Anda di halaman 1dari 5

Sabtu, 7 September 2017

Tugas Gaya Kepemimpinan Transaksional

MATA KULIAH
MANAJEMEN KONSTRUKSI
DISUSUN OLEH KELOMPOK 3
MARSELINO MULUMBOT
CHRISTIAN GIGIR
WENPY TARORE
JOSUA MANANGKOT

TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MANADO
PENDAHULUAN

kepemimpinan adalah cara untuk memengaruhi orang lain agar menjadi efektif tentu setiap
orang bisa berbeda dalam melakukan. Kepemimpinan merupakan seni, karena pendekatan setiap
orang dalam memimpin orang dapat berbeda tergantung karakteristik pemimpin, karakteristik
tugas maupun karakteristik orang yang dipimpinnya.

Adapun beberapa pengertian kepemimpinan menurut para ahli yaitu:

Pengertian kepemimpinan menurut Hemhill dan Coons adalah perilaku dari seorang
individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang ingin dicapai
bersama (shared goals).

Pengertian kepemimpinan menurut Tannenbaum, Weschler dan Masarik menyatakan


bahwa kepemimpinan adalah Pengaruh antar pribadi yang dijalankan dalam suatu situasi tertentu,
serta diarahkan melalui proses komunikasi, ke arah pencapaian satu atau beberapa tujuan
tertentu.

Pengertian kepemimpinan menurut Stogdill menyatakan bahwa kepemimpinan adalah


pembentukan awal serta pemeliharaan struktur dalam harapan dan interaksi.
BAB 1

1.1 Kepemimpinan Transaksional

kepemimpinan adalah cara untuk memengaruhi orang lain agar menjadi efektif tentu setiap
orang bisa berbeda dalam melakukan. Kepemimpinan merupakan seni, karena pendekatan setiap
orang dalam memimpin orang dapat berbeda tergantung karakteristik pemimpin, karakteristik
tugas maupun karakteristik orang yang dipimpinnya.

Kepemimpinan transaksional merupakan perilaku pemimpin yang memfokuskan


perhatiannya pada transaksi interpersonal antara pemimpin dengan anggota yang melibatkan
hubungan pertukaran. Pertukaran tersebut didasarkan pada kesepakatan mengenai klarifikasi
sasaran, standar kerja, penugasan kerja, dan penghargaan.

Kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang menekankan pada tugas yang


diemban oleh bawahan. Pemimpin di sini merupakan seseorang yang mendesain pekerjaan serta
mekanismenya, sementara staf adalah seseorang yang melaksanakan tugas sesuai dengan
kemampuan dan keahliannya masing-masing.

1.2 Aspek aspek

a) aspek siapa yang menggunakan pengaruh


b) sasaran yang ingin diperoleh dari pengaruh tersebut
c) cara bagaimana pengaruh tersebut digunakan
d) serta hasil dari usaha menggunakan pengaruh tersebut.

1.3 Kelebihan Dan Kekurangan

1. Kelebihan
Dapat memotivasi secara individu;
Memingkatkan kinerja pagawai secara individu.
2. Kekurangan
Munculnya persaingan dalam individu.
komitmen bawahan terhadap organisasi biasanya berjangka pendek
Aktivitas pekerjaan bawahan hanya terfokus pada negosiasi upah serta mengabaikan
pemecahan masalah atau visi bersama.
Komitmen bawahan terhadap organisasi akan tergantung pada sejauh mana kemampuan
organisasi dalam memenuhi keinginan bawahan.

1.4 Tokoh Dalam Gaya Kepemimpinan Transaksional

sebut saja Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, atau yang lebih dikenal dengan
panggilan Ahok. Ahok adalah tipe pemimpin Transaksional dimana beliau memperlakukan
bawahannya dengan memberikan reward dan punishmentyang jelas. Beliau dapat menjadi contoh
yang baik agar para bawahannya menjadi lebih baik. Beliau memiliki sifat yang jujur, berani
melawan pihak yang korupsi, transparan atau auditable. Salah satu contoh sikap transparan yang
ditunjukkan adalah semua yang menyangkut uang rakyat informasinya selalu disampaikan ke
masyarakat secara terbuka dan bisa dipertanggung jawabkan, sehingga rakyat dapat mengetahui
jika Ahok memimpin DKI Jakarta untuk kepentingan rakyat.

Ahok juga menyampaikan informasi ke masyarakat dengan cara saat Ahok mengadakan
rapat, rapat tersebut disiarkan di youtube, sehingga masyarakat dapat mengetahui jalannya rapat
dan hasil keputusan rapat. Ahok juga memiliki sifat kepemimpinan yang tegas dan memiliki visi
yang jelas, yakni membenahi DKI Jakarta dan memikirkan kepentingan rakyat banyak. Dengan
sikap inilah seorang Ahok dapat memimpin dan meyakinkan masyarakat untuk mengikuti aturan-
aturan yang telah ditetapkan meskipun dengan caranya yang tegas, bahkan cenderung keras, dan
cara yang dilakukan Ahok ini terbukti berhasil dalam mengatur warga Jakarta.

Hal tersebut tentu merupakan hal yang positif karena seorang pemimpin dituntut untuk
membawa perubahan bagi masyarakat yang dipimpinnya. Dengan tindakan yang dilakukan Ahok
dalam penegakan kebijakan, Seorang pemimpin harus bisa menjadi sosok yang baik dan bijak, baik
kepada rakyat kecil maupun rakyat besar.

1.5 Aplikasi dalam proyek

Teori kepemimpinan transaksional mendasarkan diri pada asumsi bahwa kepemimpinan


merupakan kontrak sosial antara pemimpin dan pengikut. Pemimpin dan pengikut merupakan
pihak-pihak yang masing-masing mempunyai tujuan, kebutuhan dan kepemimpinan sendiri. Dalam
kondisi nyata, tujuan dan kebutuhan kadang kala saling bertentangan sehingga mengarah ke situasi
konflik antara pemimpin dan pengikut. Pemimpin Transaksional berusaha memotivasi
bawahannya melalui pemberian imbalan atas apa yang telah mereka lakukan. Inti kepemimpinan
transaksional adalah menekankan transaksi di antara pemimpin dan bawahan. Dalam hal ini,
kepemimpinan transaksional memungkinkan pemimpin memotivasi dan mempengaruhi bawahan
dengan cara mempertukarkan reward dengan kinerja tertentu. Artinya, dalam sebuah transaksi
bawahan dijanjikan untuk diberi reward bila bawahan mampu menyelesaikan tugasnya sesuai
dengan kesepakatan yang telah dibuat bersama. Alasan ini mendorong Burns untuk mendefinisikan
kepemimpinan transaksional sebagai bentuk hubungan yang mempertukarkan jabatan atau tugas
tertentu jika bawahan mampu menyelesaikan dengan baik tugas tersebut. Hal ini bermakna, bahwa
pandangan teori kepemimpinan transaksional mendasarkan diri pada pertimbangan ekonomis-
rasional sesuai dengan kontrak yang telah mereka setujui bersama (Sanusi, 2009).

Kepemimpinan Transaksional timbul apabila terdapat motivasi bawahan oleh kebutuhan


pribadi mereka, sehingga seakan-akan perusahaan melakukan proses transaksi terhadap
karyawan. Dalam hal ini perusahaan melakukan proses transaksi dengan karyawan. Adapun
hubungan dengan bawahan dapat dijelaskan sebagai berikut (Marselius dan Rita, 2004):

1. Mengetahui apa yang diinginkan bawahan dan menjelaskan bahwa mereka akan memperoleh
apa yang diinginkannya, apabila performance mereka memenuhi harapan.

2. Memberikan usaha-usaha yang dilakukan bawahan dengan imbalan atau janji untuk memperoleh
imbalan.
3. Responsif terhadap kepentingan bawahan selama kepentingan pribadi itu sepadan dengan nilai
pekerjaan yang telah dilakukan bawahan.

4. Responsif terhadap kepentingan pribadi bawahan selama kepentingan. pribadi itu sepadan
dengan nilai pekerjaan yang dilakukan bawahan. Pada teori kesinambungan kepemimpinan,
kepemimpinan transaksional berletak di ujung yang berlawanan dengan kepemimpinan
transformasional.

Kepemimpinan transaksional lebih sering dijumpai dari kepemimpinan transformasional


(Burns, 1978). Kepemimpinan transaksional dideskripsikan sebagai proses pertukaran yang mana
pemimpin mengidentifikasi kebutuhan pengikutnya dan mendefinisikan proses pertukaran yang
layak untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan kedua belah pihak (Bass, 1985). Bentuk
dari kepemimpinan transaksional termasuk kepemimpinan penghargaan kelompok, kepemimpinan
manajemen dengan pengecualian baik aktif maupun pasif, dan kepemimpinan kebebasan atau
mengakomodasi (Bass dan Avolio, 1990). Hubungan pemimpin transaksional dengan karyawan
tercermin dari tiga hal (Yukl, 1990) yakni:

1. Pemimpin mengetahui apa yang diinginkan karyawan dan menjelasakan apa yang akan mereka
dapatkan apabila kerjanya sesuai dengan harapan.

2. Pemimpin menukar usaha-usaha yang dilakukan oleh karyawan dengan imbalan.

3. Pemimpin responsif terhadap kepentingan pribadi karyawan selama kepentingan tersebut


sebanding dengan nilai pekerjaan yang telah dilakukan karyawan.

Kepemimpinan Transaksional dapat dilakukan dengan manajemen melalui ekspensi dan


imbalan kontijen (Bass, 1985).

1. Manajemen Melalui Eksepsi (Management by Exception)


Manajemen melalui eksepsi, merupakan praktek manajemen dimana pimpinan hanya
memberikan campur tangan dan perhatian kepada bawahannya ketika terjadi kesalahan.
Pimpinan semacam ini jarang sekali memberikan pujian atau penghargaan terhadap
bawahannya. Pemimpin biasanya membiarkannya bawahannya untuk melakukan
pekerjaanya dengan cara yang sama setiap waktu. Tipe pemimpin seperti ini juga tidak
berusaha untuk mengubah sesuatu selama masih berjalan baik. Komunikasi dengan
bawahan biasannya hanya berupa hal-hal yang harus dilakukan oleh bawahan.
2. Perilaku Imbalan Kontinjen (Dorongan Kontijen Positif)
Imbalan Kontijen meliputi interaksi antara atasan dan bawahan yang di dasarkan pada asas
pertukaran atau kesepakatan, dimana bawahan akan mendapatkan penghargaan atas asas
pertukaran atau kesepakatan, dimana bawahan akan mendapatkan penghargaan,
pengakuan dan imbalan untuk setiap hasil pekerjaanya yang memenuhi informasi yang
telah ditetapkan sebelumya. Pemimpin sebagai atasan juga harus berusaha untuk
mengetahui kebutuhan pada bawahannya dan memberikan kejelasan mengenai imbalan
apa yang akan diterima oleh bawahannya apabila performasi bawahan memuaskan.

Anda mungkin juga menyukai