Anda di halaman 1dari 206

MODUL CETAK BAHAN AJAR

MANAJEMEN KOPERASI & UMKM

Penyusun:
Komala dewi, M.E

PROGRAM STUDI S1 EKONOMI SYARIAH


UNIVERSITAS IMELDA MEDAN
TAHUN 2024

1
1
VISI DAN MISI
UNIVERSITAS IMELDA MEDAN
VISI
Menjadi Pusat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Pengembangan Karakter Kewirausahaan
Yang Mampu Bersaing ditingkat Perguruan Tinggi LLDIKTI Wilayah I Pada Tahun 2024 dan
Ditingkat Nasional Pada Tahun 2029.

MISI UNIVERSITAS IMELDA MEDAN

1. Menyelenggarakan pembelajaran yang efektif melalui sistem pembelajaran yang sesuai


dengan Standar Nasional Perguruan Tinggi (SNPT) dan KKNI, terintegrasi dengan hasil-
hasil penelitian dan pengabdian masyarakat terkini untuk menghasilkan lulusan sesuai profil
yang diharapkan.
2. Melaksanakan penelitian ilmiah dan dipublikasikan secara nasional dan internasional.
3. Melaksanakan pengabdian masyarakat yang terstruktur dan mengacu pada hasil penelitian.
4. Melaksanakan kerjasama produktif dengan berbagai Institusi pendidikan dan industry dikota
medan, sumatera utara dan propinsi lainnya dalam pelaksanaan praktek, penelitian serta
pengabdian kepada masyarakat.

i
VISI DAN MISI
UNIVERSITAS IMELDA MEDAN

VISI

VISI

“Menjadi program studi Sarjana Ekonomi Syariah yang memiliki keunggulan dalam bisnis e-
commerce berbasis Syariah Islam serta menghasilkan lulusan yang berwawasan kewirausahaan
sehingga mampu bersaing di tingkat perguruan tinggi LLDIKTI Wilayah I pada tahun 2024 dan
di tingkat nasional pada tahun 2029.”

MISI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN S-1 EKONOMI SYARIAH

1. Menyelenggarakan proses pembelajaran berdasarkan kurikulum SNPT mengacu pada


KKNI untuk menghasilkan Sarjana Ekonomi Syariah yang unggul dalam bisnis e-
commerce berbasis Syariah serta penguatan dalam penggunaan teknologi modern dan
komunikasi interpersonal yang efisien, efektif dan optimal.
2. Menyelenggarakan penelitian ilmiah dan publikasi ilmiah yang mampu memberikan
kontribusi kepada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan pembangunan
dalam bisnis e-commerce berbasis Syaria.
3. Melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam bisnis e-commerce berbasis
Syariah Islam yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
4. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak di bidang Ekonomi Syariah swasta maupun
pemerintahan di dalam maupun diluar negeri dalam rangka menghasilkan pelaksanaan
berbagai aktifitas lainnya.

ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
anugerah-Nya sehingga penulis dan tim dapat menyelesaikan penyusunan Modul Cetak
Manajemen koperasi & UMKM dengan baik. Modul ini disusun sebagai salah satu bahan ajar
yang diperuntukkan kepada mahasiswa program studi S1 Ekonomi syariah UIM khususnya pada
Semester IV. Dengan adanya modul ini, diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam
mempelajari dan memahami materi-materi manajemen koperasi & UMKM.
Modul Bahan Ajar ekonomi Islam ini disusun oleh beberapa tim dosen Universitas
Imelda Medan (UIM) berdasarkan pada Kurikulum S1 ekonomi Syariah, dengan memperhatikan
Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) program studi dan Capaian Pembelajaran Mata Kuliah
(CPMK). Melalui pembelajaran pada modul ini diharapkan mahasiswa dapat mencapai CPMK
yang telah ditentukan. Materi di dalam buku ini berisi bahan kajian yang dibutuhkan sesuai
CPMK dan kompetensi yang diajarkan kepada mahasiswa sebagai salah satu referensi
manajemen koperasi & UMKM bagi Mahasiswa ekonomi syariah. Selain itu, modul ini juga
memuat latihan atau tugas mahasiswa yaitu tugas terstruktur dan kegiatan mandiri dengan
petunjuk yang spesifik sehingga memudahkan mahasiswa belajar dengan metode Student
Centered Learning (SCL).
Penulis pengantar ekonomi Islam telah berusaha dalam menyusun modul ini sesuai
dengan kurikulum dan kebutuhan mahasiswa dengan sebaik mungkin. Namun, penulis
menyadari bahwa modul ini mungkin masih memiliki kekurangan. Sehingga penulis
mengharapkan adanya saran atau masukan positif agar menjadi bahan pertimbangan untuk
menyempurnakan modul bahan ajar ini. Akhirnya, penulis dan tim berharap modul ini dapat
digunakan oleh mahasiswa dengan baik dan aktif sehingga dapat meningkatkan pengetahuan
mahasiswa tentang manajemen koperasi & UMKM dalam Ekonomi syariah.

Medan, Februari 2024

Komala dewi, M.E

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL Halaman


VISI DAN MISI UIM i
VISI DAN MISI PRODI EKONOMI SYARIAH ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
GLOSARIUM x

BAB I KONSEP DASAR KOPERASI


PENDAHULUAN .................................................................................
A. Pengantar Pendahuluan ............................................................... 1
B. Deskripsi Materi ............................................................................ 1
C. Kemampuan/Tujuan Akhir yang Diharapkan .......................... 2
D. Uraian Materi ................................................................................ 2
1. Pengertian……………………………………………………… 3
2. Landasan……………………………………………………….. 7
3. Azas koperasi…………………………………………………. 7
4. Fungsi koperasi………………………………………………. 9
5. Penggolongan koperasi……………………………………….. 9
6. Pertumbuhan dan perkembangan koperasi…………………… 19

Rangkuman ........................................................................................... 27
Daftar Pustaka ..................................................................................... 28

BAB II SISTEM DAN PERAN KOPERASI DALAM TRILOGI PEMBANGUNAN


PENDAHULUAN .................................................................................
A. Pengantar Pendahuluan ............................................................... 29
B. Deskripsi Materi ............................................................................ 29
C. Kemampuan/Tujuan Akhir yang Diharapkan .......................... 30
iv
D. Uraian Materi ................................................................................ 30
1. Pengertian sistem ekonomi koperasi………………………… 31
2. Peran koperasi dalam trilogi pembangunan………………….. 33
3. Pembentukan koperasi ………………………………………. 35
4. Posisi kopersi dalam UUD 1945……………………………. 36
5. Koperai sebagai soko guru…………………………………… 36

Rangkuman ........................................................................................... 40
Tugas ………………………………………………………………….. 41
Daftar Pustaka ..................................................................................... 42

BAB III PERINSIP DAN PENGAWASAN PENGUKURAN


KINERJA KOPERASI INDONESIA
PENDAHULUAN ................................................................................. 43
A. Pengantar Pendahuluan ............................................................... 43
B. Deskripsi Materi ............................................................................ 44
C. Kemampuan/Tujuan Akhir yang Diharapkan .......................... 45
D. Uraian Materi ................................................................................ 45
1) pengukuran kinerja koperasi………………………………………
2) Kelembagaan, keanggotaan, volume usaha, permodalan,
asset dan SHU…………………………………………………….. 59
3) Metoda pengawasan koperasi……………………………………. 59
4) Pembangunan koperasi dan perundang-undangan……………… 60
5) Arahan, sasaran, dan kebijaksanaan pembangunan koperasi….. 60
Rangkuman ........................................................................................... 64
Tugas ...................................................................................................... 65
1. Tugas Terstruktur ........................................................................ 65
2. Kegiatan Mandiri ........................................................................ 65
Daftar Pustaka ..................................................................................... 66

v
BAB IV HUBUNGAN KOPERASI DENGAN PASAR
PENDAHULUAN .................................................................................
A. Pengantar Pendahuluan ............................................................... 67
B. Deskripsi Materi ............................................................................ 67
C. Kemampuan/Tujuan Akhir yang Diharapkan .......................... 67
D. Uraian Materi ................................................................................ 68
1. Koperasi dalam struktur…………………………………………. 69
a. pasar persaingan sempurna……………………………………… 69
b. pasar monopolistic……………………………………………….. 70
c. pasar oligopolistic………………………………………………… 71
2. Koperasi dalam struktur pasar monopoli………………………… 74
3. Pengertian dan Fungsi kewirakoperasian………………………… 81
4. Tipe-tipe kewirakoperasian………………………………………. 83
5. Tugas-tugas kewirakoperasian…………………………………… 86
6. Prasyarat keberhasilan kewirakoperasian………………………… 86

Rangkuman ........................................................................................... 88
Tugas ...................................................................................................... 89
1. Tugas Terstruktur ........................................................................ 90
2. Kegiatan Mandiri ........................................................................ 90
Daftar Pustaka ..................................................................................... 91

BAB V PERANAN KUD DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT PEDESAAN


PENDAHULUAN .................................................................................
A. Pengantar Pendahuluan ............................................................... 91
B. Deskripsi Materi ............................................................................ 92
C. Kemampuan/Tujuan Akhir yang Diharapkan .......................... 92
D. Uraian Materi ................................................................................ 92
1) Peranan KUD dalam pembangunan masyarakat pedesaan……. 93
2) Pengembangan KUD…………………………………………… 94
vi
3) Keberhasilan dan kekurangan KUD…………………………… 94
4) Permasalahan KUD……………………………………………. 100
5) Program pembinaan dan pengembangan KUD……………….. 101
6) Strategi Pembinaan……………………………………………. 103
Rangkuman ........................................................................................... 105
Tugas ...................................................................................................... 106
1. Tugas Terstruktur ........................................................................ 106
2. Kegiatan Mandiri ........................................................................ 106
Daftar Pustaka ..................................................................................... 107

BAB VI EKSISTENSI UMKM DALAM PROSES PEMBANGUNAN


EKONOMI
PENDAHULUAN .................................................................................
A. Pengantar Pendahuluan ............................................................... 108
B. Deskripsi Materi ............................................................................ 108
C. Kemampuan/Tujuan Akhir yang Diharapkan .......................... 109
D. Uraian Materi ................................................................................ 110
1) Konsep pengusaha kecil dan menengah………………………….. 111
2) Kinerja UMKM di Indonesia dan Kontribusinya terhadap kesempatan
kerja dan PDB……………………………………………………… 111
3) Liberalisasi, Otonomi daerah, dan peluang bagi UMKM daerah…. 112
4) Permalasahan yang dihadapi UMKM meliputi; pemasaran, pendanaan,
SDM, bahan baku, dan teknologi…………………………………. 114
5) Bentuk kelembagaan untuk perumusan dan implementasi kebijaksaan
UKM …………………………………………………………………… 116
Rangkuman ........................................................................................... 121
Tugas ...................................................................................................... 122
1. Tugas Terstruktur ........................................................................ 122
2. Kegiatan Mandiri ........................................................................ 122
Daftar Pustaka ..................................................................................... 123

vii
BAB VII ASPEK PEMASARAN UMKM DAN PENGELOLAAN SDM UMKM
PENDAHULUAN .................................................................................
A. Pengantar Pendahuluan ............................................................... 124
B. Deskripsi Materi ............................................................................ 124
C. Kemampuan/Tujuan Akhir yang Diharapkan .......................... 124
D. Uraian Materi ................................................................................ 125
1. Strategi Pemasaran UMKM……………………………………….. 127
2. Segmentasi, Pasar UMKM…………………………………………. 130
3. Sasaran, Pemosisian UMKM………………………………………. 136
4. Bauran Pemasaran UMKM…………………………………….. 136
5. Organisasi SDM dan Manajemen UMKM……………………… 138
Rangkuman ........................................................................................... 141
Tugas ...................................................................................................... 142
1. Tugas Terstruktur ........................................................................ 142
2. Kegiatan Mandiri ........................................................................ 142
Daftar Pustaka ..................................................................................... 143

BAB VIII PERSEDIAAN PRODUKSI, MANAJEMEN


MUTU UMKM DAN PERMODALAN
PENDAHULUAN .................................................................................
A. Pengantar Pendahuluan ............................................................... 144
B. Deskripsi Materi ............................................................................ 144
C. Kemampuan/Tujuan Akhir yang Diharapkan .......................... 145
D. Uraian Materi ................................................................................ 145
1. Pengadaan dan Pengelolaan Persediaan UMKM………………… 146
2. Mengelola Proses Produksi UMKM………………………………. 150
3. Manajemen Mutu UMKM…………………………………………. 155
4. Pengelolaan Modal dan Anggaran Modal UMKM……………... 157
Rangkuman ........................................................................................... 162
Tugas ...................................................................................................... 163
viii
1. Tugas Terstruktur ........................................................................ 163
2. Kegiatan Mandiri ........................................................................ 163
Daftar Pustaka ..................................................................................... 164

BAB IX REGULASI PEMERITAH TTG KETENTUAN UMUM PEMBINAAN ETIKA


DAN BISNIS UMKM
PENDAHULUAN
A. Pengantar Pendahuluan ............................................................... 165
B. Deskripsi Materi ............................................................................ 165
C. Kemampuan/Tujuan Akhir yang Diharapkan .......................... 165
D. Uraian Materi ................................................................................ 166
1. Regulasi pemerintah tentang UMKM…………………………. 167
2. Ketentuan Umum pembinaan UMKM ……………………….. 168
3. Etika dan Bisnis UMKM ……………………………………… 182
Rangkuman ........................................................................................... 194
Tugas ...................................................................................................... 195
1. Tugas Terstruktur ........................................................................ 196
2. Kegiatan Mandiri ........................................................................ 196
Daftar Pustaka ..................................................................................... 197

ix
BAB I
KONSEP DASAR KOPERASI
Oleh ;
Komala dewi, M.E

PENDAHULUAN
A. PENGANTAR PENDAHULUAN
Telah kita ketahui bahwa koperasi adalah merupakan soko guru perekonomian Indonesia,
maka keberadaan dan eksistensinya dijamin oleh undang-undang. Untuk itu kita sebagai bangsa
Indonesia harus ikut serta dalam membangun perekonomian Indonesia yang berasaskan
kekeluargaan yaitu dalam wadah koperasi. Walaupun koperasi merupakan soko guru
perekonomian namun dalam prakteknya keadaan koperasi tidak lebih maju dibandingkan
dengan bentuk badan usaha lainnya. Karena pada umumya masyarakat kurang memahami
tentang kegiatan usaha koperasi. Karena tidak banyak yang memahami maka banyak yang
memilih bentuk perusahaan perseorangan atau perseroan. Padahal bentuk usaha ini memerlukan
modal yang tidak sedikit dibandingkan dengan modal berkoperasi yang dimiliki dan dimodali
bersama. Untuk itu, maka disini akan dibahas tentang hal-hal yang perlu dipahami oleh
masyarakat berkaitan dengan perkoperasian, seperti, hal-hal yang harus disadari tentang peran
dan fungsi koperasidi Indonesia.

B. DESKRIPSI
Bab I ini disusun sedemikian rupa untuk membantu mahasiswa S1 Ekonomi syariah
Semester I dalam memahami materi kuliah pengantar ekonomi syariah dengan beban 3 sks teori
dan 0 sks praktik. Sebagai bab awal di dalam modul ini, bab I menguraikan pokok bahasan atau
topik yang saling berkaitan satu sama lain yaitu filosofi Islam sebagai landasan ekonomi.

C. Kemampuan/tujuan akhir yang diharapkan


Pembelajaran pada bab ini membantu mahasiswa untuk mencapai kemampuan akhir yaitu
mampu menjelaskan konsep dasar koperasi (C2). Baiklah, Pembelajaran pertama pada

1
manajemen koperasi & UMKM akan dimulai. Berikut beberapa tips bagi mahasiswa agar dapat
memahami konsep dasar koperasi & UMKM.antara lain:

1. Awali proses belajar dengan berdo‟a dan tanamkan tekad/motivasi untuk mengetahui
segala hal terkait dengankonsep dasar manajemen koperasi & UMKM.
2. Baca dan pahami setiap materi, serta cari kata kunci atau catatan penting dari materi. Bila
perlu buat resume berisi catatan penting tersebut.
3. Setelah dipahami, usahakan menghafal beberapa kosakata atau rumus penting terkait
materi
4. Kerjakan latihan soal terutama soal kasus agar lebih meningkatkan kemampuan berpikir
kritis dalam memahamimanajemen koperasi & UMKM.
5. Bila ada yang tidak dipahami, segera tanyakan pada dosen pengampu mata kuliah di setiap
topik
6. Akhiri proses belajar dengan berdo‟a dan semoga sukses

D. Uraian materi
Adapun bahan kajian dalam bab I sebagai berikut ;
a. Overview koperasi.
1. Pengertian.
2. Landasan
3. Azas koperasi
4. Fungsi koperasi
5. Pertumbuhan dan perkembangan koperasi.

2
I. Pengertian Koperasi
Makna yang terkandung dalam pengertian koperasi telah menjelaskan bahwa
koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat. Dalam hal ini, koperasi akan menjadi wadah
kegiatan ekonomi rakyat yang pada umumnya merupakan kelompok menengah ke bawah
(miskin ). Mereka ini pada umumnya tidak mungkin tertampung pada badan usaha lain seperti
Firma, CV, maupun PT. Dengan wadah koperasi, mereka akan dapat mengembangkan kegiatan
ekonominya, sehingga dapat meningkatkan pendapatannya. Hal ini tentu dengan catatan:
koperasi tersebut harus memiliki kemampuan untuk membina dan mengembangkan kegiatan
ekonomi mereka. Oleh karena itu koperasi harus benar-benar dikelola secara profesional agar
mampu menjadi wadah kegiatan ekonomi rakyat yang kondusif. Apabila ha l ini dapat
dilaksanakan pada setiap wilayah kecamatan, niscaya kemiskinan rakyat di seluruh penjuru
Indonesia secara bertahap akan dapat diperbaiki kehidupan ekonominya.

II. Landasan
Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 Pasal 4 dijelaskan bahwa fungsi dan peran koperasi
sebagai berikut:
a. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya
dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
b. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan
masyarakat
c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian
nasional. dengan koperasi sebagai soko-gurunya
d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional, yang merupakan
usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi Fungsi Koperasi
a. Sebagai urat nadi kegiatan perekonomian indonesia
b. Sebagai upaya mendemokrasikan sosial ekonomi indonesia
c. Untuk meningkatkan kesejahteraan warga negara indonesia
d. Memperkokoh perekonomian rakyat Indonesia dengan jalan pembinaan koperasi
Koperasi syariah lebih dikenal dengan nama KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah)
dan UJKS (Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi). Koperasi Jasa Keuangan Syariah adalah
koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai
pola bagi hasil (syariah). Unit Jasa Keuangan Syariah adalah unit usaha pada Koperasi yang
3
kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai dengan pola
bagi hasil (syariah), sebagai bagian dari kegiatan usaha koperasi yang bersangkutan.
Koperasi syariah adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan
hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip syariah sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Koperasi bertujuan untuk
mensejahterakan anggotanya, yang meliputi, antara lain:

a.Perorangan, yaitu orang yang secara sukarela menjadi anggota koperasi dan;

b.Badan hukum koperasi, yaitu suatu koperasi syariah yang menjadi anggota yang
memiliki lingkup lebih luas. Umumnya koperasi, termasuk koperasi syariah dikendalikan secara
bersama oleh seluruh anggotanya, di mana setiap anggota memiliki hak suara yang sama dalam
setiap keputusan yang diambil koperasi.

Pembagian keuntungan koperasi (biasa disebut Sisa Hasil Usaha atau SHU) dihitung
berdasarkan andil anggota tersebut dalam koperasi. Secara sosiologis, koperasi syariah di
Indonesia sering disebut dengan Baitul Maal Wa At-Tamwil atau BMT, karena dalam realitasnya
Koperasi Syariah banyak yang berasal dari konversi Baitul Maal Wa At-Tamwil. Namun,
sebenarnya ada perbedaan antara KJKS/UJKS Koperasi dengan BMT, yaitu terletak pada
lembaganya. Koperasi syariah hanya terdiri satu lembaga saja, yaitu koperasi yang dijalankan
dengan sistem koperasi simpan pinjam Syariah. Sedangkan pada BMT terdapat 2 (dua) lembaga
yaitu diambil dari namanya 'Baitul Maal Wa At Tamwil' yang berarti 'Lembaga Zakat dan
Lembaga Keuangan (Syariah). Baitul Maal berarti Lembaga Zakat dan At-Tamwil berarti
Lembaga Keuangan (Syariah).

Artinya, Koperasi Simpan Pinjam Syariah yang dijalankan dengan dua lembaga
sebagaimana di atas berarti disebut BMT dan yang hanya menjalankan Koperasi Simpan Pinjam
Syariah saja tanpa Lembaga Zakat disebut Koperasi Syariah saja. Kegiatan Usaha Jasa Keuangan
Syariah adalah kegiatan yang dilakukan untuk menghimpun dana dan menyalurkannya melalui
usaha Jasa Keuangan Syariah dari / dan untuk anggota Koperasi yang bersangkutan, calon
anggota Koperasi yang bersangkutan, Koperasi lain dan atau anggotanya Jika dibandingkan
jenis produk antara koperasi syariah dan koperasi konvensional, sebenarnya hampir sama yaitu

4
menyangkut produk simpanan dan produk pinjaman. Tapi bila diperbandingkan pada sistemnya,
Koperasi Simpan Pinjam Syariah sangat jauh berbeda dengan koperasi konvensional, koperasi
konvensional menggunakan sistem bunga sedangkan Koperasi Simpan Pinjam Syariah
menggunakan system bagi hasil. Koperasi Simpan Pinjam Syariah juga hampir sama produknya
dengan bank syariah, namun pada produk funding-nya terdapat perbedaan. Produk funding
atau pendanaan pada Koperasi Simpan Pinjam Syariah dinamakan Simpanan, sedangkan pada
Bank Syariah disebut Tabungan. Perbedaan istilah ini didasari pada induk yang menaungi
Koperasi Simpan Pinjam Syariah dan Bank Syariah itu sendiri.

Koperasi Simpan Pinjam Syariah berada di bawah naungan Dinas Koperasi sedangkan
Bank Syariah dibawah naungan Bank Indonesia dimana izin pendirian kedua jenis lembaga
tersebut dikeluarkan dari masing-masing induknya.

Peran dan Tugas Koperasi

a. Meningkatkan tarah hidup sederhana masyarakat indonesia

b. Mengembangkan demokrasi ekonomi di indonesia

c. Mewujudkan pendapatan masyarakat yang adil dan merata dengan cara menyatukan,
membina, dan mengembangkan setiap potensi yang ada Peranan koperasi sebagai suatu lembaga
yang bertugas dalam menyejahterakan serta memajukan perekonomian rakyat telah banyak
ditunjukkan di berbagai negara besar di dunia.
Di Amerika Serikat misalnya, 80% listrik di wilayah perdesaan disediakan koperasi. Tiga
perempat produk susu yang dikonsumsi dunia berasal dari koperasi peternak sapi perah di
Australia dan Selandia Baru. Di Indonesia, meskipun konsep koperasi sudah dipayungi oleh
undang- undang, tetapi tetap saja keberadaan koperasi belum bisa berjalan secara efektif. Dalam
era otonomi daerah setiap daerah terutama masyarakat desanya harus memiliki rasa percaya diri
bahwa melalui organisasi koperasi kegiatan ekonomi rakyat dapat diperhitungkan dan diandalkan
kekuatannya. Koperasi harus mereformasi dirinya, meninggalkan sifat-sifat koperasi sebagai
koperasi pengurus menjadi koperasi anggota dalam arti kata yang sebenarnya. Jika koperasi
benar-benar merupakan koperasi, tidak akan ada program/kegiatan koperasi yang tidak berkaitan
langsung dengan kepentingan atau kebutuhan anggota.

5
Dengan perkataan lain setiap „produk‟ atau kegiatan usaha koperasi harus berdasarkan
„restu‟ atau persetujuan anggota dalam kopersi tersebut. Koperasi tidak berhak untuk mencari
keuntungan karena anggotalah yang mempunyai hak untuk mencari keuntungan yang harus
menjadi lebih besar dengan bantuan organisasi koperasi. Bersamaan dengan pembaruan
praktik berkoperasi seperti itulah, yang kita harapkan akan lahir dan berkembang ilmu koperasi,
yang merupakan „ilmu ekonomi baru‟ di Indonesia, yang merupakan ilmu sosial ekonomi (social
economics). Ilmu ekonomi baru ini merupakan ilmu ekonomi tentang bagaimana bekerja sama
(cooperation) agar masyarakat Indonesia bisa menjadi lebih sejahtera, lebih makmur, dan lebih
adil, bukan sekadar masyarakat yang lebih efisien (melalui persaingan/kompetisi) yang
ekonominya tumbuh cepat. Dalam tatanan ekonomi baru pihak pemerintah termasuk juga
pemerintah daerah harus berperan aktif untuk menjaganya agar selalu dipatuhi aturan main
dalam berekonomi yang akan menghasilkan sebesar-besar kemakmuran ekonomi rakyat.
Otonomi daerah yang merupakan simbol kewenangan daerah untuk mengelola sendiri ekonomi
daerah harus dilengkapi dengan desentralisasi fiskal yang diatur secara serasi oleh pemerintah
daerah bersama DPRD, kesemuanya diarahkan pada kesejahteraan rakyat yang maksimal,
agar rakyat pun dapat merasakannya dengan optimal.
Selain itu para pengelola koperasi di Indonesia,yang mewakili unsur gerakan yang
berbasis pada masyarakat pun tentu harus punya kebijakan dan strategi lain untuk
mengembangkan koperasi. Campur tangan pemerintah melalui berbagai aturan dan kebijakan
bahkan saat pembentukan pengurus pada lembaga-lembaga koperasi dari pusat hingga kabupaten
praktis masih terpusat kepada kepentingan penguasa. Artinya pemerintah masih memiliki
kekuasaan besar dalam membina koperasi yang pada akhirnya melenceng dari tujuan utama
koperasi. Tentunya hal ini merupakan motivator bagi para anggota yang bergabung dalam
koperasi untuk menghadapi persaingan dan diperlukan insentif individu sudah tidak dapat
dielakan. Sehingga koperasi diharapkan akan mampu memainkan peranannya cari kegiatan yang
kecil saja sesuai dengan kondisi pasar dilingkungannya.
Dengan demikian koperasi dapat bertumbuh, berkembang secara efisien dengan tetap
memainkan peranannya sebagai gerakan ekonomi rakyat. Presiden menegaskan bahwa koperasi
serta usaha mikro, kecil dan menengah memiliki peran yang makin penting bagi perekonomian
Indonesia di masa depan, terlepas dari makin globalnya perekonomian dunia. Meskipun seolah-

6
olah kita hidup di era globalisasi tapi justru peran koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah
makin penting di masa depan. Jika perekonomian nasional tidak memberi tempat untuk
berkembangkan koperasi serta usaha mikro, kecil dan menengah maka upaya untuk mengurangi
kemiskinan, pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan rakyat akan terhambat. Oleh karena
itu,solusinya adalah makin ke depan koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah makin
dikembangkan ke seluruh tanah air. Keberhasilan Indonesia untuk dapat bertahan dari dampak
krisis keuangan global yang tengah melanda negara-negara barat tidak terlepas dari peran
koperasi serta usaha mikro, kecil dan menengah. Karena menilik dari perkembangan koperasi,
serta usaha mikro, kecil dan menengah lima tahun terakhir maka berarti arah dan kebijakan
pemerintah dalam beberapa tahun terakhir telah tepat.
B. Landasan, Asas dan Tujuan Koperasi
1. Landasan Koperasi.
Landasan koperasi indonesia merupakan pedoman dalam menentukan arah,tujuan peran
serta kedudukan koperasi terhadap pelaku ekonomi lainnya di dalam sistem perekonomian
indonesia. Dalam UU No. 25/1992 tentang pokok- pokok perkoperasian, koperasi indonesia
mempunyai landasan sebagai berikut.
a. Landasan idiil, sesuai dengan bab II UU No. 25/1992, landasan idiil koperasi indonesia
ialah Pancasila,
b. Landasan struktural,ialah Undang-Undang Dasar 1945
2. Asas Koperasi. Berdasarkan pasal 2 UU No. 25/1992, ditetapkan sebagai asas koperasi
ialah kekeluargaan.
3. Tujuan Koperasi. Tujuan koperasi dapat ditemukan dalam pasal 3 UU No. 25/1992,
yang berbunyi: “Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka
mewujudkan masyarakat yang maju,adil,danmakmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945
D. Prinsip Koperasi di Indonesia
Dalam Bab III, bagian Kedua, Pasal (5) UU No 25 tahun 1992 diuraikan bahwa: 1.
Koperasi melaksanakan prinsip koperasi sebagai berikut :
a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka;
b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis;

7
c. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa
usaha masing- masing anggota;
d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal;
e. Kemandirian;
2. Dalam mengembangkan koperasi, maka Koperasi melaksanakan pula prinsip koperasi
sebagai berikut :
1. Pendidikan Perkoperasian
2. Kerja sama antar koperasi
Dalam Penjelasan dari Pasal (5) UU No. 25 Tahun 1992 tersebut, diuraikan bahwa
prinsip koperasi adalah merupakan satu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan
berkoperasi. Dengan melaksanakan keseluruhan prinsip tersebut, koperasi mewujudkan dirinya
sebagai badan usaha sekaligus sebagai gerakkan ekonomi rakyat yang berwatak sosial. Prinsip
koperasi ini merupakan esensi dari dasar kerja koperasi sebagai badan usaha dan merupakan ciri
khas serta jati diri koperasi. Dengan adanya prinsip tersebut, koperasi dapat dibedakan dari
badan usaha lainnya, karena adanya:
a. Sifat kesukarelaan dalam keanggotaan koperasi.
Sifat ini mengandung arti bahwa menjadi anggota koperasi tidak boleh dipaksakan oleh
siapapun, sifat kesuka relaan ini juga mengandung arti bahwa seorang anggota dapat
mengundurkan diri dari koperasi sesuai dengan syarat yang ditentukan dalam Anggaran
Dasar Koperasi.
b. Adanya prinsip demokrasi.
Prinsip ini menunjukkan bahwa pengelolaan koperasi dilakukan atas kehendak keputusan
para anggotanya. Kalau dikaji secara mendalam, prinsip atau asa koperasi tersebut merupakan
penerimaan dari rumusan prinsip-prinsip seperti dirumuskan oleh International Cooperative
Alliance (I.C.A) ata aliansi koperasi internasional.
c. Pembagian sisa hasil usaha berdasar atas prinsip keadilan dan asas kekeluargaan.
Sisa hasil usaha koperasi tidak dibagi semata-mata atas dasar modal yang dimiliki
anggota dalam koperasi, tetapi juga atas dasar perimbangan jasa usaha mereka terhadap koperasi.
d. Koperasi bukan merupakan akumulasi modal.

8
Meskipun koperasi bukan merupakan suatu akumulasi modal, tetapi koperasi
memerlukan modal pula untuk menjalankan kegiata usahanya.
e. Prinsip Kemandirian dari koperasi.
Ini mengandung arti bahwa koperasi harus dapat berdiri sendiri, tanpa bergantung kepada
pihak lain yang dilandasi oleh kepercayaan kepada pertimbangan, keputusan, kemampuan dan
usaha sendiri.
f. Selain lima prinsip tersebut, dalam pengembangan dirinya koperasi juga melaksanakan
prinsip-prinsip pendidikan perkoperasian dan bekerja sama dengan antar koperasi
Penggolongan Koperasi
1. Berdasarkan Bidang Usaha
a. Koperasi Konsumsi:
Koperasi konsumsi adalah koperasi yang berusaha dalam bidang penyediaan
barang-barang konsumsi yang dibutuhkan oleh para anggotanya.
b. Koperasi Produksi:
Koperasi produksi adalah Koperasi yang kegiatan utamanya melakukan pemrosesan baku
menjadi barang jadi atau barang setengah jadi.
c. Koperasi Pemasaran: Koperasi pemasaran adalah Koperasi yang dibentuk terutama
untuk membantu para anggotanya dalam memasarkan barang-barang yang mereka hasilkan.
d. Koperasi Kredit;
Koperasi kredit atau Koperasi simpan-pinjam adalah Koperasi yang bergerak dalam
bidang pemupukan simpanan dari para anggotanya, untuk kemudian dipinjamkan kembali
kepada para anggotanya yang memerlukan bantuan modal.
2. Berdasarkan Jenis Komoditi
a. Koperasi Pertambangan; Koperasi pertambangan adalah Koperasi yang melakukan
usaha dengan menggali atau sumber-sumber alam secara langsung tanpa atau dengan sedikit
mengubah bantuk dan sifat sumber-sumber alam tersebut.
b. Koperasi Pertanian dan Peternakan;
Koperasi pertanian adalah Koperasi yang melakukan usaha sehubungan dengan komoditi
pertanian tertentu. Kegiatan yang dilakukan oleh Koperasi pertanian biasanya meliputi hal-hal
sebagai berikut :

9
1. mengusahakan bibit, semprotan dan peralatan pertanian
2. mengolah hasil pertanian
3. memasarkan hasil atau hasil olahan komoditi pertanian
4. menyediakan modal bagi para petani
5. mengembangkan keterampilan tertentu
c. Koperasi Industri dan Kerajinan;
Koperasi industri atau kerajinan adalah jenis Koperasi yang melakukan usahanya dalam
bidang usaha industri atau kerajinan tertentu
d. Koperasi Jasa-jasa; Koperasi jasa-jasa hampir sama dengan Koperasi industri. Bedanya
adalah bahwa Koperasi jasa merupakan Koperasi yang mengkhususkan usahanya dalam
memproduksi dan memasarkan kegiatan jasa tertentu
3. Berdasarkan Jenis Anggota
a. Koperasi Karyawan (Kopkar)
b. Koperasi Pedagang Besar (Koppas)
c. Koperasi Angkatan Darat (Primkopad)
d. Koperasi Mahasiswa (Kopma)
e. Koperasi Pondok Pesantren (Koppontren)
f. Koperasi Peranserta Wanita (Koperwan)
g. Koperasi Pramuka (Kopram)
4. Berdasarkan Daerah Kerja
a. Koperasi Primer; Koperasi primer adalah Koperasi yang beranggotakan orang-orang
yang biasanya didirikan pada lingkup kesatuan wilayah terkecil tertentu.
b. Koperasi Sekunder; Koperasi sekunder atau Pusat Koperasi adalah Koperasi yang
beranggotakan Koperasi-koperasi Primer, yang biasanya didirikan sebagai pemusatan dari
beberapa Koperasi Primer dalam suatu lingkup wilayah tertentu
c. Koperasi Tertier; Koperasi tertier atau Induk Koperasi adalah Koperasi yang
beranggotakan Koperasi-koperasi sekunder, yang berkedudukan di ibukota negara. Fungsi
Koperasi tertier biasanya sebagai ujung tombak Koperasi-koperasi primer yang menjadi
anggotanya, dalam berhubungan dengan lembaga-lembaga nasional yang terkait dengan
pembinaan Gerakan Koperasi.

10
Pertumbuhan dan perkembangan koperasi

Perkembangan Peraturan Hukum Koperasi Syariah di Indonesia


Membicarakan sejarah koperasi di Indonesia tentunya kita tidak bisa lepaskan dari sejarah
koperasi konvensioanal, karena lahirnya koperasi di Indonesia dilatarbelakangi oleh
permasalahan yang sama yaitu menentang individualisme dan kapitalisme secara fundamental.
Memasuki orde reformasi peran koperasi sangat jelas terutama saat krisis ekonomi berlangsung.
Wacana ekonomi kerakyatan kembali tampil kepermukaan, bahkan koperasi syariah semakin
tumbuh berkembang seiring dengan industri keuangan yang berbasis syariah.
Secara historis, model koperasi yang berbasis nilai Islam di Indonesia telah diprakarsai
oleh paguyuban dagang yang dikenal dengan SDI (Sarikat Dagang Islam) oleh Haji Samanhudi
di Solo Jawa Tengah yang menghimpun para anggotanya dari pedagang batik yang beragama
Islam. Pasca reformasi semangat ekonom syariah dan koperasi syariah muncul kembali di negeri
ini. Menurut data kementrian koperasi dan usaha kecil menengah saat ini ada 3020 koperasi
syariah di Indonesia yang bergerak di erbagai macam kelembagaannya. Kelahiran koperasi
syariah di Indonesia yang bergerak di berbagai macam kelembagaannya. Kelahiran koperasi
syariah di Indonesia dilandasi oleh keputusan menteri (Kepmen) Koperasi dan UKM Republik
Indonesia Nomor 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tanggal 10 September 2004 Tentang
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah. Namun,
landasan hukum koperasi syariah di Indonesia sebenarnya tidak hanya mengacu pada keputusan
menteri tersebut, karena secara yuridis berbagai peraturan hukum digunakan oleh koperasi
syariah sebagai landasan kelembagaan maupun operasionalisasi kelembangaan.
Untuk membahas lebih lanjut mengenai perkembangan peraturan hukum koperasi syariah
dari masa ke masa, maka akan dibagi dalam beberapa pereode, antara lain: pereode pra kelahiran
Undang- undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian; pereode
berlakunya Undang undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
dan; pereode pasca Undang undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian.
1. Pra kelahiran UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
Ada berbagai rujukan yang dijadikan sebagai landasan hukum koperasi syariah pada
pereode ini, antara lain:

11
a. Verordening op de Cooperatieve Verenigingen (Stbl. Nomor 431 Tahun 1915)
Merupakan regulasi pertama yang berlaku bagi semua golongan penduduk (Pasal 131 IS) yang
ada di Indonesia. Peraturan ini timbul atas adanya kekosongan hukum akan pengaturan koperasi
padahal telah berdiri berbagai bentuk badan hukum koperasi seperti koperasi E Sieburg, gerakan
Budi Utomo, dan Serikat Islam. Definisi Koperasi pada Regulasi ini adalah, perkumpulan orang-
orang dimana orang-orang tersebut diperbolehkan untuk keluar masuk sebagai anggota, yang
bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran anggotanya, dengan cara bersama-sama
menyelenggarakan suatu system penghidupan atau pekerjaan, atau secara bersama-sama atau
secara bersama-sama menyediakan alat perlengkapan atau bahan-bahan. Dengan menggunakan
asas konkordansi, maka ketentuan yang ada di Belanda dapat dikatakan sama seperti yang
tertuang pada Verordening op de Cooperatieve Verenigingen. Sistem yang diberlakukan di
Belanda ternyata malah menyusahkan penduduk golongan III yakni Pribumi. Mereka dalam
mendirikan badan usaha koperasi harus memiliki prasyarat mulai dari Akta Notaris, akta
pendirian berbahasa Belanda, materai, hingga pengumuman di surat kabar Javasche
Courant. Biaya yang dikeluarkan oleh pelaku usaha yang ingin membuat koperasi pada saat itu
sangatlah besar, sehingga Verordening op de Cooperatieve Verenigingen dirasa tidak
memberikan manfaat dan ditentang oleh kaum pergerakan nasional.
b. Regeling Inlandsche Cooperatieve Verenigingen (Stbl Nomor. 91Tahun 1927).
Pada saat politik balas budi Belanda baru saja didengungkan, perjuangan para nasionalis
berhasil Akhirnya, penerapannya Verordening op de Cooperatieve Verenigingen diperuntukan
bagi penduduk golongan I ( Eropa) dan golongan II (Timur Asing), sedangkan Regeling
Inlandsche Cooperatieve Verenigingen hanya untuk golongan III ( Pribumi) saja. Peraturan
Koperasi ini tunduk pada Hukum Adat dan bukan pada BW( Hukum Perdata Belanada). Desakan
liberalistik dari pasar tanah air atas bentukan Belanda pada saat itu membuat kemudahan demi
kemudahan yang ditawarkan oleh Regeling Inlandsche Cooperatieve Verenigingen tidak berarti
dan masih saja membuat koperasi di Indonesia sulit berkembang. Hal ini terbukti, dari 172 yang
tercatat dan 1540 kopersi tidak tercatat makin hari jumlahnya makin menurun karena tidak puas
dengan hasil yang dicapai kopersi.
c. Algemene Regeling op de Cooperatieve Verenigingen (Stb Nomor . 108 Tahun 1933)
Algemene Regeling op de Cooperatieve Verenigingen, merupakan perubahan dari Verordening

12
op de Cooperatieve Verenigingen yang berlaku bagi penduduk golongan I, II dan III, namun di
sisi lain Regeling Inlandsche Cooperatieve Verenigingen masih diberlakukan untuk Gol.
III(pribumi). Pada masa ini, Departemen Ekonomi atas anjuran dari Jawatan Koperasi
mendirikan gabungan dari pusat-pusat koperasi di Hindia Belanda yang dinamakan Moeder
Centrale. Sedangkan usaha menyuntikan dana segar sebesar f-25.000.000 untuk koperasi,
menjadi gagal dengan keluarnya Ordonantie op Inlandsche Maatshapji op Aandeelen yang
memudahkan pelaku usaha berkembang dengan menggunakan Maskapai Andil dan bukan
Koperasi yang dicanangkan pada saat adanya Algemene Regeling op de Cooperatieve
Verenigingen.
d. Regeling Cooperatieve Verenigingen (Stb. Nomor 179 Tahun 1949).
Regulasi yang pertama kali dicetuskan sejak kemerdekaan Indonesia ini, muncul karena
adanya krisis yang berkepanjangan mulai dari agresi militer Belanda, hingga pemberontakan
PKI. Regulasi ini mengubah definisi koperasi dengan menambahkan unsur syarat pendiriannya.
Pada saat regulasi ini berlaku, banyak hal yang terjadi mulai dengan adanya Kongres Pertama
Koperasi seluruh
Indonesia. Hingga ahirnya pembekuan oleh Menteri Kehakiman atas Algemene Regeling op de
Cooperatieve Verenigingen.
e. Undang-Undang Nomor 79 Tahun 1958 Tentang Perkumpulan Koperasi.
Undang undang ini dibuat dengan sangat tergesa-gesa, sehingga tidak membawa banyak
perubahan bagi eksistensi kelembagaan koperasi. UU ini, mencabut peraturan perundangan
sebelumnya tentang koperasi, yang dibuat oleh pemerintah Belanda dan memodifikai prinsip
dengan menyerap prinsip koperasi Rochdale. Definisi Koperasi dalam UU ini adalah, sebuah
perkumpulan
yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum yang tidak merupakan konsentrasi
modal dengan berasaskan kekeluargaan, bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggotanya,
mendidik anggotanya, berdasarkan kesukarelaan. Istilah saham yang biasa dikenal di Perseroan
Terbatas.
f. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 1959 tentang
Perkembangan Gerakan Koperasi.

13
Peraturan Pemerintah ini, masih mengacu pada norma peraturan perundang-undangan di
atasnya yakni Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 79 tahun 1958 Tentang Perkumpulan
Koperasi. Peraturan Pemerintah ini menyodorkan konsep pengaturan lebih lanjut mengenai
tujuan koprasi atas dorongan, bimbingan, perlindungan serta
pengawasan gerakan koprasi yang lebih terjamin secara serentak, tepat guna, berencana, dan
terpimpin. Peralihan sistem demokrasi menjadi demokrasi terpimpin, menyebabkan koprasi juga
harus menyesuaikan dengan menjabarkan peranan koperasi untuk menyelenggarakan kegiatan
ekonomi, meningkatkan taraf hidup, serta membina dan mengembangkan swadaya dan daya
kreatif rakyat sebagai perwujudan masyarakat gotong royong.
g. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 2 dan 3 Tahun 1960.
Sebagai peraturan pelaksana dari Peraturan Pemerintah, maka dibentuk Badan Penggerak
Koperasi sebagai wadah tunggal kerjasama antar jawatan koperasi dan masyarakat. Campur
tangan pemerintah yang terlalu dalam terhadap perkembangan kelembagaan koperasi. berakibat
pada rusaknya mentalitas idiil oprasi dengan suburnya praktek mencari keuntungan dengan
menjual barang- barang karena adanya kemudahan merendahkan harga kebutuhan pokok jika
dijual oleh koprasi. Pada saat ini, pendidikan kopersi meningkat secara pesat, dengan
memasukkan mataeri Koperasi sebagai mata ajar dalam setiap jenjang pendidikan. Ketentuan
Ipres ternyata melanggar ini Pasal 27 ayat (1), dan (2) UUD NRI Tahun 1945, dengan adanya
pemecatan atas pegawai yang tidak bisa mengikuti garis-garis besar perkoperasian dan akibat
lebih lanjut adalah Muhammad Hatta mengundurkan diri dari Wakil Presiden RI dan koperasi
kehilangan tokohnya yang duduk di Pemerintahan.
h. UU Nomor 14 tahun 1965 Tentang Pokok-pokok Perkoperasian.
Undang- undang ini sebagai pengejahwantahan prinsip Nasakom yang mengebiri prinsip
koperasi di Indonesia. Koperasi didefinisikan sebagai organisasiekonomi dan Alat Revolusi yang
berfungsi sebagai tempat persemaian insanmasyarakat serta wahana menuju sosialisme Indonesia
beradasarkan Pancasila. Dengan disyahkannya UU ini pada saat Musyawarah Nasional Koperasi,
memperlihatkan sensasinya kepada dunia dengan keluarnya Indonesia dalam keanggotaan
International Coperative Allliace (ICA).
i. Undang-Undang RI Nomor 12 tahun 1967 Tentang Pokok-pokok Perkoperasian.
Undang-undang racikan pemerintahan Orde Baru ini, mendapatkan tanggapan positif dari semua

14
perkumpulan koperasi karena kembalinya hakikat koperasi itu sendiri. Undang undang yang
memurnikan asas koperasi yang sejati dan menyingkirkan depolitisasi koperasi ini secara tegas
mencabut Undang undang RI Nomor 14 tahun 1965 tentang perkoperasian. Hubungan baik yang
sempat terputus dengan ICA kembali diperbaiki. Koperasi didefinisikan sebagai organisasi-
organisasi rakyat yang berwatakkan sosial, beranggotakan orang-orang, atau badan-badan hukum
koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas
kekeluargaan. UU ini merupakan aturan pertama yang menjadikan koperasi sebagai badan
hukum.
2. Masa berlakunya UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
UU ini lahir karena adanya ketidakjelasan aturan terkait dengan jati diri, tujuan,
kedudukan, peran, manajemen, keusahaan, permodalan, serta pembinaan koperasi untuk lebih
menjamin terwujudnya kehidupan koperasi sebagaimana diamanatkan UUD 1945. Pengaturan
koperasi sebagai badan hukum semakin jelas pada definisi koperasi menurut Undang undang ini
yaitu, badan hukum yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi serta berdasar pada asas kekeluargaan.
Berlakunya UU tentang Perkoperasian ternyata belum memberikan angin segar bagi
keberadaan Koperasi Syariah, karena dalam Undang-undang ini tidak menyebutkan secara
eksplisit maupun implisit tentang keberadaan koperasi syariah. Oleh karena itu, dasar hukum
yang digunakan oleh koperasi syariah masa ini, mengacu pada berbagai aturan perundangan
yang beragam. Menurut Kelik Wardoyo, beragamnya regulasi tentang koperasi syariah tersebut
disebabkan karena, belum adanya aturan lengkap, jelas dan rinci setara Undang-undang
khusus yang mengatur tentang Koperasi Syariah, sehingga untuk mengatasi kekosongan hukum
di bidang koperasi berbasis syariah yang sebagian besar merupakan hasil konversi dari BMT,
banyak dibuat regulasi setingkat dengan Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri. Beberapa
Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri terkait, yang mengatur tentang landasan hukum
Koperasi syariah saat ini, antara lain: Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 9 Tahun
1995, Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi; Keputusan Menteri
Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor : 323/BH/KWK-
12/V/1999, Tanggal 24 Mei 1999; Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM Republik
Indonesia Nomor 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tanggal 10 September 2004 Tentang Petunjuk

15
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah; Peraturan Menteri Negara
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah RI No:35.2/PER/M.KUKM/X/2007 tentang Pedoman
Standar Operasional
Manajemen Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah; Peraturan
Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor :
35.3/Per/M.Kukm/X/2007 Tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Jasa Keuangan
Syariah Dan Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi; Peraturan Menteri Negara Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah RI Nomor: 06/Per/M.KUKMI /I/2007 Tentang Petunjuk Teknis
Program Pembiayaan Produktif Koperasi Dan Usaha Mikro (P3KUM) Pola Syariah dan;
Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor 19 Tahun 2008, Tentang Pedoman
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam. Landasan hukum lain yang juga dijadikan sebagai
rujukan Koperasi syariah, misalnya: Pasal 1320 KUH Perdata tentang Syarat sah perjanjian;
Pasal 1243 KUH Perdata tentang penggantian biaya, kerugian dan bunga karena tak
dipenuhinya suatu perikatan; Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Peradilan Agama
terkait dengan Penyelesaian sengketa Fatwa Dewan Syari'ah Nasional Nomor: 02/DSNMUI/
IV/2000 Tentang Tabungan (ZD∑GLDK); Fatwa Dewan Syari'ah Nasional Majelis Ulama
Indonesia Nomor: 03/DSN-MUI/IV/2000, tentang Deposito; Fatwa Dewan Syari'ah Nasional
Majelis Ulama Indonesia No: 04/DSN-MUI/IV/2000; Fatwa Dewan Syari'ah Nasional No:
08/DSNMUI/ IV/2000 Tentang Pembiayaan Musyarakah dan peraturan- peraturan lainnya yang
terkait dan Undang undang RI Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah.
3. Periode pasca UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
Masa ini ditandai dengan lahirnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2012 sebagai pengganti undang undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian. Namun,
Undang- undang Perkoperasian yang baru ini, ternyata tidak secara jelas dan tegas memuat
tentang norma hukum Koperasi Syariah. Pasal 87 ayat (3) dan (4) adalah satu-satunya pasal yang
bisa dijadikan sebagai rujukan bagi keberadaan Koperasi Syariah. Pasal 87 ayat (3) berbunyi: .
dan ayat (4), Ketentuan mengenai Koperasi berdasarkan prinsip ekonomi syariah sebagaimana
Pasal 87 ayat (3) dan (4) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian
tersebut, justeru semakin mempertegas bahwa kelembagaan Koperasi syariah di satu sisi diakui

16
sebagai bagian dari kerangka sistem Koperasi Nasional, namun di sisi lain adanya keengganan
dari pembuat Undang undang untuk secara tegas mengatur tentang kelembagaan ini. Oleh karena
itu, meskipun sudah ada Undang-Undang Perkoperasian yang baru, tetap saja regulasi koperasi
syariah mengacu pada aturan yang beragam, bahkan regulasi yang dibuat hanya pada tataran
peraturan pemerintah dan peraturan menteri terkait.
Pasal 87 ayat (3) dan (4) sebagai satu-satunya pasal yang bisa dijadikan sebagai landasan
bagi keberadaan Koperasi Syariah, juga mengamanahkan ketentuan mengenai Koperasi
berdasarkan prinsip ekonomi syariah diatur dengan Peraturan Pemerintah. Secara yuridis, hal ini
berimplikasi pada lahirnya beberapa aturan hukum di bawah Undang-undang, baik yang
berbentuk Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri, Keputusan Pemerintah maupun Keputusan
Menteri yang tentunya antara satu dan lainya bisa terjadi konflik norma, bahkan
bisa juga terjadi insingkronisasi dan disharmonisasi antar norma yang setingkat di bawah
undang-undang. Di sisi lain, aturan hukum yang tidak jelas dan tegas, bertentangan dengan
prinsip kepastian hukum, yang ada akhirnya juga berdampak pada kekhawatir dan keselamatan
pelaku-pelaku ekonomi, terkait dengan hubungan hukum para pihak, karena aturan hukum tidak
konsisten (Rajagukguk, 2012).
Aturan hukum yang tidak jelas, tegas dan tidak berkepastian hukum, juga berimplikasi
terhadap lemahnya kelembagaan koperasi syariah. Secara empiris, lemahnya kelembagaan
koperasi syariah ditunjukan oleh realitas sebagai berikut:
1) kuantitas Koperasi Syariah, tidak diiringi dengan kualitas pelayaan terhadap anggota;
2) Rapat Anggota Koperasi tidak berfungsi dan hanya bersifat formalitas;
3) kurang berfungsinya Dewan Pengawas Syariah di tingkat lokal;
4) stuktur organisasi dan pembagian wewenang yang tidak jelas;
5) lemahnya kerjasama antara koperasi syariah dengan lembaga non koperasi;
6) rendahnya Sumber Daya Manusia.

Berdasarkan pemaparan di atas, bisa dikemukakan bahwa belum ada peraturan hukum
yang secara khusus, mengatur mengenai koperasi syariah. Landasan yuridis koperasi syariah
masih tersebar dalam berbagai peraturan perundang- undangan, sehingga kelembangaan koperasi
sebagai lembaga ekonomi rakyat yang berbasis syariah belum mempunyai landasan hukum yang

17
jelas dan tegas sehingga belum ada jaminan kepastian hukum baik secara kelembagaan maupun
hubungan antar anggota koperasi..
Kedudukan Hukum Koperasi Syariah dalam Sistem Perkoperasian di Indonesia
Berbincang mengenai sistem Perkoperasian di Indonesia, tidak lepas dari sistem ekonomi
Nasional yang berbasis pada pasal 33 Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Pasal 33 Ayat 1 Undang-Undang Dasar Perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasar atas azas landasan bagi demokrasi ekonomi yang secara riil diwujudkan melalui
kelembagaan koperasi yang dalam hal ini adalah koperasi syariah. Oleh karena itu, Koperasi
syariah merupakan bagian dalam sistem koperasi Nasional, sebagai sebuah lembaga ekonomi
kerakyatan berbasis syariah dan tentunya juga harus berprinsip pada demokrasi ekonomi
sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 33 Undang-undang dasar Negara RI Tahun 1945.
Kedudukan hukum koperasi syariah dalam sistem koperasi nasioanal, terlihat dalam Pasal
87 ayat (3) dan (4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 sebagai
pengganti undang undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian.yang berbunyi:
Ketentuan mengenai Koperasi berdasarkan prinsip ekonomi syariah Meskipun pasal tersebut
merupakan satu satunya pasal yang memuat tentang keberadaan koperasi syariah, namun hal
tersebut merupakan niat baik pemerintah untuk mengakui secara foemal dan mennjadikan
lembaga ini sebagai bagian dari sistem koperasi nasional. Niat baik pemerintah untuk
menjadikan lembaga ini sebagai lembaga ekonomi nasioanal yang bersifat formal, juga
ditunjukan oleh berbagai Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri terkait yang mengatur
kelembagaan ini. Sebagai bagian dari koperasi nasional, koperasi syariah secara efektif bias
meningkatkan dan mempertinggi kualitas kehidupan umat dan memperkokoh perekonomian
rakyat sebagai dasar kekuatan ketahanan ekonomi nasional dan koperasi sebagai soko gurunya,
serta berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan
usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Fungsi tersebut
secara rinci bisa dijabarkan bahwa, koperasi syariah bisa dijadikan sebagai kekuatan ekonomi
yang efektif sehingga menjadi aset nasional yang mampu menyumbangkan pertumbuhan
ekonomi disatu pihak, serta menjadi alat demokrasi ekonomi dipihak lain. Koperasi Syariah
merupakan sarana pengembangan usaha terutama bagi pemodal kecil. Kegiatan yang dilakukan
oleh koperasi syariah merupakan perjanjian yang dibentuk atas dasar kerelaan, dan merupakan

18
perwujudah dari nilai-nilai kebersamaan antar anggota dan hal ini juga dapat dilihat pada asas
kekeluargaan sebagai prinsip dasar koperasi yang diatur oleh Undang undang Perkoperasian.
Oleh karena itu, sebagai bagian dari koperasi nasional, meskipun koperasi syariah belum
memiliki kekuatan hukum, karena belum ada peraturan perundang- undangan yang mengaturnya.
Artinya, ketentuan khusus sederajat Undang undang mengenai kedudukan hukum koperasi
syariah belum ada, namun telah dibuat berbagai peraturan yang setingkat dengan peraturan
pelaksaan dari Undang-Undang, yang memberikan pengakuan koperasi syariah sebagai bagian
dari sistem koperasi nasional. Pemerintah juga telah memberi perhatian pada perkembangan
koperasi syariah dengan adanya dana yang diperhitungkan untuk membiayai operasional
koperasi syariah. Kementrian Koperasi juga menyediakan dana bergulir sebesar 15 miliar untuk
membaiayai koperasi syariah, yang dieruntukan bagi 300 koperasi syariah di 26 provinsi di
Indonesia

V. Pertumbuhan eko8nomi koperasi di Indonesia


Koperasi merupakan lembaga ekonomi yang cocok diterapkan di Indonesia. Karena sifat
masyarakatnya yang kekeluargaan dan kegotong-royongan, sifat inilah yang sesuai dengan azas
koperasi saat ini. Sejak lama bangsa Indonesia telah mengenal kekeluargaan dan
kegotongroyongan yang dipraktekkan oleh nenek moyang bangsa Indonesia. Kebiasaan
yang bersifat nonprofit ini, merupakan input untuk Pasal 33 ayat 1 UUD 1945 yang dijadikan
dasar/pedoman pelaksanaan Koperasi. Kebiasaan-kebiasaan nenek moyang yang turun-temurun
itu dapat dijumpai di berbagai daerah di Indonesia di antaranya adalah Arisan untuk daerah Jawa
Tengah dan Jawa Timur, paketan, mitra cai dan ruing mungpulung daerah Jawa Barat, Mapalus
di daerah Sulawesi Utara, kerja sama pengairan yang terkenal dengan Subak untuk daerah Bali,
dan Julo-julo untuk daerah Sumatra Barat merupakan sifat-sifat hubungan sosial, nonprofit dan
menunjukkan usaha atau kegiatan atas dasar kadar kesadaran berpribadi dan kekeluargaan.

Bentuk-bentuk ini yang lebih bersifat kekeluargaan, kegotongroyongan, hubungan social,


nonprofit dan kerjasama disebut Pra Koperasi. Pelaksanaan yang bersifat pra-koperasi terutama
di pedesaan masih dijumpai, meskipun arus globlisasi terus merambat kepedesaan. Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi pada pertengahan abad ke-18 telah mengubah wajah dunia.
Berbagai penemuan di bidang teknologi ( revolusi industri ) melahirkan tata dunia ekonomi baru.
19
Tatanan dunia ekonomi menjadi terpusat pada keuntungan perseorangan, yaitu kaum pemilik
modal (kapitalisme). Kaum kapitalis atau pemilik modal memanfaatkan penemuan baru
tersebutdengan sebaik-baiknya untuk memperkaya dirinya dan memperkuat kedudukan
ekonominya. Hasrat serakah ini melahirkan persaingan bebas yang tidak terbatas.

Sistem ekonomi kapitalis / liberal memberikan keuntungan yang sebesar-besarnya kepada


pemilik modal dan melahirkan kemelaratan dan kemiskinan bagi masyarakat ekonomi lemah
Dalam kemiskinan dan kemelaratan ini, muncul kesadaran masyarakat untuk memperbaiki
nasibnya sendiri dengan mendirikan koperasi. Pada tahun 1844 lahirlah koperasi pertama di
Inggris yang terkenal dengan nama Koperasi Rochdale di bawah pimpinan Charles Howart. Di
Jerman, Frederich Willhelm Raiffeisen dan Hermann Schulze memelopori Koperasi Simpan
Pinjam. Di Perancis, muncul tokoh-tokoh kperasi seperti Charles Fourier, Louis Blance, dan
Ferdinand Lassalle. Demikian pula di Denmark. Denmark menjadi Negara yang paling berhasil
di dunia dalam mengembangkan ekonominya melalui koperasi.

Kemajuan industri di Eropa akhirnya meluas ke Negara-negara lain, termasuk Indonesia.


Bangsa Eropa mulai mengembangkan sayap untuk memasarkan hasil industri sekaligus mencari
bahan mentah untuk industri mereka. Pada permulaannya kedatangan mereka murni untuk
berdagang. Nafsu serakah kaum kapitalis ini akhirnya berubah menjadi bentuk penjajahan
yang memelaratkan masyarakat. Bangsa Indonesia, misalnya dijajah oleh Belanda selama 3,5
abad dan setelah itu dijajah Jepang selama 3,5 tahun. Selama penjajahan, bangsa Indonesia
berada dalam kemelaratan dan kesengsaraan.

Penjajah melakukan penindasan terhadap rakyat dan mengeruk hasil yang sebanyak-
banyaknya dari kekayaan alam Indonesia. Penjajahan menjadikan perekonomian Indonesia
terbelakang. Masyarakat diperbodoh sehingga dengan mudah menjadi mangsa penipuan dan
pemerasan kaum lintah darat, tengkulak, dan tukang ijon. Koperasi memang lahir dari
penderitaan sebagai mana terjadi di Eropa pertengahan abad ke-18. Di Indonesia pun
koperasi ini lahir sebagai usaha memperbaiki ekonomi masyarakat yang ditindas oleh penjajah
pada masa itu.

20
Untuk mengetahui perkembangan koperasi di Indonesia, sejarah perkembangan koperasi
Indonesia secara garis besar dapat dibagi dalam “ dua masa ”, yaitu masa penjajahan dan masa
kemerdekaan. Koperasi di Indonesia sebelum merdeka Pada zaman penjajahan banyak rakyat
Indonesia yang hidup menderita, tertindas, dan terlilit hutang dengan para rentenir. Beberapa
tahap penting mengenai perkembangan koperasi di Indonesia : Karena hal tersebut pada tahun
1896, patih purwokerto yang bernama R. Aria Wiriaatmadja mendirikan koperasi kredit untuk
membantu para rakyat yang terlilit hutang.

Lalu pada tahun 1908, perkumpulan Budi Utomo memperbaiki kesejahteraan rakyat
melalui koperasi dan pendidikan dengan mendirikan koperasi rumah tangga, yang dipelopori
oleh Dr.Sutomo dan Gunawan Mangunkusumo. Setelah Budi Utomo sekitar tahun 1911, Serikat
Dagang Islam (SDI) dipimpin oleh H.Samanhudi dan H.O.S Cokroaminoto mempropagandakan
cita-cita toko koperasi (sejenis waserda KUD), hal tersebut bertujuan untuk mengimbangi dan
menentang politik pemerintah kolonial belanda yang banyak memberikan fasilitas dan
menguntungkan para pedagang asing. namun pelaksanaan baik koperasi yang dibentuk oleh Budi
Utomo maupun SDI tidak dapat berkembang dan mengalami kegagalan, hal ini karena lemahnya
pengetahuan perkoperasian, pengalaman berusaha, kejujuran dan kurangnya penelitian tentang
bentuk koperasi yang cocok diterapkan di Indonesia.

Upaya pemerintah kolonial belanda untuk memecah belah persatuan dan kesatuan rakyat
Indonesia ternyata tidak sebatas pada bidang politik saja, tapi kesemua bidang termasuk
perkoperasian. Hal ini terbukti dengan adanya undang-undang koperasi pada tahun 1915, yang
disebut “Verordening op de Cooperative Vereenigingen” yakni undang-undang tentang
perkumpulan koperasi yang berlaku untuk segala bangsa, jadi bukan khusus untuk Indonesia
saja. Undang-undang koperasi tersebut sama dengan undang-undang koperasi di Nederland pada
tahun 1876 (kemudian diubah pada tahun 1925), dengan perubahan ini maka peraturan koperasi
di indonesia juga diubah menjadi peraturan koperasi tahun 1933 LN no.108. Di samping itu pada
tahun 1927 di Indonesia juga mengeluarkan undang-undang no.23 tentang peraturan-peraturan
koperasi, namun pemerintah belanda tidak mencabut undang-undang tersebut, sehingga terjadi
dualisme dalam bidang pembinaan perkoperasian di Indonesia.

21
Meskipun kondisi undang-undang di Indonesia demikian, pergerakan dan upaya bangsa
indonesia untuk melepaskan diri dari kesulitan ekonomi tidak pernah berhenti, pada tahun 1929,
Partai Nasionalis Indonesia (PNI) di bawah pimpinan Ir.Soekarno mengobarkan semangat
berkoperasi kepada kalangan pemuda. Pada periode ini sudah terdaftar 43 koperasi di Indonesia.
Pada tahun 1930, dibentuk bagian urusan koperasi pada kementrian Dalam Negeri di mana
tokoh yang terkenal masa itu adalah R.M.Margono Djojohadikusumo. Lalu pada tahun 1939,
dibentuk Jawatan Koperasi dan Perdagangan dalam negeri oleh pemerintah. Dan pada tahun
1940, di Indonesia sudah ada sekitar 656 koperasi, sebanyak 574 koperasi merupakan koperasi
kredit yang bergerak di pedesaan maupun di perkotaan.

Setelah itu pada tahun 1942, pada masa kedudukan jepang keadaan perkoperasian di
Indonesia mengalami kerugian yang besar bagi pertumbuhan koperasi di Indonesia, hal ini
disebabkan pemerintah jepang mencabut undang-undang no.23 dan menggantikannya dengan
kumini (koperasi model jepang) yang hanya merupakan alat mereka untuk mengumpulkan hasil
bumi dan barang-barang kebutuhan jepang. Koperasi di Indonesia setelah merdeka Keinginan
dan semangat untuk berkoperasi yang hancur akibat politik pada masa kolonial belanda dan
dilanjutkan oleh sistem kumini pada zaman penjajahan jepang, lambat laun setelah Indonesia
merdeka kembali menghangat. Apalagi dengan adanya Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia tahun 1945, pada pasal 33 yang menetapkan koperasi sebagai soko guru perekonomian
Indonesia, maka kedudukan hukum koperasi di Indonesia benar-benar menjadi lebih mantap.
Dan sejak saat itu Moh.Hatta sebagai wakil presiden Republik Indonesia lebih intensif
mempertebal kesadaran untuk berkoperasi bagi bangsa Indonesia, serta memberikan banyak
bimbingan dan motivasi kepada gerakan koperasi agar meningkatkan cara usaha dan cara kerja,
atas jasa-jasa beliaulah maka Moh.Hatta diangkat sebagai Bapak Koperasi Indonesia.
Beberapa kejadian penting yang mempengaruhi perkembangan koperasi di Indonesia :
1. Pada tanggal 12 Juli 1947, dibentuk SOKRI (Sentral Organisasi Koperasi Rakyat
Indonesia) dalam Kongres Koperasi Indonesia I di Tasikmalaya, sekaligus ditetapkannya sebagai
Hari Koperasi Indonesia.
2. Pada tahun 1960 dengan Inpres no.2, koperasi ditugaskan sebagai badan penggerak
yang menyalurkan bahan pokok bagi rakyat. Dengan inpres no.3, pendidikan koperasi di
Indonesia ditingkatkan baik secara resmi di sekolah-sekolah, maupun dengan cara informal
22
melalui siaran media masa,dll yang dapat memberikan informasi serta menumbuhkan semangat
berkoperasi bagi rakyat.
3. Lalu pada tahun 1961, dibentuk Kesatuan Organisasi Koperasi Seluruh Indonesia
(KOKSI).
4. Pada tanggal 2-10 Agustus 1965, diadakan (Musyawarah Nasional Koperasi)
MUNASKOP II yang mengesahkan Undang-Undang koperasi no.14 tahun 1965 di Jakarta.
Koperasi di Indonesia pada zaman orde baru hingga sekarang. Tampilan orde baru dalam
memimpin negeri ini membuka peluang dan cakrawala baru bagi pertumbuhan dan
perkembangan perkoperasian di Indonesia, dibawah kepemimpinan Jenderal Soeharto. Ketetapan
MPRS no.XXIII membebaskan gerakan koperasi dalam berkiprah. Berikut beberapa kejadian
perkembangan koperasi di Indonesia pada zaman orde baru hingga sekarang :
a. Pada tanggal 18 Desember 1967, Presiden Soeharto mensahkan Undang-Undang
koperasi no.12 tahun 1967 sebagai pengganti Undang-Undang no.14 tahun 1965.

b. Pada tahun 1969, disahkan Badan Hukum terhadap badan kesatuan Gerakan Koperasi
Indonesia (GERKOPIN).

c. Lalu pada tanggal 9 Februari 1970, dibubarkannya GERKOPIN dan sebagai


penggantinya dibentuk Dewan Koperasi Indonesia (DEKOPIN).

d. Pada tanggal 21 Oktober 1992, disahkan Undang-Undang no.25 tahun 1992 tentang
perkoperasian, undang-undang ini merupakan landasan yang kokoh bagi koperasi Indonesia di
masa yang akan datang.

e. Masuk tahun 2000an hingga sekarang perkembangan koperasi di Indonesia cenderung


jalan di tempat. Keberhasilan koperasi di dalam melaksanakan peranannya perlu diperhatikan
faktor-faktor sebagai berikut :

1. Kemampuan menciptakan posisi pasar dan pengawasan harga yang layak dengan cara:

Bertindak bersama dalam menghadapi pasar melalui pemusatan kekuatanbersaing dari anggota
a. Memperpendek jaringan pemasaran
b. Memiliki manajer yang cukup terampil berpengetahuan luas dan memiliki idealism

23
c. Mempunyai dan meningkatkan kemampuan koperasi sebagai satu unit usaha dalam mengatur
jumlah dan kualitas barang-barang yang dipasarkan melalui kegiatan pergudangan, penelitian
kualitas yang cermat dan sebagainya.
2. Kemampuan koperasi untuk menghimpun dan menanamkan kembali modal, dengan cara
pemupukan pelbagai sumber keuangan dari sejumlah besar anggota.
3. Penggunaan faktor-faktor produksi yang lebih ekonomis melalui pembebanan biaya overhead
yang lebih, dan mengusahakan peningkatan kapasitas yang pada akhirnya dapat menghasilkan
biaya per unit yang relatif kecil.
4. Terciptanya keterampilan teknis di bidang produksi, pengolahan dan pemasaran yang tidak
mungkin dapat dicapai oleh para anggota secara sendiri-sendiri.
5. Pembebasan resiko dari anggota-anggota kepada koperasi sebagai satu unit usaha, yang
selanjutnya hal tersebut kembali ditanggung secara bersama di antara anggota-anggotanya.
6. Pengaruh dari koperasi terhadap anggota-anggotanya yang berkaitan dengan perubahan sikap
dan tingkah laku yang lebih sesuai dengan perubahan tuntutan lingkungan di antaranya
perubahan teknologi, perubahan pasar dan dinamika masyarakat.
Dalam rangka pengembangan KUD mandiri telah diterbitkan INSTRUKSI MENTERI
KOPERASI No. 04/Ins/M/VI/1988 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengembangan KUD
mandiri. Pembinaan dan Pengembangan KUD mandiri diarahkan:
1. Menumbuhkan kemampuan perekonomian masyarakat khususnya di pedesaan.
2. Meningkatkan peranannya yang lebih besar dalam perekonomian nasional.
3. Memberikan manfaat yang sebesar-besarnya dalam peningkatan kegiatan ekonomi dan
pendapatan yang adil kepada anggotanya. Ukuran-ukuran yang digunakan untuk menilai apakah
suatu KUD sudah mandiri atau belum adalah sebagai berikut :
1. Mempunyai anggota penuh minimal 25 %dari jumlah penduduk dewasa yang
memenuhi persyaratan keanggotaan KUD di daerah kerjanya.
2. Dalam rangka meningkatkan produktifitas usaha anggotanya maka pelayanan kepada
anggota minimal 60 % dari volume usaha KUD secara keseluruhan.
3. Minimal tiga tahun buku berturut-turut RAT dilaksanakan tepat pada waktunya sesuai
petunjuk dinas.

24
4. Anggota Pengurus dan Badan Pemeriksa semua berasal dari anggota KUD dengan
jumlah maksimal untuk pengurus 5 orang dan Badan Pemeriksa 3 orang.
5. Modal sendiri KUD minimal Rp. 25,- juta.
6. Hasil audit laporan keuangan layak tapa catatan (unqualified opinion).
7. Batas toleransi devisa usaha terhadap rencana usaha KUD (Program dan Non
Program) sebesar 20 %.
8. Total volume usaha harus proporsional dengan jumlah anggota, dengan minimal
rata-rata Rp. 250.000,- per anggota per tahun.
9. Pendapatan kotor minimal dapat menutup biaya berdasarkan prinsip efisiensi.
10. Sarana usaha layak dan dikelola sendiri
11. Tidak ada penyelewengan dan manipulasi yang merugikan KUD oleh Pengelola KUD
12. Tidak mempunyai tunggakan
Keberhasilan atau kegagalan koperasi ditentukan oleh keunggulan komparatif koperasi.
Hal ini dapat dilihat dalam kemampuan koperasi berkompetisi memberikan pelayanan kepada
anggota dan dalam usahanya tetap hidup (survive) dan berkembang dalam melaksanakan
usaha. Pengalaman empiris di mancanegara dan di negeri kita sendiri menunjukkan bahwa
struktur pasar dari usaha koperasi mempengaruhi performance dan success koperasi (Ismangil,
1989).

25
RANGKUMAN
Konstruksi norma hukum koperasi syariah melalui pembentukan Undang-undang khusus
Koperasi Syariah yang jelas dan tegas serta berkepastian hukum mutlak diperlukan, sehingga
akan tumbuh pelaku-pelaku ekonomi yang profesional, mandiri dan handal dalam melayani
anggotanya sesuai dengan prinsip-prinsip koperasi dan prinsip syariah yang seharusnya menjadi
landasan dasar bagi lembaga ekonomi rakyat yang berbasis syariah menuju keseimbangan antara
kesejahteraan dan keadilan sosial. Artinya bahwa, kegiatan ekonomi hanya dapat terlaksana
dengan baik, apabila dilaksanakan atas dasar suatu tertib hukum, sehingga dari peraturan
hukum diharapkan bisa memberi dampak yang positif guna mempercepat terwujudnya
kesejahteraan ekonomi masyarakat. Hukum dalam konteks ini bisa difungsikan baik sebagai
kontrol sosial maupun rekayasa sosial. Sebagai kontrol sosial, dimaksudkan agar hukum bisa
menjamin kepastian, sedangkan sebagai rekayasa sosial, dimaksudkan agar hukum bisa dijadikan
sebagai alat perubahan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh hukum, yaitu
kesejahteraan seluruh rakyat.
Koperasi adalah merupakan soko guru perekonomian Indonesia, maka keberadaan dan
eksistensinya dijamin oleh undang-undang. Untuk itu kita sebagai bangsa Indonesia harus ikut
serta dalam membangun perekonomian Indonesia yang berasaskan kekeluargaan yaitu dalam
wadah koperasi. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 Pasal 4 dijelaskan bahwa fungsi
dan peran koperasi sebagai berikut:
1.Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan
sosialnya.
2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan
masyarakat.
3.Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko-gurunya.
4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional, yang
merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi

26
Dengan melaksanakan dan menerapka keseluruhan dari peran dan tugas serta prinsip
tersebut diharapkan perkoperasian di Indonesia dapat mewujudkan dirinya sebagai badan
usaha sekaligus sebagai gerakkan ekonomi rakyat yang berwatak sosial.

27
Daftar Pustaka

Cik Hasan Bisri, Hukum Islam di Indonesia, Pengembangan dan Pembentukan, Bandung: Rosda
Karya, 1991

Juhaya S. Praja, Hukum Islam di Indonesia, Pemikiran dan Praktik, Bandung: Rosda
Karya, 1991

Azyumardi Azra, dalam www.islamlib.com

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian

Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah RI Nomor :
06/Per/M.KUKMI /I/2007 Tentang Petunjuk Teknis Program Pembiayaan Produktif Koperasi
Dan Usaha Mikro (P3KUM) Pola Syariah, Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91/Kep/IV/KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk
Pelaksanaaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah

Standar Operasional Manajemen bagi KJKS dan UJKS Koperasi

28
BAB II
SISTEM EKONOMI DAN PERAN KOPERASI DALAM TRILOGI PEMBANGUNAN
Oleh ;
Komala dewi, M.E

PENDAHUALUAN
A. PENGANTAR PENDAHULUAN
Hubungan kerja samanya yang dijalin harus merupakan hubungan mitra kerja yang
sejajar/setara dan saling menguntungkan. Harus dihindari kerja sama dengan pihak lain yang
menempatkan atau memposisikan koperasi menjadi ”sapi perahan” pihak lain tersebut.
Berdasarkan karakteristik koperasi seperti diuraikan di atas, kita dapat memperoleh gambaran
tentang koperasi sebagai suatu sistem ekonomi. Sebagai suatu sistem ekonomi, koperasi dapat
dikatakan merupakan salah satu sistem ekonomi campuran. Unsur sosialis tampak dominan
dalam koperasi dengan dijunjung tingginya prinsip kebersamaan serta kesamaan hak dan
kewajiban bagi anggota koperasi. Di samping itu, prinsip kekuasaan tertinggi di tangan anggota
juga merupakan prinsip sentralisasi kekuasaan yang demokratis. Di sisi lain, unsur liberal juga
tampak dalam koperasi dengan diakuinya prinsip keadilan (bagi anggota yang memiliki
partisipasi/prestasi tinggi dalam koperasi akan memperoleh bagian pendapatan yang tinggi pula).
Di samping itu, prinsip sukarela juga dapat diartikan sebagai suatu kebebasan dalam melakukan
kegiatan ekonomi dalam koperasi. Dengan demikian sistem ekonomi koperasi merupakan suatu
sistem ekonomi yang berbau sosialis dan liberalis, meski bau sosialisnya cenderung lebih
dominan.

B. Deskripsi materi
Bab II ini disusun sedemikian rupa untuk membantu mahasiswa S1 Ekonomi syariah
Semester IV dalam memahami materi kuliah manajemen koperasi & UMKM dengan beban 3 sks
teori dan 0 sks praktik. Sebagai bab ke dua di dalam modul ini, bab II menguraikan pokok
bahasan atau topik yang saling berkaitan satu sama lain yaitu menjelaskan tentang sistem
ekonomi dan koperasi dalam trilogi pembangunan.

29
C. TUJUAN
Pembelajaran pada bab ini membantu mahasiswa untuk mencapai kemampuan akhir yaitu
mampu menjelaskan sistem ekonomi dan koperasi dalam trilogi pembangunan (C2). Baiklah,
Pembelajaran ke dua pada manajemen koperasi &UMKM akan dimulai.Berikut beberapa tips
bagi mahasiswa agar dapat memahami sistem ekonomi dan koperasi dalam trilogi pembangunan.
antara lain:

1. Awali proses belajar dengan berdo‟a dan tanamkan tekad/motivasi untuk mengetahui
segala hal terkait dengan sistem ekonomi dan koperasi dalam trilogi pembangunan.
2. Baca dan pahami setiap materi, serta cari kata kunci atau catatan penting dari materi. Bila
perlu buat resume berisi catatan penting tersebut.
3. Setelah dipahami, usahakan menghafal beberapa kosakata atau rumus penting terkait
materi
4. Kerjakan latihan soal terutama soal kasus agar lebih meningkatkan kemampuan berpikir
kritis dalam memahami sistem ekonomi dan koperasi dalam trilogi pembangunan.
5. Bila ada yang tidak dipahami, segera tanyakan pada dosen pengampu mata kuliah di
setiap topik
6. Akhiri proses belajar dengan berdo‟a dan semoga sukses!

D. Uraian deskripsi
1. Pengertian sistem ekonomi koperasi.
2. Peran koperasi dalam trilogi pembangunan.
3. Pembentukan koperasi
4. Posisi kopersi dalam UUD 1945.
5. Koperai sebagai soko guru
6. Pengertian sistem ekonomi koperasi.

30
I. Sistem Ekonomi Koperasi
Sebagai suatu sistem ekonomi, koperasi tentu memiliki jiwa/ideologi tertentu yang
menjadi karakteristiknya. Untuk memahami karakteristik koperasi Indonesia, marilah kita tengok
kembali konsep dasar koperasi Indonesia, khususnya yang menyangkut pengertian dan nilai-nilai
dasar, serta prinsip-prinsip koperasi.
a. Pengertian dan Nilai-Nilai Dasar Koperasi Indonesia
Menurut UU Perkoperasian yang berlaku sampai saat ini, yaitu UU No. 25 Tahun
1992, ”Koperasi merupakan badan usaha ya ng beranggotakan orang-seorang atau badan hukum
koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi, sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas azas kekeluargaan”. (Sugiharsono, 2001: 9). Dalam
pengertian koperasi tersebut terkandung nilai-nilai dasar koperasi, antara lain:
1) Koperasi sebagai Badan Usaha
Sebagai badan usaha, koperasi juga memberlakukan prinsip-prinsip yang berlaku
pada badan usaha, seperti prinsip efisiensi dan mencari laba. Untuk mencapai laba, koperasi
harus memiliki organisasi dan manajemen yang dikelola secara profesional dengan tetap
memperhatikan prinsip-prinsip koperasi, serta tetap memperhatikan kepentingan anggotanya.
Koperasi juga harus memiliki tempat usaha secara formal, dan strategis ditinjau dari segi bisnis.
2) Koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat
Ekonomi rakyat berarti ekonomi yang berorientasi pada keterlibatan rakyat banyak,
sehingga aktivitas ekonomi (produksi dan distribusi) harus sebesar-besarnya dilaksanakan oleh
rakyat atau melibatkan rakyat banyak. Oleh karena itu, sebagai gerakan ekonomi rakyat, koperasi
akan menjadi wadah aktivitas ekonomi rakyat yang ada di sekitarnya. Dalam hal ini koperasi
diharapkan dapat membina dan mengembangkan aktivitas ek onomi rakyat, sehingga rakyat
dapat meningkatkan kesejahteraannya.
3) Asas Kekeluargaan
Pengelolaan koperasi harus berasas kekeluargaan. Asas kekeluargaan mengandung makna
adanya prinsip kebersamaan (mutual help) dan kerja sama (group action). Prinsip kebersamaan
mengandung ma kna bahwa kepemilikan bersama atas sumber produksi merupakan hal yang
penting, dengan tetap memperhatikan unsur keadilan dalam bekerja-sama.
4) Prinsip Koperasi

31
Dalam gerakan organisasi dan kiat usahan ya, koperasi harus mendasarkan pada norma-norma
tertentu yang disebut prinsip koperasi. Prinsip koperasi inilah yang akan memberikan warna dan
arah gerakan badan usaha koperasi, sehingga usaha koperasi berbeda dengan badan usaha yang
lain. Selanjutnya akan kita bahas lebih jauh tentang prinsip koperasi ini.
b. Prinsip Koperasi
Menurut pasal 5 UU No. 25 Tahun 1992, prinsip koperasi Indonesia meliputi 5 aspek pokok
ditambah 2 aspek prinsip pe ngembangan, sehingga prinsip koperasi meliputi 7 aspek, yaitu:
1) Keanggotaan koperasi bersifat sukarela dan terbuka Prinsip sukarela mengandung makna
bahwa untuk menjadi anggota koperasi harus didasari atas kesadaran tanpa adanya unsur
paksaan. Sementara itu, prinsip terbuka mengandung makna bahwa setiap warga Indonesia
berhak untuk menjadi anggota koperasi selama mereka memiliki kepentingan yang sama dan
memenuhi persyaratan keanggotaan koperasi. Tidak dibenarkan keanggotaan koperasi
didasarkan pada persamaan agama, politik, dan suku bangsa.
2) Pengelolaan koperasi dilaksanakan secara demokratis
Prinsip ini mengandung makna bahwa pengelolaan koperasi harus didasarkan atas kehendak
anggota, kemudian dilakukan oleh anggota, dan ditujukan untuk kepentingan (kesejahteraan)
anggota. Pengejawantahan prinsip ini ditandai dengan adanya penentuan kebijakan umum oleh
anggota melalui Rapat Anggota, kemudian kebijakan tersebut dilaksanakan oleh anggota melalui
Pengurus, dan dikendalikan (diawasi) oleh anggota melalui Badan Pengawas. Setiap pelaksanaan
kebjakan selalu ditujukan untuk peningkatan kesejahteraan anggota.
3. Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan secara adil sesuai dengan jasa masing-masing
anggota
Prinsip ini mengandung makna bahwa koperasi menjunjung tinggi asas keadilan. Anggota yang
memiliki banyak jasa terhadap koperasi akan mendapatkan bagian SHU yang besar, atau
sebaliknya.
3) Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal Prinsip ini mengandung makna bahwa
koperasi tidak membenarkan adanya riba, sehingga terhadap modal (simpanan) anggota
diberikan jasa yang terbatas sesuai kemampuan koperasi.
4) Kemandirian

32
Berdasarkan prinsip ini, koperasi harus mampu hidup mandiri, baik dalam hal permodalan,
organisasi, manajemen, maupun SDMnya. Kelangsungan hidup koperasi harus tidak bergantung
pada pihak-pihak lain.
5) Pendidikan Perkoperasian
Dengan prinsip ini koperasi harus melaksanakan kegiatan pendidikan untuk meningkatkan
kemampuan SDMnya. Perlu disadari bahwa kemampuan SDM koperasi merupakan kunci sukses
organisasi dan usaha koperasi. Oleh karena itulah pendidikan harus terus dilaksanakan sesuai
dengan perkembangan IPTEK dan kebutuhan koperasi.
6) Kerja sama antarkoperasi
Prinsip ini dimaksudkan untuk memp erkokoh kedudukan koperasi dalam menghadapi
persaingan dunia usaha. Di samping dengan koperasi, kerja sama juga bisa dilaksanakan dengan
pihak-pihak non koperasi. Hubungan kerja samanya yang dijalin harus merupakan hubungan
mitra kerja yang sejajar/setara dan saling menguntungkan. Harus dihindari kerja sama dengan
pihak lain yang menempatkan atau memposisikan koperasi menjadi ”sapi perahan” pihak lain
tersebut. Berdasarkan karakteristik koperasi seperti diuraikan di atas, kita dapat memperoleh
gambaran tentang koperasi sebagai suatu sistem ekonomi. Sebagai suatu sistem ekonomi,
koperasi dapat dikatakan merupakan salah satu sistem ekonomi campuran. Unsur sosialis tampak
dominan dalam koperasi dengan dijunjung- tingginya prinsip kebersamaan serta kesamaan hak
dan kewajiban bagi anggota koperasi. Di samping itu, prinsip kekuasaan tertinggi di tangan
anggota juga merupakan prinsip sentralisasi kekuasaan yang demokratis. Di sisi lain, unsur
liberal juga tampak dalam koperasi dengan diak uinya prinsip keadilan (bagi anggota yang
memiliki partisipasi/prestasi tinggi dalam koperasi akan memperoleh bagian pendapatan yang
tinggi pula). Di samping itu, prinsip sukarela juga dapat diartikan sebagai suatu kebebasan dalam
melakukan kegiatan ekonomi dalam koperasi. Dengan demikian sistem ekonomi koperasi
merupakan suatu sistem ekonomi yang berbau sosialis dan liberalis, meski bau sosialisnya
cenderung lebih dominan.

KOPERASI DALAM TRILOGI PEMBANGUNAN

Trilogi pembangunan yaitu menciptakan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya,


pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, serta stabilitas nasional yang dinamis dan strategis
33
yang kemudian juga dijadikan sebagai misi yang melekat pada masing-masing pelaku ekonomi,
baik negara, swasta, maupun koperasi di dalam sistem ekonomi nasional yang kita bangun.
Rumusan kedudukan, peranan, dan hubungan antara pelaku ekonomi dapat digambarkan
sebagai berikut:
1) BUMN, koperasi, dan swasta hendaknya ditempatkan pada posisi dan kedudukan yang setara.
Hal ini berarti, setiap pelaku ekonomi baik secara normatif maupun operasional memiliki hak
hidup yang sama, sesuai dengan misi yang diembannya.
2) BUMN, koperasi, dan swasta hendaknya melakukan peranan masing-masing dengan
memanfaatkan keunggulan komparatif (Comparative advantage) yang dimilikinya.Keunggulan
koperasi yang dimaksud di sini ialah bahwa masing-masing pelaku ekonomi mempunyai suatu
kelebihan di satu bidang jika dibandingkan dengan pelaku ekonomi lainnya.
Keunggulan komparatif tersebut dapat dilihat dari cita-cita organisasi masing-masing
pelaku ekonomi tersebut. BUMN dimiliki dan dikelola oleh pemerintah. BUMN bukan
merupakan suatu perusahaan yang mengejar keuntungan sebagai prioritas utama, akan tetapi
merupakan alat pemerintah yang efektif dalam melaksanakan pembangunan nasional. Dengan
demikian, BUMN mengemban tugas melayani kepentingan umum untuk memenuhi hajat orang
banyak.
Berbeda dengan sektor swasta yang dimiliki dan dikelola secara perseorangan, keluarga,
dan atau sekelompok kecil orang yang memiliki modal untuk mencapai tujuan memberi
keuntungan yang semaksimal mungkin.
Lain halnya sektor koperasi yang merupakan wadah ekonomi rakyat yang berwatak
sosial, beranggotakan orang-orang, dimiliki dan dikelola oleh anggota untuk kepentingan
anggota serta masyarakat secara kekeluargaan.
Bertitik tolak dari ciri-ciri pelaku ekonomi tersebut diatas, maka keunggulan komparatif
yang khas yang berkaitan dengan trilogi pembangunan nasional adaah sebagai berikut:
1) BUMN cenderung untuk melakukan peran utama sebagai stabilisator dan perintis
perekonomian nasional
2) Swasta cenderung mengarah untuk melakukan peran utama di bidang pertumbuhan ekonomi
nasional.

3) Koperasi mengemban peran utama di bidang pemerataan pembangunan dan hasil- hasilnya.
34
KEUNGGULAN KOMPARATIF PELAKU EKONOMI

Pemerataan Koperasi

Pelaku
Trilogi Pembangunan Pertumbuhan BUMS ekonomi

Stabilitas BUMN
N

Dari bagan diatas, dapat disimpulkan bahwa keunggulan pelaku ekonomi BUMN lebih
terfokus dalam bidang stabilitas, sedangkan BUMS lebih diarahkan untuk mencapi pertumbuhan
ekonomi. Badan usaha koperasi, ditinjau dari aspek prinsip-prinsip organisasinya, lebih
menitikberatkan pada asas pemerataan. Seiring dengan perubahan ruang, waktu, dan nilai dalam
perjalanannya, koperasi juga berperan dalam pencapaian pertumbuhan dan stabilitas ekonomi
nasional.
Pembentukan koperasi
Pembentukan koperasi bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan
masyarakat umumnya, sekaligus sebagai bagian yangtidak terpishkan dari tatanan perekonomian
nasional yang demokratis dan berkeadilan.
Posisi koperasi dalam UUD 1945
Sesungguhnya Undang-undang Dasar 1945 pasal 33 ayat (1) beserta penjelasannya telah dengan
jelas menyatakan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasarkan
atas asas kekeluargaan dan koperasi adalah satu bengunan usaha yang sesuai dengan sususunan
perekonomian yang dimaksud itu.

35
POSISI KOPERASI DALAM UUD 1945

BUMN
A
7. Pasal 33 Pelaku
1 usaha bersama
8.UUD 1945 ekonomi koperasi S 2. kekeluargan

swasta A

Dari bagan tersebut, dapat dilihat bahwa seluruh pelaku ekonomi nasional (BUMN, BUK,
BUMS) menurut amanat konstitusional (pasal 33 UUD 1945) harus berasaskan (1) usaha
bersama, (2) kekeluargaan. Artinya, operasionalisasi fungsi dari pelaku ekonomi swasta, negara,
dan koperasi harus berdasarkan atas asas usaha bersama dan kekeluargaan.
Kedua asas tersebut telah melekat pada organisasi koperasi sejak didirikan oleh anggota-
angotanya. Dengan kedudukan koperasi seperti itu, maka peranan koperasi dalam
mengembangkan potensi ekonomi rakyat dan dalam mewujudkan kehidupan demokrasi
ekonomi adalah sangat strategis. Sedangkan pelaksanaan pembangunan ekonomi harus
didasarkan kepada demokrasi ekonomi.
KOPERASI SEBAGAI SOKOGURU
UUD 1945 pasal 33 memandang koperasi sebagai sokoguru perekonomian nasional, yang
kemudian semakin dipertegas dalam pasal 4 UU No. 25 tahun 1992 tentang perkoperasian.
Menurut M. Hatta sebagai pelopor pasal 33 UUD 1945 tersebut, koperasi dijadikan sebagai
sokoguru perekonomian nasional karena:
1) Koperasi mendidik sikap self-helping.
2) Koperasi mempunyai sifat kemasyarakatan, di mana kepentingan masyarakat harus lebih
diutamakan daripada kepentingan dri atau golongan sendiri.
3) Koperasi digali dan dikembangkan dari budaya asli bangsa Indonesia.
4) Koperasi menentang segala paham yang berbau individualisme dan kapitalisme.
Ada 9 asas pembangunan nasional yang harus diperhatikan dalam setiap pelaksanaan
pembangunan (GBHN, 1988) yaitu:

36
1) Asas Keimanan dan Ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, bahwa segala usaha
dan kegiatan pembangunan nasional dijiwai, digerakkan dan dikendalikan oleh keimanan
dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebagai nilai luhur yang menjadi landasan
spiritual, moral dan etika dalam rangka pembangunan nasional sebagai pengamalan
pancasila.
2) Asas Manfaat, bahwa segala usaha dan kegiatan pembangunan nasional memberikan manfaat
yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan, bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dan
pengembangan pribadi warga negara serta mengutamakan kelestarian nilai-nilai luhur budaya
bangsa dan elestarian fungsi lingkungan hidup dalam rangka pembangunan yang
berkesinambungan dan berkelanjutan.
3) Asas Demokrasi Pancasila, bahwa upaya mencapai tujuan pembangunan nasional yang
meliputi seluruh kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dilakukan dengan
semangat kekeluargaan yang bercirikan kebersamaan, gotong-royong, persatuan dan kesatuan
melalui musyawarah untuk mencapai mufakat.
4) Asas Adil dan Merata, bahwa pembangunan nasional yang diselenggarakan sebagai usaha
bersama harus merata di semua lapisan masyarakat dan di seluruh wilayah tanah air.
5) Asas Keseimbangan, Keserasian, dan Keselarasan dalam Perikehidupan, bahwa dalam
pembangunan nasional harus ada keseimbangan antara berbagai kepentingan, yaitu
keseimbangan, keserasian, keselarasan antara kepentingan dunia dan akhirat, jiwa dan raga,
individu, masyarakat dana negara, dan lain- lain.
6) Asas Kesadaran Hukum, bahwa dalam pembangunan nasional setiap warga negara dan
penyelenggara negara harus taat pada hukum yang berintikan keadilan dan kebenaran, serta
negara diwajibkan untuk menegakkan dan menjamin kepastian hukum.
7) Asas Kemandirian, bahwa dalam pembangunan nasional harus berlandaskan pada
kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri serta bersendikan kepada kepribadian
bangsa.
8) Asas Kejuangan, bahwa dalam penyelenggaraan pembangunan nasional, penyelenggaraan
negara dan masyarakat harus memiliki mental, tekad, jiwa dan semangat pengabdian serta
ketaatan dan disiplin yang tinggi dengan lebih mengutamakan kepentingan bangsa di atas
kepentingan pribadi/golongan.

37
9) Asas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dalam pembangunan nasional dapat memberikan
kesejahteraan lahir batin yang setinggi-tingginya, penyelenggaraannya perlu menerapakan nilai-
nilai ilmu pengetahuan dan tekonologi secara seksam dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa.
SEMBILAN ASAS PEMBANGUNAN NASIONAL

Keimanan dan Pengelolaan Koperasi


ketaqwaan
Tidak terlepas dari unsur
moral, etika dan bisnis
Manfaat Tujuan Koperasi

Kesejahteraan anggota dan


masyarakat
Demokrasi Prinsip Koperasi

Satu orang satu suara

Prinsip Koperasi
Adil dan Merata SHU dibagi secara adil adil
9.9 Asas
Pembangun
10.
an11.
Nasional Cakupan Koperasi
Keseimbangan
12. Koperasi sebagai badan
13. usaha dan gerakan
ekonomi rakyat
Hukum Status Koperasi
Badan usaha yang tidak
memiliki badan hukum

Kemandirian Prinsip Koperasi

Kemandirian

Kejuangan Asas Koperasi


Perekonomian nasional
merupakan usaha bersama dan
kekeluargaan

Usaha Koperasi

IPTEK Tidak terlepas dari


perkembangan IPTEK
38
Tujuan pembangunan ekonomi adalah untuk mencapai kemakmuran masyarakat.
Ketentuan dasar dalam melaksanakan kegiatan ini diatur oleh UUD 1945 pasal 33 ayat 1 yang
berbunyi, ”Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.”
Dalam penjelasan pasal 33 UUd 1945 ini dikatakan bahwa ”produksi di kerjakan oleh
semua, untuk semua, di bawah pimpinan atau pemilikan anggota-anggota masyarakat.
Kemakmuran masyarakat yang diutamakan, bukan kemakmuran orang-seorang. Oleh sebab itu
perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. Bangun
perusahaan yang sesuai dengan itu ialah koperasi.”
Penjelasan pasal 33 UUD 1945 ini menempatkan kedudukan koperasi (1) sebagai
sokoguru perekonomian nasional, dan (2) sebagai bagian integral tata perekonomian nasional.
Menurut Kamus Umum Lengkap karangan wojowasito (1982), arti dari sokoguru adalah pilar
atau tiang. Jadi, makna dari istilah koperasi sebagai sokoguru perekonomian dapat diartikan
koperasi sebagai pilar atau ”penyangga utama” atau ”tulang punggung” perekonomian. Dengan
demikian koperasi diperankan dan difungsikan sebagai pilar utama dalam sistem perekonomian
nasional.
Ditinjau dari sisi badan yusaha atau pelaku bisnis, ada 3 kelompok pelaku bisnis dalam
sistem perekonomian nasional yaitu:
1) Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
2) Badan Usaha Koperasi (BUK)
3) Badan Usaha Milik Swasta (BUMS)

39
Rangkuman
Trilogi pembangunan yaitu menciptakan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya,
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, serta stabilitas nasional yang dinamis dan strategis
yang kemudian juga dijadikan sebagai misi yang melekat pada masing-masing pelaku ekonomi,
baik negara, swasta, maupun koperasi di dalam sistem ekonomi nasional yang kita bangun.
Rumusan kedudukan, peranan, dan hubungan antara pelaku ekonomi dapat digambarkan
sebagai berikut:
1) BUMN, koperasi, dan swasta hendaknya ditempatkan pada posisi dan kedudukan yang setara.
Hal ini berarti, setiap pelaku ekonomi baik secara normatif maupun operasional memiliki hak
hidup yang sama, sesuai dengan misi yang diembannya.
2) BUMN, koperasi, dan swasta hendaknya melakukan peranan masing-masing dengan
memanfaatkan keunggulan komparatif (Comparative advantage) yang dimilikinya.Keunggulan
koperasi yang dimaksud di sini ialah bahwa masing-masing pelaku ekonomi mempunyai suatu
kelebihan di satu bidang jika dibandingkan dengan pelaku ekonomi lainnya.
Keunggulan komparatif tersebut dapat dilihat dari cita-cita organisasi masing-masing
pelaku ekonomi tersebut. BUMN dimiliki dan dikelola oleh pemerintah. BUMN bukan
merupakan suatu perusahaan yang mengejar keuntungan sebagai prioritas utama, akan tetapi
merupakan alat pemerintah yang efektif dalam melaksanakan pembangunan nasional. Dengan
demikian, BUMN mengemban tugas melayani kepentingan umum untuk memenuhi hajat orang
banyak.

40
1. Tugas Terstruktur
Petunjuk:
 Bacalah dan cermati tugas di bawah ini, kemudian kerjakan secara berkelompok
 Dikumpulkan paling lama 1 minggu setelah tugas ini diumumkan
 Sampaikan hasil tugas secara berurutan kepada dosen dan kelompok lain
 Membentuk menjadi kelompok menyusun study mahasiswa dalam bentuk makalah,
adapun temanya sebagai berikut : sejarah berdirinya koperasi di Indonesia.
 Laporan tugas dituangkan dalam bentuk makalah dengan kertas A4 times new roman font
12 spasi 1,5 rata kiri kanan.
 Bentuk laporan tugas disusun dengan mengikuti format sebagai berikut :
SAMPUL DEPAN (COVER)
DAFTAR ISI
BAB I
SKENARIO/TEMA : JUDUL TUGAS DISKUSI
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
PROBLEM/ANALISIS MASALAH
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
KESIMPULAN DAN PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

41
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Euis. 2010. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik Hingga Kontemporer.
Depok: Gramata Publishing.

Janwari, Yadi. 2016. Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Rasulullah Hingga Masa
Kontemporer (Cetakan Pertama). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Adiwarman, A Karim.Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2007
Mustofa, Edwin Nasution.Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. Jakarta: Pradana Media
Group.2006
Mustofa, Edwin Nasution. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. Jakarta: Kencana.2007
Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung. Pengantar Imu Ekonomi (Mikroekonomi & Makro
ekonomi). Jakarta: Lembaga Penerbit Universitas Fakultas Ekonomi Indonesia. 2008
Sadono, Sukirno. Mikro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.2013
Salvatore, Dominick. Teori Mikro Ekonomi. Jakarta: Kencana. 1990

42
BAB III
PERINSIP PENGUKURAN KERJA, PENGAWASAN KOPERASI INDONESIA
Komala dewi,M.E

PENDAHULUAN
A. PENGANTAR PENDAHULUAN
Secara umum kinerja merupakan suatu usaha formal yang dilaksanakan perusahaan
koperasi guna mengevaluasi efektivitas dan efisien aktivitas perusahaan koperasi dalam periode
tertentu. Untuk mengetahui sejauh mana hasil capai suatu perusahaan, Prieto and Revilla (2006)
dalam penelitiannya mengemukakan bahwa pengukuran kinerja dapat dilakukan melalui
pengukuran kinerja keuangan dan non keuangan. Kinerja keuangan dapat diukur melalui return
on sales, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, perbaikan produktivitas kerja, dan perbaikan
biaya produksi.

Sedangkan kinerja non keuangan dapat diketahui melalui tingkat kepuasan pelanggan,
pertumbuhan pelanggan, kepuasan karyawan, kualitas produk dan jasa serta reputasi perusahaan.
Pendapat yang sama dikremukakan oleh Li (2000) yang menyatakan bahwa kinerja dapat diukur
melalui kinerja keuangan (financial performance) yang terdiri dari Return On Investment (ROI),
Return On Equity (ROE), Return On Sale (ROS) dan Return On Asset (ROA) serta kinerja pasar
(market performance) yang dapat dilihat pada tingkat pertumbuhan penjualan dan tingkat
pertumbuhan konsumen. Beberapa pendapat tersebut diatas, dapat fahami bahwa pengertian
kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan harus diinformasikan kepada pihak-
pihak tertentu, agar bisa diketahui tingkat pencapaian hasil operasional suatu organisasi dalam
suatu periode tertentu, yang diukur dengan suatu perbandingan dari berbagai ukuran atau standar
yang telah ditentukan dalam perencanaan sebelumnya.

Cara mengevaluasi kinerja pemimpin jenis ini, dua strategi pada umumnya digunakan
antara lain berdasarkan pada persepsi-persepsi subjektif kinerja pemimpin itu dari para bawahan,
atasan, para panutan atau pihak lain. Salah satu teori yang digunakan menilai kinerja kerja,
adalah teori socioanalitik berakar pada psikologi interpersonal. Carson, Leary, Sullivan, dan
Wiggins, (dalam Hogan, Joyce and Brent Holland, 2002;4) mengemukakan bahwa teori ini
43
dimaksudkan untuk menjelaskan perbedaan individu dalam keberhasilan karir, yang didasarkan
pada dua generalisasi yang relevan dengan perilaku organisasi yaitu : orang-orang yang selalu
hidup (bekerja) dalam kelompok dan kelompok selalu terstruktur dalam bentuk hirarki status.
Generalisasi ini menunjukkan adanya dua pola motif yang luas yang diterjemahkan ke dalam
perilaku yang dirancang untuk ”bergaul” dengan anggota lain dari kelompok dan untuk ”maju”
atau mencapai status anggota dengan kelompok lain. Teori Socioanalytic menetapkan bahwa
kepribadian harus didefinisikan dari perspektif aktor dan pengamat. Kepribadian dari sudut
pandang aktor adalah identitas seseorang, yang didefinisikan dalam hal strategi yang digunakan
seseorang untuk mengejar penerimaan dan status, kontrol identitas perilaku sosial aktor. (Hogan,
Joyce and Brent Holland, 2002;4). Sedangkan kepribadian dari sudut pandang pengamat adalah
reputasi seseorang, dan didefinisikan dalam istilah-sifat evaluasi menyesuaikan diri, membantu,
banyak bicara, kompetitif, tenang, ingin tahu, dan sebagainya. (Hogan, Joyce and Brent Holland,
2002;4). Dari perspektif leksikal, Goldberg, (dalam Hogan, Joyce and Brent Holland, 2002;5),
mengemukakan lima faktor kepribadian yaitu :

1) Extraversion atau Surgency;

2) Keramahan,

3) Kesadaran;

4) Stabilitas Emosional, dan

5) Akal / keterbukaan terhadap pengalaman.

B. DESKRIPSI
Bab III ini disusun sedemikian rupa untuk membantu mahasiswa S1 ekonomi syariah
semester IV dalam memahami materi kuliah manajemen koperasi & koperasi dengan beban 3 sks
teori dan 0 sks praktik. Sebagai bab ketiga di dalam modul ini, bab III menguraikan pokok
bahasan atau topik yang saling berkaitan satu sama lain yaitu : perinsip pengukuran kerja dan
pengawasan koperasi.

44
C. Kemampuan/Tujuan Akhir Yang Diharapkan
Pembelajaran pada bab ini membantu mahasiswa untuk mencapai kemampuan akhir yaitu
mampu menguraikan perinsip pengukuran kerja dan pengawasan koperasi (C4). Selanjutnya,
Pembelajaran kedua pada manajemen koperasi & UMKM akan dimulai. Berikut beberapa tips
bagi mahasiswa agar dapat memahami perinsip pengukuran kerja dan pengawasan koperasi.
antara lain:

1. Awali proses belajar dengan berdo‟a dan tanamkan tekad/motivasi untuk mengetahui
segala hal terkait dengan perinsip pengukuran kerja dan pengawasan koperasi.
2. Baca dan pahami setiap materi, serta cari kata kunci atau catatan penting dari materi. Bila
perlu buat resume berisi catatan penting tersebut.
3. Kerjakan latihan soal terutama soal kasus agar lebih meningkatkan kemampuan berpikir
perinsip pengukuran kerja dan pengawasan koperasi
4. Bila ada yang tidak dipahami, segera tanyakan pada dosen pengampu mata kuliah di
setiap topic
5. Akhiri proses belajar dengan berdo‟a
6. Tetap semangat, selamat belajar dan semoga sukses!

D. Uraian materi
I. Pengukuran kinerja koperasi
II. Kelembagaan, keanggotaan, volume usaha, permodalan, asset dan SHU
III. Metoda pengawasan koperasi
IV. Pembangunan koperasi dan perundang-undangan
V. Arahan, sasaran, dan kebijaksanaan pembangunan koperasi.

45
Kinerja Koperasi

Koperasi di Indonesia mempunyai dua dimensi, yaitu sebagai sistem ekonomi yang dicita
citakan, dan sebagai badan usaha yang berguna untuk memperjuangkan kegiatan ekonomi para
anggota dalam mencapai kesejahterannya. Sebuah koperasi dikatakan berhasil jika koperasi
tersebut mampu meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Koperasi dapat mensejahterakan
anggotanya disebabkan karena koperasi tersebut mampu menciptakan nilai tambah bagi usaha
koperasi. Demikian pula anggota bisa memperoleh nilai tambah jika mau berpartisipasi dalam
koperasinya. Semakin tinggi tingkat partisipasi anggota, diduga semakin besar nilai tambah yang
diperoleh. Nilai tambah kepada anggota bisa dicapai jika kinerja koperasi itu baik. Oleh sebab
itu, semakin baik kinerja koperasi, maka kemungkinan semakin besar kemampuan koperasi
mensejahterakan anggotanya.

Semakin besar peran koperasi memperbaiki kesejahteraan anggotanya, kemungkinan


semakin tinggi partisipasi anggota dalam kegiatan koperasi. Anggota memiliki makna yang
sangat strategis dalam pengembangan koperasi, disamping dapat berfungsi sebagai pemilik
(owner) juga sebagai pengguna jasa (user). Prinsip ini sering disebut prinsip identitas ganda
(dual identity of the member), sebagai karakteristik utama yang dimiliki koperasi sehingga
koperasi memiliki keunggulan komperatif dibanding perusahaan selain koperasi. Sebagai
pemilik, anggota harus berpartisipasi dalam penyetoran modal, pengawasan, dan pengambilan
keputusan, dengan harapan akan memperoleh pembagian SHU yang memadai. Disamping itu
anggota diharapkan berpartisipasi dalam memanfaatkan pelayanan koperasi dalam status sebagai
pengguna jasa (user), dan dari fungsi ini anggota berharap agar memperoleh nilai tambah berupa
manfaat ekonomi yang disebut sebagai promosi ekonomi anggota.

Oleh karena itu mengukur keberhasilan koperasi jangan hanya dilihat dari sisi
kemampuan koperasi dalam menghasilkan SHU, akan tetapi yang paling utama harus
dilaksanakan koperasi adalah mempromosikan ekonomi anggota. Promosi Ekonomi Anggota
(PEA) merupakan istilah yang digunakan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Koperasi (PSAK)
No. 27 tahun 1999 yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntasi Indonesia (IAI), bahwa promosi
ekonomi anggota adalah peningkatan pelayanan koperasi kepada anggotanya dalam bentuk

46
manfaat ekonomi yang diperolah sebagai anggota koperasi (PSAK No. 27, tahun 1999, paragraf
34). Tugas koperasi untuk meningkatkan kesejahteraan anggota melalui penciptaan manfaat
ekonomi guna menunjang peningkatan ekonomi anggota sebagaimana disebutkan dalam PSAK
No. 27 tahun 1999, paragraf 03. Butir d, bahwa tugas pokok badan usaha koperasi adalah
menunjang kepentingan ekonomi anggotanya dalam rangka memajukan kesejahteraan anggota
(promotion of the member’s welfare). Anggota sebagai pemilik dan pengguna jasa ( user-owner
oriented firm) atau sering disebut dual identity of the member, maka anggota harus memperoleh
pelayanan yang optimal, disisi lain juga akan memperoleh manfaat ekonomi, dengan demikian
anggota diharapkan akan berpartisipasi penuh terhadap kegiatan koperasinya.

Oleh karena itu fungsi ekonomi yang harus dijalankan oleh kperasi adalah berhubungan
dengan kegiatan bisnis anggota, bukan mengejar SHU yang sebesar-besarnya, koperasi bertindak
sebagai pemasar produk anggota dan atau penyedia/pengadaan input yang dibutuhkan oleh
anggota, demikian pula pengurus mengusahakan modal yang dibutuhkan anggota. Fungsi
ekonomi yang harus dijalankan koperasi ini dipertegas lagi dalam Inpres 18/1998 tentang
Peningkatan Pembinaan dan Pengembangan Koperasi yang pada intinya adalah setiap orang
yang memiliki kepentingan ekonomi atau kegiatan ekonomi yang sama bebas mendirikan
koperasi menurut basis pengembangannya masing-masing. Dengan demikian masyarakat diberi
kesempatan yang seluas-luasnya untuk membangun koperasi tanpa dibatasi wilayah kerjanya.
Berdasar atas kebijakan tersebut, proses pembentukan koperasi telah mengalami pergeseran,
yaitu sebelumnya arah kebijakan dari atas ke bawah (top-down) berubah menjadi dari bawah ke
atas (bottom-up). Implikasinya adalah secara kuantitatif koperasi meningkat pesat, yang diikuti
oleh peningkatan jumlah anggota secara signifikan. Namun demikian secara kumulatif kinerja
koperasi belum mampu mengimbangi peningkatan jumlah koperasi dan anggotanya.

Oleh sebab itu pertumbuhan koperasi pada berbagai sektor ekonomi hendaknya mampu
mengimplementasikan serta menumbuh kembangkan prakarsa dari pihak-pihak yang terkait
dengan koperasi secara khusus pengurus, anggota, manajer, terutama menyangkut aspek
penciptaan investasi dan iklim berusaha yang sehat, kerjasama yang harmonis antara koperasi,
pemerintah, dunia usaha serta masyarakat pada tingkat pusat dan daerah agar upaya peningkatan
kinerja koperasi bisa terwujud. Di sisi lain, upaya peningkatan kinerja koperasi adalah melalui

47
pencapaian sasaran dan tujuan baik melalui peningkatan pelayanan kepada anggota maupun
peningkatan kemampuan koperasi untuk memperoleh sisa hasil usaha (SHU), maka koperasi
sebagai lembaga ekonomi perlu meningkatkan daya saing dengan berpedoman pada efisiensi dan
efektifitas dalam menjalankan usahanya.

Cara terbaik untuk merlaksanakan usaha secara efisien dan efektif adalah melalui
pelaksanaan sistem manajemen yang baik. Salah satu fungsi manajemen yang sangat
berpengaruh dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas adalah memalui pengendalian, selain
perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan, hal ini mengingat bahwa dalam organisasi
koperasi, anggota sebagai pemilik dan pengguna jasa koperasi berdasarkan prinsip identitas, oleh
sebab itu diperlukan peningkatan kemampuan anggota untuk melaksanakan pengendalian
melalui rapat anggota maupun diluar rapat anggota. Fungsi anggota untuk melakukan
pengawasan terutama untuk memperjuangkan hak dan kewajibannya semakin baik, sebagaimana
diatur dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian Pasal 23
sampai dengan Pasal 28 tentang Rapat Anggota. Demikian pula Pengendalian anggota untuk
meningkatkan kinerja koperasi dapat dilakukan setiap saat, tidak terbatas hanya pada
pelaksanaan rapat anggota saja, hal ini dapat dilihat dalam Pasal 20 ayat (2) butir d dan f UU No.
25 tahun 1992. Secara operasional penilaian terhadap kinerja koperasi lebih dipertegas lagi
dengan Keputusan Mentri Negara Koperasi dan UKM No: 129/KEP/M.KUKM/XI/2002 tentang

Pedoman Klasifikasi Koperasi, yakni kelas A (sangat baik), kelas B (baik), kelas C
(cukup baik), dan kelas D (kurang baik). Sejak dikeluarkannya Inpres 18/1998 peningkatan
jumlah koperasi, ternyata tidak sejalan dengan kinerja usaha koperasi itu sendiri. Akhir-akhir ini,
kinerja institusi itu cenderung mengalami penurunan, antara lain ditunjukkan baik oleh tingkat
profitabilitas yang mencerminkan otonomi dan kemandirian koperasi yang relatif masih rendah
maupun oleh tingkat efisiensi yang mencerminkan partisipasi ekonomi anggota juga masih
belum memadai. Upaya lebih lanjut setelah klasifikasi koperasi dipertajam dengan sistem
pemeringkatan sehingga dapat dijadikan alat pengukur kinerja koperasi sebagai badan usaha
yang sehat, dan hasilnya dapat diakui oleh semua pihak terutama lembaga pembiayaan. Bagi
pemerintah, pemeringkatan ini menjadi sarana untuk menyediakan data koperasi yang lengkap
dan up to date agar dapat dipakai sebagai dasar penetapan bentuk, struktur, dan proses

48
pembinaan jangka panjang. Peringkat dan kriteria yang jelas juga dapat digunakan sebagai dasar
penetapan prioritas pengembangan koperasi, dan sebagai framework untuk penetapan kebijakan
dan prioritas pembinaan koperasi secara lintas sektoral dan berkelanjutan, hasil pemeringkatan
menggambarkan sosok koperasi. Koperasi yang berkualitas diwujudkan melalui pembinaan yang
mengandung dua upaya, yaitu mengklasifikasikan koperasi dan perbaikan kinerja.

Menurut Nur Ediningsih (Bisinis Indonesia, Kamis 25 September 2008) bahwa indikator
penilaian dalam pemeringkatan koperasi mencakup faktor yang mewakili kecirian badan usaha
dan kecirian koperasi, agar pemeringkatan dapat menggambarkan badan usaha koperasi secara
utuh. Adapun indikator yang dimaksud adalah :

1. Badan usaha aktif, diukur berdasarkan proses manajemen seperti rapat anggota
tahunan, audit, perencanaan dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

2. Kinerja usaha, ditunjukkan dengan perbaikan struktur permodalan, kemampuan


penyediaan dana, peningkatan aset, volume usaha, kapasitas produksi, dan peningkatan sisa hasil
usaha.

3. Kohesivitas dan partisipasi anggota, yang ditunjukkan keterikatan anggota dengan


organisasinya berupa tanggung- renteng atau pembagian risiko, peningkatan jumlah anggota,
kehadiran anggota dalam rapat, pelunasan simpanan wajib dan besaran simpanan sukarela serta
pola pengkaderan.

4. Orientasi kepada pelayanan anggota, ditunjukkan dengan keterkaitan usaha koperasi


dengan usaha anggota, penerangan dan penyuluhan terkait dengan usaha anggota, pendidikan
dan pelatihan anggota serta transaksi usaha koperasi dengan usaha anggota.

5. Pelayanan kepada masyarakat, ditunjukkan dengan seberapa banyak koperasi


menyerap tenaga kerja dan layanan kepada masyarakat termasuk peran mereduksi kemiskinan

6. Kontribusi terhadap pembangunan daerah, ditunjukkan antara lain dengan ketaatan


koperasi sebagai wajib pajak dan berbagai dukungan sumber daya dari koperasi terhadap
kegiatan pembangunan daerah. Kinerja Keuangan Koperasi

49
Berbicara tentang kinerja keuangan, tidak lepas dari keadaan keuangan yang dilaporkan
suatu lembaga termasuk koperasi melalui laporan keuangan. Penilaian kinerja keuangan suatu
perusahaan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh manajemen agar dapat
memenuhi kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan perusahaan. Penilaian kinerja perusahaan yang ditimbulkan sebagai akibat dari
proses pengambilan keputusan manajemen, merupakan persoalan yang kompleks karena
menyangkut efektivitas pemanfaatan modal dan efisiensi dari kegiatan perusahaan yang
menyangkut nilai serta keamanan dari berbagai tuntutan yang timbul terhadap perusahaan.
Menilai kinerja keuangan perusahaan, dapat digunakan suatu ukuran atau tolok ukur tertentu.

Biasanya ukuran yang digunakan adalah rasio atau indeks yang menghubungkan dua data
keuangan. Adapun jenis perbandingan dalam analisis rasio keuangan meliputi dua bentuk yaitu
membandingkan rasio masa lalu, saat ini ataupun masa yang akan datang untuk perusahaan
yang sama, sedang bentuk yang lain yaitu dengan perbandingan rasio antara satu perusahaan
dengan perusahaan lain yang sejenis melalui laporan keuangan. Menurut Munawir (2001:31)
“Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi
sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan.” Dengan
melihat laporan keuangan suatu perusahaan akan tergambar didalamnya aktivitas perusahaan
tersebut. Oleh karena itu, laporan keuangan perusahaan merupakan hasil dari suatu proses
akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk komunikasi dan juga digunakan sebagai alat
pengukur kinerja perusahaan. Laporan keuangan merupakan gambaran dari suatu perusahaan
pada waktu tertentu (biasanya ditunjukkan dalam periode atau siklus akuntansi), yang
menunjukkan kondisi keuangan yang telah dicapai suatu perusahaan dalam periode tertentu.

Dengan kata lain, laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan,
yaitu merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun
buku yang bersangkutan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba
rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti,
misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi
penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Sesuai pengertian yang
dikemukakan dalam Prinsip- Prinsip Akuntansi Indonesia, yang dimaksud Laporan keuangan

50
adalah neraca dan perhitungan rugi-laba serta segala keterangan yang dimuat dalam lampirannya,
antara lain laporan tentang sumber dan penggunaan dana. Pendapat lain dikemukakan
Bertoneche., Rory Knight (2001;4) ; The financial statements of a firm represent the usual
starting point for any assessment of financial performance. In particular, a valuation of a firm
begins with a review of its current financial position and its recent results. Bahwa laporan
keuangan perusahaan merupakan titik awal yang biasa digunakan untuk penilaian setiap kinerja
keuangan.

Secara khusus, penilaian perusahaan dimulai dengan penelaahan terhadap posisi


keuangan dan hasil saat ini. Lebih lanjut Bertoneche., Rory Knight (2001;10) mengemukakan
bahwa Neraca mencerminkan posisi keuangan perusahaan pada suatu saat tertentu. Laporan
keuangan merupakan produk akhir dari suatu proses akuntansi, dan inilah yang menjadi bahan
informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam proses
pengambilan keputusan, selain itu, laporan keuangan berperan juga sebagai pertanggungjawaban,
laporan keuangan juga dapat menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan mencapai
tujuannya. (Harahap, 2002: 7).

Demikian pula halnya dengan laporan keuangan koperasi merupakan laporan yang
disusun untuk dapat menggambarkan posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas dari usaha
koperasi secara keseluruhan sebagai pertanggungjawaban pengurus atas pengelolaan keuangan
koperasi, terutama ditujukan kepada anggota. Laporan keuangan koperasi, pada dasarnya tidak
berbeda dengan laporan keuangan yang badan usaha yang lain seperti badan usaha swasta dan
badan usaha milik negara. Menurut IAI dalam PSAK No.27 tentang Akuntansi perkoperasian
paragraf 74, Laporan keuangan koperasi meliputi Neraca, Perhitungan Hasil usaha, Laporan
Arus Kas, Laporan Promosi Ekonomi Anggota, dan catatan atas laporan keuangan, sedangkan
perhitungan SHU sesuai dengan UU No. 25 tahun 1992 tentang pokok-pokok perkoperasian
pasal 45 ayat (1) adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku yang
bersangkutan. Dengan demikian SHU sebelum pajak Laporan Perhitungan SHU menurut UU
No.25 tahun 1992 pasal 45 terdiri:

1. Pendapatan Operasional berupa: (1). Pendapatan bunga terdiri dari: bunga atas
pinjaman yang diperoleh Usaha Simpan Pinjam, bunga dari bank berupa giro, tabungan dan
51
deposito, bunga dari koperasi berupa tabungan dan simpanan berjangka, pendapatan
administrasi.

(2). Pendapatan operasional lainnya. Beban Operasional berupa; beban biaya bunga, biaya bunga
pinjaman, beban komisi atau profisi, biaya umum dan administrasi, biaya organisasi.
3. Beban Non Operasional. Terkait dengan laporan promosi ekonomi anggota, yang dimaksud
adalah laporan yang memperlihatkan manfaat ekonomi yang diperoleh anggota koperasi selama
1 tahun tertentu. Laporan promosi ekonomi anggota merupakan wujud dari pencapaian tujuan
koperasi. Hal ini harus dipahami benar oleh pihak-pihak di dalam maupun di luar koperasi, agar
koperasi ditempatkan pada posisi yang tepat dan tidak disalahtafsirkan di dalam mengevaluasi
kinerjanya. Laporan tersebut mencakup:
a. Manfaat ekonomi dari kegiatan simpan pinjam lewat Koperasi.
b. Manfaat ekonomi dalam bentuk pembagian SHU. Untuk mnengetahui kinerja financial suatu
koperasi maka ala tanalisis yang digunakan adalah analisa rasio keuangan. Hal ini lebih
dipertegas oleh Bertoneche., Rory Knight (2001;74), bahwa rasio keuangan merupakan alat
utama untuk analisis laporan keuangan yang memberikan dasar untuk menilai sebuah bisnis
dan penilaian kesehatan keuangan perusahaan. Adapun rasio keuangan yang akan digunakan
adalah sebagai berikut :
1. Rasio Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan Badan Usaha untuk menyediakan alat-alat likuid (uang
tunai) setiap saat untuk membayar kewajibannya yang telah jatuh tempo. Sutyastie (2002).
Semakin besar rasio likuiditas suatu perusahaan maka akan semakin aman dalam menghadapi
risiko jangka pendek, akan tetapi tidak ada satu ketentuan mengenai angka yang pasti untuk
menentukan tingkat keamanan yang tinggi, juga tidak berarti bahwa rasio yang sangat besar
mencerminkan operasional perusahaan itu efisien. Rasio likuiditas yang digunakan antara lain
Quick Ratio/ Acid Test Ratio, adalah kemampuan untuk membayar hutang yang harus segera
dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid. Rasio ini merupakan ukuran kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendek dengan aset yang dimiliki
koperasi. Riyanto (2001: 104). Rumus: %100
Standar normal Acid Test Ratio dalam koperasi adalah 175%- 200% (DepKop & PPKM:
2002). Terkait dengan posisi hutang dalam struktur permodalan koperasi, Hailu, Getu et al
52
(dalam Novcovic Sonja., 2007;48) mengemukakan bahwa salah satu isu utama saat ini tentang
keuangan koperasi adalah pengaruh leverage utang terhadap kinerja koperasi. Selanjutnya Hailu,
Gitu et al mengemukakan bahwa secara teoritis, leverage dapat meningkatkan tekanan pada
manajer untuk berbuat, melalui pengurangan insentif untuk perilaku moral hazard dengan
mengurangi arus kas „‟bebas‟‟ pada penyelesaian oleh manajer. Hal ini menunjukkan hubungan
yang positif antara leverage dan efisiensi. Sebaliknya, leverage yang tinggi dapat meningkatkan
biaya keagenan utang karena benturan kepentingan antara pemegang saham koperasi/ anggota
dan debt holders, sehingga hubungan antara leverage dan efisiensi negatif. Sebuah studi tentang
hubungan antara leverage keuangan dan kinerja dapat memberikan dampak dari perbedaan
dalam akses modal hutang atau ekuitas terhadap daya saing perusahaan koperasi.
2. Rasio Rentabilitas. Rasio rentabilitas digunakan untuk mengukur sejauhmana kegiatan
operasional koperasi mampu menciptakan hasil kembali dari sejumlah modal yang
diinvestasikan dalam jangka waktu tertentu, sehingga dapat diketahui apakah usaha yang
dijalankan memiliki kelayakan dibanding dengan alternatif lain dalam menyimpan modal
misalnya tingkat bunga bank (Sutyastie, 2002). Rasio rentabilitas dapat dihitung dengan rumus
:%100
Semakin tinggi nilai rasio rentabilitas berarti kondisi koperasi sangat bagus, hal ini disebabkan
karena dengan modal usaha tertentu koperasi mampu menghasilkan SHU yang besar. Menurut
Riyanto (1997: 36) Rentabilitas dibedakan menjadi dua, yaitu Rentabilitas ekonomi dan
Rentabilitas modal sendiri. Rentabilitas Ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan
modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan
dinyatakan dalam prosentase (Riyanto, 1997: 36). Oleh karena pengertian rentabilitas sering
digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam suatu perusahaan, maka
rentabilitas ekonomi sering pula dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan dengan
seluruh modal yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan laba. Rentabilitas ekonomi dapat
dihitung dengan menggunakan rumus :%100
Rentabilitas ekonomi atau sering disebut earning power mempunyai arti penting dalam
perusahaan, maka perlu diusahakan agar rentabilitas meningkat. Tinggi rendahnya rentabilitas
dipengaruhi oleh dua faktor: Profit margin dan Turnover of Operating Asset (Riyanto, 1997: 37).
Rentabilitas modal sendiri atau sering dinamakan rentabilitas usaha adalah perbandingan antara

53
jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri disatu pihak dengan jumlah modal sendiri
yang menghasilkan laba tersebut dilain pihak. Dengan kata lain rentabilitas modal sendiri adalah
kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja didalamnya untuk
menghasilkan keuntungan (Riyanto, 1997: 44)
Rasio Solvabilitas.
Rasio solvabilitas digunakan untuk mengetahui kemampuan koperasi membayar semua
kewajiban kepada pihak ketiga, baik jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang termasuk
simpanan anggota manakala koperasi tersebut dibubarkan. Rasio ini dapat dihitung dengan
menggunakan rumus. Batas rasio solvabilitas yang cukup aman apabila kekayaan total bisa
menutupi keseluruhan hutang yaitu rasio solvabilitas bernilai 1, artinya setiap Rp 1,- hutang
dijamin dengan Rp 1,- aktiva (Sutyastie, 2002).
4. Rasio Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan koperasi untuk menciptakan keuntungan dari sejumlah
modal yang diinvestasikan dalam jangka waktu tertentu. Profit didapat dengan mengurangi total
biaya dari total pendapatan yang diterima. (Sutyastie, 2002)
Semakin besar nilai rasio profitabilitas menunjukkan bahwa kondisi koperasi dalam
menciptakan profit semakin baik, karena dengan sejumlah modal tertentu koperasi mampu
menghasilkan keuntungan yang besar. Rasio Aktivitas, adalah kemampuan dana yang tertanam
dalam keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode tertentu (Setiawan, 2005: 19). Aktivitas
adalah suatu langkah dalam proses produksi yang diperhatikan untuk menyelesaikan suatu
proses. (Amin Wijaya Tunggal 1996:6).
Dengan demikian aktivitas adalah kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan
aktiva berputar dalam proses produksi suatu periode tertentu. Rasio aktivtas berisikan
perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi dalam berbagai harta. Rasio aktivitas dapat
diketahui melalui rasio- rasio sebagai berikut: Cash Turnover (Perputaran kas). Perputaran kas
adalah perbandingan antara jumlah kredit yang diberikan dengan nilai rata-rata kas yang dimiliki
oleh koperasi ( Riyanto, 1999: 95).
Kinerja Usaha
Mengelola bisnis usaha kecil tidak ada bedanya dengan mengelola perusahaan besar.
Penyebabnya adalah kedua-duanya memerlukan keseriusan, kerja keras dan efektif guna

54
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pencapai tujuan yang dimaksud tercermin pada hasil
capai (kinerja). Kinerja berkaitan dengan semangat karyawan di dalam menjalankan fungsinya
secara baik dan benar. Jika karyawan memandang perlunya komitmen dengan sepenuh hati (
engage) dalam melaksanakan fungsinya, maka kinerjanya akan meningkat pula sekaligus akan
berdampak pada peningkatan kinerja perusahaam. Untuk mewujudkan hal ini perlu dianalisa
beberapa faktor yang bisa meningkatkan kinerja perusahaan secara signifikan. Idealnya
perusahaan bisa memenuhi seluruh key driver secara maksimal, namun, tentu saja sulit.
Solusinya menurut Irwan Rei (Direktur Pengelola Multi Talenta Indonesia) adalah dianjurkan
perusahaan melakukan survei internal tentang hal berikut :
1. Faktor pendorong utama (key driver) apa saja yang saat ini relatif rendah nilainya
dibanding dengan yang lain?
2. Mana yang harus atau bisa diperbaiki terlebih dahulu?
3. Faktor apakah yang kalau diperbaiki memberi pengaruh besar pada peningkatan
motivasi dan komitmen karyawan. Apa yang relatif cepat dan mudah dilakukan perusahaan
untuk memperbaiki kondisi yang ada. (Galeriukm). http:// swa.co.id/2007/03 Faktor kunci yang
terkait dengan pertumbuhan perusahaan kecil, menurut Storey (dalam Mazzarol, Tim., et all
(2009) bahwa karakteristik manajer perlu dipahami ketika mempertimbangkan pertumbuhan
perusahaan kecil tapi ‟karakteristik dan sifat perencanaan strategis perusahaan dan proses
manajemen juga penting.
Para peneliti pertumbuhan perusahaan kecil seperti Kemp dan Verhoeven, (dalam
Mazzarol, Tim. et. All ; 2009) telah mengadopsi beberapa teori dengan perbedaan sudut fokus,
termasuk life cyrcle atau model tahap kehidupan bisnis, yang menunjukkan perusahaan bergerak
melalui berbagai tahapan, seperti transisi dari awal sampai dengan jatuh tempo, teori berbasis
sumber daya perusahaan dan orientasi model kewirausahaan pemilik - manajer. Demikian pula
Mazzarol, Tim., et all (2009) mengemukakan bahwa kontribusi utama dari teori siklus kehidupan
adalah pengakuan bahwa tantangan manajerial yang dihadapi manajer bervariasi dari tahap
kehidupan ketahap kehidupan berikutnya, dengan terus meningkat ketingkat yang lebih rumit
sebagai sebuah organisasi yang tumbuh.
Oleh sebab itu manajer atau pengusaha perlu menyesuaikan perilaku manajerial menjadi
lebih formal dalam hal perencanaan operasional dan strategis, akhirnya mengembangkan

55
manajemen tim tingkat menengah dan dewan manajemen. Berbicara tentang faktor perilaku
manajerial, Lennik (2004;185) mengemukakan “ketika pengusaha kurang memiliki tingkat
kompetensi moral yang konsisten, bisnisnya biasanya terputus-putus atau gagal sama sekali,
bahkan model bisnis yang luar biasa tidak dapat bertahan hidup tanpa kepemimpinan moral yang
kompeten”. Pengusaha yang ingin sukses harus menguasai bukan hanya tantangan bisnis, tetapi
harus menyelaraskan bisnisnya dengan prinsip-prinsip integritas, tanggungjawab, kasih sayang
dan pengampunan. Mazzarol, Tim. et. all (2009) mengemukakan “Faktor yang menentukan
kapasitas perusahaan kecil untuk tumbuh adalah kompetensi manajer, orientasi kewirausahaan
dan keterampilan perencanaan strategis dan seberapa baik pengelolaan sumberdaya yang tersedia
untuk bisnis”.
Demikian pula Moran, Kotey dan Meredith (dalam Mazzarol, Tim et all ; 2009)
mengemukakan alasan mengapa manajer usaha bisa membuat keputusan untuk mengembangkan
bisnis yang berfokus pada karakteristik psikologis atau kepribadian...beberapa bukti mendukung
hubungan antara fokus pertumbuhan dan orientasi strategis manajer dan karakter kewirausahaan,
sebagai contoh, ada hubungan antara kebutuhan manajer untuk pencapaian dan orientasi
pertumbuhan. Terkait dengan pengalaman menghadapi krisis multidimensi satu dekade terakhir,
Sukamdani S. Gitosardjono mengemukakan bahwa ada beberapa pelajaran menarik yang dapat
diterapkan untuk menjaga entitas usaha agar tetap berkesinambungan, yaitu :
1. Tetap prudent dalam menjalankan kegiatan usaha, dalam arti penerapan aksi korporasi
harus tetap memperhitungkan keungkinan risiko yang akan terjadi. Tanpa memiliki kehati-
hatian, yang dilandasi perhitungan cermat dalam memasuki peluang bisnis, sudah barang tentu
institusi bisnis yang kita kelola akan dengan mudah terjerembab
2. Menerapkan standar untuk menjaga kualitas sistem operasional, mutu produk dan
layanan, serta kinerja secara keseluruhan pada bisnis yang kita kelola. Dengan menjaga standar
seperti itu, guncangan sekuat apapun akan dapat kitahadapi dengan lebih sigap dan siap.
3. Memberikan tata kelola usaha yang baik (dan benar) alias good corporate governance
(GCG). Berbagai prinsip yang melandasi penerapan GCG terbukti mampu menjaga pengelolaan
perusahaan lebih profesional dan memenuhi kaidah-kaidah baku yang dibuktikan oleh berbagai
perusahaan yang sukses.

56
Bisnis Indonesia http://www.kanaka.co.id perbedaan produktivitas diperkirakan positif
mencerminkan besaran koefisien positif pada koperasi, hal ini menunjukkan ukuran keuangan
dan partisipasi dalam pengambilan keputusan berpotensi membantu mengidentifikasi sumber
dari perbedaan produktivitas dimaksud. Jika dikaitkan dengan kinerja usaha koperasi yang sehat,
telah diatur dalam Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Republik Indonoesia Nomor : 22/PER/M.KUKM/ IV/2007 Tentang Pedoman
Pemeringkatan Koperasi, Pasal 4 dikemukakan bahwa aspek kinerja usaha yang semakin sehat,
ditunjukkan oleh :
1. Membaiknya struktur permodalan.
Struktur modal menggambarkan perbandingan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri,
dengan demikian struktur permodalan hanya berkaitan dengan pendanaan jangka panjang yang
terdiri dari hutang jangka panjang (long term debt) dan modal sendiri (equity capital). Struktur
permodalan yang semakin membaik menunjukkan perbandingan antara hutang jangka dengan
modal sendiri paling tidak berbanding sama.
2. Kondisi kemampuan penyediaan dana.
Penyediaan dana dalam koperasi pada prinsipnya berasal dari anggota dalam bentuk simpanan
pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela dan penyisihan sebagian SHU yang disebut dengan
dana cadangan. Jika terjadi kekurangan dana yang dibutuhkan, maka upaya pengurus adalah
mencari pendanaan dari pihak ke tiga dalam bentuk pinjaman.
3. Penambahan asset.
Kebijakan penambahan asset memerlukan pertimbangan yang cukup matang dan selektif
berhubung kebijakan tersebut terkait dengan investasi jangka panjang yang akan dimanfaatkan
dalam pengembangan usaha.
4. Peningkatan volume usaha.
Kegiatan usaha yang dikembangkan koperasi pada prinsipnya adalah kegiatan yang berkait
dengan kepentingan anggota. Salah satu indikator keberhasilan kegiatan usaha adalah jika usaha
anggota berkembang sejalan dengan perkembangan usaha koperasi. Oleh sebab itu jenis usaha
koperasi tidak dapat diseragamkan untuk setiap koperasi.
Isu strategis pengembangan usaha koperasi menurut Bayu Krisna Murti (2002) dapat dipertajam
untuk beberapa hal berikut :

57
a. Mengembangkan usaha koperasi dengan mempertahan- kan falsafah dan prinsip koperasi.
b. Keterkaitan usaha koperasi dengan kegiatan pelayanan umum
c. Mengatasi beberapa permasalahan teknis usaha bagi koperasi kecil untuk berkembang
d. Mengakomodasi keinginan usaha kecil untuk membentuk koperasi.
e. Pengembangan kerjasama usaha antar koperasi
f. Peningkatan kemampuan usaha koperasi pada umumnya.
g. Peningkatan citra koperasi
h. Penyaluran aspirasi koperasi.

5. Peningkatan kapasitas produksi.


Upaya untuk meningkatkan produksi masing-masing koperasi berbeda. Peningkatan kapasitas
produksi dapat dilakukan dengan cara penambahan asset, peningkatan sumberdaya manuisia
melalui pendidikan dan pelatihan misalnya pelatihan tehnik produksi, serta penyediaan sarana
dan prasarana penunjang yang lain. Hal ini bisa terjadi pada koperasi pertanian, koperasi
perikanan/ koperasi nelayan dan lain-lain yang tergolong dalam koperasi produksi.
6. Peningkatan keuntungan.
Sebagai upaya untuk meningkatkan keuntungan koperasi, pengurus/manajer hendaknya berusaha
semaksimal mungkin menemukan kiat-kiat agar terjadi peningkatan usaha koperasi, antara lain :
a. Meningkatkan pelayanan dan manfaat barang. Sebuah barang komoditas akan tetap berharga
murah manakala tidak ada nilai tambah dari manfaatnya. Ketika sebuah komoditas diberi nilai
tambah manfaat, maka harganya akan ikut naik seiring dengan penambahan nilai manfaat.
Apapun barang atau jasa dimiliki dinaikkan nilai manfaatnya dan pemberian pelayan yang
memuaskan anggota dan calon anggota.
b. Merancang/merencanakan anggaran. Kesuksesan harus direncanakan, termasuk dalam
masalah anggaran bisnis. Manfaat rancangan dan perencanaan anggaran adalah agar bisa
dilakukan pengendalian biaya usaha. Tanpa perencanaan yang bisa jadi biaya tidak terkendali.
c. Melakukan penghematan (efisiensi) biaya operasional. Hal ini bisa dilakukan bila disertai
dengan aturan-aturan yang mengikat, misalnya aturan pemanfaatan listrik dan air yang terkait
dengan biaya operasional (overhead cost), kecuali pemanfaatannya terkait dengan operasional
produksi.

58
Kelembagaan,keanggotaan, volume usaha,permodalan asset dan SHU koperasi
Kelembagaan koperasi merupakan suatu ubungan dan tatanan dalam organisasi koperasi untuk
membantu anggotanya agar dapat berinteraksi satu dengan lainnya guna mencapai tujuan yang
diinginkan.
Anggota koperasi adalah setiap warga Negara Indonesia yang mampu melakukan tindakan
hokum atau badan hokum koperasi yang memiiki kepentingan ekonomi yang sama dan
memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam anggaran dasar koperasi. Anggota
kopearsi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa kopearsi.
Volume usaha koperasi adalah merupakan nilai penjualan ataua penerima barang dan jasa serta
penyaluran pinjaman dan pembiayaan dalam suatu periode atau tahun buku tertentu.
Modal koperasi adalah sejumlah dana yang aakan digunakan untuk melakukan kegiatan –
kegiatan atau usaha-usaha dalam koperasi. Modal digunakan untuk membeli barang dagangan
atau alat-alat produksi. Modal bisa di dapat dari 2 sumber, yaitu anggotanya sendiri (internal)
dan dari luar (eksternal).
Aset kopeasi merupakan sejumlah kekayaan koperasi yang terdiri dari modal sendiri dan modal
luar/pinjaman.
SHU koperasi adalah sisa hasil usaha koperasi atau biasa dikenal dengan SHU adalah
keuntungan bersih yang diperoleh sebuah kopeasi selam 1 tahun. Laba bersih tersebut dari selisih
hasil pendapatan koperasi terhadap penysutan, biaya operasional dan pembayaran pajak lain.
Cara menghitung SHU anggota koperasi.
1. SHUa = JUA + JMA
Keterangan ;

JUA = penjualan anggota ; total penjualan koperasi x presentasi jasa modal anggota x SHU.

JMA = Simpana anggota ; total simpanan koperasi x persentasi jasa modal x SHU.

SHU anggota = Jasa modal + jasa Usaha (JUA)

Metode Pengawasan
Secara garis besar pengawasan dapat dibagi dua, yaitu metode pengawasan kwalitatif dan
metode pengawasan kwantitatif.Pengawasan kualitatifdilakukan oleh manajer untuk menjaga

59
kinerja organisasi secara keseluruhan, sikap serta kinerja karyawan. Metode pengamanan
kuantitatif dilakukan dengan menggunakan data, biasanya digunakan untuk mengawasi kuantitas
maupun kualitas produk. Ada beberapa cara yang biasa digunakan untuk mengadakan
pengamanan kuantitatif, antara lain dengan menggunakan anggaran, mengadakan audit, analisis
titik impas, analisis ratio dan sebagainya.
Pembangunan koperasi dan perundang-undangan koperasi
Lahirnya undang-undang perkoperasian no 17 Tahun 2012 yang menggantikan Undang-undang
Perkoperasian no. 25 tahun 1992 yang dikatakan ekonomisasi telah berubh pengertian koperasi
dari sebagai organisasi ekonomi rakyat yang berwatak social” menjadi sebagai badan usaha.
Sarifuudin Hasan sebagai menteri Koperasi dan UKM mengatakan uu perkoperasian no. 17
tahun 2012bertujuan untuk digunakan sebagai instrument pembangunan koperasi di Indonesia
yang selaras dengan perkembangan tata ekonomi nasinal dan global sehingga lebih mendorong
tumbuhnya ekonomi nasional yang semakin meningkat dan sustainable.
Pembangunan perekonomian nasional bertujuan untuk mewujudkan kedaulatan politik dan
ekonomi Indonesia melalui pengelolaan sumber daya ekonomi dalam suatu iklim pengembangan
dan pemberdayaan koperasi. Koperasi memiliki peran strategis dalam tata ekonomi nasional
berdasarkan azas kekekluargaan dan demokrasi ekonomi dalam rangka menciptakan masyarakat
yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pembangunan dan
pemberdayaan koperasi dalam suatu kebijakan perkoperasian harus mencerminkan nilai dan
prinsip koperasi sebagai wadah usaha bersama untuk memenuhi inspirasi dan kebutuhan
ekonomi anggota sehingga tumbuh menjadi kuat, sehat, mandiri, tangguh , benefit, dan
bersahabat dalam menghadapi perkembangan ekonomi global yang semakin dinamis dan penuh
tantangan.
Arahan, sasaran dan kebijakan pembangunan koperasi
Dengan memperhatikan tantangan dan sasaran pengembangan koperasi dan UMKM ke depan,
dan merujuk pada arah kebijakan nasional dan di bidang UMKM dan koperasi tahun 2015-2019,
maka kebijakan yang dilaksanakan oleh kementerian koperasi dan UKM pada tahun 2015-2019
dibiarkan untuk ; meningkatkan produktifitas, kelayakan dan nilai tambah koperasi dan UMKM
sehingga mampu mampu tumbuh ke skala yang lebih besar (naik kelas) dan berdaya saing. Arah

60
kebijakan tersebut akan dilaksanakan melalui 5 strategi sebagamana dituangkan dalam RPJMN
tahun 2015-2019 yaitu
1. Peningkatan kualitas SDM
2. Peningkatan akses pembiyaan dan perluasan skema pembiayaan
3. Peningkatan nilai tambah produk dan jamgkauan pemasaran
4. Penguatan kelembagaan usaha dan
5. Kemudaha kepastian dan perlindungan usaha.
Kelima strategi ersebut dilaksanakan melalui beberapa langkah strategis yang disusun berdasarkan
dimensi pembangunan yang dituangkan di dalam RPJMN 2015-2019 yaitu

1. Dimensi pembangunan manusia


2. Dimensi pembangunan sector unggulan dan
3. Dimensi pemerataan dan kewilayahan.
Uraian langkah-langkah strategis tersebut adalah sebagai berikut:

1. Dimensi Pembangunan Manusia: Revolusi Mental


 Peningkatan kapasitas SDM KUMKM di daerah melalui pelatihan dan pendampingan
yang melibatkan K/L terkait, Pemda, dunia usaha, akademisi, organisasi masyarakat sipil
(OMS), dan Gerakan Koperasi;
 Peningkatan peran dan tugas dari petugas penyuluh koperasi lapangan (PPKL);
 Fasilitasi pembebasan biaya akta notaris bagi pelaku usaha mikro untuk membentuk
koperasi;
 Fasilitasi kemudahan perizinan bagi usaha mikro dan kecil potensial;
 Penciptaan 20.000 koperasi berkualitas selama 5 tahun; dan
 Penataan basis data koperasi dan UMKM;
2. Dimensi Pembangunan Sektor Unggulan: Kedaulatan Pangan
 Fasilitasi penguatan peran KUD sebagai penyaluran pupuk bersubsidi;
 Pola Pembiayaan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Pengembanagn Skema
Pembiayaan Koperasi dan UMKM melalui LPDB-KUMKM;
 Pembiayaan dan permodalan bagi wirausaha sektor pertanian;
 Pembentukan lembaga pembiayaan untuk petani dan UMKM;

61
 Peningkatan kapasitas SDM KUMKM bagi petani dan masyarakat perdesaan;
 Revitalisasi pasar tradisional; dan
 Pengembangan produk unggulan daerah melalui pendekatan 1 daerah 1 produk unggulan;
3. Dimensi Pembangunan Sektor Unggulan: Kedaulatan Energi Pengembangan energi
terbarukan berbasis ramah lingkungan khususnya di perdesaan.
4. Dimensi Pembangunan Sektor Unggulan: Kemaritiman dan Kelautan
 Pengembangan skema pembiayaan koperasi dan UMKM melalui LPDB- KUMKM dan
Kredit Usaha Rakyat (KUR);
 Pembiayaan dan permodalan bagi wirausaha nelayan dan masyarakat pesisir;
 Peningkatan kapasitas SDM KUMKM bagi nelayan dan masyarakat pesisir; dan
 Revitalisasi pasar tradisional;
5. Dimensi Pembangunan Sektor Unggulan: Pariwisata dan Industri
 Pengembangan UKM kreatif di bidang pariwisata;
 Pengembangan kewirausahaan melalui upaya menaikkelaskan 1 juta unit usaha mikro; c.
Fasilitasi penerapan standardisasi mutu dan sertifikasi produk bagi KUMKM melalui
sinergi dengan K/L terkait;
 Fasilitasi dan dukungan pemasaran bagi KUKM, melalui Lembaga Layanan Pemasaran
(LLP-KUKM) sebagai trading house, Pusat Inovasi dan Galery Produk UKM; dan
 Fasilitasi promosi produk KUMKM melalui pameran baik dalam negeri maupun luar
negeri;
6. Dimensi Pemerataan dan Kewilayahan: Kawasan Perbatasan dan Daerah
Tertinggal
 Revitalisasi pasar tradisional di daerah tertinggal, perbatasan dan pasca bencana; dan
 Pengembangan produk unggulan daerah melalui pendekatan 1 daerah 1 produk
unggulan.
Arah kebijakan, strategi dan berbagai langkah strategis untuk menaikkan- kelas UMKM
tersebut juga dilengkapi dengan Norma Standar Operasional Kementerian Koperasi dan UKM
dalam pelaksanaan program dan kegiatan sebagai berikut:

62
1. Dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, seluruh jajaran Kementerian Koperasi
dan UKM harus memperhatikan azas ketaatan dengan mengacu pada peraturan
perundangan yang ada.
2. Kinerja diukur dengan pencapaian Sasaran Strategis yaitu:
 Meningkatnya kontribusi KUMKM dalam perekonomian melalui pengembangan
komoditas berbasis koperasi/sentra di sektor-sektor unggulan;
 Meningkatnya daya saing koperasi dan UMKM;
 Meningkatnya wirausaha baru dengan usaha yang layak dan berkelanjutan; dan d.
Meningkatnya kualitas kelembagaan dan usaha koperasi, serta penerapan praktek
berkoperasi yang baik oleh masyarakat.
.3 Penguatan koperasi dan UMKM difokuskan pada peningkatan kinerja dan daya saing
koperasi dan UMKM di sektor-sektor utama yang menjadi prioritas Presiden melalui Nawa
Cita;
4. Seluruh upaya pencapaian sasaran kinerja melalui program, kegiatan, maupun output
harus dilaksanakan melalui keterpaduan dan kerjasama antar unit dalam proses
perencanaan, pelaksanaan dan monev yang didukung kelengkapan data dan informasi
koperasi dan UMKM;
5. Pelaksanaan program dan kegiatan harus mencakup keseimbangan antara pemihakan dan
pembangunan kemandirian koperasi dan UMKM, serta bersifat inklusif yang
memperhatikan akses dan kesempatan yang sama antar kelompok pendapatan, antar
gender, antar wilayah, dan keberpihakan kepada kelompok/golongan yang kurang mampu.
6. Pelaksanaan program dan kegiatan didukung kemitraan dan kerjasama strategis dengan
Kementerian/Lembaga/Daerah serta organisasi masyarakat, organisasi/lembaga profesi,
pelaku usaha, serta kerjasama bilateral dan multilateral yang didasarkan pada prinsip
kesetaraan dan saling melengkapi; dan
7. Kementerian Koperasi dan UKM mendorong profesionalisme pelayanan publik dengan
mengembangkan unit-unit pelayanan yang dapat mandiri, memberikan kontribusi pada
Penerimaan Negara Bukan Pajak, dan secara langsung melayani kebutuhan masyarakat.

63
Rangkuman
Lahirnya undang-undang perkoperasian no 17 Tahun 2012 yang menggantikan Undang-
undang Perkoperasian no. 25 tahun 1992 yang dikatakan ekonomisasi telah berubh pengertian
koperasi dari sebagai organisasi ekonomi rakyat yang berwatak social” menjadi sebagai badan
usaha. Sarifuudin Hasan sebagai menteri Koperasi dan UKM mengatakan uu perkoperasian no.
17 tahun 2012bertujuan untuk digunakan sebagai instrument pembangunan koperasi di
Indonesia yang selaras dengan perkembangan tata ekonomi nasinal dan global sehingga lebih
mendorong tumbuhnya ekonomi nasional yang semakin meningkat dan sustainable.
Pembangunan perekonomian nasional bertujuan untuk mewujudkan kedaulatan politik
dan ekonomi Indonesia melalui pengelolaan sumber daya ekonomi dalam suatu iklim
pengembangan dan pemberdayaan koperasi. Koperasi memiliki peran strategis dalam tata
ekonomi nasional berdasarkan azas kekekluargaan dan demokrasi ekonomi dalam rangka
menciptakan masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Pembangunan dan pemberdayaan koperasi dalam suatu kebijakan perkoperasian harus
mencerminkan nilai dan prinsip koperasi sebagai wadah usaha bersama untuk memenuhi
inspirasi dan kebutuhan ekonomi anggota sehingga tumbuh menjadi kuat, sehat, mandiri,
tangguh , benefit, dan bersahabat dalam menghadapi perkembangan ekonomi global yang
semakin dinamis dan penuh tantangan

64
Tugas

1. Tugas terstruktur
Petunjuk:
 Bacalah dan cermati tugas di bawah ini, kemudian kerjakan secara berkelompok
 Dikumpulkan paling lama 1 minggu setelah tugas ini diumumkan.
 Sampaikan hasil tugas secara berurutan kepada dosen dan kelompok lainnya.
 Membentukmenjadi kelompok yang menyusun tugas berupa makalah yang bertema ;
metode pengawasan koperasi.
 Laporan tugas dituangkan dalam file word dengan ukuran A4 times new roman font 12
spasi 1,5 rata kiri kanan sertakan judul tugas, nama kelompok, nim, kelas, logo dan
program studi.
 Laporan tugas dituangkan dalam bentuk makalah dengan kertas A4 times new roman font
12 spasi 1,5 rata kiri kanan.
 Bentuk laporan tugas disusun dengan mengikuti format sebagai berikut :
SAMPUL DEPAN (COVER)
DAFTAR ISI
BAB I
SKENARIO/TEMA : JUDUL TUGAS DISKUSI
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
PROBLEM/ANALISIS MASALAH
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
65
DAFTAR PUSTAKA

Harahap, Sofyan Safri. (2002). Analisa Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: Rasa Grafindo
Persada

Ropke, Jochen, 1995. Kewirausahaan Koperasi – Dinamika Kewirausahaan dan pengembangan


Dalam Organisasi Swadaya, UPT Penerbitan IKOPIN, Bandung.

---------(2000). Ekonomi Koperasi, Teori dan Praktek (The Economic Theory Of


Cooperative).terj. Sri Djatnika S Arifin, Salemba Empat, Jakarta.

---------(2003). Ekonomi Koperasi, Teori dan Manajemen. Jakarta. Salemba Empat

66
BAB IV
HUBUNGAN KOPERASI DAN PASAR
Komala Dewi, M.E

PENDAHULUAN

A. PENGANTAR PENDAHULUAN
Integrasi vertikal yang dilaksanakan oleh perusahaan koperasi atau perusahaan-
perusahaan lainnya di samping sebagai upaya peningkatan efisiensi perusahaan, juga untuk
menghadiri persaingan yang lebih ketat antar penjual.Dengan kebijakan harga yang lebih aktif,
koperasi menciptakan rangsangan-rangsangan yang lebih kuat bagi para pesaingnya dalam
mengurangi kesempatan masuknya koperasi baru. Jika koperasi berproduksi dengan kemampuan
yang lebih rendah, maka para pesaing dapat dengan mudah menyingkirkan koperasi keluar pasar
dan menjadikan koperasi tergantung bantuan dari luar (bantuan pemerintah) untuk tetap hidup.
Dengan demikian apakah para pesaing oligopolistik akan memulai perang harga untuk
menyingkirkan koperasi.

B. DESKRISI
Bab V ini disusun sedemikian rupa untuk membantu mahasiswa S1 ekonomi syariah
semester IV dalam memahami materi kuliah manajemen koperasi & UMKM dengan beban 3 sks
teori dan 0 sks praktik. Sebagai bab kedua di dalam modul ini, bab V menguraikan pokok
bahasan atau topik yang saling berkaitan satu sama lain yaitu peranan kud dalam pembangunan
masyarakat pedesaan.

C. Tujuan/kemampuan akhir
Pembelajaran pada bab ini membantu mahasiswa untuk mencapai kemampuan akhir yaitu
mampu menguraikan peranan kud dalam pembangunan masyarakat pedesaan. (C2). Baiklah,
Pembelajaran kedua pada manajemen koperasi & UMKM akan dimulai. Berikut beberapa tips
bagi mahasiswa agar dapat memahami peranan kud dalam pembangunan masyarakat
pedesaan.antara lain:
1. Awali proses belajar dengan berdo‟a dan tanamkan tekad/motivasi untuk mengetahui
segala hal terkait dengan peranan kud dalam pembangunan masyarakat pedesaan.
67
2. Baca dan pahami setiap materi, serta cari kata kunci atau catatan penting dari materi. Bila
perlu buat resume berisi catatan penting tersebut.
3. Kerjakan latihan soal terutama soal kasus agar lebih meningkatkan kemampuan berpikir
kritis dalam memahami peranan kud dalam pembangunan masyarakat pedesaan.
4. Bila ada yang tidak dipahami, segera tanyakan pada dosen pengampu mata kuliah di
setiap topik
5. Akhiri proses belajar dengan berdo‟a
6. Tetap semangat, selamat belajar dan semoga sukses!!!

D. Uraian materi
Adapun uraian pada bab ini sebagai berikut ;
I. Koperasi dalam struktur;
a. pasar persaingan sempurna,
b. pasar monopolistik,
c. pasar oligopolistik,
II. Koperasi dalam struktur pasar monopoli
III. Pengertian dan Fungsi kewirakoperasian
IV. Tipe-tipe kewirakoperasian
V. Tugas-tugas kewirakoperasian
VI. Prasyarat keberhasilan kewirakoperasian

68
Koperasi dalam struktur

Koperasi dalampasar persaingan monopistik


Pasar persaingan monopolistik (monopolistic competition) dapat diartikan sebagai pasar
monopoli yang bersaing. Dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwa, pasar suatu produk
dikatakan berada keadaan persaingan monopolistik apabila dalam pasar tersebut terdapat ciri-ciri
persaingan dan ciri monopoli. Hal ini disebabkan produk-produk yang dijual dipasar tidaklah
homogen, tetapi masing-masing mempunyai daya subsitusinya satu sama lain. Pengusaha dan
konsumen produk tertentu sama-sama bersaing, tetapi persaingan tersebut tidak sempurna karna
produk yang dihasilkan tidak sama dalam banyak hal.
Pasar persaingan monopolistik dalah bentuk dari organisasi pasar yang mempunyai ciri-
ciri sebagai berikut:

1. Banyak penjual atau pengusaha dari suatu produk yang beragam.


2. Produk yang dihasilkan tidak homogen.
3. Ada produk substitusinya, artinya dapat digantikan penggunaanya secara sempurna oleh
produk lain.
4. Keluar atau masuk industri relatif mudah.
5. Harga produk tidak sama di semua pasar, tetapi berbeda-beda sesuai dengan keinginan
penjualnya.
6. Pengusaha dan konsumen produk tertentu sama-sama bersaing, tetapi persaingan tersebut
tidak sempurna karena produk yang dihasilkan tidak sama dalam banyak hal.
KOPERASI DALAM PASAR MONOPOLI
Pasar Monopoli: Bentuk dari organisasi pasar, dimana hanya ada satu perusahaan atau
penjual suatu produk di pasar yang bersangkutan. Ciri-cirinya:
• Hanya menghasilkan satu jenis produk.
• Tidak terdapat produk substitusi, artinya tidak dapat digantikan dengan produk lain.
• Terdapat banyak konsumen. Yang bersaing dalam pasar tersebut adalah konsumen, sedangkan
pengusaha bebas dari persaingan.
• Memasuki pasar monopoli secara legal maupun alamiah sangat sulit. Sifat-Sifat Pasar
Monopoli Lokal contohnya KUD sebagai penyalur tunggal Kredit Usaha Tani(KUT) dan pupuk.

69
Regional(kabupaten dan propinsi), contohnya dalam penyediaan air minum bersih oleh
perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
• Nasional contohnya, monopoli dibidang pelayanan pos, telepon, telegram dan listrik
Jadi, berdasarkan sifat-sifat diatas Koperasi akan sulit untuk menjadi pelaku monopoli di
masa yang akan datang baik secara lokal, regional maupun nasional. Dengan titik pandang dari
prospek yang akan datang, struktur Pasar Monopoli tidak banyak memberi harapan bagi
Koperasi. Selain tuntutan lingkungan untuk menghapus yang bersifat monopoli, pasar yang
dihadapi akan semakin terbuka untuk persaingan.
KOPERASI DALAM PERSAINGAN PASAR MONOPOLISTIK
Pasar persaingan Monopolistik diartikan sebagai pasar monopoli yang bersaing. Adapun
Ciri-cirinya:
• Banyak penjual dan pengusaha dari produk yang beragam
• Produk yang dihasilkan tidak homogen
• Jadi produk substitusi, artinya dapat digantikan dengan produk lain
• Keluar masuk pasar relatif mudah
• Harga produk tidak sama di semua pasar, tetapi berbeda sesuai keinginan penjual.
• Pengusaha dan konsumen sama-sama bersaing, tetapi persaingan tersebut tidak
sempurna karena produk yang dihasilkan tidak sama.

KOPERASI DALAM PASAR PERSAINGAN SEMPURNA


Sebuah jenis pasar dengan jumlah penjual dan pembeli yang sangat banyak danproduk
yang dijual bersifat homogen. Harga terbentuk melalui mekanisme pasar dan hasil interaksi
antara penawaran dan permintaam sehingga penjual dan pembeli di pasar ini tidak dapat
memengaruhi harga dan hanya berperan sebagai penerima harga (price-taker). Barang dan jasa
yang dijual di pasar ini bersifat homogen dan tidak dapat dibedakan. Semua produk terlihat
identik. Yang perlu dicermati dari konsepsi pasar persaingan sempurna ini bagi koperasi sebagai
perusahaan di pasar global adalah :
1.Total penerimaan koperasi hanya ditentukan oleh jumlah produk yang dijual karma
harga adalah konstan

70
2.Harga pasar tidak dapat dikendalikan oleh koperasi ataupun perusahaan lain secara
perseorangan
3.Perubahan harga pasar hanya terjadi karena adanya perubahan pada kurva permintaan
pasar atau pada kurva penawaran ataupun karena kedua-duanya.
Oleh sebab itu persaingan harga tidak cocok oleh para pelaku bisnis termasuk koperasi
di pasar persaingan sempurna. Untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar maka koperasi
harus mampu bersaing dalam hal biaya. Menurut konsepsi koperasi biaya, produksi akan dapat
diminimumkan berdasarkan skala ekonomi baik sebagai koperasi produsen mupun konsumen.
KOPERASI DALAM PASAR OLIGOPOLI
Oligopoli adalah struktur pasar dimana hanya ada beberapa perusahaan yang menguasai
pasar, baik secara independen maupun secara diam-diam bekerjasama. Oleh karena itu
perusahaan dalam pasar hanya sedikit, maka akan selalu ada rintangan bagi perusahaan baru
untuk memasuki pasar. Dewasa ini banyak koperasi di pasar-pasar lokal yang telah berintegrasi
vertikal atau pasar-pasar yang lebih besar dimana perusahaan-perusahaan yang telah mapan
masih sangat terbatas. Hal ini menunjukkan bahwa koperasi telah berada di struktur pasar
oligopoli, yaitu struktur pasar dimana hanya terdapat beberapa penjual yang menyebabkan
kegiatan penjual yang satu mempunyai peranan penting bagi penjual yang lain.
Integrasi vertikal yang dilaksanakan oleh perusahaan koperasi atau perusahaan-
perusahaan lainnya di samping sebagai upaya peningkatan efisiensi perusahaan, juga untuk
menghadiri persaingan yang lebih ketat antar penjual.Dengan kebijakan harga yang lebih aktif,
koperasi menciptakan rangsangan-rangsangan yang lebih kuat bagi para pesaingnya dalam
mengurangi kesempatan masuknya koperasi baru. Jika koperasi berproduksi dengan kemampuan
yang lebih rendah, maka para pesaing dapat dengan mudah menyingkirkan koperasi keluar pasar
dan menjadikan koperasi tergantung bantuan dari luar (bantuan pemerintah) untuk tetap hidup.
Dengan demikian apakah para pesaing oligopolistik akan memulai perang harga untuk
menyingkirkan koperasi.
Pasar persaingan sempurna (perspektif islam)
I. Pengertian Pasar Persaingan Sempurna

Pasar adalah tempat bertemunya antara pembeli dengan penjual, dan terjadi Interaksi
antara penjual dan pembeli terhadap barang dan jasa tertentu.Pasar peraingan sempurna adalah
71
bentuk pasar dimana dipasar terdapat banyak penjual dan pembeli, setiap penjual dan pembeli
tidak dapat mempengaruhi pasar. Pasar persaingan sempurna (Perfect Competition Market)
adalah bentuk pasar yang paling tua. Bentuk pasar ini sudah dikenal sejak jaman Adam Smith
dalam bukunya The Wealth of Nation. Bentuk pasar ini sangat sangat baik digunakan oleh negara
yang membutuhkan kebebasan bertransaksi bagi para pelaku ekonomi. Namun, belum ada satu
negarapun yang menerapkan bentuk pasar ini secara murni. Hal ini karena secara umum masing-
masing pelaku ekonomi dipasar ingin memperoleh kepentingan tersendiri. Para produsen
melakukan strateginya untuk memperoleh keuntungan secara maksimal, demikian juga para
konsumen ingin memperoleh kepuasan secara maksimal.
1. Ciri-ciri Pasar Persaingan Sempurna
a. Terdapat banyak penjual (perusahaan) dan pembeli dipasar, sehingga baik penjual
maupun pembeli tidak dapat mempengaruhi pasar dan masing-masing hanya membeli
dan menjual sebagian sangat kecil saja dari jumlah total yang diperdagangkan dipasar.
b. Perusahaan menjual produk yang standar dan homogen, artinya tidak terdapat perbedaan
yang nyata diantara barang yang dihasilkan antara sebuah perusahaan dengan produksi
perusahaan lainnya. Contohnya satu gantang gandum atau selembar saham
Amazon.com
c. Penjual dan pembeli memperoleh informasi secara sempurna tentang harga dan
ketersediaan semua sumber daya dan produk
d. Perusahaan dan sumber daya bebas untuk bergerak dan berpindah, yaitu mereka dalam
jangka tertentu dapat dengan mudah masuk atau keluar industri. Sekiranya perusahaan
mengalami kerugian,dan ingin meninggalkan industri tersebut, langkah ini dapat
dengan mudah dilakukan. Sebaliknya apabila ada produsen yang ingin melakukan
kegiatan di industri tersebut, produsen dapat dengan mudah masuk. Sama sekali tidak
ada hambatan-hambatan, baik secara legal maupun secara teknologi.
e. Produsen sebagai price taker, dimana tidak dapat menetapkan harga. Karena harga
sepenuhnya ditentukan berdasarkan tarikan permintaan penawaran dipasar, sehingga
setiap produsen menetapkan harga berdasarkan mekanisme yang terjadi di pasar.
1. Kelebihan Dan Kekurangan Pasar Persaingan Sempurna
Kelebihan Pasar Persaingan Sempurna :

72
1) Persaingan sempurna memaksimumkan efesiensi
a. Efisiensi produktif memiliki dua syarat untuk setiap biaya produksi, pertama biaya yang
dikeluarkan adalah yang paling minimum. dan yang kedua, industri secara keseluruhan
harus memproduksikan barang pada biaya rata-rata yang paling rendah. Yaitu pada titik
kurva AC mencapai titik yang paling rendah.
b. Efesiensi alokatif, alokasi sumber daya mencapai efesiensi yang maksimum apabila harga
barang sama dengan biaya marjinal untuk memproduksikan barang tersebut. Harga =
biaya marjinal.
2) Pasar persaingan sempurna memberikan penjelasan tentang prilaku dalam dunia ideal, dimana
perusahaan dapat berproduksi dalam skala yang efesien dengan harga outpu yang termurah.
Konsekuensi modal pasar persaingan sempurna bagi masyarakat adalah pasar ini memberikan
tingkat kemakmuran dan kenikmatan yang maksimal karena :
a. Harga jual output barang dan jasa yang termurah, sebab skala produksi yang efesien.
b. Jumlah output paling banyak sehingga rasio output per penduduk maksimal, karena setiap
penduduk memperoleh barang dan jasa yang dibutuhkan dan ini berarti kemakmuran
maksimal.
c. Masyarakat merasa nyaman dalam mengonsumsi karena tidak perlu membuang waktu
untuk memilih barang dan jasa (produk homogen) dan tidak takut ditipu dalam kualitas
dan harga (informasi sempurna).
d. Diproduksikan barang-barang yang diperlukan konsumen dengan ongkos produksi yang
minimum, berarti semua skala ekonomis telah dimanfaatkan, hal ini tergambar pada AC
minimum.
Kelemahan Pasar Persaingan Sempurna :
Model pasar persaingan sempurna memiliki beberapa kelemahan, yaitu :
a. Kelemahan dalam hal asumsi, dimana asumsi yang digunakan mustahil untuk terwujud
dalam dunia nyata.
b. Kelemahan dalam pengembangan teknologi, sebab perusahaan tidak mempunyai dana
cukup untuk kegiatan riset dan pengembangan produknya. Padahal kegiatan ini
dibutuhkan untuk memperoleh tekhnologi produksi yang meningkatkan efesiensi
produksi.

73
c. Konflik efesiensi keadilan, dimana pasar persaingan sempurna sangat menekankan
efesiensi, tetapi dalam dunia nyata hal ini menimbulkan masalah ketidakadilan.
d. Distribusi pendapatan tidak selalu merata
e. Persaingan sempurna adakalanya menimbulkan biaya sosial, karena ada biaya sosial yang
tidak tercangkup dalam biaya perusahaan.
4. Pasar Persaingan Sempurna Menurut Perspektif Islam
Menurut islam ini adalah struktur pasar yang ideal terjadi, dimana penentuan harga
sepenuhnya ditentukan oleh tarikan permintaan dan penawaran di pasar, tidak ada intervensi
pasar. Rasulullah SAW sangat menjunjung tinggi pembentukan harga yang terjadi akibat
pembentukan mekanisme pasar yang terjadi. Apabila Adam Smith mengatakan bahwasanya
mekanisme pasar terjadi oleh adanya invisible hand (tangan –tangan ghaib) sebenarnya yang
dikatakan tersebut terinspirasi oleh pemikiran ekonom muslim terdahulu. Namun, struktur pasar
persaingan sempurna tidaklah mungkin dapat terjadi dalam kehidupan nyata meskipun baik
dalam ekonomi konvensional, maupun islam keduanya mengatakan bahwa struktur persaingan
sempurna merupakan struktur pasar yang paling baik dibandingkan dengan struktur pasar yang
lainnya.
Koperasi dalam struktuk pasar monopoli

A. Pengertian Pasar Monopoli


Monopoli adalah suatu keadaan dimana di dalam pasar hanya ada satu penjual sehingga
tidak ada pihak lain yang menyainginya ini adalah kasus monopoli murni atau pure monopoly.
Dalam literatur lain dikatakan bahwa monopoli adalah suatu bentuk pasar di mana hanya
terdapat satu perusahaan saja. Dan perusahaan ini menghasilkan barang yang tidak mempunyai
barang pengganti yang sangat dekat.
Dalam pasar persaingan monopolistic, koperasi punya peluang untuk bersaing dalam
harga dan produk. Hal ini dapat terjadi karena dalam pasar persaingan monopolistic setiap
penjual bisa menentukan harga, serta dimungkinkan adanya diferensiasi produk dalam hal
kualitas, iklan, lokasi, pengepakan dan lain-lain.
Ciri-ciri monopoli adalah:
Pasar Monopoli Adalah Industri Satu Perusahaan

74
Hal ini rasanya tidak perlu diterangkan lagi. Sifat ini sudah secara jelas dilihat dari
definisi monopoli di atas, yaitu hanya ada satu saja perusahaan dalam industri tersebut. Dengan
demikian barang atau jasa yang dihasilkannya tidak dapat dibeli dari tempat lain. Para pembeli
tidak mempunyai pilihan lain, kalau mereka menginginkan barang tersebut maka mereka harus
membeli dari perusahaan monopoli tersebut. Syarat-syarat penjualan sepenuhnya ditentukan
oleh monopoli itu. Dan para pembeli tidak dapat berbuat suatu apa pun didalam menentukan
syarat jual beli.
Tidak Mempunyai Barang Pengganti yang Mirip
Barang yang dihasilkan perusahaan monopoli tidak dapat digantikan oleh barang lain
yang ada dalam pasar. Barang tersebut merupakan satu-satunya jenis barang yang seperti itu dan
tidak terdapat barang mirip (close subtitute) yang dapat menggantikan barang tersebut. Aliran
listrik adalah contoh dari barang yang tidak mempunyai barang pengganti yang mirip. Yang ada
hanyalah barang pengganti yang sangat berbeda sifatnya, yaitu lampu minyak tidak dapat
menggantikan listrik karena, ia tidak dapat digunakan untuk menghidupkan televisi atau
memanaskan setrika/gosokan.

Tidak Terdapat Kemungkinan untuk Masuk ke dalam Industri


Sifat ini merupakan sebab utama yang menimbulkan perusahaan yang mempunyai
kekuasaan monopoli. Tanpa sifat ini pasar monopoli tidak akan wujud, karena tanpa adanya
halangan tersebut pada akhirnya akan terdapat beberapa perusahaan di dalam industri.
Keuntungan perusahaan monopoli tidak akan menyebabkan perusahaan-perusahaan lain
memasuki industri tersebut. Adanya hambatan kemasukan yang sangat tangguh menghindarkan
berlakunya keadaan yang seperti itu. Ada beberapa bentuk hambatan kemasukan ke dalam
pasar monopoli. Ada yang bersifat legal, yaitu dibatasi oleh undang-undang. Ada yang bersifat
teknologi, yaitu teknologi yang digunakan sangat canggih dan tidak mudah dicontoh. Dan ada
pula yang bersifat keuangan, yaitu modal yang diperlukan sangat besar.
Dapat Mempengaruhi Penentuan Harga
Karena perusahaan monopoli merupakan satu-satunya penjual di dalam pasar, maka
penentuan harga dapat dikuasainya. Oleh sebab itu perusahaan monopoli dipandang sebagai
penentu harga atau price setter. Dengan mengadakan pengendalian ke atas produksi dan jumlah

75
barang yang ditawarkan perusahaan monopoli dapat menentukan harga pada tingkat yang
dikehendakinya.
Promosi Iklan Kurang Diperlukan
Oleh karena perusahaan monopoli adalah satu-satunya perusahaan di dalam industri, ia
tidak perlu mempromosikan barangnya dengan menggunakan iklan. Pembeli yang memerlukan
barang yang diproduksikannya terpaksa membeli daripadanya. Walau bagaimanapun perusahaan
monopoli sering membuat iklan. Iklan tersebut bukanlah bertujuan untuk menarik pembeli, tetapi
untuk memelihara hubungan baik dengan masyarakat.
Dalam kenyataan sulit untuk mendapatkan suatu kasus monopoli yang murni tanpa
adanya unsur persaingan sama sekali. Sebab sering kali yang terjadi ada persaingan yang bersifat
tidak langsung, misalnya jasa transportasi yang di kelola oleh PT KAI, meskipun mereka
mempunyai monopoli dalam jasa transportasi kereta api, namun mereka mempunyai pesaing dari
jasa transportasi lain seperti pesawat udara dan bus. Suatu perusahaan tidak memiliki pesaing
karena adanya hambatan (barriers to entry) bagi perusahaan lain untuk memasuki industri yang
bersangkutan. Pasar monopoli merupakan pasar persaingan tidak sempurna. Pasar ini memiliki
ciri khusus yang membedakannya dari pasar persaingan sempurna, yaitu hanya ada satu penjual,
adanya halangan masuk bagi perusahaan lain (entry barier), dan setiap perusahaan adalah price
maker atau penentu harga.

B. Mengapa Monopoli Muncul


Sebuah perusahaan disebut monopoli (monopoly) jika perusahaan itu merupakan penjual
tunggal produk/barang-nya dan jika produknya tidak memiliki subtitusi/pengganti yang mirip.
Sebab mendasar monopoli adalah sekat masuk:Monopoli tetap menjadi penjual tunggal di
pasarnya karena perusahaan lain tidak dapat memasuki pasar dan bersaing dengannya.
Ada beberapa yang menyebabkan timbulnya pasar monopoli, diantaranya adalah:
a) Adanya hak paten,
b) Pemberian lisensi oleh pemerintah untuk melakukan monopoli
c) Menguasai sumber daya tertentu
d) Monopoli kadang juga muncul secara alamiah ketika sebuah perusahaan menikmati skala
ekonomi, sehingga biaya rata-rata perusahaan dalam jangka panjang sangat kecil.88

76
Faktor-faktor lain yang menimbulkan monopoli :
(1) Memiliki Sumber Daya yang Unik
Salah satu sumber penting dari adanya monopoli adalah pemilikan suatu sumber daya
yang unik (istimewa) yang tidak dimiliki oleh orang atau perusahaan lain. Satu contoh yang jelas
dalam hal ini adalah “suara emas” dari seorang penyanyi terkenal atau kemampuan bermain
yang sangat luar biasa oleh seorang pemain sepak bola. Hanya merekalah yang mempunyai
kepandaian tersebut dan harus dibayar lebih mahal dari biasa apabila masyarakat ingin
menikmatinya.

(2) Dapat Menikmati Skala Ekonomi


Di berbagai ekonomi tingkat teknologi adalah sedemikian modernnya sehingga produksi
yang efisien hanya dapat dilakukan apabila jumlah produksinya sangat besar dan meliputi hampir
seluruh produksi yang diperlukan di dalam pasar. Keadaan seperti ini berarti berlaku suatu
perusahaan hanya akan menikmati skala ekonomi yang maksimum apabila tingkat produksinya
adalah sangat besar jumlahnya. Pada waktu perusahaan mencapai keadaan dimana biaya
produksi mencapai minimum, jumlah produksi adalah hampir menyamai jumlah permintaan
yang wujud di pasar. Dengan demikian, sebagai akibat dari skala ekonomi yang demikian
sifatnya, perusahaan dapat menurunkan harga barangnya apabila produksi semakin tinggi. Pada
tingkat produksi yang sangat tinggi, harga adalah sedemikian rendahnya sehingga perusahaan
yang terlebih dahulu berkembang. Keadaan ini mewujudkan pasar monopoli. Pasar monopoli
dapat terjadi ketika biaya investasi dan biaya produksi adalah sangat tinggi, sehingga jumlah
produksi harus besar. Pada tingkat produksi yang sangat tinggi, harga dapat ditekan, sehingga
menyebabkan perusahaan baru akan menjadi sulit untuk memproduksin barang sama dan masuk
pasar.

(3) Peraturan Atau Undang-Undang Pemerintah


Beberapa peraturan atau perundang-undangan secara langsung menyebabkan terjadinya
pasar monopoli untuk jenis barang dan jasa tertentu. Peraturan hak paten dan hak cipta
merupakan contoh peraturan yang menyebabkan terjadinya perusahaan menjadi monopoli atas
produknya.

77
Produk-produk teknologi baru yang dilindungi dengan hak cipta dan paten akan
menyebabkan produk-produk tersebut dihasilkan oleh sebuah perusahaan saja. Dan ini
menyebabkan produk dan perusahaan menjadi monopoli di pasar.
Beberapa perusahaan dapat menjadi monopoli ketika mendapatkan hak usaha eksklusif
dari pemerintahan. Hak eksklusif diberikan pada perusahaan yang secara ekonomis baru tercapai
pada sekala produksi yang sangat tinggi. Untuk menjamin usahanya menjadi ekonomis, maka
perusahaan tersebut mendapat hak eksklusif dari pemerintah.
1. Hak usaha eksklusif
Apabila skala ekonomi hanya diperoleh perusahaan setelah perusahaan itu mencapai
tingkat produksi yang sangat tinggi, kepentingan khalayak ramai akan dimaksimumkan apabila
perusahaan diberi kesempatan untuk menikmati skala ekonomi itu, dan pada waktu yang sama
diharuskan menjual produksinya dengan harga yang rendah. Untuk menciptakan keadaan seperti
ini secara serentak pemerintah harus menjalankan 2 langkah :
1) Memberikan hak monopoli kepada suatu perusahaan dalam suatu kegiatan tertentu.
2) Menentukan harga/tarif yang rendah ke atas barang/jasa yang diproduksikan.

Atas pertimbangan pemerintah, maka pemerintah dapat memberikan hak pada suatu
perusahaan seperti PT. Pos dan Giro, PT. PLN.90Suatu perusahaan mendapatkan hak monopoli
oleh pemerintah melalui perangkat peraturan yang dibuat oleh pemerintah. Indonesia telah
memiliki perangkat peraturan ini dalam UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

2. Peraturan patent dan hak cipta


Hak pak paten atau hak cipta diberikan kepada seseorang yang mempunyai kemampuan
khusus dalam menciptakan suatu inovasi, sehingga atas kemampuannya tersebut ia mendapatkan
hak monopoli atas inovasinya.
Monopoli dapat terjadi pada beberapa aspek, yaitu :
a. Monopoli usaha, yaitu monopoli yang dilakukan perusahaan karena menguasai produksi
dan penjualan suatu produk atau jasa secara sendiri/tanpa saingan di suatu pasar.

78
b. Monopoli perusahaan, yaitu monopoli yang dilakukan oleh satu kelompok usaha yang
terdiri atas beberapa perusahaan yang menghasilkan produk yang relative sama
c. Monopoli pangsa pasar, yaitu monopoli yang dilakukan oleh perusahaan yang telah
menguasai pangsa pasar di atas 50% dan perusahaan tersebut menjadi pimpinan harga
untuk produk yang sama dihasilkan dan di jual di pasaran.
Hak cipta atau copy rights merupakan bentuk lain dari hak paten, yaitu ia merupakan
suatu jaminan hukum untuk menghindari penjiplaklan. Tetapi hak cipta khusus diberikan kepada
penulis buku dan pengubah lagu.

D. Monopoli Alamiah (Natural Monopoly)


Perusahaan yang memiliki daya monopoli alamiah (natural monopoly) disebut monopolis
alamiah. Perusahaan ini mempunyai kurva biaya rata-rata (AC) jangka panjang yang menurun
(negative slope). Makin besar output yang di hasilkan makin rendah biaya rata-rata. Ini
dimungkinkan karena perusahaan memiliki kurva biaya marginal (MC) yang juga menurun dan
berada di bawah kurva AC. Perusahaan memiliki tingkat efisiensi yang makin tinggi, bila skala
produksi diperbesar. Arti dari monopoli alamiah adalah : perusahaan yang terus menerus
menikmati skala ekonomi hingga pada pada tingkat produksi yang sangat banyak jumlahnya,
berarti AC terus menerus turun hingga ketingkat produksi yang sangat tinggi. Pada waktu biaya
rata-rata mencapai minimum tingkat produksi telah meliputi sebagian besar dari kebutuhan
masyarakat.Keadaan seperrti ini akan menghambat kemasukan perusahaan lain, karena amat
sukar bagi perusahaan baru untuk melakukan usaha seefisien seperti perusahaan yang lama yang
menikmati skala ekonomi yang lebih besar.
Contoh monopoli alamiah adalah distribusi air. Untuk menyediakan air bagi warga kota, sebuah
perusahaan harus membangun jaringan pipa keseluruh kota. Jika dua atau lebih perusahaan
bersaing dalam pengadaan jasa ini maka masing-masing perusahaan harus membayar sejumlah
tetap pembangunan jaringan pipa air. Dengan demikian, biaya total rata-rata air paling kecil jika
terdapat satu perusahaan yang melayani seluruh pasar.
Apabila sebuah perusahaan merupakan monopoli alamiah, perusahaan tersebut tidak
merasa khawatir jika pendatang baru mengurangi daya monopolinya. Pada umumnya, sebuah
perusahaan kesulitan dalam mempertahankan posisi monopolinya tanpa kepemilikan sumber

79
daya penting atau perlindungan pemerintah. Keuntungan pelaku monopoli menarik
perusahaanlain untuk memasuki pasar membuat pasar lebih kompetitif. Sebaliknya, pasar yang
di dalamnya terjadi monopoli alamiah tidak menarik untuk dimasuki. Calon perusahaan
pendatang mengetahui bahwa mereka tidak dapat mencapai biaya rendah serupa yang dinikmati
oleh pelaku monopoli alamiah karena setelah memasuki pasar, masing-masing perusahaan akan
memperoleh pangsa pasar yang lebih kecil.

E. Kebaikan Dan Keburukan Monopoli


Implikasi terhadap kesejahteraan masyarakat yang perlu diperhatikan adalah bahwa
dalam pasar monopoli:
1. Hilang atau berkurangnya tingkat kesejahteraan konsumen, hal ini terjadi karena volume
produksi lebih kecil dari volume output yang optimum, inefisiensi ini menimbulkan
kesejahteraan konsumen yang semakin berkurang.
2. Menimbulkan eksploitasi terhadap konsumen dan pemilik factor produksi. Konsumen
dirugikan karena harga jual di atas harga keseimbangan yang seharusnya terjadi bila berdasarkan
mekanisme pasar. Sementara bagi pemilik faktor produksi dirugikan oleh dengan dibayarnya
faktor produksi dengan harga yang lebih rendah dari nilai pasar dari nilai output yang di
hasilkan.
3. Memburuknya kondisi makroekonomi nasional, sebab jumlah output riil industry lebih sedikit
daripada kemampuan sebenarnya. Karena tidak seluruh faktor produksi terpakai sesuai dengan
kapasitas produksi maka akan menimbulkan penganggguran maupun faktor-faktor produksi yang
lain. selanjutnya hal ini akan berdampak buruk bagi perekonomian secara keseluruhan.
4. Memburuknya kondisi perekonomian internasional, hal ini terjadi karena munculnya efisiensi.
Sebab sesuai dengan tuntutan dalam perdagangan bebas dimana efisiensi adalah faktor penentu.
Maka monopoli yang menimbulkan inefisiensi adalah buruk bagi kondisi perekonomian
internasional. Ada beberapa kebijaksanaan yang di tempuh pemerintah untuk mengurangi efek
negative monopoli:
1) Melalui penetapan undang-undang anti trust

80
2) Pemerintah mendirikan perusahaan tandingan di dalam pasar tersebut dengan tujuan
untuk memberi persaingan kepada si monopolis untuk membatasi kekuasaan
monopolinya
3) Membuka kran impor sehingga barang buatan luar negeri bias memberikan persaingan
kepada barang dalam negeri.
4) Dengan membuat ketentuan khusus terhadap operasi perusahaan monopoli tersebut,
misalnya dengan menetapkan harga yang seharusnya di bawah harga monopolis, atau
dengan penetapan tingkat output yang optimum bagi masyarakat. Dapat pula dengan
mengenakan pajak kepada monopolis.
Tetapi monopoli tidak selalu lebih buruk daripada persaingan sempurna, yaitu bila kita lihat
dari segi lain:
1) Monopoli mendorong perusahaan untuk melakukan inovasi baru dalam produknya. Sebab
keuntungan monopoli yang didapatkan oleh mereka digunakan untuk tujuan penlitian dan
pengembangan. Seperti yang di kemukakan oleh Joseph Schumpeter bahwa faktor
pengusaha yang cenderung untuk selalu melakukan inovasilah yang mendorong
pertumbuhan menjadi lebih baik.
2) Dalam kasus monopoli alamiah, dimana luas pasar terbatas dan skala ekonomi yang
besar, maka sangat tidak efisien bila di harapkan dalam bentuk industri persaingan
sempurna. Sebab bila dilakukan yang terjadijustru timbulnya banyak perusahaan kecil,
dimana masing-masing perusahaan kecil ini tidak bisa memanfaatkan skala ekonomis
yang besar, hal ini akan menyebabkan industry menjadi tidak efisien.

F. Keputusan Produksi Dan Penetapan Harga


Setelah mengetahui bagaimana terjadinya monopoli alamiah, sekarang kita mempelajari
bagaimana sebuah perusahaan memutuskan jumlah produk yang dihasilkan dan harga yang
ditetapkan untuk produk itu. Analisis perilaku monopoli pada bagian ini merupakan titik awal
untuk mengevaluasi apakah monopoli dikehendaki dan kebijakan apa yang dapat diterapkan oleh
pemerintah dalam pasar monopolostik.

81
Kewirausahaan koperasi
Istilah wirausaha merupakan terjemahan dari kata entrepreneur. Dalam bahasa Indonesia, pada
awalnya dikenal dengan istilah wiraswasta yang berarti berdiri di atas kekuatan sendiri.
Suharsono Sagir dalam Buchari Alma, menuliskan bahwa wiraswasta adalah seorang yang modal
utamanya adalah ketekunan yang dilandasi sikap optimis, kreatif dan melakukan usaha sebagai
pendiri pertama disertai dengan keberanian menanggung resiko berdasarkan suatu perhitungan
dan perencanaan yang tepat. Sedangkan Fadel Muhammad dalam Buchari Alma, lebih
menekankan bahwa wiraswasta adalah orang yang memfokuskan diri pada peluang, bukan pada
resiko. Dengan demikian, wiraswasta bukanlah pengambilan resiko, melainkan penentu resiko.
Kemampuan mengembangkan kewirausahaan sangat ditentukan oleh kecakapan dari si pengelola
usaha tersebut. Artinya tingkat pendidikan dan pengalaman berpengaruh terhadap pengembangan
sebuah usaha disamping modal dan motivasi kerja. Hal ini diperkuat pendapat dari Surya
Dharma, bahwa pengembangan kewirausahaan sekolah merupakan trend baru yang mendukung
pengembangan suatu pendidikan di berbagai tingkatan pendidikan.
Menurut Timmons (Lambing dan Kuehl, 2000: 14), menyatakan pengertian kewirausahaan
sebagai berikut: Entrepreneurship is a human, creative act that builds something of value from
practically nothing. It is the pursuit of opportunity regardless of the resources, or lack of
resources, at hand. It requires a vision and the passion and commitment to lead others in the
pursuit of that vision. It also requires a willingness to take calculated risks. Artinya,
kewirausahaan merupakan sifat manusiawi untuk bertindak kreatif meningkatkan nilai sesuatu
dengan memanfaatkan kesempatan dan sumber daya yang dilandasi visi, semangat dan
komitmen dalam memimpin serta memperhitungkan resiko. Karena kewirausahaan merupakan
sifat manusiawi, maka kewirausahaan berhubungan erat dengan perilaku. Pendapat yang sama
dari Hisrich dan Peters (1989: 9), mengenai pengertian entrepreneurship sebagai berikut:
Entrepreneurship is the process of creating something new with value by devoting the necessary
time and effort, assuming the accompanying financial, psychic, and social risks, and receiving
the resulting rewards of monetary and personal satisfaction and independence. Pendapat tersebut
mempunyai makna bahwa kewirausahaan adalah merupakan suatu proses mengkreasi sesuatu
yang baru yang mempunyai nilai, dengan mencurahkan waktu dan upaya, serta berani
menanggung resiko untuk mencapai keberhasilan.

82
Jadi pendapat Hisrich dan Peter sejalan dengan pendapat Lambing dan Kuehl, yaitu
samasama berpendapat bahwa kewirausahaan adalah proses suatu kegiatan untuk meningkatkan
nilai tambah sumber-sumber daya yang ada Ciri-ciri dan Sifat kewirausahaan Untuk dapat
mencapai tujuan yang diharapkan, maka setiap orang memerlukan ciri-ciri dan juga memiliki
sifat-sifat dalam kewirausahaan. Ciri-ciri seorang wirausahawan adalah:
- Percaya diri
- Berorientasikan tugas dan hasil
- Berani mengambil risiko
- Kepemimpinan
- Keorisinilan
- Berorientasi ke masa depan
- ujur dan tekun
Sifat-sifat seorang wirausahawan adalah:
- Memiliki sifat keyakinan, kemandirian, individualitas, optimisme.
- Selalu berusaha untuk berprestasi, berorientasi pada laba, memiliki ketekunan dan ketabahan,
memiliki tekad yang kuat, suka bekerja keras, energik dan memiliki inisiatif.
- Memiliki kemampuan mengambil risiko dan suka pada tantangan.
- Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang laindan suka terhadap saran
dan kritik yang membangun.
- Memiliki inovasi dan kreativitas tinggi, fleksibel, serba bisa danmemiliki jaringan bisnis yang
luas.
- Memiliki persepsi dan cara pandang yang berorientasi pada masadepan.
- Memiliki keyakinan bahwa hidup itu sama dengan kerja keras.
Kewirausahaan Koperasi Secara definitif seorang wirausaha termasuk wirausaha koperasi adalah
orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis,
mengumpulkan sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan darinya dan
mengambil tindakan yang tepat guna memastikan sukses. Para wirausaha koperasi adalah orang
yang mempunyai sikap mental positif yang berorientasi pada tindakan dan mempunyai motivasi
tinggi dalam mengambil risiko pada saat mengejar tujuannya. Tetapi mereka juga orang-orang
yang cermat dan penuh perhitungan dalam mengambil keputusan tentang sesuatu yang hendak

83
dikerjakan, Setiap mengambil keputusan tidak didasarkan pada metode coba-coba, melainkan
dipelajari setiap peluang bisnis dengan mengumpulkan informasiinformasi yang berharga bagi
keputusan yang hendak dibuat.
Selanjutnya menurut Meredith (1984) para wirausaha (termasuk wirausaha koperasi) mempunyai
ciri dan watak yang berlainan dengan individu kebanyakan. Ciri-ciri dan watak tersebut
dijelaskan sebagai berikut:
a. Mempunyai kepercayaan yang kuat pada diri sendiri.
b. Berorientasi pada tugas dan basil yang didorong oleh kehutuhan untuk herprestasi, berorientasi
pada keuntungan, mempunyai ketekunan dan ketabahan, mempunyai tekad kerja keras, dan
mempunyai energi inisiatif.
c. Mempunyai kemampuan dalam mengambil risiko dan mengambil keputusan keputusan secara
cepat dan cermat.
d. Mempunyai jiwa kepemimpinan, suka bergaul dan suka menanggapi saransaran dan kritik.
e. Berjiwa inovatif, kreatif dan tekun.
f. Berorientasi ke masa depan.
Kewirausahaan koperasi adalah suatu sikap mental positif dalam berusaha secara
koperatif dengan mengambil prakarsa inovatif serta keberanian mengambil risiko dan berpegang
teguh pada prinsip identitas koperasi dalam mewujudkan terpenuhinya kebutuhan nyata serta
peningkatan kesejahteraan bersama. Dan definisi tersebut terkandung beberapa unsur yang patut
diperhatikan seperti penjelasan di bawah ini.
Kewirausahaan koperasi merupakan sikap mental positif dalam berusaha secara
koperatif. Ini berarti wirausaha koperasi (orang yang melaksanakan kewirausahaan koperasi)
harus mempunyai keinginan untuk memajukan organisasi koperasi, baik itu usaha koperasi
maupun usaha anggotanya. Usaha itu harus dilakukan secara koperatif dalam arti setiap kegiatan
usaha koperasi harus mementingkan kebutuhan anggotanya. Tugas utama wirausaha koperasi
adalah mengambil prakarsa inovatif, artinya berusaha mencari, menemukan dan memanfaatkan
peluang yang ada demi kepentingan bersama.
Bertindak inovatif tidak hanya dilakukan pada saat memulai usaha tetapi juga pada saat
usaha itu berjalan, bahkan pada saat usaha koperasi berada dalam kemunduran. Pada saat
memulai usaha agar koperasi dapat tumbuh dengan cepat dan menghasilkan. Kemudian pada saat

84
usaha koperasi berjalan, agar koperasi paling tidak dapat mempertahankan eksistensi usaha
koperasi yang sudah berjalan dengan lancar. Perihal yang lebih penting adalah tindakan inovatif
pada saat usaha koperasi berada dalam kemunduran (stagnasi). Pada saat itu wirausaha koperasi
diperlukan agar koperasi berada pada siklus hidup yang baru. Wirausaha koperasi harus
mempunyai keberanian mengambil risiko.
Karena dunia penuh dengan ketidakpastian, sehingga hal-hal yang diharapkan kadang-
kadang tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. Oleh karena itu dalam
menghadapi situasi semacam itu diperlukan seorang wirausaha yang mempunyai kemampuan
mengambil risiko. Tentu saja pengambilan risiko ini dilakukan dengan perhitungan-perhitungan
yang cermat. Pada koperasi risiko-risiko yang ditimbulkan oleh ketidakpastian sedikit terkurangi
oleh orientasi usahanya yang lebih banyak di pasar internal. Pasar internal memungkinkan setiap
usaha menjadi beban koperasi dan anggotanya karena koperasi adalah milik anggota. Oleh
karena itu secara nalar tidak mungkin anggota merugikan koperasinya. Kalaupun terjadi kerugian
dalam kegiatan operasional, maka risiko tersebut akan ditanggung bersama-sama, sehingga risiko
per anggota menjadi relative kecil.
Kegiatan wirausaha koperasi harus berpegang teguh pada prinsip identitas koperasi, yaitu
anggota sebagai pemilik dan sekaligus sebagai pelanggan. Kepentingan anggota harus
diutamakan agar anggota mau berpartisipasi aktif terhadap koperasi. Karena itu wirausaha
koperasi bertugas meningkatkan pelayanan dengan jalan menyediakan berbagai kebutuhan
anggotanya. Tujuan utama setiap wirausaha koperasi adalah memenuhi kebutuhan nyata anggota
koperasi dan meningkatkan kesejahteraan bersama. Tugas seorang wirausaha koperasi
sebenamya cukup berat karena banyak pihak yang berkepentingan di lingkungan koperasi,
seperti anggota, perusahaan koperasi, karyawan, masyarakat di sekitarnya, dan lain-lain. Seorang
wirausaha koperasi terkadang dihadapkan pada masalah konflik kepentingan di antara masing-
masing pihak. Bila ia lebih mementingkan usaha koperasi, otomatis ia harus berorientasi di pasar
eksternal dan hal ini berarti mengurangi nilai pelayanan terhadap anggota. Sebaliknya bila
orientasinya di pasar internal dengan mengutamakan kepentingan anggota, maka yang menjadi
korban adalah pertumbuhan koperasi. Kewirausahaan dalam koperasi dapat dilakukan oleh
anggota, manajer, birokrat yang berperan dalam pembangunan koperasi dan katalis, yaitu orang
yang peduli terhadap pengembangan koperasi. Keempat jenis wirausaha koperasi ini tentunya

85
mempunyai kebebasan bertindak dan insentif yang berbeda-beda yang selanjutnya menentukan
tingkat efektivitas yang berbeda-beda pula.
Tugas wirausaha koperasi adalah mencari peluang usaha untuk memenuhi kebutuhan anggota,
merealisasikan peluang usaha, menjadi comparative institution yang dapat memberikan manfaat
bagi anggota dibandingkan dengan usaha lain.
Tugas kewirakoperasi
Tugas wirausaha koperasi (WUK) dapat dilihat dari bagaimana wuk memanfaatkan keunggulan
komparatif koperasi, yaitu :
– Kemampuan dalam meneken biaya transaksi
– Pemanfaatan trust capital
– Pengendalian ketidakpastian
– Penciptaan inovasi
– Pengemabangan manfaat partisipasi baik partisipasi kontributif maupun insentif.
Prasyarat keberhasilan kewirakoperasian
Koperasi sebagai unit usaha yang bergerak dibidang ekonomi dan social pada dasarnya
mempunyatujuan yang sama yaitu: Membantu Pendidikan dan Latihan Profesi Guru 2013
Manajemen dan Badan Usaha meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yang merupakan sasaran
utama pertumbuhan ekonomi. Perubahan yang meningkatkan produktivitas dapat dilakukan
melalui dua jalan yaitu:
a. Melalui kegiatan inovatif penciptan bangunan baru dan penerapannya
b. Melalui kegiatan peningkatan kegiatan kerja berprestasi lebih banyak dalam satuan waktu
kerja tetap atau waktu kerja yang diperpanjang Masing-masing kemungkinan itu merupakan
syarat yang memadai dan perlu bagi pertumbuhan okonomi.
Kemungkinan pertama berkaitan dengan kenaikan pendapatan perkapita oleh sebab adanya
peralihan kearah pengunaan teknologi yang produktif,pembuatatnpenyebaran barang-barang
baru,struktur organisasi yang barudan keterampilan baru. Tipe inovasi ala Scumpeter tetang
kegitan kerja yang meliputi:
a. Pembuatan dan pemapanan produk-produk baru atau mutu produk yang baru
b. Pembangunan metode produksi baru
c. Menciptakan tata laksana produksi baru dibidang industri

86
d. Pembuatan prasarana baru
b. Pencarian sumber pembelian baru
Hakikat dari fungsi wirausaha: Melihat dan menerapkan kemungkinan-kemungkinan baru dalam
bidang okonomi.fungsi ii disebut fungsi inovatif. Fungsi inovasi dapat dijabarkan dalam berbagai
kegiatan kerja meliputi:
a. Mengenai keuntungan atau manfaat dari kombinasi-kombinasi baru
b. Evaluasi keuntungan yang terkasung dalam kombinasi baru itu.
c. Pembiayaan
d. Teknologi dan perencanan pembangunan tempat-tempat produksi
e. Pengadaan, pendidikan dan memimpin tenaga kerja
f. Negoisasi dengan pemerintah badan atau resmi yang berwenang
g. Negoisasi dengan pemasok pelanggan.
Dalam melaksanakan fungsi-fungsi tersebut,seorang wirausaha kopersi dihadapi pada kendala
sebagai berikut:
a. Kemungkinan bertindak inovatif tidak selalu merupakan kemungkinan yang diizinkan menurut
hukum.jadi innovator tidak mempunyai hak untuk menerapkan tindakan inovatif.
b. Kemungkinan inovatif yang diperoleh harus ditemukan dan dilaksanakan penerapanya.untuk
itu diperbolehkan kemamouan baik persenat maupun organisatoris.
c. Kalaupun kemungkinan inovatif tertentu tidak terlarang dan masih dalam rangka kesangupan
seorang atau kelompok,maka perseorangan atau kelompok perlu memiliki motivasi untuk
menerapkan inovasi itu.

87
Rangkuman

Kegiatan wirausaha koperasi harus berpegang teguh pada prinsip identitas koperasi, yaitu
anggota sebagai pemilik dan sekaligus sebagai pelanggan. Kepentingan anggota harus
diutamakan agar anggota mau berpartisipasi aktif terhadap koperasi. Karena itu wirausaha
koperasi bertugas meningkatkan pelayanan dengan jalan menyediakan berbagai kebutuhan
anggotanya. Tujuan utama setiap wirausaha koperasi adalah memenuhi kebutuhan nyata anggota
koperasi dan meningkatkan kesejahteraan bersama. Tugas seorang wirausaha koperasi
sebenamya cukup berat karena banyak pihak yang berkepentingan di lingkungan koperasi,
seperti anggota, perusahaan koperasi, karyawan, masyarakat di sekitarnya, dan lain-lain. Seorang
wirausaha koperasi terkadang dihadapkan pada masalah konflik kepentingan di antara masing-
masing pihak. Bila ia lebih mementingkan usaha koperasi, otomatis ia harus berorientasi di pasar
eksternal dan hal ini berarti mengurangi nilai pelayanan terhadap anggota. Sebaliknya bila
orientasinya di pasar internal dengan mengutamakan kepentingan anggota, maka yang menjadi
korban adalah pertumbuhan koperasi. Kewirausahaan dalam koperasi dapat dilakukan oleh
anggota, manajer, birokrat yang berperan dalam pembangunan koperasi dan katalis, yaitu orang
yang peduli terhadap pengembangan koperasi. Keempat jenis wirausaha koperasi ini tentunya
mempunyai kebebasan bertindak dan insentif yang berbeda-beda yang selanjutnya menentukan
tingkat efektivitas yang berbeda-beda pula.

88
Tugas

1. Tugas terstruktur
Petunjuk:
 Bacalah dan cermati tugas di bawah ini, kemudian kerjakan secara berkelompok
 Dikumpulkan paling lama 1 minggu setelah tugas ini diumumkan.
 Sampaikan hasil tugas secara berurutan kepada dosen dan kelompok lainnya.
 Membentukmenjadi kelompok yang menyusun tugas berupa makalah dengan tema ;
koperasi dalam struktur pasar monopolistik.
 Laporan tugas dituangkan dalam file word dengan ukuran A4 times new roman font 12
spasi 1,5 rata kiri kanan sertakan judul tugas, nama kelompok, nim, kelas, logo dan
program studi.
 Laporan tugas dituangkan dalam bentuk makalah dengan kertas A4 times new roman font
12 spasi 1,5 rata kiri kanan.
 Bentuk laporan tugas disusun dengan mengikuti format sebagai berikut :
SAMPUL DEPAN (COVER)
DAFTAR ISI
BAB I
SKENARIO/TEMA : JUDUL TUGAS DISKUSI
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
PROBLEM/ANALISIS MASALAH
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
89
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Euis. 2010. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik Hingga Kontemporer.
Depok: Gramata Publishing.

Janwari, Yadi. 2016. Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Rasulullah Hingga Masa
Kontemporer (Cetakan Pertama). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Adiwarman, A Karim.Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2007
Mustofa, Edwin Nasution.Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. Jakarta: Pradana Media
Group.2006
Mustofa, Edwin Nasution. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. Jakarta: Kencana.2007
Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung. Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi & Makro
ekonomi). Jakarta: Lembaga Penerbit Universitas Fakultas Ekonomi Indonesia. 2008
Sadono, Sukirno. Mikro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.2013
Salvatore, Dominick. Teori Mikro Ekonomi. Jakarta: Kencana. 1990

90
BAB V
PERANAN KUD DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT PEDESAAN
Komala dewi, M.E

PENDAHULUAN

A. PENGANTAR PENDAHULUAN
Peranan koperasi sebagai suatu lembaga yang bertugas dalam menyejahterakan serta
memajukan perekonomian rakyat telah banyak ditunjukkan di berbagai negara besar di dunia. Di
Amerika Serikat misalnya, 80% listrik di wilayah perdesaan disediakan koperasi. Tiga perempat
produk susu yang dikonsumsi dunia berasal dari koperasi peternak sapi perah di Australia dan
Selandia Baru. Di Indonesia, meskipun konsep koperasi sudah dipayungi oleh undang- undang,
tetapi tetap saja keberadaan koperasi belum bisa berjalan secara efektif. Dalam era otonomi
daerah setiap daerah terutama masyarakat desanya harus memiliki rasa percaya diri bahwa
melalui organisasi koperasi kegiatan ekonomi rakyat dapat diperhitungkan dan diandalkan
kekuatannya. Koperasi harus mereformasi dirinya, meninggalkan sifat-sifat koperasi sebagai
koperasi pengurus menjadi koperasi anggota dalam arti kata yang sebenarnya. Jika koperasi
benar-benar merupakan koperasi, tidak akan ada program/kegiatan koperasi yang tidak berkaitan
langsung dengan kepentingan atau kebutuhan anggota. Dengan perkataan lain setiap „produk‟
atau kegiatan usaha koperasi harus berdasarkan „restu‟ atau persetujuan anggota dalam kopersi
tersebut. Koperasi tidak berhak untuk mencari keuntungan karena anggotalah yang mempunyai
hak untuk mencari keuntungan yang harus menjadi lebih besar dengan bantuan organisasi
koperasi. Bersamaan dengan pembaruan praktik berkoperasi seperti itulah, yang kita harapkan
akan lahir dan berkembang ilmu koperasi, yang merupakan „ilmu ekonomi baru‟ di Indonesia,
yang merupakan ilmu sosial ekonomi (social economics). Ilmu ekonomi baru ini merupakan
ilmu ekonomi tentang bagaimana bekerja sama (cooperation) agar masyarakat Indonesia bisa
menjadi lebih sejahtera, lebih makmur, dan lebih adil, bukan sekadar masyarakat yang lebih
efisien (melalui persaingan/kompetisi) yang ekonominya tumbuh cepat.

91
B. DESKRISI
Bab V ini disusun sedemikian rupa untuk membantu mahasiswa S1 ekonomi syariah
semester IV dalam memahami materi kuliah manajemen koperasi & UMKM dengan beban 2 sks
teori dan 0 sks praktik. Sebagai bab kedua di dalam modul ini, bab V menguraikan pokok
bahasan atau topik yang saling berkaitan satu sama lain yaitu peranan kud dalam pembangunan
masyarakat pedesaan.

C. Tujuan/kemampuan akhir
Pembelajaran pada bab ini membantu mahasiswa untuk mencapai kemampuan akhir yaitu
mampu menguraikan peranan kud dalam pembangunan masyarakat pedesaan. (C2). Baiklah,
Pembelajaran kelima pada manajemen koperasi & UMKM akan dimulai. Berikut beberapa tips
bagi mahasiswa agar dapat memahami peranan kud dalam pembangunan masyarakat pedesaan
antara lain:
1. Awali proses belajar dengan berdo‟a dan tanamkan tekad/motivasi untuk mengetahui
segala hal terkait dengan peranan kud dalam pembangunan masyarakat pedesaan.
2. Baca dan pahami setiap materi, serta cari kata kunci atau catatan penting dari materi. Bila
perlu buat resume berisi catatan penting tersebut.
3. Kerjakan latihan soal terutama soal kasus agar lebih meningkatkan kemampuan berpikir
kritis dalam memahami peranan kud dalam pembangunan masyarakat pedesaan.
4. Bila ada yang tidak dipahami, segera tanyakan pada dosen pengampu mata kuliah di
setiap topik
5. Akhiri proses belajar dengan berdo‟a
6. Tetap semangat, selamat belajar dan semoga sukses!!!

b. Uraian materi
I. Peranan KUD dalam pembangunan masyarakat pedesaan
II. Pengembangan KUD
III. Keberhasilan dan kekurangan KUD
IV. Permasalahan KUD
V. Program pembinaan dan pengembangan KUD
VI. Strategi Pembinaan
92
I. Peranan koperasi dalam pembangunan masyarakat pedesaan
Peranan koperasi sebagai suatu lembaga yang bertugas dalam menyejahterakan serta
memajukan perekonomian rakyat telah banyak ditunjukkan di berbagai negara besar di dunia. Di
Amerika Serikat misalnya, 80% listrik di wilayah perdesaan disediakan koperasi. Tiga perempat
produk susu yang dikonsumsi dunia berasal dari koperasi peternak sapi perah di Australia dan
Selandia Baru. Di Indonesia, meskipun konsep koperasi sudah dipayungi oleh undang- undang,
tetapi tetap saja keberadaan koperasi belum bisa berjalan secara efektif. Dalam era otonomi
daerah setiap daerah terutama masyarakat desanya harus memiliki rasa percaya diri bahwa
melalui organisasi koperasi kegiatan ekonomi rakyat dapat diperhitungkan dan diandalkan
kekuatannya.
Koperasi harus mereformasi dirinya, meninggalkan sifat-sifat koperasi sebagai koperasi
pengurus menjadi koperasi anggota dalam arti kata yang sebenarnya. Jika koperasi benar-benar
merupakan koperasi, tidak akan ada program/kegiatan koperasi yang tidak berkaitan langsung
dengan kepentingan atau kebutuhan anggota. Dengan perkataan lain setiap „produk‟ atau
kegiatan usaha koperasi harus berdasarkan „restu‟ atau persetujuan anggota dalam kopersi
tersebut. Koperasi tidak berhak untuk mencari keuntungan karena anggotalah yang mempunyai
hak untuk mencari keuntungan yang harus menjadi lebih besar dengan bantuan organisasi
koperasi. Bersamaan dengan pembaruan praktik berkoperasi seperti itulah, yang kita harapkan
akan lahir dan berkembang ilmu koperasi, yang merupakan „ilmu ekonomi baru‟ di Indonesia,
yang merupakan ilmu sosial ekonomi (social economics). Ilmu ekonomi baru ini merupakan
ilmu ekonomi tentang bagaimana bekerja sama (cooperation) agar masyarakat Indonesia bisa
menjadi lebih sejahtera, lebih makmur, dan lebih adil, bukan sekadar masyarakat yang lebih
efisien (melalui persaingan/kompetisi) yang ekonominya tumbuh cepat.
Dalam tatanan ekonomi baru pihak pemerintah termasuk juga pemerintah daerah harus
berperan aktif untuk menjaganya agar selalu dipatuhi aturan main dalam berekonomi yang akan
menghasilkan sebesar-besar kemakmuran ekonomi rakyat. Otonomi daerah yang merupakan
simbol kewenangan daerah untuk mengelola sendiri ekonomi daerah harus dilengkapi dengan
desentralisasi fiskal yang diatur secara serasi oleh pemerintah daerah bersama DPRD,
kesemuanya diarahkan pada kesejahteraan rakyat yang maksimal, agar rakyat pun dapat
merasakannya dengan optimal. Selain itu para pengelola koperasi di Indonesia,yang mewakili

93
unsur gerakan yang berbasis pada masyarakat pun tentu harus punya kebijakan dan strategi lain
untuk mengembangkan koperasi. Campur tangan pemerintah melalui berbagai aturan dan
kebijakan bahkan saat pembentukan pengurus pada lembaga- lembaga koperasi dari pusat hingga
kabupaten praktis masih terpusat kepada kepentingan penguasa. Artinya pemerintah masih
memiliki kekuasaan besar dalam membina koperasi yang pada akhirnya melenceng dari tujuan
utama koperasi. Tentunya hal ini merupakan motivator bagi para anggota yang bergabung dalam
koperasi untuk menghadapi persaingan dan diperlukan insentif individu sudah tidak dapat
dielakan. Sehingga koperasi diharapkan akan mampu memainkan peranannya cari kegiatan yang
kecil saja sesuai dengan kondisi pasar dilingkungannya.
Pengembangan KUD
Koperasi dapat bertumbuh, berkembang secara efisien dengan tetap memainkan peranannya
sebagai gerakan ekonomi rakyat. Presiden menegaskan bahwakoperasi serta usaha mikro, kecil
dan menengah memiliki peran yang makin penting bagi perekonomian Indonesia di masa depan,
terlepas dari makin globalnya perekonomian dunia. Meskipun seolah-olah kita hidup di era
globalisasi tapi justru peran koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah makin penting di masa
depan. Jika perekonomian nasional tidak memberi tempat untuk berkembangkan koperasi serta
usaha mikro, kecil dan menengah maka upaya untuk mengurangi kemiskinan, pengangguran dan
meningkatkan kesejahteraan rakyat akan terhambat. Oleh karena itu,solusinya adalah makin ke
depan koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah makin dikembangkan ke seluruh tanah air.
Keberhasilan Indonesia untuk dapat bertahan dari dampak krisis keuangan global yang tengah
melanda negara-negara barat tidak terlepas dari peran koperasi serta usaha mikro, kecil dan
menengah. Karena menilik dari perkembangan koperasi, serta usaha mikro, kecil dan menengah
lima tahun terakhir maka berarti arah dan kebijakan pemerintah dalam beberapa tahun terakhir
telah tepat.
Peran pemerintah sangat dibutuhkan dalam mendorong perkembangan dan jangkauan KUD
adalah dengan memeberikan bantuan berupa hibah, kredit dan bantuan lain. Pemerintah juga
mengadakan penelitian pada masyarakat desa agar lebih produktif lagi di bidang ekonomi.
Faktor Penghambat Koperasi di Indonesia

Perkembangan koperasi masih menghadapi masalah-masalah baik di bidang kelembagaan


maupun di bidang usaha koperasi itu sendiri. Masalah-masalah tersebut dapat bersumber dari
94
dalam koperasi sendiri maupun dari luar. Masalah kelembagaan koperasi juga dapat
dikelompokkan dalam masalah inter maupun masalah ekstern. Masalah intern mencakup
masalah keanggotaan, kepengurusan, pengawas, manajer, dan karyawan koperasi. Sedangkan
masalah ekstern mencakup hubungan koperasi dengan bank, dengan usaha-usaha lain, dan juga
dengan instansi pemerintah.

Dari Sisi Kelembagaan Koperasi Masalah Internal :


1. Keanggotaan dalam Koperasi
Keadaan keanggotaan ditinjau dari segi kuantitas tercermin dari jumlah anggota yang semakin
lama semakin berkurang. Masalahnya kenggotaan koperasi yang ada sekarang belum
menjangkau bagian terbesar dari masyarakat. Ditinjau dari segi kualitas masalah keaggotaan
koperasi tercermin dalam :
a. Tingkat pendidikan mereka yang pada umumnya masih rendah
b. Ketrampilan dan keahlian yang dimiliki oleh para anggota terbatas
c. Sebagian dari anggota belum menyadari hak dan kewajiban mereka sebagai anggota.
Kebanyakan anggota koperasi belum menyadari bahwa koperasi merupakan suatu wadah usaha
yang dimaksudkan untuk meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesejahteraan mereka. Sebaiknya
dalam kelompok tersebut harus ada tokoh yang berfungsi sebagai sebagai penggerak
organisatoris untuk menggerakkan koperasi kearah sasaran yang benar.
d. Partisipasi mereka dalam kegiatan organisasi juga masih harus ditingkatkan. Apabila suatu
koperasi mengadakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) banyak anggotanya yang tidak hadir.
Akibatnya keputusan-keputusan yang dihasilkan tidak mereka rasakan sebagai keputusan yang
mengikat.
e. Banyaknya anggota yang tidak mau bekerjasama dan mereka juga memiliki banyak utang
kepada koperasi, hal ini menyebabkan modal yang ada dikoperasi semakin berkurang.

2. Pengurus Koperasi

Dalam hal kepengurusan juga dihadapi kelemahan-kelemahan yang sama. masalah yang menjadi
penghambat berkembangnya koperasi dari sisi pengurus adalah:
a. Pengetahuan , ketrampilan, dan kemampuan anggota pengurusnya masih belum memadai
b. Pengurus belum mampu melaksanakan tugas mereka dengan semestinya.
95
c. Pengurus kurang berdedikasi terhadap kelangsungan hidup koperasi. Ini berarti bahwa
kepribadian dan mental pengurus, pengawas, manajer belum berjiwa koperasi sehingga harus
diperbaiki lagi.

d. Pengurus kadang-kadang tidak jujur


e. Masih ada koperasi yang anggota pengurusnya kurang berusaha untuk menigkatkan
pengetahuan dan ketrampilannya. Kursus-kursus yang diselenggarakan untuk pengurus koperasi
sering tidak mereka hadiri.
f. Dalam kepengurusan koperasi sampai saat ini masih belum ada pembagian tugas yang jelas.
g. Pengurus koperasi kebanyakan yang sudah lanjut usia dan para tokoh masyarakat yang sudah
memiliki jabatan ditempat lain, sehingga perhatiannya terhadap koperasi berkurang.
h. Pegurus masih belum mampu berkoordinasi dengan anggota, manajer, pengawas, dan instansi
pemerintah dengan baik
3. Pengawas Koperasi
Anggota dari badan pengawas koperasi banyak yang belum berfungsi. Hal ini di disebabkan
oleh:
a. Kemampuan anggota pengawas yang belum memadai, terlebih jika dibandingkan dengan
semakin meningkatnya usaha koperasi
b. Di pihak lain, pembukuan koperasi biasanya belum lengkap dan tidak siap untuk diperiksa.
c. Pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas koperasi sekunder dan kantor koperasi juga belum
banyak membantu perkembangan kemampuan anggota pengawas ataupun peningkatan
pembukuan koperasi. Pemeriksaan yang mereka lakukan terutama mengarah pada kepentingan
permohonan kredit.
Masalah Eksternal :

1. Iklim yang mendukung pertumbuhan koperasi belum selaras dengan kehendak anggota
koperasi, seperti kebijakan pemerintah yang belem jelas dan efektif untuk koperasi, sistem
prasarana, pelayanan, pendidikan, dan penyuluhan.

2. Banyaknya badan usaha lain yang bergerak pada bidang usaha yang sama dengan koperasi.
3. Kurangnya fasilitas-fasilitas yang dapat menarik perhatian masyarakat dan masih banyaknya
masyarakat yang tidak mempercayai koperasi.
96
Dari Sisi Bidang Usaha Koperasi
Masalah usaha koperasi dapat digambarkan sebagai berikut. Ada koperasi yang manajer
dan karyawannya belum memenuhi harapan. Di antara mereka ada yang belum dapat bekerja
secara profesional, sesuai dengan peranan dan tugas operasi yang telah ditetapkan. Masih ada
administrasi koperasi yang belum menggunakan prinsip-prinsip pembukuan dengan baik. Sistem
informasi majemen koperasi mesih belum berkembang sehingga pengambilan keputusan belum
didukung dengan informasi yang cukup lengkap dan dapat diandalkan.
Di samping itu masih ada manajer yang kurang mempunyai kemampuan sebagai
wirausaha. Di antara mereka bahkan masih ada yang kurang mampu untuk menyusun rencana,
program, dan kegiatan usaha. Padahal mereka harus memimpin dan menggerakkan karyawan
untuk melaksanakan rencana, program, dan kegiatan usaha yang ditentukan. Penilaian terhadap
keadaan serta mengadakan penyesuaian rencana, program, dan kegiatan usaha setiap kali
ada perkembangan dalam keadaan yang dihadapainya.
Dari sisi produksi, koperasi sering mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan
baku. Salah satu bahan baku pokok yang sulit diperoleh adalah modal. Dalam hal kualitas,
output koperasi tidak distandardisasikan, sehingga secara relatif kalah dengan output industri
besar. dalam banyak kasus, output koperasi (dan UKM) tidak memiliki keunggulan komparatif
sehingga sulit untuk dipasarkan.
Secara umum koperasi harus menghadapi kelemahannya sebagai berikut :
 Pembinaan hubungan antara alat perlengkapan koperasi, khususnya antara pengurus dan
manajer, yang masih perlu ditingkatkan. Hal ini antara lain mengingat perlunya koordinasi yang
mantab dan pembagian tugas serta tanggung jawab yang jelas. Harus dihindarkan apabila ada
pengurus yang mengambil wewenang manajer melaksanakan tugas operasional.
 Kebijaksanaan dan program kerja koperasi masih cenderung timbul sebagai prakarsa
pemerintah. Program-program yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan anggota masih ada
yang belum sepenuhnya dipadukan dengan program-program yang timbul dari prakarsa
pemerintah. Keputusan koperasi yang mandiri masih belum dapat berkembang.
 Organisasi tingkat sekunder, seperti Pusat Koperasi dan Induk koperasi, tampak belum
sepenuhnya dapat memberikan pelayanan kepada koperasi primer, khususnya meningkatkan
kemampuan dalam bidang organisasi, administrasi, dan manjemen.

97
 Kerja sama koperasi dan lembaga non- koperasi telah ada yang berlangsung atas landasan
saling menguntungkan antara kedua belah pihak. Tetapi, apabila kurang hati-hati dalam
membinannya ada kerjasama yang cenderung mengarah pada hilangnya kemandirian koperasi.
 Kemampuan pemupukan modal usaha yang bersumber dari anggota dan hasil usaha koperasi,
walaupun cukup memadai perkembangannya namun ternyata masih sangat terbatas.
 Dalam usaha memperoleh kredit dari bank, koperasi masih menghadapi kesulitan untuk
memenuhi persyaratan yang ditentukan.
Demikianlah, maka pemupukan modal koperasi walaupun cepat perkembangannya hasilnya
masih terbatas juga.
 Keterpaduan gerak, pengertian, pembinaan, dan pengawasan terhadap gerakan koperasi dari
berbagai instansi masih perlu ditingkatkan.
 Masalah lain yang dihadapi dalam pelaksanaan pembinaan koperasi pada tingkat
perkembangan seperti sekarang ini adalah masih kurangnya petugas pembina koperasi, baik
dalam jumlah maupun mutunya.
 Masalah permodalan, penguasaan teknologi, akses informasi, permasalahan pemasaran, dan
perlindungan hukum.
 Kurangnya dana sehingga fasilitas-fasilitas yang sudah ada tidak dirawat, hal ini menyebabkan
koperasi tertinggal karena kemajan teknologi yang sangat cepat. Masalah yang dihadapi koperasi
akan semakin meluas jika tidak ditangani sesegera mungkin. Sebelum melakukan tindakan
pemecahan masalah langkah awal yang harus kita lakukan adalah menganalisa penyebab
terjadinya masalah. Setelah kita mengetahui akar permasalahannya dimana barulah kita dapat
melakukan langkah konkrit yang diharapkan dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapi.
Dalam penyelesaian masalah ini dibutuhkan keterlibatan semua elemen masyarakat baik
pemerintah dan masayarakat itu sendiri. Berikut ini masalah yang dihadapi koperasi secara
umum dan cara mengatasi permasalahan tersebut, yaitu :
1. Koperasi jarang peminatnya
Koperasi jarang peminatnya dikarenakan ada pandangan yang berkembang dalam masyarakat
bahwa koperasi adalah usaha bersama yang diidentikkan dengan masyarakat golongan menengah
ke bawah. Dari sinilah perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat tentang koperasi. Dengan
adanya sosialisasi diharapkan pengetahuan masyarakat tentang koperasi akan bertambah.
98
Masyarakat dapat mengetahui bahwa sebenarnya koperasi merupakan ekonomi rakyat yang
dapat menyejahterakan anggotanya. Sehingga mereka berminat untuk bergabung.
2. Kualitas Sumber Daya yang terbatas
Koperasi sulit berkembang disebabkan oleh banyak faktor, yaitu bisa disebabkan Sumber
Daya Manusia yang kurang. Sumber daya manusia yang dimaksud adalah pengurus koperasi.
Seperti yang sering dijumpai, pengurus koperasi biasanya merupakan tokoh masyarakat
sehingga dapat dikatakan rangkap jabatan, kondisi seperti inilah yang menyebabkan
ketidakfokusan terhadap pengelolaan koperasi itu sendiri. Selain rangkap jabatan biasanya
pengurus koperasi sudah lanjut usia sehingga kapasitasnya terbatas. Perlu dilakukan
pengarahan tentang koperasi kepada generasi muda melalui pendidikan agar mereka dadat
berpartisipasi dalam koperasi.Partisipasi merupakan faktor yang penting dalam mendukung
perkembangan koperasi. Partisipasi akan meningkatkan rasa tanggung jawab
sehingga dapat bekerja secara efisien dan efektif.
3. Banyaknya pesaing dengan usaha yang sejenis
Pesaing merupakan hal yang tidak dapat dielakkan lagi, tetapi kita harus mengetahui bagaimana
menyikapinya. Bila kita tidak peka terhadap lingkungan (pesaing) maka mau tidak mau kita akan
tersingkir. Bila kita tahu bagaimana menyikapinya maka koperasi akan survive dan dapat
berkembang. Dalam menanggapi pesaing kita harus mempunyai trik– trik khusus, trik – trik/
langkah khusus tersebut dapat kita lakukan dengan cara melalui harga barang/jasa, sistem kredit
dan pelayanan yang maksimum. Mungkin koperasi sulit untuk bermain dalam harga, tapi hal ini
dapat dilakukan dengan cara sistem kredit, yang pembayarannya dapat dilakukan dalam waktu
mingguan ataupun bulanan tergantung perjanjian. Dengan adanya hal seperti ini diharapkan
dapat menarik perhatian masyarakat untuk menjadi anggota.
4. Keterbatasan Modal
Pemerintah perlu memberikan perhatian kepada koperasi yang memang kesulitan dalam masalah
permodalan. Dengan pemberian modal koperasi dapat memperluas usahanya sehingga dapat
bertahan dan bisa berkembang. Selain pemerintah, masyarakat merupakan pihak yang tak kalah
pentingnya, dimana mereka yang memiliki dana lebih dapat menyimpan uang mereka dikoperasi
yang nantinya dapat digunakan untuk modal koperasi.
5. Partisipasi anggota

99
Sebagai anggota dari koperasi seharusnya mereka mendukung program-program yang ada di
koperasi dan setiap kegiatan yang akan dilakukan harus melalui keputusan bersama dan setiap
anggota harus mengambil bagian di dalam kegiatan tersebut.
6. Perhatian pemerintah
Pemerintah harus bisa mengawasi jalannya kegiatan koperasi sehingga bila koperasi mengalami
kesulitan, koperasi bisa mendapat bantuan dari pemerintah, misalnya saja membantu penyaluran
dana untuk koperasi.Akan tetapi pemerintah juga jangan terlalu mencampuri kehidupan koperasi
terutama hal-hal yang bersifat menghambat pertumbuhan koperasi. Pemerintah hendaknya
membuat kebijakan-kebijakan yang dapat membantu perkembangan koperasi.
7. Manajemen koperasi
Dalam pelaksanaan koperasi tentunya memerlukan manajemen, baik dari bentuk perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Karena hal ini sangat berfungsi dalam
pengambilan keputusan tetapi tidak melupakan partisipasi dari anggota. Apabila semua kegiatan
koperasi bias dijalankan dengan baik dan setiap anggota mau mengambil bagian di dalam
kegiatan koperasi serta perhatian pemerintah dapat memberikan motifasi yang baik, koperasi
pasti dapat berjalan dengan lancar.
Permasalahan Koperasi di Pedesaan

Dari hasil pengamatan di lapangan ditemukan permasalahan pengembangan koperasi,


antara lain:

1) pada penentuan kepengurusan dan manajemen koperasi masih dipengaruhi oleh


teposeliro, bukan didasarkan pada kualitas kepemimpinan dan kewirausahaan;

2) kegiatan koperasi tidak sesuai dengan kebutuhan anggota sehingga koperasi berjalan
atas kehendak pengurus semata. Ini berakibat kepada rendahnya partisipasi anggota karena
anggota tidak
merasakan manfaat sebagai anggota koperasi;

3) masih ditemukan koperasi tidak melibatkan anggota dalam aktifitasnya (koperasi


dikendalikan oleh pemilik modal);

100
4) adanya kegiatan koperasi yang memanfaatkan dukungan pemerintah terhadap
keberadaan koperasi bagi kepentingan pribadi;

5) usaha yang dilakukan tidak fokus, sehingga tingkat profitabilitas koperasi masih
rendah. Akibatnya pengembangan aset koperasi sangat lambat dan koperasi sulit untuk
berkembang;

6) masih lemahnya sistem informasi di tingkat koperasi, terutama informasi


harga terhadap komoditas pertanian sehingga akses pasar produk pertanian dan
produk lainnya masih relatif sempit;

7) belum berperannya koperasi sebagai penyalur sarana produksi pertanian di pedesaan


dan sebagai penampung hasil produksi pertanian.

Disamping temuan berbagai permasalahan diatas, hasil pengamatan di lapangan juga


ditemukan beberapa faktor pendukung pembangunan ekonomi daerah melalui pengembangan
koperasi, antara lain:

1) potensi masyarakat;

2) pengusaha;

3) lembaga perkreditan;

4) instansi terkait; dan

5) koperasi sebagai badan usaha, (Hendrajogi, 2007)

V. Strategi Pengembangan KUD


Pengembangan KUD tidak terlepas dari perkembangan usaha masyarakat pedesaan. Sebagian
besar KUD yang ada jenis usahanya adalah pertanian dan industri rumah tangga. Pembangunan
ekonomi pedesaan di masa datang tidak terlepas dari pengembangan usaha yang berbasis
ekonomi pedesaan, dalam hal ini akan dikembangkan melalui KUD. Karakteristik yang melekat
pada KUD bisa merupakan kelebihan atau kekuatan yang potensial, di sisi lain pada kekuatan
tersebut terkandung kelemahan yang justru menjadi penghambat perkembangannya. Kombinasi

101
dari kekuatan dan kelemahan serta intereaksi keduanya dengan situasi ekternal akan menentukan
prospek perkembangan UKM.
Dengan adanya kriris ekonomi, menyebabkan pemerintah dan para pengambil
kebijaksanaan kembali berpikir ulang tentang arah perekonomian yang selama ini ditempuh. Kini
timbul kemauan politik yang kuat untuk membenahi inefisiensi dan mis-alokasi sumberdaya (mis
allocation of resources) yang terjadi di sektor ril yang selama ini dibiarkan saja terjadi karena
kuatnya vested interest para pemburu rente yang menguasai birokrasi pemerintahan. Akibat dari
mis-alokasi sumberdaya adalah terabaikannya pembangunan KUD yang berbasis sumberdaya
alam serta sumberdaya pertanian (resource based industries).
Banyak industri yang dibangun membutuhkan bahan baku dan komponen yang harus
diimpor atau industri-industri yang tidak banyak terkait dengan perekonomian lokal sehingga
industri ini sangat rentan terhadap gejolak mata nilai uang. Industri-industri jenis ini pada
umumnya adalah industri yang berpihak kepada golongan ekonomi kuat (Syahza. A, 2007).
Manifestasi tujuan pengembangan ekonomi kerakyatan dapat dilakukan terutama melalui KUD.
Salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut adalah pengembangan KUD yang terencana
dengan baik dan terkait dengan pembangunan sektor ekonomi lainnya terutama di pedesaan.
4 Pengembangan Koperasi Melalui Kemitraan
Kemitraan merupakan bagian tanggungjawab sosial perusahaan terhadap lingkungannya
sesuai dengan konsep manajemen partisipatif. Pagelaran kemitraan tidak hanya dilakukan
sebagai belas kasihan oleh yang kuat terhadap yang lemah, tetapi seyogyanya terjalin karena
kehendak bisnis yang dibarengi dengan rasa tanggung jawab sosial yang kuat. Dalam era
kompetisi yang kompetitif, keberadaan KUD dituntut untuk dapat bersaing dengan pelaku usaha
lainnya sebagai wujud pemberdayaan ekonomi rakyat. Langkah kerjasama dalam bentuk
kemitraan usaha merupakan suatu strategi untuk dapat mengembangkan KUD dan secara moril
sangat diperlukan adanya dukungan yang maksimal dari pihak pengusaha besar melalui paket
pembinaan. Harus diakui usaha KUD ini tidak terlepas dari tantangan dan hambatan, baik dari
segi permodalan, sumberdaya manusia, manajemen, minimnya penguasaan teknologi informasi,
iklim berusaha, dan distribusi jasa/produk yang dihasilkan.
Pembangunan KUD untuk percepatan ekonomi pedesaan, sangat perlu adanya kemitraan.
Kemitraan yang dimaksud adalah dalam bentuk partisipasi dari semua unsur yang terkait untuk

102
pengembangan KUD. Pembangunan KUD didasari oleh adanya potensi desa, antara lain:
masyarakat petani, pengusaha kecil, industri rumah tangga. Dengan dasar kebutuhan bersama,
potensi ini harus dikembangkan melalui KUD dan menjadi anggota KUD pada masing-masing
jenis usaha atau kegiatannya. KUD dengan manajemen yang baik menjalin kerjasama dalam
bentuk mitra kerja dengan lembaga keuangan dan perusahaan.
Dari ketiga komponen mitra (koperasi, perusahaan, dan lembaga keuangan) perlu
dukungan dari pihak pemerintah sebagai pembuat kebijakan. Pemerintah sifatnya disini hanya
sebagai pemberian jasa berupa pembinaan dan penyuluhan.
Strategi pembinaan
Strategi pembinaan merupakan kegiatan yang harus secara terus menerus dilakukan oleh Dinas
Koperasi UKM guna memberikan bimbingan dan pendampingan agar gerakan koperasi tetap
eksis, berkembang dan baik dalam pengelolaannya sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Paradigma Baru Pasar Bersama

Upaya mengatasi masalah pemasaran produk petani dan industri rumah tangga, maka
perlu dipikirkan paradigma baru sebagai tawaran solutif. Salah satu alternatif pemecahannya
adalah memberdayakan lembaga ekonomi pedesaan yaitu KUD. Tanpa KUD tidak mungkin
usaha petani dapat berkembang. KUD inilah yang akan berhubungan dengan pengusaha besar
(Syahza. A, 2007). Melalui koperasi masalah yang dihadapi oleh pengusaha di daerah dapat
teratasi. KUD merupakan badan usaha di pedesaan dan pelaksana penuh system pemasaran
produk yang dihasilkan oleh Petani. Dari sisi lain KUD juga merupakan pedagang perantara dari
produk yang dihasilkan oleh anggotanya. KUD berfungsi sebagai lembaga pemasaran dari
produk masyarakat desa. Dalam KUD dilakukan pengendalian mutu (sortiran, pengolahan,
pengepakan, pemberian label, dan penyimpanan) sesuai dengan permintaan dan kebutuhan
pasar. KUD juga berperan sebagai media informasi pasar, perkembangan harga, dan daya beli
pasar.
Melalui informasi pasar, KUD harus dapat menciptakan peluang pasar produk
masyarakat desa sehingga wong deso tidak ragu untuk melakukan kegiatan usahanya karena ada
jaminan dari KUD bahwa produk mereka akan ditampung. Kegiatan ini akan merangsang
partisipasi anggota terhadap KUD, yang pada hakikatnya terjadi kesinambungan usaha KUD.
Investasi yang dilakukan oleh KUD berupa transportasi, mesin pengolah produk di pedesaan,
103
mesin dan alat pengolah harus berupa penanaman modal atas nama anggota. Artinya setiap
anggota mempunyai saham kepemilikan aset KUD. Dengan demikian konsep ekonomi
kerakyatan di pedesaan dapat berkembang (Syahza.A, 2007).
KUD juga berperan sebagai penyedia kredit yang diperoleh dari lembaga perkreditan dan
pengusaha. Pemberian kredit ini didasarkan kepada bentuk usaha yang mengembangkan
komoditi potensial dan punya peluang pasar. Tingkat pengembalian kredit oleh pengusaha dapat
dilakukan melalui pemotongan penjualan hasil kepada KUD. Kegiatan unit usaha ini akan
menimbulkan multiplier effect ekonomi dalam kehidupan masyarakat. Pada hakikatnya industri
kecil dan industri rumah tangga sebagai unit usaha di pedesaan dapat menciptakan peluang usaha
dalam kegiatan ekonomi sehingga menyebabkan naiknya pendapatan mayarakat yang pada
akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan. Selain yang diungkapkan di atas,
KUD juga berfungsi sebagai: Pertama, mencarikan alternatif pemecahan masalah pengusaha
kecil seperti penyediaan kredit, pembentukan modal bersama melalui tabungan, penyediaan
sarana produksi, pelaku agroindustri, memasarkan produk dan sebagainya; Kedua, memberikan
kemudahan berupa pelatihan danpembinaan kepada pengusaha dalam usaha-usaha yang
dilakukannya; dan ketiga, pengusaha di pedesaan perlu diorganisir untuk memperkuat posisi
tawar-menawarnya dalam menghadapi persaingan dan melakukan kemitraan dengan pihak lain.
Dalam era globalisasi dan menyongsong liberalisasi perdagangan peranan pemerintah
makin kecil, bahkan kebijaksanaan pajak impor dan subsidi akan dihapuskan bila sampai
waktunya. Dengan demikian peran serta pihak swasta, yaitu perusahaan-perusahaan besar sangat
diperlukan untuk mengisi dan melengkapi berbagai program pemerintah. Pihak pengusaha yang
berada pada posisi yang kuat dapat membantu KUD pada posisi yang lemah dalam bentuk
jaringan kemitraan. Hubungan ini dapat memberikan keuntungan kepada KUD, yaitu: transfer
teknologi yang lebih unggul; memperoleh informasi dan peluang pasar secara cepat; dapat
membuka akses terhadap modal dan pasar; serta adanya jaminan dan kepastian pasar bagi produk
industri kecil dan industri rumah tangga.

104
RANGKUMAN
Koperasi di Indonesia tentulah terjadi yang namanya pasang surut di dalam dunia
koperasi , oleh karena itu marilah kita meningkatkan kesadaran dari diri kita masing-masing
dalam usaha untuk meningkatkan koperasi di Indonesia dengan cara meningkatkan kinerja
anggota koperasi dengan cara memberikan training atau pelatihan kepada anggota koperasi terus
kita juga bias memodifikasi produk yang ada, dengan memodifikasi produk-produk yang ada
dikoperasi, kiranya akan meningkatkan selera masyarakat sehingga tertarik untuk mengkonsumsi
produk dari koperasi tersebut dengan menyesuaikan dengan perkembangan zaman dari tahun ke
tahun dan juga memperbaiki koperasi secara menyeluruh , kita harus menjadikan koperasi yang
ada Indonesia ini sebagai koperasi yang baik dan mari kita memberi perubahan yang ada untuk
lebih mensejahterkan koperasi Indonesia agar menjadi lebih baik lagi.
Kelebihan KUD
1. Sebagai gerakan ekonomi kerakyatan, persyaratan pendirian koperasi relatif
muradah.
2. Usaha koperasi tidak hanya dieruntukkan kepada anggotanya saja tetapi jg untuk
masyarakat pada umumnya.
3. Usaha dijalanknan berdasarkan atas azas kekeluargaan sehingga memiliki ikatan
kerja sama yang kuat.
4. Meningkatkan kesejahteraan anggota dengan tetap memperhatikan aspek sosial.
5. Pembagian sisa hasil usaha tidak hanya ditentukan berdasarkan modal, melainkan
tingkat partisipasi jasa) usaha dari anggotanya.
Kekurangan Badan usaha koperasi
1, Keterbatasan modal membuat koperasi tidak bisa berkembang secara pesat.
1. Kurangnya perhatian terhadap aspek keuntungan menyebabkan kopersi kurang
diminati.
2. Sifat keanggotaan yang sukarela menyebabkan manajemen koperasi tidak efektif.
3. Koperasi cenderung ersifat eksklusif jika dibandigkan badan usaha lainnya

105
TUGAS
1. Tugas terstruktur
Petunjuk:
 Bacalah dan cermati tugas di bawah ini, kemudian kerjakan secara berkelompok
 Dikumpulkan paling lama 1 minggu setelah tugas ini diumumkan.
 Sampaikan hasil tugas secara berurutan kepada dosen dan kelompok lainnya.
 Membentukmenjadi kelompok yang menyusun tugas berupa diagram pertumbuhan
KUD di Indonesia.
 Laporan tugas dituangkan dalam file word dengan ukuran A4 times new roman font 12
spasi 1,5 rata kiri kanan sertakan judul tugas, nama kelompok, nim, kelas, logo dan
program studi.
 Laporan tugas dituangkan dalam bentuk makalah dengan kertas A4 times new roman font
12 spasi 1,5 rata kiri kanan.
 Bentuk laporan tugas disusun dengan mengikuti format sebagai berikut :
SAMPUL DEPAN (COVER)
DAFTAR ISI
BAB I
SKENARIO/TEMA : JUDUL TUGAS DISKUSI
PENDAHULUAN
3. Latar Belakang
4. Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
PROBLEM/ANALISIS MASALAH
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

106
Daftar pustaka

Arifin, Johar. 2002. Manajemen koprasi. Jakarta: Gramedia


Chianiago, Arifinal. 1987. Perkoprasian Indonesia. Bandung: Angkasa
Sujadi. 2003. Manajeman Koprasi. Surakarta: fakultas ekonomi UMS
Virgina, Tirsa. 2011. Koprasi Indonesia: Potret dan tantangan. Jurnal.
Undang-undang Republik Indonesia Tentang Perkoprasian.

107
BAB VI
EKSISTENSI UMKM DI DALAM PROSES PEMBANGUNAN EKONOMI
Oleh ;.
Komala dewi, M.E

PENDAHULUAN
A. PENGANTAR PENDAHULUAN
Keberadaan UMKM tidak dapat dihapuskan ataupun dihindarkan dari masyarakat bangsa
saat ini. Karena keberadaannya sangat bermanfaat dalam hal pendistribusian pendapatan
masyarakat. Selain itu juga mampu menciptakan kreatifitas yang sejalan dengan usaha untuk
mempertahankan dan mengembangkan unsur-unsur tradisi dan kebudayaan masya-
rakat setempat. Pada sisi lain, UMKM mampu menyerap tenaga kerja dalam skala yang besar
mengingat jumlah penduduk Indonesia yang besar sehingga hal ini dapat mengurangi tingkat
pengangguran. Dari sinilah terlihat bahwa keberadaan UMKM yang bersifat padat karya,
menggunakan teknologi yang sederhana dan mudah dipahami mampu menjadi sebuah wadah
bagi masyarakat untuk bekerja (www. smecda.com). Program pengembangan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM) sebagai salah satu instrument untuk menaikkan daya beli
masyarakat, pada akhirnya akan menjadi katup pengaman dari situasi krisis moneter.
Pengembangan UMKM menjadi sangat strategis dalam menggerakkan perekonomian nasional,
mengingat kegiatan usahanya mencakup hampir semua lapangan usaha sehingga kontribusi
UMKM menjadi sangat besar bagi peningkatan pendapatan bagi kelompok masyarakat
berpendapatan rendah.

Dalam pengembangan UMKM, langkah ini tidak semata-mata merupakan langkah


yang harus diambil oleh Pemerintah dan hanya menjadi tanggung jawab Pemerintah.
Pihak UMKM sendiri sebagai pihak internal yang dikembangkan, dapat mengayunkan
langkah bersama-sama dengan Pemerintah. Karena potensi yang mereka miliki mampu
menciptakan kreatifitas usaha dengan memanfaatkan fasilitas yang diberikan oleh
pemerintah. Di Malang banyak berkembang industri dengan jenis olahan dan skala usaha
yang beragam, sehingga Malang merupakan tempat tumbuhnya berbagai macam bentuk.
108
Kota Malang yang letaknya di Kelurahan Pandanwangi, Ke- camatan Blimbing, Kota Malang.
Berdasarkan data dari Dinas Koperasi dan UKM Kota Malang terdaftar jumlah pengusaha
ini mengolah bahan baku menjadi sesuatu. Jenis usaha inilah yang menjadi produk unggulan.
potensi untuk meningkatkan per-ekonomian rakyat karena pada dasarnya Jagung me-
rupakan komoditi tanaman pangan yang sangat mudah untuk dibudidayakan se-
panjang musim, baik di musim penghujan maupun di musim kemarau yang terpenting
kebutuhan air tercukupi.

Ada beberapa kendala yang dihadapi oleh kelompok dalam pengembangan usahanya. Hal
inilah yang menjadi pertimbangan peneliti untuk melakukan penelitian ini. Permasalahan
yang paling mendasar dihadapi oleh pelaku UMKM ini meliputi, sumber daya manusia
yang kurang memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam pengembangan usa-
hanya, memiliki permasalahan dalam permodalan, kurangnya sarana dan pra-
sarana, serta kurangnya akses pemasaran produk. Beberapa permasalahan diatas inilah yang
memerlukan perhatian yang lebih dari pemerintah daerah Kota Malang khusunya Dinas Koperasi
dan UKM Kota Malang agar UMKM dapat tumbuh dan berkembang dengan lebih baik.
Keberadaan UMKM ini perlu untuk dikembangkan karena pengembangan ini akan berpengaruh
penting terhadap peningkatan perekonomian masyarakat untuk mencapai kesejahteraan.
B. Deskripsi materi

Bab VI ini disusun sedemikian rupa untuk membantu mahasiswa S1 ekonomi syariah dengan
mata kuliah manajemen koperasi & UMKM dengan beban 3 sks teori dan 0 sks praktik. Sebagai
bab ketiga di dalam modul ini, bab VI menguraikan eksistensi UMKM di dalam proses
pembangunan ekonomi pokok bahasan atau topik yang saling berkaitan satu sama lain yaitu.

C. Kemampuan /tujuan ahkir yang diharapkan


Pembelajaran pada bab ini membantu mahasiswa untuk mencapai kemampuan akhir yaitu
mampu menguraikan eksistensi UMKM di dalam proses pembangunan ekonomi (C3). Baiklah,
Pembelajaran kelima pada manajemen koperasi & UMKM akan dimulai. Berikut beberapa tips
bagi mahasiswa agar dapat memahami tentang eksistensi UMKM di dalam proses pembangunan
ekonomi antara lain:

109
1. Awali proses belajar dengan berdo‟a dan tanamkan tekad/motivasi untuk mengetahui
segala hal terkait eksistensi UMKM di dalam proses pembangunan ekonomi
2. Baca dan pahami setiap materi, serta cari kata kunci atau catatan penting dari materi. Bila
perlu buat resume berisi catatan penting tersebut.
3. Setelah dipahami, usahakan menghafal beberapa kosakata atau rumus penting terkait
materi eksistensi UMKM di dalam proses pembangunan ekonomi
4. Kerjakan latihan soal terutama soal kasus agar lebih meningkatkan kemampuan berpikir
kritis dalam memahami eksistensi UMKM di dalam proses pembangunan ekonomi
5. Akhiri proses belajar dengan berdo‟a dan semoga sukses!!

D.. Uraian materi


I. Konsep pengusaha kecil dan menengah
II. Kinerja UMKM di Indonesia dan Kontribusinya terhadap kesempatan kerja dan PDB
III. Liberalisasi, Otonomi daerah, dan peluang bagi UMKM daerah
IV. Permalasahan yang dihadapi UMKM meliputi; pemasaran, pendanaan, SDM, bahan
baku, dan teknologi
V. Bentuk kelembagaan untuk perumusan dan implementasi kebijaksaan UKM

110
I. Konsep Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
Pada Bab I pasal 1 UU No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM), maka yang dimaksud dengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah:
1) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang ini.
3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Kecil atau sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Berdasarkan definisi di
atas maka pada intinya Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah suatu bentuk usaha ekonomi
produktif yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha perorangan yang memenuhi
kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau
hasil penjualan tahunan Kinerja UMKM di Indonesia dan Kontribusinya terhadap kesempatan
kerja dan PDB.
Kinerja UMKM di Indonesia dan Kontribusinya terhadap kesempatan kerja dan PDB
Kontribusi UMKM terhadap PDB mencapai 60,5 % dan terhadap penyerapan tenaga
kerja adalah 96,9^ dari total penyerapan tenaga kerja nasional.

Menurt data Kementerian koperasi Usah akecil dan menengah (KUMKM) tahun 2018,
jumlah pelaku UMKM sebanyak 64,2 juta atau 99,99% dari jumlah pelaku usaha di Indonesia.
Daya serap tenaga kerja UMKM sebanyak 117 pekerja atau 97 % dari daya serap tenaga kerja
dunia usaha. Sementara itu kontribusi UMKM terhadap perekonomian nasional (PDB) sebesar
61,1 % dan sisanya yaitu 38,9%bdisumbangkan oleh pelaku usaha hanya sebesar 5,5 atau 0,01 %
dari jumlah pelaku usaha.

Peran pemerintah dalam rangka mengembangkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM) memang sangat diperlukan. Karena UMKM merupakan salah satu usaha yang
111
potensial untuk meningkatkan perekonomian serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sehingga perlu adanya pemberdayaan dari segi sumber daya manusia sampai pada pengadaan
sarana dan prasarana. Selain itu, ada banyak manfaat dari adanya UMKM yaitu dapat menyerap
banyak tenaga kerja serta mengurangi tingkat pengangguran. “Tujuan mulia yang ingin dicapai
sektor publik, yaitu kesejahteraan sosial (social welfare) dengan sendirinya menuntut tata
kelola pemerintahan yang baik (good governance). Saat ini tuntutan agar pemerintah mampu
secepatnya merealisasikan pencapaian kesejahteraan sosial, semakin (Keban, 2008, h.17-18).

Liberalisasi, Otonomi daerah, dan peluang bagi UMKM daerah

Dalam hal ini peran Dinas Koperasi dan UKM merupakan kepanjangan tangan dari Pemerintah
Daerah untuk membantu mengatasi permasalahan yang terjadi dalam pengembangan UMKM
dalam hal produksi dan pengolahan, pemasaran, sumber daya manusia, serta desain dan
teknologi.

1) Pemberian akses UMKM terhadap Sumber-Sumber Permodalan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah pada umumnya mengandalkan pada modal sendiri dalam menjalankan usahanya, dan
terkadang mereka terjebak dengan keterikatan rentenir mengingat masih rendahnya aksesbilitas
terhadap sumber-sumber pembiayaan formal. Mengenai pemberian akses terhadap sumber-
sumber pendanaan, Dinas Koperasi dan UKM Kota Malang telah memberikan akses bagi
masyarakat terhadap modal awal. Kucuran dana yang diberikan bersumber dari pemerintah pusat
(Kementerian Koperasi dan UKM) dan pemerintah provinsi Jawa Timur. Dari pemerintah pusat
bantuan diberikan melalui LPDB (Lembaga Pengelola Dana Bergulir). Dana tersebut di bagikan
kepada koperasi bagi para pengusaha UMKM yang akan melakukan pinjaman modal. Sedangkan
dari pemerintah provinsi Jawa Timur dana tersebut berupa Bansos dan Hibah yang diberikan
kepada koperasi wanita yang telah mendapatkan kucuran dana dari pemerintah senilai Rp 25 juta
per koperasi untuk para pengusaha UMKM yang ingin melakukan peminjaman melalui koperasi
tersebut seperti Koperasi Wanita AKU, Koperasi Dewi Sartika,Koperasi Wanita Hijau Daun,
Koperasi Puspa Anggun, Koperasi Catleya, Koperasi Aster, Koperasi Teratai, Koperasi AQ-SO,
Koperasi, Ayu Makmur, dan Koperasi Dewi Shinta. Sinergi antara pemerintah dengan koperasi
dilakukan agar para pengusaha UMKM sadar akan pentingnya berkoperasi.

112
2) Pengadaan Pembinaan dan Pelatihan

Pembinaan dan pelatihan yang dilakukan oleh Dinas Koperasi dan UKM Kota Malang
merupakan wujud pemberdayaan sebagai motivasi atau dorongan bagi masyarakat untuk
mengasah kemampuan yang mereka miliki serta dapat menjadikan bekal ilmu pengetahuan dan
keterampilan bagi masyarakat yang ingin membuka usaha sendiri. Dalam mengatasi
permasalahan yang dihadapi oleh UMKM, Dinas Koperasi dan UKM Kota Malang
menyediakan pelayanan seperti Klinik UMKM yang bekerjasama dengan pemerintah provinsi
Jawa Timur. Di Klinik UMKM, calon maupun pengusaha UMKM terutama bagi pengusaha yang
masih memiliki kendala dalam pengembangan usahanya dapat berkonsultasi mengenai rencana
atau pengembangan usaha yang dijalankannya. Keterbatasan SDM pengusaha dari segi
pendidikan formal maupun pengetahuan dan keterampilannya sangat berpengaruh terhadap
manajemen pengelolaan usahanya, sehingga usaha tersebut sulit untuk berkembang dengan
optimal. Disamping itu, minimnya pengetahuan mengenai teknologi akan menyulitkan mereka
dalam meningkatkan daya saing produk yang dihasilkan. Oleh karena itu
betapa pentingnya program pembinaan dan pelatihan yang dilakukan oleh Dinas Koperasi dan
UKM Kota Malang ini yang berguna untuk memberikan bekal ilmu pengetahuan dan
keterampilan dalam mengembangkan usaha yang dijalankannya.

3) Peningkatan Promosi produk

Dalam hal ini kegiatan peningkatan promosi produk yang dilakukan oleh Dinas Koperasi
dan UMKM Kota Malang yaitu berupa kegiatan seperti bazar atau pameran UMKM yang
diadakan di tempat keramaian seperti MOG (Mall Olimpic Garden). Selain itu, kegiatan ini
biasanya diadakan di luar kota bahkan sampai ke luar pulau seperti kegiatan promosi produk
yang akan dilakukan di Palangkaraya pada tanggal 7-11 Mei 2013 dalam rangka APEKSI
(Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia) dan di Mataram pada tanggal 12 Juli 2013 dalam
rangka HUT Koperasi. Kegiatan ini juga bekerjasama dengan pemerintah provinsi Jawa Timur
untuk mempermudah suatu wilayah dalam bekerjasama dengan provinsi lain. Dinas Koperasi
dan UKM Kota Malang dalam hal ini melakukan kegiatan promosi produk rutin setiap tahun
dengan lokasi yang berbeda-beda. Dengan keanekaragaman lokasi serta peserta UMKM dari

113
seluruh penjuru di Indonesia, hal tersebut bermanfaat untuk memperluas jaringan pemasaran
UMKM sampai ke tingkat internasional.

4) Perluasan Pemasaran Produk Dalam hal ini Dinas Koperasi dan UKM Kota Malang
telah memberikan sarana dalam pemasaran produk yaitu dengan mengadakan kegiatan promosi
produk. Saat ini dengan kecanggihan teknologi, pemasaran dapat dilakukan menggunakan sistem
online. Karena dengan internet jaringan pemasaran bisa dijangkau hingga ke luar negeri. Namun,
hal ini kurang dipahami oleh para pengusaha karena faktor pendidikan serta ilmu pengetahuan
berbasis e-bisnis yang masih rendah. Untuk mengikuti perkembangan jaman, berbagai pelatihan
yang diberikan oleh Dinas Koperasi dan UKM Kota Malang mengenai IT diikuti oleh
pengusaha.

5) Penyediaan Sarana dan Prasarana

Dinas KUKM Kota Malang menyediakan sarana dan prasarana dengan cara memberikan
tempat secara gratis sebagai pelatihan bagi masyarakat yang ingin melakukan usaha. Selain itu
dalam pemasaran, kegiatan seperti bazar atau pameran untuk hasil produk UMKM juga
disediakan oleh Dinas Koperasi dan UKM Kota Malang yang bekerjasama dengan UMKM yang
berada di kota-kota lain. Adapun sarana sebagai konsultasi bagi masyarakat yang memiliki
permasalahan dalam usahanya, yaitu dengan menyediakan pelayanan Klinik KUMKM yang
bekerja-sama dengan pemerintah provinsi Jawa Timur. Tetapi mengenai sarana untuk Klinik
KUMKM sendiri, Dinas Koperasi dan UKM Kota Malang tidak memiliki fasilitas tersebut
seperti yang ada di kota-kota lainnya. Seharusnya fasilitas yang sebelumnya ada tersebut perlu
difungsikan kembali agar masyarakat dapat mengetahui lebih jauh mengenai fungsi Klinik
KUMKM yang telah difasilitasi oleh pemerintah tersebut dan dapat memanfaatkannya dengan
baik.

Kendala dalam pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

a. Meningkatnya Harga Bahan Baku

Bahan baku merupakan bahan pokok yang digunakan dalam mengolah suatu jenis bahan
menjadi produk yang dapat dihasilkan dengan kreatifitas dan inovasi semaksimal mungkin.
Kenaikan harga baku ini tentu saja mempengaruhi harga penjualan, apalagi bahan baku
114
diperoleh dari supply, sehingga mereka memerlukan biaya yang lebih di bandingkan jika
mendapatkan bahan baku dari kebun sendiri. Inilah yang menjadi kendala karena mereka hanya
akan mensuplai bahan baku sesuai budget yang mereka miliki. Otomatis produksi
yang dihasilkan akan terbatas padahal permintaan pasar cukup banyak.

b. Sumber Daya Manusia yang

Terbatas Sumber daya manusia adalah aspek terpenting dalam melakukan usaha.
mayoritas ilmu pengetahuan serta keterampilan di turunkan dari generasi sebelumnya. Oleh
karena itu dari segi kreatifitas mereka kurang bisa mengembangkan kemampuan yang
dimilikinya.

c. Memiliki Permasalahan dalamPermodalan

Modal adalah faktor terpenting dalam membuka usaha. Karena UMKM merupakan usaha
rumahan yang mengandalkan modal sendiri, maka dalam permodalan ini memerlukan
bantuan dari pemerintah. Pada dasarnya mereka menggnakan modal pribadi Walaupun untuk
awal pengumpulan modal mereka sangat kesulitan.

d. Kurangnya Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan hal penting dalam menunjang pengembangan UMKM.
Karena itu, sarana dan prasarana dalam melakukan usaha harus mendukung. Seperti sarana
dalam pemasaran produk atau sarana dalam proses pembuatan produk. Pengusaha mayoritas
sudah memiliki tempat untuk pemasaran produk emping jagung kemasan. Adapun pengusaha
yang memiliki cabang Toko lebih dari satu. Tetapi mengenai proses pembuatan barang,
pengusaha mengaku kurang memiliki lahan yang luas dalam proses pembuatan emping jagung.
Karena menurut mereka dengan lahan yang luas akan dapat menambah produksi yang
dihasilkan. Kendala inilah yang membuat hasil produksi mereka terbatas.

e. Kurangnya Akses Pemasaran Produk

Di Kelurahan Pandanwangi, pengusaha UMKM memiliki lokasi yang saling berdekatan.


Produk yang dihasilkan pun juga sama. Oleh karena itu, persaingan di dalam pemasaran
produknya merupakan hal yang wajar terjadi. Sebenarnya hal ini tidak perlu terjadi jika
115
pengusaha emping jagung mampu meningkatkan kreativitas mereka dengan memproduksi bahan
baku jagung menjadi aneka makanan atau camilan berbeda. Tetapi disini pengusaha
emping jagung kurang dapat mengeksplor segala kreativitas yang dimiliki untuk menunjang
kemajuan dalam mengembangkan usahanya. Karena dengan adanya persaingan seperti itu
mereka akan semakin sulit untuk memasarkan hasil produknya. Inilah yang menjadi kendala
mereka di dalam memasarkan hasil produknya.

Bentuk kelembagaan untuk perumusan dan implementasi kebijaksaan UKM

Arah kebijaksanaan pengembangan UKM di Indonesia dinyatakan secara eksplisit di dalam


Garis – garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun 1999 – 2004. Pedoman kebijaksanaan negara
ini menggaris bawahi 28 butir mengenai arah kebijaksanaan pembangunan ekonomi nasional
untuk periode tahun 1999 – 2004. Kerangka kerja kebijaksanaan terdiri dari tiga kebijaksanaan
utama (Menegkop & UKM, 2000), yaitu:

1. Sistem ekonomi kerakyatan yang didasarkan pada mekanisme pasar dengan suatu
persaingan yang adil dan memperhatikan pertumbuhan ekonomi, keadilan, prioritas pada
sosial), kualitas hidup, lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Sistem ini menjamin
kesempatan – kesempatan bisnis dan kesempatan kerja yang sama, perlindungan konsumen
dan perlakuan yang adil terhadap masyarakat. Di bawah kerangka kerja kebijaksanaan ini,
memberdayakan KUKM rneniadi prioritas utama dalam pembangunan ekonomi nasional.
Usaha – usaha mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan dapat ditunjukkan dengan : (a)
adanya suatu sistern persaingan yang adil yang menjamin kesempatan bisnis dan kerja yang
sama, (b) peranan pemerintah yang efektif dalam menyempurnakan sistem pasar termasuk
pengurangan pajak, (c) kebijaksanaan ekonomi yang menciptakan kesempatan berusaha bagi
KUKM, (d) suatu pertumbuhan kemitraan usaha antar pengusaha UKM, dan (e)
meningkatkan penerimaan positif dari masyarakat dalam bisnis dan peningkatan dalam
penerimaan dari masyarakat.

2. Penciptaan iklim bisnis yang kondusif untuk memberdayakan KUKM sehingga menjadi
efisien, produktif dan kompetitif. Kebijaksanaan ini bertujuan untuk menciptakan suatu
mekanisme yang adil di mana KUKM bias mendapat keuntungan secara proporsional dan

116
dapat bersaing secara adil dengan pemain – pemain bisnis lainnya. Pada dasarnya
kebijaksanaan ini sejalan dengan kebijaksanaan – kebijaksanaan lainnya dari ekonomi
makro, sekoral, dan pembangunan daerah, local yang secara bersama – sama memberikan
dukungan komplementer untuk meningkatkan bisnis KUKM.

3. Kebijaksanaan peningkatan kapasitas KUKM yang bertujuan untuk membuat KUKM


mampu bersaing di pasar bebas dengan pelaku – pelaku bisnis lainnya. Pada dasarnya,
kebijaksanaan ini bertujuan untuk menghilangkan segala kendala yang dihadapi KUKM,
seperti keterbatasan modal pasar dan input – input untuk berproduksi, kekurangan dalam
kapabilitas manajemen, kekurangan pekerja dengan keahlian – keahlian teknis, bisnis,
teknologi, dan keterbatasan akses ke informasi dan mitra usaha. GBHN tahun 1999
menekankan bahwa dukungan dari pemerintah terhadap penguatan KUKM harus
dilaksanakan secara selektif dalam bentuk perlindungan terhadap persaingan yang tidak adil,
peagembaagan DM lewat pendidikan dan pelatihan, diseminasi informasi mengenai bisnis
dan teknologi, penyediaan finansial, lokasi usaha dan kemitraan usaha dengan BUMN dan
perusahaan – perusahaan besar swasta, penyediaan fasilitas – fasilitas untuk agribisnis, IK
dan IRT (handicrafts), penyempurnaan dan pembangunan kapasitas dari lembaga – lembaga
lokal dan utilisasi SDA.

Struktur Pemerintahan

Pada tingkat nasional

Di bawah Konstitusi 1945, Indonesia dipimpin oieh seorang presiden yang dipilih sekali lima
tahun oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), yang termasuk parlemen dan otoritas
tertinggi negara. Presiden dapat menunjuk anggota – anggota MPR dan membentuk kabinet dan
sejumlah menteri yang terdiri dan beberapa menteri Negara (non departemen) dan menteri –
menteri yang mengepalai departemen – departemen. Pelaksana pemerintah adalah Presiden dan
kabinetnya sedangkan kekuasaan legislatif di Indonesia adalah di tangan Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR).

Berdasarkan undang – undang yang berlaku, fungsi – fungsi utama dari MPR adalah memilih
presides dan wakilnya, dan menetapkan konstitusi dan garis – garis besar dari kebijaksanaan
117
pemerintah dan negara. Sedangkan fungsi – fungsi utama dari badan legislatif (DPR) adalah
membuat, merubah, menyempurnakan atau menyetujui usulan peraturan – peraturan atau undang
– undang, termasuk UU APBN berdasarkan usulan RAPBN dari Menteri Keuangan yang
berkoordinasi dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) lewat Presiden
dan membantu pelaksanaan dari undang – undang dan realisasi dari APBN dam kebijaksanaan
pemerintah (lihat gambar .1) untuk memperlancar tugas – tugas tersebut, DPR membentuk 9
komisi adalah termasuk persiapaan, diskusi, dan penyempurnaan dari undang – undang yang
diusulkan dalam bidangnya masing – masing, diskusi dan penyempumaan rencana APBN
(RAPBN) yang diusulkan oleh pemerintah (kabinet), dan melakukan monitor dan evaluasi.
Komisi – komisi ini secara rutin melakukan dengar pendapat / dialog dengan departemen –
departemen maupun organisasi – organisasi non pemerintah seperti Kamar Dagang dan Industri
(KADIN), asosiasi – asosiasi bisnis dan lain – Iain mengenai berbagai macam isu – isu aktual.

Kesembilan komisi – komisi tersebut, masing – masing dengan bidang / sektornya adalah
sebagai berikut :
Komisi 1 : Pertahanan dan keamanan, hubungan luar negeri dan informasi
Komisi 2 : Hukum, hak asasi manusia (HAM), dan masalah – masalah dalam negeri.
Komisi 3 : Pertanian, kehutanan, dan kelautan (termasuk perikanan)
Komisi 4 : Transportasi, pemukiman dan infrastruktur daerah
Komisi 5 : Industri, perdagangan, koperasi, turisme
Komisi 6 : Agama dan pendidikan
Komisi 7 : Kesehatan dan kesejahteraan sosial
Komisi 8 : Energi, sumber daya mineral, penelitian dan teknologi, dan lingkungan
Komisi 9 : Keuangan, perbankan, perencanaan pembangunan
Dalam hal eksekutif, struktur pemerintah secara garis besar dapat dibagi ke dalam tiga elemen
utama : pembuatan kebijaksanaan dan koordinasi, manajemen dan pelaksanaan fungsi – fungsi
oleh departemen – departemen perwakilan – perwakilan kunci yang bertanggung jawab untuk
setiap elemen adalah sebagai berikut :

1. Pembuat kebijaksanaan dan koordinasi

118
Kabinet terdiri dari sejumlah menteri yang memiliki kontrol secara keseluruhan dari pemerintah,
memimpin dan mengkoordinasi departemen – departemen dan badan – badan dan menentukan
kebijaksanaan – kebijaksaan pemerintah.

b.Manajemen

Manajemen keuangan adalah manajemen kunci dari pemerintah dan bertanggung jawab atas
perumusan strategi ekonomi, kebijaksanaan fiskal (pendapatan pemerintah), anggaran nasional
(APBN), manajemen BUMN. dan pengembangan lembaga – lembaga keuangan. Seperti di
Negara – Negara lain. Kekuasaan atas sumber daya finansial yang dimiliki oleh Menteri
Keuangan membuatnya sebagai menteri yang paling berkuasa di Indonesia. Pada tahun 1997,
bank sentral dari Indonesia (Bank Indonesia, BI) dibuat independen dari pemerintah, jadi posisi
BI adalah di luar kabinet. BI mempunyai tanggung jawab terhadap kebijaksanaan moneter,
termasuk kebijaksanaan nilai tukar rupiah, dan pencapaian target – target inflasi yang ditetapkan
oleh BI sendiri.

1. Departemen – departemen

Departemen – departemen pemerintah (umum disebut departemen teknis) secara tradisional


adalah motor utama untuk membuat menjalankan dan mengefektifkan kebijaksanaan pemerintah
dan dibiayai oleh Menteri Keuangan, atas persetujuan oleh Parlemen (DPR). Departemen –
departemen biasanya punya satu hierarki pimpinan, dan dikepalai oleh seorang menteri yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.

1. Menteri – menteri Negara

Kementrian – kementrian non departemen yang dikenal dengan sebutan Menteri Negara tidak
mengepalai suatu departemen. Mereka adalah asisten – asisten dari Presiden yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada presiden. Tugas utama mereka adalah untuk membantu
Presiden dalam merumuskan kebijaksanaan – kebijaksanaan di bidang – bidang tertentu kegiatan
– kegiatan pemerintahan negara.

1. Badan badan pelaksana

119
Seperti di banyak Negara – Negara lain, badan – badan pelaksana dibentuk untuk mematahkan
struktur pemerintah yang kaku, yang susah digunakan, ke dalam unit – unit yang berdiri bebas
dan lebih fleksibel, dan untuk memisahkan pemberian layanan dan implementasi fungsi – fungsi
dari departemen – departemen dan tanggung jawab – tanggung jawab utama dari pembuatan
kebijaksanaan dan strategi. Badan – badan tersebut adalah seperti BAPPENAS, BPS (Biro Pusat
Statistik), BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal), dan LAN (Lembaga Administrasi
Negara).

3.2.2 Pada Tingkat Regional

Indonesia dibagi dalam lebih dari 30 propinsi, dan setiap propinsi dikelola oleh seorang
Gubernur dan suatu badan pembuat undang – undang di tingkat regional, yaitu Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), yang mana anggota – anggotanya dipilih melalui pemilihan
umum, yang memilih gubernur atas persetujuan presiden. Di antara propinsi – propinsi, ada lebih
dan 200 kabupaten dan lebih dari 55 kotamadya atau kota, dikepalai masing – masing oleh
Bupati. Dan walikota. Pada tingkat lebih rendah, ada banyak kecamatan dan desa. Setiap
pemerintah – pemerintah propinsi, kabupaten dan kota mengatur dan mengelola urusan – urusan
keperintahan mereka sesuai prinsip – prinsip dari otonomi. Gubernur, Bupati, dan Walikota
dipilih secara demokrasi.

Dalam hal legislatif, berdasarkan UU No. 22/1999, Bupati / Walikota ditentukan oleh DPRD
Kabupaten / kota dan harus disetujui oleh Presiden, Bupati / Walikota bertanggung jawab kepada
DPRD : Setiap macam kebijaksanaan daerah yang dikeluarkan oleh Bupati / walikota harus
disetujui oleh DPRD. Oleh karena itu, peranan DPRD adalah untuk mengawasi pelaksanaan dari
undang – undang / peraturan – peraturan daerah yang disetujuinya.

120
Rangkuman
1. Pengembangan secara internal dari kelompok dalam meningkatkan potensi serta kemajuan
usahanya dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:

a. Pengadaan permodalan, mayoritas pengusaha emping jagung memulai usahanya


menggunakan modal dengan tabungan sendiri.

b. Inovasi hasil produksi, untuk menarik daya minat masyarakat sebagai konsumen
pengusaha emping jagung telah melakukan inovasi terhadap hasil produksinya dengan
memberikan berbagai macam rasa dalam produk emping jagung agar masyarakat tidak bosan dan
dapat memilih sesuai selera. Inovasi ini terbukti lebih meningkatkan daya tarik masyarakat
dibandingkan produk sebelumnya yang hanya memiliki rasa original saja.

c. Perluasan jaringan pemasaran, pengusaha telah menggunakan internet sebagai sarana


dalam memasarkan hasil produksinya berbekal pelatihan yang diberikan oleh Dinas Koperasi
dan UKM serta memasarkan memasarkan ke supermarket, dan beberapa toko yang dimilikinya.
Dari situlah jaringan pemasaran semakin meluas hingga ke kota-kota lainnya.

d. Pengadaan sarana dan prasarana produksi, untuk awal dalam membuka usaha emping
jagung alat-alat yang digunakan sebagai proses produksi diperoleh dengan melakukan kredit ke
pihak lain disebabkan mahalnya harga barang dan minimnya modal karena modal didapat dari
tabungan sendiri. Selain itu, pengusaha yang sudah berkembang telah mema-
sarkan hasil produksinya ke toko-toko yang mereka miliki sebagai sarana pemasaran.

Koperasi di Indonesia tentulah terjadi yang namanya pasang surut di dalam dunia
koperasi , oleh karena itu marilah kita meningkatkan kesadaran dari diri kita masing -masing
dalam usaha untuk meningkatkan koperasi di Indonesia dengan cara meningkatkan kinerja
anggota koperasi dengan cara memberikan training atau pelatihan kepada anggota koperasi terus
kita juga bias memodifikasi produk yang ada , dengan memodifikasi produk-produk yang ada
dikoperasi, kiranya akan meningkatkan selera masyarakat sehingga tertarik untuk mengkonsumsi
produk dari koperasi tersebut dengan menyesuaikan dengan perkembangan zaman dari tahun ke
tahun dan juga memperbaiki koperasi secara menyeluruh , kita harus menjadikan koperasi yang

121
ada Indonesia ini sebagai koperasi yang baik dan mari kita memberi perubahan yang ada untuk
lebih mensejahterkan koperasi Indonesia agar menjadi lebih baik lagi.

122
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Johar. 2002. Manajemen koperasi. Jakarta: Gramedia


Endang. 2014. Masalah dan solusi dalam memajukan koperasi. Artiel.
Chianiago, Arifinal. 1987. Perkoprasian Indonesia. Bandung: Angkasa
Sujadi. 2003. Manajeman Koperasi. Surakarta: fakultas ekonomi UMS
Virgina, Tirsa. 2011. Koprasi Indonesia: Potret dan tantangan. Jurnal.
Undang-undang Republik Indonesia Tentang Perkoprasian

123
BAB VII
PENGELOLAAN ASPEK PEMASARAN UMKM DAN PENGELOLAAN SDM UMKM
Oleh ;
Komala dewi, M.E

PENDAHULUAN
A. PENGANTAR PENDAHULUAN
Indonesia merupakan suatu negara agraris yang sedang berubah atau berkembang menuju
negara industri. Secara umum peranan sektor usaha kecil sebagai suatu komponen yang paling
penting dalam perekonomian suatu bangsa mempunyai nilai strategis yang dapat memberikan
sumbangan besar, apabila dilihat dari struktur ekonomi bangsa Indonesia termasuk sebagai
negara yang mengalami masa transisi, yaitu peralihan dari struktur ekonomi agraris menuju
sektor ekonomi yang industrialis. Oleh karenanya akan cukup membantu untuk mengurangi
beban masalah yang sedang dihadapi bangsa Indonesia. Tidak dapat dipungkiri bahwa usaha
kecil merupakan bagian penting dan cukup menentukan dalam perekonomian bangsa Indonesia.
Banyak kalangan yang berpandangan bahwa usaha kecil merupakan tumpuan dan harapan masa
mendatang pembangunan nasional.
Usaha kecil dan menengah merupakan bagian integral dunia usaha dan kegiatan ekonomi
rakyat yang memiliki potensi, kedudukan, dan peranan yang cukup strategis untuk mewujudkan
struktur perekonomian yang mampu memberikan pelayanan ekonomi, melaksanakan
pemerataan, dan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi serta mewujudkan stabilitas ekonomi.
Hal ini dapat dilihat pada saat keadaan krisis yang berkepanjangan, tampaknya usaha kecil dapat
tetap mampu bertahan. Hal tersebut antara lain dikarenakan bahan baku pada usaha kecil pada
umumnya tidak tergantung pada impor, sehingga biaya produksi tidak terpengaruh oleh
melonjaknya nilai mata uang asing terhadap rupiah dan apabila produksinya diekspor maka
keuntungan yang diperoleh akan menambah pendapatan negara.
Oleh karena itu diperlukan adanya pengembangan dan pembinaan yang
berkesinambungan guna meningkatkan kemajuan pada industry kecil dan menengah agar mampu

124
mandiri menjadi usaha yang tangguh dan juga memiliki keunggulan di dalam memberikan
kepuasan konsumen serta dapat menciptakan peluang pasar yang lebih besar.
Strategi pemasaran merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan di mana strategi
pemasaran merupakan suatu cara mencapai tujuan dari sebuah perusahaan. Hal ini juga
didukung oleh pendapat Basu Swastha (1992: 89) Strategi adalah serangkaian rancangan besar
yang menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan harus beroperasi untuk mencapai
tujuannya. Sehingga dalam menjalankan usaha kecil khususnya diperlukan adanya
pengembangan melalui strategi pemasarannya. Karena pada saat kondisi krisis ekonomi,
justru usaha kecillah yang mampu memberikan pertumbuhan terhadap pendapatan masyarakat.

B. Deskripsi materi
Bab VI ini disusun sedemikian rupa untuk membantu mahasiswa S1 Ekonomi Syariah
Semester IV dalam memahami materi kuliah manajemen koperasi & UMKM dengan beban 3 sks
teori dan 0 sks praktik. Sebagai bab ketujuh di dalam modul ini, bab VII menguraikan pokok
bahasan atau topik yang saling berkaitan satu sama lain yaitu pengelolaan aspek pemasaran
UMKM dan pengelolaan SDM UMKM.
C. Kemampuan/ tujuan ahir yang diharapkan
Pembelajaran pada bab ini membantu mahasiswa untuk mencapai kemampuan akhir yaitu
mampu menjelaskan pengelolaan aspek pemasaran UMKM dan pengelolaan SDM UMKM (C2).
Selanjutnya, Pembelajaran ketujuh pada manajemen koperasi & UMKM akan dimulai. Berikut
beberapa tips bagi mahasiswa agar dapat memahami pengelolaan aspek pemasaran UMKM dan
pengelolaan SDM UMKM antara lain:
1. Awali proses belajar dengan berdo‟a dan tanamkan tekad/motivasi untuk mengetahui
segala hal terkait pengelolaan aspek pemasaran UMKM dan pengelolaan SDM UMKM
2. Baca dan pahami setiap materi, serta cari kata kunci atau catatan penting dari materi. Bila
perlu buat resume berisi catatan penting tersebut.
3. Kerjakan latihan soal terutama soal kasus agar lebih meningkatkan kemampuan berpikir
kritis dalam memahami pengelolaan aspek pemasaran UMKM dan pengelolaan SDM
UMKM
4. Akhiri proses belajar dengan berdo‟a dan semoga sukses!

125
D. Uraian deskripsi
I. Strategi Pemasaran UMKM
II. Segmentasi, Pasar UMKM
III. Sasaran, Pemosisian UMKM
IV. Bauran Pemasaran UMKM
V. Organisasi SDM dan Manajemen UMKM

126
1. Strategi pemasaran UMKM
Strategi pemasaran adalah pendekatan pokok yang akan digunakan oleh unit bisnis dalam
mencapai sasaran yang telah ditetapkan lebih dulu, di dalamnya tercantum keputusan-keputusan
pokok mengenai target pasar, penempatan produk di pasar, bauran pemasaran dan tingkat biaya
pemasaran yang diperlukan (Kotler, 1989: 401). Pemasaran memfasilitasi proses pertukaran dan
pengembangan hubungan dengan konsumen dengan cara mengamati secara cermat kebutuhan
dan keinginan konsumen yang dilanjutkan dengan mengembangkan suatu produk (product) yang
memuaskan kebutuhan konsumen dan menawarkan produk tersebut pada harga (price) tertentu
serta mendistribusikannya agar tersedia di tempat-tempat (place) yang menjadi pasar bagi produk
bersangkutan. Untuk itu perlu dilaksanakan suatu promosi (promotion) atau komunikasi guna
menciptakan kesadaran dan ketertarikan konsumen kepada produk bersangkutan.
Proses ini disebut dengan marketing mix atau bauran pemasaran yang terdiri atas elemen-elemen
yaitu: product, price, place (distribution) dan promotion, yang disingkat dengan “empat P”
(Morissan, 2010: 5).
Pada perkembangan bisnis dewasa ini para pelaku UKM sudah mengerti teknologi sangat
baik, tetapi mereka biasanya memiliki kemampuan yang buruk pada praktik bisnis.
Untuk alasan ini, mereka harus menghargai alat yang membantu dalam menilai perusahaan-
perusahaan kecil dari sudut pandang gabungan bisnis dan teknologi. Terdapat suatu bentuk
model yang membantu untuk memahami bagaimana suatu perusahaan menggunakan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) dan ”bagaimana” dan ”ketika” perusahaan harus memasukkan
unsur-unsur teknologi baru. Model ini juga dapat diterapkan untuk pemasaran penelitian untuk
memahami UKM muncul pasar berkaitan dengan TIK dan merencanakan kebijakan pemerintah
ditujukan untuk mendorong pengenalan TIK di UKM. Model ini telah diterapkan dengan sukses
dalam penilaian 500 UKM, dan sebagai inovatif alat pembelajaran aktif untuk higher education.
Inovasi usaha kecil dan menengah yang inovatif memerlukan kerjasama bagi UKM untuk
menggunakan TIK. Selain itu, pengeluaran TIK adalah produktivitas pengendalian dan perbaikan
sendiri (Lapierre dan Denier, 2005: 37). Artinya, penggunaan TIK dapat dianggap sebagai
faktor kunci untuk inovasi dan kewirausahaan. TIK adalah suatu keharusan untuk UKM untuk
berinovasi.

127
Memang benar bahwa UKM memiliki karakteristik yang berbeda sejak sifat pekerjaan
bervariasi dengan industri, dan sehingga dapat berpikir bahwa seseorang tanpa administrasi
bisnis pengetahuan tidak bisa mendapatkan keuntungan dari model yang diusulkan dalam
perencanaan. Meletakkan sebuah UKM di jalan ke Masyarakat Informasi atau dalam cara untuk
membuat investasi TIK terbaik dalam hal kembali ekonomi melalui keuntungan perusahaan lebih
dari sebuah seni daripada rekayasa. Tentu saja konsultan TIK, sebagai artis, harus menguasai
warna tetapi, tidak diragukan lagi, final gambar adalah hasil dari pemahaman
mendalam dari lanskap ditambah sembilan puluh persen dari skills yang teknis sepuluh persen
inspirasi.
Satu-satunya tujuan dari artikel ini adalah untuk menunjukkan Anda bagaimana untuk
memahami langkah pada pandangan pertama, sedangkan sisanya terserah Anda. Anda dapat
melakukannya sendiri. Selain itu beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun strategi
pemasaran untuk usaha kecil yaitu sebagai berikut :
1. Konsistensi
Dengan adanya konsistensi terhadap semua area marketingnya, dapat membantu
mengurangi biaya marketing dan meningkatkan efektivitas penciptaan merek.
2. Perencanaan
Perencanaan konsep marketing yang akan dijalankan usaha kecil sangat
mempengaruhi banyaknya pelanggan yang diperoleh. Oleh karena itu luangkan waktu
untuk merencanakan strategi marketing, anggaran marketing, serta konsep lainnya
yang berhubungan dengan pemasaran
3. Strategi
Strategi merupakan dasar untuk kelanjutan kegiatan marketing yang telah
direncanakan, misalnya siapa target pasar, bagaimana usaha kecil membidik
pelanggan, dan bagaimana cara menjaga konsumen yang ada sebagai pelanggan tetap.
4. Target Market
Mendefinisikan secara tepat pangsa pasar yang dituju, dengan memilih satu atau lebih
dari segmen pasar yang akan dimasuki. Target pasar yang jelas akan membuat konsep
marketing lebih mudah dilaksanakan.
5. Anggaran

128
Menghitung anggaran marketing merupakan bagian yang berat dan membutuhkan
keakuratan hasil hitungan. Dari anggaran yang dibuat, dapat dipersipkan dana yang
akan dibutuhkan untuk pemasaran. Biasanya usaha kecil membuat anggaran dengan
tidak terlalu akurat, sehingga terjadi pemborosan.
6. Marketing Mix
Marketing mix biasanya dijelaskan sebagai produk, harga, tempat, dan promosi.
Sebagai pengusaha kecil, perlu memutuskan dengan spesifik produk (atau jasa),harga
yang sesuai, di mana dan bagaimana Anda akan mendistribusikan produk Anda, dan
bagaimana orang lain dapat mengetahui tentang produk yang ditawarkan.
7. Website
Saat ini bisnis apapun termasuk usaha kecil usahakan memiliki website, karena
hampir 60% konsumen datang dari informasi dari internet. Sehingga informasi
produk melalui website pun sangat mendukung peningkatan jumlah pelanggan yang
tertarik dengan produk Anda.
8. Branding
Branding adalah bagaimana konsumen menerima produk dan perusahaan yang
membuat produk tersebut. Terkadang usaha kecil selalu melupakan kebutuhan brand
atau pengenalan gambar, logo, bahkan produk yang usaha kecil hasilkan.
9. Promosi dan iklan
Promosi dan iklan merupakan konsep marketing yang harus dipertimbangkan pada
berbagai bisnis dan produk, termasuk pada usaha kecil. Promosi dan iklan yang baik
akan menghasilkan pengakuan brand yang efektif hingga mampu meningkatkan
penjualan.
10. Customer Relationship Management
Pengelolaan hubungan dengan pelanggan yang tepat menjadi salah satu hal penting
untuk menciptakan konsumen yang loyal dan konsisten. Misalnya saja dengan
membuat kartu membership, dan memberikan potongan harga tertentu bagi para
member.
Para ahli strategi pemasaran berfokus pada pengenalan teknologi informasi ke UKM
untuk menciptakan keuntungan strategis. Strategi ini membahas kebutuhan untuk ISS

129
(Information systems strategy) yang efektif untuk fokus pada informasi dan masalah organisasi,
bukan hanya TI. Pendekatan yang diambil adalah salah satu `pluralisme kritis „memung- kinkan
penerapan alat dan teknik dari beberapa paradigma penelitian.
Segmentasi Pasar
Menurut Sojan Assauri (2004:144) “Segmentasi pasar adalah membagi-bagi pasar
menjadi beberapa kelompok pembeli berbeda yang mungkin memerlukan produk atau jasa yang
berbeda pula”. Segmentasi pasar perlu dilakukan mengingat di dalam suatu pasar terdapat
banyak pembeli yang berbeda keinginan dan kebutuhannya.
Pada dasarnya segmentasi pasar merupakan strategi yang didasarkan pada falsafah
manajemen pemasaran yang berorientasi pada konsumen. Dengan melaksanakan segmentasi
pasar kegiatan pemasaran dapat dilakukan lebih terarah dan sumber daya perusahaan di bidang
pemasaran dapat digunakan secara lebih efektif dan efisien. Kebutuhan dan keinginan pembeli
yang bervariasi menjadi pedoman bagi rancangan strategi pemasaran. Pembeli biasanya
memperlihatkan preferensi dan prioritas produk yang berbeda-beda. Mereka pada umumnya
menginginkan produk dan jasa yang bisa memuaskan kebutuhan konsumen dengan harga yang
mampu bersaing. Perbedaan-perbedaan inilah yang menciptakan segmen pasar. Bagi setiap
segmen yang ingin dimasuki perusahaan, perlu dikembangkan strategi penempatan produk.
Setiap produk yang beredar dipasarkan menduduki tempat tertentu dalam segmen pasarnya. Pada
dasarnya segmentasi pasar menunjukkan peluang-peluang dalam segmen pasar yang dihadapi
oleh perusahaan (Pandy Tjiptono 2005:64).
1. Kegunaan Segmentasi Pasar
Segmentasi pasar berguna bagi perusahaan untuk memiliki suatu produk istimewa yang
dapat memenuhi kebutuhan pasar yang menjadi targetnya. Sehingga kegunaan segmentasi pasar
untuk rancangan strategi pemasaran adalah sebagai berikut:
a) Mendapat posisi bersaing yang lebih baik untuk produk yang ada pada saat ini.
b) Mendapat posisi yang lebih efektif pada pasar yang terbatas.
c) Mengidentifikasikan peluang dalam pasar yang menunjukan kesempatan bagi
pengembangan produk baru.
d) Mengidentifikasi konsumen baru yang potensial.

130
2. Cara Melakukan Segmentasi Pasar Menurut Suprayanto dan Rosad (2015:32-34) ada beberapa
kriteria yang harus dipenuhi segmen pasar agar proses segmentasi pasar dapat dijalankan dengan
efektif dan bermanfaat bagi perusahaan yaitu :
a. Berbeda (distinctive) menunjukkan segmen tersebut memiliki karakteristik dan
perilaku pembelian yang berbeda dari segmen lain.
b. Dapat diukur (measureability) menunjukkan bahwa besar daya beli setiap segmen
harus dapat diukur dengan tingkat tertentu meskipun pada kenyataannya beberapa
variabel tertentu tidak mudah diukur.
c. Dapat dicapai (accessibility) menunjukkan seberapa jauh segmen dapat dijangkau
dan dilayani dengan efektif.
d. Berarti (substantiality) suatu kelompok akan pantas disebut segmen apabila cukup
besar dan atau cukup menguntungkan.
e. Layak (feasibility) menunjukkan seberapa jauh program-program efektif dapat
disusun untuk menarik minat segmen.
f. Dapat memberi keuntungan (Profitable) yaitu bahwa segmen pasar yang dituju dapat
memberikan keuntungan secara finansial buat perusahaan, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Dalam praktiknya segmentasi pasar terdiri dari segmentasi pasar konsumen dan segmentasi pasar
industrial. Setiap segmen memiliki variabel tertentu, namun pada dasarnya variable yang
digunakan tidak jauh berbeda. Philip Kotler (2008:226) merumuskan dasar-dasar untuk membuat
segmentasi pasar konsumen sebagai berikut:
1. Segmentasi Geografis
Segemntasi geografis membutuhkan pembagian pasar menjadi unit geografis yang
berbeda seperti negara, wilayah, negara bagian, daerah, kota,atau bahkan lingkungan
sekitar. Suatu perusahaan mungkin memutuskan untuk beroperasi disatu atau beberapa
wilayah geografis, atau beroperasi di seluruh wilayah tetapi memberi perhatian pada
perbedaan geografis dalam kebutuhan dan keinginan.
2. Segmentasi Demografis
Segmentasi demografis membagi pasar menjadi kelompok berdasarkan variabel seperti
usia, jenis kelamin, ukuran keluarga, siklus hidup keluarga, pendapatan, pekerjaan,

131
pendidikan, agama, ras, generasi, dan kebangsaan. Fakor-faktor demografis tersebut
adalah dasar paling umum yang digunakan untuk menetapkan segmentasi kelompok
pelanggan. Salah satu alasannya adalah bahwa tingkat variasi kebutuhan, keinginan, dan
penggunaan konsumen sering berhubungan erat dengan variabel demografi. Variabel
demografis merupakan variable yang paling mudah diukur di bandingkan dengan variable
lainnya.
3. Segmentasi Psikografis
Segmentasi psikografis membagi pembeli menjadi kelompok berbeda berdasarkan kelas
sosial, gaya hidup, atau karakteristik kepribadian. Orang-orang dalam kelompok
demografis yang sama bias memiliki komposisi psikografis yang sangat berbeda.
a. Segmentasi Perilaku
Segmenasi perilaku membagi pembeli menjadi kelompok berdasarkan pengetahuan,
sikap, penggunaan, atau respons terhadap sebuah produk. Banyak pemasar percaya
bahwa variabel perilaku adalah titik awal terbaik untuk membangun segmen pasar.
Pengertian segmentasi pasar adalah strategi pemetaan target konsumen berdasarkan karakteristik,
kebutuhan, ataupun perilakunya agar perusahaan mampu mengenali kelompok konsumen
tersebut dengan lebih baik.

Bisa dikatakan, melalui segmentasi pasar, perusahaan dapat mengetahui target konsumen mana
yang tepat untuk bisnisnya. Dengan demikian, bisnis diharapkan bisa memberikan hasil secara
optimal dan memiliki efektifitas pemasaran yang tinggi.

Pengertian Segmentasi Pasar Menurut Para Ahli

Selain definisi umum di atas, ada pula beberapa pengertian segmentasi pasar dari para ahli.
Misalkan, menurut Kotler dan Amstrong, segmentasi pasar adalah pembagian sebuah pasar ke
dalam kelompok berbeda yang ditujukan untuk melakukan pemasaran sesuai karakteristik,
kebutuhan, serta keinginannya masing-masing.

Sementara, menurut Pride dan Ferrel, pengertian segmentasi pasar adalah sistem pembagian
pasar menjadi sejumlah konsumen potensial dan tertarget, khususnya untuk jenis pelanggan
dengan kebutuhan serta karakteristik yang sama

132
Jenis Segmentasi Pasar

Secara umum, terdapat empat jenis segmentasi pasar, yakni segmentasi perilaku, demografis,
psikografis, serta geografis. Berikut penjelasan lengkapnya.

Segmentasi Perilaku
Segmentasi perilaku mengacu pada pengelompokan konsumen berdasarkan tingkah lakunya
terhadap produk bisnis yang ditawarkan, mulai dari sikap, pengetahuan, reaksi atau respon,
loyalitas, serta penggunaan produk terkait dari seorang pelanggan. Biasanya, jenis segmentasi ini
lebih terikat dengan proses pengambilan keputusan atau decision making konsumen.
Segmentasi Demografis
Jenis lainnya dari segmentasi pasar adalah segmentasi demografis, dimana pengelompokan
konsumen berfokus terhadap aspek-aspek seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan,
status menikah, dan lain sebagainya.
Segmentasi Psikografis
Berikutnya ada pula segmentasi psikografis yang lebih cenderung berhubungan dengan aspek
psikologis pelanggan. Umumnya, pelaksanaan segmentasi ini cukup rumit lantaran Anda wajib
memahami selera target konsumen secara mendalam.
Untuk itu, Anda bisa memanfaatkan survei seperti pembagian kuesioner agar dapat mengetahui
preferensi sebenarnya dari konsumen terkait, seperti gaya hidup, hobi, ketertarikan, dan
semacamnya.

Segmentasi Geografis
Jenis terakhir segmentasi pasar adalah segmentasi geografis, yaitu pengelompokan konsumen
menurut aspek lokasi seperti tempat tinggalnya. Segmentasi satu ini tentu tidak kalah penting
dari lainnya mengingat kebutuhan maupun kegunaan suatu produk dan jasa selalu akan berbeda-
beda tergantung pada lokasi, keadaan, maupun cuaca.
Tujuan Segmentasi Pasar

Setelah mengetahui pengertian dan jenis-jenisnya, lalu apa saja tujuan segmentasi pasar? Pada
dasarnya, salah satu alasan dilakukannya segmentasi pasar karena pasar bersifat dinamis atau
berubah-ubah.

133
Sehingga, bisnis pun harus mengikuti setiap perubahan tersebut agar tetap mampu bertahan dan
terus berkembang. Adapun berbagai tujuan segmentasi pasar adalah sebagai berikut.

Mengenali Kompetitor Bisnis


Salah satu tujuan segmentasi pasar adalah untuk mengenali berbagai kompetitor bisnis Anda.
Pasalnya, ketika Anda mengetahui segmen mana yang akan digeluti, tentu Anda akan melihat
siapa dan berapa kompetitor di dalamnya.
Hal ini bisa menjadi acuan dasar untuk menentukan strategi pemasaran yang tepat. Anda dapat
mempelajari, mencontoh ataupun mengevaluasi berbagai taktik pemasaran dalam menarik minat
pelanggan.

Meningkatkan Pelayanan Menjadi Lebih Baik


Tujuan lainnya dari segmentasi pasar adalah meningkatkan pelayanan menjadi jauh lebih baik.
Ya, setelah mengetahui segmentasi pasar bagi bisnis, Anda dapat menerapkan layanan yang
sesuai di dalamnya.
Bahan Evaluasi dan Perencanaan Bisnis
Segmentasi pasar juga ditujukan sebagai bahan evaluasi ataupun perencanaan perusahaan. Anda
akan jadi lebih mudah memahami dan mempelajari setiap strategi pemasaran yang telah
dilakukan, sehingga dapat membuat rencana bisnis dengan baik dan cerdas ke depannya.
Meningkatkan Efektifitas Strategi Pemasaran
Selain itu, tujuan segmentasi pasar adalah untuk meningkatkan efektifitas strategi pemasaran
produk maupun jasa yang ditawarkan. Sebab, dengan adanya pengetahuan akan target konsumen,
proses marketing suatu bisnis akan jauh lebih terarah, mulai dari promosi, produksi, distribusi,
dan lain sebagainya.
Manfaat Segmentasi Pasar

Seperti penjelasan sebelumnya, segmentasi pasar memiliki peran penting bagi bisnis karena
berbagai manfaat yang diberikannya. Adapun manfaat segmentasi pasar adalah sebagai berikut.

 Membantu memenuhi kebutuhan konsumen


 Meningkatkan daya tarik konsumen
 Mempermudah perusahaan mengatur produk maupun jasa yang ditawarkan

134
 Membantu perusahaan fokus terhadap kelompok target konsumen tertentu saja
 Membuka peluang lebih besar terhadap pertumbuhan bisnis
 Membantu pemasaran menjadi lebih baik dan terarah
 Mempermudahkan perusahaan mengelola keuangan, khususnya untuk pemasaran
 Meningkatkan daya saing bersama kompetitor
Syarat Dasar Segmentasi Pasar

Dalam menjalankan strategi dan menentukan segmentasi pasar, tentu hal ini tak bisa dilakukan
sembarangan. Pada dasarnya, ada beberapa syarat dasar yang harus perusahaan atau pebisnis
penuhi, seperti:

 Dapat diukur, artinya pembagian konsumen yang dilakukan harus terukur, entah itu dari
besar, luas, jumlah, ataupun daya belinya dalam setiap kelompok pasar.
 Dapat dibedakan, maksudnya tiap-tiap kelompok target pasar bisa dibedakan dengan
jelas.
 Logis dan dapat dijangkau, artinya segmentasi pasar adalah hal yang mampu
dilaksanakan dan terjangkau oleh perusahaan.
 Memiliki skala atau ruang lingkup target yang cukup besar.
 Target pasar yang dituju berpeluang memberi keuntungan bagi bisnis.
Contoh Segmentasi Pasar

Salah satu contoh segmentasi pasar adalah ketika Anda misalnya ialah seorang produsen produk
kosmetik. Kemudian, Anda ingin produk tersebut menjangkau pasar lebih luas dengan
menjadikannya sebagai produk favorit dari berbagai kalangan, termasuk remaja.

Karena Anda ingin target pasar dari kalangan manapun, maka aspek yang Anda gunakan sebagai
dasar pertimbangan ialah melalui segmentasi demografis. Sebab, Anda harus meninjau kelompok
konsumen berdasar kelas sosial, usia, ataupun latar belakangnya.

Di sisi lain, Anda juga bisa menggunakan segmentasi psikografis, dimana aspek yang
diperhatikan ialah terkait bagaimana ketertarikan target pasar terhadap produk kecantikan.

135
Sasaran , pemposisian UMKM
Hal yang harus diperhatikan untuk melihat efektifitas positioning diantaranya adalah :

 Nilai, terfokus pada manfaat yang diterima pelanggan


 Keunikan, membawa sesuatu yang tidak bisa dimiliki pesaing
 Kredibilitas, menunjukkan seberapa besar kepercayaan sebuah brand dimata konsumen
 Berkelanjutan, memaksimalkan rentang waktu yang ada
 Kesesuaian, kesesuaian posisi brand dengan perusahaan
Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

Menurut Philip Kotler (2005:17) “Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang
digunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai tujan pemasarannya dalam pasar sasaran”.
Bauran pemasaran harus terus menerus digunakan untuk mencapai tujuan pemasaran di pasar
sasaran, pasar sasaran adalah dimana perusahaan memutuskan segmen mana yang
memperlihatkan peluang paling besar. Bauran pemasaran (marketing mix) memiliki empat
variabel yang dapat mempengaruhi saluran perdagangan dan konsumen akhir. Keempat variabel
tersebut adalah sebagai berikut:

1. Produk (product) Merupakan sekumpulan atribut yang nyata dan tidak nyata. Menurut Philip
Kotler (2005:17) produk adalah : “penawaran yang berwujud dari perusahaan kepada pasar yang
mencakup keragaman produk, kualitas produk, design, merek, kemasan, ukuran, pelayanan,
garansi dan imbalan.”

2. Harga (price)

Harga merupakan nilai yang ada pada suatu produk yang dibutuhkan untuk mendapatkan produk
dan pelayanan yang menyertainya. Maka dengan adanya harga diharapkan dicapainya laba
(profit) yang tentunya dapat dicapai dengan tingkatan harga tertentu yang sesuai dengan harapan
yang ingin dicapai. Harga sering digunakan sebagai alat kompetitif, bahkan dapat dikatakan
bahwa persaingan harga yang ketat kadang-kadang dapat menyebabkan perang harga (price war).
Harga juga dapat membantu membentuk citra sebuah produk.

3. Tempat (Place)

136
Tempat merupakan suatu sarana perpindahan produk yang dihasilkan produsen kepada
konsumen akhir, sehingga perpindahan produk yang diharapkan dapat menciptakan adanya
kecepatan dan ketepatan waktu. Pada dasarnya tempat yang baik dalam pemasaran adalah tempat
yang mudah dijangkau oleh konsumen dan perusahaanpun mudah dalam membawa produknya
kepada konsumen, mudah dalam distribusi barang dan nyaman bagi konsumen dalam proses
pembelian.
4. Promosi (promotion)

Promosi, adalah meliputi semua kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan
dan mempromosikan produknya kepada pasar sasaran. Promosi merupakan salah satu cara untuk
menyampaikan informasi suatu produk melalui kombinasi periklanan, personal selling, promosi
penjualan dan pubisitasnya Sesuai dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) :

Pengertian UMKM:

1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang ini. Usaha Mikro memiliki kriteria asset maksimal sebesar 50 juta dan omzet
sebesar 300 juta.

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha
Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Usaha Kecil memiliki kriteria
asset sebesar 50 juta sampai dengan 500 juta dan omzet sebesar 300 juta sampai dengan
2,5 miliar.

3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau
137
hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Usaha Menengah
memiliki kriteria asset sebesar 500 juta sampai dengan 10 miliar dan omzet sebesar 2,5
miliar sampai dengan 50 miliar.

4. Terdapat beberapa acuan definisi yang digunakan berbagai instansi di Indonesia, yaitu: UU
no.9 tahun 1995 tentang mengatur kriteria usaha kecil berdasarkan nilai aset tetap (di luar tanah
dan bangunan) paling besar Rp 200 juta dengan omzet per tahun maksimal Rp 1 milyar.
Sementara itu berdasarkan Inpres No.10 tahun 1999 tentang usaha menengah, batasan aset tetap
(di luar tanah dan bangunan) untuk usaha menengah adalah Rp 200 juta hingga Rp 10 milyar.

5. Kementrian Koperasi dan UKM menggolongkan suatu usaha sebagai usaha kecil jika
memiliki omset kurang dari Rp 1 milyar per tahun. Untuk usaha menengah batasannya adalah
usaha yang memiliki omset antara Rp 1 sampai dengan Rp 50 milyar per tahun.

6. Departemen Perindustrian dan Perdagangan menetapkan bahwa industri kecil dan


menengah adalah industri yang memiliki nilai investasi sampai dengan Rp 5 milyar.
Sementara itu usaha kecil di bidang perdagangan dan industri juga dikategorikan sebagai
usaha yang memiliki aset tetap kurang dari Rp 200 juta dan omzet per tahun kurang dari Rp 1
milyar (sesuai UU no.9 tahun 1995).

7. Bank Indonesia menggolongkan usaha kecil dengan merujuk pada UU no 9/1995,


sedangkan untuk usaha menengah BI menentukan sendiri kriteria aset tetapnya dengan
besaran yang dibedakan antara industri manufaktur (Rp 200 juta s/d Rp 5 miliar) dan non
manufaktur (Rp 200 – 60 juta).

8. Badan Pusat Statistik (BPS) menggolongkan suatu usaha berdasarkan jumlah tenaga
kerja. Usaha mikro adalah usaha yang memiliki pekerja 1-5 orang. Usaha kecil adalah
usaha yang memiliki pekerja 6-19 orang. Usaha menengah memiliki pekerja 20-99 orang
dan usaha besar memiliki pekerja sekurang-kurangnya 100 orang.

Sumber daya manusia dalam pengelolaan koperasi

- Anggota koperasi ; minimum harus 20 0rang


- Karyawan koperasi

138
- Manajer koperasi
- Pengurus koperasi
- Pengawas
- Badan Pembina dan dewan penasehat
- Koperasi sekunder
- Departemen koperasi daerah tingkat I dan II
Manajemen umkm
UMKM memiliki jumlah dan potensi besar dalam menyerap tenaga kerja, kontribusinya
dalam pembentukan produk domestik bruto (PDB) juga cukup besar (Setyobudi, 2007). Usaha
kecil menengah pada umumnya dalam kegiatannya tidak memperhatikan aspek fungsional
perusahaan yang meliputi manajemen keuangan, manajemen produksi, manajemen sumber daya
manusia, dan manajemen pemasaran. Sebagai ujung tombak perekonomian negara, sangat
penting bagi UMKM untuk meningkatkan efektivitas usahanya. Pengelolaan yang baik terhadap
aspek fungsional perusahaan akan berdampak pada efektivitas usaha. Faktor-faktor yang
menentukan keberhasilan pengembangan UKM di antaranya adalah faktor sumber daya manusia
(SDM), permodalan, mesin dan peralatan, pengelolaan usaha, pemasaran, ketersediaan bahan
baku, dan informasi agar bisa melakukan akses global. Selama ini kualitas sumber daya manusia
yang bekerja di UKM pada umumnya masih sangat rendah, hal ini ditunjukkan dengan masih
rendahnya kualitas produk, terbatasnya kemampuan untuk mengem- bangkan produk-produk
baru, lambannya penerapan teknologi, dan lemahnya pengelolaan usaha. Banyaknya hasil
penelitian dari pemerintah dan akademisi belum mampu menyentuh pelaku UMKM, padahal
UMKM merupakan salah satu elemen perekonomian yang perlu mendapat dukungan dari
aplikasi hasil-hasil penelitian.
UMKM seringkali dimasuki oleh pelakunya karena faktor ketidaksengajaan sehingga
pelaku UMKM seringkali tidak memiliki pengetahuan yang memahami tentang bagaimana
menjalankan usahanya. Pelaku UMKM perlu untuk memiliki knowledge management sehingga
memiliki keluasan wawasan dalam manajemen usahanya. Setiarso (2006) mengemukakan bahwa
terdapat sejumlah faktor yang diperlukan untuk kesuksesan penerapan strategi knowledge
management di perusahaan sebagai berikut.
• Scanning mengenai lingkungan perusahaan.

139
• Kondisi dan praktik bisnis, apakah perusahaan melakukan pengumpulan informasi dan
pengetahuan mengenai kondisi dan praktik bisnis di luar perusahaan.
• Operasional pesaingnya, apakah perusahaan memahami cara kerja atau operasional
internal perusahaan dibandingkan dengan pesaingnya.
• Memasukkan knowledge sebagai aset.
• Budaya perusahaan yang berdasarkan knowledge, seperti corporate culture perlu
diciptakan agar inovasi menjadi membudaya di perusahaan.
• Perusahaan menghadapi kenyataan bahwa mereka membutuhkan pengelolaan dari aset
knowledge untuk investasi yang penting berupa: tenaga kerja, jaringan dan sistem informasi,
serta pengetahuan. Lebih lanjut dinyatakan bahwa strategi UMKM dalam mengelola
pengetahuan di samping IRSA (identity, reflect, share, dan apply) juga ada tiga area yang harus
diperhatikan oleh UMKM sebagai berikut.
• Organisasi menginterpretasikan informasi tentang lingkungan untuk mendapatkan arti
tentang apa yang terjadi dan apa yang dikerjakan perusahaan tersebut.
• Mereka menciptakan knowledge baru dengan mengonversikan dan mengombinasikan
kepakaran dan pengetahuan (know-how) dari anggotanya agar dapat belajar dan berinovasi.
• Mereka memproses dan menganalisis informasi untuk memilih dan commit melakukan
kegiatan yang sesuai dengan tindakannya. Model yang diharapkan terbentuk adalah integrasi dari
sense making , knowledge creating, dan decision making yang membentuk knowing organization
Knowing organization ini sangat efektif karena secara terus menerus mengikuti perubahan
lingkungan, menyegarkan aset, dan kegiatan pemrosesan informasi untuk pengambilan
keputusan. UMKM sangat memerlukan pendampingandari berbagai institusi dalam
mengaplikasikan knowledge management , baik dari pemerintah, instansi, maupun lembaga
pendidikan. Banyak upaya yang sudah dilakukan oleh ketiga unsur tersebut, walaupun pada
kenyataannya masih belum terlalu signifikan dalam meningkatkan kinerja UMKM. Setyobudi
(2007), menyatakan bahwa permasalahan yang sering dihadapi oleh UMKM sebagai berikut.
• Permasalahan yang bersifat klasik dan mendasar pada UMKM ( basic problems ),
antara lain berupa permasalahan modal, bentuk badan hukum yang umumnya nonformal, SDM,
pengembangan produk, dan akses pemasaran.

140
Rangkuman
Strategi pengembangan UKM sangat dibutuhkan karena perkembangan UKM masih
sangat lambat. Strategi pengembangan usaha masih terbentur beberapa masalah, misalnya modal,
manajemen bisnis sampai strategi pemasaran. Padahal, khususnya soal pemasaran, dengan
memanfaatkan internet pelaku UKM bisa lebih meningkatkan pemasarannya. Sebelum
mengetahui cara meningkatkan UKM dengan internet, ada hal yang tak kalah pentingnya untuk
dibahas yaitu mengenai strategi pengembangan UKM. Ini penting, sebab tanpa strategi yang
tepat, usaha kecil menengah akan sulit berkembang. Strategi pengembangan usaha yang harus
dijalankan oleh UKM adalah sebagai berikut:
1. Segmentasi pasar. Dalam merancang suatu produk, UKM harus menjalankan
segmentasi pasar. Cara ini yang juga dilakukan usaha-usaha besar dalam mempersiapkan
produknya. Sebuah produk atau jasa, harus membidik pasar tertentu agar manfaat dari sebuah
produk bisa maksimal dirasakan konsumen. Sebab, tiap market punya kebutuhan yang berbeda.
Dengan melakukan segmentasi pasar, usaha kecil menengah bisa lebih mengoptimalkan setiap
produk yang dikeluarkannya.
2. Kerjasama antar usaha kecil menengah. Melakukan kerjasama dengan sesama pelaku
usaha kecil menengah perlu juga dilakukan agar bisa saling memperkuat usaha. Misalnya bisa
dibuat paket promosi bersama yang bisa saling menguntungkan kedua UKM.

141
Tugas

2. Tugas terstruktur
Petunjuk:
 Bacalah dan cermati tugas di bawah ini, kemudian kerjakan secara berkelompok
 Dikumpulkan paling lama 1 minggu setelah tugas ini diumumkan.
 Sampaikan hasil tugas secara berurutan kepada dosen dan kelompok lainnya.
 Membentukmenjadi kelompok yang menyusun tugas berupa makalah dengan tema ;
manajemen UMKM yang baik.
 Laporan tugas dituangkan dalam file word dengan ukuran A4 times new roman font 12
spasi 1,5 rata kiri kanan sertakan judul tugas, nama kelompok, nim, kelas, logo dan
program studi.
 Laporan tugas dituangkan dalam bentuk makalah dengan kertas A4 times new roman font
12 spasi 1,5 rata kiri kanan.
 Bentuk laporan tugas disusun dengan mengikuti format sebagai berikut :
SAMPUL DEPAN (COVER)
DAFTAR ISI
BAB I
SKENARIO/TEMA : JUDUL TUGAS DISKUSI
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
PROBLEM/ANALISIS MASALAH
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
142
DAFTAR PUSTAKA
Haeruman, 2000, Akses Modal Dalam UKM, Andi Offset, Yogyakarta.
Kotler, Philip, 1989, Manajamen Pemasaran, Jilid 1. Indeks, Jakarta. Keputusan Direksi Bank
Indonesia No. 30/4/KEP/DIR tanggal 4 April 1997 tentang Pemberian Kredit Usaha Kecil.
Morissan, 2010, Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu, Kencana Prenada Media Group,
Jakarta.
Manurung dan Adler Haymans, 2005,Berinvestasi dan Perlindungan Investor di Pasar Modal,
IKPIA Perbanas, Jakarta.
Rencana Induk Pengembangan Industri Kecil Menengah (RIP-IKM Tahun 2002 – 2004.
Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No.40/KMK.06/2003 Tentang Tentang Usaha Kecil
Menengah.

143
BAB VIII
PENGELOLAAN PERSEDIAAN DALAM PROSES PRODUKSI
Oleh ;
Komala dewi, M.E

PENDAHULUAN

A. PENGANTAR PENDAHULUAN
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pasar oligopoli diartikan sebagai bentuk pasar
yang didalamnya terdapat beberapa penjual dan produk yang dijual bisa sama persis atau bisa
dibedakan menurut ciri khasnya. Sedangkan contoh pasar oligopoli dalam kehidupan sehari-hari
banyak terdapat dalam masyarakat Indonesia. Beberapa contoh perusahaan/produsen yang
beradapada pasar oligopoli antara lain pada produk/barang seperti pada industri semen, misalnya
ada semen gresik, semen holcim, semen indocement dan semen cibinong. Pada industri sepeda
motor, misalnya Honda, Yamaha, Suzuki, Kawasaki, dan lain-lain. Sementara pada bidang
elektronik seperti Sony, Toshiba, National, Samsung, Panasonic dan lain-lain. Pada jasa
penerbangan misalnya ada Garuda Indonesia, Air Asia, Lion Air dan lain-lain.

Pada industri jasa penerbangan yang terjadi saat ini para oligopolies cenderung bersaing
dalam hal harga (price competition), anda dapat melihat bagaimana ramainya perang tarif antar
maskapai penerbangan. Untuk membedakan produk satu perusahaan dengan perusahaan lain,
sering para oligopolis menerapkan strategi dalam menguasai dan menarik konsumen dengan
membuat model serta memberikan merek tertentu pada merek yang dijual atau (strategi
diferensiasi produk). Model dan terutama merek ini biasanya dibuat agar berkesan dihati
konsumen, agar konsumen menjadi loyal dan tertarik. Konsumen yang sudah terikat pada produk
merek tertentu akan sulit berpindah ke produk yang lain.

B. Deskripsi materi
Bab VII ini disusun sedemikian rupa untuk membantu mahasiswa S1 ekonomi syariah
Semester IV dalam memahami materi kuliah manajemen koperasi & UMKM dengan beban 3
sks teori dan 0 sks praktik. Sebagai bab ketujuh di dalam modul ini, bab VII menguraikan pokok
144
bahasan atau topik yang saling berkaitan satu sama lain yaitu pengelolaan persediaan dalam
proses produksi.

C. Kemampuan/tujuan ahir yang diharapkan

Pembelajaran pada bab ini membantu mahasiswa untuk mencapai kemampuan akhir yaitu
mampu menjelaskan pengelolaan persediaan dalam proses produksi (C2). Selanjutnya pelajaran
ketujuh pada manajemen koperasi & UMKM akan dimulai. Berikut beberapa tips bagi
mahasiswa agar dapat memahami pengelolaan persediaan dalam proses produksi antara lain:

1. Awali proses belajar dengan berdo‟a dan tanamkan tekad/motivasi untuk mengetahui
segala hal terkait pengelolaan persediaan dalam proses produksi.
2. Baca dan pahami setiap materi, serta cari kata kunci atau catatan penting dari materi.
Bila perlu buat resume berisi catatan penting tersebut.
3. Kerjakan latihan soal terutama soal kasus agar lebih meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dalam memahami pengelolaan persediaan dalam proses produksi.
4. Akhiri proses belajar dengan berdo‟a dan semoga sukses!

D. Uraian deskripsi
I. Pengadaan dan Pengelolaan Persediaan UMKM
II. Mengelola Proses Produksi UMKM
III. Manajemen Mutu UMKM
IV. Pengelolaan Modal dan Anggaran Modal UMKM

145
I. Pengadaan dan Pengelolaan Persediaan UMKM
1.. Pengertian Persediaan
Persediaan yang ada di dalam perusahaan merupakan bagian dari kekayaan perusahaan,
sehingga pemimpin perusahaan berperan penting untuk memantaunya. Secara umum, persediaan
yaitu segala sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan
permintaan. Menurut Sofyan (1980), persediaan dapat diartikan sebagai suatu aktiva yang
meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam satu periode usaha
yang formal atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi,
ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi
(Fianto, 2020). Menurut Nurnajamudin (2012), persediaan merupakan satuan asset atau sumber
daya ekonomi fisik yang perlu diadakan, disimpan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran
proses produksi yang meliputi bahan baku, produk jadi, komponen rakitan, dan bahan yang
sedang dalam proses pengerjaan. Persediaan meliputi barang yang dibeli dan dimiliki untuk
dijual kembali, misalnya barang dagang yang dibeli oleh pengecer untuk dijual kembali.
Persediaan juga mencakup barang jadi yang diproduksi, atau barang dalam penyelesaian yang
sedang diproduksi, serta termasuk perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi
(Fianto, 2020). Bagi perusahaan jasa persediaan meliputi biaya jasa, di mana entitas belum
mengakui pendapatan yang terkait (Amaliah, 2015).
Fungsi Persediaan
Efisiensi produksi dapat ditingkatkan melalui pengendalian sistem persediaan bahan
baku. Efisiensi ini dapat dicapai bila fungsi persediaan bahan baku dapat dioptimalkan. Fungsi
dari persediaan bahan baku menurut (Suyadi, 2007), sebagai berikut:
1. Mengurangi risiko keterlambatan datangnya bahan-bahan yang dibutuhkan untuk
menunjang proses produksi perusahaan.
2. Mengurangi risiko penerimaan bahan baku yang dipesan tetapi tidak sesuai dengan
pesanan sehingga harus dikembangkan.
3. Menyimpan bahan atau barang yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat
digunakan jika bahan atau barang tidak tersedia dipasaran.
4. Mempertahankan stabilitas operasi produksi perusahaan, berarti menjamin kelancaran
proses produksi.

146
5. Upaya penggunaan mesin yang optimal, karena terhindar dari terhentinya operasi
produksi karena ketidakadaan persediaan.
6. Memberikan pelayanan kepada pelanggan secara lebih baik. Barang cukup tersedia
dipasaran, agar ada setiap waktu diperlukan. Khususnya untuk barang yang dipesan,
barang dapat selesai pada waktunya sesuai dengan yang dijanjikan.Ada 3 alasan
perlunya persediaan bagi perusahaan:
a. Adanya ketidakpastian permintaan mendadak.
b. Adanya ketidakpastian dari pemasok atau supplier.
c. Adanya ketidakpastian tenggang waktu pemesanan.
Jenis-Jenis Persediaan
1. Persediaan dapat dilihat dari jenis atau posisi menurut Sofyan (2008), dapat dibedakan
sebagai berikut: Persediaan bahan baku (Raw Material Stock) adalah persediaan dari
barang- barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi, barang mana dapat
diperoleh dari sumber-sumber dalam ataupun dibeli dari supplier atau perusahaan yang
menghasilkan bahan baku bagi perusahaan.
2. Persediaan bagian produk (Purchased Part) adalah persediaan barang-barang yang terdiri
dari bagian yang diterima dari perusahaan lain, yang dapat secara langsung diassembling
dengan bagian lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya.
3. Persediaan bahan-bahan pembantu atau barang-barang perlengkapan (Supplies Stock)
adalah persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam proses
produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau yang dipergunakan dalam pekerjaan
suatu perusahaan, tetapi tidak merupakan bagian atau konsep dari barang jadi.
4. Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (Work in Process/Progress
Stock) adalah persediaan barang-barang yang keluar dari tiap-tiap bagian dalam satu
pabrik atau bahan-bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi lebih perlu
diproses Kembali untuk kemudian menjadi barang jadi.
5. Persediaan barang jadi (Finished Goods Stock) adalah barang-barang yang telah selesai
diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual kepada pelanggan atau
perusahaan lain.

147
Sistem Persediaan dan Biaya dalam Sistem Persediaan Sistem persediaan adalah suatu
mekanisme mengenai bagaimana mengelola masukan-masukan yang sehubungan dengan
persediaan menjadi output, sehingga diperlukan umpan balik agar output memenuhi standar
tertentu. Mekanisme sistem ini adalah pembuatan serangkaian kebijakan yang memonitor tingkat
persediaan, menentukan persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus diisi, dan berapa
pesanan yang harus dilakukan (Teguh, 2002).
Sistem bertujuan untuk menetapkan dan menjamin terjadinya produk jadi, barang dalam
proses, komponen, dan bahan baku secara optimal, dalam kuantitas yang optimal, dan pada
waktu yang optimal. Kriteria optimal adalah minimalis biaya total yang terkait dengan
persediaan, yaitu biaya penyimpanan, biaya pemesanan, dan biaya kekurangan persediaan
(Lauwrentius, 2015). Secara luas, tujuan dari sistem persediaan adalah menentukan solusi
optimal terhadap seluruh masalah yang terkait dengan persediaan. Dikatakan dengan tujuan
umum perusahaan, maka ukuran optimalitas pengendalian persediaan sering kali diukur dengan
keuntungan maksimum yang dicapai, karena perusahaan mempunyai banyak subsistem lain
selain persediaan, maka mengukur kontribusi pengendalian persediaan dalam mencapai total
keuntungan bukanlah hal yang mudah. Optimalisasi pengendalian perusahaan biasanya diukur
dengan total biaya minimal pada suatu periode tertentu (Santoso, et al. 2019).
Faktor-Faktor Besarnya Persediaan Terdapat beberapa faktor yang dapat menentukan
besarnya persediaan yang harus diadakan, di mana faktor-faktor tersebut saling berkaitan satu
dengan yang lain (Suyadi, 2007) yaitu:
1. Perkiraan Pemakaian Bahan
Penentuan besarnya persediaan bahan yang diperlukan harus sesuai dengan kebutuhan
pemakaian bahan tersebut dalam suatu periode tertentu. Perencanaan pemakaian bahan baku
pada suatu periode yang lalu dapat digunakan untuk memperkirakan kebutuhan bahan, karena
pemakaian bahan periode lalu merupakan indikator tentang penyerapan bahan oleh proses
produksi. Bila kondisinya sama berarti pada periode yang akan datang dapat ditentukan besarnya
persediaan bahan baku yang bersangkutan.
2. Harga Bahan
Harga bahan yang diperlukan merupakan faktor lainnya yang dapat mempengaruhi besarnya
persediaan yang harus diadakan. Harga bahan ini bila dikalikan dengan jumlah bahan yang

148
diperlukan merupakan kebutuhan modal yang harus disediakan untuk membeli persediaan
tersebut.
3. Biaya Persediaan
Terdapat beberapa jenis biaya untuk menyelenggarakan persediaan bahan baku yaitu biaya
pemesanan dan biaya penyimpanan bahan baku di Gudang.
4. Waktu Menunggu Pesanan (Lead Time)
Waktu menunggu pesanan adalah waktu antara atau tenggang waktu sejak pesanan dilakukan
sampai dengan saat pesanan tersebut masuk ke Gudang. Waktu tenggang perlu diperhatikan agar
bahan baku yang dipesan datang tepat waktu.
Faktor-Faktor Biaya Persediaan
Dari faktor-faktor yang menentukan besarnya persediaan tersebut terdapat biaya persediaan.
Biaya persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat persediaan
(Teguh, 2002). Biaya-biaya tersebut sebagai berikut:
a. Harga Pembelian
Harga pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang, besarnya sama dengan
harga perolehan persediaan itu sendiri atau harga belinya.
b. Biaya Pemesanan
Biaya pemesanan adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan pemesanan ke pemasok,
yang besarnya biasanya tidak dipengaruhi oleh jumlah pemesanan. Biaya ini meliputi biaya
proses pesanan, biaya transportasi, upah, biaya telepon/fax, biaya dokumentasi/transaksi, biaya
pengepakan, biaya pemeriksaan, dan biaya lainnya yang tidak tergantung jumlah pesanan.
c. Biaya Penyiapan (Set Up Cost)
Biaya penyiapan adalah semua pengeluaran yang timbul dalam mempersiapkan produksi. Biaya
ini terjadi bila item sediaan diproduksi sendiri dan tidak membeli dari pemasok. Biaya ini
meliputi biaya persiapan peralatan produksi, biaya mempersiapkan/menyetel (set-up) mesin,
biaya mempersiapkan gambar kerja, biaya mempersiapkan tenaga kerja langsung, biaya
perencanaan dan penjadwalan produksi, dan biaya-biaya lain yang besarnya tidak tergantung
pada jumlah item yang diproduksi.

149
d. Biaya Penyimpanan
Biaya penyimpanan adalah biaya yang dikeluarkan dalam penanganan/penyimpanan material,
semifinished product, sub assembly, atau pun produk jadi. Biaya simpan tergantung dari lama
penyimpanan dan jumlah yang disimpan, biaya ini biasanya dinyatakan dalam biaya per-unit per-
periodenya. Biaya penyimpanan meliputi biaya kesempatan, biaya simpan, biaya keusangan, dan
biaya-biaya lain yang besarnya bersifat variabel tergantung pada jumlah item.
e. Biaya Kekurangan Persediaan
Jika perusahaan kehabisan barang pada saat ada permintaan, maka akan terjadi stock out. Stock
out akan menimbulkan kerugian berupa biaya akibat kehilangan kesempatan mendapatkan
keuntungan atau pelanggan yang kecewa sehingga mengakibatkan pindah ke produk saingan.
Mengelola proses produksi UMKM

Dalam mengelola atau manajemen produksi untuk usaha kecil menengah UKM & UMKM
sebenarnya hanya membutuhkan langkah penerapan 5 aspek penting dalam pelaksanaanya.

Saat mengunjungi setiap daerah, tentu anda akan menemukan barang kerajinan serta makanan
khas daerah tersebut yang dibuat oleh masyarakat daerah setempat untuk menambah hasil
pendapatan rumah tangga.

Barang kerajinan khas daerah biasanya dihasilkan melalui kerajinan tangan dengan bahan baku
yang dapat ditemukan serta dimanfaatkan dan berada disekitar mereka yang kemudian juga akan
dijual di sekitar daerah bahkan ada yang dipasarkan hingga ke luar negeri.

Pada umumnya usaha kerajinan tangan seperti ini termasuk dalam Usaha Kecil Menengah atau
yang sering disingkat UKM serta memiliki pengertian bahwa ini adalah kegiatan ekonomi rakyat
dengan jenis usaha skala kecil.

UKM merupakan salah satu bagian penting perekonomian negara dan daerah karena sangat
membantu dalam hal menciptakan lapangan kerja baru karena melalui usaha kecil ini banyak
tercipta peluang usaha dengan tenaga kerja yang baru pula.

150
Dengan tumbuhnya UMKM maka diharapkan aneka usaha kecil yang sudah ada dapat tetap terus
berjalan dan berkembang serta mempunyai pangsa pasar tersendiri dan tidak harus terhenti di
tengah jalan karena faktor tertentu.

Ada beberapa permasalahan yang sering dihadapi oleh pelaku usaha kecil menengah seperti
kurangnya modal usaha merupakan faktor utama yang sangat dibutuhkan untuk mengembangkan
suatu usaha karena usaha kecil dan menengah biasanya merupakan usaha perorangan atau
industri rumah tangga.

Selain itu terbatasnya sumber daya manusia baik dari segi pendidikan formal, pengetahuan
umum dan ketrampilan khusus juga akan sangat mempengaruhi pada strategi bisnis pengelolaan
suatu usaha salah satunya saat proses produksi barang sehingga akan berakibat pada jumlah
barang yang dihasilkan.

Terbatasnya sarana dan prasarana yang dimiliki oleh UMKM, jaringan usaha, akses pasar yang
terbatas serta persaingan antara sesama pengusaha juga kurang mendukung dan kemudian akan
mempengaruhi jalannya usaha kecil dan menengah ini.

Oleh karena itu usaha kecil ini perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan perlu
dilindungi untuk mencegah adanya persaingan usaha yang tidak sehat.

Beberapa cara dilakukan supaya UKM tetap dapat terus tumbuh dan berkembang. Salah satunya
dengan cara mendidik banyak sumber daya manusia yang ada untuk memiliki kemampuan dan
ketrampilan khusus supaya dapat memproduksi barang dengan kuantitas serta kualitas yang lebih
baik agar mampu memenuhi kebutuhan konsumen.

Kemudian alasannya lagi ialah karena barang yang dihasilkan berasal dari kerajinan tangan yang
jumlahnya tentu akan jauh berbeda dengan jumlah barang yang diproduksi oleh mesin.

Sementara itu kebanyakan UKM belum menerapkan manajemen industri yang baik dalam usaha
mereka. Karena tanpa sistem manajemen yang baik akan membuat usaha menjadi kacau dan
berdampak pada kelangsungan hidup usaha itu sendiri.

5 Aspek penting dalam mengelola serta manajemen produksi usaha kecil menengah

151
Berikut ini ada beberapa manajemen produksi yang dapat dilakukan supaya UKM yang ada tetap
dapat berjalan dan berkembang lebih besar kedepannya:

1 Sumber untuk mendapatkan bahan baku


Barang yang diproduksi pengusaha kelas ini biasanya memanfaatkan bahan baku yang ada
disekeliling mereka.
Ketika tidak ada bahan baku dari lingkungan sekitar yang bisa dimanfaatkan, tentu saja terlebih
dahulu mereka harus membelinya barulah kemudian memulai proses produksi.
2 Selalu menjaga hasil produksi
Karena barang yang diproduksi melalui UKM ini mempergunakan kerajinan tangan maka tidak
ada satu barangpun yang mempunyai hasil yang sama seperti barang yang diproduksi oleh mesin.
Sehingga sangat penting untuk selalu menjaga kualitas dari barang yang diproduksi supaya daya
beli konsumen tetap terjaga oleh mutu produk yang dihasilkan.
Lakukan pengecekan dengan teliti terhadap barang yang selesai diproduksi supaya hanya barang
dengan kualitas yang bagus saja yang lolos untuk dipasarkan di pasar dalam negeri bahkan
sampai ke mancanegara.
3 Menjaga stok produksi barang
Sebagai jenis usaha berskala kecil, maka yang harus selalu diperhatikan adalah menjaga stok
produksi barang supaya sirkulasi modal tetap berputar dengan baik dan lancar tidak mengalami
perubahan secara drastis.
Jangan sampai kekurangan jumlah barang yang hendak dipasarkan karena akan membuat
konsumen kecewa dan berpindah pada produksi lain sejenis yang tentu saja merugikan serta
mengurangi keuntungan yang akan diperoleh.
Juga tidak baik jika terlalu banyak menimbun stok barang sementara anda belum bisa menarik
minat konsumen secara optimal.
4 Pergudangan (Penyimpanan stok barang)
Perhatikan selalu pada proses penyimpanan stok barang yang sudah dihasilkan supaya tidak
mengalami kerusakan yang dapat menyebabkan barang tidak dapat dijual.
Lakukan pengecekan berkala terhadap tempat penyimpanan barang dan perawatan pada barang
itu sendiri sehingga meskipun barang belum laku terjual dalam waktu dekat kondisi barang
masih tetap terjaga dengan baik.
152
5 Memperhatikan respon masyarakat terhadap hasil produksi
Tahap akhir dari suatu usaha produksi barang adalah pada saat barang produksi tersebut
dikirimkan ke pasar luas.
Respon masyarakat yang bagus biasanya di tandai dengan jumlah pemesanan berulang dan
meningkat, serta semakin luasnya masyarakat yang mengetahui tentang produk yang sedang di
pasarkan.
Perencanaan Produksi
Perencanaan produksi merupakan suatu rencana tentang jenis dan jumlah barang yang
akan diproduksi oleh perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Perencanaan produksi berguna
untuk menyusun jadwal produksi, kebutuhan bahan baku, kebutuhan tenaga kerja, kebutuhan jam
kerja fasilitas produksi dan sebagainya. Menurut Sofyan (1980), perencanaan produksi yaitu
perencanaan dan pengorganisasian tentang tenaga kerja, bahan baku, mesin dan peralatan lain
yang diperlukan untuk memproduksi barang pada periode tertentu di masa yang akan datang
sesuai dengan perkiraan penjualan yang akan diramalkan (Santoso and Fianto, 2020).
Kebijakan Pengendalian Bahan Baku
Untuk menentukan persediaan yang optimal, yang dapat menjamin kelangsungan proses
produksi secara efektif dan efisien, maka perlu metode yang berhubungan dengan pengendalian
bahan baku, naik dalam penentuan jumlah, waktu pemesanan kembali, dan besarnya persediaan
pengaman. Metode yang akan digunakan yaitu:
1. Economic Order Quantity (EOQ)
Tujuan dari EOQ adalah untuk mengetahui jumlah pesanan yang optimal yang harus
dilakukan oleh perusahaan sehingga biaya persediaan dapat diminimalkan. Metode EOQ ini
sangat mudah dan sederhana, namun berlakunya memerlukan asumsi-asumsi (Pangestu, 2000)
yaitu:
a. Jumlah kebutuhan barang selama setahun dapat diperkirakan dan kebutuhan barang
selama setahun relatif stabil.
b. Hanya ada dua macam biaya yang relevan, yaitu biaya pemesanan dan biaya
pemeliharaan barang (biaya simpan).
c.Biaya pemesanan untuk setiap kali pemesanan besarnya selalu sama, tidak terpengaruh
oleh jumlah yang dipesan.

153
d. Biaya pemeliharaan barang setiap unit setiap tahun selalu sama dengan kata lain biaya
pemeliharaan barang ini bersifat variabel, tergantung pada jumlah barang yang disimpan dan
waktu penyimpanan.
e. Usia barang relatif lama, tidak cepat busuk atau rusak.
f. Tidak ada kendala atau batasan mengenai jumlah barang yang dapat dipesan.
Untuk menentukan jumlah pesanan yang paling ekonomik, dapat dicari menggunakan rumus
(Handoko, 1984), sebagai berikut:
𝐸𝑂𝑄 = √2𝑆𝐷 𝐻
Keterangan:
D: Jumlah barang per-unit yang dibutuhkan selama satu bulan
S: Biaya pesan setiap kali pesan.
H: Biaya penyimpangan di Gudang.
2. Persediaan Pengaman (Safety Stock)
Untuk menanggulangi kehabisan bahan baku dalam perusahaan maka perusahaan yang
bersangkutan akan mengadakan persediaan pengaman (safety stock). Persediaan pengaman atau
safety stock adalah sejumlah persediaan tambahan yang dilakukan untuk mengurangi risiko
terjadinya kehabisan atau kekurangan bahan baku. Terjadinya kekurangan bahan baku
disebabkan karena kebutuhan bahan baku selama pemesanan melebihi rata-rata kebutuhan bahan
baku, hal tersebut dapat terjadi karena kebutuhan setiap harinya terlalu banyak atau karena
jangka waktu pemesanan terlalu panjang dibandingkan dengan biasanya. Jika perusahaan
memiliki safety stock terlalu banyak akibatnya perusahaan akan menanggung biaya
penyimpanan yang terlalu mahal, tetapi jika safety stock terlalu sedikit maka perusahaan akan
menanggung biaya kerugian karena kekurangan barang jadi. Untuk mencari jumlah persediaan
pengaman menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑆𝑆 = 𝑍 × 𝑆𝐷
Keterangan:
Z: Faktor Pengaman
SD: Standar Deviasi
SS: Safety Stock
Manajemen mutu UMKM

154
Manajemen mutu merupakan hal yang penting untuk diterapkan dalam proses produksi
dan pengemasan pada produk UMKM karena manajemen mutu dapat meningkatkan mutu
produk dimata pelanggan. UMKM menjadi salah satu bagian penting dalam suatu perekonomian
di daerah maupun nasional karena UMKM dapat menjadi penyelamat perekonomian nasional
saat resesi atau krisis ekonomi (Hadi: 2015). Usaha kecil dan menengah tersebut akan menjadi
penggerak pertumbuhan ekonomi yang strategis dalam menjaga ketersediaan produk barang dan
penyerapan tenaga kerja. Namun sayangnya dalam upaya pengembangan usaha kecil menengah
beberapa pemilik UMKM masih belum bisa menerapkan manajemen mutu pada proses
produksinya. UMKM yang mampu menghasilkan produk dengan daya saing yang tinggi
memiliki tiga kriteria yakni produk tersedia secara teratur dan sinambung, produk harus memiliki
mutu yang baik dan seragam, produk memiliki ketersediaan yang banyak (Taufik: 2008).
Menerapkan mutu pada produk merupakan cara yang baik dalam mempertahankan kesetiaan
pelanggan, memiliki pertahanan terhadap pesaing asing serta jalan untuk memantapkan
pertumbuhan juga keuntungan yang berkesinambungan dalam keadaan ekonomi yang sulit
(Faure, 1996:2). Pentingnya implementasi dari manajemen mutu terhadap produk dan proses
produksi UMKM dapat meningkatkan keloyalitasan pelanggan juga meningkatkan keunggulan
bersaing antar UMKM. Namun penerapan manajemen mutu pada proses produksi UMKM
memiliki banyak perbedaan pendapat dari para pakar dan peneliti sebelumnya, perbedaan
penerapan tersebut diantaranya adalah
1. Pengendalian mutu adalah alat manajemen untuk memperbaiki, mempertahankan produk
(Handoko, 2000).
2. SOP (Standar Operational Procedure) merupakan panduan proses dan hasil kerja yang harus
dilaksanakan. Penyusunan SOP digunakan untuk memastikan bahwa setiap alur kerja produksi
dalam UKM dapat berjalan efisien dan efektif serta terkontrol dengan baik (CCA Accounting,
2014).
3. Perbaikan mutu dengan menggunakkan standar mutu adalah mendokumentasi data yang
akurat yang akan digunakan sebagai peraturan, petunjuk atau definisi- definisi untuk menjamin
kualitas suatu barang, proses produk baik barang atau jasa. Tujuan dari standar mutu adalah
untuk memfasilitasi perdagangan, pertukaran dan teknologi (Erminati, 2014).

155
4. Manajemen operasi produksi adalah proses secara berkesinambungan dan efektif
menggunakan fungsi–fungsi manajemen untuk mengintegrasikan berbagai sumber daya secara
efisien dalam rangka mencapai tujuan (Edy Herjanto: 2003 hal. 2).
5. Enam tahap pengembangan system jaminan mutu (Muhandri dan Kadarisman, 2006), yaitu
operator quality control (QC), foreman QC, inspection QC, statistic (SQC), quality assurance
(QA) dan total quality management (TQM).

6. Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001 mendefinisikan bagaimana organisasi menerapkan
praktik-praktik manajemen mutu secara konsisten untuk memenuhi kebutuhan pelanggan
dan pasar.

Dari beberapa perbedaan terkait penerapan manajemen mutu menurut para ahli inilah yang
memotivasi penulis untuk mengkaji lebih mendalam terkait manajemen mutu guna mengetahui
teori yang tepat untuk penerapan manajemen mutu pada UMKM

Mutu
Mutu merupakan kualitas dari suatu produk yang akan dinilai oleh konsumen dengan
melihat bagaimana konsumen dalam menjalankan fungsi dari suatu produk tersebut (Basu
Swastha dan T. Hani: 2012, hal. 147). Produk yang berkualitas prima akan lebih atraktif bagi
konsumen dan dari produk tersebut dapat meningkatkan volume penjualan (Prawirosentono:
2007, hal. 2).
Mutu mencangkup usaha dalam memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan akan suatu
produk, mutu akan selalu mengalami perubahan, perubahan ini terjadi karena faktor produk,
tenaga kerja, proses produksi dan lingkungan (Nasution: 2010). Kualitas produk adalah totalitas
fitur dan karakteristik produk atau jasa yang bergantung pada kemampuannya untuk memuaskan
kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat (Kotler dan Amstrong: 2008) Produk yang bermutu
dalam Islam merupakan produk yang halal sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Baqarah
ayat 168: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi,
dan janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan; Karena Sesungguhnya syaitan itu
adalah musuh yang nyata bagimu”. Implementasi Manajemen Mutu pada UMKM Para pakar
TQM menyarankan untuk menerapkan manajemen mutu dalam bisnis yang sedang dijalankan,

156
hal ini karena penerapan manajemen mutu dapat memenuhi kepuasan konsumen dan
meningkatkan penjualan (Juran: 1999).
Mutu selalu berkaitan dengan produk, pelayanan, sumber daya manusia dan lingkungan
untuk memenuhi dan melebihi apa yang diharapkan pelanggan (Goetch dan Davis: 1994).
UMKM yang mampu menghasilkan produk dengan daya saing yang tinggi memiliki tiga kriteria
yakni produk tersedia secara teratur dan sinambung, produk harus memiliki mutu yang baik dan
seragam dan produk memiliki ketersediaan yang banyak (Taufik: 2008). Menerapkan mutu pada
produk merupakan cara yang baik dalam mempertahankan kesetiaan pelanggan, memiliki
pertahanan terhadap pesaing asing serta jalan untuk memantapkan pertumbuhan juga keuntungan
yang berkesinambungan dalam keadaan ekonomi yang sulit (Faure, 1996:2) dengan memberikan
perhatian pada kualitas atau mutu suatu produk akan memberikan dampak yang positif kepada
bisnis melalui ua cara yaitu dampak terhadap biaya produksi dan dampak terhadap pendapatan
(Gasperz dalam Kawiana: 2009).
Pengelolaan modal dan anggaran modal UMKM
Pengertian Modal
Pengertian modal usaha menurut Nugraha (2011;9). Modal usaha adalah uang yang
dipakai sebagai pokok (induk) untuk berdagang, melepas uang, dan sebagainya; harta benda
(uang, barang, dan sebagainya) yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu yang
Menambah kekayaan
Modal dalam pengertian ini dapat diinterpretasikan sebagai sejumlah uang yang
digunakan dalam menjalankan kegiatan- kegiatan bisnis. Banyak kalangan yang memandang
bahwa modal uang bukanlah segala-galanya dalam sebuah bisnis. Namun perlu dipahami bahwa
uang dalam sebuah usaha sangat diperlukan. Yang menjadi persoalan di sini bukanlah penting
tidaknya modal, karena keberadaannya memang sangat diperlukan, akan tetapi bagaimana
mengelola modal secara optimal sehingga bisnis yang dijalankan dapat berjalan lancar
(Amirullah, 2005:7).
Menurut Riyanto (2001:57) pengertian modal usaha sebagai ikhtisar neraca suatu
perusahaan yang menggunakan modal konkrit dan modal abstrak. Modal konkrit dimaksudkan
sebagai modal aktif sedangkan modal abstrak dimaksudkan sebagai modal pasif.
Macam-macam Modal:

157
1) Modal Sendiri
Menurut Mardiyatmo (2008) mengatakan bahwa modal sendiri adalah modal yang
diperleh dari pemilik usaha itu sendiri. Modal sendiri terdiri dari tabungan, sumbangan, hibah,
saudara, dan lain sebagainya.
2) Modal Asing (Pinjaman)
Modal asing atau modal pinjaman adalah modal yang biasanya diperoleh dari pihak luar
perusahaan dan biasanya diperoleh dari pinjaman. Keuntungan modal pinjaman adalah
jumlahnya yang tidak terbatas, artinya tersedia dalam jumlah banyak.
3. Unsur-unsur Modal Kerja
Unsur-unsur modal kerja dalam perusahaan meliputi antara lain :
a. Kas
Kas adalah alat pembayaran yang siap dan bebas digunakan untuk membiayai kegiatan
umum perusahaan, yaitu berupa uang (uang kertas dan logam), valuta asing, dan bentuk-bentuk
alat pembayaran lainnya yang mempunyai sifat seperti kas Mardiasmo (2009:154) menurut
Suhayati dan Anggadini (2009:143) kas diartikan sebagai alat bayar atau alat tukar dalam
transaksi keuangan agar uang kas perusahaan aman dari segala macam pencurian, penggelapan,
manipulasi, maka setiap penerimaan uang segera disetorkan ke bank sedangkan setiap
pengeluaran kas maka digunakan cek atau giro bilyet.
b. Piutang
Menurut Mardiasmo (2008:31) piutang adalah hak untuk menerima pembayaran
sejumlah tertentu dari pihak yang berkewajiban membayar pada saat tertentu. Piutang
perusahaan dapat dipisahkan, antara lain :
1) Piutang Usaha, yaitu piutang yang timbul dari hasil kegiatan usaha perusahaan berupa
: penjualan jasa, penjualan barang dagangan dan penjualan hasil produksi. Piutang yang
diperkuat dengan surat promes, disebut dengan piutang wesel.
2) Piutang lain-lain yaitu piutang yang timbul dari transaksi diluar kegiatan usaha
perusahaan, misalnya : piutang dividenm piutang karyawan, piutang kepada perusahaan afiliasi.
c. Persediaan
Menurut Mardiasmo (2002:31) Persediaan adalah barang-barang berwujud yang dimiliki
oleh perusahaan dengan maksud untuk :

158
- Dijual (barang dagangan dan barang jadi)
- Masih dalam proses pengolahan untuk diselesaikan, kemudian dijual (barang dalam
proses)
- Akan dipakai untuk memproduksi barang jadi yang akan dijual (bahan baku dan bahan
pembantu)
d. Utang lancar
Utang lancar adalah utang-utang yang harus dilunasi dalam jangka waktu maksimal satu
tahun, sebagai akibat pembelian kredit. Indikatornya : nilai utang dagang yang tercatat pada
neraca. Sedangkan efektifitas utang dagang diukur dari tingkat perputaran utang dagangan umur
rata-rata utang dagang.
4. Pentingnya Modal Kerja
Menurut Jumingan (2011 : 67-68) modal kerja harus cukup jumlahnya dalam arti harus
mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi sehari-hari, karena dengan modal kerja
yang cukup akan menguntungkan bagi perusahaan. Tersedianya modal kerja yang segera dapat
dipergunakan dalam operasi tergantung pada tipe dan sifat dari aktiva lancar yang dimiliki
seperti : kas, efek, piutang dan persediaan.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Modal Kerja
Menurut Munawir (2010:117-119) penentuan modal kerja yang dianggap cukup bagi
perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
1. Sifat atau tipe perusahaan
Modal kerja dari suatu perusahaan jasa relatif akan lebih rendah bila dibandingkan
dengan kebutuhan modal kerja perusahaan industri, karena untuk perusahaan jasa tidak
memerlukan investasi yang besar dalam kas, piutang maupun persediaan.
2. Waktu yang dibutuhkan untuk memprodusir atau memperoleh barang yang akan dijual
serta harga persatuan dari barang tersebut. Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan
berhubungan langsung dengan waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh barang yang akan
dijual maupun bahan dasar yang akan diprodusir sampai barang tersebut dijual.
6. Tipe-tipe Modal Kerja
Menurut Martono (2005 :55-58) jenis-jenis modal kerja digolongkan menjadi :

159
a. Modal kerja permanen (Permanen Working Capital) Yaitu modal kerja yang bersifat
permanen karena dana tersebut akan tertanam di dalam perusahaan melakukan usahanya.
b. Modal kerja variabel (Variable Working Capital) Yaitu bagian dari aktiva lancar yang
harus ditambah atau diperluas apabila situasi menghendaki, dan dikurangi atau diperkecil apabila
sudah tidak diperlukan lagi.
7. Sumber-sumber Modal Kerja
Modal kerja dapat berasal dari berbagai sumber. Menurut Sawir (2005 : 141) pada
umumnya sumber-sumber modal kerja yang akan menambah modal kerja sebagai berikut.
a. Adanya kenaikan sektor modal baik yang berasal dari laba maupun penambahan
modal saham atau tambahan investasi dari pemilik perusahaan.
b. Adanya pengurangan atau penurunan aktiva tetap karena adanya penjualan aktiva tetap
maupun melalui proses depresiasi.
c. Ada penambahan utang jangka panjang lainnya yang diimbangi dengan bertambahnya
aktiva lancar.
8. Penggunaan Modal Kerja
Penggunaan modal kerja yang mengakibatkan turunnya modal kerja menurut Sawir
(2005:142) adalah sebagai berikut :
a. Berkurangnya modal sendiri karena kerugian maupun pengambilan privasi oleh
pemilik perusahaan.
b. Pembayaran hutang-hutang jangka panjang
c. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap.
Pengelolaan Modal Kerja
Pengelolaan Modal Kerja Pengelolaan modal kerja merupakan kegiatan yang berkenaan
dengan manajemen current account perusahaan yaitu aktiva lancar dan hutang lancar
(Syamsuddin, 2011:210). Pengelolaan-pengelolaan aktiva lancar dan hutang lancar secara efektif
dengan menggunakan kebijakan yang tepat akan memberikan hasil berupa laba yang ditargetkan.
Efektivitas modal kerja merupakan suatu ukuran bagaimana modal kerja (kas, piutang, dan
persediaan) perusahaan dapat digunakan sebaik- baiknya dalam melakukan proses produksi
sehingga akan didapat volume penjualan yang sudah ditargetkan dan tujuan perusahaan untuk
mendapat laba dari pendapatan penjualan.

160
Suatu perusahaan baik jasa maupun industri didalam kegiatan sehari-harinya tujuan
terpentingnya adalah memperoleh keuntungan (laba) yang diharapkan mendapatkan laba secara
optimal. Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri Sugiyarso dan Winarni
(2005:118). Menurut Syamsudin (2011:205) laba perusahaan dapat ditingkatkan melalui tiga
cara, yaitu :
a. Peningkatan penjualan (baik volume maupun penjualan)
b. Menekan biaya-biaya Selain itu keuntungan dapat ditingkatkan dengan jalan
menginvenstasikan pada aktiva yang lebih menguntungkan dalam hal ini adalah aktiva tetap
yang mampu menghasilkan produk dan penjualan yang lebih tinggi.
2. Arti Penting Profitabilitas
Menurut Syamsudin (2011:59) tanpa adanya keuntungan akan sangat sulit bagi
perusahaan menarik modal kerja dari luar. Para kreditur, pemilik perusahaan, dan terutama sekali
pihak manajemen perusahaan akan berusaha meningkatkan keuntungan karena didasari betul
betapa pentingnya arti keuntungan bagi masa depan perusahaan. Oleh karena itu profitabilitas
sangat mempunuyai arti penting dalam jalannya suatu perusahaan, baik untuk sekarang maupun
yang akan datang.
3. Hubungan Modal Kerja dengan
Profitabilitas Ketidakefektifan pada penggunaan modal kerja akan menimbulkan turunya
tingkat profitabilitas yang diperoleh perusahaan, maka pihak manajemen perusahaan harus
mengelola dengan baik sehingga perputaran modal kerja bergerak cepat dengan diikuti
meningkatnya tingkat profitabilitas pada perusahaan.

161
Rangkuman

Efisiensi produksi dapat ditingkatkan melalui pengendalian sistem persediaan bahan


baku. Efisiensi ini dapat dicapai bila fungsi persediaan bahan baku dapat dioptimalkan. Fungsi
dari persediaan bahan baku menurut (Suyadi, 2007), sebagai berikut:
1. Mengurangi risiko keterlambatan datangnya bahan-bahan yang dibutuhkan untuk
menunjang proses produksi perusahaan.
2. Mengurangi risiko penerimaan bahan baku yang dipesan tetapi tidak sesuai dengan
pesanan sehingga harus dikembangkan.
3. Menyimpan bahan atau barang yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat
digunakan jika bahan atau barang tidak tersedia dipasaran.
4. Mempertahankan stabilitas operasi produksi perusahaan, berarti menjamin kelancaran
proses produksi.
5. Upaya penggunaan mesin yang optimal, karena terhindar dari terhentinya operasi
produksi karena ketidakadaan persediaan.
6. Memberikan pelayanan kepada pelanggan secara lebih baik. Barang cukup tersedia
dipasaran, agar ada setiap waktu diperlukan. Khususnya untuk barang yang dipesan,
barang dapat selesai pada waktunya sesuai dengan yang dijanjikan.Ada 3 alasan
perlunya persediaan bagi perusahaan:
a. Adanya ketidakpastian permintaan mendadak.
b. Adanya ketidakpastian dari pemasok atau supplier.
c. Adanya ketidakpastian tenggang waktu pemesanan

162
DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo. (2002). Akuntansi Keuangan Dasar 1. Edisi 3 Cetakan Pertama. Penerbit: BPFE,
Yogyakarta Munawir, S. (2010). Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty
Sawir, Agnes. (2005). Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Syamsuddin, Lukman. (2011). Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Atmaja, Lukas Setia. (2003). Manajemen Keuangan. Yogyakarta:ANDI
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta:Rineka Cipta

163
BAB IX
REGULASI PEMERINTAH TENTANG KETENTUAN UMUM
PEMBINAAN ETIKA DAN BISNIS UMKM
Oleh ;
Komala dewi, M.E

PENDAHULUAN
A. Pengantar pendahuluan
Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) mempunyai peran yang sangat vital dalam
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara sedang berkembang, namun
juga di negara maju. UMKM sangat penting tidak hanya karena menyerap paling banyak tenaga
kerja, namun juga karena kontribusinya terhadap pembentukan atau pertumbuhan domestik bruto
paling besar dibandingkan dengan jenis usaha besar. 1 UMKM juga telah berperan dalam
membantu penyerapan tenaga kerja di dalam negeri. Serapan tenaga kerja pada sektor UMKM
tumbuh dari 96,99 persen menjadi 97,22 persen dalam periode lima tahun terakhir,2 sehingga
UMKM menjadi sumber kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan dengan banyak
menyerap tenaga kerja. Dengan posisi demikian artinya UMKM punya peran strategis dalam
memerangi kemiskinan dan pengangguran. 3 Data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah menunjukkan terdapat sekitar 58 juta kegiatan usaha secara mandiri (self employed)
dan sekitar 1,65 persen penduduk telah menjadi pengusaha (entrepreneur) yang dulunya berasal
dari bisnis start up (pemula) dan mampu mengembangkan usahanya. Peran strategis UMKM
dalam struktur perekonomian Indonesia makin nyata di mana sekitar 99,9 persen unit bisnis di
Indonesia merupakan UMKM. Oleh karena itu hadirnya sentra-sentra UMKM menjadi salah satu
solusi yang mampu menyelesaikan ketimpangan antar desa dan kota serta menggerakkan
ekonomi daerah pada umumnya.

B. Tujuan/Kemampuan ahir yang diharapkan


Pembelajaran pada bab ini membantu mahasiswa untuk mencapai kemampuan akhir yaitu
mampu menjelaskan regulasi pemerintah tentang ketentuan umum pembianaan etika dan bisnis
UMKM (C2). Baiklah, Pembelajaran ke sembilan pada manajemen ekonomi koperasi dan
164
UMKM akan dimulai. Berikut beberapa tips bagi mahasiswa agar dapat memahami regulasi
pemerintah tentang ketentuan umum pembianaan etika dan bisnis UMKM.
1. Awali proses belajar dengan berdo‟a dan tanamkan tekad/motivasi untuk mengetahui
segala hal regulasi pemerintah tentang ketentuan umum pembianaan etika dan bisnis
UMKM
2. Baca dan pahami setiap materi, serta cari kata kunci atau catatan penting dari materi. Bila
perlu buat resume berisi catatan penting tersebut.
3. Setelah dipahami, usahakan menghafal beberapa kosakata atau rumus penting terkait
materi
4. Kerjakan latihan soal terutama soal kasus agar lebih meningkatkan kemampuan berpikir
kritis dalam memahami regulasi pemerintah tentang ketentuan umum pembianaan etika
dan bisnis UMKM
5. Bila ada yang tidak dipahami, segera tanyakan pada dosen pengampu mata kuliah di
setiap topik
6. Akhiri proses belajar dengan berdo‟a dan semoga sukses!!!

C. Uraian materi
Adapun bahan kajian dalam bab IX sebagai beriut ;

I. Regulasi pemerintah tentang UMKM


II. Ketentuan Umum pembinaan UMKM
III. Etika dan Bisnis UMKM

165
Regulasi pemeritah tentang UMKM
Meningat strategisnya peran UMKM tersebut, upaya membangun UMKM menjadi
suatukeniscayaan,karenapembangunanUMKM merupakan langkah strategis menumbuhkan
tingkat pembangunan nasional. 5 Kebijakan tersebut dirasakan dapat menjadi solusi konkrit
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. 6 Oleh karena itu, diperlukan komitmen Pemerintah
untuk membangun kapasitas dan peran UMKM. Komitmen tersebut telah dilakukan oleh
Pemerintah dengan dikeluarkannya berbagai regulasi dan kebijakan. Namun pada kenyataannya,
pertumbuhan UMKM belum sesuai yang diharapkan, terdapat sejumlah hambatan dalam
membangun UMKM dan juga kemudahan berusaha bagi pelaku UMKM.
Bank Indonesia menilai potensi kontribusi UMKM pada perekonomian pada 2017
diprediksi turun. Hal ini dikarenakan UMKM terutama di sektor perdagangan dan industri akan
menurun. Berdasarkan data BPS per Agustus 2017 pertumbuhan produksi industri manufaktur
mikro dan kecil di kuartal II-2017 sebesar 2,5 persen. Realisasi ini turun tajam dari capaian
pertumbuhan di kuartal I-2017 sebesar 6,63 persen dan lebih rendah dibanding periode sama
tahun lalu sebesar 6,56 persen.
Hal ini menunjukkan kondisi UMKM yang kurang begitu baik tahun 2017. Pertumbuhan
UMKM dapat direpresentasikan dari sisi jumlah pengusaha atau wirausaha. Dibandingkan
negara-negara di Asia Tenggara (ASEAN), Singapura masih menjadi yang terdepan dalam
mencetak pengusaha di antara negara-negara anggota ASEAN. Di Singapura, jumlah pengusaha
telah mencapai 7% (dari jumlah penduduk), Malaysia 5%, Thailand 3%, sedangkan di Indonesia
hanya sebesar 1,65%.8 Data Kementerian Koperasi dan UKM menunjukkan jumlah wirausaha di
beberapa negara lain di seluruh dunia, antara lain Korea Selatan (4%), Jepang (10%), Tiongkok
(10%), dan Amerika Serikat (12%).
Dari jumlah tersebut, mayoritas UMKM di Indonesia masih berupa usaha informal dan
mengalami sejumlah masalah sehingga membuat perkembangan UMKM di Indonesia tertinggal
dibandingkan negara tetangga. Permasalahan UMKM dalam kemudahan berusaha lainnya antara
lain bahwa UMKM masih dinilai suatu usaha yang tidak mampu memenuhi syarat perbankan
(bankable). Akibatnya, tidak semua UMKM mampu mengakses kredit usaha rakyat (KUR)11
maupun ke lembaga keuangan lainnya dalam mendapatkan informasi mengenai modal. Padahal
secara prospek, banyak UKMM memiliki usaha yang layak untuk diberikan akses perbankan

166
(feasible). Kendala lainnya adalah rendahnya pengetahuan mengenai strategi pemasaran dan hak
intelektual.
Beberapa kendala lain yang dihadapi UMKM yaitu dalam hal teknologi dan inovasi
produk; riset pasar; dan inefisiensi. Dalam hal perizinan juga masih terdapat kendala di mana
ada banyakprosedur yang harus diikuti dengan biaya yang tidak murah dan jangka waktu yang
lama. Hal ini sedikit banyak terkait dengan kebijakan perekonomian Pemerintah yang dinilai
tidak memihak pihak kecil seperti UMKM tetapi lebih mengakomodir kepentingan dari para
pengusaha besar. Merujuk pada permasalahan yang dialami oleh UMKM tersebut di atas, saat
ini Pemerintah berkomitmen melakukan upaya di segala sektor untuk memperbaiki tingkat
kemudahan berusaha atau Ease of Doing Bussines (EODB) di Indonesia, termasuk sektor
UMKM.
Upaya memperbaiki tingkat kemudahan berusaha tersebut diwujudkan melalui perbaikan
regulasi di berbagai sektor mulai dari memulai usaha, hingga perlindungan terhadap pemilik
saham minoritas; mempercepat standar waktu pelayanan dengan menyederhanakan prosedur atau
melakukan inovasi lainnya; melakukan sosialisasi lebih efektif terhadap regulasi yang dianggap
dapat mendorong kemudahan berusaha di Indonesia; dan peningkatan pelayanan melalui sistem
online.15 Untuk mengetahui apakah tingkat kemudahan berusaha di suatu negara, Bank Dunia
setiap tahunnya melakukan survey terhadap tingkat kemudahan berusaha (Doing Business) di
beberapa negara, termasuk Indonesia dengan 10 indikator yang digunakan, salah satunya adalah
indikator memulai usaha (starting a business). Berdasarkan uraian di atas, maka tulisan ini
bermaksud untuk menganalisis apakah regulasi yang berlaku telah menjamin kemudahan
berusaha bagi UMKM. Regulasi yang dianalisis yakni yang terkait dengan indikator memulai
usaha (starting a business). Pemilihan indicator tersebut didasarkan bahwa permasalahan atau
kendala yang sering dihadapi oleh pelaku UMKM, yakni terkait perijinan untuk memulai
menjalankan usaha.
Ketentuan umum
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UU
UMKM); Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil; Undang-Undang Nomor
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas; Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang

167
Wajib Daftar Perusahaan; Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2016 tentang Perubahan Modal
Dasar PerseroanTerbatas;

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20


Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah; Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun
2014 tentang Perizinan Untuk Usaha Mikro dan Kecil; Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
83 Tahun 2014 tentang Pedoman Pemberian Izin Usaha Mikro dan Kecil; Peraturan Menteri
Hukum dan HAM Nomor 3 Tahun 2017 tentang Biaya Jasa Hukum Notaris
Untuk Pendirian Perseroan Terbatas Bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah; Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 37/M-DAG/PER/9/2007 tentang Penyelenggaraan Pendaftaran
Perusahaan; Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 36/M-DAG/PER/9/2007 tentang
Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan; Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
46/M-DAG/PER/2009, kemudian peraturan tersebut diubah lagi dengan Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 39/M-DAG/PER/12/2011 dan terakhir diubah dengan Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 07/M-DAG/PER/2/2017; dan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
116/M-DAG/PER/12/2015, terakhir diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
08/M-DAG/PER/2/2017.

UMKM merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan
memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat, dan dapat berperan dalam
proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat,mendorongpertumbuhanekonomi,
dan berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional. Selain itu, UMKM merupakan salah satu
pilar utama ekonomi nasional yang harus memperoleh kesempatan utama, dukungan,
perlindungan dan pengembangan seluas- luasnya sebagai wujud keberpihakan yang tegas kepada
kelompok usaha ekonomi rakyat, tanpa mengabaikan peranan Usaha Besar dan Badan Usaha
Milik Negara. Meskipun UMKM telah menunjukkan peranannya dalam perekonomian nasional,
namun masih menghadapi berbagai hambatan atau kendala, baik yang bersifat internal maupun
eksternal, dalam hal produksi dan pengolahan, pemasaran, sumber daya manusia, desain dan
teknologi, permodalan, serta iklim usaha.

168
Sebelum masuk kepada pembahasan permasalahan, maka terlebih dahulu akan diuraikan
konsepsi dari UMKM itu sendiri. UMKM adalah singkatan dari Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah sebagaimana yang 374 diatur berdasarkan UU UMKM. Sebelum diberlakukannya
UU UMKM, belum dikenal pembagian skala usaha menjadi usaha mikro, kecil dan menengah,
namun hanya dikenal 2 pembagian skala usaha, yakni usaha kecil; dan usaha menengah atau
besar, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil. 22
Bahwa yang dimaksud dengan Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan
dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro, sedangkan kriteria dari
Usaha Mikro itu sendiri, yaitu:

a) memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b) memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
Kemudian yang dimaksud dengan Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan Kriteria Usaha Kecil berdasarkan Undang-Undang
No. 9 Tahun 1995 yakni kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria
kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) atau hasil penjualan
tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) serta dimiliki Warga
Negara Indonesia; berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha
Menengah atau Usaha Besar; serta berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak
berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi. Sedangkan yang
dimaksud dengan Usaha Menengah dan Usaha Besar adalah kegiatan ekonomi yang mempunyai
kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar daripada kekayaan bersih dan
hasil penjualan tahunan Usaha Kecil.

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1995 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3611). Undang-undang ini dicabut dengan diberlakukannya UU UMKM 2008. yang dimiliki,

169
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau
Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil.

Kriteria Usaha Kecil yakni:

a) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha; atau b) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima
ratus juta rupiah). Sedangkan yang dimaksud dengan Usaha Menengah adalah usaha ekonomi
produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan
jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam UU UMKM.28
Kriteria dari jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan dari Usaha Menengah yaitu: a)
memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha; atau b) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.2.500.000.000,00
(dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000,00 (lima
puluh milyar rupiah).

Selain menggunakan nilai moneter sebagai kriteria untuk menentukan jenis UMKM,
sejumlah lembaga pemerintah, seperti Badan Pusat Statitstik (BPS), selama ini juga
menggunakan jumlah pekerja sebagai ukuran untuk membedakan skala usaha antara usaha
mikro, usaha kecil, usaha menengah dan usaha besar. Menurut BPS, usaha mikro (atau di sektor
industri manufaktur umum disebut industri rumah tangga) adalah unit usaha dengan jumlah
pekerja tetap hingga 4 orang, usaha kecil antara 5 hingga 19 pekerja; dan usaha menengah antara
20 sampai dengan 99 pekerja.

Merujuk kriteria dan kondisi UMKM di atas, maka dibutuhkan dukungan kepada
UMKM untuk dapat memulai dan menjalankan usahanya sehingga usaha UMKM dapat
berkelanjutan dan berkembang. Dukungan tersebut dapat berupa pembentukan regulasi dan

170
kebijakan yang dapat menciptakan iklim kemudahan dalam berusaha (ease of doing
business / EODB), dari sejak dimulainya usaha sampai dengan telah berlangsungnya proses
produksi dan setelah produksi. Saat ini Pemerintah berupaya menciptakan situasi yang
menunjang iklim kemudahan berusaha. Ease of doing business / EODB melihat beberapa
dimensi penting yang terjadi di dunia bisnis. Tingkat kemudahan berusaha (EODB) di suatu
negara dapat diketahui melalui proses survey yang dilakukan oleh Global International Finance
Corporation / World Bank Group. Survey ini dilakukan secara global dibeberapa negara dengan
sampel sebanyak lebih dari 180 negara, termasuk Indonesia.

Dalam survey tersebut terdapat sepuluh (10) indikator yang digunakan untuk mengetahui
apakah tingkat kemudahan berusaha di suatu negara itu lebih baik atau tidak. Indikator tersebut
yakni:
1) memulai usaha (starting a business);
2) perizinan terkait pendirian bangunan (dealing with construction permits);
3) pendaftaran properti (registering property);
4) penyambungan listrik (getting electricity);
5) pembayaran pajak (paying taxes);
6) perdagangan lintas negara (trading across borders);
7) akses perkreditan (getting credit);
8) perlindungan terhadap investor minoritas (protecting minority investor);
9) penegakan kontrak (enforcing contract); dan
10) penyelesaian perkara kepailitan (resolving insolvency).
Survey ini melakukan analisis kuantitatif dari peraturan yang ada di suatu negara dengan
menggunakan dua jenis data. Data pertama menyediakan kompleksitas dan biaya dalam proses
pembuatan peraturan. Data yang kedua berasal dari peraturan dan regulasi dalam setiap
perekonomian. Untuk mendapatkan data yang akurat, EODB menggunakan data dari responden
ahli. Tujuan dari EODB sendiri adalah untuk mengukur kesederhanaan, efisiensi dan
aksesibilitas dari peraturan. Arti penting dari survey EODB untuk pemerintah, yakni dapat
melihat respon-respon pelaku usaha terkait dengan regulasi yang ditetapkan sebelumnya. Hasil
dari survei EODB yang menyangkut 10 indikator tersebut mampu mencerminkan perilaku
pelaku-pelaku usaha dalam menghadapi peraturan dan regulasi yang ada. Selain itu, pemerintah
171
juga mampu melihat sektor-sektor apa saja yang perlu pembenahan agar bisa meningkatkan
pelayanan bagi masyarakat dan pelaku usaha sehingga berinvestasi di Indonesia ke depannya
akan semakin mudah.
Dalam sisi lain, pemerintah juga bisa mendorong perancangan kebijakan-kebijakan
selanjutnya yang lebih efisien, dapat diakses oleh semua pihak dan dapat dilaksanakan dengan
mudah. Melalui jawaban dari responden, pemerintah dapat mengukur efektivitas pelaksanaan
peraturan dan layanan berusaha di lapangan. Hal ini dapat berguna sebagai masukan untuk
perbaikan sistem pelayanan di masa datang. Dengan meningkatnya indeks EODB Indonesia,
diharapkan mampu menciptakan iklim investasi yang baik dan mampu merangsang usaha-usaha
baru untuk tumbuh dan lebih berkembang di Indonesia. Selain itu, peningkatan indeks of ease
doing business diharapkan mampu meningkatkan produk domestik bruto yang pada akhirnya
mampu meningkatkan daya saing nasional.

Dari 10 indikator yang digunakan survey EODB tersebut, dalam tulisan ini hanya akan
mengevaluasi regulasi yang terkait dengan indikator „memulai usaha‟ (starting business) dari
kegiatan usaha UMKM. Kegiatan memulai usaha (starting a business) merupakan proses
kegiatan pengurusan berbagai perizinan yang perlu dilakukan untuk memulai usaha UMKM.
Peringkat dari indikator „memulai usaha‟ ke depannya harus lebih menjadi fokus Pemerintah
untuk memperbaiki peringkat indikator ini, karena data hasil survey Doing Business 2017
menunjukan bahwa untuk indikator memulai usaha masih berada pada peringkat 151 dari 190,
meskipun peringkat pada tahun 2017 mengalami peningkatan dibandingkan peringkat pada
survey Doing Business tahun 2016, yakni peringkat 167. Namun bila dibandingkan dengan
negara tetangga, Malaysia, peringkat Indonesia tertinggal jauh. Malaysia berada pada peringkat
112. Setidaknya ada empat sub indikator yang dinilai dari sisi indikator „memulai usaha‟, yakni:
1) persyaratan modal minimal; 2) penyederhanaan prosedur perizinan; 3) waktu penyelesaian;
dan 4) biaya yang dikeluarkan, namun dari empat sub indikator tersebut hanya tiga sub indikator
yang akan dianalisis peraturan perundang-undangannya. Untuk itu dalam tulisan ini akan
dievaluasi regulasi dari sub indikator tersebut.

1. Pengaturan Persyaratan Modal Minimal Dalam Memulai Usaha (starting a business)


UU UMKM tidak mengatur terkait dengan persyaratan modal minimal untuk mendirikan

172
UMKM, baik itu usaha mikro, kecil, maupun menengah. Tidak diaturnya persyaratan modal
minimal di dalam UU UMKM dikarenakan dasar filosofis maksud diundangkannya UU UMKM
Arti penting dari survey EODB untuk pemerintah, yakni dapat melihat respon- respon pelaku
usaha terkait dengan regulasi yang ditetapkan sebelumnya. Hasil dari survei EODB yang
menyangkut 10 indikator tersebut mampu mencerminkan perilaku pelaku-pelaku usaha dalam
menghadapi peraturan dan regulasi yang ada. Selain itu, pemerintah juga mampu melihat sektor-
sektor apa saja yang perlu pembenahan agar bisa meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dan
pelaku usaha sehingga berinvestasi di Indonesia ke depannya akan semakin mudah. Dalam sisi
lain, pemerintah juga bisa mendorong perancangan kebijakan-kebijakan selanjutnya yang lebih
efisien, dapat diakses oleh semua pihak dan dapat dilaksanakan dengan mudah. Melalui jawaban
dari responden, pemerintah dapat mengukur efektivitas pelaksanaan peraturan dan layanan
berusaha di lapangan.

Hal ini dapat berguna sebagai masukan untuk perbaikan sistem pelayanan di masa
datang. Dengan meningkatnya indeks EODB Indonesia, diharapkan mampu menciptakan iklim
investasi yang baik dan mampu merangsang usaha-usaha baru untuk tumbuh dan lebih
berkembang di Indonesia. Selain itu, peningkatan indeks of ease doing business diharapkan
mampu meningkatkan produk domestik bruto yang pada akhirnya mampu meningkatkan daya
saing nasional. Dari 10 indikator yang digunakan survey EODB tersebut, dalam tulisan ini
hanya akan mengevaluasi regulasi yang terkait dengan indikator „memulai usaha‟ (starting
business) dari kegiatan usaha UMKM. Kegiatan memulai usaha (starting a business) merupakan
proses kegiatan pengurusan berbagai perizinan yang perlu dilakukan untuk memulai usaha
UMKM. Peringkat dari indikator „memulai usaha‟ kedepannya harus lebih menjadi fokus
Pemerintah untuk memperbaiki peringkat indikator ini, karena data hasil survey Doing Business
2017 menunjukan bahwa untuk indikator memulai usaha masih berada pada peringkat 151 dari
190, meskipun peringkat pada tahun 2017 mengalami peningkatan dibandingkan peringkat pada
survey Doing Business tahun 2016, yakni peringkat 167. Namun bila dibandingkan dengan
negara tetangga, Malaysia, peringkat Indonesia tertinggal jauh. Malaysia berada pada peringkat
112. Setidaknya ada empat sub indikator yang dinilai dari sisi indikator „memulai usaha‟, yakni:

1) persyaratan modal minimal

173
2) penyederhanaan prosedur perizinan

3) waktu penyelesaian

4) biaya yang dikeluarkan

Dari empat sub indikator tersebut hanya tiga sub indikator yang akan dianalisis peraturan
perundang-undangannya. Untuk itu dalam tulisan ini akan dievaluasi regulasi dari sub indikator
tersebut.
1. Pengaturan Persyaratan Modal Minimal

Dalam Memulai Usaha (starting a business) UU UMKM tidak mengatur terkait dengan
persyaratan modal minimal untuk mendirikan UMKM, baik itu usaha mikro, kecil, maupun
menengah. Tidak diaturnya persyaratan modal minimal di dalam UU UMKM dikarenakan dasar
filosofis maksud diundangkannya UU UMKM berusaha bagi UMKM, namun revisi ketentuan
ini tidak akan efektif dalam menumbuhkan jumlah usaha UMKM yang akan mengubah bentuk
badan usaha mereka menjadi PT. Revisi ketentuan batas minimum modal dasar PT mungkin
akan sangat membantu hanya bagi Usaha Mikro. Karena bila melihat kriteria dari Usaha Mikro
yang telah disebut di atas, maka Usaha Mikro dapat terbantu, karena memang kemampuan modal
dasar mereka yang terbatas dan kecil.

Namun kriteria Usaha Mikro pun dinilai tidak cocok dengan skema badan usaha
berbentuk PT, mengingat sebagian besar Usaha Mikro merupakan usaha perorangan, usaha
langsung dijalankan oleh pemilik / pendiri, sehingga akan sulit untuk memenuhi struktur organ
PT, yakni Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi dan Komisaris. Kemudian Usaha Mikro lebih
banyak bergerak di sektor informal dan belum mempunyai manajemen dan struktur organisasi
modern dan pembukuan keuangan formal berdasarkan standar akuntansi keuangan.
Dikhawatirkan nantinya Usaha Mikro belum mampu dan sulit untuk mengikuti segala ketentuan
yang mengatur PT sebagaimana diatur dalam UU PT 2007. Revisi ketentuan modal dasar pada
dasarnya juga tidak diperlukan untuk jenis Usaha Kecil dan Menengah, mengingat kriteria dari
usaha-usaha tersebut secara kemampuan keuangan dianggap sudah mampu untuk membentuk
PT. Penulis menilai dari sisi kriteria, meskipun usaha menengah sudah mampu untuk membentuk
PT, namun keberadaan PP No. 7 Tahun 2016 nantinya akan lebih menarik minat usaha kecil dan

174
menengah untuk mengubah bentuk badan hukum usaha mereka menjadi bentuk PT. Untuk lebih
mendukung kemudahan berusaha bagi UMKM dan menarik minat UMKM untuk mendirikan
UMKM dalam bentuk PT, Pemerintah juga telah mengeluarkan Peraturan Menteri Hukum dan
HAM Nomor 3 Tahun 2017 tentang Biaya Jasa Hukum Notaris Untuk Pendirian Perseroan
Terbatas Bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang
mempunyai modal dasar paling banyak Rp.25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah) dikenakan
biaya sebesar Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah); dan bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
yang mempunyai modal dasar paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
dikenakan biaya sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah). Penyederhanaan Prosedur dan Biaya
Perizinan Dalam Memulai Usaha (starting a business) Di dalam ketentuan Pasal 7 ayat (1) UU
UMKM disebutkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah menumbuhkan iklim usaha
dengan menetapkan peraturan perundang- undangan dan kebijakan yang meliputi berbagai
aspek, yang salah satunya adalah aspek perizinan Kemudian di dalam Pasal 12 ayat
(1) disebutkan bahwa aspek perizinan usahaditujukan untuk:

a) menyederhanakan tata cara dan jenis perizinan dengan sistem pelayanan berusaha bagi
UMKM, namun revisi ketentuan ini tidak akan efektif dalam menumbuhkan jumlah usaha
UMKM yang akan mengubah bentuk badan usaha mereka menjadi PT.

Revisi ketentuan batas minimum modal dasar PT mungkin akan sangat membantu hanya
bagi Usaha Mikro. Karena bila melihat kriteria dari Usaha Mikro yang telah disebut di atas,
maka Usaha Mikro dapat terbantu, karena memang kemampuan modal dasar mereka yang
terbatas dan kecil. Namun kriteria Usaha Mikro pun dinilai tidak cocok dengan skema badan
usaha berbentuk PT, mengingat sebagian besar Usaha Mikro merupakan usaha perorangan,
usaha langsung dijalankan oleh pemilik / pendiri, sehingga akan sulit untuk memenuhi struktur
organ PT, yakni Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi dan Komisaris. Kemudian Usaha
Mikro lebih banyak bergerak di sektor informal dan belum mempunyai manajemen dan struktur
organisasi modern dan pembukuan keuangan formal berdasarkan standar akuntansi keuangan.
Dikhawatirkan nantinya Usaha Mikro belum mampu dan sulit untuk mengikuti segala ketentuan
yang mengatur PT sebagaimana diatur dalam UU PT 2007.

175
Revisi ketentuan modal dasar pada dasarnya juga tidak diperlukan untuk jenis Usaha
Kecil dan Menengah, mengingat kriteria dari usaha-usaha tersebut secara kemampuan keuangan
dianggap sudah mampu untuk membentuk PT. Penulis menilai dari sisi kriteria, meskipun usaha
menengah sudah mampu untuk membentuk PT, namun keberadaan PP No. 7 Tahun 2016
nantinya akan lebih menarik minat usaha kecil dan menengah untuk mengubah bentuk badan
hukum usaha mereka menjadi bentuk PT. Untuk lebih mendukung kemudahan berusaha bagi
UMKM dan menarik minat UMKM untuk mendirikan UMKM dalam bentuk PT, Pemerintah
juga telah mengeluarkan Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 3 Tahun 2017 tentang
Biaya Jasa Hukum Notaris Untuk Pendirian Perseroan Terbatas Bagi Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah. Bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang mempunyai modal dasar paling
banyak Rp. 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah) dikenakan biaya sebesar Rp.1.000.000,00
(satu juta rupiah); dan bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang mempunyai modal dasar
paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dikenakan biaya sebesar
Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah).

Penyederhanaan Prosedur dan Biaya Perizinan Dalam Memulai Usaha (starting a


business) Di dalam ketentuan Pasal 7 ayat (1) UU UMKM disebutkan bahwa Pemerintah dan
Pemerintah Daerah menumbuhkan iklim usaha dengan menetapkan peraturan perundang-
undangan dan kebijakan yang meliputi berbagai aspek, yang salah satunya adalah aspek
perizinan. 37 Kemudian di dalam Pasal 12 ayat (1) isebutkan bahwa aspek perizinan usaha
ditujukan untuk: a) menyederhanakan tata cara dan jenis perizinan 38 dengan sistem pelayanan
disebutkan bahwa Izin Usaha Mikro dan Kecil (IUMK) adalah tanda legalitas kepada seseorang
atau pelaku usaha/kegiatan tertentu dalam bentuk izin usaha mikro dan kecil dalam bentuk satu
lembar. IUMK dimaksud untuk memberikan kepastian hukum dan sarana pemberdayaan bagi
pelaku usaha mikro dan kecil dalam mengembangkan usahanya. Sedangkan tujuan pengaturan
IUMK bagi pelaku usaha mikro dan kecil untuk:

a) mendapatkan kepastian dan perlindungan dalam berusaha di lokasi yang telah


ditetapkan;
b) mendapatkan pendampingan untuk pengembangan usaha;

176
c) mendapatkan kemudahan dalam akses pembiayaan ke lembaga keuangan bank dan
non-bank; dan
d) mendapatkan kemudahan dalam pemberdayaan dari pemerintah, pemerintah daerah
dan/atau lembaga lainnya.
Tidak begitu banyak pengaturan lebih detail atau lanjut terkait perizinan yang diatur
dalam Perpres No. 98 Tahun 2014. Di dalam Prepres tersebut hanya mengatur bahwa persyaratan
pemberian IUMK ditentukan oleh Pemerintah Kota/Kabupaten dengan berpedoman pada
Peraturan Menteri Dalam Negeri. Kemudian Pelaksana IUMK adalah camat yang mendapatkan
pendelegasian wewenang dari Bupati/Walikota.

Oleh karena itu yang diperlu dicermati dan diteliti lebih lanjut adalah apakah telah ada
peraturan yang dibuat oleh Bupati/Walikota untuk mengatur perizinan IUMK tersebut dan
apabila telah terdapat peraturan Bupati/ Walikota yang mengatur perizinan IUMK tersebut,
apakah peraturan tersebut telah berkesesuaian dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
83 Tahun 2014 tentang Pedoman Pemberian Izin Usaha Mikro dan Kecil. Selain legalitas usaha
sebagaimana tersebut, masih ada beberapa perizinan yang harus dipenuhi oleh pelaku UMKM,
yakni Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP). Daftar
Perusahaan adalah daftar catatan resmi yang diadakan berdasarkan ketentuan Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan yang dan/atau peraturan pelaksanaannya
dan memuat hal-hal yang wajib didaftarkan oleh setiap perusahaan serta disahkan oleh pejabat
yang berwenang dari Kantor Pendaftaran Perusahaan. Hasil dari pendaftaran perusahaan ini
maka dikeluarkan TDP, yang merupakan surat tanda pengesahan yang diberikan oleh Kantor
Pendaftaran Perusahaan kepada perusahaan yang telah melakukan pendaftaran perusahaan.
Kewajiban untuk pendaftaran perusahaan ini berlaku bagi setiap perusahaan yang berbentuk
Perseroan Terbatas (PT), Koperasi, Persekutuan Komanditer (CV), Firma (Fa), Perorangan, dan
Bentuk Usaha Lainnya (BUL), termasuk Perusahaan Asing.

TDP berlaku selama lima tahun. Proses pendaftaran TDP tidak dikenakan biaya namun
utk permohonan pembaruan TDP dikenakan biaya administrasi yang besarnya berbeda-beda
tergantung dari jenis bentuk usahanya. Sedangkan SIUP merupakan Surat Izin untuk dapat
melaksanakan kegiatan usaha perdagangan bagi setiap perusahaan yang melakukan usaha

177
perdagangan. Terdapat 3 jenis SIUP, yakni SIUP Kecil; SIUP Menengah; dan SIUP Besar; yang
peruntuk ke tiga jenis SIUP tersebut tergantung dari besarnya jumlah kekayaan bersih
perusahaan. Untuk mendukung kemudahan berusaha bagi pelaku usaha, pemerintah telah
beberapa kali mengubah ketentuan-ketentuan yang mengatur terkait penerbitan SIUP dan TDP
tersebut.

Ketentuan tentang penerbitan SIUP terakhir diubah dengan Peraturan Menteri


Perdagangan Nomor 07/M-DAG/PER/2/2017 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 36/M-DAG/ PER/9/2007 tentang Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan.
Di dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 07/M-DAG/PER/2/2017 diatur bahwa SIUP
berlaku selama perusahaan menjalankan kegiatan usaha dan pengajuan permohonan SIUP baru,
perubahan dan atau penggantian SIUP yang hilang atau rusak tidak dikenakan biaya. Perubahan
ketentuan ini merupakan upaya positif yang dilakukan pemerintah dalam mendukung kemudahan
berusaha, di mana sebelumnya SIUP harus didaftar ulang setiap lima tahun dan dikenakan biaya
untuk pendaftaran ulangnya. Kemudian kebijakan untuk mendukung kemudahan berusaha pun
dilakukan hal yang sama untuk TDP. Ketentuan tentang penerbitan TDP terakhir diubah dengan
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 08/M-DAG/PER/2/2017 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 37/M-DAG/ PER/9/2007 tentang Penyelenggaraan
Pendaftaran Perusahaan.

Di dalam peraturan terbaru tersebut disebutkan bahwa pembaruanTDP yang sebelumnya


dikenakan biaya administrasi sekarang tidak dikenakan biaya. Guna mendukung kemudahan
berusaha, selain kedua peraturan menteri perdagangan tersebut, Pemerintah juga telah
mengeluarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 77/- DAG/PER/12/2013 tentang
Penerbitan TDP dan SIUP Secara Simultan Bagi Perusahaan Perdagangan, sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 14/M-DAG/PER/3/2016 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 77/-DAG/PER/12/2013 tentang
Penerbitan TDP dan SIUP Secara Simultan Bagi Perusahaan Perdagangan. Peraturan ini
dimaksudkan untuk memberikan kemudahan untuk memulai usaha dan mempersingkat
pelayanan. Permohonan yang sebelumnya terpisah saat ini dapat dilakukan secara simultan atau
bersamaan dalam satu waktu melalui pelayanan terpadu satu pintu. Selain itu ada beberapa

178
legalitas usaha atau izin yang diperlukan bagi UMKM yang tergantung dari jenis usahanya.
Sebagai contoh, Sertifikat P-IRT (Pangan Industri Rumah Tangga) yang diperlukan bagi pelaku
UMKM yang memproduksi makanan dan minuman untuk skala rumah tangga atau usaha mikro.
Selain itu untuk industri makanan dan minuman dibutuhkan pula Sertifikat Halal. Legalitas atau
izin usaha tambahan yang diperlukan tersebut tentu membutuhkan prosedur dan biaya yang
relatif lama dan besar.

Oleh karena itu, legalitas atau izin usaha tambahan tersebut memang tetap diperlukan
demi perlindungan dan keselamatan konsumen, namun ke depannya perlu diatur kemudahan
permohonan izin untuk sektor-sektor usaha yang membutuhkan legalitas atau izin usaha
tembahan. Dari uraian pengaturan penyederhanan prosedur perizinan tersebut di atas, maka
apabila dilihat dari sisi jumlah legalitas usaha atau izin yang diperlukan oleh pelaku UMKM
tidak berkurang jumlahnya, hanya prosedur dan biaya saja yang lebih sederhana dan murah. Hal
ini sejalan dengan hasil penelitian tentang Reformasi Kemudahan Berusaha di 10 kota bisnis
utama di Indonesia yang dilakukan oleh Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah
(KPPOD) yang menyimpulkan bahwa terhadap indikator Memulai Usaha, rata-rata di 10 daerah
memiliki 9,6 prosedur dan lama waktu 16,9 hari. Biaya yang diperlukan untuk mengurus
pendirian PT sebesar Rp. 7.316.150,-. Dimana hasil capaian tersebut masih jauh dari target
pemerintah, yakni 7 prosedur dan 10 hari kerja.

Upaya pemerintah pusat menciptakan kemudahan berusaha melalui diterbitkan regulasi


yang memudahkan dalam proses memulai usaha bagi UMKM tersebut di atas, tidak akan
berjalan efektif tanpa dukungan dari pemerintah daerah. Dukungan pemerintah daerah harus
diwujudkan pula dengan diterbitkan peraturan daerah yang harmonis dan sinkron dengan
pemerintah pusat. Dukungan ini diperlukan karena sampai dengan saat ini masih banyak
pemerintah daerah yang belum mengharmoniskan peraturan daerah mereka dengan peraturan
pemerintah pusat. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Komite
Pemantauan. Pelaksanaan Otonomi Daerah. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa dari 90
regulasi daerah yang dikaji, ditemukan sebanyak 66 regulasi yang dinilai bermasalah. Terdapat 3
aspek permasalahan dalam regulasi daerah tersebut,yakniyuridis,substansidanprinsip.Dari aspek
yuridis, banyak sebanyak 71,43% regulasi daerah yang belum menindaklanjuti perubahan

179
regulasi di tingkat pusat dengan melakukan pembaruan regulasi daerah yang disesuaikan dengan
regulasi pusat. Dari aspek substansi, permasalahan yang ditemui, yakni kejelasan standar waktu,
biaya dan prosedur menjadi persoalan utama (71,42%). Permasalahan kedua terbesar adalah
kesesuaian filosofi dan prinsip pungutan (59,52%), diikuti kejelasan hak dan wajib pungut atau
Pemda (48,80%), kejelasan subjek (42,85%), kejelasan objek (39,28%), dan diskoneksi tujuan
dan isi (36,90%). Sedangkan dari aspek prinsip, permasalahan yang ditemui yakni dampak
ekonomi negatif (64,28%). Permasalahan lainnya yakni pelanggaran kewenangan pemerintah
(60,71%), diikuti prinsip free internal trade (5,95%), persaingan tidak sehat (2,38%), dan akses
masyarakat dan kepentingan umum (1,19%).

Sudah ada upaya Pemerintah menciptakan kemudahan berusaha melalui diterbitkannya


berbagai regulasi untuk mendukung indikator kemudahan dalam memulai usaha. Regulasi yang
diterbitkan untuk mendukung kemudahan dalam memulai usaha terkait dengan sub indikator
persyaratan modal minimum adalah dengan merevisi ketentuan Pasal 32 ayat (1)Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dengan diberlakukannya Peraturan
Pemerintah Nomor 7 Tahun 2016 tentang Perubahan Modal Dasar Perseroan Terbatas. Dengan
PP tersebut maka modal dasar minimum untuk pendirian PT sebesar Rp. 50.000.000,- tidak
berlaku bagi UMKM dan besarnya modal minimum diserahkan berdasarkan kesepakatan para
pendiri UMKM. Revisi ketentuan batas minimum modal dasar PT mungkin akan sangat
membantu hanya bagi Usaha Mikro, karena kemampuan modal dasar mereka yang terbatas dan
kecil. Namun kriteria Usaha Mikro pun dinilai tidak cocok dengan skema badan usaha berbentuk
PT, mengingat sebagian besar Usaha Mikro merupakan usaha perorangan, sehingga akan sulit
untuk memenuhi struktur organ PT. Kemudian Usaha Mikro lebih banyak bergerak disektor
informal dan belum mempunyai manajemen dan struktur organisasi modern dan pembukuan
keuangan formal berdasarkan standar akuntansi keuangan. Sehingga nantinya dikhawatirkan
Usaha Mikro belum mampu dan sulit untuk mengikuti segala ketentuan yang mengatur PT
sebagaimana diatur dalam UU PT. Revisi ketentuan modal dasar pada dasarnya juga tidak
diperlukan untuk jenis Usaha Kecil dan Menengah, mengingat kriteria dari usaha- usaha tersebut
secara kemampuan keuangan dianggap sudah mampu untuk membentuk PT. Penulis menilai dari
sisi kriteria, meskipun usaha menengah sudah mampu untuk membentuk PT, namun keberadaan
PP No. 7 Tahun 2016 nantinya akan lebih menarik minat usaha kecil dan menengah untuk
180
mengubah bentuk badan hukum usaha mereka menjadi bentuk PT. Dari uraian pengaturan
penyederhanan prosedur perizinan tersebut di atas, maka apabila dilihat dari sisi jumlah legalitas
usaha atau izin yang diperlukan oleh pelaku UMKM tidak berkurang kuantitasnya hanya
prosedur dan biaya saja yang lebih sederhana dan murah. Selain itu ada beberapa legalitas usaha
atau izin yang diperlukan bagi UMKM yang tergantung dari jenis usahanya, misalnya Sertifikat
P-IRT (Pangan Industri Rumah Tangga) yang diperlukan bagi pelaku UMKM yang
memproduksi makanan dan minuman untuk skala rumah tangga atau usaha mikro. Selain itu
untuk industri makanan dan minuman dibutuhkan pula Sertifikat Halal.

Legalitas atau izin usaha tambahan yang diperlukan tersebut tentu membutuhkan
prosedur dan biaya yang relative lama dan besar. Oleh karena itu, legalitas atau izin usaha
tambahan tersebut memang tetap diperlukan demi perlindungan dan keselamatan konsumen,
namun ke depannya perlu diatur kemudahan permohonan izin untuk sektor-sektor usaha yang
membutuhkan legalitas atau izin usaha tambahan. Kebijakan pemerintah pusat dalam
mendukung kemudahan berusaha melalui diterbitkan regulasi yang memudahkan dalam proses
memulai usaha bagi UMKM tersebut di atas, tidak akan berjalan efektif tanpa dukungan dari
pemerintah daerah. Dukungan pemerintah daerah harus diwujudkan pula dengan diterbitkan
peraturan daerah yang harmonis dan sinkron dengan pemerintah pusat. Seperti diuraikan tersebut
di atas bahwa sebagian besar perizinan yang harus diperoleh oleh UMKM dikeluarkan oleh
pemerintah daerah sebagai pelaksana penyelenggaraan perizinan dan berwenang untuk
menetapkan persyaratan dan prosedur pemberian perizinan.

Etika bisnis umkm

Bisnis dalam Islam akan membawa wirausaha muslim kepada kesejahteraan dunia dan akhirat
dengan selalu memenuhi standar etika perilaku bisnis, yaitu: takwa, kebaikan, ramah dan
amanah. Ketaqwaan seorang wirausaha muslim adalah harus tetap mengingat Allah dalam
kegiatan berbisnisnya, sehingga dalam melakukan kegiatan bisnis seorang wirausahawan akan
menghindari sifat-sifat yang buruk seperti curang, berbohong, dan menipu pembeli. Seorang
yang taqwa akan selalu menjalankan bisnis dengan keyakinan bahwa Allah selalu ada untuk
membantu bisnisnya jika dia berbuat baik dan sesuai dengan ajaran Islam. Ketaqwaan diukur
dengan dengan tingkat keimanan, intensitas dan kualitas amal salehnya.

181
Apabila dalam bekerja dan membelanjakan harta yang diperoleh dengan cara yang halal
dan dilandasi dengan keimanan dan semata-mata mencari ridha Allah, maka amal saleh ini akan
mendapatkan balasan dalam bentuk kekuasaan didunia, baik kuasa ekonomi maupun kekuasaan
sosial atau bahkan kekuasaan politik (Hasan, 2009). Islam memberikan keleluasaan kepada kita
untuk menjalankan usaha ekonomi, perdagangan atau bisnis apapun sepanjang bisnis
(perdagangan) itu tidak termasuk yang diharamkan oleh syariah Islam, sebagaimana hadis
rasulullah SAW berikut: Artinya : ”Hendaklah kalian berdagang karena berdagang merupakan
sembilan dari sepuluh pintu rezeki”.(HR. Ibrahim Al-Harbi). Maksud dari hadis tersebut adalah
Allah membuka sepuluh pintu rezeki/harta, Sembilan diantaranya adalah dari dari bisnis. Bila
dikaji lebih dalam hadis tersebut mengandung makna bahwa strategi bisnis itu terletak pada
banyaknya kesempatan untuk melakukan kebajikan, sejajar dengan peluang untuk melakukaan
kecurangan di dalamnya.

Oleh karena itu agar wirausahawan merasa aman dalam menjalankan bisnis
(perdagangan) nya, maka ada baiknya kita ajak kembali untuk melihat batasan-batasan syariah
yang berkenaan dengan praktik bisnis ini (Abdullah, 2011). Untuk memulai dan menjalankan
bisnis tentu tidak boleh lepas dari etika, karena mengimplementasikan etika dalam bisnis akan
mengarahkan kehidupan manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dalam bentuk memperoleh
keuntungan materil dan kebahagiaan akhirat dengan memperoleh ridha Allah (Djakfar, 2007).
Etika bisnis Islami merupakan suatu norma yang bersumber dari al-Qur‟an dan Hadits yang
dijadikan pedoman untuk bertindak, bersikap, bertingkah laku serta membedakan antara mana
yang baik dan mana yang buruk dalam melakuan aktivitas bisnis (Muhammad, 2004). Dengan
demikian antara etika dan bisnis merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Dalam
ekonomi Islam visi misi bisnis tidak hanya berorientasi pada maksimalisasi laba seperti halnya
pada kaum kapitalis yang berprinsip dengan biaya rendah dapat menghasilkan keuntungan yang
besar, melainkan visi misi bisnis Islami lebih mengedepankan manfaat dari suatu produk serta
keberkahan dalam memperoleh keuntungan (Chapra, 2000). Akan tetapi, kenyataan yang ada
sekarang telah terjadi pergeseran dalam berbisnis syariah, misalnya banyak pelaku bisnis yang
terlibat dalam transaksi riba, mengurangi timbangan atau takaran, gharar, penipuan, penimbunan,
skandal, korupsi, kolusi, dan ijon. Hal ini menunjukan bahwa bisnis syariah yang dijalankan
masih belum bisa diterapkan di kalangan masyarakat sehingga terjadilah persaingan yang tidak
182
sehat diantara para pelaku bisnis (Djakfar, 2007). Dengan adanya hal tersebut penelitiingin
mengetahui apakah wirausahawan muslim yang tinggal di Desa Sarirejo Kec Kaliwungu Kab
Kendal dengan mayoritas pelaku bisnisnya beragama Islam sudah paham dan menerapkan etika
bisnis Islam sebagai landasan kegiatan bisnisnya.

Menurut Burhanudin Salam sebagaimana dikutip oleh Johan Arifin menyebutkan bahwa
etika merupakan sutau ilmu yang membahas mengenai permasalahan tingkah laku manusia
untuk mengetahui mana yang dapat dinilai baik dan mana yang dapat dinilai jahat (Arifin, 2009).
Kunci sukses dalam hal bisnis yaitu terletak pada etika Islam yang diterapkan dalam bisnis
tersebut. Secara normatif dapat dijelaskan bahwa dalam aspek ekonomi dan bisnis terdapat 5
prinsip etika bisnis yang harus melandasi suatu bisnis yaitu:

1. Kesatuan/Tauhid (unity)

Menurut Syed Nawab Naqwi R. Lukman Fauroni, kesatuan di sini adalah kesatuan
sebagaimana terefleksikan dalam konsep tauhid yang memadukan keseluruhan aspek-aspek
kehidupan muslim baik dalam bidang ekonomi, politik, dan sosial menjadi suatu homogeneous
whole atau keseluruhan homogen, serta mementingkan konsep konsistensi dan keteraturan yang
menyeluruh (Muhammad dan Fauroni, 2002). Kesatuan merupakan keterpaduan agama,
ekonomi, dan sosial demi membentuk suatu kesatuan yang harmonis. Berdasarkan prinsip
tersebut maka pebisnis muslim harus memiliki kecerdasan spiritual dalam melakukan aktivitas
bisnisnya. Sebagai seorang pebisnis muslim menjalankan bisnis merupakan ibadah yang harus
dimulai dengan niat yang suci. Rasulullah selalu bertaqwa kepada Allah dan tidak pernah
menomorduakan ibadah. Dengan bertaqwa akan melahirkan para pelaku bisnis yang memiliki
kepribadian taat beragama, selalu berbuat baik dan tidak pernah mau melakukan perbutan tercela
dalam aktivitas bisnisnya. Implikasi dari kecerdasan spiritual tersebut akan menciptakan
kemajuan bisnis, mensejahterakan keluarga, bangsa dan Negara (Abdullah, 2011).Penerapan
konsep ini, maka pengusaha muslim dalam melakukan aktivitas bisnisnya tidak akan melakukan
paling tidak tiga hal sebagai berikut: pertama, menghindari adanya diskriminasi terhadap
pekerja, pemasok, pembeli atau siapa pun atas dasar pertimbangan ras, warna kulit, jenis
kelamin, atau agama. Kedua, menghindari terjadinya praktek-praktek kotor bisnis, hal ini
dimaksudkan agar para pelaku bisnis senantiasa takut akan segala larangan yang telah
183
digariskan. Ketiga, menghindari praktek menimbun kekayaan atau harta benda (Beekum, 2004).
2. Kesetimbangan (Keadilan)

Kesetimbangan atau keadilan merupakan prinsip yang harus diperjuangkan oleh setiap
muslim terutama para pebisnis dalam setiap kegiatan bisnisnya. Prinsip kesetimbangan atau
keadilan dalam bisnis dapat diwujudkan denganMenyempurnakan takaran atau timbangan.
Tindakan tersebut yang jarang diperhatikan oleh para pelaku bisnis, terlebih ketika dagangannya
ramai oleh pembeli. Ketika menimbang meskipun kurang 1 gr belum dikatakan takaran yang
sempurna. Hal itu sama artinya dengan merampas hak pembeli dan termasuk memakan harta
orang lain dengan jalan yang bathil. Sebagaimana firman Allah dalam QS. al-Isra‟ (17): 35 yang
berbunyi: Artinya: Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan
neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Berdasarkan ayat di atas dapat dipahami bahwa al-Qur‟an telah memberi penegasan
bahwasannya hal mendasar yang digunakan untuk membangun dan mengembangkan bisnis yang
beretika adalah dengan menyempurnkan segala transaksi yang berkaitan dengan media takaran
dan timbangan (Muhammad, 2004).

3. Kehendak Bebas (Ikhtiyar)

Pada tingkat tertentu, manusia diberikan kehendak bebas untuk mengendalikan


kehidupannya sendiri manakala Allah SWT menurunkannnya ke bumi. Dengan tanpa
mengabaikan kenyataan bahwa ia sepenuhnya dituntun oleh hukum yang diciptakan Allah SWT,
ia diberikan kemampuan untuk berpikir dan membuat keputusan, untuk memilih apapun jalan
hidup yang ia inginkan, dan yang paling penting, untuk bertindak berdasarkan aturan apapun
yang ia pilih. Tidak seperti halnya ciptaan Allah SWT yang lain di alam semesta, ia dapat
memilih perilaku etis ataupun tidak etis yang akan ia jalankan (Muhammad, 2004). Dalam aspek
bisnis seorang pebisnis memiliki kebebasan dalam hal Membuat perjanjian, Pebisnis muslim
yang percaya pada kehendak Allah akan selalu selalu menepati dan memuliakan janjinya baik
kepada pembeli, pemasok, rekan kerja, stakehorder dan tentunya menepati janji kepada Allah
dalam bentuk melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Pelaku
bisnis yang tidak bisa memenuhi janjinya dapat dikatakan sebagai golongan orang yang munafiq.
Terlebih diera informasi yang terbuka dan cepat seperti sekarang ini mengingkari janji dalam
184
dunia bisnis sama halnya denganmenggali kubur bagi bisnisnya sendiri. Karena dalam waktu
singkat para rekan bisnis akan mencari mitra kerja yang dapat dipercaya (Keraf, 1998).
4. Pertanggungjawaban

Dan untuk memenuhi segala bentuk kesatuan dan juga keadilan, maka manusia harus
bertanggungjawab atas semua perilaku yang telah diperbuatnya. Dan dalam dunia bisnis hal
semacam itu juga sangat berlaku. Setelah melaksanakan segala aktifitas bisnis dengan berbagai
bentuk kebebasan, bukan berarti semuanya selesai saat tujuan yang dikehendaki tercapai, atau
ketika sudah mendapatkan keuntungan. Semua itu perlu adanya pertanggungjawaban atas apa
yang telah pebisnis lakukan, baik itu pertanggungjawaban ketika ia bertransaksi, memproduksi
barang, menjual barang, melakukan jual beli, melakukan perjanjian dan lain sebagainya (Arifin,
2009).
5. Kebenaran: Kebijakan dan Kejujuran

Kebenaran dalam hal ini mengandung dua unsur yaitu kebijakan dan kejujuran. Sikap
benar berarti selalu melandaskan ucapan serta tindakan berdasarkan ajaran Islam. sikap bijak
berarti tindakan yang dapat memberi keuntungan atau manfaat bagi orang lain. Sementara sikap
jujur merupakan kesingkronan antara apa yang ada dihati dengan perbuatan. Allah
memerintahkan kepada umatnya untuk berlaku jujur dan menciptakan lingkungan yang jujur.
Sebagaimana firman Allah dalam QS. At- Taubah (9): 119 yang berbunyi Artinya: Hai orang-
orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang
benar. Dalam pandangan Islam sikap ini sangat dianjurkan, Aplikasinya, menurut al- Ghazali
terdapat tiga prinsip kebajikan:

Pertama, memberi kelonggaran waktu kepada pihak terutang untuk membayar utangnya, jika
perlu mengutangi utangnya. Kedua, menerima pengembalian barang yang sudah dibeli. Ketiga,
membayar utang sebelum waktu penagihan tiba.

Dalam sebuah kerajaan bisnis, terdapat sejumlah perbuatan yang dapat mensupport pelaksanaan
aksioma ihsan dalam bisnis (Charris Zubbir, 1995).

a. Kemurahan hati (leniency)


b. Motif pelayanan (service motives)

185
c. Kesadaran akan adanya Allah dan aturan yang berkaitan dengan pelaksanaan yang
menjadi prioritas.
Menurut Al-Ghazali (1957) dalam kitab Ihya‟ ulum al Din ada tujuh hal yang perlu di
perhatikan dalam menjalankan bisnis (melakukan aktivitas ekonomi):
1. Meluruskan niat dalam berbisnis
Niat yang baik dan akidah yang suci merupakan langkah pertama dalam berbisnis,
berniatlah bahwa kita berdagang untuk menjauhkan diri dari tindakan mengemis dan minta-
minta kepadea orang lain. Seraya menetapkan niat dengan berdagang mendapatkan uang yang
halal. Dengan berbisnis (berdagang) kita terjauh dari tindakan mencari harta dengan cara haram,
seperti mencuri dan berzina. Dengan berbisnis kita bias menegakkan agama dan membiayai
keluarga. Jika niat ini tertanam, ia merupakan salah satu saham yang kita investasikan untuk
akhirat. Adapun laba yang kita dapatkan merupakan bonus kita di dunia. Kalaupun kita rugi di
dunia, yakinlah kita beruntung di akhirat

2. Bisnis sebagai bagian dari kewajiban ibadah (fardu kifayah) Dalam berbisnis dan
bekerja niatkanlah bahwa kita sedang melksanakan ibadah fardlu kifayah. Sebab jika kehidupan
bisnis kita tinggalkan, kehidupan akan macet sehingga menimbulkan bencana kepada seluruh
ummat manusia. Untuk itulah dibutuhkan tolong menolong dalam tatanan seluruh aspek
kehidupan, sehingga dalam menjlankan pekerjaanya (perannya) setiap orang harus konsisten
(professional). Sebab jika semua orang bekerja (berbisnis) pada satu jenis bisnis atau pekerjaan
saja, niscsya aspek yang lain akan terbengkalai dan menimbulkan bencana.

3. Menyeimbangkan Kepentingan Ukhrowi dan duniawi dalam berbisnis Al Ghazali


dalam Ihya‟: “ Jangan sampai pasar dunia melalaikan pasar akhirat, pasar akhirat itu adalah
masjid
4. Terus berdzikir selama berada dalam ruang bisnis

5. Keseimbangan dan pengendalian Ambisi berbisnis Artinya menggunakan kesempatan


(waktu) berbisnis sesuai dengan kebutuhan, dengan mengendalikan ambisi (kerakusan) meraih
untung besar. Sehingga menfosir waktu tenaga dan fikirnaya melampau batas kewajaran dan
kapasitas hanya semata mata mengejar target dan keuntungan besar, yang diibaratkan semisal
orang yang mengarungi lautan demi perniagaanya.
186
6. Menjauhkan bisnis dari tatacara dan produk yang meragukan (Subhat) Seyogyanya
barang yang di bisniskan larangnya tidak terbatas pada produk yang haram saja, akan tetapi juga
produk barang yang Subhat (meragukan kulaitasnya dan kehalalnya), bukan hanya karna
mendengar fatwa ulama akan tetapi juga mendengarkan hati nuraninya sendiri. Sehingga dapat
dipastikan setiap barang yang di bisniskan telah mencapaiderajat yakin akan kehalalnya dan
kualitasnya.

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Usaha mikro adalah usaha produktif
milik orang perorangan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang. Memiliki aset paling banyak Rp 50 juta atau dengan
hasil penjualan tahunan paling besar Rp 300 juta. Sedangkan pengertian UMKM menurut
Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UU No. 9 Tahun 1995), yang dimaksud
dengan Usaha Kecil (UK), termasuk Usaha Mikro (UMI) adalah entitas usaha yang mempunyai
memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,-. Sementara itu,
Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang memiliki
kekayaan bersih antara Rp 200.000.000 s.d. Rp10.000.000.000,- tidak termasuk tanah dan
bangunan (Partomo dan Soejoedono, 2004). Definisi lain mengenai UMKM juga dijelaskan oleh
BPS (Badan Pusat Statistik), dimana BPS membagi jenis UMKM berdasarkan jumlah tenaga
kerja. Menurut BPS, usaha kecil identik dengan industrikecil dan industri rumah tangga (IKRT).
BPS mengklasifikasi industry berdasarkan jumlah pekerjaannya, yaitu (1) industri rumah tangga
dengan pekerja 1-4 orang; (2) industri kecil dengan pekerja 5- 19 orang; (3) industri menengah
dengan pekerja 20-99 orang; (4) industri besar dengan pekerja 100 orang atau lebih (Kuncoro,
2010).
Karakteristik UMKM merupakan sifat atau kondisi faktual yang melekat pada aktifitas
usaha maupun perilaku pengusaha yang bersangkutan dalam menjalankan bisnisnya.
Karakteristik ini yang menjadi ciri pembeda antar pelaku usaha sesuai dengan skala usahanya.
Menurut Bank Dunia, UMKM dapat dikelompokkan dalam tiga jenis, yaitu:
1. Usaha Mikro (jumlah karyawan 10 orang)
2. Usaha Kecil (jumlah karyawan 30 orang)
187
3. Usaha Menengah (jumlah karyawan hingga 300 orang).
Dalam perspektif usaha, UMKM diklasifikasikan dalam empat kelompok, yaitu:
a. UMKM sektor informal, contohnya pedagang kaki lima.
b. UMKM Mikro adalah para UMKM dengan kemampuan sifat pengrajin namun kurang
memiliki jiwa kewirausahaan untuk mengembangkan usahanya.
c. Usaha Kecil Dinamis adalah kelompok UMKM yang mampu berwirausaha dengan menjalin
kerjasama (menerima pekerjaan sub kontrak) dan ekspor.
d. Fast Moving Enterprise adalah UMKM yang mempunyai kewirausahaan yang cakap dan telah
siap bertransformasi menjadi usaha besar. berdasarkan aspek pada latar belakang, dianatarnya:
1. Kejujuran
Dalam konsep kejujuran dalam berbisnis, dari data yang diperoleh penulis menyimpulkan
delapan responden selalu mengatakan apa adanya tanpa menutup-nutupi mengenai kualitas dari
produk yang dijualnya serta mengedepankan kebenaran informasi dari produk tersebut. Kalau
produk tersebut baik responden megatakan baik, kalau produk tersebut buruk responden
mengatakan buruk. Dari delapan responden, enam responden diantaranya tidak menggoreng
kembali krupuk yang sudah mlempem, mereka tidak mau menjual produk yang sudah mlempem
walaupun dijual dengan harga murah, karena mereka menjaga kualitas barangnya. Sedangkan
dua responden menggoreng kembali dan dijual dengan harga murah, dan mengatakan apa adanya
kepada konsumen bahwa prodak ini sudah digoreng lagi. Sedangkan dua responden yang lain
mencampurkan prodak yang sudah mlempem dengan produk baru, bagi mereka tahapan krupuk
yang sudah melempem masih terasa enak, asalkan tidak lebih dari 2x gorengan, makanya mereka
berani mencampurkannya dengan produk yang baru, asal tidak melebihi batas. Salah satu
responden yang tidak menggoreng kembali krupuk yang sudah mlempem dan tidak
mencampurkannya adalah Ibu Sa‟adah dan Bapak H Kasroni, beliau mengatakan dalam berbisnis
krupuk yang harus dikedepankan itu sikap jujur kepada pembeli, berusaha bersikap jujur dalam
kualitas produknya, dengan menjelaskan secara detail dan tidak menutup-nutupi kecacatan
kepada konsumen.
Seseorang tidak berani mencampurkan produk lama dengan baru karena menjaga
kualitasnya, walaupun pernah terbesit dalam pikirannya untuk mencampurkanya, tetapi tindakan
tersebut dihindari karena bisa merusak kualitas dan mutu. Berbeda dengan yag lainnya misalnya,

188
Bapak S kurang mengedapankan kejujuran mengenai kualitas produknya. Beliau terkadang
mencampurkan produk yang lama dengan produk yang baru dan menjual dengan harga yang
sama, beliau menutupi kecacatan itu karena baginya kualitasnya tetap sama. Seorang pembisnis
wajib bersikap jujur dalam melakukan usahanya. Jujur dalam pengertian yang lebih luas yaitu
tidak berbohong, tidak menipu, tidak berkhianat, serta tidak pernah ingkarjanji dan lain
sebagainya. Dalam Al-Quran keharusan bersikap jujur dalam dunia bisnis seperti berniaga dan
jual beli, sudah diterangkan jelas dan tegas dalam firman Allah SWT dalam surat Asy Syu‟araa
181-183 Artinya: Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang
merugikan, 182. dan timbanglah dengan timbangan yang lurus, 183. Dan janganlah kamu
merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan
membuat kerusakan.
2. Keadilan
Konsep keadilan dari data yang diperoleh adalah kesepuluh responden berbeda-beda, ada
yang menerapkan keadilan dengan memberikan harga berbeda antara produk dengan kualitas
bagus dengan produk dengan kualitas biasa, hal ini sebagaiamana yang disampaikan oleh Bapak
Kusni, beliau menjual krupuk yang kualitasnya bagus dengan harga standar dengan krupuk yang
sudah remah-remah. Berbeda dengan Bapak Kusni dalam konsep keadilan, wirasuahawan yang
lain dalam konsep keadilan adalah mengedepankan antrian. Dari sepuluh responden delapan
diantaranya tetap mendahulukan pembeli yang sudah datang terlebih dahulu, sedangkan dua
responden mendahulukan pelanggan dari pada pembeli yang sudah duluan datang terlebih
dahulu. Bagi dua responden mendahulukan pelanggan lebih utama karena bagi mereka
pelanggan akan membeli produknya dalam jumlah banyak dari pada pembeli yang bukan
pelanggan hanya membeli jumlah sedikit. Tindakan seperti ini sebagaimana yang dilakukan oleh
Bapak S. Beliau mengutamakan pelanggan dari pada pembeli baru, sikap ini ditunjukan karena
pelanggan harus dibedakan dengan pembeli biasa. Konsep keadilan dengan membedakan anatara
pelanggan dan pembeli biasa harusnya dihindari, karena dengan sikap tersebut bisa menimbulkan
sebuah keirian, seharusnya sebagai pembisnis tetap harus mengahargai sebuah antrian yang
sesuai dengan urutannya. Adil dihadapan memperlakukan semua konsumen dengan sama.
Dengan sikap secara adil kepada pembeli akan merasakan kepuasannya karena tidak
membedakan pembeli satu dengan yang lainnya, semuanya harus merasakan keadilan. Hal ini

189
sesuai dengan firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 90 Artinya: Sesungguhnya Allah
menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah
melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu
agar kamu dapat mengambil pelajaran
3. Menepati Janji
Sebagai seorang pebisnis ataupun wirausahawan sudah menjadi hal yang wajar bila
memberikan sebuah perjanjian kepada konsumen, sebagaimana yang dilakukan wirausahawan
krupuk tayamum yang melakukan perjanjian bila stok barang habis dan pengiriman barang. Dari
data yang diperoleh sebanyak delapan responden memberikan sebuah perjanjian bila stok krupuk
habis, sebagaimana yang dilakukan oleh Bapak Asrokim, beliau mengatakan kepada konsumen
“stok krupuk sudah habis, besok saya berjanji stok barang yang diingkan akan ada” berbeda
dengan Bapak Asrokim, Ibu Anisah dalam menjanjikan produk kepada pembeli 2-3 hari, karena
bagi beliau waktu 1 hari belum cukup untuk memproduksi krupuk. Janji adalah sebuah ikatan
yang sudah di sepakati anatara pihak penjual dan pembeli, sehingga sudah selaknya bagi penjual
harus menepati janjinya. Seorang dalam membuat suatu perjanjian tentunya didasari dengan rasa
saling percaya satu dengan lainnya, serta tanggung jawab yang besar untuk melaksanakan janji
tersebut. Ketepatan janji dapat dilihat dari segi ketepatan waktu penyerahan barang, ketepatan
waktu pembayaran serta melaksanakan sesuatu sesuai dengan kontrak yang disepakati (Arifin,
2009). Wirausahawan atau pembisnis sebagai seorang produsen, ataupun distributor harus
senantiasa menepati janji pengiriman, menyerahkan barang dengan kualitasnya, warna, ukuran,
dan atau spesifikasinya sesuai dentgan perjanjian semula, memberi layanan garansi atau
sebagainya. Sedangkan janji yang hatus ditepati kepada sesama rekan binsis misalnya
pembayaran dengan jumlah dan waktu yang tepat dan lain sebagainya. Termasuk ke dalam
kebajikan dalam bisnis adalah sikap kesukarelaan dan keramahtamahan. Kesukarelaan dalam
pengertian, sikap suka-rela antara kedua belah pihak yang melakukan transaksi, kerja sama atau
perjanjian bisnis (Fauroni, 2003).
Membuat perjanjian ibarat sesorang memiliki sebuah hutang yang harus dibayar, apabila
sudah membuat perjanjian tidak dilaksanakan, sama dengan ciri-ciri orang munafik yakni ketika
berjanji berdusta, ketika berbicara berbohong dan ketika diberi amanah khiyanat. Sebagai
seorang wirausahawan atau pembisnis harus senantiasa menjaga amanah yang dipercaya

190
kepadanya, demikian juga seorang wirausahawan harus menjaga sebuah amanah yang diberikan
kepadanya dalam melakukan perjanjian agar pihak konsumen tidak merasa dirugikan.
Sebagaimana dalam firman Allah dalam surat Al-Anfaal ayat 27 yang berbunyi: Artinya: Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan
(juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu
mengetahui. Sifat amanah ini akan membentuk kreadibilitas yang tinggi dan sikap penuh
tanggung jawab pada setiap individu muslim. Kumpulan individu dengan kreadibilitas yang
tinggi akan melahirkan masyarakat yang kuat, karena dilandasi oleh saling percaya antara
anggotanya. Sifat amanah memberikan peran yang fundamental dalam ekonomi dan bisnis,
karena tanpa kredibilitas dan tanggung jawab, kehidupan ekonomi dan bisnis akan hancur
(Kertajaya dan Sula, 2006).
4. Kebersihan dalam proses produksi
Proses pembuatan sesuatu dalam menjaga kebersihan terbilang sangat rentan, karena
pasir yang digunakan untuk menggoreng krupuk tersebut berbeda-beda dalam prosesnya. Ada
yang memebersihkan pasir dengan cara mencuci kemudian dijemur sampai kering dan barulah
pasir digunakan untuk menggoreng krupuk, ada juga dalam proses pasir yang digunakan tidak
dibersihkan dan dicuci. Dari data yang diperoleh kesepuluh responden, tujuh dianataranya
membersihkan dan mencuci pasir yang digunakan untuk bahan produksi, seperti yang
diungkapkan oleh salah satu responden Ibu S misalnya. Beliau menjaga kebersihan produknya
seperti pasir yang dijadikan bahan untuk menggoreng, biasanya beliau mencuci pasir bertahap
sesuai kebutuhannya. Bagi beliau mencuci pasir menjaga kebersihan dan menjaga tercampurnya
pasir dengan barang najis seperti kotoran hewan. Proses pembersihan pasir biasanya dilakukan
pada hari minggu pada saat karyawanya libur, Ibu A dan suaminya sendiri yang melakukan
pembersihan pasir, agar hari senin bisa digunakan untuk proses produksi, sehingga tidak
menghambat dalam proses pembuatan krupuk. Sedangkan dari tiga responden dianatarnya tidak
membersihkan pasir tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden Bapak M dan
Bapak I, mereka dalam proses produksi sesuatu tidak di cuci karena baginya akan menghambat
proses penjualan, biasanya bila dicuci pasir tersebut butuh waktu. Beliau tidak melihat tingkat
kebersihan karena pasir yang digunakan tidak menutup kemungkinan terkena najis yang
membuat pasir tersebut najis dan tidak bisa di konsumsi.

191
Dalam menentukan sebuah kepuasan pelanggan khususnya mengenai prodak makanan
atau minuman, faktor kebersihan juga memiliki pengaruh yang sangat besar sekali karena
pelanggan dimanapun juga memiliki keinginan yang sama dimana makanan yang dia makan,
yang memasak, bahan makanan, pengolahan, serta tempatnya harus benar-benar bersih, sehat
dan terbebas dari kuman penyakit. Kebersihan adalah usaha manusia untuk memelihara diri dan
lingkungannya dari segala yang kotoran sehingga tidak menutup kemungkinan terkena najis,
Islam menjaga dan mewujudkan, melestarikan kehidupan yang sehat dan nyaman. Kebersihan
merupakan syarat bagi terwujudnya kesehatan, dan sehat adalah salah satu faktor yang dapat
memberikan kebahagiaan. Sebaliknya, kotor tidak hanya merusak keindahan tetapi juga dapat
menyebabkan timbulnya berbagai penyakit, dan sakit merupakan salah satu faktor yang
mengakibatkan penderitaan. Dalam Al-Quran dijelaskan dalam surat QS. Al-Maaidah : 87-88
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah
Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas. dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari
apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman
kepada-Nya.

Kata‫ ً لَ ل َٰ ا‬berasal dari akar kata yang berarti “lepas” atau “tidak terikat”. Sesuatu yang halal
adalah yang terlepas dari ikatan bahaya duniawi dan ukhrawi. Karena itu kata “halal” juga berarti
“boleh”. Berkaitan dengan makanan, maka makanan halal adalah makanan baik nabati maupun
‫ ل‬dari segi
hewani yang boleh dikonsumsi dan tanpa sebab tertentu untuk terlarang. Kata ‫ط ِّی بًا‬
bahasa berarti lezat, baik, sehat, menenteramkan, dan paling utama. Pakar-pakar tafsir ketika
menjelaskan kata ini dalam konteks perintah makan menyatakan bahwa ia berarti makanan yang
tidak kotor dan segi zatnya atau rusak (kedaluwarsa), atau dicampur benda najis. Ada juga yang
mengartikannya sebagai makanan yang mengundang selera bagi yang akan memakannya dan
tidak membahayakan fisik dan akalnya. Thayyib dalam makanan adalah makanan yang sehat,
proporsional, dan aman. Kalimat‫ا ِّ بًا‬
ِّ َٰ ‫ ل ط ً لَ ل‬mengisyaratkan makanan yang dikonsumsi adalah
makanan yang secara syar‟i dibolehkan tetapi harus berdampak baik bagi jiwa dan raga manusia.
Dalam Islam harusnya berhati-hati dalam memproduksi sebuah barang, karena dalam proses
produksi bila tidak hati-hati akan membuat barang tidak sah untuk dijual. Krupuk dalam

192
produksinya haruslah dibersihkan dan dicuci terlebih dahulu karena bisa saja tercampur oleh
kotoran kucing, tikus dan lainnya. Sehingga bila proses produksi krupuk dicuci dulu membuat
pasir suci dan bersih dari segala kotoran. Sebagaimana dalam al-Quran surat Al-Maidah ayat 92
Artinya: Dan taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul-(Nya) dan berhati-
hatilah. jika kamu berpaling, Maka ketahuilah bahwa Sesungguhnya kewajiban Rasul Kami,
hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang. Dari ayat diatas dijelaskan bahwa
berhati-hati, berhati-hati baik dalam jual beli, dan proses produksi, bila tidak berhati-hati maka
bias saja proses dalam produksi mengandung makanan atau minuman yang tidak halal. Dalam
Kualitas produk tersebut bisa dikatakan halal apabila proses produksi dilakukan sesuai dengan
aturan-aturan syariat Islam. Dengan tidak mengurangi standart operasonal dari suatu produksi
(Effendi, 2003).
Rangkuman
Upanya para wirausahawan dalam menjalankan etika bisnsis dalam produksi dengan
mewujudkan beberapa aspek diantanya,
1) kejujuran, yaitu menjelaskan kualitas produk krupuk tayamum yang kualitasnya bagus dan
biasa.
2) keadilan, yaitu dengan tidak membedakan pembeli dengan pelanggan dalam melayani
3)Menepati janji, yaitu dengan menepati janji dalam stok dan pengiriman barang
4) Kebersihan dalam proses produksi, yaitu dengan menjaga proses produksi agar tidak
tercampur dengan najis.
Namun, sebagian masih ada yang tidak sesuai dengan etika bisnis Islam yaitu tidak jujur
terhadap asal usul produk, tidak menepati janji, mencampurkan produk yang kualitas baik
dengan kualitas buruk, dan masih kuang berhati-hati dalam proses produksi krupuk tayamum.
Campur tangan pemerintah yang terlalu dalam terhadap perkembangan kelembagaan
koperasi. berakibat pada rusaknya mentalitas idiil koprasi dengan suburnya praktek mencari
keuntungan dengan menjual barang- barang karena adanya kemudahan merendahkan harga
kebutuhan pokok jika dijual oleh koprasi. Pada saat ini, pendidikan kopersi meningkat secara
pesat, dengan memasukkan mataeri Koperasi sebagai mata ajar dalam setiap jenjang pendidikan.
Ketentuan Ipres ternyata melanggar ini Pasal 27 ayat (1), dan (2) UUD NRI Tahun 1945, dengan
adanya pemecatan atas pegawai yang tidak bisa mengikuti garis-garis besar perkoperasian dan

193
akibat lebih lanjut adalah Muhammad Hatta mengundurkan diri dari Wakil Presiden RI dan
koperasi kehilangan tokohnya yang duduk di Pemerintahan.
UU Nomor 14 tahun 1965 Tentang Pokok-pokok Perkoperasian. Undang-undang ini
sebagai pengejahwantahan prinsip Nasakom yang mengebiri prinsip koperasi di Indonesia.
Koperasi didefinisikan sebagai organisasi ekonomi dan Alat Revolusi yang berfungsi sebagai
tempat persemaian insan masyarakat serta wahana menuju sosialisme Indonesia beradasarkan
Pancasila. Dengan disyahkannya UU ini pada saat Musyawarah Nasional Koperasi,
memperlihatkan sensasinya kepada dunia dengan keluarnya Indonesia dalam keanggotaan
International Coperative Allliace (ICA).
Undang-Undang RI Nomor 12 tahun 1967 Tentang Pokok-pokok Perkoperasian.
Undang-undang racikan pemerintahan Orde Baru ini, mendapatkan tanggapan positif dari semua
perkumpulan koperasi karena kembalinya hakikat koperasi itu sendiri. Undang undang yang
memurnikan asas koperasi yang sejati dan menyingkirkan depolitisasi koperasi ini secara
tegas mencabut Undang undang RI Nomor 14 tahun 1965 tentang perkoperasian. Hubungan baik
yang sempat terputus dengan ICA kembali diperbaiki. Koperasi didefinisikan sebagai organisasi-
organisasi rakyat yang berwatakkan sosial, beranggotakan orang-orang, atau badan-badan hukum
koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas
kekeluargaan. UU ini merupakan aturan pertama yang menjadikan koperasi sebagai badan
hukum

194
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad, Abdulkadir, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004)
Supranto, J., Metode Penelitian Hukum dan Statistik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003)
Tambunan, Tulus TH, UMKM di Indonesia (Bogor:Ghalia Indonesia, 2009
Abdullah, Ma‟ruf, 2011. Wirausaha Berbasis Syariah. Banjarmasin.Antasari press.
Al Ghazali, 1957 Ihya’’ Ulum al Din, Jilid II. Kairo. Dar Al-salam Ihya‟ Kutub alArabiyah.
Arifin, Johan, 2009. Etika Bisnis Islami. Semarang. Walisongo Press.
Beekum, Rafik Issa, 2004. Etika Bisnis Islami.Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Chapra,Umer, 2000. Islam dan Tantangan Ekonomi. Jakarta. Gema Insani Press.
Charris Zubbir, Achmad, 1995. Kuliah Etika. Jakarta. Rajawali Press.

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan Undang-Undang


Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20


Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2016 tentang Perubahan Modal Dasar Perseroan Terbatas
Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2014 tentang Perizinan Untuk Usaha Mikro dan Kecil

195

Anda mungkin juga menyukai