Anda di halaman 1dari 66

ANALISIS PENERAPAN LIMA PILAR BUDAYA ORGANISASI BISNIS

SYARIAH DI PASAR SYARIAH ULUL ALBAB SIAK HULU


KABUPATEN KAMPAR

Diajukan untuk Mengikuti Seminar Proposal Skripsi pada


Program Studi Perbankan Syariah
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI)
H.M Lukman Edy Pekanbaru
Pada Semester Ganjil Tahun Akademik 2019/2020

OLEH
ABD ROHIM
1601507

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
H.M LUKMAN EDY PEKANBARU
2019/2020
DAFTAR ISI

Halaman Sampul......................................................................................................................... i
Lembaran Persetujuan................................................................................................................ ii
Daftar Isi.....................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah................................................................................................... 5
C. Batasan Masalah......................................................................................................... 5
D. Rumusan Masalah...................................................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian..................................................................................................... 6
G. Definisi Istilah............................................................................................................ 6
H. Sistematika Penulisan................................................................................................. 8

BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................................. 10


A. Kerangka Teori........................................................................................................... 10
1. Pengertian Budaya Organisasi................................................................................... 10
2. Manfaat budaya organisasi......................................................................................... 18
3. Fungsi budaya organisasi........................................................................................... 20
4. Pembentukan budaya organisasi................................................................................ 22
5. Cara karyawan mempelajari budaya organisasi ........................................................ 25
6. Ciri-ciri budaya oraganisasi kuat / lemah .................................................................. 27
7. Budaya organisasi bisnis Syariah............................................................................... 29
8. Pasar Syariah.............................................................................................................. 31
9. Faktor pembentuk organisasi islami........................................................................... 34
10. Karekteristik budaya organisasi islami...................................................................... 37
11. Landasan moral bisnis Syariah................................................................................... 41
12. Penelitian Terdahulu ...................................................................................................... 43

BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................................... 47


A. Pendekatan dan Jenis Penelitian................................................................................. 47
B. Lokasi Penelitian ....................................................................................................... 47
C. Data dan Sumber Data .............................................................................................. 48
D. Teknik Pengumpulan Data......................................................................................... 49
E. Teknik analisis data.................................................................................................... 50
F. Pengecekan keabsahan data ...................................................................................... 50
G. Tahap-tahap penelitian............................................................................................... 52
H. Jadwal penelitian........................................................................................................ 54

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................ 55
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Suatu organisasi dibentuk untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Oleh karena

itu, keberhasilan suatu organisasi ditunjukkan oleh kemampuannya mencapai

tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Keberhasilan organisasi dalam

mencapai tujuan sangat ditentukan oleh kinerja organisasi yang dipengaruhi oleh

faktor eksternal maupun internal organisasi. Faktor eksternal adalah segala

sesuatu yang berada di luar organisasi, namun mempunyai pengaruh besar

terhadap organisasi dan budayanya. Sebagai faktor internal organisasi di samping

didukung oleh sumber daya yang diperlukan untuk mewujudkan kinerja

organisasi, maka yang sangat besar peranannya adalah budaya organisasi yang

dianut segenap sumber daya manusia dalam organisasi.1

Strategi dalam mengantisipasi perubahan yang akan dilakukan oleh suatu

organisasi juga perlu mempertimbangkan aspek budaya yang telah ada selama ini,

apakah strategi yang didesain tersebut cocok dengan nilai-nilai yang ada, atau

justru nilai-nilai yang ada menjadi kontra produktif bagi organisasi dalam

perjalanannya ke depan. Para manajer terutama yang berada pada level puncak

mesti sadar betapa pentingnya memahami budaya organisasikarena pengaruhnya

yang begitu besar terhadap perilaku anggota. Budaya organisasi juga dapat

1
Wibowo, Budaya Organisasi: Sebuah Kebutuhan Untuk Meningkatkan Kinerja jangka
Panjang, (Jakarta: Rajawali, 2010), hlm.1

1
dipakai sebagai konsep dalam menyusun strategi perubahan atau pengembangan

organisasi yang dipimpinnya.2

Menurut Robbins mengartikan Budaya Organisasi sebagai suatu persepsi

bersama yang dianut oleh anggota suatu organisasi.3

Sedangkan menurut Eliot Jaeques budaya organisasi adalah cara berpikir dan

melakukan sesuatu tradisi yang dianut bersama oleh semua anggota organisasi,

dan para anggota baru harus mempelajari atau paling sedikit menerimanya

sebagian agar mereka diterima sebagai bagian dari organisasi.4

Budaya organisasi adalah suatu kebiasaan yang berlangsung lama dan dipakai

serta diterapkan dalam kehidupan aktifitas kerja sebagai salah satu mendorong

untuk meningkatkan kualitas kerja para karyawan dan manajer perusahaan. Jones

mendefinisikan kultur organisasi sebagai sekumpulan nilai dan norma hasil

berbagi yang mengendalikan interaksi anggota organisasisatu sama lain dan

dengan orang di luar organisasi.5

Pasar adalah sebuah mekanisme pertukaran barang dan jasa yang alamiah dan

telah berlangsung sejak peradaban awal manusia. Islam menempatkan pasar pada

kedudukan yang penting dalam perekonomian. Praktik ekonomi pada masa

Rasulullah dan al-khulafa al-rasyidun menunjukkan adanya peranan pasar yang

besar.6

2
Komang , Perilaku Keorganisasian, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009), Cet. Ke-1,
hlm. 165
Robbins, Budaya Organisasi: Sebuah Kebutuhan Untuk Meningkatkan Kinerja Jangka
3

Panjang, (Jakarta : Rajawali, 2010), hlm.169


4
Tika, Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahan, (Jakarta : Bumi Aksara,
2006), hlm. 170
5
Fahmi, Perilaku Organisasi, (Jakarta : Alfabeta, 2013), hlm. 50
6
Mujahidin, Ekonomi Islam 2, (Pekanbaru : Al-Mujtahadah Press, 2014), hlm. 1
Pasar syariah adalah pasar di mana pelanggannya selain memiliki motif

rasional juga memiliki motif emosional. Pelanggan tertarik untuk berbisnis pada

pasar syariah bukan hanya karena alasan dan keinginan mendapatkan

keuntungan finansial semata yang bersifat rasional, namun karena keterikatan

terhadap nilai nilai syariah yang dianutnya.7

Menurut Faisal Badroen, faktor-faktor yang mendukung dalam membentuk

budaya organisasi yang islami di antaranya adalah diperlukannya suatu struktur

organisasi yang mampu menjamin penerapan budaya yang Islami di dalam

organisasi yang terdiri dari penanggung jawab program, tim pengarah, komitmen

pimpinan tertinggi, lingkungan kerja, partisipasi, dan disiplin.8

Pasar Syariah Ulul Albab Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar yang

sudah menginjak usia kurang lebih tujuh belas tahun lamanya dan merupakan

satu-satunya pasar syariah yang ada di Provinsi Riau dengan konsep

pembangunan tradisional modern, mempunyai budaya yang berbeda dengan

pasar-pasar lainnya seperti setiap pedagang tidak boleh menerima modal

daganganya dari rentenir dan menghentikan sejenak aktivitas perdagangan pada

saat adzan berkumandang. Budaya organisasi bisnis di Pasar Syariah Ulul Albab

harus sesuai dengan nilai-nilai Islam.Nilai-nilai ini menjadi pedoman dasar bagi

setiap anggota pasar, ungkap Bapak H. Herman selaku Ketua Pengelola Pasar

Syariah Ulul Albab.9

7
Alma, Manajemen Bisnis Syariah, (Bandung : Alfabeta, 2014), hlm. 342
8
Badroen, .Etika Bisnis Dalam Islam, (Jakarta : Kencana, 2006), hlm. 182
9
Herman (Ketua Pengelola Pasar), wawancara, Pekanbaru, pada tanggal 5 november
2019.
Meskipun demikian, penulis menemukan beberapa gejala dalam penerapan

lima pilar budaya organisasi bisnis yang ada di Pasar Syariah Ulul Albab di

antaranya adalah kurangnya ketegasan Dewan Syariah selaku penanggung jawab

program dan tim pengarah terhadap pelaksanaan budaya organisasi di Pasar

Syariah Ulul Albab, hal ini dibuktikan bahwa dalam melaksanakan tugasnya

Dewan Syariah tidak memiliki wewenang penuh untuk memberikan sanksi

terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh anggota pedagang, hal ini diungkapkan

oleh Bapak Jalaludin Noor selaku ketua Dewan Syariah Pasar Syariah Ulul Albab.

Gejala lain yang penulis temukan adalah kurangnya partisipasi dan juga

kedisiplinan anggota pedagang dalam melaksanakan budaya organisasi yang ada,

masih banyak anggota pedagang yang tidak mengikuti peraturan-peraturan yang

telah ditetapkan oleh pihak Pengelola maupun Dewan Syariah seperti halnya

dalam berpakaian, penempatan barang-barang dagangan yang melebihi batas

lapak yang ditentukan, pembayaran retribusi, maupun dalam hal kebersihan.10

Dari uraian yang dikemukakan di atas, peneliti tertarik untuk membuat suatu

kajian yang lebih mendalam mengenai masalah tersebut yang berbentuk Tugas

Akhir dengan judul “Analisis Penerapan Lima Pilar Budaya Organisasi Bisnis

Syariah Di Pasar Syariah Ulul Al-Bab Siak Hulu Kabupaten Kampar”.

B. Identifikasi Masalah
10
Noor (ketua Dewan Syariah),wawancara, pekanbaru, pada tanggal 5 november 2019.
1. Belum terlaksananya penerapan lima pilar budaya organisasi bisnis syariah dan

masih terdapat oknum pedagang yang enggan mengikuti budaya organisasi

bisnis tersebut.

2. Kurangnya Pengawasan yang dilakukan oleh pihak pengelola pasar dan juga

dewan syariah terhadap para pedagang dalam menjalankan aktivitas atau

kegiatan dagang di pasar syariah serta pemberian sanksi tegas terhadap anggota

yang enggan untuk menerima dan melaksanakan budaya organisasi yang ada.

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan sampai kepada sasaran yang diinginkan,

maka penulis membatasi permasalahan dalam penelitian ini. karena keterbatasan

penulis baik pikiran, tenaga, maupun keterbatasan waktu. maka penulis hanya

mengkaji tentang penerapan lima pilar budaya organisasi bisnis syariah di Pasar

Syariah Ulul Al-Bab Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar.

D. Rumusan Masalah

Dari latar permasalahan maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana penerapan lima pilar budaya organisai bisnis syariah di Pasar

Syariah Ulul Al-Bab Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar ?

2. Apa saja faktor-faktor yang mendukung dan menghambat penerapan lima

pilar budaya organisai bisnis syariah di Pasar Syariah Ulul Al-Bab Kecamatan

Siak Hulu Kabupaten Kampar ?

E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan lima pilar budaya organisai bisnis

syariah di Pasar Syariah Ulul Al-Bab Kecamatan Siak Hulu Kabupaten

Kampar.

2. Untuk mengetahui fakator-faktor Apa saja yang mendukung dan menghambat

penerapan lima pilar budaya organisai bisnis syariah di Pasar Syariah Ulul Al-

Bab Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar.

F. Manfaat Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Serjana Ekonomi Syariah di

Jurusan Perbankan Syariah Stai H.M.Lukman Edy Pekanbaru.

2. Penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat sebagai bahan penelitian sejenis

ataupun untuk mengembangkan penelitian selanjutnya.

G. Defenisi Istilah

1. Budaya organisasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, budaya berarti pikiran, akal

budi, dan adat istiadat. Budaya juga berarti sesuatu yang sudah menjadi

kebiasaan yang sudah sukar diubah.11

Organisasi berasal dari kata organ (sebuah kata dalam bahasa Yunani)

yang berarti alat. Stephen Robbins mendefinisikan organisasi adalah kesatuan

(entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, yang bekerja atas dasar yang

11
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hlm. 169
relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok

tujuan.12

Budaya organisasi secara islami adalah suatu wadah berkumulnya orang-

orang yang mempunyai gagasan dan pemikiran yang sejalan, mengambil

konsep-konsep dan kebiasaan-kebiasaan yang sudah tertanam dalam tatanan

islam sebagai dasar bergerak dan usaha dalam upaya memcapai tujuan

organisasi demi kemaslahatan dan ridho Allah SWT.13

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi merupakan

pola keyakinan dan nilai-nilai organisasi yang diyakini dan dijiwai oleh seluruh

anggotanya dalam melakukan pekerjaan sebagai cara yang tepat untuk

memahami, memikirkan, dan merasakan terhadap masalah-masalah terkait,

sehingga akan menjadi sebuah nilai atau aturan di dalam organisasi tersebut.14

2. Bisnis

Bisnis adalah aktivitas-aktivitas yang terorganisir untuk menghasilkan

barang dan jasa dengan bertujuan untuk mendapatkan laba.15

Bisnis menurut islam adalah suatu yang dihalalkan bahkan sangat

dianjurkan oleh Islam.16

3. Pasar Syariah

Pasar syariah adalah pasar di mana pelanggannya selain memiliki motif

rasional juga memiliki motif emosional. Pelanggan tertarik untuk berbisnis

12
Fahmi. Perilaku Organisasi, (Jakarta : Alfabeta, 2013), hlm. 55
13
https://fikrimochammad.wordpress.com/2012/12/11/konsep-budaya-organisasi-secara-
islami/
14
Herwanto, Perilaku Organisasi, (Pekanbaru :Al-Mujtahadah Press, 2015), hlm. 69-71
15
Nilasari, Pengantar Bisnis, (Jakarta : Graha Ilmu , 2006), hlm.2
16
https://dalamislam.com/hukum-islam/ekonomi/bisnis-menurut-islam
pada pasar syariah bukan hanya karena alasan dan keinginan mendapatkan

keuntungan finansial semata yang bersifat rasional, namun karena keterikatan

terhadap nilai-nilai syariah yang dianutnya.17

H. Sistematika Penulisan

Sistematika pada penulisan ini :

Bab I : Pendahuluan, memuat penjelasan latar belakang masalah,

identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, sistematika

penulisan.

Bab II : Landasan teori, menjelaskan tentang kerangka teoritis dan

penelitian terdahulu.

Bab III : Metode penelitian, berisikan pendekatan dan jenis penelitian,

lokasi penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan

data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan data, tahap-

tahap penelitian, jadwal penelitian.

Bab IV : Berisikan hasil penelitian dan pembahasan yang mendsikripsikan

tentang analisis data dan pembahasan yang menggunakan teori

dalam Bab II.

Bab V : Berisikan kesimpulan dan saran. Kesimpulan memberikan

gambaran konkrit tentang rumusan penelitian, sedangkan saran

adalah rekomendasi terhadap berbagai pihak yang berhubungan

dengan rumusan masalah penelitian.


17
Alma, Manajemen Bisnis Syariah, 2014, hlm. 5
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kerangka Teoritis

1. Pengertian Budaya Organisasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, budaya berarti pikiran, akal

budi, dan adat istiadat. Budaya juga berarti sesuatu yang sudah menjadi

kebiasaan yang sudah sukar diubah.18

Sedangkan Koentjaraningrat mengartikan budaya adalah keseluruhan

sistem gagasan tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan

masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar.Selanjutnya

Koentjaraningrat menyatakan bahwa kebudayaan memiliki tiga wujud yaitu:

a. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleksitas dan ide-ide, gagasan, nilai-

nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.

b. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleksitas aktivitas kelakuan berpola

dan manusia dalam masyarakat.

c. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.19

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama

oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi.

18
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hlm. 169
19
Badroen, Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2006),
hlm.179
Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan

politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.20

Geert Hofstede menyatakan bahwa budaya terdiri dari mental program

bersama yang mensyaratkan respon individual pada lingkungannya. Definisi

tersebut mengandung makna bahwa kita melihat budaya dalam perilaku

sehari-hari, tetapi dikontrol oleh rogram mental yang ditanamkan sangat

dalam. Budaya bukan hanya perilaku di permukaan, tetapi sangat dalam

ditanamkan dalam diri kita masing-masing.21

Pandangan Jeff Cartwright, budaya adalah penentu yang kuat dari

keyakinan, sikap dan perilaku orang, dan pengaruhnya dapat diukur melalui

bagaimana orang termotivasi untuk merespon pada lingkungan dan budaya

mereka. Atas dasar itu, Cartwright mendefinisikan budaya sebagai sebuah

kumpulan orang yang terorganisasi yang berbagi tujuan, keyakinan dan nlai-

nilai yang sama, dan dapat diukur dalam bentuk pengaruhnya pada motivasi.22

Dari beberapa pengertian di atas dapat dinyatakan bahwa budaya

merupakan tradisi yang direfleksikan dalam penerapan nilai-nilai atau norma-

norma kaidah yang berlaku di dalam suatu masyarakat, dan secara konsisten

diterapkan anggota masyarakat, baik di dalam bertingkah laku, bekerja, serta

berkomunikasi di dalam lingkungannya berdasarkan ciri dan karakteristik

masyarakat tersebut.23

20
www.https//id.m.wikipedia.org/wiki/budaya, diakses pada 27 november 2019 pukul
16:02
21
David, 2004, Budaya Organisasi: Sebuah Kebutuhan Untuk Meningkatkan Kinerja
Jangka Panjang, (Jakarta : Rajawali, 2010), hlm.152
22
Wibowo, Manajemen Perubahan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007). hlm. 15
23
Tampubolon, Perilaku Keorganisasian, ( Jakarta : Ghalia Indonesia , 2004), hlm. 184-
186
Organisasi berasal dari kata organ (sebuah kata dalam bahasa Yunani)

yang berarti alat. Stephen P. Robbins mendefinisikan organisasi adalah

kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, yang bekerja atas

dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau

sekelompok tujuan.24

Kata “organisasi” memiliki dua pengertian umum. Pengertian pertama

berkaitan dengan suatu lembaga dan pengertian kedua berkaitan dengan

proses. Pengertian pertama, organisasi terdiri dari dua orang atau lebih yang

bekerjasama dengan cara yang tersetruktur untuk mencapai suatu tujuan.

Sedangkan pengertian kedua, yaitu tentang pengorganisasian adalah suatu

proses penyusunan strukturorganisasi atau pola hubungan antara anggota

organisasi yang sesuai dengantujuan organisasi, sumberdaya-sumberdaya

yang dimiliki dan lingkungannya.25

Bisnis yaitu aktivitas-aktivitas yang terorganisir untuk menghasilkan

barang dan jasa dengan bertujuan untuk mendapatkan laba.26

Adapun dalam Islam bisnis dapat dipahami sebagai serangkaian aktivitas

bisnis dalam berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah (kuantitas)

kepemilikan hartanya (barang/jasa) termasuk profitnya, namun dibatasi dalam

cara perolehan dan pendayagunaan hartanya (ada aturan halal dan haram).27

Pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa Islam mewajibkan setiap

muslim, khususnya yang memiliki tanggungan untuk bekerja. Bekerja

24
Fahmi, Perilaku Organisasi, (Jakarta : Alfabeta, 2013. hlm. 55
25
Nilasari, Pengantar Bisnis, (Jakarta : Graha Ilmu , 2006), hlm.75-76
26
Ibid., hlm.2
27
Ibid., hlm. 18
merupakan salah satu sebab pokok yang memungkinkan manusia memiliki

harta kekayaan. Untuk memungkinkan manusia berusaha mencari nafkah,

Allah Swt melapangkan bumi serta menyediakan berbagai fasilitas yang dapat

dimanfaatkan untuk mencari rizki. Sebagaimana dikatakan dalam firman

Allah QS. Al Mulk ayat 15 :

       


       
Artinya:“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka
berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari
rezki-Nya. dan hanyakepada-Nya-lah kamu (kembali setelah)
dibangkitkan”.(QS. Al Mulk: 15).28
Begitu juga Allah katakan dalam QS. Al A’raaf ayat 10 :

      


     
Artinya: Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka
bumidanKami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan.
Amat sedikitlah kamu bersyukur”. (QS. Al A’raaf: 10).29

Di samping anjuran untuk mencari rizki, Islam sangat menekankan

(mewajibkan) aspek kehalalannya, baik dari sisi perolehan maupun

pendayagunaannya (pengelolaan dan pembelanjaan).30

Sebagaimana dikatakan dalam firman Allah QS. Al-Baqarah ayat 168-169:

       


       
     
       
Artinya: Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang
terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu. Sesungguhnya
(setan) itu hanya menyuruh kamu agar membuat jahat dan keji dan

28
Kementrian Agama RI, Mushaf dan Terjemah, (Surakarta: ZiatQuran, 2014), hlm. 563
29
Ibid., hlm. 151
30
Norvadewi, “Bisnis Dalam Prespektif Islam (Telaah Konsep, Prinsip dan Landasan
Normatif)”, Al-Tijary, volume 01 No. 01, Desember 2015, hlm. 36
mengatakan apa yang tidak kamu ketahui tentang Allah. (QS. Al-
Baqarah ayat 168-169).31

Setiap individu memiliki latar belakang budaya yang berbeda-beda yang

mempengaruhi mereka. Budaya menuntut individu untuk berperilaku dan

memberi petunjuk pada mereka mengenai apa saja yang harus diikuti dan

dipelajari. Kondisi tersebut juga berlaku dalam satu organisasi. Bagaimana

karyawan berperilaku dan apa yang seharusnya mereka lakukan banyak

dipengaruhi oleh budaya yang dianut organisasi tersebut. Hal inilah yang

diistilahkan sebagai budaya organisasi atau budaya perusahaan, yang

keduanya digunakan dengan maksud yang sama.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi merupakan

pola keyakinan dan nilai-nilai organisasi yang diyakini dan dijiwai oleh

seluruh anggotanya dalam melakukan pekerjaan sebagai cara yang tepat

untukmemahami, memikirkan, dan merasakan terhadap masalah-masalah

terkait, sehingga akan menjadi sebuah nilai atau aturan di dalam organisasi

tersebut.32

Budaya organisasi akan sangat berbeda dari satu perusahaan dengan

perusahaan lain. Namun, pada intinya apa yang dianut oleh sebuah perusahaan

akan menentukan bagaimana kesuksesan dapat mereka raih. Oleh

karenakecenderungan ini ada di setiap organisasi, maka budaya organisasi

merupakanfaktor yang akan menentukan bagaimana tujuan dapat dicapai

secara efektif dan efesien.33

31
Kementrian Agama RI, Mushaf dan Terjemah, (Surakarta: ZiatQuran, 2014), hlm. 25
32
Herwanto, Perilaku Organisasi, (Pekanbaru :Al-Mujtahadah Press, 2015), hlm. 69-71
33
Op.Cit. hlm. 72
Adapun budaya organisasi islami adalah suatu sistem makna, nilai-nilai

dankepercayaan yang berdasarkan pada nilai islamyang dianut bersama dalam

suatuorganisasi yang menjadi rujukan untuk bertindak serta membedakan

dengan organisasi lain.34

Budaya harus sejalan dengan tindakan-tindakan organisasi, seperti

perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian. Apabila

budaya tidak sejalan dengan tugas-tugas tersebut maka organisasi akan

menghadapi masa-masa yang sulit. Oleh karena it u, budaya memiliki peran

sentral dalam manajemen strategis. Hal ini berarti merupakan indikasi bahwa

organisasiyang efektif tidak akan bisa dilepaskan dari masalah budaya

organisasi. Bagi organisasi, budaya organisasi merupakan tekanan normatif

pada setiap individu yang ada dalam organisasi untuk memiliki perilaku

tertentu. Perilakutersebut antara lain perilaku untuk setia/loyal pada

organisasi.Outcome-nyaloyalitas tersebut selanjutnya akan menciptakan

komitmen yang tinggi padaorganisasi. Individu yang memiliki komitmen yang

tinggi pada organisasi biasanya rela berkorban, memiliki tekat yang kuat dan

peduli pada kemajuanorganisasi.Hal tersebut tercermin dari tindakan individu

untuk bekerja sebaik mungkin bagi organisasi.35

Adapun Pelaksanaan lima pilar budaya organisasi bisnis Syariah di pasar

Syariah ulul albab kecamatan siak hulu kabupaten Kampar yaitu :

a. Timbangan harus akur.

34
Kusumawati, “ Peningkatan Perilaku Kerja Islami Dengan Budaya Organisasi Islami
Sebagai Variabel Moderasi”, UNNISULA, (Vol. 2, No. 1 Mei 2015), hlm.5
35
Ritonga, Manajemen Organisasi, (Medan : Perdana Publishing, 2015), hlm.140
Timbangan merupakan salah satu dari banyak nya alat yang dibuat untuk

tujuan memudahkan dalam mengukur suatu barang atau produk baik itu

yang di kelola maupun barang yang akan di pasarkan. Timbangan adalah

salah satu alat ukur untuk mengukur berat beban. Timbangan digital untuk

memudahkan user dalam pembacaan, serta menghindari salah pembacaan

dari hasil pengukuran.” Secara umum terdapat dua jenis yang cukup di

minati di masyarakat, khususnya para pedagang yang dapat memilih 2

jenis timbangan baik timbangan manual dan timbangan digital ataupun

keduanya. Berikut merupakan jenis-jenis timbangan digital yang sering

kita temui dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya yaitu timbangan

lantai, timbangan duduk dan timbangan gantung. Timbangan mempunyai

kemampuan menimbang dengan ketelitian yang berbeda-beda. Semakin

teliti dan semakin besar kemampuan menimbangnya maka akan semakin

bagus kualitas timbangannya. Dalam segi perangkat keras ada dua macam

timbangan yakni timbangan analog dan timbangan elektronik. Untuk

timbangan analog biasanya dilihat dari proses kesetimbangannya, sehingga

ada istilah anak timbangan yaitu benda penyeimbang dengan benda yang

akan kita timbang. Lain halnya dengan timbangan elektronik, timbangan

ini menggunakan sensor berat yang dapat merubah beban dengan

perubahan sinyal listrik atau dalam hal ini berupa tegangan. Sinyal

tegangan ini kemudian dirubah menjadi sinyal digital menggunakan ADC

internal Arduino, yang selanjutnya diproses sehingga dapat membaca berat

dan harga dari timbangan berupa tampilan digital.36


36
Rosyidi, Pengembangan Timbangan, (Yogyakarta :PT. Pustaka Jaya , 2007), hlm. 77
b. Setiap pedagang tidak boleh menerima modal dagangan dari Rentenir.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia rentenir adalah orang yang

mencari nafkah dengan membungakan uang.37 Bunga yang ditetapkan

merupakan suatu jenis hasil pekerjaan yang sesungguhnya tidak jauh

berbeda dengan lembaga non Bank dan Bank konvensional. Rentenir atau

kegiatan rente adalah suatu aktifitas dimana seseorang meminjamkan uang

dengan bunga yang berlipat-lipat yang memungkinkan bunga tersebut

melebihi utang pokok jika cicilan yang terlambat.38

Menurut Suhrawardi, rentenir adalah keuntungan yang diperoleh

seseorang karena jasanya telah meminjamkan uang untuk memperlancar

kegiatan usaha perusahaan/ orang yang telah meminjam uang tersebut.39

Dampak dari pinjaman rentenir adalah bahwa utang, dengan

rendahnya tingkat penerimaan pinjaman dan tingginya biaya bunga, akan

menjadikan peminjam tidak pernah keluar dari ketergantungan, terlebih

lagi jika bunga atas utang tersebut dibungakan.40

Rentenir dalam pandangan ekonomi islam mempunyai stigma yang

negatif, karena mengandung usur bunga atau riba, dan memandangnya

sebagai praktik yang zalim. Dalam Ekonomi Islam, transaksi keuangan

dengan sistem rentenir adalah salah satu transaksi yang di haramkan.

37
Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan), hlm. 453-454
38
Insan, Pengaruh Rentenir Terhadap Kesejahteraan Pedagang Pasar Tradisional: Studi
Pasar Bugisan Yogyakarta.
39
Suharwadi, Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), hlm. 29.
40
Antonio, Perbankan Syariah, hlm. 67
Larangan terhadap transaks ini secara jelas disebutkan Allah SWT dalam

firman-Nya:

      


 
    
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba
dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu
mendapat keberuntungan.” (QS. Ali-Imran; 130)
Firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah: 276

        


   
“Allah memusnahkan Riba dan menyuburkan sedekah dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan selalu berbuat
dosa.” (QS. Al-Baqarah; 276).

Kedua ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT, melarang adanya

praktek riba dan akan memusnahkannya. Allah melarang hamba-hamba nya

yang beriman melakukan riba dan memakannya dengan berlipat ganda,

sebagaimana yang mereka lakukan pada masa jahiliya, dan Allah Swt,

menghendaki manusia untuk menjadi orang yang beruntung.

c. Tidak diperbolehkan bagi para pedagang menjual barang beralkohol serta

barang-barang yang dilarang oleh agama dan pemerintah.

Perdagangan atau perniagaan pada umumnya, ialah pekerjaan

membeli barang dari suatu tempat atau pada suatu waktu dan menjual

barang itu di tempat lain atau pada waktu yang berikut dengan maksud

memperoleh keuntungan.41

41
Kansil, Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia, Jakarta : Sinar Grafika ,
2013, hlm. 13
Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etanol.

Etanol adalah bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan penurunan

kesadaran. Dalam Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2013 tentang

Pengendalian dan Pengawasan Minuman Beralkohol Pasal 1 menjelaskan

bahwa yang dimaksud dengan minuman beralkohol adalah minuman yang

mengandung etil alkohol atau etanol (C2HSOH) yang diproses dari bahan

hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan

destilasi atau fermentasi tanpa destilasi.42

Alkohol secara umum dipahami sebagai senyawa kimiawi yang

memabukkan. Senyawa kimiawi zat alkohol beraneka macam dan yang

digunakan atau yang terdapat pada minuman adalah etil alkohol (ethanol),

yaitu persenyawaan atau dalam simbol kimianya C2H5OH, yang berupa

cairan jernih, cairan yang tidak berwarna dan mudah terbakar, serta melebur

bersama air dan eter. Ethanol dibuat melalui peragian sebagai karbohidrat.43

Pandangan Ekonomi Islam di antara jual beli yang dilarang dalam

islam, yaitu menjual barang yang diharamkan. Jika Allah Swt sudah

mengharamkan sesuatu, maka dia juga mengharamkan hasil penjualannya.

Seperti menjual sesuatu yang terlarang dalam agama. Rasulullah Saw, telah

melarang menjual bangkai, khamr, babi dan sebagainya. Barang siapa yang

menjual bangkai atau hewan yang disembelih tidak dengan cara yang Syar’i,

ini berarti ia telah menjual bangkai dan memakan hasil yang haram. Begitu

juga hukum khamr. Maka dalam Ekonomi Islam melarang adanya transaksi
42
Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2013 tentang Pengendalian dan Pengawasan
Minuman Beralkohol. P. 1
43
Ikawati, Bahaya Alkohol. (Johjakarta: Media Komputindo, 2010), hlm. 130
jual-beli barang yang diharamkan karena akan menimbulkan mudharat baik

bagi penjual maupun juga bagi pembeli. Rasulullah Saw, bersabda:

“Sesungguhnya, Allah dan rasul-nya mengharamkan jual beli khamr,


bangkai, babi, dan patung.”(HR.Bukhari)

Firman Allah dalam QS. Al-Baqarah: 168

        



       
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan,
karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”
(QS.Al-Baqarah; 168)

Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah menyeru kepada setiap manusia

untuk memakan atau mempergunakan barang yang baik lagi halal.Dan

Allah menegaskan kepada setiap manusia bahwa syaitan adalah musuh

manusia, yang menginginkan manusia tidak taat kepada Allah Swt. Jiwanya

keras, dan makanan yang dimakan yang tidak halal. Orang yang

memasukkan kedalam perutnya makanan yang haram akan berdampak tidak

baik dalam ibadahnya.

d. Menghengtikan sejenak aktivitas perdagangan pada saat adzan

berkumandang.

Adzan secara lughawi (etimologi) adalah menginformasikan semata-mata.

Sedangkan secara istilah (terminologi) menginformasikan

(memberitahukan) tentang waktu sholat dengan lafadz-lafadz tertentu. 44

44
Nursyamsudin, Fiqh, (Jakarta:Departemen Agama RI, 2009) hlm.46
Sedangkan menurut H. Sulaiman rasid yang di maksud denga adzan adalah

memberitahukan bahwa waktu sholat telah tiba dengan lafadz yang

ditentukan oleh syara’.45

Adzan berarti mengumumkan, menyampaikan informasi mengenai suatu

persoalan-persoalan. Sedangkan menurut istilah adalah “ucapan-ucapan

tertentu untuk mengumumkan waktu sholat Fardhu”, atau dengan kata lain

ialah “pengumuman tentang masuknya waktu-waktu sholat Fadhu dengan

lafaldzlafaldz tertentu”.46

Pandangan Ekonom Islam memberikan suatu kewajiban moral bagi setiap

warga masyarakat muslim untuk berusaha semaksimal mungkin

melaksanakan semua syari’ah(aturan) islam di segala aspek kehidupan,

termasuk dalam pencaharian kehidupan (ekonomi). Konsep dasar yang

menjadi landasan Ekonomi Islam dapat dijadikan landasan budaya kerja

sebagai budaya organisasi. Budaya tersebut antara lain didasarkan pada tiga

konsep fundamental, yaitu tauhid (keimanan kepada Allah), kepemimpinan

(khilafah) dan keadilan (a’dalah), maka dalam hal ini Ekonomi Islam

memandang bahwa bekerja merupakan salah satu bentuk beribadah kepada

Allah Swt, sehingga sudah seharusnya bagi setiap makhluk untuk tidak

mengabaikan perintah sholat di setiap waktunya meskipun dalam keadaan

sedang bekerja.47

Firman Allah Swt, dalam QS.Al-Jumuah: 9

45
Rasjid, Fiqh Islam, Cet.39, (Bandung: PT Sinar Baru Algensindo, 2006) hlm.53
46
Tibraya, menyelami seluk beluk islam, (Jakarta: Prenada Media, 2003), hlm. 158
47
Hakim, Membangun Budaya Organiasi Unggul Sebagai Upaya Meningkatkan Kinerja
Karyawan di Era Kompetitif, Desember 2011, hlm. 155
       
 
         
  

“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseur untuk menunaikan


shalat jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan
tinggalkanlah jual beli yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui.”(QS.Al-Jumuah: 9).

Ayat diatas menjelaskan bahwa umat islam diperintahkan oleh

agamanya agar senantiasa berdisiplin dalam menunaikan ibadah wajib

seperti salat, dan selalu giat berusaha atau bekerja sesuai dengan nilai-nilai

islam seperti bekerja keras dan sungguh-sungguh.

e. Menjaga kebersihan lingkungan pasar.

Aspek kebersihan menjadi asas kepada penjagaan dan pemeliharaan

alam sekitar. Persekitaran yang bersih dan tidak tercemar memberi dampak

yang positif bukan saja kepada manusia, malah kehidupan makhluk yang

lain. Saranan kebersihan adalah bermula dengan personaliti yang bersih dan

kemudiannya diterjemahkan dalam gaya hidup seharian. Berbagai hukum

ditetapkan dalam fiqh Islam seperti berwuduk, tayamum, bersugi, mandi

dan sebagainya demi mencapai makna dari menjaga kebersihan diri.48

Menjaga kebersihan diri juga harus diiringi dengan menjaga

kebersihan lingkungan, hal ini tidak berarti lingkungan tidak boleh diapa-

apakan atau lingkungan boleh dimnafaatkan sebesar-besarnya (maksimal).

Menjaga lingkungan berarti menjaga keseimbangan lingkungan atau

48
Musa, “Fiqh Al-BI’Ah”: Prinsip Interaksi Manusia Dengan Alam Persekitaran”.
(Shariah Journal, Vol. 18, No. 1), 2010. Hlm.76
melestarikan fungsi lingkungan. Pelestarian fungsi lingkungan hidup adalah

rangkaian usaha untuk memelihara kelangsungan daya dukung dan daya

tampung lingkungan hidup. Daya dukung lingkungan hidup adalah

kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan manusia dan

makhluk hidup lainya.49

Secara umum lingkungan diartikan sebagai segala benda, kondisi,

keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam ruangan yang kita tempati dan

mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia. Dapat

diartikan pengertian lingkungan menurut para ahli- Lingkungan adalah

kombinasi dari kondisi fisik meliputi keadaan sumber daya alam seperti

tanah, air, energy surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di darat

dan di laut, dengan lembaga-lembaga yang mencakup penciptaan manusia

sebagai keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik.50

Definisi lingkungan menurut UU No. 32 Tahun 2009 tentang

peneglolaan dan perlindungan lingkungan hidup adalah kesatuan ruang

dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk di

dalamnya manusia serta makhluk hidup lainya.51

Dapat diartikan bahwa pengelolaan kebersihan lingkungan merupakan

cara mengajak atau membujuk seseorang yang dilakukan dengan tindakan

langsung dalam menjaga ke asrian serta keindahan segala sesutau yang ada

di sekitar kita yang itu berdampak atau berpengaruh terhadap

keberlangsungan kehidupan kita. Hal ini dikuatkan akan pentingya


49
Zulkifli, “ Dasar-Dasar Ilmu Lingkungan”. (Jakarta: Salemba Teknika, 2014). Hlm. 15
50
Sarinah. Ilmu Sosial Budaya Dasar. (Yogyakarta: Deepublish, 2016). Hlm. 11
51
Zulkifli, “ Dasar-Dasar Ilmu Lingkungan”. (Jakarta: Salemba Teknika, 2014). Hlm. 11
mengelola dan menjaga kebersihan lingkungan dengan dalil Rasulullah,

Rasulluallah Saw, mengajarkan kepada kita tentang menjaga kebersihan

lingkungan, dalam sabdanya yang artinya: “Sesungguhnya Allah itu baik,

menyukai kebaikan. Allah itu bersih dan menyukai kebersihan. Allah itu

mulia dan menyukai kemuliaan. Maka bersihkan halamanrumahmu dan

lingkunganmu” (HR. Al-Hakim). Hadist ini dengan tegas memerintahkan

umat manusia, umat Islam khususnya, agar senantiasa menjaga kebersihan

tempat tinggal dan lingkungan.52

Pandangan Ekonomi Islam mengajarkan kebersihan disegala aspek

kehidupan termasuk dalam berdagang, barang dagangan yang baik adalah

barang yang halal dan baik (bersih dan sehat). Makanan yang halal meliputi

cara memerolehnya maupun halal dzatnya. Aspek kebersihan sangatlah

penting guna menunjang kenyamanan para pembeli di pasar.Islam

mengajarkan untuk senantiasa menjaga kebersihan lingkungan.

Sebagaimana firman Allah dalam QS.Al-Muddatsir: 4-5

     


“Dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah.”
(QS. Al-Muddatsir).

Dan firman Allah Swt, dalam surat Al-Baqarah: 222

       


 
        
 
        
 

52
Arif. “Khotbah Jum’at Memberdayakan Lingkungan”.( Yogyakarta: Pustaka Pesantren,
2007). Hlm.27-28
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-
orang yang mensucikan/membersihkan diri.”(QS. Al-Baqarah: 222)

Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah Swt, memerintahkan untuk

selalu menjaga kebersihan.Membersihkan diri dan segala kotoran (dosa),

dan Allah Swt menyukai hambanya yang mensucikan diri dan bertaubat.

Pelaksanaannya bahwa kebersihan lingkungan di Pasar Syariah Ulul Albab

sudah baik, penempatan parker juga terlihat rapi, hanya saja masih didapati

adanya pedagang yang meletakkan barang-barang dagangan mereka

melebihi batas lapak yang ditentukan sehingga dapat mengganggu jalan para

pelanggan. Pengelola pasar syariah mengimbau bahwa para pedagang

diharapkan untuk tetap selalu menjaga kebersihan kios ataupun lapak

dagangan mereka serta barang dagangannya agar barang yang dijual terjaga

kebersihan dan kehalalannya.

2. Manfaat Budaya Organisasi

Budaya organisasi membantu mengarahkan sumber daya manusia

padapencapaian visi, misi, dan tujuan organisasi. Di samping itu, budaya

organisasiakan meningkatkan kekompakan tim antar berbagai departemen,

divisi atau unitdalam organisasi sehingga mampu menjadi perekat yang

mengikat orang dalambersama-sama.

Budaya organisasi membentuk perilaku staf dan perilaku yang diinginkan

sehingga memungkinkan organisasi bekerja dengan lebih efektif dan efisien,

meningkatkan konsistensi, menyelesaikan konflik dan memfasilitasi

koordinasidan kontrol. Budaya organisasi akan meningkatkan motivasi staf

dengan memberimereka perasaan memiliki, loyalitas, kepercayaan dan nilai-


nilai, dan mendorong mereka berpikir positif tentang mereka dan organisasi.

Dengan demikian, organisasi dapat memaksimalkan potensi stafnya dan

memenangkan kompetensi. Dengan budaya organisasi, kita dapat

memperbaiki perilaku dan motivasi sumberdaya manusia sehingga

meningkatkan kinerjanya dan pada giliranny meningkatkan kinerja organisasi

untuk mencapai tujuan organisasi. Budaya organisasi seperti sebuah lingkaran,

setengah di bawah adalah operasional, yaitu tentang apa yang dikerjakan,

sistem, kontrol, produksi, dan keuntungan. Sementara itu, setengah di atas

adalah faktor human atau manusia, mengenai bagaimana kita melakukan

operasi dengan pengertian, komunikasi, kepercayaan, hubungan, dan

keikutsertaan.53

3. Fungsi Budaya Organisasi

L. Smircich (1983) yang dikutip oleh Robert Kreitner dan Angelo Kinicki

dalam bukunya Organizational Behavior membagi empat fungsi budaya

organisasi, yaitu.

a Memberikan identitas organisasi kepada karyawan.

b Memudahkan komitmen kolektif.

c Mempromosikan stabilitas sistem sosial.

d Membentuk perilaku dengan membantu manajer merasakan

keberadaannya.54

53
Wibowo, Manajemen Perubahan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada , 2007), hlm.
380-381
Komang, Perilaku Keorganisasian, Cet. Ke-1, Yogyakarta: Graha Ilmu,
54

2009.hlm. 174-175
Dari pendapat di atas, dapat diketahui bahwa fungsi utamabudaya

organisasi adalah sebagai berikut.

a Sebagai batas pembeda terhadap lingkungan organisasi maupun kelompok

lain. Batas pembeda ini karena adanya identitas tertentu yang dimiliki oleh

suatu organisasi atau kelompok yang tidak dimiliki organisasi atau

kelompok lain.

b Sebagai perekat bagi karyawan dalam suatu organisasi. Hal ini merupakan

bagian dari komitmen kolektif dari karyawan. Mereka bangga sebagai

seorang pegawai/anggota dari organisasi tersebut. Para karyawan

mempunyai rasa memiliki, partisipasi, dan rasa tanggung jawab atas

kemajuan perusahaan/organisasinya.

c Mempromosikan stabilitas sistem sosial. Hal ini tergambarkan di mana

lingkungan kerja dirasakan positif, mendukung dan konflik serta

perubahan diatur secara efektif.

d Sebagai mekanisme kontrol dalam memandu dan membentuk sikap

sertaperilaku karyawan. Dengan dilebarkannya mekanisme kontrol,

didatarkannya sturktur, diperkenalkannya tim-tim dan diberi kuasa

karyawan oleh organisasi, makna bersama yang diberikan oleh suatu

budaya yang kuat dapat memastikan bahwa semua orang diarahkan ke

arah yang sama.

e Sebagai integrator. Budaya organisasi dapat dijadikan sebagai integrator

karena adanya sub-sub budaya baru. Kondisi seperti ini biasanya dialami

oleh adanya perusahaan-perusahaan besar di mana setiap unit perusahaan


terdapat sub budaya baru. Demikian pula dapat mempersatukan kegiatan

para anggota perusahaan/organisasi yang terdiri dari sekumpulan individu

yang mempunyai latar belakang budaya yang berbeda.

f Sebagai sarana untuk menyelesaikan masalah-masalah pokok

organisasi.Masalah utama yang sering dihadapi organisasi adalah masalah

adaptasi terhadap lingkungan eksternal dan masalah integrasi internal.

Budaya organisasi diharapkan dapat berfungsi mengatasi masalah-masalah

tersebut.

g Sebagai acuan dalam menyusun perencanaan perusahaan. Fungsi budaya

organisasi/perusahaan adalah sebagai acuan untuk menyususn perencanaan

pemasaran, segmentasi pasar, penentuan Positioning yang akan dikuasai

perusahaan tersebut.

h Sebagai alat komunikasi. Budaya organisasi dapat berfungsi sebagai alat

komunikasi antara atasan dan bawahan atau sebaliknya, serta antaranggota

organisasi. Budaya sebagai alat komunikasi tercermin pada sapek-aspek

komunikasi yang mencakup kata-kata, segala sesuatu yang bersifat

material dan perilaku.55

4. Pembentukan Budaya Organisasi

Robbins mengatakan bahwa budaya organisasi itu tidak muncul dari ruang

hampa atau dari langit. Jadi ada suatu kekuatan yang mempengaruhi

terciptanya suatu budaya organisasi.

55
Tika, Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahan, ( Jakarta :
Bumi Aksara, 2006), hlm. 14-15.
a Unsur-unsur Pembentuk Budaya Organisasi

Ada beberapa unsur yang berpengaruh terhadap pembentukan budaya

organisasi, lima unsur pembentuk budaya sebagai berikut.

1) Lingkungan Usaha

Kelangsungan hidup organisasi (perusahaan) ditentukan oleh

kemampuanperusahaan memberi tanggapan yang tepat terhadap

peluang dan tantangan lingkungan. Lingkungan usaha merupakan

unsur yang menentukaterhadapapayang harus dilakukan perusahaan

agar bisa berhasil.

2) Nilai-Nilai

Nilai-nilai adalah keyakinan dasar yang dianut oleh sebuah

organisasi. Setiap perusahaan mempunyai nilai-nilai inti sebagai

pedoman berpikir dan bertindak bagi semua warga dalam mencapai

tujuan/misi organisasi.

3) Pahlawan

Pahlawan adalah tokoh yang dipandang berhasil mewujudkan

nilai-nilai budaya dalam kehidupan nyata. Pahlawan bisa berasal dari

pendiri perusahaan, para manajer, kelompok organisasi atau

perorangan yang berhasil menciptakan niai-nilai organisasi.

4) Ritual

Stephen P. Robbins mendifinisikn ritual sebagai deretan berulang

darikegiatan yang mengungkapkan dan memperkuat nilai-nilai utama

organisasi itu, dan tujuan apakah yang paling penting.


5) Jaringan Budaya

Jaringan budaya adalah jaringan komunikasi informal yang pada

dasarnya merupakan saluran komunikasi primer. Fungsinya

menyalurkan informasi dan memberi interpretasi terhadap informasi.56

b Proses Pembentukan Budaya Organisasi

Menurut Kotter dan Heskett, gagasan proses pembentukkan budaya

organisasi bisa berasal dari mana saja, dari perorangan atau kelompok, dari

tingkat bawah atau puncak organisasi. Akan tetapi dalam perusahaan,

gagasan ini sering dihubungkan dengan pendiri atau pemimpin awal

yangmengartikulasikannya sebagai suatu visi, strategi bisnis, filosofi atau

ketiga-tiganya. Proses pembentukkan budaya organisasi ini bisa cepat dan

bisa pula berangsur-angsur dengan menanamkan, menumbuhkan, dan

mengembangkan budaya melalui gaya kepemimpinan dan iklim kerja

berdasarkan prinsip sama rata, sama rasa, dan sama kuasa.57

Selanjutnya, Stephen P. Robbins mengemukakan bahwa ada tiga

kekuatan untuk mempertahankan suatu budaya organisasi.

1) Praktek seleksi

Proses seleksi ini bertujuan mengidentifikasi dan memperkerjakan

individu-individu yang mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan

56
Kennedy, Corporate Culture : The Roles and Ritual of Corporate, , ( Jakarta :
Bumi Aksara, 2006), hlm. 16-17
57
Tika, Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahan, (Jakarta : Bumi Aksara,
2006), hlm. 18-20
kemampuan untuk melakukan pekerjaan dengan sukses dalam

organisasi. Proses seleksi mempunyai tujuan :

(a) Upaya memastikan kecocokan calon-calon pegawai (anggota

organisasi) dengan nilai-nilai budaya organisasi.

(b) Memberikan informasi kepada calon-calon pegawai mengenai

keadaan organisasi/perusahaan. Jika cocok, mereka bertahan dan

jika tidak, mereka bisa memilih keluar.

2) Manajemen Puncak

Tindakan manajemen puncak mempunyai dampak besar pada

budaya organisasi. Ucapan-ucapan dan perilaku mereka dalam

melaksanakan norma-norma sangat berpengaruh terhadap anggota

organisasi.

3) Sosialisasi

Sosialisasi, yaitu proses mengadaptasikan para karyawan pada

budaya organisasi itu. Kegiatan sosialisasi dilaksanakan sejak tahap

pra kedatangan, suatu kurun waktu pembelajaran yang dilakukan

sebelum seseorang karyawan baru bergabung secara resmi dengan

organisasi. Sosialisasi kemudian dilakukan pada tahap perjumpaan,

tahap dalam mana pegawai baru menyaksikan seperti apa sebenarnya

organisasi itu dan menghadapi kemungkinan bahwa harapan dan

kenyataan dapat berbeda.


Tahap sosialisasi selanjutnya adalah tahap metamorfosis, suatu

tahap dalam proses sosialisasi di mana para pegawai baru

menyesuaikan diri pada nilai dan norma kelompok kerjanya.58

5. Cara Karyawan Mempelajari Budaya Organisasi

Robbins dan Coutler mengatakan bahwa budaya organisasi itudapat

ditransformasikan kepada para pegawai (anggota organisasi) denganberbagai

macam cara, diantaranya adalah sebagai berikut.59

a Cerita

Cerita merupakan suatu narasi peristiwa pimpinan organisasi, pendiri

organisasi, keputusan-keputusasn penting yang memberi dampak terhadap

jalannya organisasi di masa yang akan datang dan mengenai manajemen

puncak saat ini. Cerita ini mengaitkan keadaan sekarang dengan masa

lampau dan memberi penjelasan serta keabsahan bagi tindakan-tindakan

yang sekarang dilaksanakan.

b Ritual

Ritual merupakan kegiatan periodik yang mengungkapkan dan

memperkuat nilai-nilai utama organisasi, dan tujuan apakah yang paling

penting. Ritual selain digunakan sebagai suatu teknik formalisasi, juga

merupakan alat untuk meneruskan budaya organisasi. Aktivitas seperti

seremonial pengakuan dan pemberian penghargaan, pesta kecil pada hari

58
Ardana, Komang, Perilaku Keorganisasian, Cet. Ke-1, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2009), hlm. 176
59
Robbins, Budaya Organisasi: Sebuah Kebutuhan Untuk Meningkatkan Kinerja Jangka
Panjang, (Jakarta : Rajawali, 2010), hlm. 177
tertentu adalah bentuk ritual yang mengungkapakan dan memperkuat inti

budaya organisasi tersebut.

c Simbol Material

Simbol material dapat berupa desain serta pemanfaatan fisik ruangan

dgedung, kebiasaan eksekutif, cara berpakaian, dan lain-lain atribut

fisikyangdapat diamati merupakan unsur penting budaya.

d Bahasa

Banyak organisasi dan unit dalam organisasi menggunakan bahasa

sebagai suatu cara untuk mengidentifikasi anggota suatu budaya.

Denganmempelajari bahasa ini, anggota membuktikan penerimaan mereka

akan budaya dan membantu melestarikannya. Banyak organisasi

mengembangkan istilah-istilah unik untuk menggambarkan perlengkapan

kantor, orang-orang penting, pemasok, pelanggan, atau produk yang

berkaitan dengan bisnisnya.60

Menurut Nimran sebagai suatu media terpenting dalam transformasi

nilai-nilai dan dalam setiap organisasi di budang-bidang tertentu memiliki

bahasa khas atau jargon-jargon tertentu yang biasanya hanya dapat

dipahami oleh anggota organisasi tersebut.61

6. Ciri-Ciri Budaya Organisasi Kuat/Lemah

a Ciri-ciri Budaya Organisasi Kuat

60
Tika, Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahan, (Jakarta : Bumi
Aksara, 2006) hlm.61-62
61
Komang, Perilaku Keorganisasian, Cet. Ke-1, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009),
hlm.177
Deal dan Kennedy mengemukakan bahwa ciri-ciri organisasi yang

memiliki budaya organisasi yang kuat sebagai berikut.

1) Anggota-anggota organisasi loyal kepada organisasi, mengetahui

dengan jelas apa tujuan organisasi serta mengerti perilaku mana yang

dipandang baik dan tidak baik.

2) Pedoman bertingkah laku bagi orang-orang di dalam

perusahaan/organisasi digariskan dengan jelas, dimengerti, dipatuhi

dan dilaksanakan oleh setiap orang di dalam organisasi.

3) Nilai-nilai yang dianut organisasi tidak hanya berhenti pada slogan,

tetapi dihayati dan dinyatakan dalam tingkah laku sehari-hari secara

konsisten oleh semua anggota organisasi.

4) Organisasi/perusahaan memberikan tempat khusus kepada pahlawan-

pahlawan perusahaan yakni dengan memberikan penghargaan kepada

setiap anggota berprestasi.

5) Memiliki banyak ritual, mulai yang sangat sederhana sampai pada

ritual yang mewah.

6) Memiliki jaringan kultural yang menampung cerita-cerita

kehebatanpahlawannya.62

b Ciri-ciri Budaya Oraganisasi Lemah

Menurut Deal dan Kennedy, ciri-ciri budaya organisasi lemah adalah:

1) Mudah terbentuk kelompok-kelompok yang bertentangan satu sama

lain.

62
Kennedy ,,Budaya Organisasi: Sebuah Kebutuhan Untuk Meningkatkan Kinerja
Jangka Panjang, Jakarta : Rajawali, 2010.hlm.71-72
2) Kesetian kepada kelompok melebihi kesetian pada organisasi.

3) Anggota organisasi tidak segan-segan mengorbankan kepentingan

organisasi untuk kepentingan kelompok atau kepentingan diri sendiri.63

Killman, budaya organisasi yang kurang didukung secara luas oleh

para anggotanya dan sangat dipaksakan, akan berpengaruh negatif pada

organisasi karena akan memberi arah yang salah kepada para pegawai atau

anggotanya. Jika hal ini terjadi pada suatu perusahaan atau organisasi,

maka tugas-tugas tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini terlihat

dari kurangnya motivasi atau semangat kerja, timbul kecurigaan-

kecurigaan, komunikasi kurang lancar, lunturnya loyalitas atau kesetiaan

pada tugas utamanya atau komitmen pegawai pada perusahaan.Akibatnya,

perusahaan/organisasi menjadi tidak efektif dan kurang kompetitif.

Dengan kata lain, perusahaan/organisasi menjadi kurang mampu

menyelesaikan masalah integritas internal dan adaptasi eksternal.64

7. Budaya Organisasi Bisnis Syariah

Sebagai konsekuensi logis dari pentingnya bisnis sebagai pilihan dalam

pekerjaan seorang muslim, maka perlu dibangun budaya pebisnis

(entrepreneur) syariah yang didasari pada sifat-sifat manusiawi dan religius

dengan menempatkan pertimbangan agama sebagai landasan dalam bekerja.65

63
Kennedy, Budaya Organisasi: Sebuah Kebutuhan Untuk Meningkatkan Kinerja Jangka
Panjang, (Jakarta : Rajawali, 2010.Corporate Culture), hlm.74-75
64
Killman, Budaya Organisasi: Sebuah Kebutuhan Untuk Meningkatkan Kinerja Jangka
Panjang, (Jakarta : Rajawali, 2010), hlm. 110-111
65
Abdullah, Wirausaha Berbasis Syari‟ah, (Banjarmasin: Antasari Press, 2011), hlm. 34-
35
a Selalu menyukai dan menyadari ketetapan dan perubahan. Ketetapan

ditemukan dalam konsep akidah, dan perubahan dilaksanakan pada

masalah-masalah muamalah, termasuk peningkatan kualitas kehidupan

(QS. Ar-Ra’d : 11).

      


          
       
          
 
Artinya: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya
atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah
Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri.dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka
selain Dia. (QS. Ar-Ra’d : 11).66
b Inovatif, Al-Qur’an menempatkan manusia sebagai khalifah dengan tugas

memakmurkan bumi, melakukan perubahan/perbaikan.

c Berupaya secara sungguh-sungguh untuk bermanfaat bagi orang lain

sebagaimana dalam hadits Rasulullah SAW. berikut:

ِ ‫س اَ ْنفَ ُعهُ ْم لِلنا‬


‫س‬ ِ ‫خَ ْي ُر النا‬.
Artinya: Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain
(HR. AthTabrani).67

d Mempunyai karakter dan kepribadian yang bersifat membangun dan

bertanggung jawab sebagaimana dimaksud ayat Al-Qur’an berikut:

      


     
  

66
Kementrian Agama RI, Mushaf dan Terjemah, (Surakarta: ZiatQuran, 2014), hlm. 250
67
Kementrian Agama RI, Mushaf dan Terjemah, (Surakarta: ZiatQuran, 2014), hlm.
Artinya :Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yan seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab
itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah
mereka mengucapkan Perkataan yang benar. (QS. An-Nisa :
9).68

e Menanam investasi yang terbaik. Setiap aktivitas hendaknya diniatkan atau

dimotivasikan untuk mencapai ridha Allah, sebagaimana firman-Nya

dalam QS. Al-Baqarah : 207 berikut:

        


   
Artinya :Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya
karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun
kepada hamba-hamba-Nya. (QS. Al-Baqarah: 207).69

8. Pasar Syariah

Pasar dapat diartikan sebagai tempat di mana pembeli dan penjual bertemu

untuk mempertukarkan barang-barang mereka. Para ahli ekonomi

menggunakan istilah pasar untuk menyatakan sekumpulan pembeli dan

penjual yang melakukan transaksi atas suatu produk atau kelas produk

tertentu, misalnya pasar perumahan,pasar besar, dan lain-lain.70

Menurut pendapat William J. Stanton, pasar adalah orang-orang yang

mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk berbelanja dan kemauan untuk

membelanjakannya. Dari definisi diatas terdapat 3 unsur penting didalam

pasar yaitu :

a Orang dengan segala keinginannya


68
Kementrian Agama RI, Mushaf dan Terjemah, (Surakarta: ZiatQuran, 2014), hlm,78
69
Ibid., hlm. 32
70
Mujahidin, Ekonomi Islam: Sejarah, Konsep, Instrumen, Negara, dan Pasar,(Jakarta:
Rajawali Pers, 2013), hlm.141
b Daya beli mereka

c Kemauan untuk membelanjakannya.71

Sedangkan pengertian syariah, kata syariah berasal dari bahasa Arab biasa

disebut asy-syari’ah (mufrad dari syara’i dan secara harfiah berarti “jalan ke

sumber air” dan “tempat orang-orang yang minum”. Menurut istilah

(terminologi), kata syari`ah dapat diterangkan dengan dua pengertian yaitu

pengertian syari`ah yang bersifat umum (luas) dan yang bersifat khusus.

Menurut pengertian yang besifat umum (luas), syariah Islam berarti ketentuan

ajaran agama Islam yang bersumber pada Al Qur’an dan sunnah Rasulullah

saw.72

Dari pengertian ini menunjukan bahwa syari`ah mencakup seluruh ajaran

agama Islam yang meliputi bidang aqidah, akhlaq dan `amaliyyah (perbuatan

nyata). Hal ini sebagaimana dimaksudkan dalam al-Qur’an surat Asy-Syuraa,

ayat 13 yang berbunyi :

         


      
        
        
       

Artinya : Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah
diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan
kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim,
Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu
berpecah belah tentangnya.Amat berat bagi orang-orang musyrik
agama yang kamu seru mereka kepadanya.Allah menarik kepada
agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk

71
Siddiq, Kegiatan Ekonomi Dalam Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1991), hlm.81
72
https://www.tongkronganislami.net/definisi-makna-dan-pengertian-syariah/
kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya). (QS. Asy-
Syuraa:13).73

Sedangkan menurut pengertian khusus, syari`ah berarti ketentuan

ketentuan atau peraturan-peraturan agama Islam yang hanya mencakup bidang

amaliyyah (perbuatan nyata) dari umat Islam. Dalam pengertian khusus

tersebut, syariah adalah ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan hukum

yang mengatur segala perbuatan serta tingkah laku orang-orang islam.74

Dari penjelasan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud

pasar secara syariah adalah tempat bertemunya antara penjual dan pembeli

untuk melakukan transksi atas barang dan jasa dengan uang, baik dalam

bentuk produksi maupun penentuan harga, dan dengan melakukan interaksi,

saling tarik menarik kemudian menciptakan harga barang untuk diperjual

belikan sesuai dengan syariat Islam yang meliputi bidang aqidah, akhlaq dan

amaliyyah. Pasar syariah adalah pasar di mana pelanggannya selain memiliki

motif rasional juga memiliki motif emosional. Pelanggan tertarik untuk

berbisnis pada pasar syariah bukan hanya karena alasan dan keinginan

mendapatkan keuntungan finansial semata yang bersifat rasional, namun

karena keterikatan terhadap nilai-nilai syariah yang dianutnya.75

Islam menempatkan pasar sebagai perniagaan yang sah dan halal, sehingga

secara umum merupakan mekanisme perdagangan yang ideal. Gambaran pasar

yang Islami adalah pasar yang di dalamnya terdapat persaingan sehat yang

dibingkai dengan nilai dan moralitas Islam. Nilai dan moralitas Islam itu

73
Kementrian Agama RI, Mushaf dan Terjemah, (Surakarta: ZiatQuran, 2014), hlm. 484
74
Suhendi, Fiqh Muamalah, ( Bandung : Gunung Jati Press, 1997) , hlm. 54
75
Alma, Manajemen Bisnis Syariah, (Bandung : Alfabeta, 2014) hlm.72
secara garis besar terbagi dua: Pertama, norma yang bersifat khas yaitu hanya

berlaku untuk Muslim. Kedua, norma yang bersifat umum yaitu berlaku untuk

seluruhmasyarakat.Dengan memperhatikan kriteria pasar islami tersebut maka

dapat disimpulkan bahwa pasar islami dibangun atas dasar terjaminnya

persaingan sehat yang dibingkai dalam nilai dan moralitas Islam.76

9. Faktor Pembentuk Budaya Organisasi Islami

Faktor-faktor yang mendukung dalam membentuk budaya organisasi yang

Islami antara lain.

a Organisasi

Diperlukan suatu struktur organisasi yang mampu menjamin

penerapan budaya yang Islami di dalam organisasi yang terdiri dari :

Pertama, penanggung jawab program. Kedua, sebagai tim pengarah yang

terdiri dari pimpinan lapisan kedua atau sesuai dengan kondisi.

b Komitmen Pemimpin Tertinggi

Salah satu kunci keberhasilan dari program ini adalah adanya

komitmen langsung dari pimpinan puncak yang diimplementasikan baik

melalui sikap dan perilaku sehari-hari. Pemimpin harus memberikan

contoh dan suri tauladan kepada bawahannya dan berupaya terus-menerus

untuk menjadikannya sebagai upaya pembentukan budaya yang baik.

c Komunikasi

Keterampilan komunikasi merupakan faktor penting dalam upaya

menciptakan lingkungan yang kondusif agar nilai-nilai luhur dapat


76
Suhendi, Fiqh Muamalah, ( Bandung : Gunung Jati Press, 1997), hlm.54
teraktualisasi dalam sikap dan perilaku organisasi. Keberhasilan program

berdasarkan pada tingkat kepercayaan dalam interaksi individu yang

terkait, semakin tinggi tingkat kepercayaan, maka semakin baik kualitas

kerjasamanya.

d Motivasi

Motivasi merupakan salah satu komponen penting dalam meraih

kesuksesan suatu proses kerja, karena memiliki unsur pendorong untuk

melakukan pekerjaan sendiri maupun kelompok. Suatu dorongan dapat

berasal dari dalam siri sendiri, yaitu berupa kesadaran diri untuk bekerja

lebih baik atau memberikan yang terbaik bagi kelompok dengan berbagai

macam alasan yang baik dan luhur. Akan tetapi tidak semua orang

mempunyai dorongan yang positif dengan mudah adakalanya mereka

membutuhkan orang lain yang berperan sebagai motivator.

e Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja yang kondusif dapat mendukung terciptanya budaya

organisasi yang baik seperti, tantangan, keterlibatan dan kesungguhan,

kebebasan mengambil keputusan, tersedianya waktu untuk ide-ide baru,

tinggi rendahnya tingkat konflik, keterlibatan dalam tukar pendapat,

tingkat saling percaya dan saling keterbukaan.

f Perubahan

Semua komponen organisasi harus memiliki komitmen yang kuat

untuk berubah ke arah yang lebih baik.

g Partisipasi
Partisipasi aktif dari semua lini organisasi bagi pencapaian tujuan

organisasi menjadi salah satu titik kekuatan bagi terbentuknya budaya

yang baik. Masing-masing potensi organisasi harus terlibat aktif dan

mendukung terciptanya budaya organisasi yang kuat dan Islami.

h Disiplin

Disiplin merupakan nafas bagi organisasi dan merupakan unsur pokok

dalam upaya mencapai kualitas dan keberhasilan manajemen di samping

unsur pemahaman dan komitmen.77

Keith Daviz dan John W. Newstrom membagi disiplin menjadi 3 (tiga)

macam sifat, yaitu:

a Disiplin Preventif, yaitu berupa pemberian informasi kepada segenap

karyawan mengenai standar moral dan etika serta peraturan yang harus

ditegakkan dalam organisasi, dengan pengetahuan tersebut diharapkan

karyawan akan berusaha melaksanakan dengan benar dan mampu

menghindari atau mencegah penyimpangan-penyimpangan.

b Disiplin Korektif, berupa tindakan yang dilakukan setelah terjadi

pelanggaran standar perilaku atau peraturan yang tujuannya adalah

menghindari pelanggaran lebih lanjut, wujudnya dapat berupa teguran,

skorsing atau pemecatan yang dilakukan sebagai proses pendidikan agar

menjadi contoh bagi yang lainnya untuk tidak berbuat yang serupa.

c Disiplin Progresif, yaitu tindakan disipliner berulang kali berupa hukuman

yang semakin berat, dengan maksud agar pelanggar etika dapat

memperbaiki diri sebelum hukuman dijatuhkan. Semua faktor di atas,


77
Badroen. Etika Bisnis Dalam Islam. (Jakarta : Kencana, 2006), hlm. 182-186
hendaknya dapat diperkuat dengan internalisasi nilai-nilai keislaman yang

menjadi faktor vital bagi internalisasi nilai-nilai etika dalam pribadi.

Karena ajaran Islam secara komprehensif memotivasi agar tumbuh dalam

diri masing-masing menjadikan seseorang semangat dalam bekerja,

komitmen dan dedikasi pada pekerjaan, kreativitas kerja, menjauhi

perbuatan yang tidak etis, menganjurkan kerjasama dalam kebajikan dan

menggalakkan kompetisi baik di tempat kerja. Islam juga mengajarkan

keadilan, kedermawanan di tempat kerja dan keterterlibatan dalam

aktivitas ekonomi adalah sebuah ajaran mulia. Namun di atas semua itu,

keteladanan dari para pemimpin menjadi bagian yang sangat krusial

karena tingkat produktivitas sebuah usaha banyak dipengaruhi oleh

kinerja dari para eksekutifnya. Dan itu yang diteladankan oleh Rasulullah

SAW. kepada para Stakeholders umatnya.78

10. Karakteristik Budaya Organisasi Islami

Pandangan Islam memberikan suatu kewajiban moral bagi setiap warga

masyarakat muslim untuk berusaha semaksimal mungkin melaksanakan

semua syari’ah (aturan) Islam di segala aspek kehidupan, termasuk dalam

pencaharian kehidupan (ekonomi) dan lebih khusus pada urusan etika kerja

dalam. Dalam etika atau budaya organsasi yang merupakan bagian ekonomi

Islam, tidak lepas dari konsep-konsep Islam (syari’ah) yang harus

dilaksanakan dalam bidang tersebut. Karakteristik budaya organisasi Islam

78
David, Ekonomi Islam: Sejarah, Konsep, Instrumen, Negara, dan Pasar, Jakarta:
Rajawali Pers, 2013hlm.187-188
adalah sebagai berikut: Pertama, bekerja merupakan salah satu pelaksanaan

fungsi manusia sebagai khalifah Seorang muslim harus menyadari bahwa

diciptakan manusia termasuk dirinya adalah sebagai khalifah fil ardhi

(pemimpin dibumi) yang harus mampu mengarahkan amal perbuatan manusia

yang mampu menciptakan kebaikan dan kemaslahatan dimuka bumi ini.

Sebagaimana firman Allah Swt. dalam surat Al Baqarah ayat 30:

       


       
     
        
Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:
"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan
berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui." (QS. Al-Baqarah: 30)79.

Kedua, Bekerja merupakan “ibadah” Berangkat dari fungsi umat Islam

sebagai khalifah fil ardhi dimuka bumi, dan pembawa rahmatan lil ‘ālamin

inilah maka perlulah seorang muslim bertanggung jawab terhadap pengelolaan

isi bumi dan segala isinya. Allah Swt. berfirman dalam surat al Mulk 15:

       


       
Artinya: “Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka
berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari
rezki-Nya. dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah)
dibangkitkan”. (QS. Al-Mulk: 15)80
Ketiga, Bekerja dengan azas manfaat dan maslahat seorang muslim dalam

menjalankan proses bekerjanya tidak semata mencari keuntungan maksimum


79
Kementrian Agama RI, Mushaf dan Terjemah, (Surakarta: ZiatQuran, 2014), hlm. 6
80
Ibid., hlm. 563
untuk menumpuk aset kekayaan. Bekerja bukan semata-mata karena profit

ekonomis yang diperolehnya, tetapi juga seberapa penting manfaat

keuntungan tersebut atau kemaslahatan masyarakat. Sebagaimana firman

Allah dalam surat Az-Zariyat 19:

     


Artinya: “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang
meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian”. (QS. Az-
Zariyat: 19).81
Keempat, Bekerja dengan mengoptimalkan kemampuan akal seorang

pekerja muslim harus menggunakan kemampuan akal fikirannya

(kecerdasannya), profesionalitas didalam mengelola sumber daya. Kelima,

Bekerja penuh keyakinan dan optimistik. Seorang muslim yakin bahwa

apapun yang diusahakannya sesuai dengan ajaran Islam tidak membuat

hidupnya menjadi kesulitan. Firman Allah Swt. Dalam surat Al -Hijr ayat 19-

20:

    


       
       
Artinya : “Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya
gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu
menurut ukuran. Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi
keperluan-keperluan hidup, dan (kami menciptakan pula) makhluk-
makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezki kepadanya”.
(QS. Al-Hijr: 19-20).82
Keenam, Bekerja dengan mensyaratkan adanya sikap tawazun

(keberimbangan) bekerja dalam Islam juga mensyaratkan adanya sikap

tawazun (keberimbangan) antara dua kepentingan, yakni kepentingan umum

dan kepentingan khusus (Abdullah Abdul Husein, 2004). Ketujuh, bekerja


81
Kementrian Agama RI, Mushaf dan Terjemah, (Surakarta: ZiatQuran, 2014), hlm. 521
82
Ibid., hlm. 263
dengan memperhatikan unsur kehalalan dan menghindari unsur haram (yang

dilarang syari’ah) Seorang pekerja muslim menghindari praktek pekerjaan

atau produksi yang mengandung unsur haram antara lain

keuangan mengandung riba, kebijakan terhadap tenaga kerja yang tidak adil dan

pemasaran yang menipu.83 Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat

90:

     


     
   
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar,
berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah,
adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-
perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan”.(QS. Al-
Maidah: 90)84.

11. Landasan Moral Bisnis Syariah

Bisnis yang berdasarkan syariah mempunyai landasan moral yang harus

dipahami dan dipegang kuat pleh pebisnis dalam sebuah organisasi syariah.

Ada lima landasan moral bagi pebisnis di dalam sebuah organisasi syariah.85

a Kesadaran bahwa dirinya selalu dipantau Allah SWT.

Merasa dipantau artinya menyadari bahwa sesungguhnya segala yang

dikerjakan tidak pernah luput dari penglihatan Allah SWT, sebagaimana

firman-Nya:

83
Hakim, “Budaya Organisasi Islami Sebagai Upaya Meningkatkan Kinerja”, Iqtishadia,
Volume 09, No. 1, Maret 2016, hlm. 191-197
84
Kementrian Agama RI, Mushaf dan Terjemah, (Surakarta: ZiatQuran, 2014), hlm. 123
85
Abdullah, Wirausaha Berbasis Syari’ah, Banjarmasin: Antasari Press, 2011.hlm. 36-40
        
   
Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun,
niscaya Dia akan melihat (balasan) nya. Dan Barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan
melihat (balasan)nya pula”. (QS. Al-Zalzalah: 7-8).86

b Komitmen yang tinggi pada kejujuran.

Jujur adalah kesesuaian nurani yang memberi jaminan spritual

terhadap kebenaran berbuat, ketetapan bekerja, dan bisa dipercaya.

c Komitmen yang tinggi pada amanah.

Amanah atau kepercayaan yan diberikan orang lain kepada pebisnis

syariah merupakan penghargaan moral yang teramat mahal. Dampak

positif orang yang amanah menjadi orang yang dicintai banyak orang dan

menjadi panutan orang lain. Islam melarang kita berkhianat dalam posisi

di atas dan posisi apapun sebagaimana firman Allah SWT:

      


    
    
     
Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati
Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu
mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang
kamu mengetahui. Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-
anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi
Allah-lah pahala yang besar”. (QS. Al-Anfaal: 27-28).87

d Berupaya untuk mencapai ketaqwaan.

Taqwa menurut pengertian para ahli, dapat dirumuskan sebagai

kewaspadaan manusia untuk menjaga dirinya sendiri dan orang lain. Hal

86
Kementrian Agama RI, Mushaf dan Terjemah, (Surakarta: ZiatQuran,
87
Ibid., hlm. 180
tersebut dapat dicapai oleh seorang muslim termasuk wirausahawan

berbasis syariah dengan membiasakan diri melaksanakan hal-hal yang

diperintahkan Allah dan menjauhi hal-hal yang menjadi larangan-Nya.

e Berkompetisi secara sehat.

Pebisnis yang memiliki gairah bersaing secara sehat untuk mencapai

sesuatu yang lebih baik dan optimal dalam semua kegiatan merupakan

kunci kemajuan dan keberhasilan, serta bermanfaat bagi dirinya sendiri

dan masyarakat. Bersaing secara sehat dan menjauhi segala perbuatan

yang berakibat pasar terdistorsi (gangguan pada mekanisme pasar yang

ideal), bukan saja merugikan orang lain, tetapi lebih dari itu karena tidak

dibenarkan (dilarang) oleh Syariah.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah upaya peneliti untuk mencari perbandingan dan

selanjutnya untuk menemukan inspirasi baru untuk penelitian selanjutnya di

samping itu kajian terdahulu membantu penelitian dalam memposisikan penelitian

serta menunjukkan orsinalitas dari penelitian.88

Penelitian Mizan Asnawi dengan judul penelitian “Analisis Potensi

Pengembangan PasarSyariah Ulul Albab Di Kabupaten Kampar”. Dalam

Penelitian ini peneliti menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Hasil

pengamatan di lokasi bahwa terdapat banyak UMKM yang melakukan usaha di

dalam PasarSyariah ulul albab. Mereka berusaha dengan berbagai jenis usaha.

Mulai dari jualan bahan pokok, daging, sayur, pakaian bahkan ada yang berjualan
88
https://www.google.com/search?client=firefox-b-d&q=penertian+penelitian+terdahulu
emas/ toko emas.Di sekitar pasar ada juga lembaga keuangannon bank dalam

bentuk koperasi.89

Persamaan peneliti dengan Mizan Asnawi yakni terletak padalokasi penelitian

pada Pasar Syariah Ulul Albab yang berada di Jl. Raya Pasir Putih Desa Tanah

Merah Kecamatan Siak Hulu Kabupaten kampar.Perbedaan dengan yang saya

lakukan yaitu peneliti meneliti penerepan lima pilar budaya organisasi bisnis

syariahsedangkan Mizan Asnawi membahas tentang Potensi Pengembangan Pasar

Syariah Ulul Albab.

Penelitian Idel Waldelmi yang berjudul “analisis penerapan transaksi jual beli

syariah di pasar syariah ulul albab ”.Berdasarkan data dilapangan membuktikan

bahwasannya transaksi jual beli syariah di pasar syariah sudah diterapkan oleh

pedagang yang ada di pasar syariah tersebut. Dimana penerapan yang tertinggi

dengan penerapan sesuai dengan skor 4,388, terdapat pada bahasan kemaslahatan

bahwasannya segala bentuk kebaikan dan manfaat yang berdimensi duniawi dan

ukhrawi, material dan spiritual, serta individual dan kolektif harus lebih di

kedepankan untuk hidup yang lebih baik. Selain itu juga, terdapat variable yang

terendah dengan angka sebesar 3,668 yakni pada Prinsip persaudaraan (ukhuwah)

esensi dari  nilai universal yang menata interaksi sosial dan harmonisasi

kepentingan para pihak untuk kemanfaatan secara umum dengan semangat saling

tolong-menolong. Ini berarti pada nilai ukhuwah yang masuk kategori cukup,

artinya nilai ini masih belum diterapkan dengan sepenuhnya oleh pedagang pasar

syariah dalam melaksanakan transaksi jual beli. Penerapan transaksi jual beli

89
Asnawi “Analisis Potensi Pengembangan Pasar Pyariah Ulul Albab Di Kabupaten
Kampar”.(Pekanbaru: Fakultas Ekonomi dan BisnisUniversitas Muhammadiyah Riau, 2017)
syariah di pasar syariah ulul albab Desa Tanah Merah Kecamatan Siak Hulu

Kabupaten Kampar – Riau sebabkan oleh 3 faktor utama antara lain faktor

pengelola/pedagang, pelanggan dan konsep itu sendiri yang tidak ada yakni

konsep jual beli syariah.

Untuk membuktikan secara ilmiah akan dari penerapan jual beli syariah

digunakan metode analisis pendekatan deskriptif kuantitatif. Survey yang

dilakukan kepada 50 orang pedagang secara acak/random sampling yang

melakukan aktivitas jual beli di pasar syariah ulul albab. Persamaan peneliti

dengan Idel Waldelmi yakni terletak padalokasi penelitian pada Pasar Syariah

Ulul Albab yang berada di Jl. Raya Pasir Putih Desa Tanah Merah Kecamatan

Siak Hulu Kabupaten kampar. Perbedaannya yaitu, Idel Waldelmi

menelitipenerapan transaksi jual beli syariah di pasar syariah ulul albab.sedangkan

peneliti meneliti tentang penerepan lima pilar budaya organisasi bisnis syariahdi

pasar syariah ulul albab.90

Penelitian Koesmono yang berjudul “Budaya Organisasi Terhadap Motivasi

Dan Kepuasan Kerja Serta Kinerja Karyawan Pada Sub Sektor Industri

Pengolahan KayuSkala Menengah Di Jawa Timur”. Penelitian ini menemukan

bahwa budaya organisasi berpengaruh terhadap motivasi dan kepuasan kerja.

Kinerja karyawan berlaku pula bagi perusahaan yang berskala besar. Penelitian

ini menggunakan metode kuantitatif. Persamaan dengan penilitian ini adalah

sama-sama meneliti tentang budaya yang diterapkan dalam sebuah

90
Waldelmi “analisis penerapan transaksi jual beli syariah di pasar syariah ulul albab”
(Pekanbaru:Fakultas Ekonomi Universitas Lancang Kuning, 2017).
perusahaan/pasar. Pe nelitian tersebut menemukan bahwasanya budaya organisasi

mempunyai pengaruh terhadap motivasi, kepuasan kerja serta kinerja.

Perbedaan penelitian tersebut dengan saya adalah, terletak padalokasi

penelitian pada Pasar Syariah Ulul Albab, sedangkan koesmono Pada Sub Sektor

Industri Pengolahan Kayu Skala Menengah/perusahaan.91

91
Koesmono, “Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Motivasi Dan Kepuasan
Kerja Serta Kinerja Karyawan Pada Sub Sektor Industri Pengolahan Kayu Skala
Menengah Di Jawa Timur”,Universitas Widya Mandala, Vol 7, No 2, September2005,
Surabaya, hlm,171-188
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan dengan jenis kualitatif. Penelitian ini

merupakan penelitian lapangan (field research). Dalam penelitian ini, penulis

menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yaitu data yang dikumpulkan

berupa kata-kata, bukan berupa angka. Metode ini bersifat menuturkan dan

menafsirkan yang ada, misal tentang situasi yang dialami, satu hubungan,

kegiatan, pandangan, sikap yang nampak, atau proses yang sedang berlangsung,

pertentangan yang meruncing dan sebagainya.92

Penelitian kualitatif juga bertujuan menggambarkan realitas sosial yang ada di

masyarakat yang menjadi objek penelitian dan berupaya menarik realitas ke

permukaan sebagai ciri karakter sifat, model, tanda, gambaran kondisi, situasi,

ataupun fenomena tertentu. Penelitian deskriptif kualitatif mempunyai sifat yang

mendalam dalam menggambarkan sasaran penelitian.93

B. Lokasi Penelitian

92
Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar, Metode, dan Teknik (Bandung : Tarsito,
1994), hlm. 139.
93
Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta : Kencana Prenada Media Grup, 2007), hlm. 68-
69
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dan mengambil

lokasi penelitian pada Pasar Syariah Ulul Albab yang berada di Jl. Raya Pasir

Putih Desa Tanah Merah Kecamatan Siak Hulu Kabupaten kampar.Alasan


54

peneliti menjadikan Pasar Syariah Ulul Albab sebagai objek penelitian adalah

karena Pasar Syariah Ulul Albab merupakan satu-satunya pasar syariah yang ada

di Provinsi Riau yang tentunya memiliki budaya organisasi yang berbeda dengan

pasar-pasar lainnya. Dan alasan menyangkut dengan teori peneliti tentang budaya

organisasi adalah banyaknya permasalahan yang sering terjadi dalam pelaksanaan

budaya organisasi pada suatu lembaga pemerintah maupun swasta dan terlebih

dalam suatu pasar.

C. Data dan Sumber Data

1. Data primer

Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber

asli (tidak melalui perantara).94Dalam penelitian ini data diperoleh dari subjek

penelitian yaitu pada Pasar Syariah Ulul Albab Siak Hulu Kabupaten Kampar

baik secara lisan maupun tulisan.

No Nama Jabatan

1. H. Herman Ketua Pengelola Pasar

2. Jalaluddin Noor Ketua Dewan Syariah

3. Abdul Karim Anggota Dewan Syariah

4. Fitri Yanti Adminitrasi Keuangan

5. Amirudin Ketua RT

6. Adi Pedagang

7. Nurmadiah Pedagang

94
Masri, Pedoman Praktis Membuat Usulan Penelitian, (Jakarta : Ghalia Indonesia,
1984), hlm. 58
55

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui pengumpulan atau

pengolahan data yang bersifat studi dokumentasi berupa penelaahan terhadap

dokumen pribadi, resmikelembagaan, referensi-referensi atau peraturan

(literatur laporan, tulisan dan lain-lain yang memiliki relevansi dengan fokus

permasalahan penelitian).95

3. Data Tersier

Data tersier merupakan bahan bacaan lain berupa karya ilmiah, literatur-

literatur, hasil penelitian yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas

atau diteliti dalam skripsi ini.96

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi adalah teknik pengambilan data di mana peneliti mengadakan

pengamatan langsung terhadap gejala-gejala subjek yang diteliti.97 Teknik ini

digunakan dengan terjun langsung ke dalam lingkungan penelitian

dilaksanakan dengan pengamatan dan pencatatan terhadap hal-hal yang

muncul terkait dengan informasi antara data yang dibutuhkan.

2. Wawancara

95
Iskandar, Metode Penelitian Pendidikan Dan Sosial: kuantitatif dan kualitatif
(Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), hlm. 77.
96
Masri, Pedoman Praktis Membuat Usulan Penelitian, (Jakarta : Ghalia Indonesia,
1984), hlm. 59
97
Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,
1998), hlm. 174
56

Wawancara merupakan salah satu metode utama dalam penelitian

kualitatif. Secara umum wawancara berarti tanya jawab. Dan dalam penelitian,

metode wawancara diartikan sebagai kegiatan tanya jawab antara peneliti

dengan narasumber dari objek yang diteliti untuk mendapatkan informasi dan

memperoleh jawaban atas pertanyaan yang disampaikan.98 Dalam penelitian

ini penulis melakukan wawancara dengan lima orang informan dari pihak

pengelola pasar yaitu, ketua, wakil ketua/humas, bagian administrasi pasar,

bagian keuangan dan bagian administrasi. Dan tiga orang informan dari pihak

dewan syariah yaitu, ketua dewan syariah, sekretaris dewan syariah dan

anggota dewan syariah Pasar Syariah Ulul Albab.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan saat pengumpulan data

berlangsung, dansetelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada

saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang

diwawancarai. Bila jawaban dirasa kurang memuaskan,maka peneliti akan

melanjutkan pertanyaan lagi hingga tahap tertentu, dan diperoleh data yang

dianggap kredibel. Miles dan Huberman sebagaimana yang dikutip oleh Sugiyono

mengungkapkan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara

interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas.99

98
Sopiah, Metodologi Penelitian-Pendekatan Praktis Dalam Penelitian, (Yogyakarta:
Andi Offset, 2010), hlm. 171
99
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2007), hlm. 246
57

Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke

dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang

penting dan yang akan dipelajari, danmembuat kesimpulan yang dapat diceritakan

kepada orang lain.100

F. Pengecekan Keabsahan Data

Data merupakan fakta atau bahan-bahan keterangan yang penting dalam

penelitian. Untuk penelitian kualitatif ini, peneliti menggunakan strategi dengan

cara melakukan triangulasi diantara sumber-sumber data yang berbeda untuk

meningkatkan akurasi suatu studi. Dalam Bahasa sehari-hari triangulasi dikenal

dengan istilah cek dan ricek yaitu pengecekan data menggunakan beragam

sumber, teknik, dan waktu.Beragam sumber maksudnya digunakan lebih dari satu

sumber untuk memastikan apakah datanya benar atau tidak. Beragam teknik

berarti penggunaan berbagai cara secara bergantian untuk memastikan apakah

datanyamemang benar.

Wiliam Wiersma mengatakan triangulasi dalam pengujian kredibilitas

diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai

waktu.Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik

pengumpulan data, dan waktu.101

1. Triangulasi Sumber

Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data

yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang diperoleh dianalisis

100
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D, (Bandung: Alfabeta, 2007), hlm. 243
101
Wiliam, Ekonomi Islam: Sejarah, Konsep, Instrumen, Negara, dan Pasar, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2013), hlm. 273
58

oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan

kesepakatan (member check) dengan tiga sumber data.

2. Triangulasi Teknik

Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data

kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya untuk

mengecek data bisamelalui wawancara, observasi, dokumentasi.Bila dengan

teknik pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda,

maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang

bersangkutan untuk memastikan data mana yang dianggap benar.

3. Triangulasi Waktu

Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat

narasumber masih segar, akan memberikan data lebih valid sehingga lebih

kredibel. Selanjutnya dapat dilakukan dengan pengecekan dengan wawancara,

observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji

menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang

sehingga sampai ditemukan kepastian datanya.

Cara yang digunakan adalah wawancara, pengamatan, analisis dokumen.

Beragam waktu berarti memeriksa keterangan dari sumber yangsama pada

waktu yang berbeda.102 Peneliti melakukan pengecekan data hasil observasi

dan wawancara tentangPenerapan Lima Pilar Budaya Organisasi Bisnis

Syariah Di Pasar Syariah Ulul Al-Bab Siak Hulu Kabupaten Kampar dengan

membandingkannya dengan teori-teori yang terdapat pada buku-buku literatur

102
Putera, Penelitian Kualitatif: Proses dan Aplikasi, Cet. ke-II, (Jakarta: Indeks, 2012),
cet.II, hlm.189
59

tentangBudaya Organisasi Bisnis Syariah, maupun literatur yang terkait

lainnya.Selain itu peneliti juga membandingkan data dari hasil wawancara

diPasar Syariah Ulul Al-Bab Siak Hulu Kabupaten Kampar dengan praktik di

lapangan yang di peroleh dari pengamatan.Kegiatan tersebut di lakukan agar

data-datayang di peroleh dari lapangan bisa kredibel dan relevan.

G. Tahap-tahap Penelitian

1. Persiapan Penelitian

Dalam tahapan ini peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mengajukan surat permohonan izin penelitian kepadapimpinan Pasar

Syariah Ulul Albab yang berada di Jl. Raya Pasir Putih Desa Tanah Merah

Kecamatan Siak Hulu Kabupaten kampar.

b. Berkonsultasi dengan pihak Pasar Syariah Ulul Albab yang berada di Jl.

Raya Pasir Putih Desa Tanah Merah Kecamatan Siak Hulu Kabupaten

kamparuntuk membahas mengenai judul penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

a. Pengumpulan data

Pada tahap pengumpulan data ini peneliti mengumpulkan semua data-

data yang didapat langsung di lapangan atau tempat penelitian.

3. Tahap Analisis

Pada tahap ini peneliti menyusun dan menganalisis semua data yang telah

terkumpul secara sistematis dan terinci serta mendalam sehingga data tersebut
60

dapat dipahami, dapat dipertanggungjawabkan dan hasil dari penelitian dapat

diinformasikan kepada orang lain secara jelas.

4. Tahapa Penulisan Laporan

Tahap ini merupakan tahapan terakhir dari tahapan penelitian yang peneliti

lakukan.Tahapan ini dilakukan untuk membuat laporan tertulis dari hasil

penelitian yang telah dilaksanakan dan bisa dipertanggungjawabkan, laporan

ini ditulis dalam bentuk skripsi.

H. Jadwal Penelitian

No Uraian November Desember Januari Februari Maret

2019 2019 2020 2020 2020


1. Penyusunan Proposal √
2. Presentasi Proposal √
3. Pelaksanaan √

Penelitian
4. Pengelolaan Data √
5. Pembuatan Laporan √

penelitian
6. Presentasi Hasil √

Penelitian
61
DAFTAR PUSTAKA

Abundu Tika. 2006. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahan.


Jakarta : Bumi Aksara.
Ardana, Komang. 2009. Perilaku Keorganisasian, Cet. Ke-1. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Burhan Bungin. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana Prenada Media
Grup.
Buchari Alma. 2014. Manajemen Bisnis Syariah. Bandung : Alfabeta.
Diah Ayu Kusumawati, “ Peningkatan Perilaku Kerja Islami Dengan Budaya
Organisasi Islami Sebagai Variabel Moderasi”, UNNISULA, (Vol. 2, No.
1 Mei 2015),
Deal dan Kennedy ,,Budaya Organisasi: Sebuah Kebutuhan Untuk Meningkatkan
Kinerja Jangka Panjang, Jakarta : Rajawali, 2010.
Deal dan Kennedy. 2006. Corporate Culture : The Roles and Ritual of
Corporate. Jakarta : Bumi Aksara.
David C. Thomas dan Kerr Inkson. 2004. Budaya Organisasi: Sebuah Kebutuhan
Untuk Meningkatkan Kinerja Jangka Panjang, Jakarta : Rajawali,
Etta Mamang Sangadji dan Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian-Pendekatan
Praktis Dalam Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset.
Faisal Badroen. 2006. Etika Bisnis Dalam Islam. Jakarta : Kencana.
Hijriyati Cucuani dan Jhon Herwanto. 2015. Perilaku Organisasi. Pekanbaru :Al-
Mujtahadah Press.
H. Herman (Ketua Pengelola Pasar), wawancara, Pekanbaru, pada tanggal 20 Mei
2020.
Hasnun Jauhari Ritonga. 2015. Manajemen Organisasi. Medan : Perdana
Publishing.
Hendi Suhendi.1997. Fiqh Muamalah. Bandung : Gunung Jati Press.
Irma Nilasari dan Sri Wiludjeng. 2006. Pengantar Bisnis. Jakarta : Graha Ilmu.

62
63

Iskandar. 2018. Metode Penelitian Pendidikan Dan Sosial: kuantitatif dan


kualitatif. Jakarta: Gaung Persada Press.
Irham dan Fahmi. 2013. Perilaku Organisasi. Jakarta : Alfabeta.
Idel Waldelmi “analisis penerapan transaksi jual beli syariah di pasar syariah ulul
albab” (pekanbaru:Fakultas Ekonomi Universitas Lancang Kuning,2017).
Jalaludin Noor (ketua Dewan Syariah), wawancara, pekanbaru, pada tanggal 20
Mei 2020
Jusmaliani. 2011. Pengelolaan Sumber Daya Insani. Jakarta: Bumi Aksara.
Kementrian Agama RI. 2014. Mushaf dan Terjemah. Surakarta: ZiatQuran.
Killman. 2010. Budaya Organisasi: Sebuah Kebutuhan Untuk Meningkatkan
Kinerja Jangka Panjang. Jakarta : Rajawali.
Krishna Adityangga. 2010. Membangun Perusahaan Islam dengan Manajemen
Budaya Perusahaan Islami. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Koesmono, “Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Motivasi Dan Kepuasan
Kerja Serta Kinerja Karyawan Pada Sub Sektor Industri Pengolahan
Kayu Skala Menengah Di Jawa Timur”,Universitas Widya Mandala,
Vol 7, No 2, September2005, Surabaya,
Keith Daviz dan John W. Newstrom. 2013. Ekonomi Islam: Sejarah, Konsep,
Instrumen, Negara, dan Pasar, Jakarta: Rajawali Pers.
Lukman Hakim, “Budaya Organisasi Islami Sebagai Upaya Meningkatkan
Kinerja”,Iqtishadia, Volume 09, No. 1, Maret 2016,
Mujahidin, Akhmad. 2013. Ekonomi Islam: Sejarah, Konsep, Instrumen, Negara,
dan Pasar. Jakarta: Rajawali Pers.
Mujahidin, Akhmad. 2014. Ekonomi Islam 2. Pekanbaru : Al-Mujtahadah Press.
Mizan Asnawi. 2017. “Analisis Potensi Pengembangan Pasar Pyariah Ulul Albab
Di Kabupaten Kampar”.(Pekanbaru: Fakultas Ekonomi dan
BisnisUniversitas Muhammadiyah Riau.
Muhammad Nejatullah Siddiq. 1991. Kegiatan Ekonomi Dalam Islam. Jakarta :
Bumi Aksara.
Manahan P. Tampubolon. 2004. Perilaku Keorganisasian. Jakarta : Ghalia
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai