Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PERILAKU KEUANGAN

“Bias Kognitif dalam Pengambilan Keputusan Keuangan”

Di Susun Oleh:

Siti Aminah (211009023)

Ofiel Satria Nugraha (211009068)

Dosen Pengampu :

Abdul Salam, S.E.,M.M.

PRODI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TEKNOLOGI SUMBAWA

2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas segala rahmat
nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dari mata kuliah Perilaku Keuangan.
kami juga berterima kasih banyak kepada Dosen pengampu mata kuliah perilaku keuangan
kami yaitu Bapak Abdul Salam, S.E.,M.M. karena telah membimbing kami dalam
pembelajaran sangat baik serta telah memberi arahan sehingga kami bisa dengan mudah
membuat makalah ini. kami sangat berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
kita semua dan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca maupun
kami sebagai penyusun makalah ini.

kami sebagai penyusun dari makalah ini menyadari akan banyak nya kekurangan
dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar kami bisa lebih menyempurnakan makalah ini.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................2

DAFTAR ISI........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................4

A. Latar Belakang...............................................................................................................4

B. Rumusan Masalah..........................................................................................................4

C. Tujuan Penulisan............................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................5

1. Definisi bias kognitif dalam pengambilan keputusan keuangan....................................5

2. Penyebab Timbulnya Bias Kognitif................................................................................5

3. Faktor Determinan Bias Kognitif dalam Proses Pengambilan Keputusan.....................11

4. Jenis-jenis Bias Kognitif................................................................................................12

BAB III PENUTUP............................................................................................................14

A. Kesimpulan....................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia sebagai individu memiliki keterbatasan kognitif dalam mengelola
dan menginterpretasikan suatu informasi. Salah satu keterbatasan kognitif
manusia adalah ketidaksempurnaan dalam mengelola informasi yang diterima.
Adanya bias kognitif yang terjadi pada manusia sangatlah wajar apalagi penyebab dan
pengaruhnya dalam pengambilan keputusan keuangan karena bias kognitif mempengaruhi
pola prilaku,pikir. Serta cara dalam mengambil keputusan Apalagi jika menjadi
investor,bias kognitif yang terjadi harus sangatlah di perhatikan. Maka dalam makalah ini
akan membahas lebih dalam mengenai bias kognitif yang terjadi pada manusia dalam
pengambilan keputusan
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi bias kognitif dalam pengambilan keputusan keuangan?
2. Apa Penyebab Timbulnya Bias Kognitif?
3. Apa Faktor Determinan Bias Kognitif dalam proses Pengambilan
Keputusan Keuangan?
4. Apa saja Jenis-jenis Bias Kognitif?

C.Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Definisi Bias Kognitif dalam Pengambilan Keputusan Keungan
2. Untuk mengetahui Penyebab Timbulnya Bias kognitif
3. Untuk mengetahui Faktor Bias Kognitif dalam Proses Pengambilan
Keputusan Keuangan
4. Untuk mengetahui Jenis-jenis Bias Kognitif

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi bias kognitif dalam pengambilan keputusan keuangan

Bias kognitif adalah suatu proses berfikir yang tidak didasarkan pada
pertimbangan rasional dan tidak didukung oleh alasan-alasan yang kuat. Hal ini
mengakibatkan timbulnya penyimpangan persepsi, penyimpangan judgment, interpretasi
yang tidak logis atau disebut sebagai irrational dalam proses berfikir sehingga akan
berakibat fatal dalam pengambilan keputusan keuangan

2. Penyebab Timbulnya Bias Kognitif

Penyebab dari adanya bias kognitif yaitu deisebabkan oleh variabel-variabel


perilaku. Variabel-variabel tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok
utama yaitu sebagai berikut:

1. Kelompok Pertama Kelompok pertama adalah kelompok perilaku penyederhanaan


proses pembuatan keputusan (heuristic).

Heuristic adalah proses pengambilan keputusan yang menggunakan informasi terbatas,


lebih banyak mengandalkan pengalaman, ditambah dengan insuisi secukupnya (Fromlet,
2001). Dalam menyelesaikan permasalahan secara heuristic, terkadang dengan
menggunakan rule of thumb dan intuisi atau common sense. Berikut beberapa alasan
pendekatan heuristic perlu diterapkan adalah: - keputusan yang diambil relatif sederhana;

- sudah terjadi berulang-ulang;

- mengandung dampak yang tidak serius seandainya terjadi kesalahan. Heuristic terdiri dari:

a) Availability

Availability heuristic bermula dari Tversky dan Kahneman (1973) yang


menggambarkan availability dengan kalimat “if you can think of it, it must be important”.
Hal ini menggambarkan bahwa di mata seseorang, peluang terjadinya sesuatu ditentukan
oleh seberapa melekatnya kejadian serupa di ingatannya. Para investor sering
menggunakan availability, misalnya seorang investor telah melakukan beberapa kali

5
investasi di sektor perbankan dan selalu mendapatkan hasil yang tinggi. Keberhasilan ini
tertanam di ingatannya.

Ketika seseorang meminta pendapat mengenai saham yang paling menguntungkan,


maka yang muncul di memorinya yaitu saham perbankan. Padahal sebenarnya terdapat
saham sektor Agribisnis dan Manufaktur yang lebih baik. Para manajer saat menggunakan
availability heuristics saat membuat keputusan. Sebagian keputusan yang dibuat manajer
secara rutin. Proses pengambilan keputusan secara rutin disebut sebagai proses availability
heuristic, karena pengalaman masa lalu sudah melekat pada memori pembuat keputusan.
Data, informasi, dan sejumlah hal yang ibutuhkan seolah-oleh sudah tersedia di
memorinya, sehingga pada perilaku heuristic kemungkinan terjadinya kesalahan relatif
besar yang diakibatkan dari pengabaian variabel-variabel lain.

b) Hindsight

Hindsight bias merujuk pada kecenderungan orang merasa suatu kejadian dapat
diperkirakan sebelumnya dan hanya dengan melihat kejadian terkahir yang dialaminya.
Setelah kejadian berlangsung, ia mengatakan bahwa kejadian tersebut sudah diketahui
sebelumnya (knew-it-all-along effect). Contoh hindsight yaitu “Saya sudah menduga
bahwa Aakan bertingkah seperti itu”. Kemarin ia melakukan hal yang sama.

Dampak dari hindsight adalah:

- orang menjadi percaya berlebih atas kemampuannya memprediksi suatu peristiwa; - orang
akan menjadi terlalu berani mengambil risiko; - orang akan menunda penjualan saham
berkinerja buruk karena merasa seharusnya harga tidak seburuk itu;

- manajer menunda rencana akuisisi target, karena takut menyesal akan kekeliruannya,
namun realitanya “I knew-it-all-along”. Oleh karena itu membuka peluang terjadinya
kesalahan heuristics, karena pembuat keputusan tidak menganalisis secara lengkap data
dan metode yang memadai.

c) Representativeness

Representativeness didefinisikan oleh Tversky dan Kahneman (1974) yaitu manusia


cenderung untuk mengambil jalan pintas dalam membuat kesimpulan dengan menganggap
bahwa sesuatu yang dihadapi “mewakili” kelompok tertentu, meskipun kelompok itu

6
belum tentu terwakili. Akibatnya, representativeness dapat membawa ke arah kesimpulan
yang salah. Contoh bentuk kesalahan pada representativeness yaitu:

- The law of small numbers: Dengan berbicara dengan 5 pegawai pada perusahaan dan
hasil kelima-limanya menunjukkan perilaku yang sama, lalu dapat dibuat kesimpulan
tentang kultur perusahaan tersebut.

- Stereotyping process: Orang terlalu cepat mengambil kesimpulan berdasarkan


pengetahuannya yang terbatas tentang ciri-ciri sebuah kelompok. Misalnya, ketika
bertemu dengan seseorang dan berbicara dengannya, maka ia dapat menyimpulkan bahwa
orang tersebut berasal dari suku tertentu.

2. Kelompok Kedua

Kelompok kedua berisi bias reaksi terhadap informasi. Pasar dapat memberikan rekasi
cepat terhadap informasi, namun bisa terjadi karena adanya unsur subjektifitas, emosi, dan
berbagai faktor psikologis. Berlawanan. Kecepatan reaksi seseorang mungkin didorong
karena kekhawatiran yang berlebihan, shingga reaksi yang diberikan juga berlebihan dari
“seharusnya” (overreact).

Berlawanan dengan overreaction, dalam hal ini seseorang lambat dalam memberikan
reaksi terhadap informasi karena adanya “kesenjangan”. Ia merasa tidak perlu cepat
bereaksi dan menyesuaikan diri dengan perkembangan baru, karena ia merasa sudah aman.
Bias reaksi terhadap informasi terdiri dari:

a) Overreaction

De Bondt dan Thaler (1985) mengatakan bahwa umumnya orang cenderung bereaksi
berlebihan (overreact) terhadap peristiwa atau berita dramatis, baik itu berita positif
maupun negatif. Penelitian tersebut menemukan tanda-tanda terbuktinya overreaction
hypothesis yaitu bahwa saham-saham dengan hasil rendah (losers) akan “berbalik arah”
menjadi pencetak hasil yang tinggi, sebaliknya saham-saham yang sebelumnya dengan
hasil tinggi (winners) akan berubah menjadi saham yang menghasilkan sangat rendah. Hal
ini disebabkan sebagai bentuk koreksi diri terhadap reaksi berlebihan.

b) Conservatism

Conservatism meunjukkan bahwa seseorang lambat dalam menyesuaikan diri dengan


suatu perubahan. Hal ini berkaitan dengan perilaku anchoring, dimana seseorang sudah

7
terpaku pada sesuatu maka sulit untuk berubah. Bias konservatif tersebut
membuat sesorang cenderung kurang berekasi terhadap informasi, sehingga
terlambat untuk memanfaatkan kesempatan yang ada.

c) Anchoring and Adjustment

Tversky dan Kahneman (1974) mengatakan bahwa anchoring and adjustment adalah
suatu cara untuk menilai ketidakpastian dengan melihat informasi tertentu yang dimiliki
(dan ditetapkan sebagai “jangkar”) dan melakukan penyesuaian yang diperlukan. Bahkan
terkadang seseorang terlalu terpaku pada jangkarnya daripada melakukan penyesuaian. Hal
ini mengakibatkan timbulnya bias atau kesalahan karena kecenderungan untuk percaya
berlebihan terhadap informasi tertentu dan tidak peduli terhadap informasi lain.

Para investor yang memiliki perilaku anchoring and adjustment yaitu apabila investor
sudah lama bermain di pasar midal dan mempunyai portofolio unggulan. Ia sudah
mengenal perilaku harga saham, sehingga ia merasa mengetahui kapan harus menjual dan
membeli. Informasi ini dijadikan jangkar, ketika harga portofolio saham menurun dan ada
informasi penurunan berlanjut, maka ia menolak untuk mempercayainya dan
memutuskan tetap menahan saham tersebut (timbul desposition error).

Para manajer yang memiliki perilaku ini dalam pengambilan keputusan yang sama,
sehingga ia sudah tau akibatnya. Contohnya, keputusan penentuan dividend payout ratio
telah dilakukan setiap tahun dan telah menemukan ratio yang optimal, sehingga penentuan
ini dijadikan jangkar dan acuan keputusan penentuan dividen berikutnya.

d) Confirmation Bias

Confirmation bias merupakan suatu keyakinan yang berlebihan pada suatu informasi.
Hal ini dapat diistilahkan, seseorang hanya sudi mendengar apa yang ia ingin dengar dan
tidak peduli pada informasi yang tidak ingin ia dengar. Confirmation bias dapat
disebabkan karena keterlibatan pada kegiatan terdahulu, pengetahuannya atau mungkin
karena kekaguman pada sesuatu. Misalnya, pada pasar saham sektor teknologi informasi
sedang booming pada periode 1990-an, tak seorang investorpun percaya pada nasehat
untuk tidak menanamkan uangnya di sektor itu, kaena situasi sudah menghawatirkan.

Para manajer keuangan tidak peduli atas peringatan untuk tidak meminjam mata uang
asing, hal ini dikarenakan ia yakin tentang informasi Indonesia adalah “macan” Asia yang
memiliki perekonomian yang baik.

8
3. Kelompok Ketiga

Kelompok ketiga berisi bias pemahaman informasi dan penyesuaian diri. Terkadang
seseorang memiliki sikap optimisme dan rasa percaya diri yang berlebihan, sehingga
keputusan yang dibuat cenderung berlebihan. Kejadian di pasar modal berupa “kesalahan”
dalam menempatkan diri sehingga mengakibatkan kesalahan dalam bereaksi terhadap
informasi (disposition effect). Bias pemahaman informasi dan penyesuaian diri terdiri dari:

a) Excessive Optimism dan Overconfidence

Excessive optimism atau rasa optimisme yang berlebihan menggambarkan


perilaku seseorang yang cenderung oveerestimate terhadap frekuensi keberhasilan dan
cenderung underestimate terhadap frekuensi kegagalan.

Overconfidence menunjukkan bahwa penilaian seseorang terhadap kemampuan


dirinya, dalam hal ini ia menilai dirinya mempunyai kemampuan diatas rata-rata. Apabila
pelaku bursa memiliki perilaku tersebut, maka secara agregat reaksi yang terjadi di pasar
akan jauh dari rasional.

Wendy (2012) menganalisis dari beberapa hasil penelitian dan menyimpulkan bahwa
prilaku overconfidence memiliki sebutan lain seperti overconfidence bias, prediction
overconfidence, serta certainty overconfidence. Berikut implikasi perilaku tersebut
terhadap teori investasi, khususnya dalam pengambilan keputusan yaitu:

- Pertama: investor dapat melakukan kesalahan estimasi terhadap target investasi potensial.
Perilaku overconfident bisa membuatnya terlalu optimis, sehingga ia menjadi overestimate
terhadap hasil investasi tersebut.

- Kedua: seseorang akan melakukan excessive trading, karena percaya bahwa ia


memiliki pengetahuan yang tidak dimiliki orang lain.

- Ketiga: seorang investor bisa saja tidak begitu memahmi tentang target investasi atau ia
tahu tetapi tidak melakukan analisis (rasa percaya diri berlebihan) mengenai kinerja
suatu target investasi sehingga cenderung underestimate terhadap risiko.

b) Mental Accounting

Mental accounting diasumsikan bahwa manusia membagi uangnya ke beberapa


kelompok (account) tertentu berdasarkan tujuan pemanfaatan uang tersebut. Misalnya
untuk cadangan pensiun, untuk membiayai kuliah anaknya, dan sebagainya. Menurut

9
Thaler dalam beberapa penelitiannya di tahun 1980, 1985, 1990, dan 1999 menunjukkan
bahwa manusia memandang dan memperlakukan kekayaannya dengan melihat hubungan
kekayaan tersebut dengan:

- kemampuan mendapat penghasilan saat ini I(currrent income);

- kekayaan yang dimiliki saat ini (current wealth);

- kemampuan memperoleh penghasilan di masa datang (future income). Seseorang


mengaitkan pengeluaran untuk konsumsi dengan current income, sehingga ia cenderung
tidak bersikap risk averse meskipun bukan berarti risk seeking. Sebaliknya, untuk
pengeluaran jangka panjang seperti pembelian aset tetap secara kredit ia
mengkaitkannya dengan future income dan bersikap risk averse.

c) Framing Effect Framing

effect merupakan seseorang memberikan reaksi terhadap informasi yang datang


kepadanya. Reaksi ditentukan oleh cara penyampaian informasi tersebut. Orang akan
bereaksi positif apabila informasi disampaikan dengan “bingkai” positif, dan akan bereaksi
negatif bila informasi (yang sama) disampaikan dengan “bingkai” negatif.

Fenomena ini berkaitan dengan perilaku sesorang yang berbeda terhadap informasi
positif (berita keselamatan atau berita mendapat dividen) dan informasi negatif (berita
kematian atau berita tidak mendapat dividen). Ketika informasi berbingkai positif ia
cenderung risk averse dan berperilaku risk seeking ketika mendapat informasi (yang
sama) berbingkai negatif (Tversky dan Kahneman, 1981). d) Disposition Effect
Terjadinya disposition effect dijelaskan pada Prospect Theory. Dalam konteks investasi,
para investor berperilaku risk averse, dikatakan bahwa seseorang melakukan disposisi
disebabkan karena terlalu terburu-buru menjual saham yang berkinerja bagus (selling
winners too soon) dan terlalu lama menahan saham yang berkinerja buruk (holding losers
too long).
Kedua hal tersebut menunjukkan keputusan yang menyimpang dari perhitungan rasional.
Berikut pedoman rasional sebagai acuan adalah:

- Buy low, sell high: investor harus mengetahui waktu harus membeli (harga
saham terendah) dan menjual sahamnya (harga saham tertinggi).

10
- Hold winners, drop losers: investor harus mampu menghitung kapan waktu yang
tepat untuk menjual saham winner. Apabila saham dijual “sebelum waktunya”, maka
akan melanggar pedoman tersebut.

Alasan seseorang menjual saham yang “bagus” terlalu cepat berkaitan dengan emosi
penyesalan (regret). Ketakutan akan rasa sesal terlepasnya keuntungan yang sudah
ditangan seandainya harga mengalami penurunan. Akibatnya mereka selalu dihantui rasa
ingin menjual saham. Sebaliknya, keputusan investor untuk menahan lebih lama saham
yang “jelek” disebabkan oleh masih adanya harapan (hope) akan terjadinya kenaikan
harga, sehingga ia tidak jadi menanggung kerugian

3. Faktor Determinan Bias Kognitif dalam proses Pengambilan Keputusan Keuangan

1. Pengetahuan Keuangan

Individu membuat keputusan keuangan berdasarkan perencanaan keuangan masa depan yang
bervariasi sesuai dengan tingkat pendapatan, kematian, dan sikap risiko mereka (Alonso-
garcía & Sherris, 2019). Selanjutnya, harapan hidup antar individu akan mempengaruhi
perencanaan keuangan masa depan mereka dan kemudian akan mempengaruhi keputusan
keuangan mereka saat ini. Hal ini dibuktikan oleh Alonso-garcía dan Sherris (2019) dimana
perbedaan mortalitas berpengaruh terhadap perencanaan keuangan. Selain itu, pengalaman
krisis keuangan masa lalu memiliki dampak besar pada individu karena mereka telah
mengamati bagaimana kapasitas keuangan mereka menurun karena krisis pekerjaan dan
peristiwa tidak pasti yang mempengaruhi perencanaan keuangan mereka (Fiksenbaum et al.,
2017; Greenglass et al., 2013).

2. Perilaku Menggiring

Perilaku menggiring didefinisikan sebagai individu yang mendorong untuk mengikuti


keputusan yang dibuat oleh mayoritas atau karena berita tertentu (Bakar et al., 2016; Qasim
et al., 2019). Dalam konteks ini, individu dapat mengabaikan naluri mereka sendiri atau
faktor internal lainnya di mana evaluasi dilakukan dengan mengikuti keputusan orang lain
dan meniru mereka (Rihards et al., 2019; Simões & Valente, 2015). Beberapa peneliti
berpendapat bahwa herding adalah perilaku yang memperburuk volatilitas pasar dan
menyebabkan ketidakstabilan pasar (Bikhchandani & Sharma, 2001; Guney et al., 2017;
Spyrou, 2013). Namun demikian perilaku herding lebih umum di kalangan investor
institusional daripada investor individu (Bakar et al., 2016; Camara, 2017). Dengan
demikian,
11
perilaku herding tidak hanya mempengaruhi individu tetapi juga investor institusi (Metawa et
al., 2019).

3. Perencanaan Keuangan

Individu membuat keputusan keuangan berdasarkan perencanaan keuangan masa depan


yang bervariasi sesuai dengan tingkat pendapatan, kematian, dan sikap risiko mereka
(Alonso-garcía & Sherris, 2019). Selanjutnya, harapan hidup antar individu akan
mempengaruhi perencanaan keuangan masa depan mereka dan kemudian akan
mempengaruhi keputusan keuangan mereka saat ini. Hal ini dibuktikan oleh Alonso-garcía
dan Sherris (2019) dimana perbedaan mortalitas berpengaruh terhadap perencanaan
keuangan. Selain itu, pengalaman krisis keuangan masa lalu memiliki dampak besar pada
individu karena mereka telah mengamati bagaimana kapasitas keuangan mereka menurun
karena krisis pekerjaan dan peristiwa tidak pasti yang mempengaruhi perencanaan
keuangan mereka (Fiksenbaum et al., 2017; Greenglass et al., 2013).

4. Jenis-jenis Bias Kognitif

Bias kognitif terdiri dari berbagai macam jenis. Masing-masing jenis mempunyai faktor
pemicu bias dan menghasilkan pola perilaku yang berbeda. Jenis-jenis bias kognitif antara
lain sebagai berikut:

1. Anchoring Bias (efek jangkar)


Anchoring bias juga dikenal sebagai jebakan relativitas. Bias ini terjadi karena
kecenderungan dimana kita harus membandingkan dan mengontraskan hal-hal yang terbatas.
Biasanya seseorang akan memercayai suatu informasi yang pertama kali ia dapatkan melebihi
informasi lainnya.

2. Barnum Effect

Efek Barnum mungkin sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Efek Barnum adalah
suatu fenomena psikologis ketika seseorang akan memercayai bahwa suatu deskripsi
kepribadian dirancang khusus untuk mereka, padahal deskripsi itu sebenarnya sangat umum
sehingga dapat berlaku untuk banyak orang.

3. Availability Heuristic Bias (ketersediaan heuristik)


Availability Heuristic Bias adalah jenis bias kognitif yang biasanya dilakukan oleh seseorang
ketika melakukan penalaran dengan mental jalan pintas (mental shortcut) berdasarkan pada

12
informasi yang sering mereka dapat atau yang terakhir mereka dapat dan yang paling
mudah dipikirkan untuk segera diambil keputusan.

4. Blind Spot Bias


Jenis bias ini menganggap bahwa orang lain telah melakukan tindakan atau pemikiran bias
daripada dirinya sendiri. Jadi, blind spot bias adalah satu bias yang menganggap orang
lain lebih bias.

5. Confirmation bias (bias konfirmasi)


Confirmation bias adalah kecenderungan orang untuk mendukung informasi yang
menegaskan keyakinan atau hipotesis mereka. Contohnya, kita seringkali setuju
dengan orang-orang yang sependapat dengan kita.

6. Choice-supportive bias
Choice-supportive bias adalah kecenderungan seseorang untuk memberikan nilai positif pada
kepunyaan yang mereka pilih atau yang dimilikinya. Ketika orang memilih sesuatu, orang
cenderung akan memberikan penilaian positif pada pilihannya tersebut.

7. Clustering illusion
clustering illusion adalah kecenderungan manusia untuk melihat pola dalam suatu kejadian
yang acak. Illusi ini disebabkan oleh kecenderungan manusia untuk meramalkan sesuatu
yang berubah-ubah hanya dengan melihat sedikit sampel data yang acak.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bias kognitif adalah suatu proses berfikir yang tidak didasarkan pada
pertimbangan rasional dan tidak didukung oleh alasan-alasan yang kuat. Serta memiliki
Penyebab yang di sebabkan oleh variabel-variabel perilaku yang di bagi menjadi tiga
kelompok utama yaitu kelompok perilaku penyederhanaan proses pembuatan keputusan
(heuristic), Kelompok kedua berisi bias reaksi terhadap informasi, dan Kelompok ketiga
berisi bias pemahaman informasi dan penyesuaian diri.

Faktor Determinan Bias Kognitif dalam proses Pengambilan Keputusan


Keuangan ada tiga yaitu pembuat keptusan,perilaku menggiring, dan perencanaan
keuangan. serta memiliki beberapa jenis-jenis dari bias kognitif pengambilan keputusan
perencanaan keuangan.

14
DAFTAR PUSTAKA

bias Kognitif yang Sering Muncul Dalam Kehidupan Sehari-hari - Kampus Psikologi

Rangkuman Bias Kognitif Dalam Pengambilan Keputusan Keuangan - PDF free (downloader.tips)

Bias Kognitif: Tanda-Tanda, Jenis, dan Cara Mencegahnya

Downloads/rangkuman-bias-kognitif-dalam-pengambilan-keputusan-keuangan_compress.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai