Anda di halaman 1dari 87

ANALISIS PENERAPAN LIMA PILAR BUDAYA ORGANISASI BISNIS

SYARIAH DI PASAR SYARIAH ULUL ALBAB SIAK HULU


KABUPATEN KAMPAR

Diajukan untuk Mengikuti Seminar Proposal Skripsi pada


Program Studi Perbankan Syariah
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI)
H.M Lukman Edy Pekanbaru
Pada Semester Ganjil Tahun Akademik 2019/2020

OLEH
ABD ROHIM
1601507

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) H.M LUKMAN EDY


PEKANBARU
TAHUN 2020
DAFTAR ISI

Halaman Sampul......................................................................................................................... 1
Lembaran Persetujuan................................................................................................................ 2
Daftar Isi..................................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 4
A. Latar Belakang Masalah............................................................................................. 4
B. Identifikasi Masalah................................................................................................... 9
C. Batasan Masalah......................................................................................................... 9
D. Rumusan Masalah...................................................................................................... 9
E. Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 10
F. Manfaat Penelitian..................................................................................................... 10
G. Definisi Istilah............................................................................................................ 10
H. Sistematika Penulisan................................................................................................. 12

BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................................. 14


A. Kerangka Teori........................................................................................................... 14
1. Pengertian Budaya Organisasi................................................................................... 14
2. Manfaat budaya organisasi......................................................................................... 20
3. Fungsi budaya organisasi........................................................................................... 21
4. Pembentukan budaya organisasi................................................................................ 23
5. Cara karyawan mempelajari budaya organisasi ........................................................ 27
6. Ciri-ciri budaya oraganisasi kuat / lemah .................................................................. 29
7. Budaya organisasi bisnis Syariah............................................................................... 30
8. Pasar Syariah.............................................................................................................. 33
9. Faktor pembentuk organisasi islami........................................................................... 36
10. Karekteristik budaya organisasi islami...................................................................... 39
11. Landasan moral bisnis Syariah................................................................................... 43
B. Penelitian Terdahulu ................................................................................................. 45

BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................................... 49


A. Pendekatan dan Jenis Penelitian................................................................................. 49
B. Lokasi Penelitian ....................................................................................................... 50
C. Data dan Sumber Data .............................................................................................. 50
D. Teknik Pengumpulan Data......................................................................................... 51
E. Teknik analisis data.................................................................................................... 52
F. Pengecekan keabsahan data ...................................................................................... 53
G. Tahap-tahap penelitian............................................................................................... 55
H. Jadwal penelitian........................................................................................................ 56

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................ 57

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Suatu organisasi dibentuk untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Oleh karena

itu, keberhasilan suatu organisasi ditunjukkan oleh kemampuannya mencapai

tujuan yang telahditetapkan sebelumnya. Keberhasilan organisasi dalam mencapai

tujuan sangat ditentukan oleh kinerja organisasi yang dipengaruhi oleh faktor

eksternal maupun internal organisasi. Faktor eksternal adalah segala sesuatu yang

berada di luar organisasi, namun mempunyai pengaruh besar terhadap organisasi

dan budayanya. Sebagai faktor internal organisasi di samping didukung oleh

sumber daya yang diperlukan untuk mewujudkan kinerja organisasi, maka yang

sangat besar peranannya adalah budaya organisasi yang dianut segenap sumber

daya manusia dalam organisasi.1

Strategi dalam mengantisipasi perubahan yang akan dilakukan oleh suatu

organisasi juga perlu mempertimbangkan aspek budaya yang telah ada selama ini,

apakah strategi yang didesain tersebut cocok dengan nilai-nilai yang ada, atau

justru nilai-nilai yang ada menjadi kontra produktif bagi organisasi dalam

perjalanannya ke depan. Para manajer terutama yang berada pada level puncak

mesti sadar betapa pentingnya memahami budaya organisasikarena pengaruhnya

yang begitu besar terhadap perilaku anggota. Budaya organisasi juga dapat

1
Wibowo, Budaya Organisasi: Sebuah Kebutuhan Untuk Meningkatkan Kinerja jangka
Panjang, (Jakarta: Rajawali, 2010), hlm.1

1
2

dipakai sebagai konsep dalam menyusun strategi perubahan atau pengembangan

organisasi yang dipimpinnya.2

Menurut Robbins mengartikan Budaya Organisasi sebagai suatu persepsi

bersama yang dianut oleh anggota suatu organisasi.3

Sedangkan menurut Eliot Jaeques budaya organisasi adalah cara berpikir dan

melakukan sesuatu tradisi yang dianut bersama oleh semua anggota organisasi,

dan para anggota baru harus mempelajari atau paling sedikit menerimanya

sebagian agar mereka diterima sebagai bagian dari organisasi.4

Budaya organisasi adalah suatu kebiasaan yang berlangsung lama dan dipakai

serta diterapkan dalam kehidupan aktifitas kerja sebagai salah satu mendorong

untuk meningkatkan kualitas kerja para karyawan dan manajer perusahaan. Jones

mendefinisikan kultur organisasi sebagai sekumpulan nilai dan norma hasil

berbagi yang mengendalikan interaksi anggota organisasisatu sama lain dan

dengan orang di luar organisasi.5

Pasar adalah sebuah mekanisme pertukaran barang dan jasa yang alamiah dan

telah berlangsung sejak peradaban awal manusia. Islam menempatkan pasar pada

kedudukan yang penting dalam perekonomian. Praktik ekonomi pada masa

Rasulullah dan al-khulafa al-rasyidun menunjukkan adanya peranan pasar yang

besar.6

2
Omang Ardana, Perilaku Keorganisasian, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009), Cet. Ke-1,
hlm. 165
Robbins, Budaya Organisasi: Sebuah Kebutuhan Untuk Meningkatkan Kinerja Jangka
3

Panjang, (Jakarta : Rajawali, 2010), hlm.169


4
Abundu Tika, Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahan, (Jakarta : Bumi
Aksara, 2006), hlm. 170
5
Irham dan Fahmi, Perilaku Organisasi, (Jakarta : Alfabeta, 2013), hlm. 50
6
Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam 2, (Pekanbaru : Al-Mujtahadah Press, 2014), hlm. 1
3

Pasar syariah adalah pasar di mana pelanggannya selain memiliki motif

rasional juga memiliki motif emosional. Pelanggan tertarik untuk berbisnis pada

pasar syariah bukan hanya karena alasan dan keinginan mendapatkan keuntungan

finansial semata yang bersifat rasional, namun karena keterikatan terhadap nilai

nilai syariah yang dianutnya.7

Menurut Faisal Badroen, faktor-faktor yang mendukung dalam membentuk

budaya organisasi yang islami di antaranya adalah diperlukannya suatu struktur

organisasi yang mampu menjamin penerapan budaya yang Islami di dalam

organisasi yang terdiri dari penanggung jawab program, tim pengarah, komitmen

pimpinan tertinggi, lingkungan kerja, partisipasi, dan disiplin.8

Pasar Syariah Ulul Albab Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar yang

sudah menginjak usia kurang lebih tujuh belas tahun lamanya dan merupakan

satu-satunya pasar syariah yang ada di Provinsi Riau dengan konsep

pembangunan tradisional modern, mempunyai budaya yang berbeda dengan

pasar-pasar lainnya seperti setiap pedagang tidak boleh menerima modal

daganganya dari rentenir dan menghentikan sejenak aktivitas perdagangan pada

saat adzan berkumandang. Budaya organisasi bisnis di Pasar Syariah Ulul Albab

harus sesuai dengan nilai-nilai Islam.Nilai-nilai ini menjadi pedoman dasar bagi

setiap anggota pasar, ungkap Bapak H. Herman selaku Ketua Pengelola Pasar

Syariah Ulul Albab.9

7
Buchari Alma, Manajemen Bisnis Syariah, (Bandung : Alfabeta, 2014), hlm. 342
8
Faisal Badroen, .Etika Bisnis Dalam Islam, (Jakarta : Kencana, 2006), hlm. 182
9
H. Herman (Ketua Pengelola Pasar), wawancara, Pekanbaru, pada tanggal 5 november
2019.
4

Meskipun demikian, penulis menemukan beberapa gejala dalam penerapan

lima pilar budaya organisasi bisnis yang ada di Pasar Syariah Ulul Albab di

antaranya adalah kurangnya ketegasan Dewan Syariah selaku penanggung jawab

program dan tim pengarah terhadap pelaksanaan budaya organisasi di Pasar

Syariah Ulul Albab, hal ini dibuktikan bahwa dalam melaksanakan tugasnya

Dewan Syariah tidak memiliki wewenang penuh untuk memberikan sanksi

terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh anggota pedagang, hal ini diungkapkan

oleh Bapak Jalaludin Noor selaku ketua Dewan Syariah Pasar Syariah Ulul Albab.

Gejala lain yang penulis temukan adalah kurangnya partisipasi dan juga

kedisiplinan anggota pedagang dalam melaksanakan budaya organisasi yang ada,

masih banyak anggota pedagang yang tidak mengikuti peraturan-peraturan yang

telah ditetapkan oleh pihak Pengelola maupun Dewan Syariah seperti halnya

dalam berpakaian, penempatan barang-barang dagangan yang melebihi batas

lapak yang ditentukan, pembayaran retribusi, maupun dalam hal kebersihan.10

Dari uraian yang dikemukakan di atas, peneliti tertarik untuk membuat suatu

kajian yang lebih mendalam mengenai masalah tersebut yang berbentuk Tugas

Akhir dengan judul “Analisis Penerapan Lima Pilar Budaya Organisasi Bisnis

Syariah Di Pasar Syariah Ulul Al-Bab Siak Hulu Kabupaten Kampar”.

10
Jalaludin Noor (ketua Dewan Syariah),wawancara, pekanbaru, pada tanggal 5 november
2019.
5

B. Identifikasi Masalah

1. Belum terlaksananya penerapan lima pilar budaya organisasi bisnis syariah dan

masih terdapat oknum pedagang yang enggan mengikuti budaya organisasi

bisnis tersebut.

2. Kurangnya Pengawasan yang dilakukan oleh pihak pengelola pasar dan juga

dewan syariah terhadap para pedagang dalam menjalankan aktivitas atau

kegiatan dagang di pasar syariah serta pemberian sanksi tegas terhadap anggota

yang enggan untuk menerima dan melaksanakan budaya organisasi yang ada.

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan sampai kepada sasaran yang diinginkan,

maka penulis membatasi permasalahan dalam penelitian ini. karena keterbatasan

penulis baik pikiran, tenaga, maupun keterbatasan waktu. maka penulis hanya

mengkaji tentang penerapan lima pilar budaya organisasi bisnis syariah di Pasar

Syariah Ulul Al-Bab Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar.

D. Rumusan Masalah

Dari latar permasalahan maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana penerapan lima pilar budaya organisai bisnis syariah di Pasar

Syariah Ulul Al-Bab Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar ?

2. Apa saja faktor-faktor yang mendukung dan menghambat penerapan lima

pilar budaya organisai bisnis syariah di Pasar Syariah Ulul Al-Bab Kecamatan

Siak Hulu Kabupaten Kampar ?


6

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan lima pilar budaya organisai bisnis

syariah di Pasar Syariah Ulul Al-Bab Kecamatan Siak Hulu Kabupaten

Kampar.

2. Untuk mengetahui fakator-faktorApa saja yang mendukung dan menghambat

penerapan lima pilar budaya organisai bisnis syariah di Pasar Syariah Ulul Al-

Bab Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar.

F. Manfaat Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Serjana Ekonomi Syariah di

Jurusan Perbankan Syariah Stai H.M.Lukman Edy Pekanbaru.

2. Penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat sebagai bahan penelitian sejenis

ataupun untuk mengembangkan penelitian selanjutnya.

G. Defenisi Istilah

1. Budaya organisasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, budaya berarti pikiran, akal

budi, dan adat istiadat. Budaya juga berarti sesuatu yang sudah menjadi

kebiasaan yang sudah sukar diubah.11

Organisasi berasal dari kata organ (sebuah kata dalam bahasa Yunani)

yang berarti alat. Stephen Robbins mendefinisikan organisasi adalah kesatuan

(entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, yang bekerja atas dasar yang

11
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hlm. 169
7

relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok

tujuan.12

Budaya organisasi secara islami adalah suatu wadah berkumulnya orang-

orang yang mempunyai gagasan dan pemikiran yang sejalan, mengambil

konsep-konsep dan kebiasaan-kebiasaan yang sudah tertanam dalam tatanan

islam sebagai dasar bergerak dan usaha dalam upaya memcapai tujuan

organisasi demi kemaslahatan dan ridho Allah SWT.13

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi merupakan

pola keyakinan dan nilai-nilai organisasi yang diyakini dan dijiwai oleh seluruh

anggotanya dalam melakukan pekerjaan sebagai cara yang tepat untuk

memahami, memikirkan, dan merasakan terhadap masalah-masalah terkait,

sehingga akan menjadi sebuah nilai atau aturan di dalam organisasi tersebut.14

2. Bisnis

Bisnis adalah aktivitas-aktivitas yang terorganisir untuk menghasilkan

barang dan jasa dengan bertujuan untuk mendapatkan laba.15

Bisnis menurut islam adalah suatu yang dihalalkan bahkan sangat

dianjurkan oleh Islam.16

3. Pasar Syariah

Pasar syariah adalah pasar di mana pelanggannya selain memiliki motif

rasional juga memiliki motif emosional. Pelanggan tertarik untuk berbisnis

12
Fahmi, Irhami. Perilaku Organisasi, (Jakarta : Alfabeta, 2013), hlm. 55
13
https://fikrimochammad.wordpress.com/2012/12/11/konsep-budaya-organisasi-
secara-islami/
14
Hijriyati Cucuani, Jhon Herwanto, Perilaku Organisasi, (Pekanbaru :Al-Mujtahadah
Press, 2015), hlm. 69-71
15
Nilasari, Irma, Wiludjeng, Sri, Pengantar Bisnis, (Jakarta : Graha Ilmu , 2006), hlm.2
16
https://dalamislam.com/hukum-islam/ekonomi/bisnis-menurut-islam
8

pada pasar syariah bukan hanya karena alasan dan keinginan mendapatkan

keuntungan finansial semata yang bersifat rasional, namun karena keterikatan

terhadap nilai-nilai syariah yang dianutnya.17

H. Sistematika Penulisan

Sistematika pada penulisan ini :

Bab I : Pendahuluan, memuat penjelasan latar belakang masalah,

identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, sistematika

penulisan.

Bab II : Landasan teori, menjelaskan tentang kerangka teoritis dan

penelitian terdahulu.

Bab III : Metode penelitian, berisikan pendekatan dan jenis penelitian,

lokasi penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan

data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan data, tahap-

tahap penelitian, jadwal penelitian.

Bab IV : Berisikan hasil penelitian dan pembahasan yang mendsikripsikan

tentang analisis data dan pembahasan yang menggunakan teori

dalam Bab II.

Bab V : Berisikan kesimpulan dan saran. Kesimpulan memberikan

gambaran konkrit tentang rumusan penelitian, sedangkan saran

adalah rekomendasi terhadap berbagai pihak yang berhubungan

dengan rumusan masalah penelitian.


17
Buchari Alma, Manajemen Bisnis Syariah, 2014, hlm. 5
9
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kerangka Teoritis

1. Pengertian Budaya Organisasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, budaya berarti pikiran, akal

budi, dan adat istiadat. Budaya juga berarti sesuatu yang sudah menjadi

kebiasaan yang sudah sukar diubah.18

Sedangkan Koentjaraningrat mengartikan budaya adalah keseluruhan

sistem gagasan tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan

masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar.Selanjutnya

Koentjaraningrat menyatakan bahwa kebudayaan memiliki tiga wujud yaitu:

a. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleksitas dan ide-ide, gagasan, nilai-

nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.

b. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleksitas aktivitas kelakuan berpola

dan manusia dalam masyarakat.

c. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.19

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama

oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi.

18
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hlm. 169
19
Badroen, Faisal, Arief Mufraeni, M, Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta : Kencana
Prenada Media Group, 2006), hlm.179

10
11

Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan

politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.20

Geert Hofstede menyatakan bahwa budaya terdiri dari mental program

bersama yang mensyaratkan respon individual pada lingkungannya. Definisi

tersebut mengandung makna bahwa kita melihat budaya dalam perilaku

sehari-hari, tetapi dikontrol oleh rogram mental yang ditanamkan sangat

dalam. Budaya bukan hanya perilaku di permukaan, tetapi sangat dalam

ditanamkan dalam diri kita masing-masing.21

Pandangan Jeff Cartwright, budaya adalah penentu yang kuat dari

keyakinan, sikap dan perilaku orang, dan pengaruhnya dapat diukur melalui

bagaimana orang termotivasi untuk merespon pada lingkungan dan budaya

mereka. Atas dasar itu, Cartwright mendefinisikan budaya sebagai sebuah

kumpulan orang yang terorganisasi yang berbagi tujuan, keyakinan dan nlai-

nilai yang sama, dan dapat diukur dalam bentuk pengaruhnya pada motivasi.22

Dari beberapa pengertian di atas dapat dinyatakan bahwa budaya

merupakan tradisi yang direfleksikan dalam penerapan nilai-nilai atau norma-

norma kaidah yang berlaku di dalam suatu masyarakat, dan secara konsisten

diterapkan anggota masyarakat, baik di dalam bertingkah laku, bekerja, serta

berkomunikasi di dalam lingkungannya berdasarkan ciri dan karakteristik

masyarakat tersebut.23

20
www.https//id.m.wikipedia.org/wiki/budaya, diakses pada 27 november 2019 pukul
16:02
21
David C. Thomas dan Kerr Inkson, 2004, Budaya Organisasi: Sebuah Kebutuhan
Untuk Meningkatkan Kinerja Jangka Panjang, (Jakarta : Rajawali, 2010), hlm.152
22
Ibowo, Manajemen Perubahan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007). hlm. 15
23
Manahan P. Tampubolon, Perilaku Keorganisasian, ( Jakarta : Ghalia Indonesia ,
2004), hlm. 184-186
12

Organisasi berasal dari kata organ (sebuah kata dalam bahasa Yunani)

yang berarti alat.Stephen P. Robbins mendefinisikan organisasi adalah

kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, yang bekerja atas

dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau

sekelompok tujuan.24

Kata “organisasi” memiliki dua pengertian umum. Pengertian pertama

berkaitan dengan suatu lembaga dan pengertian kedua berkaitan dengan

proses. Pengertian pertama, organisasi terdiri dari dua orang atau lebih yang

bekerjasama dengan cara yang tersetruktur untuk mencapai suatu tujuan.

Sedangkan pengertian kedua, yaitu tentang pengorganisasian adalah suatu

proses penyusunan strukturorganisasi atau pola hubungan antara anggota

organisasi yang sesuai dengantujuan organisasi, sumberdaya-sumberdaya

yang dimiliki dan lingkungannya.25

Bisnis yaitu aktivitas-aktivitas yang terorganisir untuk menghasilkan

barang dan jasa dengan bertujuan untuk mendapatkan laba.26

Adapun dalam Islam bisnis dapat dipahami sebagai serangkaian aktivitas

bisnis dalam berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah (kuantitas)

kepemilikan hartanya (barang/jasa) termasuk profitnya, namun dibatasi dalam

cara perolehan dan pendayagunaan hartanya (ada aturan halal dan haram).27

Pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa Islam mewajibkan setiap

muslim, khususnya yang memiliki tanggungan untuk bekerja. Bekerja

24
Fahmi, Irhami Perilaku Organisasi, (Jakarta : Alfabeta, 2013. hlm. 55
25
Irma Nilasari, Sri Wiludjeng, Pengantar Bisnis, (Jakarta : Graha Ilmu , 2006), hlm.75-
76
26
Ibid., hlm.2
27
Ibid., hlm. 18
13

merupakan salah satu sebab pokok yang memungkinkan manusia memiliki

harta kekayaan. Untuk memungkinkan manusia berusaha mencarinafkah,

Allah Swt melapangkan bumi serta menyediakan berbagai fasilitas yang dapat

dimanfaatkan untuk mencari rizki.Sebagaimana dikatakan dalam firman Allah

QS. Al Mulk ayat 15 :

       


       
Artinya:“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka
berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari
rezki-Nya. dan hanyakepada-Nya-lah kamu (kembali setelah)
dibangkitkan”.(QS. Al Mulk: 15).28
Begitu juga Allah katakan dalam QS. Al A’raaf ayat 10 :

      


     
Artinya: Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka
bumidanKami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan.
Amat sedikitlah kamu bersyukur”. (QS. Al A’raaf: 10).29

Di samping anjuran untuk mencari rizki, Islam sangat menekankan

(mewajibkan) aspek kehalalannya, baik dari sisi perolehan maupun

pendayagunaannya (pengelolaan dan pembelanjaan).30

Sebagaimana dikatakan dalam firman Allah QS. Al-Baqarah ayat 168-169:

       


       
     
       
Artinya: Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang
terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu. Sesungguhnya
(setan) itu hanya menyuruh kamu agar membuat jahat dan keji dan

28
Kementrian Agama RI, Mushaf dan Terjemah, (Surakarta: ZiatQuran, 2014), hlm. 563
29
Ibid., hlm. 151
30
Norvadewi, “Bisnis Dalam Prespektif Islam (Telaah Konsep, Prinsip dan Landasan
Normatif)”, Al-Tijary, volume 01 No. 01, Desember 2015, hlm. 36
14

mengatakan apa yang tidak kamu ketahui tentang Allah. (QS. Al-
Baqarah ayat 168-169).31

Setiap individu memiliki latar belakang budaya yang berbeda-beda yang

mempengaruhi mereka. Budaya menuntut individu untuk berperilaku dan

memberi petunjuk pada mereka mengenai apa saja yang harus diikuti dan

dipelajari. Kondisi tersebut juga berlaku dalam satu organisasi. Bagaimana

karyawan berperilaku dan apa yang seharusnya mereka lakukan banyak

dipengaruhi oleh budaya yang dianut organisasi tersebut. Hal inilah yang

diistilahkan sebagai budaya organisasi atau budaya perusahaan, yang

keduanya digunakan dengan maksud yang sama.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi merupakan

pola keyakinan dan nilai-nilai organisasi yang diyakini dan dijiwai oleh

seluruh anggotanya dalam melakukan pekerjaan sebagai cara yang tepat

untukmemahami, memikirkan, dan merasakan terhadap masalah-masalah

terkait, sehingga akan menjadi sebuah nilai atau aturan di dalam organisasi

tersebut.32

Budaya organisasi akan sangat berbeda dari satu perusahaan dengan

perusahaan lain. Namun, pada intinya apa yang dianut oleh sebuah perusahaan

akan menentukan bagaimana kesuksesan dapat mereka raih. Oleh

karenakecenderungan ini ada di setiap organisasi, maka budaya organisasi

merupakanfaktor yang akan menentukan bagaimana tujuan dapat dicapai

secara efektif dan efesien.33


31
Kementrian Agama RI, Mushaf dan Terjemah, (Surakarta: ZiatQuran, 2014), hlm. 25
32
Hijriyati Cucuani, Jhon Herwanto, Perilaku Organisasi, (Pekanbaru :Al-Mujtahadah
Press, 2015), hlm. 69-71
33
Ernie Tisnawati Sule, Kurniawan Saefullah, Op.Cit. hlm. 72
15

Adapun budaya organisasi islami adalah suatu sistem makna, nilai-nilai

dankepercayaan yang berdasarkan pada nilai islamyang dianut bersama dalam

suatuorganisasi yang menjadi rujukan untuk bertindak serta membedakan

dengan organisasi lain.34

Budaya harus sejalan dengan tindakan-tindakan organisasi, seperti

perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian. Apabila

budaya tidak sejalan dengan tugas-tugas tersebut maka organisasi akan

menghadapi masa-masa yang sulit. Oleh karena itu, budaya memiliki peran

sentral dalam manajemen strategis. Hal ini berarti merupakan indikasi bahwa

organisasiyang efektif tidak akan bisa dilepaskan dari masalah budaya

organisasi. Bagi organisasi, budaya organisasi merupakan tekanan normatif

pada setiap individu yang ada dalam organisasi untuk memiliki perilaku

tertentu. Perilakutersebut antara lain perilaku untuk setia/loyal pada

organisasi.Outcome-nyaloyalitas tersebut selanjutnya akan menciptakan

komitmen yang tinggi padaorganisasi. Individu yang memiliki komitmen yang

tinggi pada organisasi biasanya rela berkorban, memiliki tekat yang kuat dan

peduli pada kemajuanorganisasi.Hal tersebut tercermin dari tindakan individu

untuk bekerja sebaik mungkin bagi organisasi.35

Adapun Pelaksanaan lima pilar budaya organisasi bisnis Syariah di pasar

Syariah ulul albab kecamatan siak hulu kabupaten Kampar yaitu :

a. Timbangan harus akur.

34
Diah Ayu Kusumawati, “ Peningkatan Perilaku Kerja Islami Dengan Budaya
Organisasi Islami Sebagai Variabel Moderasi”, UNNISULA, (Vol. 2, No. 1 Mei 2015), hlm.5
35
Hasnun Jauhari Ritonga, Manajemen Organisasi, (Medan : Perdana Publishing, 2015),
hlm.140
16

Timbangan merupakan salah satu dari banyak nya alat yang dibuat untuk

tujuan memudahkan dalam mengukur suatu barang atau produk baik itu

yang di kelola maupun barang yang akan di pasarkan. Timbangan adalah

salah satu alat ukur untuk mengukur berat beban. Timbangan digital untuk

memudahkan user dalam pembacaan, serta menghindari salah pembacaan

dari hasil pengukuran.” Secara umum terdapat dua jenis yang cukup di

minati di masyarakat, khususnya para pedagang yang dapat memilih 2

jenis timbangan baik timbangan manual dan timbangan digital ataupun

keduanya. Berikut merupakan jenis-jenis timbangan digital yang sering

kita temui dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya yaitu timbangan

lantai, timbangan duduk dan timbangan gantung. Timbangan mempunyai

kemampuan menimbang dengan ketelitian yang berbeda-beda. Semakin

teliti dan semakin besar kemampuan menimbangnya maka akan semakin

bagus kualitas timbangannya. Dalam segi perangkat keras ada dua macam

timbangan yakni timbangan analog dan timbangan elektronik. Untuk

timbangan analog biasanya dilihat dari proses kesetimbangannya, sehingga

ada istilah anak timbangan yaitu benda penyeimbang dengan benda yang

akan kita timbang. Lain halnya dengan timbangan elektronik, timbangan

ini menggunakan sensor berat yang dapat merubah beban dengan

perubahan sinyal listrik atau dalam hal ini berupa tegangan. Sinyal

tegangan ini kemudian dirubah menjadi sinyal digital menggunakan ADC


17

internal Arduino, yang selanjutnya diproses sehingga dapat membaca berat

dan harga dari timbangan berupa tampilan digital.36

b. Setiap pedagang tidak boleh menerima modal dagangan dari Rentenir.

bahwa dalam pelaksaannya masih didapati pedagang yang melakukan

pinjaman dari pihak Rentenir meskipun tidak dalam jumlah yang banyak

namun masih didapati adanya pedangang melakukan hal yang demikian

terlepas dari berbagai sisi negatf tersebut, jasa tentenir jusru masih

dibutukan oleh masyarakat terutama pedagang kecil yang membutukan

modal untuk usaha yang digeluti. Kelebihan meminjam dari rentenir

adalah karena persyaratan yang mudah, kecepatan dalam pencairan dana,

dan tidak adanya jaminan dalam bentuk apapun.

c. Tidak diperbolehkan bagi para pedagang menjual barang beralkohol serta

barang-barang yang dilarang oleh agama dan pemerintah.

Praktek yang terjadi dilapangan adalah hingga pada saat ini belum

ditemukan adanya pedagang yang memperjual belikan barang dagangan

yang dilarang oleh pemerintah maupun agama seperti minuman

beralkohol.

d. Menghengtikan sejenak aktivitas perdagangan pada saat adzan

berkumandang.

Pelaksanaannya bahwa masih banyak para pedagang yang tidak

menutup/menghentikan sejenak aktivitas perdagangan mereka pada saat

36
Ajip Rosyidi, Pengembangan Timbangan, (Yogyakarta :PT. Pustaka Jaya , 2007), hlm.
77
18

adzan berkumandang hal ini disebkan karena factor moralitas dan

kurangnya kesadaran pada diri anggota masing.37

e. Menjaga kebersihan lingkungan pasar. Pelaksanaannya bahwa kebersihan

lingkungan di pasar Syariah sudah baik, penempatan parkir juga terlihat

rapi, hanya saja masih didapati adanya pedagang yang meletakan barang-

barang dagangan mereka melebihi batas lapak yang di tentukan sehingga

dapat mengganggu jalan para pelanggan. Pengelolah pasar syiariah

menghimbau bahwa para pedagang diharapkan untuk tetap selalu mejaga

kebersihan kios ataupun lapak dagangan mereka serta barang dagangannya

agar barang yang dijual terjaga kebersihan dan kehalalannya.

2. Manfaat Budaya Organisasi

Budaya organisasi membantu mengarahkan sumber daya manusia

padapencapaian visi, misi, dan tujuan organisasi. Di samping itu, budaya

organisasiakan meningkatkan kekompakan tim antar berbagai departemen,

divisi atau unitdalam organisasi sehingga mampu menjadi perekat yang

mengikat orang dalambersama-sama.

Budaya organisasi membentuk perilaku staf dan perilaku yang diinginkan

sehingga memungkinkan organisasi bekerja dengan lebih efektif dan efisien,

meningkatkan konsistensi, menyelesaikan konflik dan memfasilitasi

koordinasidan kontrol. Budaya organisasi akan meningkatkan motivasi staf

dengan memberimereka perasaan memiliki, loyalitas, kepercayaan dan nilai-

nilai, dan mendorong mereka berpikir positif tentang mereka dan organisasi.
37
Abdul Karim, ( anggota dewan Syariah ), wawancara, pekanbaru pada tanggal 16 Januari 2020
19

Dengan demikian, organisasi dapat memaksimalkan potensi stafnya dan

memenangkan kompetensi. Dengan budaya organisasi, kita dapat

memperbaiki perilaku dan motivasi sumberdaya manusia sehingga

meningkatkan kinerjanya dan pada giliranny meningkatkan kinerja organisasi

untuk mencapai tujuan organisasi. Budaya organisasi seperti sebuah lingkaran,

setengah di bawah adalah operasional, yaitu tentang apa yang dikerjakan,

sistem, kontrol, produksi, dan keuntungan. Sementara itu, setengah di atas

adalah faktor human atau manusia, mengenai bagaimana kita melakukan

operasi dengan pengertian, komunikasi, kepercayaan, hubungan, dan

keikutsertaan.38

3. Fungsi Budaya Organisasi

L. Smircich (1983) yang dikutip oleh Robert Kreitner dan Angelo Kinicki

dalam bukunya Organizational Behavior membagi empat fungsi budaya

organisasi, yaitu.

a Memberikan identitas organisasi kepada karyawan.

b Memudahkan komitmen kolektif.

c Mempromosikan stabilitas sistem sosial.

d Membentuk perilaku dengan membantu manajer merasakan

keberadaannya.39
38
Wibowo, Manajemen Perubahan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada , 2007), hlm.
380-381
39
Ardana, Komang, Perilaku Keorganisasian, Cet. Ke-1, Yogyakarta: Graha Ilmu,
20

Dari pendapat di atas, dapat diketahui bahwa fungsi utamabudaya

organisasi adalah sebagai berikut.

a Sebagai batas pembeda terhadap lingkungan organisasi maupun kelompok

lain. Batas pembeda ini karena adanya identitas tertentu yang dimiliki oleh

suatu organisasi atau kelompok yang tidak dimiliki organisasi atau

kelompok lain.

b Sebagai perekat bagi karyawan dalam suatu organisasi. Hal ini merupakan

bagian dari komitmen kolektif dari karyawan. Mereka bangga sebagai

seorang pegawai/anggota dari organisasi tersebut. Para karyawan

mempunyai rasa memiliki, partisipasi, dan rasa tanggung jawab atas

kemajuan perusahaan/organisasinya.

c Mempromosikan stabilitas sistem sosial. Hal ini tergambarkan di mana

lingkungan kerja dirasakan positif, mendukung dan konflik serta

perubahan diatur secara efektif.

d Sebagai mekanisme kontrol dalam memandu dan membentuk sikap

sertaperilaku karyawan. Dengan dilebarkannya mekanisme kontrol,

didatarkannya sturktur, diperkenalkannya tim-tim dan diberi kuasa

karyawan oleh organisasi, makna bersama yang diberikan oleh suatu

budaya yang kuat dapat memastikan bahwa semua orang diarahkan ke

arah yang sama.

e Sebagai integrator. Budaya organisasi dapat dijadikan sebagai integrator

karena adanya sub-sub budaya baru. Kondisi seperti ini biasanya dialami

oleh adanya perusahaan-perusahaan besar di mana setiap unit perusahaan


2009.hlm. 174-175
21

terdapat sub budaya baru. Demikian pula dapat mempersatukan kegiatan

para anggota perusahaan/organisasi yang terdiri dari sekumpulan individu

yang mempunyai latar belakang budaya yang berbeda.

f Sebagai sarana untuk menyelesaikan masalah-masalah pokok

organisasi.Masalah utama yang sering dihadapi organisasi adalah masalah

adaptasi terhadap lingkungan eksternal dan masalah integrasi internal.

Budaya organisasi diharapkan dapat berfungsi mengatasi masalah-masalah

tersebut.

g Sebagai acuan dalam menyusun perencanaan perusahaan. Fungsi budaya

organisasi/perusahaan adalah sebagai acuan untuk menyususn perencanaan

pemasaran, segmentasi pasar, penentuan Positioning yang akan dikuasai

perusahaan tersebut.

h Sebagai alat komunikasi. Budaya organisasi dapat berfungsi sebagai alat

komunikasi antara atasan dan bawahan atau sebaliknya, serta antaranggota

organisasi. Budaya sebagai alat komunikasi tercermin pada sapek-aspek

komunikasi yang mencakup kata-kata, segala sesuatu yang bersifat

material dan perilaku.40

4. Pembentukan Budaya Organisasi

Robbins mengatakan bahwa budaya organisasi itu tidak muncul dari ruang

hampa atau dari langit. Jadi ada suatu kekuatan yang mempengaruhi

terciptanya suatu budaya organisasi.


40
Moh. Pabundu Tika, Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahan,
( Jakarta :
Bumi Aksara, 2006), hlm. 14-15.
22

a Unsur-unsur Pembentuk Budaya Organisasi

Ada beberapa unsur yang berpengaruh terhadap pembentukan budaya

organisasi, lima unsur pembentuk budaya sebagai berikut.

1) Lingkungan Usaha

Kelangsungan hidup organisasi (perusahaan) ditentukan oleh

kemampuanperusahaan memberi tanggapan yang tepat terhadap

peluang dan tantangan lingkungan. Lingkungan usaha merupakan

unsur yang menentukaterhadapapayang harus dilakukan perusahaan

agar bisa berhasil.

2) Nilai-Nilai

Nilai-nilai adalah keyakinan dasar yang dianut oleh sebuah

organisasi. Setiap perusahaan mempunyai nilai-nilai inti sebagai

pedoman berpikir dan bertindak bagi semua warga dalam mencapai

tujuan/misi organisasi.

3) Pahlawan

Pahlawan adalah tokoh yang dipandang berhasil mewujudkan

nilai-nilai budaya dalam kehidupan nyata. Pahlawan bisa berasal dari

pendiri perusahaan, para manajer, kelompok organisasi atau

perorangan yang berhasil menciptakan niai-nilai organisasi.

4) Ritual

Stephen P. Robbins mendifinisikn ritual sebagai deretan berulang

darikegiatan yang mengungkapkan dan memperkuat nilai-nilai utama

organisasi itu, dan tujuan apakah yang paling penting.


23

5) Jaringan Budaya

Jaringan budaya adalah jaringan komunikasi informal yang pada

dasarnya merupakan saluran komunikasi primer. Fungsinya

menyalurkan informasi dan memberi interpretasi terhadap informasi.41

b Proses Pembentukan Budaya Organisasi

Menurut Kotter dan Heskett, gagasan proses pembentukkan budaya

organisasi bisa berasal dari mana saja, dari perorangan atau kelompok, dari

tingkat bawah atau puncak organisasi. Akan tetapi dalam perusahaan,

gagasan ini sering dihubungkan dengan pendiri atau pemimpin awal

yangmengartikulasikannya sebagai suatu visi, strategi bisnis, filosofi atau

ketiga-tiganya. Proses pembentukkan budaya organisasi ini bisa cepat dan

bisa pula berangsur-angsur dengan menanamkan, menumbuhkan, dan

mengembangkan budaya melalui gaya kepemimpinan dan iklim kerja

berdasarkan prinsip sama rata, sama rasa, dan sama kuasa.42

Selanjutnya, Stephen P. Robbins mengemukakan bahwa ada tiga

kekuatan untuk mempertahankan suatu budaya organisasi.

1) Praktek seleksi

Proses seleksi ini bertujuan mengidentifikasi dan memperkerjakan

individu-individu yang mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan

41
.Deal dan Kennedy, Corporate Culture : The Roles and Ritual of Corporate, , ( Jakarta :
Bumi Aksara, 2006), hlm. 16-17
42
Pabundu Tika, Moh, Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahan, (Jakarta :
Bumi Aksara, 2006), hlm. 18-20
24

kemampuan untuk melakukan pekerjaan dengan sukses dalam

organisasi. Proses seleksi mempunyai tujuan :

(a) Upaya memastikan kecocokan calon-calon pegawai (anggota

organisasi) dengan nilai-nilai budaya organisasi.

(b) Memberikan informasi kepada calon-calon pegawai mengenai

keadaan organisasi/perusahaan. Jika cocok, mereka bertahan dan

jika tidak, mereka bisa memilih keluar.

2) Manajemen Puncak

Tindakan manajemen puncak mempunyai dampak besar pada

budaya organisasi. Ucapan-ucapan dan perilaku mereka dalam

melaksanakan norma-norma sangat berpengaruh terhadap anggota

organisasi.

3) Sosialisasi

Sosialisasi, yaitu proses mengadaptasikan para karyawan pada

budaya organisasi itu. Kegiatan sosialisasi dilaksanakan sejak tahap

pra kedatangan, suatu kurun waktu pembelajaran yang dilakukan

sebelum seseorang karyawan baru bergabung secara resmi dengan

organisasi. Sosialisasi kemudian dilakukan pada tahap perjumpaan,

tahap dalam mana pegawai baru menyaksikan seperti apa sebenarnya

organisasi itu dan menghadapi kemungkinan bahwa harapan dan

kenyataan dapat berbeda.


25

Tahap sosialisasi selanjutnya adalah tahap metamorfosis, suatu

tahap dalam proses sosialisasi di mana para pegawai baru

menyesuaikan diri pada nilai dan norma kelompok kerjanya.43

5. Cara Karyawan Mempelajari Budaya Organisasi

Robbins dan Coutler mengatakan bahwa budaya organisasi itudapat

ditransformasikan kepada para pegawai (anggota organisasi) denganberbagai

macam cara, diantaranya adalah sebagai berikut.44

a Cerita

Cerita merupakan suatu narasi peristiwa pimpinan organisasi, pendiri

organisasi, keputusan-keputusasn penting yang memberi dampak terhadap

jalannya organisasi di masa yang akan datang dan mengenai manajemen

puncak saat ini. Cerita ini mengaitkan keadaan sekarang dengan masa

lampau dan memberi penjelasan serta keabsahan bagi tindakan-tindakan

yang sekarang dilaksanakan.

b Ritual

Ritual merupakan kegiatan periodik yang mengungkapkan dan

memperkuat nilai-nilai utama organisasi, dan tujuan apakah yang paling

penting. Ritual selain digunakan sebagai suatu teknik formalisasi, juga

merupakan alat untuk meneruskan budaya organisasi. Aktivitas seperti

seremonial pengakuan dan pemberian penghargaan, pesta kecil pada hari

43
Ardana, Komang, Perilaku Keorganisasian, Cet. Ke-1, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2009), hlm. 176
44
Robbins dan Coutler, Budaya Organisasi: Sebuah Kebutuhan Untuk Meningkatkan
Kinerja Jangka Panjang, (Jakarta : Rajawali, 2010), hlm. 177
26

tertentu adalah bentuk ritual yang mengungkapakan dan memperkuat inti

budaya organisasi tersebut.

c Simbol Material

Simbol material dapat berupa desain serta pemanfaatan fisik ruangan

dgedung, kebiasaan eksekutif, cara berpakaian, dan lain-lain atribut

fisikyangdapat diamati merupakan unsur penting budaya.

d Bahasa

Banyak organisasi dan unit dalam organisasi menggunakan bahasa

sebagai suatu cara untuk mengidentifikasi anggota suatu budaya.

Denganmempelajari bahasa ini, anggota membuktikan penerimaan mereka

akan budaya dan membantu melestarikannya. Banyak organisasi

mengembangkan istilah-istilah unik untuk menggambarkan perlengkapan

kantor, orang-orang penting, pemasok, pelanggan, atau produk yang

berkaitan dengan bisnisnya.45

Menurut Nimran sebagai suatu media terpenting dalam transformasi

nilai-nilai dan dalam setiap organisasi di budang-bidang tertentu memiliki

bahasa khas atau jargon-jargon tertentu yang biasanya hanya dapat

dipahami oleh anggota organisasi tersebut.46

6. Ciri-Ciri Budaya Organisasi Kuat/Lemah

a Ciri-ciri Budaya Organisasi Kuat

45
Pabundu Tika, Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahan, (Jakarta :
Bumi Aksara, 2006) hlm.61-62
46
Ardana, Komang, Perilaku Keorganisasian, Cet. Ke-1, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009),
hlm.177
27

Deal dan Kennedy mengemukakan bahwa ciri-ciri organisasi yang

memiliki budaya organisasi yang kuat sebagai berikut.

1) Anggota-anggota organisasi loyal kepada organisasi, mengetahui

dengan jelas apa tujuan organisasi serta mengerti perilaku mana yang

dipandang baik dan tidak baik.

2) Pedoman bertingkah laku bagi orang-orang di dalam

perusahaan/organisasi digariskan dengan jelas, dimengerti, dipatuhi

dan dilaksanakan oleh setiap orang di dalam organisasi.

3) Nilai-nilai yang dianut organisasi tidak hanya berhenti pada slogan,

tetapi dihayati dan dinyatakan dalam tingkah laku sehari-hari secara

konsisten oleh semua anggota organisasi.

4) Organisasi/perusahaan memberikan tempat khusus kepada pahlawan-

pahlawan perusahaan yakni dengan memberikan penghargaan kepada

setiap anggota berprestasi.

5) Memiliki banyak ritual, mulai yang sangat sederhana sampai pada

ritual yang mewah.

6) Memiliki jaringan kultural yang menampung cerita-cerita

kehebatanpahlawannya.47

b Ciri-ciri Budaya Oraganisasi Lemah

Menurut Deal dan Kennedy, ciri-ciri budaya organisasi lemah adalah:

1) Mudah terbentuk kelompok-kelompok yang bertentangan satu sama

lain.

47
Deal dan Kennedy ,,Budaya Organisasi: Sebuah Kebutuhan Untuk Meningkatkan
Kinerja Jangka Panjang, Jakarta : Rajawali, 2010.hlm.71-72
28

2) Kesetian kepada kelompok melebihi kesetian pada organisasi.

3) Anggota organisasi tidak segan-segan mengorbankan kepentingan

organisasi untuk kepentingan kelompok atau kepentingan diri sendiri.48

Killman, budaya organisasi yang kurang didukung secara luas oleh

para anggotanya dan sangat dipaksakan, akan berpengaruh negatif pada

organisasi karena akan memberi arah yang salah kepada para pegawai atau

anggotanya. Jika hal ini terjadi pada suatu perusahaan atau organisasi,

maka tugas-tugas tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini terlihat

dari kurangnya motivasi atau semangat kerja, timbul kecurigaan-

kecurigaan, komunikasi kurang lancar, lunturnya loyalitas atau kesetiaan

pada tugas utamanya atau komitmen pegawai pada perusahaan.Akibatnya,

perusahaan/organisasi menjadi tidak efektif dan kurang kompetitif.

Dengan kata lain, perusahaan/organisasi menjadi kurang mampu

menyelesaikan masalah integritas internal dan adaptasi eksternal.49

7. Budaya Organisasi Bisnis Syariah

Sebagai konsekuensi logis dari pentingnya bisnis sebagai pilihan dalam

pekerjaan seorang muslim, maka perlu dibangun budaya pebisnis

(entrepreneur) syariah yang didasari pada sifat-sifat manusiawi dan religius

dengan menempatkan pertimbangan agama sebagai landasan dalam bekerja.50

48
Deal dan Kennedy, Budaya Organisasi: Sebuah Kebutuhan Untuk Meningkatkan
Kinerja Jangka Panjang, (Jakarta : Rajawali, 2010.Corporate Culture), hlm.74-75
49
Killman, Budaya Organisasi: Sebuah Kebutuhan Untuk Meningkatkan Kinerja Jangka
Panjang, (Jakarta : Rajawali, 2010), hlm. 110-111
50
M. Ma’ruf Abdullah, Wirausaha Berbasis Syari‟ah, (Banjarmasin: Antasari Press,
2011), hlm. 34-35
29

a Selalu menyukai dan menyadari ketetapan dan perubahan. Ketetapan

ditemukan dalam konsep akidah, dan perubahan dilaksanakan pada

masalah-masalah muamalah, termasuk peningkatan kualitas kehidupan

(QS. Ar-Ra’d : 11).

      


          
       
          
 
Artinya: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya
atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah
Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri.dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka
selain Dia. (QS. Ar-Ra’d : 11).51
b Inovatif, Al-Qur’an menempatkan manusia sebagai khalifah dengan tugas

memakmurkan bumi, melakukan perubahan/perbaikan.

c Berupaya secara sungguh-sungguh untuk bermanfaat bagi orang lain

sebagaimana dalam hadits Rasulullah SAW. berikut:

ِ ‫س اَ ْنفَ ُعهُ ْم لِلنا‬


‫س‬ ِ ‫خَ ْي ُر النا‬.
Artinya: Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain
(HR. AthTabrani).52

d Mempunyai karakter dan kepribadian yang bersifat membangun dan

bertanggung jawab sebagaimana dimaksud ayat Al-Qur’an berikut:

      


     
  

51
Kementrian Agama RI, Mushaf dan Terjemah, (Surakarta: ZiatQuran, 2014), hlm. 250
52
Kementrian Agama RI, Mushaf dan Terjemah, (Surakarta: ZiatQuran, 2014), hlm.
30

Artinya :Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yan seandainya


meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab
itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah
mereka mengucapkan Perkataan yang benar. (QS. An-Nisa :
9).53

e Menanam investasi yang terbaik. Setiap aktivitas hendaknya diniatkan atau

dimotivasikan untuk mencapai ridha Allah, sebagaimana firman-Nya

dalam QS. Al-Baqarah : 207 berikut:

        


   
Artinya :Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya
karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun
kepada hamba-hamba-Nya. (QS. Al-Baqarah: 207).54

8. Pasar Syariah

Pasar dapat diartikan sebagai tempat di mana pembeli dan penjual bertemu

untuk mempertukarkan barang-barang mereka. Para ahli ekonomi

menggunakan istilah pasar untuk menyatakan sekumpulan pembeli dan

penjual yang melakukan transaksi atas suatu produk atau kelas produk

tertentu, misalnya pasar perumahan,pasar besar, dan lain-lain.55

Menurut pendapat William J. Stanton, pasar adalah orang-orang yang

mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk berbelanja dan kemauan untuk

membelanjakannya. Dari definisi diatas terdapat 3 unsur penting didalam

pasar yaitu :

53
Kementrian Agama RI, Mushaf dan Terjemah, (Surakarta: ZiatQuran, 2014), hlm,78
54
Ibid., hlm. 32
55
Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam: Sejarah, Konsep, Instrumen, Negara, dan Pasar,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm.141
31

a Orang dengan segala keinginannya

b Daya beli mereka

c Kemauan untuk membelanjakannya.56

Sedangkan pengertian syariah, kata syariah berasal dari bahasa Arab biasa

disebut asy-syari’ah (mufrad dari syara’i dan secara harfiah berarti “jalan ke

sumber air” dan “tempat orang-orang yang minum”. Menurut istilah

(terminologi), kata syari`ah dapat diterangkan dengan dua pengertian yaitu

pengertian syari`ah yang bersifat umum (luas) dan yang bersifat khusus.

Menurut pengertian yang besifat umum (luas), syariah Islam berarti ketentuan

ajaran agama Islam yang bersumber pada Al Qur’an dan sunnah Rasulullah

saw.57

Dari pengertian ini menunjukan bahwa syari`ah mencakup seluruh ajaran

agama Islam yang meliputi bidang aqidah, akhlaq dan `amaliyyah (perbuatan

nyata). Hal ini sebagaimana dimaksudkan dalam al-Qur’an surat Asy-Syuraa,

ayat 13 yang berbunyi :

         


      
        
       
       

Artinya : Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah
diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan
kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim,
Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu
berpecah belah tentangnya.Amat berat bagi orang-orang musyrik
agama yang kamu seru mereka kepadanya.Allah menarik kepada
56
Muhammad Nejatullah Siddiq, Kegiatan Ekonomi Dalam Islam, (Jakarta : Bumi
Aksara, 1991), hlm.81
57
https://www.tongkronganislami.net/definisi-makna-dan-pengertian-syariah/
32

agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk


kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya). (QS. Asy-
Syuraa:13).58

Sedangkan menurut pengertian khusus, syari`ah berarti ketentuan

ketentuan atau peraturan-peraturan agama Islam yang hanya mencakup bidang

amaliyyah (perbuatan nyata) dari umat Islam. Dalam pengertian khusus

tersebut, syariah adalah ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan hukum

yang mengatur segala perbuatan serta tingkah laku orang-orang islam.59

Dari penjelasan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud

pasar secara syariah adalah tempat bertemunya antara penjual dan pembeli

untuk melakukan transksi atas barang dan jasa dengan uang, baik dalam

bentuk produksi maupun penentuan harga, dan dengan melakukan interaksi,

saling tarik menarik kemudian menciptakan harga barang untuk diperjual

belikan sesuai dengan syariat Islam yang meliputi bidang aqidah, akhlaq dan

amaliyyah. Pasar syariah adalah pasar di mana pelanggannya selain memiliki

motif rasional juga memiliki motif emosional.Pelanggan tertarik untuk

berbisnis pada pasar syariah bukan hanya karena alasan dan keinginan

mendapatkan keuntungan finansial semata yang bersifat rasional, namun

karena keterikatan terhadap nilai-nilai syariah yang dianutnya.60

Islam menempatkan pasar sebagai perniagaan yang sah dan halal, sehingga

secara umum merupakan mekanisme perdagangan yang ideal. Gambaran pasar

yang Islami adalah pasar yang di dalamnya terdapat persaingan sehat yang

dibingkai dengan nilai dan moralitas Islam. Nilai dan moralitas Islam itu
58
Kementrian Agama RI, Mushaf dan Terjemah, (Surakarta: ZiatQuran, 2014), hlm. 484
59
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, ( Bandung : Gunung Jati Press, 1997) , hlm. 54
60
Alma, Buchari, Manajemen Bisnis Syariah, (Bandung : Alfabeta, 2014) hlm.72
33

secara garis besar terbagi dua: Pertama, norma yang bersifat khas yaitu hanya

berlaku untuk Muslim. Kedua, norma yang bersifat umum yaitu berlaku untuk

seluruhmasyarakat.Dengan memperhatikan kriteria pasar islami tersebut maka

dapat disimpulkan bahwa pasar islami dibangun atas dasar terjaminnya

persaingan sehat yang dibingkai dalam nilai dan moralitas Islam.61

9. Faktor Pembentuk Budaya Organisasi Islami

Faktor-faktor yang mendukung dalam membentuk budaya organisasi yang

Islami antara lain.

a Organisasi

Diperlukan suatu struktur organisasi yang mampu menjamin

penerapan budaya yang Islami di dalam organisasi yang terdiri dari :

Pertama, penanggung jawab program. Kedua, sebagai tim pengarah yang

terdiri dari pimpinan lapisan kedua atau sesuai dengan kondisi.

b Komitmen Pemimpin Tertinggi

Salah satu kunci keberhasilan dari program ini adalah adanya

komitmen langsung dari pimpinan puncak yang diimplementasikan baik

melalui sikap dan perilaku sehari-hari. Pemimpin harus memberikan

contoh dan suri tauladan kepada bawahannya dan berupaya terus-menerus

untuk menjadikannya sebagai upaya pembentukan budaya yang baik.

c Komunikasi

61
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, ( Bandung : Gunung Jati Press, 1997), hlm.54
34

Keterampilan komunikasi merupakan faktor penting dalam upaya

menciptakan lingkungan yang kondusif agar nilai-nilai luhur dapat

teraktualisasi dalam sikap dan perilaku organisasi. Keberhasilan program

berdasarkan pada tingkat kepercayaan dalam interaksi individu yang

terkait, semakin tinggi tingkat kepercayaan, maka semakin baik kualitas

kerjasamanya.

d Motivasi

Motivasi merupakan salah satu komponen penting dalam meraih

kesuksesan suatu proses kerja, karena memiliki unsur pendorong untuk

melakukan pekerjaan sendiri maupun kelompok. Suatu dorongan dapat

berasal dari dalam siri sendiri, yaitu berupa kesadaran diri untuk bekerja

lebih baik atau memberikan yang terbaik bagi kelompok dengan berbagai

macam alasan yang baik dan luhur. Akan tetapi tidak semua orang

mempunyai dorongan yang positif dengan mudah adakalanya mereka

membutuhkan orang lain yang berperan sebagai motivator.

e Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja yang kondusif dapat mendukung terciptanya budaya

organisasi yang baik seperti, tantangan, keterlibatan dan kesungguhan,

kebebasan mengambil keputusan, tersedianya waktu untuk ide-ide baru,

tinggi rendahnya tingkat konflik, keterlibatan dalam tukar pendapat,

tingkat saling percaya dan saling keterbukaan.

f Perubahan
35

Semua komponen organisasi harus memiliki komitmen yang kuat

untuk berubah ke arah yang lebih baik.

g Partisipasi

Partisipasi aktif dari semua lini organisasi bagi pencapaian tujuan

organisasi menjadi salah satu titik kekuatan bagi terbentuknya budaya

yang baik. Masing-masing potensi organisasi harus terlibat aktif dan

mendukung terciptanya budaya organisasi yang kuat dan Islami.

h Disiplin

Disiplin merupakan nafas bagi organisasi dan merupakan unsur pokok

dalam upaya mencapai kualitas dan keberhasilan manajemen di samping

unsur pemahaman dan komitmen.62

Keith Daviz dan John W. Newstrom membagi disiplin menjadi 3 (tiga)

macam sifat, yaitu:

a Disiplin Preventif, yaitu berupa pemberian informasi kepada segenap

karyawan mengenai standar moral dan etika serta peraturan yang harus

ditegakkan dalam organisasi, dengan pengetahuan tersebut diharapkan

karyawan akan berusaha melaksanakan dengan benar dan mampu

menghindari atau mencegah penyimpangan-penyimpangan.

b Disiplin Korektif, berupa tindakan yang dilakukan setelah terjadi

pelanggaran standar perilaku atau peraturan yang tujuannya adalah

menghindari pelanggaran lebih lanjut, wujudnya dapat berupa teguran,

skorsing atau pemecatan yang dilakukan sebagai proses pendidikan agar

menjadi contoh bagi yang lainnya untuk tidak berbuat yang serupa.
62
Faisal Badroen. Etika Bisnis Dalam Islam. (Jakarta : Kencana, 2006), hlm. 182-186
36

c Disiplin Progresif, yaitu tindakan disipliner berulang kali berupa hukuman

yang semakin berat, dengan maksud agar pelanggar etika dapat

memperbaiki diri sebelum hukuman dijatuhkan. Semua faktor di atas,

hendaknya dapat diperkuat dengan internalisasi nilai-nilai keislaman yang

menjadi faktor vital bagi internalisasi nilai-nilai etika dalam pribadi.

Karena ajaran Islam secara komprehensif memotivasi agar tumbuh dalam

diri masing-masing menjadikan seseorang semangat dalam bekerja,

komitmen dan dedikasi pada pekerjaan, kreativitas kerja, menjauhi

perbuatan yang tidak etis, menganjurkan kerjasama dalam kebajikan dan

menggalakkan kompetisi baik di tempat kerja. Islam juga mengajarkan

keadilan, kedermawanan di tempat kerja dan keterterlibatan dalam

aktivitas ekonomi adalah sebuah ajaran mulia. Namun di atas semua itu,

keteladanan dari para pemimpin menjadi bagian yang sangat krusial

karena tingkat produktivitas sebuah usaha banyak dipengaruhi oleh

kinerja dari para eksekutifnya. Dan itu yang diteladankan oleh Rasulullah

SAW. kepada para Stakeholders umatnya.63

10. Karakteristik Budaya Organisasi Islami

Pandangan Islam memberikan suatu kewajiban moral bagi setiap warga

masyarakat muslim untuk berusaha semaksimal mungkin melaksanakan

semua syari’ah (aturan) Islam di segala aspek kehidupan, termasuk dalam

pencaharian kehidupan (ekonomi) dan lebih khusus pada urusan etika kerja

Keith Daviz dan John W. Newstrom, Ekonomi Islam: Sejarah, Konsep, Instrumen,
63

Negara, dan Pasar, Jakarta: Rajawali Pers, 2013hlm.187-188


37

dalam. Dalam etika atau budaya organsasi yang merupakan bagian ekonomi

Islam, tidak lepas dari konsep-konsep Islam (syari’ah) yang harus

dilaksanakan dalam bidang tersebut. Karakteristik budaya organisasi Islam

adalah sebagai berikut: Pertama, bekerja merupakan salah satu pelaksanaan

fungsi manusia sebagai khalifah Seorang muslim harus menyadari bahwa

diciptakan manusia termasuk dirinya adalah sebagai khalifah fil ardhi

(pemimpin dibumi) yang harus mampu mengarahkan amal perbuatan manusia

yang mampu menciptakan kebaikan dan kemaslahatan dimuka bumi ini.

Sebagaimana firman Allah Swt. dalam surat Al Baqarah ayat 30:

       


       
     
        
Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:
"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan
berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui." (QS. Al-Baqarah: 30)64.

Kedua, Bekerja merupakan “ibadah” Berangkat dari fungsi umat Islam

sebagai khalifah fil ardhi dimuka bumi, dan pembawa rahmatan lil ‘ālamin

inilah maka perlulah seorang muslim bertanggung jawab terhadap pengelolaan

isi bumi dan segala isinya. Allah Swt. berfirman dalam surat al Mulk 15:

       


       

64
Kementrian Agama RI, Mushaf dan Terjemah, (Surakarta: ZiatQuran, 2014), hlm. 6
38

Artinya: “Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka
berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari
rezki-Nya. dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah)
dibangkitkan”. (QS. Al-Mulk: 15)65
Ketiga, Bekerja dengan azas manfaat dan maslahat seorang muslim dalam

menjalankan proses bekerjanya tidak semata mencari keuntungan maksimum

untuk menumpuk aset kekayaan. Bekerja bukan semata-mata karena profit

ekonomis yang diperolehnya, tetapi juga seberapa penting manfaat

keuntungan tersebut atau kemaslahatan masyarakat. Sebagaimana firman

Allah dalam surat Az-Zariyat 19:

     


Artinya: “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang
meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian”. (QS. Az-
Zariyat: 19).66
Keempat, Bekerja dengan mengoptimalkan kemampuan akal seorang

pekerja muslim harus menggunakan kemampuan akal fikirannya

(kecerdasannya), profesionalitas didalam mengelola sumber daya. Kelima,

Bekerja penuh keyakinan dan optimistik. Seorang muslim yakin bahwa

apapun yang diusahakannya sesuai dengan ajaran Islam tidak membuat

hidupnya menjadi kesulitan. Firman Allah Swt. Dalam surat Al -Hijr ayat 19-

20:

    


       
       
Artinya : “Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya
gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu
menurut ukuran. Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi
keperluan-keperluan hidup, dan (kami menciptakan pula) makhluk-

65
Ibid., hlm. 563
66
Kementrian Agama RI, Mushaf dan Terjemah, (Surakarta: ZiatQuran, 2014), hlm. 521
39

makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezki kepadanya”.


(QS. Al-Hijr: 19-20).67
Keenam, Bekerja dengan mensyaratkan adanya sikap tawazun

(keberimbangan) bekerja dalam Islam juga mensyaratkan adanya sikap

tawazun (keberimbangan) antara dua kepentingan, yakni kepentingan umum

dan kepentingan khusus (Abdullah Abdul Husein, 2004). Ketujuh, bekerja

dengan memperhatikan unsur kehalalan dan menghindari unsur haram (yang

dilarang syari’ah) Seorang pekerja muslim menghindari praktek pekerjaan

atau produksi yang mengandung unsur haram antara lain

keuangan mengandung riba, kebijakan terhadap tenaga kerja yang tidak adil dan

pemasaran yang menipu.68 Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat

90:

     


     
   
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar,
berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah,
adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-
perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan”.(QS. Al-
Maidah: 90)69.

11. Landasan Moral Bisnis Syariah

Bisnis yang berdasarkan syariah mempunyai landasan moral yang harus

67
Ibid., hlm. 263
68
Lukman Hakim, “Budaya Organisasi Islami Sebagai Upaya Meningkatkan Kinerja”,
Iqtishadia, Volume 09, No. 1, Maret 2016, hlm. 191-197
69
Kementrian Agama RI, Mushaf dan Terjemah, (Surakarta: ZiatQuran, 2014), hlm. 123
40

dipahami dan dipegang kuat pleh pebisnis dalam sebuah organisasi syariah.

Ada lima landasan moral bagi pebisnis di dalam sebuah organisasi syariah.70

a Kesadaran bahwa dirinya selalu dipantau Allah SWT.

Merasa dipantau artinya menyadari bahwa sesungguhnya segala yang

dikerjakan tidak pernah luput dari penglihatan Allah SWT, sebagaimana

firman-Nya:

        


   
Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun,
niscaya Dia akan melihat (balasan) nya. Dan Barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan
melihat (balasan)nya pula”. (QS. Al-Zalzalah: 7-8).71

b Komitmen yang tinggi pada kejujuran.

Jujur adalah kesesuaian nurani yang memberi jaminan spritual

terhadap kebenaran berbuat, ketetapan bekerja, dan bisa dipercaya.

c Komitmen yang tinggi pada amanah.

Amanah atau kepercayaan yan diberikan orang lain kepada pebisnis

syariah merupakan penghargaan moral yang teramat mahal. Dampak

positif orang yang amanah menjadi orang yang dicintai banyak orang dan

menjadi panutan orang lain. Islam melarang kita berkhianat dalam posisi

di atas dan posisi apapun sebagaimana firman Allah SWT:

      


    
    
     

70
Ma’ruf Abdullah, M, Wirausaha Berbasis Syari’ah, Banjarmasin: Antasari Press,
2011.hlm. 36-40
71
Kementrian Agama RI, Mushaf dan Terjemah, (Surakarta: ZiatQuran, 2014), hlm. 599
41

Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati


Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu
mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang
kamu mengetahui. Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-
anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi
Allah-lah pahala yang besar”. (QS. Al-Anfaal: 27-28).72

d Berupaya untuk mencapai ketaqwaan.

Taqwa menurut pengertian para ahli, dapat dirumuskan sebagai

kewaspadaan manusia untuk menjaga dirinya sendiri dan orang lain. Hal

tersebut dapat dicapai oleh seorang muslim termasuk wirausahawan

berbasis syariah dengan membiasakan diri melaksanakan hal-hal yang

diperintahkan Allah dan menjauhi hal-hal yang menjadi larangan-Nya.

e Berkompetisi secara sehat.

Pebisnis yang memiliki gairah bersaing secara sehat untuk mencapai

sesuatu yang lebih baik dan optimal dalam semua kegiatan merupakan

kunci kemajuan dan keberhasilan, serta bermanfaat bagi dirinya sendiri

dan masyarakat. Bersaing secara sehat dan menjauhi segala perbuatan

yang berakibat pasar terdistorsi (gangguan pada mekanisme pasar yang

ideal), bukan saja merugikan orang lain, tetapi lebih dari itu karena tidak

dibenarkan (dilarang) oleh Syariah.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah upaya peneliti untuk mencari perbandingan dan

selanjutnya untuk menemukan inspirasi baru untuk penelitian selanjutnya di

72
Ibid., hlm. 180
42

samping itu kajian terdahulu membantu penelitian dalam memposisikan penelitian

serta menunjukkan orsinalitas dari penelitian.73

Penelitian Mizan Asnawi dengan judul penelitian “Analisis Potensi

Pengembangan PasarSyariah Ulul Albab Di Kabupaten Kampar”. Dalam

Penelitian ini peneliti menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Hasil

pengamatan di lokasi bahwa terdapat banyak UMKM yang melakukan usaha di

dalam PasarSyariah ulul albab. Mereka berusaha dengan berbagai jenis usaha.

Mulai dari jualan bahan pokok, daging, sayur, pakaian bahkan ada yang berjualan

emas/ toko emas.Di sekitar pasar ada juga lembaga keuangannon bank dalam

bentuk koperasi.74

Persamaan peneliti dengan Mizan Asnawi yakni terletak padalokasi penelitian

pada Pasar Syariah Ulul Albab yang berada di Jl. Raya Pasir Putih Desa Tanah

Merah Kecamatan Siak Hulu Kabupaten kampar.Perbedaan dengan yang saya

lakukan yaitu peneliti meneliti penerepan lima pilar budaya organisasi bisnis

syariahsedangkan Mizan Asnawi membahas tentang Potensi Pengembangan Pasar

Syariah Ulul Albab.

Penelitian Idel Waldelmi yang berjudul “analisis penerapan transaksi jual beli

syariah di pasar syariah ulul albab ”.Berdasarkan data dilapangan membuktikan

bahwasannya transaksi jual beli syariah di pasar syariah sudah diterapkan oleh

pedagang yang ada di pasar syariah tersebut. Dimana penerapan yang tertinggi

dengan penerapan sesuai dengan skor 4,388, terdapat pada bahasan kemaslahatan

https://www.google.com/search?client=firefox-b-d&q=penertian+penelitian+terdahulu
73

Mizan Asnawi “Analisis Potensi Pengembangan Pasar Pyariah Ulul Albab Di


74

Kabupaten Kampar”.(Pekanbaru: Fakultas Ekonomi dan BisnisUniversitas Muhammadiyah Riau,


2017)
43

bahwasannya segala bentuk kebaikan dan manfaat yang berdimensi duniawi dan

ukhrawi, material dan spiritual, serta individual dan kolektif harus lebih di

kedepankan untuk hidup yang lebih baik. Selain itu juga, terdapat variable yang

terendah dengan angka sebesar 3,668 yakni pada Prinsip persaudaraan (ukhuwah)

esensi dari  nilai universal yang menata interaksi sosial dan harmonisasi

kepentingan para pihak untuk kemanfaatan secara umum dengan semangat saling

tolong-menolong. Ini berarti pada nilai ukhuwah yang masuk kategori cukup,

artinya nilai ini masih belum diterapkan dengan sepenuhnya oleh pedagang pasar

syariah dalam melaksanakan transaksi jual beli. Penerapan transaksi jual beli

syariah di pasar syariah ulul albab Desa Tanah Merah Kecamatan Siak Hulu

Kabupaten Kampar – Riau sebabkan oleh 3 faktor utama antara lain faktor

pengelola/pedagang, pelanggan dan konsep itu sendiri yang tidak ada yakni

konsep jual beli syariah.

Untuk membuktikan secara ilmiah akan dari penerapan jual beli syariah

digunakan metode analisis pendekatan deskriptif kuantitatif. Survey yang

dilakukan kepada 50 orang pedagang secara acak/random sampling yang

melakukan aktivitas jual beli di pasar syariah ulul albab. Persamaan peneliti

dengan Idel Waldelmi yakni terletak padalokasi penelitian pada Pasar Syariah

Ulul Albab yang berada di Jl. Raya Pasir Putih Desa Tanah Merah Kecamatan

Siak Hulu Kabupaten kampar. Perbedaannya yaitu, Idel Waldelmi

menelitipenerapan transaksi jual beli syariah di pasar syariah ulul albab.sedangkan


44

peneliti meneliti tentang penerepan lima pilar budaya organisasi bisnis syariahdi

pasar syariah ulul albab.75

Penelitian Koesmono yang berjudul “Budaya Organisasi Terhadap Motivasi

Dan Kepuasan Kerja Serta Kinerja Karyawan Pada Sub Sektor Industri

Pengolahan KayuSkala Menengah Di Jawa Timur”. Penelitian ini menemukan

bahwa budaya organisasi berpengaruh terhadap motivasi dan kepuasan kerja.

Kinerja karyawan berlaku pula bagi perusahaan yang berskala besar. Penelitian

ini menggunakan metode kuantitatif. Persamaan dengan penilitian ini adalah

sama-sama meneliti tentang budaya yang diterapkan dalam sebuah

perusahaan/pasar. Penelitian tersebut menemukan bahwasanya budaya organisasi

mempunyai pengaruh terhadap motivasi, kepuasan kerja serta kinerja.

Perbedaan penelitian tersebut dengan saya adalah, terletak padalokasi

penelitian pada Pasar Syariah Ulul Albab, sedangkan koesmono Pada Sub Sektor

Industri Pengolahan Kayu Skala Menengah/perusahaan.76

75
Idel Waldelmi “analisis penerapan transaksi jual beli syariah di pasar syariah ulul
albab” (Pekanbaru:Fakultas Ekonomi Universitas Lancang Kuning, 2017).
76
Koesmono, “Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Motivasi Dan Kepuasan
Kerja Serta Kinerja Karyawan Pada Sub Sektor Industri Pengolahan Kayu Skala
Menengah Di Jawa Timur”,Universitas Widya Mandala, Vol 7, No 2, September2005,
Surabaya, hlm,171-188
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan dengan jenis deskriftif. Penelitian ini

merupakan penelitian lapangan (field research). Dalam penelitian ini, penulis

menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yaitu data yang dikumpulkan

berupa kata-kata, bukan berupa angka. Metode ini bersifat menuturkan dan

menafsirkan yang ada, misal tentang situasi yang dialami, satu hubungan,

kegiatan, pandangan, sikap yang nampak, atau proses yang sedang berlangsung,

pertentangan yang meruncing dan sebagainya.77

Penelitian kualitatif juga bertujuan menggambarkan realitas sosial yang ada di

masyarakat yang menjadi objek penelitian dan berupaya menarik realitas ke

permukaan sebagai ciri karakter sifat, model, tanda, gambaran kondisi, situasi,

ataupun fenomena tertentu. Penelitian deskriptif kualitatif mempunyai sifat yang

mendalam dalam menggambarkan sasaran penelitian.78

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dan mengambil

lokasi penelitian pada Pasar Syariah Ulul Albab yang berada di Jl. Raya Pasir

Putih Desa Tanah Merah Kecamatan Siak Hulu Kabupaten kampar.Alasan

77
Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar, Metode, dan Teknik
(Bandung : Tarsito, 1994), hlm. 139.
78
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta : Kencana Prenada Media Grup, 2007),
hlm. 68-69

45
46

peneliti menjadikan Pasar Syariah Ulul Albab sebagai objek penelitian adalah

karena Pasar Syariah Ulul Albab merupakan satu-satunya pasar syariah yang ada

di Provinsi Riau yang tentunya memiliki budaya organisasi yang berbeda dengan

pasar-pasar lainnya. Dan alasan menyangkut dengan teori peneliti tentang budaya

organisasi adalah banyaknya permasalahan yang sering terjadi dalam pelaksanaan

budaya organisasi pada suatu lembaga pemerintah maupun swasta dan terlebih

dalam suatu pasar.

C. Data dan Sumber Data

1. Data primer

Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber

asli (tidak melalui perantara).79Dalam penelitian ini data diperoleh dari subjek

penelitian yaitu pengelola pasar dan dewan syariah pada Pasar Syariah Ulul

Albab Siak Hulu Kabupaten Kampar baik secara lisan maupun tulisan.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui pengumpulan atau

pengolahan data yang bersifat studi dokumentasi berupa penelaahan terhadap

dokumen pribadi, resmikelembagaan, referensi-referensi atau peraturan

(literatur laporan, tulisan dan lain-lain yang memiliki relevansi dengan fokus

permasalahan penelitian).80

3. Data Tersier

79
Masri Singarimbun, Pedoman Praktis Membuat Usulan Penelitian, (Jakarta : Ghalia
Indonesia, 1984), hlm. 58
Iskandar, Metode Penelitian Pendidikan Dan Sosial: kuantitatif dan kualitatif (Jakarta:
80

Gaung Persada Press, 2008), hlm. 77.


47

Data tersier merupakan bahan bacaan lain berupa karya ilmiah, literatur-

literatur, hasil penelitian yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas

atau diteliti dalam skripsi ini.81

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi adalah teknik pengambilan data di mana peneliti mengadakan

pengamatan langsung terhadap gejala-gejala subjek yang diteliti.82 Teknik ini

digunakan dengan terjun langsung ke dalam lingkungan penelitian

dilaksanakan dengan pengamatan dan pencatatan terhadap hal-hal yang

muncul terkait dengan informasi antara data yang dibutuhkan.

2. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu metode utama dalam penelitian

kualitatif. Secara umum wawancara berarti tanya jawab. Dan dalam penelitian,

metode wawancara diartikan sebagai kegiatan tanya jawab antara peneliti

dengan narasumber dari objek yang diteliti untuk mendapatkan informasi dan

memperoleh jawaban atas pertanyaan yang disampaikan.83 Dalam penelitian

ini penulis melakukan wawancara dengan lima orang informan dari pihak

pengelola pasar yaitu, ketua, wakil ketua/humas, bagian administrasi pasar,

bagian keuangan dan bagian administrasi. Dan tiga orang informan dari pihak

81
Masri Singarimbun, Pedoman Praktis Membuat Usulan Penelitian, (Jakarta : Ghalia
Indonesia, 1984), hlm. 59
82
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1998), hlm. 174
83
Etta Mamang Sangadji, Sopiah, Metodologi Penelitian-Pendekatan Praktis Dalam
Penelitian, (Yogyakarta: Andi Offset, 2010), hlm. 171
48

dewan syariah yaitu, ketua dewan syariah, sekretaris dewan syariah dan

anggota dewan syariah Pasar Syariah Ulul Albab.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan saat pengumpulan data

berlangsung, dansetelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada

saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang

diwawancarai. Bila jawaban dirasa kurang memuaskan,maka peneliti akan

melanjutkan pertanyaan lagi hingga tahap tertentu, dan diperoleh data yang

dianggap kredibel. Miles dan Huberman sebagaimana yang dikutip oleh Sugiyono

mengungkapkan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara

interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas.84

Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke

dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang

penting dan yang akan dipelajari, danmembuat kesimpulan yang dapat diceritakan

kepada orang lain.85

F. Pengecekan Keabsahan Data

Data merupakan fakta atau bahan-bahan keterangan yang penting dalam

penelitian. Untuk penelitian kualitatif ini, peneliti menggunakan strategi dengan

cara melakukan triangulasi diantara sumber-sumber data yang berbeda untuk

meningkatkan akurasi suatu studi. Dalam Bahasa sehari-hari triangulasi dikenal

84
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2007), hlm. 246
85
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2007), hlm. 243
49

dengan istilah cek dan ricek yaitu pengecekan data menggunakan beragam

sumber, teknik, dan waktu.Beragam sumber maksudnya digunakan lebih dari satu

sumber untuk memastikan apakah datanya benar atau tidak. Beragam teknik

berarti penggunaan berbagai cara secara bergantian untuk memastikan apakah

datanyamemang benar.

Wiliam Wiersma mengatakan triangulasi dalam pengujian kredibilitas

diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai

waktu.Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik

pengumpulan data, dan waktu.86

1. Triangulasi Sumber

Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data

yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang diperoleh dianalisis

oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan

kesepakatan (member check) dengan tiga sumber data.

2. Triangulasi Teknik

Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data

kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya untuk

mengecek data bisamelalui wawancara, observasi, dokumentasi.Bila dengan

teknik pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda,

maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang

bersangkutan untuk memastikan data mana yang dianggap benar.

3. Triangulasi Waktu

86
Wiliam Wiersma , Ekonomi Islam: Sejarah, Konsep, Instrumen, Negara, dan Pasar,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. 273
50

Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat

narasumber masih segar, akan memberikan data lebih valid sehingga lebih

kredibel. Selanjutnya dapat dilakukan dengan pengecekan dengan wawancara,

observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji

menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang

sehingga sampai ditemukan kepastian datanya.

Cara yang digunakan adalah wawancara, pengamatan, analisis dokumen.

Beragam waktu berarti memeriksa keterangan dari sumber yangsama pada

waktu yang berbeda.87 Peneliti melakukan pengecekan data hasil observasi dan

wawancara tentangPenerapan Lima Pilar Budaya Organisasi Bisnis Syariah Di

Pasar Syariah Ulul Al-Bab Siak Hulu Kabupaten Kampar dengan

membandingkannya dengan teori-teori yang terdapat pada buku-buku literatur

tentangBudaya Organisasi Bisnis Syariah, maupun literatur yang terkait

lainnya.Selain itu peneliti juga membandingkan data dari hasil wawancara

diPasar Syariah Ulul Al-Bab Siak Hulu Kabupaten Kampar dengan praktik di

lapangan yang di peroleh dari pengamatan.Kegiatan tersebut di lakukan agar

data-datayang di peroleh dari lapangan bisa kredibel dan relevan.

G. Tahap-tahap Penelitian

1. Persiapan Penelitian

Dalam tahapan ini peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

87
Nusa Putera, Penelitian Kualitatif: Proses dan Aplikasi, Cet. ke-II, (Jakarta: Indeks,
2012), cet.II, hlm.189
51

a. Mengajukan surat permohonan izin penelitian kepadapimpinan Pasar

Syariah Ulul Albab yang berada di Jl. Raya Pasir Putih Desa Tanah Merah

Kecamatan Siak Hulu Kabupaten kampar.

b. Berkonsultasi dengan pihak Pasar Syariah Ulul Albab yang berada di Jl.

Raya Pasir Putih Desa Tanah Merah Kecamatan Siak Hulu Kabupaten

kamparuntuk membahas mengenai judul penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

a. Pengumpulan data

Pada tahap pengumpulan data ini peneliti mengumpulkan semua data-

data yang didapat langsung di lapangan atau tempat penelitian.

3. Tahap Analisis

Pada tahap ini peneliti menyusun dan menganalisis semua data yang telah

terkumpul secara sistematis dan terinci serta mendalam sehingga data tersebut

dapat dipahami, dapat dipertanggungjawabkan dan hasil dari penelitian dapat

diinformasikan kepada orang lain secara jelas.

4. Tahapa Penulisan Laporan

Tahap ini merupakan tahapan terakhir dari tahapan penelitian yang peneliti

lakukan.Tahapan ini dilakukan untuk membuat laporan tertulis dari hasil

penelitian yang telah dilaksanakan dan bisa dipertanggungjawabkan, laporan

ini ditulis dalam bentuk skripsi.


52

H. Jadwal Penelitian

No Uraian November Desember Januari Februari Maret

2019 2019 2020 2020 2020


1. Penyusunan Proposal √
2. Presentasi Proposal √
3. Pelaksanaan √

Penelitian
4. Pengelolaan Data √
5. Pembuatan Laporan √

penelitian
6. Presentasi Hasil √

Penelitian
53

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah Singkat Pasar Syariah Madani

Pasar Syari’ah Madani yang terletak di Jalan Pasir Putih

Desa Tanah Merah Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar,

yang luas wilayahnya 1095 Ha, yang jumlah RT 56 orang, 10

orang RW dan 5 orang KADUS. Masyarakat disekitar Desa

Tanah Merah ini penduduknya heterogen dan terdapat empat

Agama, yakni: Islam, Protestan, Katolik dan Budhah.1

Kebanyakkan masyarakat di Desa Tanah Merah ini adalah

pendatang. Mata pencarian mereka kebanyakan Pegawai

Negeri dan Pegawai Swasta di berbagai Instansi dan

perusahaan. Akan tetapi tidak sedikit yang berprofesi sebagai

pedagang. Pendidikan masyarakat di Desa ini rata-rata lulusan

SMA atau sederajat.2

Di Desa Tanah Merah ini ada sebuah Pasar Syari’ah

Madani yang dulu dikenal dengan Pasar Syari’ah Ulul Albab

yang didirikan mulai tahun 2005 sampai akhir 2006 dan

beroperasi awal tahun 2007.

1
Kantor Kepala Desa Tanah Merah Kec. Siak Hulu Kab. Kampar

2
Wawancara, Amiruddin, Ketua RT 01 RW 04 Desa Tanah Merah, (Desa
Tanah Merah, 25 Juni 2020)
54

Pembangunan Pasar ini ditangani oleh Bapak Jefri Noer yang pada saat

itu beliau menjabat sebagai Bupati Kampar dan sekaligus ketua

pengelola Pasar ini. Sebagai manajer adalah Ibu Eva (Istri Bapak Jefri

Noer) dan di Bantu beberapa orang staf.3

B. Letak Geografis dan Demografis Desa Tanah Merah

Kecamatan Siak Hulu

Berdasarkan data dan keterangan yang penulis peroleh dari Kantor

Desa Tanah Merah Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar

adalah salah satu Desa dari Kecamatan Siak Hulu yang luas

wilayahnya 1.096 Ha. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Baru,

sebelah barat berbatasan dengan simpang tiga, sebelah utara

berbatasan dengan simpang tiga, sebelah selatan berbatasan dengan

pandau jaya. Jarak dari pusat pemerintahan 10 Km, jarak dari Ibu

Kota Kabupaten 70 Km, jarak dari Ibu Kota Propinsi 15 Km. Desa

Tanah Merah ini terbagi atas empat Dusun, yaitu; Dusun satu,

Dusun dua, Dusun tiga dan Dusun empat.4

3
Herman, Koordinator Lapangan Pasar Syari’ah Madani, Wawancara,
(Desa Tanah Merah, 25 Juni 2020)
4
Dokumen Kantor Kepala Desa Tanah Merah, Kecamatan Siak Hulu,
Kabupaten Kampar
55

C. Lima Pilar Budaya Organisasi Bisnis Pasar Syariah Ulul

Albab

Budaya organisasi adalah sistem nilai-nilai dan kepercayaan, juga

kebiasaan yang diterima sebagai pedoman bersama dalam berinteraksi dengan

orang-orang pada suatu organisasi untuk menghasilkan norma-norma perilaku

yang bertujuan untuk beribadah kepada Allah dan membawa perubahan ke

arah yang positif baik bagi manusia maupun organisasi.Merujuk pada QS.Al-

Baqarah ayat 148, sebagai berikut.

       


          
   

“dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap

kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan, di mana

saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari

kiamat). Sesungguhya Allah maha Kuasa atas segala sesuatu”.(QS. Al-

baqarah:148).

Adapun untuk mengetahui pelaksanaan lima pilar budaya organisasi bisnis

syariah yang ada di Pasar Syariah Ulul Albab Siak Hulu Kabupaten Kampar,

penulis membuat beberapa indikator terkait pada gejala-gejala dalam

penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Organisasi
56

Diperlukan suatu struktur organisasi yang mampu menjamin penerapan

budaya yang islami di dalam organisasi yang terdiri dari :

Pertama, penanggung jawab program.

Kedua, sebagai tim pengaruh yang terdiri dari pimpinan lapisan kedua atau

sesuai dengan kondisi.88

Selain oleh Pengelola Pasar, Pasar Syariah Ulul Albab Siak Hulu juga

diawasi oleh Dewan Syariah yang bertindak sebagai penganggung jawab

program dan sebagai tim pengarah. Adapun bentuk penanggung jawab

program dalam hal ini adalah menjamin agar terlaksananya budaya organisasi

yang ada di Pasar Syariah Ulul Albab, untuk itu Dewan Syariah dan Pengelola

Memberikan motivasi-motivasi dan juga arahan kepada pedagang. Motivasi-

motivasi ataupun arahan yang diberikan kepada pedagang yakni terkait pada

aktivitas perdagangan yang dilakukan, arahan juga motivasi-motivasi tersebut

diberikan oleh Dewan Syariah dengan cara berkeliling menjumpai pedagang-

pedagang pasar dan pada saat pemberian tausiyah singkat setelah

melaksanakan shoolat Dzuhur maupun Ashar secara berjamaah. Dalam hal ini,

yang menjadi kendala adalah dalam melaksanakan tugasnya sebagai

penanggung jawab program dan tim pengarah budaya organisasi ini Dewan

Syariah tidak memiliki wewenang penuh untuk memberikan sanksi tegas

kepada para anggota pedagang yang melanggar atau tidak mengikuti budaya

organisasi yang ada. Dewan Syariah hanya sebatas memberikan nasehat,

teguran atau motivasi terhadap para pelanggar, sedangkan pemberian sanksi

tegas diputuskan oleh pihak Pengelola Pasar. Hal ini tentu akan berdampak
88
Faisal Badroen, dkk. Loc.Cit
57

pada pelaksanaan budaya organisasi bisnis syariah di Pasar Syariah Ulul

Albab. Pelaksanaan budaya akan menjadi lemah dan lebih dari itu, anggota

menjadi tidak loyal terhadap organisasi.89

2. Komitmen Pemimpin Tertinggi

Salah satu kunci keberhasilan dari program ini adalah adanya komitmen

langsung dari pimpinan puncak yang diimplementasikan baik melaluisi sikap

dan perilaku sehari-hari.Pemimpin harus memberikan contoh dan suri

tauladan kepada bawahannya dan berupaya terus-menerus untuk

menjadikannya sebagai upaya pembentukan budaya yang baik.

Pemberian contoh atau tauladan yang dilakukan oleh seorang pimpinan

organisasi, sangat berpengaruh dan dapat mempercepat penanaman dan

perkuatan budaya organisasi, kepada seluruh anggota organisasi perusahaan.90

Pemberian contoh atau tauladan telah dilakukan oleh pengelola maupun

dewan syariah.Seperti pada saat pemungutan retribusi oleh pengelola maupun

iuran qurban/umrah oleh dewan syariah dilakukan, disitulah dewan syariah

memberikan nasehat-nasehat juga motivasi kepada anggota pedagang.Keadaan

di lapangan menunjukan bahwa sebagian besar pedagang dapat menerima

serta melaksanakan arahan atau motivasi yang diberikan, namun masih ada

pedagang yang hanya mau menerima dan enggan untuk melaksanakannya.91

3. Lingkungan kerja

89
Jalaluddin Noor, (Ketua Dewan Syariah), wawancara, Pekanbaru pada tanggal 5
Februari 2018
90
Moh. Bapundu Tika, Op.Cit. h.113
91
Fentiani.L. (Bagian Administrasi Keuangan).Wawancara, Pekanbaru pada tanggal 20
Mei 2020.
58

Lingkungan kerja yang kondusif dapat mendukung terciptanya budaya

organasisasi yang baik seperti , tantangan, keterlibatan dan kesungguhhan,

kebebasan mengambil keputusan, tersedianya waktu untuk ide-ide baru, tinggi

rendahnya tingkat konflik, keterlibatan dalam tukar pendapat, tingkat saling

percaya dan saling keterbukaan. Bapak Jalaluddin Noor (Ketua Dewan

Syariah) menjelaskan bahwa di Pasar Syariah Ulul Albab Siak Hulu selalu

diadakan kegiatan wirid akbar sebulan sekali hal ini ditujukan menjadi wadah

pertemuan antara para anggota pedagang, pengelola, dan juga dewan syariah

untuk menjalin silaturahmi dan mempererat hubungan persaudaraan antar

anggota dan pengelola, juga sebagai tempat untuk berdiskusi sehingga pihak

pengelola maupun dewan syariah mengetahui bahwa nilai-nilai yang terdapat

di Pasar Syariah Ulul Albab adalah nilai ibadah dan nilai sosial.

Selain daripada itu, terkait mengenai prinsip-prinsip yang ada di Pasar

Syariah merujuk pada lima pilar yang menjadi pedoman peraturan yang harus

ditaati oleh setiap anggota organisasi (pedagang) Pasar Syariah Ulul Albab.92

4. Partisipasi

Partisipasi aktif dari semua lini organisasi bagi pencapaian tujuan

organisasi menjadi salah satu titik kekuatan bagi terbentuknya budaya yang

baik.Masing-masing potensi organisasi harus terlibat aktif dan mendukung

terciptanya budaya organisasi yang kuat dan islami.


92
Ika Novita, (Administrasi), wawancara Pekanbaru pada tanggal 20 Mei 2020
59

Tidak hanya bentuk partisipasi yang dinampakkan oleh anggota

organisasi. Oleh karena itu, dalam hal ini partisipasi dari anggota dinyatakan

belum sepenuhnya terlaksana oleh Bapak Jalaluddin Noor (Ketua Dewan

Syariah) hal ini dapat dilihat pada segi nilai ibadah, menjaga kebersihan dan

kerapihan, serta melaksanakan aturan-aturan yang telah ditetapkan di Pasar

Syariah Ulul Albab Siak Hulu. Tidak sedikit dari anggota dagang yang

didapati belum melaksanakan budaya yang ada di Pasar Syariah ini. Hal ini

disebabkan faktor moral dari dalam diri setiap masing-masing individu dan

kurangnya kesadaran akan pentingnya menjalankan budaya organisasi yang

ada.

5. Disiplin

Disiplin merupakan nafas bagi organisasi dan merupakan unsur pokok

dalam upaya mencapai kualitas dan keberhasilan manajemen di samping unsur

pemahaman dan komitmen.93

Keith Daviz dan John W. Newstrom dalam Faisal Badroen, dkk, membagi

disiplin menjadi 3 (tiga) macam sifat, yaitu :

1) Disiplin Preventif, yaitu berupa pemberian informasis kepada

segenap karyawan mengenai standar moral dan etika serta

peraturan yang harus ditegakkan dalam organisasi, dengan

pengetahuan tersebut diharapkan karyawan akan berusaha

melaksanakan dengan benar dan mampu menghindari atau

mencegah penyimpangan-penyimpangan.

93
Faisal Badroen, dkk. Loc.Cit
60

2) Disiplin Korektif, berupa tindakan yang dilakukan setelah terjadi

pelanggaran standar perilaku atau peraturan yang tujuannya adalah

menghindari pelanggaran lebih lanjut, wujudnya dapat berupa

teguran, skorsing atau pemecatan yang dilakukan sebagai proses

penidikan agar menjadi contoh bagi yang lainnya untuk tidak

berbuat yang serupa.

3) Disiplin Progresif, yaitu tindakan disipliner berulang kali berupa

hukuman yang semakin berat, dengan maksud agar pelanggar etika

dapat memperbaiki diri sebelum hukuman dijatuhkan.

Dari hasil wawancara, Bapak Zam Zaini selaku wakil pengelola pasar

sekaligus menjadi pengawas pasar mengatakan bahwa penerapan disiplin pada

anggota sudah berjalan hal ini dapat dilihat adanya surat peringatan sebagai

teguran bagi anggota yang melanggar aturan-aturan yang telah ditetapkan.

Surat peringatan tersebut diberikan dua kali dan jika dengan pemberian surat

peringatan tersebut anggota masih tetap melanggar maka pihak pengelola

mengeluarkan anggota tersebut dari lingkungan Pasar Syariah Ulul Albab.94

Dari hasil pengamatan dan wawancara dengan beberapa informan yang

penulis lakukan, serta budaya di atas ada beberapa budaya yang ada di Pasar

Syariah Ulul Albab Siak Hulu diantaranya adalah:

Zam Zaini (Humas/Wakil Ketua Pengelola Pasar), wawancara. Pekanbaru, pada tanggal
94

20 Mei 2020.
61

1. Adanya himbauan oleh Dewan Syariah kepada para anggota pedagang di

Pasar Syariah Ulul Albab bahwa akan masuk waktu sholat lima menit

sebelum adzan, sekaligus mengajak para pedagang untuk dapat mengikuti

sholat berjamaah.

2. Adanya pemutaran kaset/mp3 qira’ah setiap harinya oleh Pengelola Pasar

Syariah Ulul Albab pada saat aktivitas berlangsung, hal ini dimaksudkan

agar setiap pedagang merasa bahwa aktivitas yang dilakukannya selalu di

awasi oleh Allah.

3. Kajian tausiyah rutin yang dilakukan oleh Dewan Syariah setiap hari

setelah sholat berjamaah fardhu Dzuhur dan Ashar dan diikuti oleh para

pedagang di Pasar Syariah.

4. Pengajian akbar bagi karyawan dan juga para pedagang pasar, yang

dilaksanakan setiap sebulan. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan etika

dan moralitas para pedagang menjadi lebih baik dalam setiap aktivitas

yang dilakukannya.

5. Melakukan program tahunan setiap hari Idul Adha dengan melakukan

pemotongan hewan qurban oleh anggota pasar yang bergabung dalam

tabungan qurban.

6. Budaya berpakaian, pedagang muslimah mengenakan jilbab dan non

muslimah menggunakan pakaian sopan dan menutup aurat. Sedangkan

bagi pedagang laki-laki menggunakan pakaian sopan juga menutup aurat. 95

Namun dalam pelaksanannya masih didapati pedagan muslimah yang

tidak menggunakan jilbab dan ada juga pedagang laki-laki yang hanya
95
Fentini L. (Admin Keuangan), wawancara, Pekanbaru, pada tanggal 20 Mei 2020
62

menggunakan kaos dalam (singlet) bahkan ada juga pedagang yang sama

sekali tidak menggunakan kaos/baju pada saat kegiatan jual-beli

berlangsung.

Tujuan dari pelaksanaan lima pilar budaya organisasi pada Pasar Syariah

Ulul Albab Siak Hulu adalah selain untuk mencapai visi dan misi, juga untuk

menambahkan keyakinan, nilai-nilai, dan norma yang dikembangkan dalam

organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotanya.

Selain dari pada itu, Bapak H. Herman menambahkan bahwa pelaksanaan

budaya organisasi yang ada adalah sebagai pembela antara Pasar Syariah Ulul

Albab Siak Hulu dengan pasar-pasar lainnya sehingga seseorang akan lebih

mengenal keberadaan pasar ini.96

Selain dari pada budaya organisasi di atas, nilai budaya yang

mencerminkan keislaman pada Pasar Syariah Ulul Albab Siak Hulu adalah

nilai ibadah, yakni dengan adanya penyampaian tausiyah singkat oleh Dewan

Syariah. Budaya Afsussalam (saling memberi salam) juga terjalin diantara

para pedagang, dan juga tidak sedikit dijumpai adanya pedagang yang

melakukan sholat duha di sela-sela kegiatan perdagangannya.97

Budaya organisasi yang ada pada Pasar Syariah Ulul Albab terbentuk

berdasarkan nilai-nilai keyakinan dasar yang dianut oleh organisasi, yakni

nilai keislaman dan lingkungan usaha yang menunjang terbentuknya budaya

tersebut.Nilai inti tersebut dijadikan sebagai pedoman berpikir dan bertindak

oleh setiap individu anggota pedagang yang ada di Pasar Syariah Ulul
96
H. Herman (Ketua Pengelola Pasar), wawancaraPekanbaru, pada tanggal 20 Mei 2020
97
Jalaluddin Noor, (Ketua Dewan Syariah), wawancaraPekanbaru pada tanggal 20 Mei
2020.
63

Albab.Para pedagang memiliki gairah bersaing secara sehat untuk mencapai

sesuatu yang lebih baik dan optimal dalam semua kegiatan.Bersaing secara

sehat dan menjauhi segala perbuatan yang berakibat pasar terdistrosi

(gangguan pada mekanisme pasar yang ideal), bukan saja merugikan orang

lain, tetapi lebih dari itu karena tidak dibenarkan (dilarang) oleh Syariah.

Budaya organisasi yang islami diharapkan mampu merekatkan anggota-

anggotanya, sehingga turn-over akan berkurang. Tidak ada alas an bagi setiap

anggota organisasi untuk tidak dapat mengikuti budaya organisasi yang ada

pada organisasi. Karyawan dapat mempelajari budaya ini dari berbagai

sumber, yaitu pertama dari cerita-cerita.Budaya organisasi yang islami

seharusnya banyak meneladani perilaku Rasulullah SAW.Jadi, cerita disini

adalah mengenai biografi beliau, khususnya yang berkaitan dengan usaha,

sehingga dapat menimbulkan keinginan untuk meneladani sikap dan perilaku

beliau.Sumber kedua adalah ritual (yang tidak selalu harus diartikan dengan

ritual agama), yaitu sekuen aktivitas yang menyatakan dan memperkuat nilai-

nilai inti organisasi. Sumber ketiga adalah simbol-simbol seperti tata ruang,

sedangkan sumber keempat adalah bahasa yang digunakan sebagai cara

identifikasi anggota, terminologi yang khusus dipahami oleh anggota

tersebut.98

Dapat dikatakan bahwa budaya organisasi bisnis syariah yang ada di Pasar

Syariah Ulul Albab Siak Hulu sudah baik sesuai dengan nilai yang

berdasarkan pada konsep syariah dan dapat diterima oleh setiap anggota

organisasi (pedagang).Namun, meskipun demikian dalam pelaksanaannya


98
Jusmaliani, Op,Cit h.210
64

ternyata masih banyak dijumpai adanya pedagang enggan mengikuti budaya

organisasi tersebut.Hal itu disebabkan karena faktor moralitas individu pada

diri anggota masing-masing, dan lemahnya sistem pengawasan oleh dewan

syariah maupun oleh pengelola pasar. Hal lain yang penulis temukan adalah

lemahnya sistem pengawasan ini dikarenakan dewan syariah tidak mempunyai

wewenang penuh dalam melakukan pengawasan.

A. Faktor Yang Mendukung dan Menghambat Pelaksanaan Lima Pilar

Budaya Organisasi Bisnis Syariah Pasar Syariah Ulul Albab

Berikut ini merupakan faktor beberapa faktor yang memengaruhi dalam

pelaksanaan budaya organisasi bisnis syariah di Pasar Syariah Ulul Albab Siak

Hulu berdasarkan hasil interview kepada para informan dan hasil pengamatan

oleh peneliti.

1. Faktor Pendukung Pelaksanaan Budaya Organisasi Bisnis Syariah

Pasar Syariah Ulul Albab

Diantara faktor pendukung terlaksananya budaya organisasi bisnis

yang ada di Pasar Syariah Ulul Albab Kabupaten Kampar adalah sebagai

berikut:

a. Motivasi

Pada dasarnya motivasi dapat mengacu para anggota organisasi

(pedagang) untuk dapat melaksanakan budaya organisasi yang ada di

Pasar Syariah Ulul Albab.Banyak teori yang mendefinisikan motivasi,

di antaranya adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang


65

memengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan

tujuan individu (Rivai, 2004).99Firman Alla SWT, dalam QS. At-

taubah;205

        


 
“Dan katakanlah: “Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul nya

serta orang-orang mukmin akan meilhat pekerjaanmu itu, dan kamu

akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib

dan yang nyata, lalu diberitakan-nya kepada kamu apa yang telah

kamu kerjakan (QS.At-taubah;105).

Motivasi adalah suatu komponen penting dalam meraih kesuksesan

suatu proses kerja, karena dianggap memiliki unsur pendukung untuk

melakukan pekerjaan sendiri maupun kelompok. Dalam hal ini

pimpinan pasar dan dewan syariah khususnya, memiliki peranan

penting dalam hal memberikan motivasi ataupun dorongan moral

kepada anggota pasar (pedagang) untuk dapat menuju kearah yang

lebih baik dalam berperilaku dan beraktivitas, yakni dengan tetap

berpegang teguh pada nilai-nilai islam dalam berdagang serta tidak

meninggalkan kewajiban menunaikan ibadah sholat bila adzan telah

berkumandang.100

Selama individu tidak dimotivasi secara benar, maka tidak ada

sistem yang dapat merealisasikan efisiensi dalam penggunaan sumber


99
Veithzal Rivai, Islamic Human Capital, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), h.
860
100
H.Herman, (Ketua Pengelola Pasar), wawancaraPekanbaru pada tanggal 20 Mei 2020
66

daya maupun pemerataan distribusinya.Untuk memberikan motivasi

kepada anggota, yakni para pedagang agar bersedia melakukan yang

terbaik dan memberikan pelayanan yang baik pula pada setiap

konsumen yang datang, tidak melakukan kecurangan takaran dalam

timbangan menjadi tugas utama seorang pebisnis khususnya para

pedagang.Pihak pengelola bekerjasama dengan dewan syariah

melakukan sosialisasi kepada para pedagang guna memberikan

motivasi-motivasi terkait dengan aktivitas yang mereka jalani.

Menurut Umer Chepra, sosialisasi sangat naïf dan tidak realistis

ketika mengaharapkan individu bekerja secara efisien, padahal ia

menjauhkan mereka dari peluang untuk memenuhi self-interestnya.

Tidak mungkin memotivasi individu agar menjadi efisien dan adil

kecuali kalau dimensi moral diinjeksikan ke dalam nafsu kepentingan

diri sehingga kepentingan sosial tidak terganggu, meskipun hal itu

bertentangan dengan kepentingan dirinya sendiri. Bagaimanapun juga,

hanya mengandalkan kepada pemimpin untuk memotivasi bawahan

agar mengikuti nilai-nilai moral dengan menemukan cara untuk

memenuhi kepentingannya melainkan dalam rangka keadilan.101

Seperti yang telah disebutkan dalam QS At-taubah: 119

      


 

101
M. Umer Chepra, Islam dan Tantangan Ekonomi, (Jakarta: Gema Insani, 2000), h.251
67

“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan

hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar”.(QS At-taubah;

119)

b. Nilai-nilai dan Keyakinan Terhadap Budaya Organisasi

Nilai merupakan apa yang sepatutnya ada dan diamalkan oleh

semua individu dalam sebuah organisasi. Nilai-nilai adalah keyakinan

dasar yang dianut oleh sebuah organisasi.Nilai yang dianut seseorang

memengaruhi tingkah lakunya, sebab apapun yang dilakukannya

dibimbing dan berpedoman pada nilai-nilai yang dianutnya. Dalam

sebuah organisasi, nilai yang dianut seseorang anggota akan

memengaruhi tingkah lakunya dalam berinteraksi dengan anggota lain

maupun dalam melaksanakan tugas.102

Nilai dan keyakinan terhadap budaya organisasi yang ada di Pasar

Syariah Ulul Albab Siak Hulu adalah nilai yang sesuai dengan syariat

islam, serta nilai sosial, sehingga hal tersebut akan memudahkan bago

anggota organisasi untuk dapat melaksanakan budaya yang ada.103

c. Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja menjadi salah satu penentu dalam pelaksanaan

budaya organisasi yang ada.Lingkungan kerja yang kondusif dapat

mendukung terlaksananya budaya organisasi yang baik.Karena pasar

102
Moh. Pabundu Tika, Op.Cit, h. 38
103
Saiful Mahfud (Sekretaris Dewan Syariah), wawancara Pekanbaru pada tanggal 20
Mei 2020
68

ini merupakan pasar dengan konsep syariah, maka dapat mendorong

pelaksanaan budaya organisasi yang bernuansa syariah pula.104

d. Peran Pemimpin

Peran pemimpin menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan

budaya organisasi.Pemimpin merupakan tonggak penentu dalam

pelaksanaan budaya organisasi yang ada. Menurut Tri Mahani, peran

pimpinan sangat diperlukan karena pemimpin memiliki pengaruh besar

dalam membawa anggota organisasi pada arah yang diinginkannya.105

Sebagaimana dalam Faisal Badroen (2006), menyatakan bahwa

keteladanan dari para pemimpin menjadi bagian yang sangat krusial

karena tingkat produktivitas sebuah usaha banyak dipengaruhi oleh

kinerja dari para eksekutifnya.Dan itu yang diteladankan oleh

Rasulullah SAW kepada para Stakeholders umatnya.106

2. Faktor Penghambat Pelaksanaan Budaya Organisasi Bisnis Syariah

Pasar Syariah Ulul Albab

Diantara faktor yang menghambat terlaksananya budaya organisasi

bisnis yang ada di Pasar Syariah Ulul Albab Kabupaten Kampar adalah

sebagai berikut:

a. Dimensi etika dan moralitas anggota

Etika dan moral digambarkan sebagai dikotomi antara “harus ini”

dan “ingin itu”.Maksudnya adalah antara melakukan sesuatu atas dasar

104
Abdul Karim, (Anggota Dewan Syariah) wawancara Pekanbaru pada tanggal 20 Mei
2020
105
Tri Mahani, (Administrasi Pasar Syariah Ulul Albab), wawancara Pekanbaru pada
tanggal 20 Mei 2020
106
Faisal Badroen, dkk. Loc.Cit
69

kemauan sendiri dengan melakukan sesuaru karena dipaksa. Etika

organisasi dapat diartikan sebagai pola sikap dan perilaku yang

diharapkan dari setiap individu dan kelompok organisasi, yang secara

keseluruhan akan membentuk budaya organisasi (Organizational

culture) yang sejalan dengan tujuan maupun filosofi organisasi yang

bersangkutan. Moral adalah norma-norma yang digunakan untuk

menimbulkan tindakan atau pola perilaku tertentu pada orang lain.

Jika dikaitkan dengan organisasi, maka moral berhubungan

dengan gaya kepemimpinan yang dicirikan oleh pemberian perintah

dan pengawasan secara ketat apakah perintah itu dilaksanakan.

Sedangkan etika mencerminkan gaya kepemimpinan demokrasi yang

dicirikan oleh kebebasan staf untuk berpikir dan bertindak secara

independen.107

Dimensi etika dan moral anggota sangat berpengaruh pada

pelaksanaan budaya organisasi yang ada.Bapak H. Herman

mengatakan perlu adanya pembentukan karakter bagi para anggota

pedagang agar dimensi moral individu dapat menjadi lebih baik,

sehingga diharapkan untuk ke depannya para anggota mau

melaksanakan budaya organisasi bisnis syariah yang ada di Pasar

Syariah Ulul Albab ini.

b. Kurangnya kedisiplinan anggota organisasi

Kedisiplinan dalam hal ini adalah disiplin untuk bersikap selalu

loyal kepada budaya organisasi. Pedagang masih banyak yang bersikap


107
Hasnun Jauhari Ritonga, Op. Cit h.37
70

acuh atau tidak memperdulikan akan budaya organisasi yang ada.

Kedisiplinan anggota bagi organisasi untuk dapat melaksanakan

budaya organisasi merupakan tekanan normative pada setiap individu

yang ada dalam organisasi untuk memiliki perilaku tertentu. Perilaku

tersebut antara lainperilaku untuk setia/loyal pada organisasi.

Outcome-nya, loyalitas tersebut selanjutnya akan menciptakan

komitmen yang tinggi pada organisasi.

Singodimedjo (2002), mengatakan disiplin adalah sikap kesediaan

dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan menaati norma-norma

peraturan yang berlaku di sekitarnya. Disiplin karyawan (anggota)

yang baik akan mempercepat tujuan perusahaan, sedangkan disiplin

yang merosot akan menjadi penghalang dan memperlambat pencapaian

perusahaan/organisasi.108

Individu yang memiliki komitemen yang tinggi pada organisasi

biasanya rela berkorban, memiliki tekat yang kuat dan peduli pada

kemajuan organisasi. Namun sebaliknya, apabila individu tidak

memiliki kedisiplinan terhadap budaya yang ada tentu akan

menimbulkan sikap tidak loyal sehingga dapat menghambat dalam

pelaksanaan budaya organisasi.

c. Kurangnya partisipasi anggota

Sebagaimana hasil dari pengamatan peneliti bahwa bentuk

partisipasi dalam hal ini adalah keikutsertaan anggota organisasi dalam

setiap budaya yang ada.Kurangnya partisipasi dalam mengikuti


108
Edy Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta; Kencana,2011), h.86
71

nilai/budaya juga menjadi salah satu faktor penghambat dalam

pelaksanaan budaya organisasi.Dari hasil wawancara, bahwa

kurangnya partisipasi anggota organisasi ini dapat disebabkan oleh

tidak adanya rasa memiliki dalam diri anggota terhadap budaya

organisasi yang ada sehingga anggota merasa tidak memiliki rasa

tanggung jawab untuk ikut melaksanakan budaya organisasi yang ada

di Pasar Syariah Ulul Albab.

d. Kurangnya ketegasan Dewan Syariah dalam pemberia sanksi

Dewan syariah merupakan lapisan kedua setelah pihak pengelola di

Pasar Syariah Ulul Albab. Dewan syariah selaku penanggung jawab

program dan juga sebagai tim pengarah memiliki peran penting dalam

upaya menjamin pelaksanaan budaya organisasi yang ada di Pasar

Syariah Ulul Albab. Namun, dalam hal ini dewan syariah tidak

memiliki wewenang penuh dalam pemberian sanksi terhadap

pelanggaran terhadap pelaksanaan budaya yang ada.Hal ini dapat

menjadikan anggota tidak loyal sehingga dapat menghambat dalam

pelaksanaan budaya yang ada di Pasar Syariah Ulul Albab.

B. Tinjauan Ekonomi Syariah

Ekonomi syariah memandang bentuk bisnis yang terdapat di area

lingkungan pasar adalah perdagangan dan budaya organisasi bisnis di Pasar

Syariah Ulul Albab Siak Hulu Kabupaten Kampar merujuk pada pelaksanaan
72

lima pilar yang direncanakan oleh pemilik pasar yaitu Bapak Jefri Noer

sebagai cikal bakal berdirinya pasar ini. Lima pilar tersebut adalah :

1. Timbangan harus akur

Pelaksanaannya adalah dengan mengadakan penyuluhan dua kali

selama setahun untuk kir timbangan bagi pedagang. Maksud dari kegiatan

penyuluhan ini adalah untuk mengetahui apakah masih ada pedagang yang

menggunakan timbangan berwarna orange sebagai alat jual beli dan

sebagai cara untuk mencegah adanya kecurangan dalam timbangan oleh

pedagang. Adapun bagi pedagang yang tidak mau mengikuti pelaksanaan

kir timbangan pihak pengelola dapat langsung memberikan sanksi tegas

yakni dkeluarkan dari anggota dagang pasar.Pada kenyataan di lapangan

ditemukan adanya pedagang yang masih menggunakan timbangan orange

sebagai alat jual-beli.109

Pandangan Ekonomi Islam menjelaskan bahwa dalam menimbang

harus benar-benar menyempurnakan takaran atau timbangan karena itu

lebih utama. Sebaliknya, ekonomi islam melarang adanya kecurangan

dalam takaran dan timbangan.

Merujuk pada firman Allah SWT dalam surat Ar-Rahman:9

    


 
“Dan Tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu

mengurangi neraca itu”. (QS. Ar-Ragman;9)

109
Zam Zaini (Pengawas Pasar), wawancara Pekanbaru pada tanggal 20 Mei 2020
73

Ayat tersebut menjelaskan bahwa kita dianjurkan untuk menegakkan

timbangan dengan adil dan tidak menguranginya hanya karena ingin

memeroleh keuntungan yang lebih.Selain ayat di atas firman Allah

SWT.QS Hud; 84-85, tentang melakukan kecurangan dalam takaran dan

timbangan.

        


         
       
      
      
     

“Dan kepada (penduduk) Mad-yan (kami utus) saudara mereka, Syu’aib

ia berkata; “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-sekali tiada Tuhan

bagimu selain dia, dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan,

sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan

sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang

membinasakan (kiamat). “Dan Syu’aib berkata; “Hai kaumku,

cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kami

merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu

membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan.” (QS.

Hud; 84-85).

Ayat diatas menjelaskan larangan untuk tidak melakukan kecurangan

dalam timbangan dan takaran, karena dampak dari perbuatan tersebut akan

membawa pelakunya mendapatkan balasan dari Allah SWT, pada hari

pembalasan.
74

2. Setiap pedagang tidak boleh menerima modal dagangannya dari rentenir

(modal riba)

Bahwa dalam pelaksanaannya masih didapati pedagang yang melakukan

pinjaman dari pihak rentenir meskipun tidak dalam jumlah yang banyak,

namun masih didapati adanya pedagang yang melakukan hal

demikian.Terlepas dari berbagai sisi negatif tersebut, jasa rentenir justru

masih dibutuhkan oleh masyarakat terutama pedagang kecil yang

membutuhkan modal untuk usaha yang digelutinya. Kelebihan meminjam

dari rentenir adalah karena persyaratan yang mudah, kecepatan dalam

pencairan dana, dan tidak adanya jaminan dalam bentuk apa pun.110

Rentenir dalam pandangan ekonomi islam mempunyai stigma yang

negatif, karena mengandung usur bunga atau riba, dan memandangnya

sebagai praktik yang zalim. Dalam Ekonomi Islam, transaksi keuangan

dengan sistem rentenir adalah salah satu transaksi yang di haramkan.

Larangan terhadap transaks ini secara jelas disebutkan Allah SWT dalam

firman-Nya;

     


      

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan

berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu

mendapat keberuntungan.” (QS. Ali-Imran; 130)

110
Jalaluddin Noor, (Ketua Dewan Syariah), wawancara Pekanbaru pada tanggal 20 Mei
2020
75

Firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah; 276

       


    
“Allah memusnahkan Riba dan menyuburkan sedekah dan Allah tidak

menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan selalu berbuat

dosa.” (QS. Al-Baqarah; 276).

Kedua ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT, melarang adanya

praktek riba dan akan memusnahkannya. Allah melarang hamba-hamba

nya yang beriman melakukan riba dan memakannya dengan berlipat

ganda, sebagaimana yang mereka lakukan pada masa jahiliya, dan Allah

Swt, menghendaki manusia untuk menjadi orang yang beruntung.

3. Tidak diperbolehkan bagi para pedagang menjual barang yang beralkohol

serta barang-barang yang dilarang oleh agama dan pemerintah

Praktek yang terjadi di lapangan adalah hingga pada saat ini belum

ditemukan adanya pedagang yang memperjual-belikan barang dagangan

yang dilarang oleh pemerintah maupun agam seperti minuman keras

(beralkohol). Pihak pengelola bekerja sama dengan dewan syariah pasar

untuk melakukan pengecekan dan pengawasan sewaktu-waktu terhadap

barang-barang dagangan yang diperjual-belikan di Pasar Syariah Ulul

Albab, apabila didapati adanya pedagang yang memperjual-belikan

barang-barang yang dilarang tersebut maka pihak pengelola memberikan

surat peringatan sebagai sanksi (teguran) pertama bagi pedagang

tersebut.111
111
Zam Zaini, (Pengawas Pasar), wawancara Pekanbaru pada tanggal 20 Mei 2020
76

Pandangan Ekonomi Islam di antara jual beli yang dilarang dalam islam,

yaitu menjual barang yang diharamkan. Jika Allah Swt sudah

mengharamkan sesuatu, maka dia juga mengharamkan hasil

penjualannya.Seperti menjual sesuatu yang terlarang dalam agama.

Rasulullah Saw, telah melarang menjual bangkai, khamr, babi dan

sebagainya. Barang siapa yang menjual bangkai atau hewan yang

disembelih tidak dengan cara yang Syar’I, ini berarti ia telah menjual

bangkai dan memakan hasil yang haram. Begitu juga hukum khamr. Maka

dalam Ekonomi Islam melarang adanya transaksi jual-beli barang yang

diharamkan karena akan menimbulkan mudharat baik bagi penjual

maupun juga bagi pembeli.

Rasulullah Saw, bersabda:

“Sesungguhnya, Allah dan rasul-nya mengharamkan jual beli khamr,

bangkai, babi, dan patung.”(HR.Bukhari)

Firman Allah dalam QS. Al-Baqarah; 168

        


        
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang

terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah

syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata

bagimu.” (QS.Al-Baqarah; 168)

Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah menyeru kepada setiap manusia

untuk memakan atau mempergunakan barang yang baik lagi halal.Dan

Allah menegaskan kepada setiap manusia bahwa syaitan adalah musuh


77

manusia, yang menginginkan manusia tidak taat kepada Allah Swt.

Jiwanya keras, dan makanan yang dimakan yang tidak halal. Orang yang

memasukkan kedalam perutnya makanan yang haram akan berdampak

tidak baik dalam ibadahnya.

4. Menghentikan sejenak aktivitas perdagangan pada saat adzan

berkumandang

Pandangan Ekonom Islam memberikan suatu kewajiban moral bagi setiap

warga masyarakat muslim untuk berusaha semaksimal mungkin

melaksanakan semua syari’ah(aturan) islam di segala aspek kehidupan,

termasuk dalam pencaharian kehidupan (ekonomi). Konsep dasar yang

menjadi landasan Ekonomi Islam dapat dijadikan landasan budaya kerja

sebagai budaya organisasi. Budaya tersebut antara lain didasarkan pada

tiga konsep fundamental, yaitu tauhid (keimanan kepada Allah),

kepemimpinan (khilafah) dan keadilan (a’dalah), maka dalam hal ini

Ekonomi Islam memandang bahwa bekerja merupakan salah satu bentuk

beribadah kepada Allah Swt, sehingga sudah seharusnya bagi setiap

makhluk untuk tidak mengabaikan perintah sholat di setiap waktunya

meskipun dalam keadaan sedang bekerja.112

Firman Allah Swt, dalam QS.Al-Jumuah; 9

       


       
      

Lukman Hakim. “Membangun Budaya Organisasi Unggul Sebagai Upaya


112

Meningkatkan Kinerja Karyawan di Era Kompetitif”.Benefit, Volume 15, No 12, Desember 2011,
h,155
78

“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseur untuk menunaikan shalat

jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan

tinggalkanlah jual beli yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu

mengetahui.”(QS.Al-Jumuah; 9).

Ayat diatas menjelaskan bahwa umat islam diperintahkan oleh agamanya

agar senantiasa berdisiplin dalam menunaikan ibadah wajib seperti salat,

dan selalu giat berusaha atau bekerja sesuai dengan nilai-nilai islam seperti

bekerja keras dan sungguh-sungguh.

Pelaksanaannya bahwa masih banyak para pedagang yang tidak menutup

menghentikan sejenak aktivitas perdagangan mereka pada saat adzan

berkumandang.Hal itu disebabkan karena faktor moralitas dan kurangnya

kesadaran pada diri anggota masing-masing.113

Menurut ketua pengelola Pasar Syariah Ulul Albab mengatakan perlu

adanya pembentukan karakter bagi para anggota pedagang agar dimensi

moral individu dapat menjadi lebih baik, sehingga diharapkan dapat

menumbuhkan kesadaran pada diri masing-masing anggota pedagang.

Dalam hal ini pimpinan pasar dan dewan syariah khususnya, memiliki

peranan penting dalam hal memberikan motivasi ataupun dorongan moral

kepada anggota pasar (pedagang) untuk dapat menuju kea rah yang lebih

baik dalam berperilaku dan beraktivitas, yakni dengan tetap berpegang

teguh pada nilai-nilai islam dalam berdagang serta tidak meninggalkan

kewajiban menunaikan ibadah shalat bila adzan telah berkumandang.114


113
Abdul Karim (Anggota Dewan Syariah), wawancara Pekanbaru pada tanggal 20 Mei
2020
114
H.Herman (Ketua Pengelola Pasar), wawancara Pekanbaru pada tanggal 20 Mei 2020
79

5. Menjaga kebersihan lingkungan pasar

Pandangan Ekonomi Islam mengajarkan kebersihan disegala aspek

kehidupan termasuk dalam berdagang, barang dagangan yang baik adalah

barang yang halal dan baik (bersih dan sehat). Makanan yang halal

meliputi cara memerolehnya maupun halal dzatnya. Aspek kebersihan

sangatlah penting guna menunjang kenyamanan para pembeli di

pasar.Islam mengajarkan untuk senantiasa menjaga kebersihan

lingkungan.

Sebagaimana firman Allah dalam QS.Al-Muddatsir; 4-5

     


“Dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah.” (QS.

Al-Muddatsir).

Dan firman Allah Swt, dalam surat Al-Baqarah; 222

       


        
         
    

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-

orang yang mensucikan/membersihkan diri.”(QS. Al-Baqarah; 222)

Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah Swt, memerintahkan untuk selalu

menjaga kebersihan.Membersihkan diri dan segala kotoran (dosa), dan

Allah Swt menyukai hambanya yang mensucikan diri dan bertaubat.

Pelaksanaannya bahwa kebersihan lingkungan di Pasar Syariah Ulul Albab

sudah baik, penempatan parker juga terlihat rapi, hanya saja masih
80

didapati adanya pedagang yang meletakkan barang-barang dagangan

mereka melebihi batas lapak yang ditentukan sehingga dapat mengganggu

jalan para pelanggan. Pengelola pasar syariah mengimbau bahwa para

pedagang diharapkan untuk tetap selalu menjaga kebersihan kios ataupun

lapak dagangan mereka serta barang dagangannya agar barang yang dijual

terjaga kebersihan dan kehalalannya.


BAB V

HASIL PEMBAHASAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah dijabarkan, maka penulis mencoba

memberikan kesimpulan mengenai pelaksanaan lima pilar budaya organisasi

bisnis syariah pada Pasar Syariah Ulul Albab, yaitu:

1. Pelaksanaan lima pilar budaya organisasi bisnis syariah di Pasar Syariah

Ulul Albab dapat dikatakan sudah baik sesuai dengan nilai yang

berdasarkan pada konsep Syariah, meskipun demikian dalam

pelaksanaannya ternyata masih banyak dijumpai adanya pedagang enggan

mengikuti budaya organisasi bisnis tersebut.

2. Faktor-faktor pendukung (1). Motivasi, (2). Nilai dan keyakinan terhadap

budaya organisasi (3). Lingkungan kerja (4). Peran pemimpin. Faktor-

faktor penghambat (1). Dimensi etika dan moralitas anggota, (2).

Kurangnya kedisiplinan anggota organisasi, (3). Kurangnya partisipasi

anggota, (4). Kurangnya ketegasan Dewan Syariah dalam pemberian

sanksi.

81
82

B. Saran

Sebagai akhir dari penulisan Tugas Akhir ini, dengan mendasarkan pada

penelitian yang penulis lakukan, maka penulis ingin memberikan saran yang

kiranya dapat bermanfaat bagi Pasar Syariah Ulul Albab Siak Hulu, antara lain

sebagai berikut:

1. Hendaknya lima pilar budaya organisasi bisnis syariah yang sudah ada di

Pasar Syariah Ulul Albab dapat benar-benar diterapkan oleh setiap

individu yang ada di lingkup orgnisasi pasar baik pengelola, dewan

syariah maupun para pedagang.

2. Perlunya pengawasan penuh yang harus dilakukan oleh pihak Pengelola

Pasar dan juga Dewan Syariah terhadap para pedagang dalam menjalankan

aktivitas/kegiatan dagang di Pasar Syariah serta pemberian sanksi tegas

terhadap anggota yang enggan untuk menerima dan melaksanakan budaya

organisasi yang ada.


DAFTAR PUSTAKA

Abundu Tika. 2006. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahan.


Jakarta : Bumi Aksara.
Ardana, Komang. 2009. Perilaku Keorganisasian, Cet. Ke-1. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Burhan Bungin. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana Prenada Media
Grup.
Buchari Alma. 2014. Manajemen Bisnis Syariah. Bandung : Alfabeta.
Diah Ayu Kusumawati, “ Peningkatan Perilaku Kerja Islami Dengan Budaya
Organisasi Islami Sebagai Variabel Moderasi”, UNNISULA, (Vol. 2, No.
1 Mei 2015),
Deal dan Kennedy ,,Budaya Organisasi: Sebuah Kebutuhan Untuk Meningkatkan
Kinerja Jangka Panjang, Jakarta : Rajawali, 2010.
Deal dan Kennedy. 2006. Corporate Culture : The Roles and Ritual of
Corporate. Jakarta : Bumi Aksara.
David C. Thomas dan Kerr Inkson. 2004. Budaya Organisasi: Sebuah Kebutuhan
Untuk Meningkatkan Kinerja Jangka Panjang, Jakarta : Rajawali,
Etta Mamang Sangadji dan Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian-Pendekatan
Praktis Dalam Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset.
Faisal Badroen. 2006. Etika Bisnis Dalam Islam. Jakarta : Kencana.
Hijriyati Cucuani dan Jhon Herwanto. 2015. Perilaku Organisasi. Pekanbaru :Al-
Mujtahadah Press.
H. Herman (Ketua Pengelola Pasar), wawancara, Pekanbaru, pada tanggal 20 Mei
2020.
Hasnun Jauhari Ritonga. 2015. Manajemen Organisasi. Medan : Perdana
Publishing.
Hendi Suhendi.1997. Fiqh Muamalah. Bandung : Gunung Jati Press.
Irma Nilasari dan Sri Wiludjeng. 2006. Pengantar Bisnis. Jakarta : Graha Ilmu.

83
84

Iskandar. 2018. Metode Penelitian Pendidikan Dan Sosial: kuantitatif dan


kualitatif. Jakarta: Gaung Persada Press.
Irham dan Fahmi. 2013. Perilaku Organisasi. Jakarta : Alfabeta.
Idel Waldelmi “analisis penerapan transaksi jual beli syariah di pasar syariah ulul
albab” (pekanbaru:Fakultas Ekonomi Universitas Lancang Kuning,2017).
Jalaludin Noor (ketua Dewan Syariah), wawancara, pekanbaru, pada tanggal 20
Mei 2020
Jusmaliani. 2011. Pengelolaan Sumber Daya Insani. Jakarta: Bumi Aksara.
Kementrian Agama RI. 2014. Mushaf dan Terjemah. Surakarta: ZiatQuran.
Killman. 2010. Budaya Organisasi: Sebuah Kebutuhan Untuk Meningkatkan
Kinerja Jangka Panjang. Jakarta : Rajawali.
Krishna Adityangga. 2010. Membangun Perusahaan Islam dengan Manajemen
Budaya Perusahaan Islami. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Koesmono, “Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Motivasi Dan Kepuasan
Kerja Serta Kinerja Karyawan Pada Sub Sektor Industri Pengolahan
Kayu Skala Menengah Di Jawa Timur”,Universitas Widya Mandala,
Vol 7, No 2, September2005, Surabaya,
Keith Daviz dan John W. Newstrom. 2013. Ekonomi Islam: Sejarah, Konsep,
Instrumen, Negara, dan Pasar, Jakarta: Rajawali Pers.
Lukman Hakim, “Budaya Organisasi Islami Sebagai Upaya Meningkatkan
Kinerja”,Iqtishadia, Volume 09, No. 1, Maret 2016,
Mujahidin, Akhmad. 2013. Ekonomi Islam: Sejarah, Konsep, Instrumen, Negara,
dan Pasar. Jakarta: Rajawali Pers.
Mujahidin, Akhmad. 2014. Ekonomi Islam 2. Pekanbaru : Al-Mujtahadah Press.
Mizan Asnawi. 2017. “Analisis Potensi Pengembangan Pasar Pyariah Ulul Albab
Di Kabupaten Kampar”.(Pekanbaru: Fakultas Ekonomi dan
BisnisUniversitas Muhammadiyah Riau.
Muhammad Nejatullah Siddiq. 1991. Kegiatan Ekonomi Dalam Islam. Jakarta :
Bumi Aksara.
Manahan P. Tampubolon. 2004. Perilaku Keorganisasian. Jakarta : Ghalia
Indonesia.
85

Masri Singarimbun. 1984. Pedoman Praktis Membuat Usulan Penelitian. Jakarta :


Ghalia Indonesia.
Ma’ruf Abdullah. 2011. Wirausaha Berbasis Syari’ah, Banjarmasin: Antasari
Press.
Norvadewi, “Bisnis Dalam Prespektif Islam (Telaah Konsep, Prinsip dan
Landasan Normatif)”, Al-Tijary, volume 01 No. 01, Desember 2015,
Nusa Putera. 2012. Penelitian Kualitatif: Proses dan Aplikasi, Cet. ke-II,.
Jakarta: Indeks. cet.II,
Nilasari, dkk. 2006. Pengantar Bisnis. Jakarta : Graha Ilmu.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Robbins.2010. Budaya Organisasi: Sebuah Kebutuhan Untuk Meningkatkan
Kinerja Jangka Panjang. Jakarta : Rajawali.
www.https//id.m.wikipedia.org/wiki/budaya, diakses pada 27 november 2019
Robbins dan Coutler. 2010. Budaya Organisasi: Sebuah Kebutuhan Untuk
Meningkatkan Kinerja Jangka Panjang, Jakarta : Rajawali.
https://www.tongkronganislami.net/definisi-makna-dan-pengertian-syariah/
https://www.google.com/search?
client=firefoxbd&q=penertian+penelitian+terdahulu
Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Wibowo. 2010. Budaya Organisasi: Sebuah Kebutuhan Untuk Meningkatkan
Kinerja jangka Panjang. Jakarta: Rajawali.
Wiratna Sujarweni. 2014. Metodologi Penelitian. Yogyakarta:Pustaka baru press.
Winarno Surakhmad. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar, Metode, dan
Teknik. Bandung: Tarsito.
Wiliam Wiersma. 2013. Ekonomi Islam: Sejarah, Konsep, Instrumen, Negara, dan
Pasar. Jakarta: Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai