Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MODEL KEPEMIMPINAN DIGITAL DI ERA

REVOLUSI 4.0

Disusun Oleh:

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

RADEN INTANG LAMPUNG

2021

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT serta shalawat

dan salam saya sampaikan hanya bagi tokoh dan teladan kita Nabi Muhammad

SAW. Diantara sekian banyak nikmat Allah SWT yang membawa kita dari

kegelapan ke dimensi terang yang memberi hikmah dan yang paling bermanfaat

bagi seluruh umat manusia, sehingga oleh karenanya saya dapat menyelesaikan

tugas makalah ini dengan baik dan tepat waktu.

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan proposal ini adalah untuk

memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pada mata kuliah. Selain

itu, makalah ini disusun dengan sistematis dan deskriptif, dengan refrensi dari

jurnal.

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................5
C. Tujuan...................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................6
A. Revolusi 4.0...........................................................................................................6
B. Kepemimpinan.....................................................................................................8
C. Model Kepemimpinan Digital.............................................................................9
BAB III KESIMPULAN................................................................................................11
A. Kesimpulan.........................................................................................................11
B. Daftar Pustaka....................................................................................................12

3
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Industry 4.0 adalah singkatan dari 'revolusi industri keempat' dan

merupakan istilah yang merujuk pada transformasi cepat dalam desain, produksi,

implementasi, operasi, dan layanan sistem manufaktur, produk, dan komponen.

Untuk mendapatkan yang terbaik dari teknologi Industri 4.0, organisasi harus

banyak berinvestasi dalam membangun kemampuan dalam dimensi berikut: data

dan konektivitas, analitik dan intelijen, konversi ke dunia fisik, dan interaksi

manusia-mesin. Dalam studi ini, dimensi manusia pada revolusi industri 4.0

memprioritaskan dengan menganalisis teori-teori kepemimpinan perilaku yang

berfokus pada studi tentang perilaku spesifik seorang pemimpin (perilaku

pemimpin adalah prediktor pengaruh kepemimpinannya dan merupakan penentu

terbaik keberhasilan kepemimpinannya.).

Teknologi digital telah mengubah segalanya yang tidak saja terjadi dalam

bidang Teknologi Informasi, tetapi juga gaya kepemimpinan dan cara mengelola

organisasi. Perkembangan teknologi yang begitu cepat ini merubah gaya

kepemimpinan tradisional menjadi kepemimpinan digital. Seorang pemimpin

digital memiliki kemampuan untuk menginspirasi karyawannya untuk berinovasi

dan mempertahankan ide-ide ini. Ketajaman dalam menerapkan tolok ukur

kepemimpinan digital menunjukkan pendekatan yang cepat, lintas hierarkis,

kooperatif, dan berorientasi tim yang sering mengintegrasikan inovasi. Di atas

segalanya, kompetensi pribadi, pola pikir, dan penerapan metode baru adalah

sangat penting.

4
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pengertian revolusi 4.0?

2. Apa yang dimaksud dengan pengertian kepemimpinan?

3. Bagaimana model kepemimpinan di era di gital?

C. Tujuan

1. Untuk memahami pengertian dari revolusi 4.0.

2. Untuk memahami pengertian dari kepemimpinan.

3. Untuk mengetahui bagaimana model kepemimpinan di era digital.

5
BAB II PEMBAHASAN

A. Revolusi 4.0

Konsep revolusi industri 4.0 ini merupakan konsep yang pertama kali

diperkenalkan oleh Profesor Klaus Schwab. Beliau merupakan ekonom terkenal

asal Jerman sekaligus penggagas World Economic Forum (WEF) yang melalui

bukunya, The Fourth Industrial Revolution, menyatakan bahwa revolusi industri

4.0 secara fundamental dapat mengubah cara kita hidup, bekerja, dan

berhubungan satu dengan yang lain.1

Richard Mengko, yang mengutip dari A.T. Kearney dalam Stevani Halim

(Medium, 2018)2, menggambarkan empat tahap evolusi industri. Pertama,

Revolusi industri yang pertama terjadi pada akhir abad ke-18. Hal ini ditandai

dengan ditemukannya alat tenun mekanis pertama pada tahun 1784. Kedua,

Revolusi industri 2.0 terjadi di awal abad ke-20. Kala itu ada pengenalan produksi

massal berdasarkan pembagian kerja. Ketiga, Awal tahun 1970 ditengarai sebagai

perdana kemunculan revolusi industri 3.0 yang dimulai dengan penggunaan

elektronik dan teknologi informasi guna otomatisasi produksi. Terakhir, 2018

hingga sekaranglah zaman revolusi industri 4.0. Industri 4.0 adalah industry yang

menggabungkan teknologi otomatisasi dengan teknologi cyber. Ini merupakan

tren otomatisasi dan pertukaran data dalam teknologi manufaktur. Pada era ini,

industry mulai menyentuh dunia virtual, berbentuk konektivitas manusia, mesin

1
Klaus Schwab, The Fourth Industrial Revolution: What It Means and How to Respond, World
Economic Forum, 2016, https://www.weforum.org/agenda/2016/01/thefourth-industrial-
revolution-what-it-means-and-how-torespond/.
2
Stevani Halim, “Revolusi Industri 4.0 Di Indonesia,” Medium.Com, last modified 2018,
https://medium.com/@stevanihalim/revolusi-industri4-0-di-indonesia-c32ea95033da.

6
dan data, semua sudah ada di mana-mana, atau mengenalnya dengan istilah

Internet of Things (IoT).

Industri 4.0 selanjutnya hadir menggantikan industri 3.0 yang ditandai

dengan cyber fisik dan kolaborasi manufaktur. Lee, Lapira, Bagheri, & Kao

menjelaskan, industri 4.0 ditandai dengan peningkatan digitalisasi manufaktur

yang didorong oleh empat faktor: 1) peningkatan volume data, kekuatan

komputasi, dan konektivitas; 2) munculnya analisis, kemampuan, dan kecerdasan

bisnis; 3) terjadinya bentuk interaksi baru antara manusia dengan mesin; dan 4)

perbaikan instruksi transfer digital ke dunia fisik, seperti robotika dan 3D printing.

Prinsip dasar industri 4.0 adalah penggabungan mesin, alur kerja, dan sistem,

dengan menerapkan jaringan cerdas di sepanjang rantai dan proses produksi untuk

mengendalikan satu sama lain secara mandiri.3

Herman (2016) menambahkan, ada empat desain prinsip industri 4.0.

Pertama, interkoneksi (sambungan) yaitu kemampuan mesin, perangkat, sensor,

dan orang untuk terhubung dan berkomunikasi satu sama lain melalui Internet of

Things (IoT) atau Internet of People (IoP).4

Industri 4.0 telah memperkenalkan teknologi produksi massal yang

fleksibel. Mesin akan beroperasi secara independen atau berkoordinasi dengan

manusia. Mengontrol proses produksi dengan melakukan sinkronisasi waktu

dengan melakukan penyatuan dan penyesuaian produksi. Selanjutnya, Zesulka et

al (2016) menambahkan, industri 4.0 digunakan pada tiga faktor yang saling

3
Markus Liffler and Andreas Tschiesner, “The Internet of Things and the Future of
Manufacturing| McKinsey & Company,” Mckinsey. com (2013).
4
Mario Hermann, Tobias Pentek, and Boris Otto, “Design Principles for Industrie 4.0 Scenarios,”
in Proceedings of the Annual Hawaii International Conference on System Sciences, 2016.

7
terkait yaitu; 1) digitalisasi dan interaksi ekonomi dengan teknik sederhana

menuju jaringan ekonomi dengan teknik kompleks; 2) digitalisasi produk dan

layanan; dan 3) model pasar baru. Baur & Wee (2015) memetakan industri 4.0

dengan istilah “kompas digital.” 5Salah satu karakteristik unik dari industri 4.0

adalah pengaplikasian kecerdasan buatan atau artificial intelligence.

B. Kepemimpinan

Kepemimpinan dalam bahasa inggris disebut Leadership dan dalam bahasa

arab disebut Zi’amah atau Imamah . dalam terminologi yang dikemukakan oleh

Marifield dan Hamzah. Kepemimpinan adalah menyangkut dalam menstimulasi,

memobilisasi, mengarahkan, mengkoordinasi motif-motif dan kesetiaan orang-

orang yang terlibat dalam usaha bersama.6

Kepemimpinan merupakan bagian dari fungsi-fungsi manajemen yang

menduduki posisi strategis dalam sistem dan hirarki kerja dan tanggung jawab

pada sebuah organisasi.7

Menurut Bernes dalam buku Prilaku Dalam Keorganisasian mengatakan

seorang pemimpin dalam tim kaizen memfokuskan perhatiannya pertama kepada

manusia baru kemudian pada hasilnya, sehingga tanggung jawab pemimpin

merupakan kebalikan dari tugas supervisor. Prinsip kepemimpinan kaizen

menurut Bernez dikemukakan dengan mempertimbangkan bahwa kaizen

mengandung sembilan prinsip,

5
D Baur, C., Wee, “Manufacturing’s Next Act,” last modified 2015,
www.mckinsey.com/businessfunctions/operations/our-insights/manufacturingsnext-act.
6
Hamzah Zakub, Menuju Keberhasilan, Manajemen dan Kepemimpinan, Bandung, CV
Diponegoro, h.125.
7
Nasharuddin Baidan& Erwati Aziz, Etika islam dalam Berbisnis, Yogyakarta, Pustaka
Pelajar, 2014, h. 126.

8
yaitu:

a. Mengadakan peningkatan secara terus menerus.

b. Mengakui masalah secara terbuka.

c. Mempromosikan keterbukaan, bagi organisasi tradisional, ilmu pengetahuan

adalah kekuasaan pribadi.

d. Menciptakan tim kerja.

e. Memberikan proses hubungan kerja yang benar.

f. Mengembangkan disiplin pribadi.

g. Memberikan informasi pada karyawan.

h. Sebagai contoh tugas mereka dalam sistem sasaran perusahaan, siklus kaizen

atau siklus kualitas tim-tim proyek.

i. Memberikan wewenang pada setiap karyawan.8

C. Model Kepemimpinan Digital

Kepemimpinan 4.0, yang juga disebut sebagai pemimpin digital adalah

bukan mengenai status, posisi kekuasaan, kontrol, dan pangkat — yang

merupakan bagian dari budaya 'kepemimpinan kekaisaran' dan karisma. 9

Pemimpin 4.0 tidak akan mengambil keputusan atau menjadi pembuat keputusan

eksekutif tunggal atau pembuat ide. Gagasan, keputusan, dan inovasi akan

dihasilkan melalui kolaborasi terbuka dan jaringan kolaboratif. Hal ini akan

berdampak pada beberapa restrukturisasi organisasi, perancangan jaringan

kolaboratif, dan perubahan radikal dalam pola pikir individu.

8
Nasharuddin Baidan& Erwati Aziz, Etika islam dalam Berbisnis, Yogyakarta, Pustaka Pelajar,
2014, h. 127
9
Ade Onny Siagian, Leadership di Era Digital,CV. Insan Cendikia Mandiri hal 171.

9
Digital leadership adalah pengetahuan seorang pemimpin dan calon

pemimpin agar bisa mengarahkan organisasi atau bisnis yang mereka pimpin

untuk bertransformasi ke arah digital. Sebuah transformasi yang dapat disebut

sebagai inovasi dan bukan sekedar ‘paksaan situasi’. Digital leadership juga

dibutuhkan bagi mereka yang ingin mengembangkan bisnis di era revolusi

industri 4.0 ini.

Kepemimpinan digital adalah penggunaan strategis aset digital perusahaan

untuk mencapai tujuan bisnis. Kepemimpinan digital berada di tingkat organisasi

dan individu.

Di tingkat individu, kepemimpinan digital dapat dilakukan oleh Chief

Information Officer (CIO) atau individu lain yang bertanggung jawab untuk

mengawasi aset digital, termasuk email dan dokumen elektronik. Tidak peduli apa

jabatan seseorang, pemimpin digital yang efektif selalu menyadari tujuan

perusahaan dan tahu bagaimana tanggung jawab pekerjaannya mendukungnya.

Pada tingkat organisasi dalam pasar tertentu, pemimpin digital dapat

menjadi perusahaan yang berhasil mengambil keuntungan dari aset digitalnya

sendiri untuk mendapatkan dan mempertahankan keunggulan kompetitif. Para

pemimpin digital bersedia mengeksplorasi bagaimana teknologi informasi (TI)

dapat digunakan untuk membantu organisasi menjadi lebih responsif terhadap

kebutuhan pelanggan dan mengubah persyaratan bisnis. Pemimpin digital yang

sukses memahami pentingnya, dan bertanggung jawab atas, data masuk dan

proses dalam perusahaan yang mendukungnya, serta informasi digital keluar yang

dihasilkan perusahaan di berbagai ekosistem di mana ia berpartisipasi.

10
Organisasi yang menghargai kepemimpinan digital, sering menempatkan

nilai pada komunikasi, kreativitas, dan kesediaan untuk mengeksplorasi cara-cara

baru agar teknologi dan informasi digital dapat digunakan untuk menangani

proyek-proyek bisnis eksternal maupun internal, proyek yang mempengaruhi

operasi dan pekerjaan yang tidak direncanakan. Dengan kepemimpinan digital

yang efektif, organisasi dapat menciptakan alur kerja dan proses bisnis yang

memungkinkan aplikasi, produk, dan layanan baru diluncurkan dengan cepat,

sementara juga memastikan bahwa aplikasi lama dan operasi TI dipertahankan

pada tingkat yang optimal.

Christina Boesenberg, seorang konsultan kepemimpinan pada Global

Leadership Consultants Oxford Leadership memberikan pemikiran bahwa

terdapat tujuh karakteristik kepemimpinan digital: tanggungjawab, hasil, distribusi

informasi, tujuan dan penilaian, kesalahan dan konflik, perubahan, dan inovasi..

11
BAB III KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Era revolusi industri 4.0 berdampak pada gaya kepemimpinan. Kepemimpinan

tradisional yang cenderung kaku dan stagnan tidak sesuai lagi diterapkan.

Kepemimpinan digital akan merespon dengan tepat dalam mengatasi

perkembangan teknologi digital yang signifikan.

Beberapa karakteristik pemimpin digital perlu dibangun untuk keberhasilan

organisasi, yaitu: tanggungjawab, hasil, distribusi informasi, tujuan dan penilaian,

kesalahan dan konflik, perubahan, dan inovasi..

B. Daftar Pustaka

Ade Onny Siagian, Leadership di Era Digital, CV. Insan Cendikia Mandiri.

D Baur, C., Wee, “Manufacturing’s Next Act,” last modified 2015.

Klaus Schwab, The Fourth Industrial Revolution: What It Means and How to

Respond, World Economic Forum, 2016.

Mario Hermann, Tobias Pentek, and Boris Otto, “Design Principles for Industrie

4.0 Scenarios,” in Proceedings of the Annual Hawaii International Conference on

System Sciences, 2016.

Markus Liffler and Andreas Tschiesner, “The Internet of Things and the Future of

Manufacturing| McKinsey & Company,” Mckinsey. com (2013).

Nasharuddin Baidan& Erwati Aziz, Etika islam dalam Berbisnis, Yogyakarta,

PustakaPelajar, 2014.

12
Stevani Halim, “Revolusi Industri 4.0 Di Indonesia,” Medium.Com, last modified

2018.

13

Anda mungkin juga menyukai