Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KEPEMIMPINAN MANAJERIAL

“KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL DAN KEPEMIMPINAN


TRANSFORMASIONAL”

Dosen Pengampu :

Dra. Krisnandini Wahyu P., M.si

Disusun oleh:

Kelompok 7

Alfiani Desty R. 141170233

Hesti Ayu Safitri 141170281

Kusuma Damayanti 141170299

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

YOGYAKARTA

2019
I. KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL

A. Definisi Kepemimpinan Transaksional

Apabila model tradisional lebih berfokus pada gaya kepemimpinan yang sesuai untuk status
quo, maka model agen perubahan (change agency models) menekankan alternatif kepemimpinan
yang tepat untuk mengadakan perubahan. Salah satu teori agen perubahan yang paling
komprehensif adalah teori kepemimpinan transformasional dan kepemimpinan transaksional.
Gagasan awal mengenai model kepemimpinan ini dikembangkan oleh James Mc Gregor Burns
yang menerapkannya dalam konteks politik dan selanjutnya disempurnakan ke dalam konteks
organisasional oleh Benard Basa (Eisenbach, Watson, dan Pillai (1999).

Kepemimpinan transaksional memfokuskan perhatiannya pada transaksi interpersonal antara


pimpinan dengan anggota yang melibatkan hubungan pertukaran. Pertukaran tersebut didasarkan
pada kesepakatan mengenai klarifikasi sasaran, standar kerja, dan penugasan kerja serta imbalan
(imbalan dan insentif) atas pemenuhan tugas tersebut (prestasi).

B. Aspek-aspek Dalam Kepemimpinan Transaksional

Aspek-aspek yang terkandung dalam pertukaran pada kepemimpinan transaksional adalah:

1. Imbalan Kontingen (Contingency Reward)

Kontrak pertukaran imbalan untuk upaya yang dilakukan, menjanjikan imbalan bagi
kinerja baik, dan menghargai prestasi kerja, misalnya: pimpinan bersedia memberikan
bonus sebesar 100% gaji apabila manajer pemasaran sanggup menaikan penjualan
sebesar 10%.

2. Active Management by Exception

Mengawasi dan mencari deviasi (penyimpangan) atas berbagai aturan dan standar, serta
mengambil tindakan korektif. Tindakan ini misalnya: pimpinan akan memberitahu
anggotanya jika jumlah kerusakan produk yang dihasilkan mengalami kenaikan
signifikan. Pimpinan juga akan membantu anggota memperbaiki mesin yang rusak agar
masalahnya segera teratasi.

3. Passive Management by Exception


Pimpinan melakukan intervensi hanya jika standar yang dicapai anggota tidak tercapai.
Sebagai contoh: pimpinan mendatangi anggotanya setelah mendengar laporan produksi
mingguan menunjukkan bahwa anggota yang bersangkutan menghasilkan banyak
produk cacat.

4. Laissez Faire:

Pimpinan melepaskan tanggung jawab dan cenderung menghindari pengambilan


keputusan. Perilaku ini misalnya: pimpinan jarang berada diantara anggotanya dan tidak
menindaklanjuti keputusan-keputusan yang membutuhkan tindakan nyata.

Dari aspek-aspek dalam kepemimpinan transaksional tersebut, maka dapat diketahui dua
(2) karakteristik utama tipe kepemimpinan transaksional, yaitu:

a. Pimpinan menggunakan serangkaian imbalan (reward) untuk memotivasi para


anggota

b. Pimpinan hanya melakukan tindakan korektif apabila anggotanya gaga; mencapai


sasaran yang ditetapkan

Dengan demikian, kepemimpinan transaksional mengarah pada upaya mempertahankan


atau melanjutkan status quo. Kepemimpinan transaksional juga dipandang cenderung
menghambat kebutuhan organisasi akan perubahan (Ticky & Ulrich, 1987 dalam Fulop
& Linstead, 1999).

Proses terjadinya kepemimpinan transaksional dapat digambarkan dalam gambar 1


berikut ini:
Gambar 1

Proses Terjadinya Kepemimpinan Transaksional

II. KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL

A. DEFINISI KEPEMIMPINAN TRANSFORMAL


Kepemimpinan transformal dapat didefinisikan sebagai kepemimpinan yang mencakup
upaya perubahan organisasi (sebagai lawan kepemimpinan yang dirancang untuk
mempertahankan status quo). Diyakini bahwa gaya ini akan mengarah pada kinerja superior
dalam organisasi yang sedang menghadapi tuntutan pembaharuan dan perubahan
(Bass&Avoilo, 1994).
B. INDIKATOR-INDIKATOR KEPEMIMPINAN TRANSMORMASIONAL
Kepemimpinan Transformasional dapat ditransformasikan atau dapat diukur dengan
melihat pada aspek-aspek sebagai berikut :
1. Karisma (Idealized Infuence)
Pemimpin transformasional memiliki integritas perilaku (behavioral integrity)
atau persepsi terhadap kesesuaian antara espoused values dan enacted values
(Simons, 1999).
Artinya nilai-nilai yang diungkapkan lewat kata-kata senada dengan yang ia
tunjukan dalam tindakan. Pemimpin ini memberikan contoh dan cenderung bertindak
sebagai role model positif dalam perilaku, sikap, prestasi, maupun komitmen bagi
anggota-anggotanya. Ia sangat memperhatikan kebutuhan anggotanya, siap
menanggung risiko bersama dengan anggota, hanya menggunakan kekuasaannya
disaat diperlukan serta tidak memanfaatkan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi.
Kepemimpinan transformasional dalam hal ini senantiasa memberi visi dan sense of
mission, serta menanamkan rasa bangga pada anggotanya. Akibat yang terjadi adalah:
anggota respect, kagum, dan memiliki kepercayaan penuh pada pimpinan. Hal ini
ditunjukkan anggota dengan selalu berkeinginan melakukan seperti yang dilakukan
pimpinannya.
2. Inspirational Motivation
Pemimpin transformasional senantiasa memotivasi anggota-anggotanya dengan
cara mengkomunikasikan harapan-harapan yang tinggi dan tantangan kerja yang
jelas, menggunakan beragam symbol untuk memfokuskan usaha atau tindakan, dan
mengekspresikan tujuan penting dengan cara-cara simple. Pemimpin tipe ini juga
membangkitkan semangat kerja sama tim, antusiasme, dan optimism diantara rekan
kerja dan anggota itu sendiri.
3. Intelectual Stimulation
Pemimpin transformasional berusaha menciptakan iklim yang kondusif bagi
berkembangnya inovasi dan kreativitas. Perbedaan pendapat dipandang sebagai hal
yang biasa. Pemimpin mendorong anggotanya untuk memunculkan ide ide baru dan
solusi kreatif atas masalah-masalah yang dihadapi. Untuk itu, anggota sungguh-
sungguh dilibatkan dan diberdayakan dalam proses perumusan masalah dan
mengatasi masalah. Pada hakekatnya esensi kepemimpinan transformal adalah
sharing of power dengan melibatkan anggota secara bersama-sama.
4. Individualized Consideration
Pemimpin transformasional memberi perhatian khusus pada kebutuhan tiap
anggota untuk berprestasi dan berkembang dengan cara bertindak sebagai pelatih
(coach) atau penasehat (mentor) bagi anggota-anggotanya. Pemimpin sangat
menghargai perbedaan-perbedaan individual dalam hal minat, kebutuhan, persepsi
atas sesuatu. Dalam upayanya tersebut,pemimpin transformasional melakukan
komunikasi secara personal dengan intensitas tinggi seringkali pemimpin
memberikan delegasi tugas pada anggota untuk dipantau dan dipastikan apakah
anggotanya memerlukan dukungn antau arahan, tanpa bermaksud mengawasi anggota
dengan ketat. Kondisi idealnya adalah bahwa anggota tidak merasa diawasi atau
diperiksa.

C. PERBEDAAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DENGAN KEPEMIMPINAN


TRANSAKSIONAL
Apabila digambarkan dalam bentuk skema, maka perbedaan antara kepemimpinan
transformasional dengan kepemimpinan transaksional dapat digambarkan sebagai berikut:

Kepemimpinan Transformasional versus Transaksional

Pertukaran antara
Kepemimpinan Transaksional
1. Imbalan Kontingen Pemimpin dan Pengikut Kinerja yang
2. Management by Exception (Aktif)
3. Management by Exception (Pasif)
Disepakati
4. Laissez Faire

Memperluas dan
Mempertinggi
Kepemimpinan Transformasional
1. Karisma Sasaran Pengikut Kinerja Melampaui
2. Inspirasi Harapan
3. Stimulasi Intelektual
4. Konsiderasi yang Bersifat Individual
Contoh Pemimpin dengan gaya Kepemimpinan Transaksional

Pengusaha kelahiran Surabaya, 26 September 1965 ini duduk sebagai Ketua Dewan Pakar
Partai Nasdem. Keterlibatan Hary Tanoe sendiri didalam partai Nasdem secara nyata pada
tanggal 26 Juli 2011saat deklarasi partai tersebut di Mercure Hotel,Ancol. Namun sepertinya
kepemimpinan Hary Tanoe di Partai Nasdem lebih bercorak transaksional. J.M Burns
mengatakan bahwa salah satu gaya kepemimpinan transaksional adalah Kepemimpinan Partai.
Pertama, Hary Tanoe adalah Ketua Dewan Pakar Partai Nasdem. Meskipun tidak menjadi Ketua
Umum Partai Nasdem, Hary Tanoe dapat memberikan pengaruhnya lewat tugasnya sebagai
Ketua Dewan Pakar Partai Nasional Demokrat.

Kedua, bisa dilihat dari Kepemimpian Hary Tanoe di Partai Nasdem pun transaksional.
Sebagai media owner Hary Tanoe, memanfaat seluruh media dan karyawannya untuk membantu
Partai Nasdem. Dari wawancara diatas dapat dilihat bagaimana Hary Tanoe mengerahkan TIM
MNCnya untuk membuat sistem database jumlah anggota partai. Selain itu secara realitas Hary
Tanoe menggunakan media penyiarannya seperti televise dibawah MNC Groupnya seperti
RCTI, MNC TV, Global Tv untuk menanyangkan iklan Partai Nasdem secara terus menerus.
Selain itu terjadi bargaining antara Partai Nasdem dengan Hary Tanoe.
Menggambarkan kebutuhan antara Hary Tanoe dengan Partai Nasdem. Partai Nasdem
membutuhkan anggota untuk mendukungnya sedangkan Hary Tanoe membutuhkan pekerja
untuk perusahaannya. Dengan begitu anggota Partai Nasdem memiliki kesempatan yang lebih
besar untuk bekerja diperusahaan yang ditangani oleh Hary Tanoe dibandingkan dengan orang
yang tidak menjadi anggota Partai Nasdem. Ini menandakan kemampuan, pengetahuan dan
keterampilan menjadi prioritas nomor dua.

Selain itu hubungan Hary Tanoe dan Partai Nasdem juga dapat dilihat bargaining politik
yang dilakukannya dengan cara melakukan pertukaran antara kepentingan bisnis dan
kepentingan politik. Sebagai pengusaha media tentunya Hary Tanoe mempunyai kepentingan
bisnis yaitu untuk mempertahankan, mengamankan dan melebarkan usaha medianya. Sementara
Partai Nasdem mempunyai kepentingan politik untuk menjadi partai pemenang pemilu 2014.
Kepentingan Partai Nasdem seperti yang disampaikan oleh Armyn Gultom, “Menang kita, kita
pasti menang. Jangka pendeknya kan lolos verifikasi KPU, jangka panjangnya menang pemilu
2014. Kalo sudah menang pemilu baru bisa melakukan perubahan”

Kepentingan bisnis Hary Tanoe juga terlihat dari kekhawatirannya terhadap capres pemilu
2014. Ini menegaskan bahwa kepentingan Hary Tanoe adalah untuk kepentingan bisnisnya
semata. Keadaan bisnisnya yang telah “nyaman” ini, jangan sampai diganggu oleh para
pesaingnya. Ini tentunya terkait dengan pencalonan presiden 2014. Hary Tanoe mengharapkan
agar yang menjadi presiden di 2014, bersifat adil dalam membuat peraturan bisnis atau
persaingan usaha. Ini menyebabkan Partai Nasdem menjadi sangat penting. Pemilu presiden
2014, hanya di ikuti oleh calon presiden dan wakil presiden yang diusulkan oleh partai politik.
Sepertinya yang tertera pada UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 pasal 6A ayat 2 yang
berbunyi “Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau
gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilu”.

Dugaan motif ini muncul setelah adanya data LSI tentang mencari calon presiden 2014.
Mega Wati mungkin mengungguli calon lain seperti Prabowo dan Aburizal jika diadakan
pemilihan presiden yaitu Febuari 2012 serakang. Lalu melenggang ke puturan kedua bersama
Prabowo. Namun bisa saja pada putaran kedua ini Prabowo berkemungkinan memenangkannya.
Sayangnya pemilihan umum presiden masih dua tahun lagi. Trend pemilih yang memilih
Prabowo dan Aburizal pun mulai meningkat.
Keberadaan Hary Tanoe sebagai Ketua Dewan Pakar Partai Nasdem tentunya sangat
menguntungkan partai tersebut. Pertama, dampak kepemimpinan Hary Tanoe tentunya menjadi
salah sumber pendanaan partai. Sumber pendanaan yang diberikan tidaklah selalu berupa uang,
lewat perusahaan media yang dipimpinnya. Dengan cara mengiklankan iklan politik Partai
Nasdem. Bagaimana bisa partai baru mampu mendanai iklan partai politik yang hampir
mencapai 200 slot per hari? Biaya pembuatan/produksi iklan politik tidaklah murah itu belum
lagi harga pemasangan iklan partai politik pada jam-jam tertentu dengan harga yang berbeda-
beda pula. Kehadiran Hary Tanoe sebagai Ketua Dewan Pakar Partai Nasdem tentunya sangat
membantu partai tersebut dalam hal pengenalan dan promosi partai tersebut terhadap
masyarakat.

Analisis: Kepemimpinan Transaksional adalah gaya kepeimpinan yang memfokuskan


peratiannya pada transaksi interpersonal antara pimpinan dengan anggota yang melibatkan
hubungan pertukaran pada kesepakatan mengenai klarifikasi sasaran, standar kerja, dan
penugasan kerja serta imbalan. Dari artikel tersebut dijelaskan bahwa Bapak Hary Tanoe Ketua
Dewan Pakar Partai Nasdem memiliki gaya Kepemimpinan Transaksional dalam
kepemimpinannya.

 Pertama, Hary Tanoe adalah Ketua Dewan Pakar Partai Nasdem. Meskipun tidak menjadi
Ketua Umum Partai Nasdem, Hary Tanoe dapat memberikan pengaruhnya lewat
tugasnya sebagai Ketua Dewan Pakar Partai Nasional Demokrat.
 Sebagai media owner Hary Tanoe, memanfaat seluruh media dan karyawannya untuk
membantu Partai Nasdem. Hary Tanoe mengerahkan TIM MNCnya untuk membuat
sistem database jumlah anggota partai.
 Terjadi bargaining antara Partai Nasdem dengan Hary Tanoe. Partai Nasdem
membutuhkan anggota untuk mendukungnya sedangkan Hary Tanoe membutuhkan
pekerja untuk perusahaannya.
 Hubungan Hary Tanoe dan Partai Nasdem juga dapat dilihat bargaining politik yang
dilakukannya dengan cara melakukan pertukaran antara kepentingan bisnis dan
kepentingan politik. Sebagai pengusaha media tentunya Hary Tanoe mempunyai
kepentingan bisnis yaitu untuk mempertahankan, mengamankan dan melebarkan usaha
medianya. Sementara Partai Nasdem mempunyai kepentingan politik untuk menjadi
partai pemenang pemilu 2014.
 Kepentingan bisnis Hary Tanoe terlihat dari kekhawatirannya terhadap capres pemilu
2014. Hary Tanoe mengharapkan agar yang menjadi presiden di 2014, bersifat adil dalam
membuat peraturan bisnis atau persaingan usaha.
 Dampak kepemimpinan Hary Tanoe tentunya menjadi salah sumber pendanaan partai.
Kehadiran Hary Tanoe sebagai Ketua Dewan Pakar Partai Nasdem tentunya sangat
membantu partai tersebut dalam hal pengenalan dan promosi partai tersebut terhadap
masyarakat.
Contoh Pemimpin dengan gaya Kepemimpinan Transformasional

Semenjak dilantik sebagai wali kota pada 2013 lalu, dia membuat terobosan dengan
menghidupkan kembali taman-taman kota, memberikan denda kepada perokok di tempat umum,
hingga mempercepat pembuatan akte kelahiran bagi warganya. Walaupun langkahnya itu
terkadang dihadang berbagai kendala, Ridwan yang berlatar arsitek ini mengaku telah berusaha
berinovasi, yang barangkali dulu tidak pernah dilakukan para pendahulunya. Misalnya saja,
Emil, begitu sapaan akrabnya, nyaris rutin "menyapa" warganya melalui media sosial atau
menemui secara langsung warganya yang kurang beruntung dengan mengajaknya makan
bersama. "Saya mencoba berinovasi setiap hari, di mana bisa ditemukan metode atau cara baru
untuk memperbaiki sistem, ya saya lakukan," kata Ridwan Kamil dalam wawancara khusus
dengan wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan, di sela-sela kesibukannya, Rabu, 26 Maret
2014, di Jakarta.

Berbagai langkahnya ini kemudian menarik perhatian media, sehingga namanya pun banyak
disebut. Pria kelahiran 1971 ini lantas dianggap contoh pemimpin di tingkat lokal yang mampu
berinovasi. "Saya jadi walikota mencoba menjawab permasalahan masyarakat, dan selalu
membayangkan kalau saya menjadi masyarakat," kata alumni ITB Bandung ini. Wartawan senior
asal Bandung, Budiana Kartawijaya, mengatakan, Ridwan Kamil bukanlah nama baru di benak
masyarakat kota itu. Dia juga bukanlah sosok yang tiba-tiba muncul dan menghiasi judul utama
berbagai media massa.

"Ridwan Kamil dikenal oleh masyarakat Bandung bukan sekedar sebagai seorang walikota,"
kata Budiana kepada BBC Indonesia. "Social investment-nya sudah banyak sejak dari
dulu."Menurutnya, sudah sejak lama Emil telah mendorong kegiatan kreatif pada tingkat
komunitas. "Sehingga kehadirannya membawa paradigma baru," kata Budiana. Dan setelah
terpilih sebagai Wali kota Bandung, lanjutnya, Ridwan mampu membuang jauh-jauh
"keangkeran" jabatan itu. "Kalau dulu jabatan wali kota itu dipandang sebagai birokrat yang
berjarak, sekarang anak muda di Bandung menganggap Ridwan Kamil sebagai teman," ujar
mantan Pemimpin Redaksi harian Pikiran Rakyat ini.

Memanfaatkan sepenuhnya media sosial, alumni teknik arsitektur ITB Bandung (1990-1995)
ini melakukan dialog langsung dengan warganya. "Dia mampu menghilangkan jarak
komunikasi, orang bisa menyapa dia lewat media sosial," kata Budiana. "Semua warga bisa
tanya (kepadanya), kemudian dia feedback (membalasnya)."

Memanfaatkan Facebook dan Twitter

"Karena negeri ini sudah melewati sebuah tahapan, di mana teknologi bukan lagi masalah,"
ungkapnya dalam wawancara dengan BBC Indonesia di dalam kendaraan miliknya, di sela-sela
kesibukan kunjungan kerjanya di Jakarta. Hal ini, menurutnya, terbukti dari kenyataan "betapa
terhubungnya masyarakat Indonesia melalui media sosial."

"Contohnya, di Bandung yang penduduknya 2,6 juta, yang punya Facebook, 2, 3 juta.
Pembantu saya bahkan (akun) Facebook-nya dua," ungkapnya memberi contoh.

Dari kenyataan inilah, dia kemudian memilih untuk memanfaatkan media sosial untuk
berhubungan dengan warganya. "Sehingga semua kegiatan saya, sekarang saya informasikan di
sosial media. Saya gunakan untuk menginformasikan kegiatan, menjawab pertanyaan, berdebat
terhadap kritikan-kritikan. " Lagipula, lanjutnya, "Saya tidak punya media, tidak seperti
konglomerat lainnya."

"Jadi," imbuhnya, "sosial media adalah media paling revolusioner di masa depan. Tidak hanya
mengurusi hal pribadi, tapi juga mengurusi hal-hal serius."

Analisis: Kepemimpinan Transformasional adalah gaya kepemimpinan dimana dalam


melakukan kepemiminan, seorang pemimpin berusaha melakukan perubahan untuk mencapai
kinerja superior dalam menghadapi tuntutan pembaharuan dan perubahan. Dalam artikel tersebut
dapat diketahui bahwa Bapak Ridwa Kamil dalam menjalankan kepemimpinannya sebagai wali
kota selalu berusaha melakukan inovasi-inovasi. Bentuk-bentuk pembaharuan yang dilakukan
Beliau dalam memimpin antara lain:

 Membuat terobosan dengan menghidupkan kembali taman-taman kota, memberikan


denda kepada perokok di tempat umum, hingga mempercepat pembuatan akte kelahiran
bagi warganya.
 Rutin "menyapa" warganya melalui media sosial atau menemui secara langsung
warganya yang kurang beruntung dengan mengajaknya makan bersama.
 Mendorong kegiatan kreatif pada tingkat komunitas sehingga kehadirannya membawa
paradigma baru mengenai jabatan yang dipandang sebagai birokrat yang berjarak,
sekarang anak muda di Bandung menganggap Ridwan Kamil sebagai teman.
 Memanfaatkan sepenuhnya media sosial untuk melakukan dialog langsung dengan
warganya menggunakan Facebook dan Twitter.
DAFTAR PUSTAKA

1. Siswanti, Yuni.2015.Meraih Organisasi dengan Kepempinan Manajerial yang


‘SMART’ dengan pendekatan RISET EMPIRIS. Yogyakarta:Etose Digital Publishing.
2. http://khairunnisa-marsya.blogspot.com/2016/11/contoh-kasus-
kepemimpinan_27.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai