, dia selalu mengadakan lawatan dan bertemu dengan
para bawahannya di tempat mereka tinggal dan bekerja. Suatu ketika, Jenderal
Creech sedang melakukan inspeksi ke gudang persediaan, ketika didapatinya
seorang sersan duduk di sebuah kursi yang penuh tambalan selotip elektrik dan
diganjal dengan satu batu  bata. Saat sang jenderal menanyakan mengapa ia tidak
memakai kursi yang lebih baik keadaannya, sersan tersebut menjawab bahwa

12
tidak ada kursi baru yang tersedia bagi petugas gudang. Jenderal Creech berjanji
akan mengurus masalah tersebut. Sebagai tindak lanjut inspeksi tersebut, Jenderal
Creech memerintahkan ajudannya untuk terbang kembali ke Langley (markas
angkatan udara, Virginia) dan menyerahkan kursi tua itu kepada petugas logistik.
Kursi itu diakui sebagai milik sang jenderal sampai petugas logistik tersebut
mengatasi permasalahan di gudang dan mengembalikan kursi itu ke petugas
gudang. Jenderal Creech selalu menyesuaikan perkataannya dengan tindakannya.
Itulah yang membuatnya menjadi seorang pemimpin yang hebat dan memiliki
integritas. Semakin sejalan perilaku seorang pemimpin dengan  perkataannya,
semakin setia para pengikut, baik dalam mengikuti sang  pemimpin ataupun
mengikuti organisasi.

 Konsistensi

 Satu perbuatan nyata yang mencerminkan integritas akan meninggalkan


kesan, namun perilaku seorang pemimpin haruslah konsisten jika ia ingin berhasil
membentuk suatu organisasi. Pada kenyataannya, integritas bersifat imperatif
karena secuil pelanggaran saja terhadap integritas akan dapat meninggalkan cacat
permanen. Para  pemimpin haruslah konsisten dalam menjalankan standar
kedisiplinan. Seorang pemimpin yang mendiskriminasi, dengan menggunakan
tingkat  jabatan atau hubungan pertemanan untuk menentukan responnya terhadap
pelanggaran kedisiplinan, memiliki masalah integritas yang serius. Tak ada yang
dapat menghancurkan moral seefektif menghukum seorang staf  junior seberat-
beratnya karena melakukan pelanggaran serius, namun membiarkan seorang staf
senior yang melakukan kesalahan serupa, lalu  pensiun tanpa menanggung
hukuman. Pemimpin semestinya mempraktikkan apa yang mereka ajarkan, dan
menetapkan standar dengan adil. Kesemuanya ini dibutuhan untuk terwujudnya
disiplin, moral, dan  pencapaian misi.

 Keteguhan hati

 Untuk menjadi seorang pemimpin, Anda harus memiliki lebih dari


sekadar citra diri (image) yang berintegritas -- Anda harus memiliki keteguhan

13
hati. Presiden Abraham Lincoln pernah menceritakan kisah tentang seorang
petani. Di samping rumah petani tersebut, tumbuh sebatang pohon tinggi yang
sangat indah. Suatu pagi, dia melihat seekor tupai berlari memanjat ke atas pohon
dan menghilang ke dalam sebuah lubang. Karena penasaran, petani itu melihat ke
dalam lubang dan mendapati bahwa pohon yang ia kagumi itu berlubang di
dalamnya, dan  bisa rubuh menimpa rumahnya saat badai hebat menerjang.
Seperti pohon tersebut, pemimpin yang dari luar terlihat memiliki keteguhan hati,
namun ternyata di dalamnya kekurangan integritas, tidak akan kuat untuk bertahan
dalam masa-masa sulit. Pemimpin yang integritasnya lemah tidak bisa
membangun organisasi yang mampu  bertahan dalam situasi yang penuh
tantangan.

 Menjadi Seorang yang Mampu Bertahan Sampai Akhir

 Yang terakhir, pemimpin dapat menunjukkan integritasnya dengan


melaksanakan tugas sebaik mungkin, terlepas dari seberapa penting tugas itu atau
siapa yang akan mendapat pujian. Pendeta Ben Perez menggunakan analogi
tentang tim yang meskipun pasti akan kalah, tapi terus bertahan dalam sebuah
permainan, untuk menggambarkan kebulatan tekad para profesional yang
berintegritas. Mungkin tak ada organisasi yang memperlihatkan kesetiaan
terhadap pekerjaan yang terbesar selain Pursuit Squadron ke-17 di Filipina pada
awal Perang Dunia II. Kendati menghadapi serangan hebat dari armada udara
Jepang, para pilot Pursuit Squadron tetap menjalankan misi pengintaian bersenjata
setiap hari, dan terkadang juga melakukan penyerangan terhadap kapal-kapal
musuh. Meski nyaris menjadi misi bunuh diri, para tentara dari Pursuit Squadron
berkali-kali melakukan serangan mendadak sampai Bataan jatuh pada  bulan Mei
1942. Pursuit Squadron ke-17 merupakan suatu tim yang dipimpin oleh orang-
orang berintegritas yang mampu bertahan dalam  perjalanan panjang menuju
kejayaan. Itulah teladan dari kesetiaan terhadap  pekerjaan, suatu integritas yang
harus dimiliki setiap pemimpin.

14
 Membangun Integritas

 Tindakan seseorang yang selalu menunjukkan integritas akan menjadi


kebiasaan yang menunjukkan integritas, dan kebiasaan seorang individu akan
menjadi cara hidupnya. Mungkin ini sederhana, namun saya tidak pernah
menemukan cara yang lebih efektif untuk mengembangkan integritas diri, selain
menerapkannya dalam setiap hal yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari --
meskipun hanya perkara kecil atau yang tidak berpengaruh. Dan karena organisasi
cenderung hanya menerima kepribadian kepemimpinan mereka, integritas harus
dibangun dari jajaran atas. Perilaku tak jujur ibarat sel kanker yang menggerogoti
serat moral organisasi, terutama jika perilaku itu ditolerir oleh sang pemimpin,
baik secara tersurat maupun tersirat. Pelanggaran terhadap integritas dapat terjadi
karena berbagai alasan, seperti rasa takut gagal, malu, arogansi, atau hanya
kemalasan belaka. Pemimpin yang baik mengakui kesalahan dan
bertanggungjawab terhadap tindakannya.

2.7 Manfaat Integritas Bagi Seorang Pemimpin

Berkaitan dengan pentingnya integritas bagi seorang pemimpin, Warren


Bennis (2000:23) menyatakan bahwa ada tiga bentuk integritas. Ketiga bentuk
dimaksud adalah: pertama, pengenalan diri,kedua, ketulusan dan ketiga,
kedewasaan. Memperhatikan ketiga bentuk yang disampaikan oleh Bennis diatas,
penulis berpandangan bahwa ketiga bentuk integritas tadi masih memiliki
kekurangan. Kekurangan dimaksud adalah kurangnya satu kriteria yang paling
krusial dan menyentuh seluruh kriteria pemimpin yang baik ( good leader ) yaitu
kejujuran. Dengan demikian maka, sehebat dan sebagus apapun cita- cita dan misi
seorang pemimpin, tentu harus dicapai dengan cara- cara dan tindakan yang baik.
Mengapa demikian, karena kejujuran akan melahirkan dan menumbuhkan
kepercayaan.

Terdapat sebuah teori yang penulis anggap mampu menciptakan


kepemimpinan efektif. Teori dimaksud adalah Teori Interaksi Harapan. Teori ini
mengembangkan tiga variabel dasar dalam kepemimpinan yakni tindakan,

15
interaksi dan sentimen. Dari ketiga variabel dimaksud, penulis mengasumsikan
bahwa peningkatan kualitas tindakan seorang pemimpin dalam berinteraksi akan
berbanding lurus dengan peningkatan kualitas sentimen yakni perasaan senang
dan puas terhadap kinerja seorang pemimpin. Pada tahun 1957, Stogdill
menyempurnakan teori ini yang kemudian diberi nama Teori
Harapan-  Reinforcement. Hal ini dilakukan untuk mencapai peranan pemimpin
yang  jauh lebih sempurna. Bedanya, teori reinforcement  ini akan menguatkan
harapan untuk tetap menjalin interaksi antara seorang pemimpin dengan mereka
yang dipimpinnya. Jadi, sebagai seorang pemimpin harus menampilkan harapan
bersama yang dikaitkan dengan tampilnya interaksi yang dilakukan kedua belah
pihak.

Memberikan teladan sebagai seorang pemimpin yang berintegritas, akan


menumbuhkan dan membumikan nilai-nilai integritas untuk melembaga dalam
struktur kepemimpinan yang dijalankannya. Maka, mari menjadi pemimpin yang
memberikan teladan tentang nilai integritas.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk memengaruhi orang


lain supaya mau bekerjasama dibawah arahannya untuk mencapai tujuan yang di
ridhoi Allah SWT. Pemimpin ini harus memiliki sifat-sifat yang dapat diteladani
dari Nabi Muhammad SAW yaitu sidiq, amanah, tabligh, fathonah, dan maksum.

Integritas Seorang Pemimpin Adalah sikap atau sifat serta nilai-nilai yang
memang harus dimiliki oleh seorang pemimpin guna untuk membangun
kepercayaan antar individu dalam organisasi.

3.2 Saran

Makalah ini masih dalam pengembangan, saya mengharapkan kritik dan


saran dari pembimbing dan pembaca guna supaya makalah ini bisa menjadi acuan
untuk wawasan khususnya wawasan dalam kajian tentang adab dan integritas bagi
seorang pemimpin.

17
DAFTAR PUSTAKA

Arifin dan Veithzal Rivai. 2009. Islam Leadership. Jakarta:PT Bumi Aksara.

Handoko T Hani. 2015. Manajemen. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Nawawi, Hadari. 2001. Kepemimpinan menurut Islam. Yogyakarta:Gajah Mada


University Press.

18

Anda mungkin juga menyukai