ETIKA PROFESI
Disusun oleh:
Eva Purnamasari, S.E., MBA.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena Modul Daring Etika Profesi,
yang diorientasikan untuk menjadi bahan bacaan bagi para mahasiswa, khususnya
di Jurusan Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Semarang, serta praktisi yang
berkecimpung dalam berbagai profesi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Modul ini mengulas tentang konsep hingga penerapan etika profesi di
dunia industri dewasa ini, terutama bagaimana para profesional dengan profesi
pemasar yang begitu tinggi tuntutan pekerjaan dan target yang ditetapkan
perusahaan, tetap dapat menjalankan profesinya dengan menerapkan prinsip etika
dan moral.
Modul ini dapat terselesaikan karena kerjasama dan dukungan dari
berbagai pihak di lingkungan Politeknik Negeri Semarang, Jurusan Administrasi
Bisnis. Untuk itu, dalam kesempatan ini Penyusun menyampaikan terima kasih
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Ir. Supriyadi M.T., Direktur Politeknik Negeri Semarang;
2. Dr. Dody Setiadi, M.Si., Ketua Jurusan Administrasi Bisnis Politeknik Negeri
Semarang;
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu
hingga terselesaikannya modul ini.
Akhir kata, semoga modul ini dapat memberikan manfaat bagi
pembacanya. Kritik dan saran untuk perbaikan kedepannya, senantiasa penulis
harapkan.
ii
DAFTAR ISI
iii
Rangkuman .......................................................................................................... 62
Latihan ................................................................................................................. 63
BAB VIII. ETIKET BISNIS YANG MENUNJANG PEMASARAN ....................... 64
8.1. Membentuk Kesan Diri Positif ..................................................................... 64
8.2. Etiket Perkenalan dan Perbincangan Bisnis .................................................. 65
8.3. Etiket Bertelepon........................................................................................... 67
8.4. Etiket Memberi dan Menerima Hadiah ......................................................... 68
Rangkuman .......................................................................................................... 69
Tugas Praktek ....................................................................................................... 69
BAB IX. PENGEMBANGAN POTENSI DIRI ......................................................... 70
9.1. Pengenalan Diri ............................................................................................. 70
9.2. Pengembangan Diri ....................................................................................... 73
Rangkuman .......................................................................................................... 80
Latihan ................................................................................................................. 80
BAB X. KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI ..................................................... 81
10.1. Ruang Lingkup Keterampilan Berkomunikasi ........................................... 81
10.2. Keterampilan Bernegosiasi ......................................................................... 83
Rangkuman .......................................................................................................... 85
Tugas Praktek ....................................................................................................... 86
BAB XI. MANAJEMEN WAKTU ............................................................................ 87
11.1. Konsep Manajemen Waktu ......................................................................... 87
11.2. Menjadi Orang Efektif ................................................................................ 89
11.3. Manfaat Menjadi Efektif ............................................................................. 90
11.4. Waktu dan Manajemen ............................................................................... 91
11.5. Menyusun Rencana Kerja ........................................................................... 92
Rangkuman .......................................................................................................... 93
Latihan ................................................................................................................. 93
BAB XII. MANAJEMEN STRES .............................................................................. 94
12.1. Konsep Manajemen Stres............................................................................ 94
12.2. Faktor Penyebab Stres ................................................................................. 95
12.3. Mengelola Stres........................................................................................... 97
Rangkuman ........................................................................................................ 100
Latihan ............................................................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 101
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Deskripsi
Modul ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam mempelajari
mata kuliah Etika Profesi Pemasaran. Kompetensi yang diharapkan dari modul
ini, mahasiswa memperoleh bekal tentang etika dan etiket dalam profesi
pemasaran, sehingga dalam menjalankan aktivitas pekerjaan nantinya mereka
dapat mengikuti etika bisnis dan pemasaran yang berlaku di masyarakat.
Materi perkuliahan mencakup pengetahuan dasar etika, profesionalisme, etika
profesi pemasaran, pengembangan potensi diri, pengembangan keterampilan
berkomunikasi, pengembangan kepemimpinan dan supervisi efektif, serta
manajemen waktu dan stres.
1
2. Petunjuk untuk Dosen
a. Menggunakan modul ini sebagai sumber utama dalam pembelajaran.
b. Menyediakan beberapa buku/ jurnalyang dapat digunakan sebagai
referensi tambahan.
c. Membagi kelas dalam beberapa kelompok tugas/ diskusi.
d. Memastikan setiap mahasiswa mengerjakan tugas dalam tugas
kelompoknya.
e. Memastikan setiap mahasiswa berperan aktif dalam kelompoknya.
f. Memastikan setiap mahasiswa melakukan pembelajaran secara mandiri
sebelum pembelajaran di kelas dilaksanakan.
g. Membantu mahasiswa dalam menyelesaikan permasalahannya.
2
BAB II
KONSEP DASAR ETIKA
Apakah etika, dan apakah etika profesi itu? Kata etik (atau etika) berasal
dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat.
Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimilki oleh
individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah
dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Etika merupakan refleksi dari
apa yang disebut dengan self-control. Dalam kehidupan sehari-hari masalah etika
erat kaitannya dengan aktivitas manusia baik sebagai individu maupun
bermasyarakat. Sebagian besar masyarakat mulai mengabaikan persoalan
etikanya. Jika dilihat dalam video Sistem Etika, Nilai, Norma dan Moral,
disebutkan bahwa menurut Suseno, Etika adalah suatu ilmu yang membahas
bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral dan harus mengambil
sikap bertanggungjawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral.
Di lingkungan masyarakat banyak sekali orang yang mempersalahkan
tentang masalah etika dan moral seseorang. Bahkan etika dan moral itu adalah hal
yang sering dikait-kaitkan oleh masyarakat, sering kali masyarakat salah
mengartikan dan menganggapnya sama, akan tetapi, sesungguhnya hal tersebut
berbeda. Dalam kenyataannya tidak seorang pun dapat menjalankan hidup secara
memuaskan, yaitu yang lepas atau terbebas dari rangkaian nilai-nilai. Kata “etika”
sering kita jumpai, misal dalam surat kabar atau majalah, hampir setiap hari kita
temui kata-kata tersebut. Dalam dunia bisnis bahkan birokrasi, kalimat yang
sering muncul adalah etika dan moral perlu diperbaiki dan ditegaskan kembali,
“Cara tersebut tidak etis ya….” iklan yang ditawarkan baik di media cetak
3
maupun elektronik, bermunculan komentar “tidak etis”. Pemahaman yang lain
mengaitkan etika dengan peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai
acuan perilaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan baik dan buruk yang
dilakukan oleh seseorang serta merupakan suatu kewajiban dan tanggung jawab
moral. Etika diperlukan dalam berbicara, bekerja, berpakaian dan bergaul.
Pada bab ini kita akan mempelajari bagaimana mahasiswa mampu menunjukkan
sikap religius, bertaqwa kepada Tuhan YME berperilaku sesuai dengan kode etik
profesi, dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas
berdasarkan agama, moral dan etika. Menunjukkan sikap bertanggung jawab atas
pekerjaan dibidang keahliannya secara mandiri.
4
Etika berasal dan bahasa Latin Mos atau Mores (jamak), artinya
moral, yang berarti juga adat, kebiasaan, sehingga makna kata moral dan
etika adalah sama, hanya bahasa asalnya berbeda. Dari uraian tersebut tampak
bahwa etika berkaitan dengan moral. Etika Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia versi online (2017) diartikan bahwa:
Etika adalah “ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang
hak dan kewajiban moral (akhlak)”disebutkan bahwa etika adalah apa yang
baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral.
1. Etika Deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan
rasional sikap dan perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia
dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif
memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang
perilaku atau sikap yang mau diambil (menggambarkan fenomena etika).
2. Etika Normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan
pola perilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini
sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus
5
memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan
diputuskan (menyediakan kaidah umum dan prinsip tingkah laku).
Ada 4 (empat) teori etika yang paling penting menurut Bertens (2013)
yaitu:
1. Utilitarianisme. Menurut teori ini, perbuatan yang etis adalah perbuatan
yang memberi manfaat untuk banyak orang. Kriteria untuk teori ini adalah
the greatest happiness of the greatest number atau kebahagiaan terbesar
yang dirasakan jumlah orang terbesar.
2. Deontologi. Menurut teori ini, perbuatan yang baik bukan dinilai dari
akibat atau tujuannya, namun karena perbuatan itu adalah kewajiban yang
harus dilaksanakan. Dengan kata lain, perbuatan yang baik adalah
perbuatan yang dilakukan karena kewajiban dan perbuatan yang buruk
adalah perbuatan yang dilarang untuk dilakukan.
3. Teori hak. Menurut teori ini, perbuatan yang etis adalah perbuatan yang
tidak menyalahi atau melanggar hak-hak orang lain. Setiap orang memiliki
hak untuk diperlakukan dengan baik, sehingga perbuatan yang etis harus
memperlakukan orang lain dengan baik, tidak boleh ada hak-hak yang
dilanggar.
4. Teori keutamaan. Teori ini mengesampingkan tindakan mana yang etis dan
tidak etis. Jika seseorang menganut paham egoisme, maka tindakan yang
etis adalah tindakan yang bisa memenuhi keinginannya, jika tidak bisa
memenuhi keinginannya maka tindakan yang dilakukan belum etis. Jadi
menurut teori ini, etis atau tidaknya suatu perilaku adalah jawaban dari hati
nuraninya sendiri.
6
Skema di bawah ini menunjukkan jenis etika sampai dengan
turunannya.
2. Etika Khusus
Merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang
kehidupan. Penerapan ini bisa berwujud: Bagaimana seseorang bersikap
dan bertindak dalam kehidupannya dan kegiatan profesi khusus yang
dilandasi dengan etika moral. Namun, penerapan itu dapat juga berwujud
.Bagaimana manusia bersikap atau melakukan tindakan dalam kehidupan
terhadap sesama.
7
Etika Khusus dibagi menjadi 3:
1. Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia
terhadap dirinya sendiri.
2. Etika sosial, yaitu mengenai sikap dan kewajiban, serta pola perilaku
manusia sebagai anggota bermasyarakat. Etika sosial meliputi: sikap
terhadap sesama, etika keluarga, etika gender, etika profesi, etika
politik, ideologi.
3. Etika Lingkungan :suatu kegiatan dimana manusia bertanggung jawab
dan berinteraksi dengan baik dengan lingkungannya. Pendekatan
terhadap lingkungan dengan melihat pentingnya memahami lingkungan
sebagai keseluruhan kehidupan yang saling menopang.
Pada link ini merupakan salah satu contoh penerapan etika khusus yang
baik ketika mahasiswa datang terlambat di kampus.
8
Etiket hanya berlaku dalam pergaulan. Bila tidak ada orang lain
hadir atau tidak ada saksi mata, maka etiket tidak berlaku. Contoh: dianggap
melanggar etiket cara makan apabila ada saksi atau orang. Etika selalu
berlaku, juga kalau tidak ada saksi mata. Contoh: larangan untuk tidak
mencuri selalu berlaku ada atau tidak ada nya orang yang hadir/saksi mata.
Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam satu kebudayaan bisa
saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain. Contoh : makan dengan tangan.
Etika jauh lebih absolute. Contoh: “jangan membunuh” “jangan mencuri”
merupakan prinsip etika yang tidak dapat ditawar atau diberi dispensasi.
Setelah dibahas mengenai perbedaan mengenai etika dengan etiket,
maka berikut digambarkan 2 persamaan umum diantara keduanya.
Sumber: http://sanggamtogatorop.blogspot.co.id/2013/02/etika-etiket-dan-
kode-etik.html
9
masyarakat. Etika dan moral ini bahkan menjadi landasan hukum bagi sikap
dalam masyarakat tersebut. Lalu, apa yang membedakan kedua kata tersebut?
Berikut adalah beberapa penjelasan mengenai perbedaan moral dan etika.
Asal kata Berasal dari bahasa Yunani Dari bahasa latin “moralis” karakter,
“ethos” adat istiadat tata cara atau perilaku yang tepat
Konsep Merupakan cerminan dari moral Keyakinan tentang hal yang baik dan
Benar
Sifat Filosofis Praktis
Dari individu pribadi atau dari Dari budaya dan normamasyarakat
Sumber sebuah komunitas, lembaga atau
Kelompok
Karena akal pikiran Karena keyakinan dari masyarakat
Landasan pribadi/kelompok yang menilai mengenai hal yang benar dan salah
benar atau tidaknya suatu hal
Keterkaitan Etika tidak selalu diikuti dengan Adanya moral diikuti oleh etika
Moral
2.5. NORMA
Dalam interaksi sosial, kita senantiasa untuk diharapkan agar kehidupan
menjadi lebih tertib dan teratur. Bisa kita sadari jika di dalam kehidupan
masyarakat tak ada suatu pedoman yang mengatur, tentu akan timbul bentuk
kekacauan. Agar kehidupan dapat berjalan dengan teratur, maka manusia
membutuhkan berbagai aturan tertentu yang tidak semua orang dapat untuk
melakukan perbuatan sesuka hatinya. Apabila keinginan yang dimiliki oleh
seseorang dipaksakan terhadap orang lain, maka akan terjadi benturan dengan
keinginan dari pihak lain. Supaya meraih kenyamanan dan keteraturan dalam
10
hidup bersama, maka manusia memerlukan kesepakatan mengenai hal yang
boleh untuk dilakukan, hal-hal yang sebaiknya untuk dilakukan, serta hal-hal
yang tidak boleh untuk dilakukan kepada orang lain. Kesepakatan tersebut
yang menjadi cikal bakal lahirnya norma.
1. Pengertian Norma
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang dimaksud
dengan norma antara lain:
Aturan atau ketentuan yang mengikat warga kelompok di masyarakat,
dipakai sebagai panduan, tatanan, dan kendalian tingkah laku, yang sesuai
dan diterima.
11
2. Macam Norma
a. Norma Agama
Norma agama adalah peraturan hidup yang harus diterima oleh
manusia sebagai bentuk perintah, larangan dan ajaran yang bersumber
dari Tuhan Yang Maha Esa yang bersifat dogmatis. Dogmatis adalah
ajaran yang harus dilaksanakan dan tak boleh dikurangi atau ditambah.
Bagi setiap pemeluk agama, mengakui dan meyakini jika peraturan
yang paling benar ialah peraturan yang berasal dari Tuhan Yang Maha
Esa. Pemeluk agama berpendapat jika norma agama merupakan satu-
satunya norma yang mengatur mengenai peribadatan dalam rangka
melaksanakan hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Sanksi norma agama ialah hukum yang berupa siksaan dari
Tuhan Yang Maha Esa nantinya di akhirat. Jadi, sanksi norma agama
tidak langsung diberikan, namun diperoleh setelah meninggal dunia.
Bagi manusia yang tak melanggar norma agama ini, akan memperoleh
pahala, dan mendapatkan dosa apabila sewaktu hidupnya di mana
manusia tak menjalankan semua perintah Tuhan Yang Maha Esa.
Contoh Norma Agama: Dilarang untuk mencuri, berzina, berbuat riba,
membunuh, berbuat kasar, berbuat jahat.
b. Norma Kesusilaan
Pada hakikatnya, tanpa disadari norma ini bersemayam dalam
diri manusia tepatnya dihati sanubari. Norma kesusilaan hadir dalam
bentuk kesadaran hati nurani yang selalu muncul mengiringi perjalanan
hidup setiap manusia. Bahkan, norma kesusilaan inilah yang membuat
kita pantas disebut manusia dan membedakan kita dengan makhluk
ciptaan Tuhan lainnya. Norma kesusilaan adalah peraturan hidup yang
dianggap sebagai suara hati sanubari manusia, tentang baik buruknya
suatu perbuatan. Norma ini merupakan sumber moral dan hati nurani
manusia. Pelanggaran norma ini adalah pelanggaran terhadap
perasaannya yang berakibat terhadap bentuk penyesalan, rasa malu dan
menjadikan merasa bersalah. Norma kesusilaan merupakan bentuk
12
peraturanperaturan kepada manusia sehingga manusia di dalam
hidupnya menjadi manusia yang lebih sempurna.
Sanksi norma kesusilaan ini biasanya bersifat tidak tegas. Akibat
dari sanksi yang didapatkan ialah rasa malu terhadap diri sendiri,
perasaan gelisah, menyesal, tidak tenteram, cibiran/ cemoohan dari
masyarakat dan rasa bersalah setelah bertindak melanggar. Contoh
norma kesusilaan antara lain:
a. Tidak boleh mencuri barang milik orang lain.
b. Berlaku dengan jujur.
c. Tidak boleh berbuat bohong.
d. Harus berbuat baik terhadap sesama manusia.
e. Bertindak menghargai orang lain.
c. Norma Kesopanan
13
Sanksi yang didapatkan oleh pelanggar ialah bisa dicela oleh
sesamanya, sanksi ini bersifat tidak tegas, akan tetapi bisa diberikan
dari dalam masyarakat itu sendiri yang bisa berupa cemoohan, bahkan
dikucilkan dalam pergaulan masyarakat. Contoh norma kesopanan
antara lain:
a. Memberi tempat duduk terlebih dahulu kepada wanita di dalam
transportasi umum (bus, kereta api, dll) terutama bagi wanita yang
sudah tua, hamil atau membawa bayi.
b. Berkata dengan tutur kata lemah lembut, baik kepada yang lebih
muda, sesama, bahkan lebih tua.
c. Tidak meludah sembarang tempat
d. Norma Hukum
14
Adapun sumber dari norma hukum bisa berupa peraturan
perundang-undangan, yurisprudensi, kebiasaan dan doktrin. Sanksi
yang ditimbulkan dari norma hukum ialah bersifat tegas dan nyata.
Yang dimaksud tegas adalah, sanksi dari aturan yang dilanggar itu
sudah dibuat dalam sebuah peraturan perundang-undangan. Contohnya,
berupa penjara atau ditahan, didenda, bahkan hingga dihukum mati.
Sebagai contoh, ada seseorang yang melakukan tindak pidana. Sudah
ada hukuman yang menanti dia, menurut pasal 10 KUHP, ada 2
hukuman yaitu hukuman pokok dan tambahan. Hukuman pokoknya
adalah hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup atau penjara
sementara. Selain itu, si pelaku juga harus menerima hukuman
tambahan yaitu hak-haknya akan dicabut, dan benda-bendanya juga
disita oleh negara.
Contoh norma hukum antara lain:
a. Setiap pejalan kaki harus melewati jalur lambat.
b. Dilarang mencuri atau merampok.
c. Dilarang membunuh.
Bagi pelanggar norma hukum dapat dikenakan sanksi berupa
pidana penjara ataupun denda maupun pembatalan atau pernyataan
tidak sahnya suatu kegiatan atau perbuatan, dan sanksi tersebut dapat
dipaksakan oleh penguasa atau lembaga yang berwenang. Dalam
kaitannya dengan pelayanan bidang pemasar bagi konsumen, yang pada
dasarnya merupakan hubungan yang sifatnya unik, karena hubungan
tersebut yang bersifat interpersonal tidak hanya diatur olah hukum
tetapi juga oleh etik.
15
Gambar 2.5. Hubungan Etika, Moral dan Hukum
Sumber: https://muhammadsurya15.wordpress.com
RANGKUMAN
16
dicampuradukkan. Etiket merupakan sikap yang mengatur hubungan antara
kelompok manusia beradab dalam pergaulan. Lebih singkatnya etika berarti moral
dan etiket berarti sopan santun.
Etika dan moral merupakan istilah yang sering ditujukan untuk aktivitas
atau sikap yang berkaitan dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Etika dan
moral ini bahkan menjadi landasan hukum bagi sikap dalam masyarakat tersebut.
Dalam bahasa Belanda istilah norma disebut juga “maatregel”, maat
artinya sama dengan kaidah yang berasal dari “aqidah”.Ketentuan tersebut
mengikat bagi setiap manusia yang hidup dalam lingkungan berlakunya norma
tersebut, dalam arti setiap orang yang hidup dalam lingkungan berlakunya norma
tersebut harus menaatinya.
Ada 4 macam norma, yaitu: norma agama, norma kesusilaan, norma
kesopanan dan norma hukum. Etika, moral dan hukum saling berhubungan yaitu
bahwa pelanggaran etika dan moral bisa saja menyentuh wilayah hukum dan akan
mendapatkan sanksi hukum. Namun pada kondisi lain, bisa saja pelanggaran etika
hanya mendapat sanksi sosial dari masyarakat karena pelanggaran tersebut tidak
menyentuh wilayah hukum positif yang berlaku.
LATIHAN
TUGAS PRAKTEK
17
BAB III
PROFESI DAN PROFESIONAL
Bicara tentang profesi atau pekerjaan, apa yang diinginkan orang dari
profesi atau pekerjaannya? Mendapatkan bayaran atau gaji yang besar. Pada
dasarnya di saat orang penghargaan yang setimpal. Saat ini kita sering sekali
mendengar kata atau istilah “profesi”, sering sekali juga istilah ini di hubungkan
dengan pekerjaan seseorang. Tapi perlu di ketahui bahwa setiap pekerjaan bisa
disebut dengan profesi, karena profesi memiliki ciri, syarat dan karakteristik
khusus. Pada kesempatan kali ini mari kita pelajari bersama-sama tentang Profesi
dan Profesional secara umum.
3.1. PROFESI
3.1.1. Pengertian Profesi
Banyak orang memahami bahwa istilah profesi adalah suatu hal
yang berkaitan dengan bidang yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan
dan keahlian, sehingga banyak orang bekerja sesuai dengan pendidikan
dan keahliannya. Kita tidak hanya mengenal istilah profesi untuk
bidang-bidang pekerjaan seperti kedokteran, guru, militer, psikolog,
pengacara dan semacamnya, tetapi meluas sampai mencakup bidang
lain, seperti manajer, wartawan, pelukis, penyanyi, sekretaris,
pembangun jaringan, dan lain sebagainya. Terkadang seseorang sulit
membedakan yang mana pekerjaan? yang mana profesi? yang mana
Profesional?.
18
Gambar 3.1. Pekerjaan, Profesi, dan Profesional
19
Gambar 3.2. Definisi Profesi
Sumber: https://image.slidesharecdn.com/slidesetikaprofesikeseluruhan2-
140503133914-phpapp02/95/etika-profesi-15-
638.jpg?cb=1399124432
20
e. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.
Ciri-ciri tersebut di atas menunjukkan bahwa kaum profesional
adalah orang-orang yang memiliki tolak ukur perilaku yang berada di
atas rata-rata. Di satu sisi ada tuntutan dan tantangan yang berat, tetapi
di lain pihak ada suatu kejelasan mengenai pola perilaku yang baik
dalam memenuhi kepentingan masyarakat.
21
diri para elite profesional tersebut ada kesadaran kuat untuk
mengindahkan etika profesi pada saat mereka memberikan jasa keahlian
profesi kepada masyarakat yang memerlukannya. Tanpa etika profesi,
apa yang semula dikenal sebagai sebuah profesi yang terhormat akan
segera jatuh menjadi sebuah pekerjaan pencarian nafkah biasa, yang
sedikit pun tidak diwarnai dengan nilai-nilai idealisme.
3.2. PROFESIONAL
Dalam mengerjakan sesuatu harus diawali dengan niat tulus. Perlu
disadari bahwa sebenarnya semua pekerjaan di dunia ini, apabila dikerjakan
dengan tulus demi kesejahteraan orang banyak, merupakan amal yang tinggi
dan menjadikan seseorang profesional. Disisi lain profesi mengharuskan tidak
hanya pengetahuan dan keahlian khusus melalui persiapan dan latihan, tetapi
dalam arti “profession” terpaku juga suatu “panggilan”.
22
dunia yang bisa memberikan kontribusi dan bekerja di mana saja di
muka bumi ini.
Berikut adalah pengertian profesional menurut para ahli:
1) Prof. Soempomo Djojowadono (1987), profesional adalah
mempunyai sistem pengetahuan yang isoterik (tidak dimiliki
sembarang orang), ada pendidikannya dan latihannya yang formal
dan ketat, membentuk asosiasi perwakilannya. Ada pengembangan
kode etik yang mengarahkan perilaku para anggotanya.
2) Menurut Soedijarto (1990:57) mendefinisikan profesional sebagai
perangkat atribut-atribut yang diperlukan guna menunjang suatu
tugas agar sesuai dengan standar kerja yang diinginkan. Dari
pendapat ini, sebutan standar kerja merupakan faktor pengukuran
atas bekerjanya seorang atau kelompok orang dalam melaksanakan
tugas.
Seorang profesional tentunya harus mempunyai keahlian yang
didapatkan melalui suatu proses pendidikan yang berkualitas dan di
samping itu terdapat juga unsur semangat pengabdian dalam
melaksanakan suatu kegiatan kerja. Dalam melakukan tugas profesi,
seorang profesional harus dapat bertindak objektif, yang artinya harus
membuang rasa malas, malu maupun enggan bertindak dan mengambil
keputusan.
23
Seorang yang profesional juga adalah seorang yang
mempunyai dedikasi yang tinggi dalam pekerjaan yang dia
pegang/kerjakan, tekun, tepat waktu dan bertanggung jawab atas
pekerjaannya tersebut. Lebih rincinya, bertanggung jawab di sini
berarti dia harus mengerjakan sesuatu secara detil, baik itu jenis,
bentuk dan tujuan dia mengerjakan sebuah pekerjaan tersebut, itulah
yang dianggap sebagai istilah “Learning by doing”.
24
Gambar 3.4. Ciri Profesional
Sumber: https://www.slideshare.net/hadathaical/profesionalisme-guru-46562757
RANGKUMAN
25
pihak ada suatu kejelasan mengenai pola perilaku yang baik dalam memenuhi
kepentingan masyarakat.
Profesional adalah istilah bagi seseorang yang menawarkan jasa atau
layanan sesuai dengan protokol dan peraturan dalam bidang yang dijalaninya dan
menerima gaji sebagai upah atas jasanya. Ciri profesional adalah memiliki
keterampilan yang tinggi, ilmu, pengalaman, kecerdasan, sikap berorientasi ke
depan, dan mandiri.
LATIHAN
Jawablah 4 pertanyaan yang telah dipersiapkan pada bab ini melalui
https://bit.ly/LatihanProfesi dengan benar!
26
BAB IV
PERILAKU PROFESIONAL
Pada bab ini kita akan membahas tentang perilaku profesional. Jika kita
berbicara tentang perilaku profesional menjadi suatu hal yang penting untuk
diajarkan dan diterapkan sedini mungkin. Dengan mengedepankan perilaku
profesionalisme yang ditunjukkan dengan perkataan, perbuatan dan penampilan,
hal ini akan membangun kepercayaan bagi para pelanggan.
27
Gambar 4.1. Pilar Profesionalisme
Sumber: http://grantchat.org/2014/09/professionalism-for-grant-pros/
1. Pengetahuan
2. Ketrampilan
3. Perilaku
Perilaku profesi adalah sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam
melaksanakan tugas keprofesiannya dan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
hal ini kaitan dengan etika sangatlah erat. Dengan kata lain, etika dan perilaku
profesi ibarat kompas yang menunjukkan arah moral bagi suatu profesi yang
dituangkan dalam sebuah pedoman (Herlambang, 2011). Pedoman tersebut
sekaligus juga menjamin mutu moral dan profesi di mata masyarakat, yang
selanjutnya dituangkan dalam kode etik profesi. Menjadi profesional berarti
mampu menempatkan diri sebagai seorang yang mengerti dan paham akan
tugas dan tanggung jawab pekerjaan, membangun hubungan dan relasi kerja
dengan tim lain, serta selalu fokus dan konsisten dengan target dan tujuan
organisasi. Berperilaku profesional, dapat pula membawa kesuksesan di
tempat kerja.
28
respect dari atasan dan rekan kerja lainnya. Sebaliknya, kurangnya sikap
profesional akan membahayakan kariernya. Maka menjaga kualitas diri, yang
salah satunya dengan selalu bersikap profesional adalah harga mati.
29
2. Sistematis
Keteraturan dalam bekerja akan membawa lebih mudah dalam
mencapai tujuan. Dengan bersikap teratur dalam melakukan tugas
merupakan salah satu kunci untuk menjadi profesional. Bekerja secara
teratur, akan mempermudah pekerjaan untuk diselesaikan sesuai dengan
target serta aturan yang berlaku.
3. Dedikasi dan Integritas
Dedikasi dan integritas merupakan keunggulan dari seorang
profesional. Memiliki dedikasi yang tinggi pada pekerjaan membutuhkan
satu tekad yang kuat. Dalam hal ini perlu membangun mulai dari diri
sendiri dan berlanjut rekan kerja dengan cara mencintai, senang dan
bangga pada pekerjaannya. Seiring berjalannya waktu, dedikasi dimiliki
nantinya akan bermuara pada integritas (menyatunya ucapan dan
tindakan).
4. Mampu Bekerja dengan Tim
Tim adalah perpaduan dua atau lebih orang yang memiliki tujuan
bersama dan saling tergantung satu sama lain. Salah satu manfaat terbesar
dari teamwork ini adalah inspirasi dan ide yang didapat dari hasil diskusi.
Dengan teamwork yang bagus, akan menjadikan pribadi yang lebih
profesional.
5. Memiliki Batasan
Saat bekerja, harus bisa memisahkan masalah pribadi dan
profesional. Di lingkungan tempat kerja tetap harus bersikap profesional,
jangan membiarkan persoalan pribadi mengganggu pekerjaan sehingga
membuat tidak objektif. Hal tersebut akan mencederai sikap profesional
dalam bekerja. Dan bukan tidak mungkin akan mengganggu pekerjaan.
30
Cerminan 3 hal yang menunjukkan kedudukan sikap akan
memberikan kontribusi positif dalam mencapai tujuan sebuah institusi.
Menjadi tenaga yang profesional tidak dilahirkan secara alami melainkan
dibentuk. Seperti tumbuhnya kepemimpinan, pelaku yang akan menjadi
profesional juga harus melalui beberapa tahapan. Dilakukan secara
terencana. Mulai dari tahap pengenalan tentang organisasi dan dunia kerja
sampai pada tahap penerapan otonomi dalam pengambilan keputusan.
Mulai dari karyawan sampai ke manajemen puncak. Namun bukan berarti
kemampuan dan sikap profesional harus menunggu dahulu sampai yang
bersangkutan menjadi manajer, direktur bahkan manajemen puncak.
31
c. Setia
d. Tepat janji
e. Menghormati orang lain
3. Kemauan ditunjukkan dengan sikap yang harus dimiliki yaitu:
a. Bertanggungjawab
b. Bekerja sama
c. Bekerja keras
d. Berprestasi
32
Gambar 4.4. Membangun Mentalitas Profesional
Sumber: artikel Jansen H. Sinamo, Institut Dharma Mahardika.
Email: jansensinamo@institutmahardika.com
33
diabdikan demi kebaikan masyarakat yang didorong oleh kebaikan hati,
bahkan dengan kesediaan berkorban. Inilah altruisme.
3. Mentalitas Melayani
Kepuasan kaum profesional muncul karena konstituen, pelanggan,
atau pemakai jasa profesionalnya telah terpuaskan lebih dahulu via
interaksi kerja.
4. Mentalitas Pembelajar
Kaum profesional di sepanjang kurirnya terus-menerus
mengenyam latihan-latihan tiada henti.
5. Mentalitas Pengabdian
Seorang pekerja profesional memilih dengan sadar satu bidang
kerja yang akan ditekuninya sebagai profesi. Pilihannya ini biasanya
terkait erat dengan ketertarikannya pada bidang itu, bahkan ada semacam
rasa keterpanggilan untuk mengabdi di bidang tersebut.
6. Mentalitas Kreatif
Kaum profesional sesudah menguasai kompetensi teknis di
bidangnya, berkembang terus ke tahap seni. Dia akan menemukan unsur
seni dalam pekerjaannya. Dia akan menghayati estetika dalam profesinya.
7. Mentalitas Etis
Kaum profesional sejati tidak akan menghianati etika dan moralitas
profesinya demi uang atau kekuasaan.
RANGKUMAN
34
protokol dan peraturan dalam bidang yang dijalaninya dan menerima gaji sebagai
upah atas jasanya. Ciri profesional adalah memiliki keterampilan yang tinggi,
ilmu, pengalaman, kecerdasan, sikap berorientasi ke depan, dan mandiri.
LATIHAN
Jawablah 3 pertanyaan yang telah dipersiapkan pada bab ini melalui
https://bit.ly/LatihanProfesional dengan benar!
35
BAB V
BISNIS SEBAGAI PROFESI ETIS
36
5.1. PENGERTIAN BISNIS
Secara langsung atau tidak langsung setiap hari kita akan terlibat
dalam kegiatan yang banyak ragamnya sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan
manusia tentunya tidak ada batasnya sehingga semakin banyak dan
beragamlah kegiatan bisnis yangg ada. banyak ahli yang mendefinisikan
pengertian bisnis diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Indrio Gito Sudarno dalam bukunya Pengantar Bisnis mengemukakan
bisnis merupakan suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan manusia,
organisasi atau masyarakat luas, manusia bisnis akan selalu melihat
adanya kebutuhan masyarakat dan kemudian mencoba untuk dapat
melayani secara baik sehingga masyarakat menjadi puas. Dari kepuasan
itulash si pengusaha akan mendapatkan keuntungan yang pada akhirnya
keuntungan tersebut digunakan untuk dapat mengembangkan usahanya.
b. Basu Swasta DH dalam bukunya Pengantar Bisnis Modern
mengemukakan bisnis merupakan suatu usaha yang meliputi semua aspek
kegiatan untuk mengeluarkan barang – barang melalui saluran produktif
dari membeli bahan mentah sampai barang jadi.
c. Hughes dan Kepoor yang dikutip oleh Buchori Alma dalam bukunya
Pengantar Bisnis mengutarakan bahwa bisnis merupakan suatu kegiatan
usaha individu yang terorganisasi. Untuk menghasilkan dan menjual
barang dan jasa mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat. Secara umum kegiatan ini ada di dalam masyarakat dan ada
juga di dalam industri. Orang yang berusaha menjalankan kegiatan bisnis
enggan menggunakan uang dan waktunya dengan menanggung resiko
disebut entrepreneur. Untuk dapat menjalankan kegiatan bisnis ia hahrus
dapat mengkombinasikan empat macam sumber, yaitu: material, human,
financial dan informasi.
d. Brown dan Petrello yang dikutip oleh Buchari dan Alma dalam bukunya
Pengantar Bisnis, mengurakaikan bisnis merupakan suatu lembaga yang
dapat menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat
sambil memperoleh laba. Kegiatan bisnis dapat mencankup suatu bentuk
37
usaha – usaha yang dapat dilakukan oleh phak pemerintah dan swasta
baik yang mengejar laba atau juga yang tidak.
38
Gambar 5.1. Bisnis dan Profesi
Sumber: https://bisacumlaude.com/bisnis-sebagai-profesi-etis/
39
bukanlah tujuan utama dan satu-satunya dalam bisnis. Pada link video ini,
dapat kita pelajari bagaimana menjalankan bisnis secara etis dan bertanggung
jawab.
Tujuan utama bisnis, sebagaimana diungkapkan oleh Adam Smith
(dalam bukunya, An Inquiry into the Nature and Causes the Wealth of
Nations) ialah bukan untuk mencari keuntungan melainkan untuk memenuhi
kebutuhan hidup orang lain, dan hanya lewat itu seseorang bisa memperoleh
apa yang dibutuhkannya. “Berikanlah apa yang saya inginkan, dan Anda akan
memperoleh [dariku] ini yang Anda inginkan”, tegasnya. Keuntungan hanya
dilihat sebagai konsekuensi logis dari kegiatan bisnis; yaitu, dengan
memenuhi kebutuhan masyarakat secara baik, keuntungan akan datang
dengan sendirinya. Masyarakat akan merasa terikat dengan membeli barang
dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan yang memenuhi kebutuhan mereka
dengan mutu dan harga yang baik.
Di samping itu, bisnis menjadi ruang tempat individu beraktivitas
dengan lingkungan dan sesamanya dalam bidang bisnis. Oleh karena kegiatan
bisnis adalah kegiatan manusia, maka bisnis dapat dan memang pada
tempatnya untuk dinilai dari sudut pandang moral, dari sudut pandang baik
buruknya tindakan manusia bisnis sejauh sebagai manusia, persis sama
seperti semua kegiatan manusia lainnya juga dinilai dari sudut pandang
moral. Dengan demikian, bisnis tidak lepas dari etika yang merupakan
refleksi kritis atas manusia yang bertindak.
Dewasa ini bisnis dan juga perusahaan banyak yang sangat
menghayati pekerjaan dan kegiatan bisnisnya sebagai sebuah profesi. Mereka
tidak hanya mempunyai keahlian dan keterampilan yang tinggi tapi punya
komitmen moral yang mendalam. Karena itu, bukan tidak mungkin bahwa
bisnis pun dapat menjadi sebuah profesi dalam pengertian sebenar-benarnya
bahkan menjadi sebuah profesi yang luhur.
a. Pandangan Praktis-Realistis
Pandangan ini bertumpu pada kenyataan yang diamati berlaku
dalam dunia bisnis dewasa ini. Pandangan ini didasarkan pada apa yang
umumnya dilakukan oleh orang-orang bisnis. Pandangan ini melihat bisnis
40
sebagai suatu kegiatan di antara manusia yang menyangkut memproduksi,
menjual dan membeli barang dan jasa untuk memperoleh keuntungan.
Bisnis adalah suatu kegiatan Profit-making. Dasar pemikirannya
adalah bahwa orang yang terjun ke dalam bisnis tidak punya keinginan dan
tujuan lain selain ingin mencari keuntungan. Kegiatan bisnis adalah
kegiatan ekonomis dan bukan kegiatan sosial. Karena itu, keuntungan itu
sah untuk menunjang kegiatan bisnis. Asumsi Adam Smith: Dalam
masyarakat modern telah terjadi pembagian kerja di mana setiap orang
tidak bisa lagi mengerjakan segala sesuatu sekaligus dan bisa memenuhi
semua kebutuhan hidupnya sendiri. Semua orang tanpa terkecuali
mempunyai kecenderungan dasar untuk membuat kondisi hidupnya
menjadi lebih baik.
b. Pandangan Ideal
Disebut pandangan ideal, karena dalam kenyataannya masih
merupakan suatu hal yang ideal mengenai dunia bisnis. Sebagai
pandangan yang ideal pandangan ini baru dianut oleh segelintir orang yang
dipengaruhi oleh idealisme berdasarkan nilai yang dianutnya.
Menurut Adam Smith, pertukaran dagang terjadi karena satu orang
memproduksi lebih banyak barang sementara ia sendiri membutuhkan
barang lain yang tidak bisa dibuatnya sendiri. Menurut Matsushita (pendiri
perusahan Matsushita Inc di Jepang), tujuan bisnis sebenarnya bukanlah
mencari keuntungan melainkan untuk melayani kebutuhan masyarakat.
Sedangkan keuntungan tidak lain hanyalah simbol kepercayaan
masyarakat atas kegiatan bisnis suatu perusahaan. Artinya, karena
masyarakat merasa kebutuhan hidupnya dipenuhi secara baik mereka akan
menyukai produk perusahaan tersebut yang memang dibutuhkannya tapi
sekaligus juga puas dengan produk tersebut.
Dengan melihat kedua pandangan berbeda di atas, kita dapat menarik
kesimpulan bahwa citra jelek dunia bisnis sedikit banyaknya disebabkan oleh
pandangan pertama yang melihat bisnis sekadar sebagai mencari keuntungan.
Atas dasar ini, persoalan yang dihadapi di sini adalah bagaimana
mengusahakan agar keuntungan yang diperoleh ini memang wajar, halal, dan
41
fair. Terlepas dari pandangan mana yang dianut, keuntungan tetap menjadi
hal pokok bagi bisnis. Masalahnya adalah apakah mengejar keuntungan lalu
berarti mengabaikan etika dan moralitas? Yang penting adalah bagaimana
keuntungan ini sendiri tercapai.
Salah satu upaya untuk membangun bisnis sebagai profesi yang luhur
adalah dengan membentuk, mendukung dan memperkuat organisasi
profesi.Melalui organisasi profesi tersebut bisnis bisa dikembangkan sebagai
sebuah profesi dalam pengertian sebenar-benarnya sebagaimana dibahas
disini, kalau bukan menjadi profesi luhur.
Dengan demikian, bisnis memiliki etika. Hal ini juga berarti bisnis
memiliki prinsip-prinsip etika (terapan atau profesi), yang merupakan
penerapan prinsip etika pada umumnya, tanpa melupakan kekhasan sisem
nilai dari setiap masyarakat bisnis. Secara umum, prinsip-prinsip yang
berlaku dalam kegiatan bisnis yang baik tidak bisa dilepaskan dari kehidupan
manusia. Atau dengan kata lain, prinsip-prinsip itu erat terkait dengan sistem
nilai yang dianut oleh masyarakat. Dan dalam hal ini, operasional dari
prinsip-prinsip atau nilai-nilai moral dunia bisnis itu termanifestasikan dan
tersalurkan lewat apa yang disebut „budaya organisasi‟/‟budaya perusahaan‟
(corporate culture) atau etos bisnis.
Bertens (2013: 25) mengemukakan tiga ukuran moralitas dalam bisnis
yang dapat digunakan untuk mengukur sudut pandang moral dan prinsip
integritas moral, yaitu:
1. Hati nurani. Setiap keputusan yang diambil menurut hati nurani adalah
baik. Orang yang mengambil keputusan dengan mengingkari hati
nuraninya, secara tidak langsung dia juga menghancurkan integritas
pribadinya
2. Kaidah emas. Kaidah emas berbunyi “hendaklah memperlakukan orang
lain sebagaimana anda sendiri ingin diperlakukan” hal ini berarti, jika
seseorang tidak ingin mendapat perlakuan buruk, maka jangan sampai
memperlakukan orang lain dengan buruk.
3. Penilaian umum. Perilaku bisnis yang oleh masyarakat umum dinilai baik,
berarti bisnis tersebut etis. Namun, jika masyarakat umum menilai bisnis
42
tersebut tidak baik, berarti bisnis tersebut tidak etis. Hal ini disebut juga
audit sosial. Teori etika membantu dalam menentukan penilaian etis atau
tidaknya suatu perilaku. Alasan benar atau tidaknya perilaku yang
dilakukan seseorang dapat didukung dengan teori etika.
Menurut Drs. O.P Simorangkir bahwa hakikat etika bisnis adalah
menganalisis atas asumsi-asumsi bisnis, baik asumsi moral maupun
pandangan dari sudut moral. Karena bisnis beroperasi dalam rangka suatu
sistem ekonomi, maka sebagian dari tugas etika bisnis hakikatnya
mengemukakan pertanyaan-pertanyaan tentang sistem ekonomi yang umum
dan khusus, dan pada gilirannya menimbulkan pertanyaan-pertanyaan tentang
tepat atau tidaknya pemakaian bahasa moral untuk menilai sistem-sistem
ekonomi, struktur bisnis.
Contoh praktek etika bisnis yang dihubungkan dengan moral :
Uang milik perusahaan tidak boleh diambil atau ditarik oleh setiap
pejabat perusahaan untuk dimiliki secara pribadi. Hal ini bertentangan dengan
etika bisnis. Memiliki uang dengan cara merampas atau menipu adalah
bertentangan dengan moral. Pejabat perusahaan yang sadar etika bisnis, akan
melarang pengambilan uang perusahaan untuk kepentingan pribadi,
pengambilan yang terlanjur wajib dikembalikan. Pejabat yang sadar, disebut
memiliki kesadaran moral, yakni keputusan secara sadar diambil oleh pejabat,
karena ia merasa bahwa itu tanggung jawabnya, bukan saja selaku karyawan
melainkan juga sebagai manusia yang bermoral.
43
Konsumen. Keputusan bisnis sering mengedepankan materi atau mengejar
target perolehan keuntungan jangka pendek semata.
3. Keputusan bisnis sering dibuat secara sepihak tanpa memperhatikan atau
bahkan tanpa mengerti ketentuan etik yang disahkan oleh lembaga yang
berkompeten seperti Kode Etik Perhimpunan Auditor Internal Indonesia
(PAAI), Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008/ tentang
Jasa Akuntan Publik, Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 2
Tahun 2007 tentang Kode Etik BPK-RI, Kode Etik Psikologi Indonesia,
Kode Etik Advokat Indonesia, dan lain sebagainya.
4. Kontrol dari pihak berwenang dalam menegakkan etika bisnis masih
dianggap lemah. Sehingga kondisi ini dimanfaatkan untuk mencapai
keuntungan pribadi atau kelompok.
Berbagai upaya sebenarnya telah dilakukan oleh banyak perusahaan
untuk mencegah terjadinya bisnis yang tidak etis. Dalam dunia bisnis, budaya
organisasi dibangun sebagai landasan nilai-nilai (visi dan misi) bagi
perusahaan. Nilai-nilai itu dihayati, dipraktekkan, dan diteruskan dari
generasi ke generasi dalam kegiatan bisnis perusahaan demi tercapainya
tujuan-tujuan yang dicanangkannya. Banyak perusahaan besar telah
mengembangkan nilai budaya organisasi dan pada akhirnya berhasil sukses
dan bertahan lama (Mis. Matsushita Inc., IBM, Johnson and Johnson dengan
Kredo-nya, dan keyakinan perusahaan Borg-Wagner).
Konosuke Matsushita, pendiri perusahaan Matsushita Inc., dalam
bukunya yang terkenal “Not For Bread Alone” mengungkapkan misi luhur
perusahaannya yang tidak sekadar mencari keuntungan. Misi perusahaannya
itu ialah, meningkatkan standar hidup masyarakat, menyejahterakan
masyarakat, dan membuat hidup manusia lebih manusiawi melalui
pemenuhan kebutuhan mereka secara baik. Karena yang utama adalah
memenuhi kebutuhan hidup manusia, dalam bisnis, perhatian terutama
ditujukan pada konsumen dan juga karyawan perusahaan tersebut. Ini
menjadi budaya organisasi atau etos bisnis yang dihayati oleh semua
karyawan sejak masuk dalam perusahaan tersebut dan sekaligus menjadi
keunggulan dan ciri khas perusahaan.
44
Dengan demikian, budaya organisasi juga telah memberikan
jawabannya bagi dunia bisnis yang seringkali dipandang bersifat „amoral‟.
Dunia bisnis berjalan bukan sekedar dengan mengutamakan „keuntungan‟,
tapi berkembang dengan visi dan misi yang luhur. Oleh karena itu, bisnis
berjalan juga dengan prinsip-prinsip atau nilai-nilai moral (etis). Bisnis,
dengan demikian, telah menemukan bentuknya yang paling asali yang hadir
dalam kelekatannya dengan moralitas; dengan etika.
RANGKUMAN
LATIHAN
Jawablah 3 pertanyaan yang telah dipersiapkan pada bab ini melalui
https://bit.ly/3lygHjX dengan benar!
45
STUDI KASUS
Dalam satu bulan terakhir ini sudah ada 3 produk yang izin edarnya ditarik
oleh BPOM karena tidak sesuai ketentuan. Dimulai dari Viostin dan Enzyplex
tanggal 5 Februari lalu karena terbukti mengandung DNA babi, kini Albothyl pun
dibatalkan izin edarnya per tanggal 15 Februari setelah ada 38 laporan kasus
terkait efek samping serius yang timbul akibat penggunaan Albothyl, oleh
profesional kesehatan dalam dua tahun terakhir ini.
Pada kasus Viostin dan Enzyplex, boleh dikatakan levelnya tidak sampai
membahayakan pasien. Hanya tidak sesuai dengan ketentuan pelabelan produk,
mengingat Indonesia adalah negara mayoritas Muslim sehingga produk yang
mengandung babi harus mengikuti ketentuan khusus, seperti yang pernah saya
jelaskan dalam artikel saya sebelumnya.
Tapi untuk kasus Albothyl kali ini, tentunya dianggap sangat serius karena
berkaitan dengan keselamatan pasien. Dalam 38 laporan kasus tersebut
menunjukkan bahwa adanya efek samping Albothyl yang malah memperparah
sariawan yang diderita pasien dan menyebabkan infeksi (noma like lession).
Kejadian ini sedikit banyak menimbulkan pertanyaan dari masyarakat dan
kalangan profesi kesehatan. Siapa yang salah? Produsen yang dianggap tidak
serius dengan keamanan produknya atau regulator yang dianggap tidak cermat
dalam mengevaluasi produk sebelum memberikan Nomor Izin Edar.
Perlu diketahui bahwa kualitas dan keamanan setiap produk obat maupun
makanan yang beredar di Indonesia dikontrol oleh BPOM atau disebut juga post-
market surveillance. Post-market surveillance ini biasanya dilakukan dengan cara
sampling (mengambil contoh produk langsung dari pasaran untuk diuji di
laboratorium). Dan cara samplingini bisa dilakukan secara rutin (misalnya
menjelang akhir tahun atau Idul Fitri) maupun secara mendadak jika diduga ada
yang tidak sesuai ketentuan.
Namun tentunya, kontrol tidak hanya dilakukan oleh pihak regulator
(dalam hal ini BPOM dan BBPOM) karena bisa dibayangkan bagaimana repotnya
mereka mengontrol seluruh produk yang beredar di Indonesia beserta seluruh
fasilitas produksinya. Oleh sebab itu, peran industri farmasi, profesional kesehatan
di lapangan dan masyarakat awam juga diperlukan. Caranya? Ya dengan
46
melaporkan kejadian tidak diinginkan (baik yang serius maupun tidak serius) yang
timbul akibat penggunaan suatu obat atau yang dikenal dengan istilah
Farmakovigilans. Apa lagi tuh?
Farmakovigilans adalah seluruh kegiatan tentang pendeteksian, penilaian,
pemahaman dan pencegahan efek samping atau masalah lainnya terkait dengan
penggunaan obat. Pelaporan ini sifatnya bisa berupa Pelaporan spontan, Pelaporan
Berkala Pasca Pemasaran (Periodic Safety Update Report), Pelaporan studi
keamanan pasca pemasaran, Pelaporan publikasi/literatur ilmiah, Pelaporan tindak
lanjut regulatori Badan Otoritas negara lain, pelaporan tindak lanjut pemegang
izin edar di negara lain, dan/atau Pelaporan dari perencanaan Manajemen Resiko.
(https://www.kompasiana.com/irmina.gultom/5a87b8a616835f50501363e3/kasus-
albothyl-bukti-%20%20%20berjalannya-farmakovigilans-di-indonesia)
TUGAS PRAKTEK
Buatlah satu video yang menampilkan salah satu kasus pelanggaran etika
bisnis yang terjadi di Indonesia, dalam kurun waktu maksimal 2 tahun belakangan
ini, dan kemukakan juga analisa kasusnya pada bagian akhir video.
Kemudian upload video pada https://www.youtube.com/ dengan judul
video: Tugas Pelanggaran Etika_Kelas_Nama lengkap_MP Polines.
47
BAB VI
ETIKA PROFESI
48
3. Menurut Lubis (1994), pengertian Etika profesi merupakan suatu
sikap hidup, yang mana berupa kesediaan untuk dapat memberikan
pelayanan profesional terhadap masyarakat dengan keterlibatan
penuh serta juga keahlian ialah sebagai pelayanan didalam rangka
melaksanakan tugas.
4. Menurut Muchtar (2016), pengertian Etika profesi merupakan suatu
aturan perilaku yang mempunyai kekuatan mengikat bagi tiap-tiap
pemegang profesi.
49
yang benar/baik serta apa yang tidak benar/tidak baik bagi seorang
profesional. Dengan kata lain, tujuan dari etika profesi ini ialah supaya
seorang profesional tersebut bertindak sesuai dengan aturan serta juga
menghindari tindakan yang tidak sesuai dengan kode etik profesi.
Di bawah ini adalah peranan etika dalam profesi berikut:
1. Nilai-nilai etika itu tidak hanya milik satu atau dua orang, atau
segolongan orang saja, tetapi milik setiap kelompok masyarakat,
bahkan kelompok yang paling kecil yaitu keluarga sampai pada
suatu bangsa. Dengan nilai-nilai etika tersebut, suatu kelompok
diharapkan akan mempunyai tata nilai untuk mengatur kehidupan
bersama.
2. Salah satu golongan masyarakat yang mempunyai nilai-nilai yang
menjadi landasan dalam pergaulan baik dengan kelompok atau
masyarakat umumnya maupun dengan sesama anggotanya, yaitu
masyarakat profesional. Golongan ini sering menjadi pusat perhatian
karena adanya tata nilai yang mengatur dan tertuang secara tertulis
(yaitu kode etik profesi) dan diharapkan menjadi pegangan para
anggotanya.
3. Sorotan masyarakat menjadi semakin tajam manakala perilaku-
perilaku sebagian para anggota profesi yang tidak didasarkan pada
nilai-nilai pergaulan yang telah disepakati bersama (tertuang dalam
kode etik profesi), sehingga terjadi kemerosotan etik pada
masyarakat profesi tersebut. Sebagai contohnya adalah pada profesi
hukum dikenal adanya mafia peradilan, demikian juga pada profesi
dokter dengan pendirian klinik super spesialis di daerah mewah,
sehingga masyarakat miskin tidak mungkin menjamahnya
50
- Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau
masyarakat pada umumnya.
2. Keadilan. Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa
saja apa yang menjadi haknya.
3. Otonomi. Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional berhak
untuk dapat melakukan atau tidak melakukan sesuatu dengan
mempertimbangkan kode etik profesi.
4. Integritas moral. Seorang profesional tersebut harus memiliki
komitmen pribadi untuk dapat menjaga kepentingan profesi, dirinya,
serta juga masyarakat.
51
ahli sejarah belum tentu sumpah ini merupakan buah pena Hipokrates
sendiri, tetapi setidaknya berasal dari kalangan murid-muridnya dan
meneruskan semangat profesional yang diwariskan oleh dokter Yunani
ini. Walaupun mempunyai riwayat eksistensi yang sudah-sudah
panjang, namun belum pernah dalam sejarah kode etik menjadi
fenomena yang begitu banyak dipraktekkan dan tersebar begitu luas
seperti sekarang ini. Jika sungguh benar zaman kita di warnai suasana
etis yang khusus, salah satu buktinya adalah peranan dan dampak kode-
kode etik ini.
Kode etik profesi dapat menjadi penyeimbang segi-segi negatif
dari suatu profesi, sehingga kode etik ibarat kompas yang menunjukkan
arah moral bagi suatu profesi dan sekaligus juga menjamin mutu moral
profesi itu dimata masyarakat.
Kode etik bisa dilihat sebagai produk dari etika terapan, seban
dihasilkan berkat penerapan pemikiran etis atas suatu wilayah tertentu,
yaitu profesi. Tetapi setelah kode etik ada, pemikiran etis tidak berhenti.
Kode etik tidak menggantikan pemikiran etis, tapi sebaliknya selalu
didampingi refleksi etis. Supaya kode etik dapat berfungsi dengan
semestinya, salah satu syarat mutlak adalah bahwa kode etik itu dibuat
oleh profesi sendiri. Kode etik tidak akan efektif kalau di drop begitu
saja dari atas yaitu instansi pemerintah atau instansi-instansi lain;
karena tidak akan dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang hidup dalam
kalangan profesi itu sendiri.
Instansi dari luar bisa menganjurkan membuat kode etik dan
barang kali dapat juga membantu dalam merumuskan, tetapi pembuatan
kode etik itu sendiri harus dilakukan oleh profesi yang bersangkutan.
Supaya dapat berfungsi dengan baik, kode etik itu sendiri harus menjadi
hasil Self Regulation (pengaturan diri) dari profesi.
52
yang telah dibahas dan dirumuskan dalam etika profesi. Kode etik ini
lebih memperjelas, mempertegas dan merinci norma-norma ke bentuk
yang lebih sempurna walaupun sebenarnya norma-norma tersebut sudah
tersirat dalam etika profesi. Dengan demikian kode etik profesi adalah
sistem norma atau aturan yang ditulis secara jelas dan tegas serta
terperinci tentang apa yang baik dan tidak baik, apa yang benar dan apa
yang salah dan perbuatan apa yang dilakukan dan tidak boleh dilakukan
oleh seorang profesional.
Tujuan kode etik profesi adalah sebagai berikut:
1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi.
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
6. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
8. Menentukan baku standarnya sendiri.
53
Penasehat Hukum Indonesia, Kode Etik Jurnalistik Indonesia, Kode
Etik Advokasi Indonesia dan lain-lain.
Ada sekitar lebih dari tiga puluh organisasi kemasyarakatan
yang telah memiliki kode etik. Suatu gejala agak baru adalah bahwa
sekarang ini perusahaan-perusahan swasta cenderung membuat kode
etik sendiri. Rasanya dengan itu mereka ingin memamerkan mutu
etisnya dan sekaligus meningkatkan kredibilitasnya dan karena itu pada
prinsipnya patut dinilai positif.
54
Sanksi Pelanggaran Kode Etik digolongkan menjadi dua, yaitu:
a. Sanksi moral
b. Sanksi dikeluarkan dari organisasi
Kasus-kasus pelanggaran kode etik akan ditindak dan dinilai
oleh suatu dewan kehormatan atau komisi yang dibentuk khusus untuk
itu. Karena tujuannya adalah mencegah terjadinya perilaku yang tidak
etis, seringkali kode etik juga berisikan ketentuan-ketentuan
profesional, seperti kewajiban melapor jika ketahuan teman sejawat
melanggar kode etik. Ketentuan itu merupakan akibat logis dari self
regulation yang terwujud dalam kode etik; seperti kode itu berasal dari
niat profesi mengatur dirinya sendiri, demikian juga diharapkan
kesediaan profesi untuk menjalankan kontrol terhadap pelanggar.
Namun demikian, dalam praktek sehari-hari kontrol ini tidak
berjalan dengan mulus karena rasa solidaritas tertanam kuat dalam
anggota-anggota profesi, seorang profesional mudah merasa segan
melaporkan teman sejawat yang melakukan pelanggaran. Tetapi dengan
perilaku semacam itu solidaritas antar kolega ditempatkan di atas kode
etik profesi dan dengan demikian maka kode etik profesi itu tidak
tercapai, karena tujuan yang sebenarnya adalah menempatkan etika
profesi di atas pertimbangan-pertimbangan lain. Lebih lanjut masing-
masing pelaksana profesi harus memahami betul tujuan kode etik
profesi baru kemudian dapat melaksanakannya.
RANGKUMAN
Secara umum, pengertian etika profesi ini merupakan suatu sikap etis yang
dimiliki seorang profesional yakni sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam
mengembang tugasnya dan juga menerapkan norma-norma etis umum pada
bidang-bidang khusus (profesi) didalam kehidupan manusia. Etika profesi atau
juga kode etik profesi ini sangat berhubungan dengan bidang tertentu yang
berhubungan dengan masyarakat atau juga konsumen dengan secara langsung.
55
Tujuan dari etika profesi ini ialah supaya seorang profesional tersebut bertindak
sesuai dengan aturan serta juga menghindari tindakan yang tidak sesuai dengan
kode etik profesi.
Menurut UU No. 8 (Pokok-Pokok Kepegawaian), kode etik profesi adalah
pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam
kehidupan sehari-hari. Kode etik yang ada dalam masyarakat Indonesia cukup
banyak dan bervariasi. Umumnya pemilik kode etik adalah organisasi
kemasyarakatan yang bersifat nasional, misalnya Ikatan Dokter Indonesia (IDI),
Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), kode etik Ikatan Penasehat Hukum Indonesia,
Kode Etik Jurnalistik Indonesia, Kode Etik Advokasi Indonesia dan lain-lain.
Kasus-kasus pelanggaran kode etik akan ditindak dan dinilai oleh suatu
dewan kehormatan atau komisi yang dibentuk khusus untuk itu. Karena tujuannya
adalah mencegah terjadinya perilaku yang tidak etis, seringkali kode etik juga
berisikan ketentuan-ketentuan profesional, seperti kewajiban melapor jika
ketahuan teman sejawat melanggar kode etik. Ketentuan itu merupakan akibat
logis dari self regulation yang terwujud dalam kode etik; seperti kode itu berasal
dari niat profesi mengatur dirinya sendiri, demikian juga diharapkan kesediaan
profesi untuk menjalankan kontrol terhadap pelanggar.
LATIHAN
Jawablah 4 pertanyaan yang telah dipersiapkan pada bab ini melalui
https://bit.ly/LatihanEtikaProfesi dengan benar!
56
BAB VII
ETIKA PROFESI PEMASARAN
57
Panduan berikut menunjukkan ruang lingkup etika pemasaran:
a. Manajer pemasaran harus menerima tanggung jawab atas konsekuensi dari
tindakan mereka.
b. Manajer pemasaran harus menahan diri dari sengaja merugikan; mematuhi
semua undang-undang dan peraturan yang relevan; dan akurat mewakili
diri mereka sendiri, perusahaan mereka, dan merek mereka.
c. Manajer pemasaran harus melakukan segala upaya untuk memastikan
bahwa pilihan dan tindakan mereka melayani kepentingan terbaik dari
semua pelanggan, organisasi, dan masyarakat terkait.
58
b. Etika dalam Tahap Implementasi
Tahap implementasi melibatkan menempatkan strategi pemasaran
dalam tindakan dengan menggunakan bauran pemasaran (Price,
Promotion, Product, dan Place). Setiap perusahaan akan mendasarkan
rencananya pada kebutuhan rinci pelanggan dan strategi yang dipilih untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Dari segi harga, praktik yang tidak etis
dapat mencakup persekongkolan tender atau predatory pricing. Ini adalah
tanggung jawab perusahaan untuk terlibat dalam penentuan harga pasar
wajar untuk memungkinkan pelanggan untuk mendapatkan produk terbaik
yang tersedia.
Perusahaan juga harus menggunakan metode promosi yang
menghindari iklan negatif dan mempromosikan kebenaran dan kejujuran
tentang suatu produk. Ketika memutuskan pada penempatan produk,
perusahaan harus memastikan bahwa produk yang ditawarkan kepada
semua pelanggan dengan kebutuhan untuk itu, terlepas dari karakteristik
demografi mereka. Menempatkan produk dengan pengecualian pasar tidak
etis berdasarkan kualitas seperti etnis dapat berdampak negatif terhadap
perusahaan.
59
Dalam dunia pemasaran telah ditetapkan kode etik yang menjadi
pedoman bagi para pengusahan dan pelaku di dunia pemasaran. Berikut ini
adalah kode etik dalam pemasaran:
1. Komunikasi pemasaran harus didasarkan pada kebenaran dan integritas;
2. Konsekuensi dari tindakan perusahaan menjadi tanggung jawab para
manajer, oleh karena itu mereka harus mendorong kolaboratornya untuk
bersikap etis dan bertanggung jawab;
3. Pemasar harus bertindak secara profesional;
4. Perusahaan harus memenuhi tugasnya dalam pertukaran komersial, yaitu
mengirimkan produk dan jasanya sesuai dengan karakteristik, harga dan
waktu yang dijanjikan;
5. Iklan harus dibedakan dengan jelas dari konten berita, pendidikan, atau
hiburan;
6. Pemasar harus mengupayakan tindakan mereka untuk memuaskan
kelompok kepentingan atau pemangku kepentingan perusahaan:
pelanggan, karyawan, dan pemasok;
7. Perusahaan harus melindungi privasi konsumennya;
8. Tindakan pemasaran harus mematuhi legalitas masing-masing negara;
9. Perusahaan harus memberikan tanggapan yang tepat waktu atas keluhan
pelanggan;
10. Nilai-nilai budaya organisasi harus dihayati dan dikomunikasikan dengan
pemangku kepentingannya.
60
Kode etik dalam pemasaran yang ditetapkan sudah tentu tidak lepas
dari peraturan pemerintah dan peraturan masing-masing perusahaan. Kode
etik pemasaran yang dominan berkembang saat ini antara lain adalah kode
etik periklanan, yang diatur dalam Etika Pariwara Indonesia (EPI), dan dapat
diunduh dan dipelajari melalui tautan https://bit.ly/EtikaPariwaraIndonesia.
Kode etik di bidang pemasaran berikutnya adalah kode etik pemasar.
Salah satu contoh kode etik pemasar yang sangat mendapat sorotan, hingga
diatur dengan tegas oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang dapat diunduh
dan dipelajari lebih lanjut adalah pada tautan Standar Praktik dan Kode Etik
Tenaga Pemasar Asuransi Jiwa yang dikeluarkan oleh Asosiasi Asuransi Jiwa
Indonesia (AAJI).
61
7.4. MANFAAT ETIKA DALAM PEMASARAN
Dengan menerapkan etika dalam pemasaran, maka akan membawa
manfaat baik kepada perusahaan maupun pribadi, antara lain sebagai berikut:
1. Membangun hubungan kepercayaan. Mempertahankan perilaku etis dalam
perusahaan akan membuat kredibilitas perusahaan baik, yang mampu
mempertahankan citra merek di mata pelanggan.
2. Menarik pelanggan, pemasok, dan karyawan yang baik. Dengan
menyampaikan citra profesionalisme dalam berkomunikasi dengan
kebenaran dan integritas, perusahaan akan menarik orang yang mencari
merek yang mereka yakin akan dapat berbagi nilai-nilai tersebut.
3. Melindungi dari publisitas negatif. Tidak ada bisnis yang terhindar dari
komentar negatif, baik itu keluhan pelanggan atau keluhan pemasok. Jika
ini terjadi, reputasi etis yang dimiliki perusahaan akan menjadi pertahanan
terbaik bagi eksistensi perusahaan.
4. Tambahkan nilai pada produk. Bekerja secara etis memungkinkan
pelanggan melihat dan menilai bahwa praktik usaha kita benar, sehingga
akan menjadi nilai tambah bagi perusahaan. Hal ini pasti akan
menguntungkan bisnis, dengan meningkatkan citra merek akan membawa
pada peningkatan omzet penjualan.
5. Menghasilkan kepuasan pribadi. Dengan bertindak di bawah prinsip etika
yang kokoh, pimpinan dan seluruh karyawan perusahaan akan merasakan
kepuasan yang akan mendorong mereka untuk terus berkinerja lebih baik.
RANGKUMAN
Etika pemasaran memainkan peran penting dalam menetapkan batasan
etika untuk ekspansi komersial perusahaan, memastikan bahwa mereka tidak
menyesatkan konsumen dan transparan dalam strategi komunikasi mereka. Etika
pemasaran tertanam di sepanjang tiga tahapan perencanaan, yaitu perencanaan,
implementasi, dan kontrol. Dimulai dari tahap perencanaan inilah akan
memungkinkan perusahaan untuk menentukan karakter dan citra perusahaan di
mata publik.
62
Menerapkan etika dalam pemasaran dapat dilakukan dengan cara:
menghindari praktek bisnis ilegal; Rancang produk sesuai dengan urutan yang
benar; Pahami kebutuhan pelanggan; Hindari iklan dan stereotip yang
menyesatkan; Jangan gunakan praktik pemasaran digital yang buruk.
LATIHAN
Jawablah 4 pertanyaan yang telah dipersiapkan pada bab ini melalui
https://bit.ly/EtikaProfesiPemasaran dengan benar!
63
BAB VIII
ETIKET BISNIS YANG MENUNJANG PEMASARAN
64
2. Memperhatikan orang lain. Pandanglah mata lawan bicara,
tersenyumlah. Ekspresi Anda dapat membangkitkan energi dan
motivasi orang lain. Untuk itu pandangan mata Anda sebaiknya
berhadapan dengan lawan bicara, jangan terlalu keatas ataupun
menunduk. Usahakan agar wajah Anda terlihat menarik, lembut,
dan ramah
3. Berjalan dengan tujuan. Perhatikan sikap berjalan, sikap tubuh
yang baik dan benar, maka hal tersebut akan membuat Anda lebih
percaya diri dan nampak berwibawa.
4. Jadilah rapi tanpa cela. Berikan kesan melalui penampilan bahwa
Anda adalah seorang pemasar yang bersih dan rapi. Pilih dan
kenakan pakaian yang dapat membantu menonjolkan kelebihan
dan menyembunyikan kekurangan Anda. Model pakaian
sebaiknya disesuaikan dengan usia, proporsi badan, dan harus
tampak bersih, rapi, dan licin. Selain itu, sesuaikan pakaian
dengan budaya yang ada di tempat kerja masing-masing.
65
diperlukan untuk menyambut dan menerima orang lain dengan kecapakan
dan ketenangan.
4. Katakan nama Anda. Sebutkan nama Anda dengan lengkap dan jelas,
kemudian ulangi menyebutkan nama orang yang diperkenalkan dengan
lengkap. Ucapkan sesuatu setelah Anda berkenalan “Senang dapat
berkenalan dengan Bapak/ Ibu. ”
Sebagai contoh: “Ibu...., perkenalkan Bapak...... Direktur PT. ”
5. Jabat tangan. Menurut etiket bisnis dianggap sopan bila wanita lebih
dahulu mengulurkan tangan untuk selanjutnya mendapat uluran tangan
dari pria, kecuali bila pria lebih tua atau tinggi jabatannya. Bila uluran
tangan tidak ada, maka tundukkanlah kepala sedikit dan tersenyum dengan
ramah. Ketika berjabat tangan sebaiknya dilakukan dengan berdiri tanpa
ada benda yang menghalangi, ulurkan seluruh tangan dengan tegas, namun
hindari menjabat jemari dan menguasai tangan orang lain dengan terlalu
kencang, serta memasukkan tangan kiri di saku.
6. Jadilah orang yang mudah ditemui dan disambut. Bebaskan selalu tangan
kanan Anda, dengan demikian sewaktu berjabat tangan tidak perlu
memindahkan benda ke tangan sebelah kiri. Ketika Anda menggunakan
gantungan nama, maka letakkan di sisi kanan anda. Kemudian siapkan
selalu kartu nama yang tercetak dengan benar dan dalam keadaan rapi,
bersih, dan tidak terlipat. Jika bertemu dengan orang yang Anda anggap
perlu, berikan kartu nama Anda lebih dahulu. Jika seseorang memberikan
kartu nama kepada Anda, dengan sopan sebaiknya Anda segera
mengucapkan terima kasih dan membalas dengan memberikan kartu nama
Anda.
Setelah Anda memberikan ucapan perkenalan dengan baik dan benar,
maka akan dilanjutkan ke dalam perbincangan bisnis. Pilihlah kata-kata yang
tepat dan sopan dalam rangkaian kalimat yang tersusun dengan teratur.
Ucapkan tiap kalimat dengan jelas dan nada yang enak didengar, ramah dan
penuh wibawa, maka akan menjadikan perbincangan menjadi lebih menarik.
Beberapa saran dalam perbincangan bisnis antara lain sebagai berikut:
66
1. Tetaplak pertahankan kontak mata pada lawan bicara Anda saat
perbincangan berlangsung.
2. Perhatikan dan dengarkan apa yang disampaikan lawan bicara, dan ambil
informasi tersebut untuk memulai pembicaraan selanjutnya.
3. Tersenyumlah saat mendengarkan dan berbicara dengan orang lain.
4. Tanyakan pertanyaan terbutka, yang dapat mengarahkan Anda pada
pembahasan yang lebih luas.
5. Dengarkan baik-baik apa yang telah dikatakan kepada Anda, dan jangan
biarkan diri Anda dikacaukan oleh situasi di sekitar Anda.
6. Bila meninggalkan seseorang selalu katakan bahwa Anda senang bertemu
dengannya. Tukarkan kartu nama dan jelaskan bahwa Anda akan
menghubunginya lagi di kemudian hari.
67
Selait etiket menerima telepon, Anda juka harus memperhatikan etiket
dalam menelepon sebegai berikut:
1. Gunakan daftar telepon untuk mencatat nama orang dan perusahaan yang
sering Anda hubungi.
2. Apabila telepon dilakukan melalui operator perusahaan, berikan nomor
telepon yang Anda tuju.
3. Ucapkan salam, sebutkan nama lengkap, perusahaan Anda kepada orang
yang pertama kali menerima telepon Anda. Jelaskan maksud dan tujuan
telepon Anda.
4. Apabila menelepon agak lama, tanyakan apakah hal tersebut mengganggu
kegiatan orang tersebut. Dengarkan dengan sopan dan penuh perhatian
segala keterangan yang diberikan.
5. Akhiri pembicaraan dengan ramah, ucapkan terima kasih dan salam
penutup. Anda dapat mengakhiri pembicaraan telepon karena Andalah
yang menghubungi.
68
7. Hadiah sebaiknya berkaitan dengan produk perusahaan pemberi hadiah,
jasanya, atau bidang mana perusahaan itu bergerak.
8. Jangan memberikan hadian kepada atasan, apalagi jika ada kesan meminta
untuk diperhatikan.
Sedangkan di bawah ini adalah etiket dalam menerima hadiah yang
perlu diperhatikan antara lain:
1. Selalu ucapkan terima kasih secara tertulis atas hadiah yang Anda terima.
Ucapan tertulis lebih tepat dan khusus daripada secara lisan atau telepon
2. Selalu terima hadiah dengan senang hati walaupun Anda telah memiliki
barang tersebut, jika memungkinkan bagilah dengan staf atau rekan kerja
Anda.
3. Jika hadiah tersebut terlalu mahal atau sifatnya negatif, kembalikan hadiah
tersebut dengan catatan pendek bertuliskan permohonan maaf tidak dapat
menerima hadiah tersebut karena alasan tertentu yang Anda sampaikan.
RANGKUMAN
Etiket bisnis yang baik diperlukan dalam menunjang pekerjaan Anda
sebagai seorang pemasar, dimulai dari persiapan untuk mewujudkan kesan
pertama yang baik, perkenalan, perbincangan bisnis, menelepon dan menerima
telepon, hingga menerima dan memberikan hadiah. Dengan menerapkan etiket
yang baik, maka hal tersebut diharapkan akan dapat mendukung seorang pemasar
dalam mencapai target yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
TUGAS PRAKTEK
Buatlah satu video yang menampilkan salah satu praktek etiket sebagai
pemasar yang baik, sesuai dengan pembagian tema untuk masing-masing
kelompok. Yaitu etiket perkenalan diri, etiket perbincangan bisnis, etiket
menerima telepon dan menelepon, etiket menerima dan memberi hadiah.
Kemudian upload video pada https://www.youtube.com/ dengan judul
video: Tugas Etiket Pemasar_Kelas_Nama lengkap_MP Polines.
69
BAB IX
PENGEMBANGAN POTENSI DIRI
70
menjalankan kehidupan secara efektif, dengan mengetahui kecenderungan-
kecenderungan, kebiasaan-kebiasaan yang menyebabkan orang memusuhi
kita, atau mengakibatkan merugikan diri kita maka kita dapat
mengendalikan diri (menghindarkan) untuk melakukan atau berbuat salah.
Contoh: kita tidak akan menyakiti orang lain bila kita tidak menginginkan
orang lain menyakiti diri kita.
Dengan mengenal diri sendiri akan lebih mudah memahami orang
lain. Kondisi seperti ini akan membantu kita mengadakan penyesuaian diri
dengan lingkungan sosial. Menurut De Vito (1995) salah satu yang ter-
penting dalam interaksi dengan orang lain (Komunikasi interpersonal)
adalah berbicara tentang diri sendiri pada orang lain. Pengenalan diri juga
melibatkan perasaan orang lain. Melalui pengenalan diri seseorang mem-
peroleh perspektif mengenai diri dan pengertian yang lebih mendalam ter-
utama perilaku kita. Keserasian perkembangan diri dan penyesuaian diri
akan menimbulkan rasa puas. Kepuasan yang kita rasakan secara bertahap
memupuk rasa percaya diri yang berkernbang menjadi peribadi yang ma-
tang.
71
Bidang I disebut daerah aktivitas bebas (umum) adalah
daerah yang diketahui bersama (diri maupun orang lain). Contoh:
nama, pekerjaan, alamat. Bidang I yang luas dan bidang II, III, dan IV
dipersempit maka individu adalah orang yang terbuka (ekstrovet).
Bidang II disebut daerah buta, daerah di mana kita tidak tahu
tapi orang lain mengetahui. Contoh: hal-hal, perbuatan, tingkah laku
yang tidak kita sadari tapi orang lain justru mengetahui. Pribadi
dengan bidang II yang luas dapat dikatakan orang ini “membutakan
diri” atau kurang mau tahu pendapat atau pandangan orang lain.
Bidang III disebut daerah tersembunyi adalah daerah di mana
kita tahu tetapi orang lain tidak tahu. Contoh: hal-hal yang
privacy/rahasia pribadi. Pribadi dengan bidang III yang luas adalah
orang yang introvet (tertutup).
Bidang IV merupakan daerah yang tidak diketahui baik oleh
diri maupun orang lain. Contoh: mimpi-mimpi, hal-hal yang kita tekan
di bawah kesadaran, trauma.
72
sensitif, mudah cemas dan khawatir, menunjukkan ekspresi
inferioritas.
b. Konsep diri (jati diri) merupakan cara memperbaiki kepribadian
melalui pengertian diri (self insight) melihat diri sendiri sebagai
dirinya sendiri seperti dinilai oleh orang lain yaitu mendekati ideal,
harapan atau norma masyarakat. Konsep diri menurut De Vito
(1995) adalah perasaan dan pemikiran tentang kelemahan dan
kekuatan diri, yang dikembangkan dari tiga sumber yaitu:
1) Penilaian tentang orang lain, dan orang lain memiliki penilaian
yang sama tentang diri kita.
2) Membandingkan diri kita dengan orang lain.
3) Cara menginterprestasi dan memiliki pemikiran dan tingkah
laku kita sendiri.
c. Kesadaran diri lebih dari sekedar mengetahui diri sendiri, pengem-
bangan konsep diri adalah satu cara meningkatkan kesadaran diri,
semakin kita mengerti tentang alasan mengapa kita memandang
diri kita, maka semakin kita menyadari siapa diri kita yang
sebenarnya. Seseorang yang melihat dirinya secara tepat dan
realistik seperti yang ia inginkan, dan menimbulkan kepuasan
dalam perannya akan mengarahkan pada tingkah laku “well
adjusted” (Hurlock, 1973). Orang yang well adjusted akan
menyukai “inner harmony” dan damai dengan dirinya.
73
Berikut definisi dan pengertian pengembangan diri dari beberapa
sumber buku:
• Menurut Marmawi (2009), pengembangan diri adalah suatu proses
meningkatkan kemampuan atau potensi, dan kepribadian, serta sosial-
emosional seseorang agar terus tumbuh dan berkembang.
• Menurut Tarmudji (1998), pengembangan diri adalah mengembangkan
bakat yang dimiliki, mewujudkan impian-impian, meningkatkan rasa
percaya diri, menjadi kuat dalam menghadapi percobaan, dan menjalani
hubungan yang baik dengan sesamanya.
• Menurut Fanani (2003), pengembangan diri adalah pengembangan segala
potensi yang ada pada diri sendiri, dalam usaha meningkatkan potensi
berfikir dan berprakarsa serta meningkatkan kapasitas intelektual yang
diperoleh dengan jalan melakukan berbagai aktivitas.
Fungsi dilaksanakannya kegiatan pengembangan diri adalah
mengembangkan potensi individu dalam mengasah kemampuan serta
kompetensinya yang merujuk pada minat, bakat, serta kemampuan sikap
dalam berinteraksi dengan orang lain di lingkungan sekitarnya. Pendeknya,
kegiatan pengembangan diri memacu individu untuk menjadi lebih terampil
dalam mengasah keahlian yang dimilikinya sesuai dengan kecenderungan
kompetensi yang telah ada pada dirinya.
74
a. Percaya diri
Syarat utama agar kita mandiri dalam segala hal yaitu jika kita percaya
pada kemampuan dan kekuatan kita sendiri. Tanpa percaya diri, kita
akan ragu-ragu dalam segala tindakan kita, bahkan kadang-kadang
dapat menyebabkan kita tidak berani berbuat apapun. Kepercayaan diri
ini sedikit dipelajari karena sebenarnya terbentuk secara perlahan-lahan
dalam kehidupan kita.
b. Belajar dari pengalaman
Kita belajar berkomunikasi, bernegosiasi, dan masih hal lain yang kita
pelajari. Belajar bukan terbatas pada saat kita atau waktu suatu
pendidikan berlangsung, melainkan merupakan bagian dari keseluruhan
hidup kita. Belajar adalah berlangsung seumur hidup.
c. Menghargai waktu
Salah satu keharusan dalam mengembangkan diri ialah belajar
bagaimana cara menggunakan waktu dengan baik dan bijaksana.
Langkah pertama dalam mengatur waktu ialah dengan menghargai
waktu secara tulus dan serius. Hargailah waktu tetapi jangan sekali-kali
membiarkan diri diperbudak olehnya. Perlakuan waktu dengan
perhatian yang sama besarnya seperti kita memperlakukan diri anda.
d. Jangan menjadi katak dalam tempurung
Buatlah banyak perjalanan dan lihatlah apa yang terdapat di dunia.
Untuk dapat berkembang kita harus berusaha melihat dan mendengar,
kemudian berusaha untuk mendapatkan apa yang menjadi keinginan
kita. Keinginan itu dapat kita capai yaitu dengan cara berhubungan
dengan orang lain atau lingkungan di sekitar kita.
e. Menghargai diri sendiri dan orang lain
Untuk mengembangkan diri yang dilakukan pertama yaitu harus
menghargai diri kita sendiri, kita harus menghargai kelebihan dan
kekurangan kita. Seseorang akan berkembang bila percaya akan
kemampuan yang dimilikinya. Demikian juga dengan keberadaan orang
lain yang berada di sekitar kita. Kita harus menghargai mereka sebagai
orang yang mendukung pengembangan diri kita.
75
f. Adanya dorongan untuk berprestasi
Adanya dorongan berprestasi merupakan hal yang penting dalam hidup
kita. Dengan adanya dorongan tersebut kita diharapkan mampu
melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat positif. Untuk mendukung
pengembangan diri kitapun dituntut untuk aktif dalam berbagai hal.
76
rangka pemenuhan kebutuhan hidup. Misalnya mata untuk melihat, kaki
untuk berjalan, telinga untuk mendengar dan lain-lain.
4. Potensi Sosial
Potensi Sosial Emosional (Emotional Quotient) adalah potensi
kecerdasan yang ada pada otak manusia (terutama otak sebelah kanan).
Fungsinya antara lain untuk mengendalikan amarah, bertanggungjawab,
motivasi dan kesadaran diri.
5. Potensi Mental Intelektual (Intellectual Quotient)
Potensi Mental Intelektual (Intellectual Quotient) adalah potensi
kecerdasan yang ada pada otak manusia (terutama otak sebelah kiri).
Fungsi potensi tersebut adalah untuk merencanakan sesuatu,
menghitung dan menganalisis.
6. Potensi Mental Spiritual (Spiritual Quotient)
Potensi Mental Spiritual (Spiritual Quotient) adalah potensi kecerdasan
yang bertumpu pada bagian dalam diri manusia yang berhubungan
dengan jiwa sadar atau kearifan di luar ego. Secara umum Spiritual
Quotient merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan keimanan
dan akhlak mulia.
7. Potensi Daya Juang (Adversity Quotient)
Potensi Daya Juang (Adversity Quotient) adalah potensi kecerdasan
manusia yang bertumpu pada bagian dalam diri manusia yang
berhubungan dengan keuletan, ketangguhan dan daya juang tinggi.
Melalui potensi ini, seseorang mampu mengubah rintangan dan
tantangan menjadi peluang.
77
1. Suka belajar dan mau melihat kekurangan dirinya.
2. Memiliki sikap yang luwes.
3. Berani melakukan perubahan secara total untuk perbaikan.
4. Tidak mau menyalahkan orang lain maupun keadaan.
5. Memiliki sikap yang tulus bukan kelicikan.
6. Memiliki rasa tanggung jawab.
7. Menerima kiritik saran dari luar.
8. Berjiwa optimis dan tidak mudah putus asa.
78
potensi diri anda. Terkadang kita tidak menyadari potensi yang kita
miliki, perlu orang lain untuk membantu menyadarkan.
3. Mencoba hal-hal baru.
Begitu banyak yang bisa kita lakukan di dunia ini. Wawasan,
pergaulan dan keberanian yang terbataslah yang menghambat kita
untuk melakukannya. Kita bisa mencoba hal-hal baru yang belum
pernah kita lakukan. Dengan mencoba banyak hal, mungkin kita
akan menemukan potensi diri yang selama ini tersembunyi.
4. Banyak membaca, melihat dan merasakan.
Dengan begitu akan banyak informasi dan pengetahuan yang
bertambah. Bacaan dan tontonan yang kita sukai itu bisa jadi adalah
sebuah potensi. Jika anda suka membaca perkembangan dunia
komputer, internet dan semacamnya. Anda bisa menjadi ahlinya,
asalkan terus konsisten untuk menambah pengetahuan.
5. Kenali diri sendiri
Coba buat daftar pertanyaan, seperti: apa yang membuat anda
bahagia; apa yang anda inginkan dalam hidup ini; apa kelebihan dan
kekuatan anda; dan apa saja kelemahan anda. Kemudian jawablah
pertanyaan ini secara jujur dan objektif. Mintalah bantuan keluarga
atau sahabat untuk menilai kelemahan dan kekuatan anda.
79
2. Feedback Dari Orang Lain
Dalam acara ini seseorang meminta masukan berupa informasi atau
data penilaian tentang dirinya dari orang lain. Masukan berupa umpan
balik ini meliputi segala sesuatu tentang sikap dan perilaku seseorang
yang tampak, dipersepsi oleh orang lain yang bertemu, dan berinteraksi
dengannya.
3. Tes Psikologi
Tes Psikologi yang mengukur potensi psikologis individu dapat
memberi gambaran kekuatan dan kelemahan individu pada berbagai
aspek psikologis seperti kecerdasan atau kemampuan intelektual
“kemampuan analisa, logika berpikir, berpikir kreatif, berpikir
numerikal”, potensi kerja “vitalitas, sumber energi kerja, motivasi,
ketahanan terhadap stress kerja”, kemampuan sosiabilitas “stabilitas
emosi, kepekaan perasaan, kemampuan membina relasi sosial” dan
potensi kepemimpinan tingkah laku.
RANGKUMAN
Melalui pengenalan diri kita akan mengetahui apakah sudah mencapai
pengembangan kepribadian secara optimal, atau sudah mencapai kematangan
pribadi. Dengan mengenal kelebihan dan kekurangan diri akan mampu melihat
dirinya secara tepat dan realistik dan mengarahkan pada tingkah laku “well
adjusted”, mampu menerima diri, memiliki konsep diri, dan mencapai citra diri.
Setelah kita mengenali diri, maka kita akan mampu menggali potensi diri
untuk kemudian dapat dikembangkan, melalui pengukuran individual, feedback
dari orang lain, dan tes psikologi. Sebagai tenaga pemasar yang profesionald an
beretika, kita harus terus mengasah dan mengembangkan kemampuan dan potensi
diri, baik dalam hal kepercayaan diri, berkomunikasi, product knowledege,
bernegosiasi, presentasi, dan lain sebagainya.
LATIHAN
Jawablah 5 pertanyaan yang telah dipersiapkan pada bab ini melalui
http://bit.ly/PengembanganPotensiDiri dengan benar!
80
BAB X
KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI
81
2. Keterampilan Komunikasi Tulisan
Komunikasi tulisan (written communication) yaitu kemampuan
menulis secara efektif dalam konteks dan untuk beragam pembaca dan
tujuan. Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menulis dengan
gaya dan pendekatan yang berbeda untuk pembaca atau media yang
berbeda.
Kemampuan komunikasi tulisan juga termasuk keterampilan
komunikasi elektronik seperti menulis SMS, menulis dan mengirimkan
email, terlibat di "forum diskusi online" (discussion boards), ruang
chating, dan pesan instan. Komunikasi tulisan memerlukan background
skills seperti penulisan akademis, keahlian revisi dan penyuntingan
(editing), membaca kritis, dan presentasi data.
3. Keterampilan Komunikasi Non-Verbal
Komunikasi non-verbal (non-verbal communication) adalah
kemampuan memperkuat ekspresi ide dan konsep melalui penggunakan
bahasa tubuh (body languange), gerak-isyarat (gesture), ekspresi wajah,
dan nada bicara/suara (tone of voice). Komunikasi non-verbal juga
termasuk penggunaan gambar, ikon (icon), dan simbol.
Perilaku non-verbal atau bahasa tubuh adalah bagian wajar dari alat
komunikasi kita, interprestasi dan penggunaannya menjadi kunci untuk
membuka pemahaman terhadap manusia dan membangun hubungan
secara lebih luas dan lebih baik. Langkah-langkah menggunakan
komunikasi non-verbal:
a. Memandankan dan Merupakan. Apabila Anda melihat dua orang
berbicara dengan santai dan percaya diri, anda akan melihat bahwa
tubuh mereka dalam posisi yang mirip. Keduanya menyilangkan kaki,
atau duduk di kursi mereka dalam sikap tubuh yang sama, dan apabila
mereka makan dan minum dalam kecepatan yang sama. Ini disebut
memandankan atau merupakan (Matching atau mirroring).
b. Menggunakan Bahasa yang sama. Meski bahasa yang kita gunakan
tidak persis sebagai salah satu komponen perilaku non verbal ini juga
merupakan bagian penting dari alat komunikasi dengan orang lain.
82
Ketika berbicara dengan orang yang tidak dikenal dengan baik,
dengarkan ragam kata yang ia pilih. Penggunaan bahasa yang sama
secara nyata akan mempertinggi tingkat pemahaman di antara Anda
berdua.
c. Menyimak Secara Aktif. Menyimak secara aktif merupakan
keterampilan yang langka, tapi sangat efektif untuk membantu Anda
berkomunikasi dengan orang lain.
d. Lakukan Interprestasi Menurut Konteksnya. Hati-hatilah agar tidak
melompat pada kesimpulan bahwa seseorang sedang merasa begini
atau begitu tanpa mendapatkan informasi lebih jauh. Pastikan Anda
mempunyai waktu yang cukup untuk mengamati apa yang sedang
terjadi diseputar Anda.
Komunikasi non-verbal memerlukan background skills seperti
pemahaman tentang audiens, presentasi personal, dan bahasa tubuh.
83
Langkah-langkah dalam bernegosiasi:
1. Memahami Ragam Negosiasi.
i. Negosiasi kompetitif, seringkali memiliki suasana yang tidak ramah dan
masing-masing pihak berusaha habis-habisan untuk mendapatkan
tawaran terbaik bagi dirinya sendiri, tujuan pihak kedua cenderung
tidak sampai pada kesetaraan. Lebih baik hindari jenis negosiasi ini
apabila mungkin.
ii. Negosiasi kooperatif Banyak orang melihat negosiasi sebagai medan
pertempuran di mana pihak yang lebih kuat mengalahkan yang lebih
lemah, dimana muncul pemenang dan pecundang. Dalam negosiasi
kooperatif konflik dapat diminimalkan dan seluruh gagasan bertujuan
mencapai solusi di mana orang mendapatkan manfaat. Pendekatan ini
cenderung memberikan hasil terbaik, utamanya karena terjadi
komunikasi yang jauh lebih baik di antara semua pihak yang terlibat.
Sebagai pembukaannya adalah pengumpulan sebanyak mungkin
informasi di samping juga pengungkapan informasi sehingga solusi bisa
dibuat dan bisa diterika kedua pihak (Mempertimbangkan sejumlah
alternatif bagi tiap permasalahan/fleksibel).
2. Siapkan Diri Anda. Sama halnya dengan situasi-situasi bisnis lainnya,
persiapan yang baik akan membantu Anda mengurangi stres. Jangan Anda
kira waktu persiapan itu sia-sia. Mulailah dengan menggarap tujuan-tujuan
Anda, dan pastikan tujuan itu spesifik, bisa dicapai dan diukur. Pastikan
harapan Anda realitis dan hasilnya mudah diperoleh. Sebaiknya
menuliskan tujuan yang diurutkan berdasarkan prioritasnya. Sebelum
melakukan negosiasi apapun, kumpulkan sebanyak mungkin informasi
tentang topik yang akan dibicarakan. Orang yang memiliki sebagian besar
informasi biasanya lebih pandai dalam negosiasi.
3. Bicarakan dan Eksplorasilah Berbagai Opsi yang Ada. Pada awal setiap
pertemuan, tiap pihak perlu mengeksplorasi kebutuhan pihakpihak lawan
dan memberikan penawaran pembuka. Pernyataan pembukan adalah cara
yang baik untuk mencakup semua permasalahan utama yang menjadi
pegangan tiap pihak.
84
4. Sampaikan Usulan. Ketika kedua pihak mempunyai kesempatan untuk
menilai posisi pihak lawan, usulan dan anjuran bisa diajukan dan diterima.
Ingat bahwa anda perlu bertukar berbagai hal dan bukan sekedar
menerima.
5. Mulai Menawar. Setelah membicarakan persyaratan masing-masing dan
bertukar informasi, tawar menawar bisa dimulai. Jadi secara umum
semakin Anda meminta semakin banyak yang Anda dapatkan. Ungkapkan
informasi dengan jelas.
6. Berkomunikasi Secara Jelas dan Terbuka. Ketika Anda bernegosiasi
dengan seseorang secara langsung atau tatap muka, gunakanlah bahasa
tubuh dan jagalah kontak mata. Cobalah untuk menghindari duduk dengan
lengan dilipat di dada dan kaki disilangkan. Cobalah utnuk menggunakan
bahasa yang tidak menjengkelkan orang lain.
7. Dengarkan. Terkadang ketika Anda grogi karena suatu hal, Anda menjadi
amat terfokus pada apa yang ingin Anda katakan sehingga anda kurang
memperhatikan apa yang dikatakan orang lain kepada Anda.
(Berkonsentrasi, menunjukkan bahwa anda mengerti, menekankan bahwa
Anda mengerti, berempati dengan situaso komunikator).
8. Mintalah Istirahat Apabila Memang Perlu. Kadang kala istirahat singkat
selama 10 atau 15 menit akan bermanfaat apabila negosiasi ternyata lebih
kompleks atau mengundang perdebatan dari yang Anda duga sebelumnya.
9. Mencapai Kata Sepakat. Ketika pembicaraan terus berlanjut, cermati
indikasi-indikasi verbal dari pihak kedua seperti kata “mungkin” atau
“barangkali” ini bisa menjadi kata sepakat yang sudah ada di depan mata.
RANGKUMAN
Keterampilan komunikasi adalah keterampilan utama yang harus dimiliki
untuk mampu membina hubungan yang sehat di mana saja, di lingkungan sosial,
usaha, dan perkantoran atau di mana saja. Khususnya sebagai seorang pemasar,
keterampilan komunikasi adalah hal yang sangatlah vital karena pemasar tidak
hanya harus menjalin hubungan baik dengan pihak internal perusahaan, tapi lebih
penting lagi adalah pihak eksternal dan membawa nama baik perusahaan.
85
Keterampilan kompunikasi meliputi komunikasi lisan (oral
communication), komunikasi tulisan (written communication), dan komunikasi
non-verbal (non-verbal communication).
Selain itu, kemampuan komunikasi yang harus dimiliki seorang pemasar
adalah keterampilan bernegosiasi, yang memiliki beberapa persiapan dan langkah
agar negosiasi berjalan dengan baik dan sesuai dengan etika yang berlaku.
TUGAS PRAKTEK
Buatlah satu video roleplay seorang pemasar saat berkomunikasi dengan
pelanggan, sesuai dengan pembagian tugas kelompok masing-masing, yang
meliputi:
1. Komunikasi verbal, dengan skenario perusahaan Anda telah mengirimkan surat
penawaran kepada pelanggan, kemudian terjadi negosiasi harga serta term and
condition oleh pelanggan, agar kerjasama tersebut dapat terjalin.
2. Komunikasi non-verbal, dengan skenario penawaran produk atau jasa
perusahaan Anda
3. Komunikasi tulisan, dengan skenario permohonan maaf Anda atas produk yang
Anda jual kepada pelanggan yang mengalami kerusakan.
Kemudian upload video pada https://www.youtube.com/ dengan judul
video: Tugas Keterampilan Berkomunikasi_Kelas_Nama lengkap_MP Polines.
86
BAB XI
MANAJEMEN WAKTU
87
satu sumber daya unjuk kerja. Sumber daya yang mesti dikelola secara
efektif dan efisien. Efektifitas terlihat dari tercapainya tujuan manajemen
waktu yang telah ditetapkan sebelumnya. Dan efisien tidak lain
mengandung dua makna,yaitu: makna pengurangan waktu yang ditentukan,
dan makna investasi waktu menggunakan waktu yang ada.
Jika kita pisahkan menurut kata penyusunnya yaitu manajemen
berasal dari kata manage artinya mengatur atau mengelola. kemudian diikuti
dengan kata waktu itu sendiri adalah terdiri dari siang dan malam yang
tersusun dari satuan waktu terkecil detik, menit, dan jam, hari, minggu,
bulan, tahun dan seterusnya. Manajemen Waktu adalah usaha untuk
memanfaatkan setiap bagian dari waktu untuk dilakukan aktivitas tertentu
yang mana telah ditentukan target dalam jangka waktu tertentu suatu
aktivitas atau pekerjaan harus sudah diselesaikan. Memang akan sulit sekali
untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah
ditargetkan, namun jika kita ingin hasil yang maksimal hal itu harus
dilakukan setidaknya jika kita belum mampu 100% sesuai target kita
berupaya semaksimal mungkin itu lebih baik.
Manajemen waktu yang baik adalah dengan membuat data aktivitas
atau pekerjaan dan menentukan skala prioritas dari setiap pekerjaan tersebut.
Di sini perlu kita tahu bahwa setiap pekerjaan pastilah penting namun dari
daftar pekerjaan penting itu ada yang lebih penting yaitu pekerjaan yang
mendesak atau genting dan biasanya berhubungan dengan deadline.
Letakkanlah aktivitas yang genting pada daftar yang paling atas untuk
segera dikerjakan baru diikuti dengan daftar urutan pekerjaan lain yang
kurang prioritasnya.
Manajemen waktu berarti manajemen pribadi/ diri yang
berhubungan dengan waktu. Untuk merealisasi keinginan kita maka kita
harus mempunyai dua konsep yaitu:
a. Manajemen pribadi akan waktu.
b. Disiplin diri untuk melaksanakan rnanajemen waktu.
88
11.2. MENJADI ORANG EFEKTIF
Menurut Utaminingtyas (2012) danya dorongan untuk mencapai
tujuan-tujuan akan tidak berarti bila kita tidak dapat menggunakan waktu
dengan baik. Untuk menjadi efektif, kita harus efisien, sebaliknya kita tidak
bisa menjadi efesien bila tidak efektif.
a. Efisiensi: berarti bagaimana atau sejauh mana kita baik dalam melaku-
kan tugas misal penggunaan material (bahan) lebih sedikit waktu yang
lebih singkat dan sebagainya. Efisien berarti 3T (tepat wektu, tepat
ukuran, tepat aturan) atau tepat guna.
b. Efektif: sejauh mana objektivitas tujuan-tujuan yang telah ditetapkan
dapat dicapai atau tepat sasaran misal: pencapaian sasaran yang kita
inginkan.
Menerapkan keduanya merupakan kombinasi yang baik. Efisiensi
dalam tugas akan mengarahkan pada tujuan, sehingga kita melakukan tin-
dakan-tindakan yang efektif. Melaksanakan tugas dengan baik berharga bagi
kita, bila gagal karena menggunakan tenaga tanpa mencapai sesuatu yang
bernilai bisa menjadi patah semangat dan frustrasi.
Menjadi efektif berarti mengidentifikasi segala sesuatu yang
berharga bagi diri kita. Pisahkan tugas-tugas penting/vital. Prioritaskan
bidang-bidang yang menjadi perhatian, mana yang akan dicapai terlebih
dahulu, dengan menyususn skala prioritas. (Utaminingtyas, 2012)
Kiat sukses penggunaan waktu:
a. Waktu berlalu dengan cepat, bila kita melakukan segala sesuatu dengan
gembira, senang dan kita sukai.
b. Apabila kita tidak mengetahui cara-cara menghabiskan waktu luang,
banyak orang bersedia menolong. Banyak waktu kita gunakan untuk
terlibat kegiatan dengan orang lain. Untuk memanfaatkan waktu ajak
teman untuk kerjasama.
c. Gunakan konsep “perencanaan” untuk penetapan tujuan yaitu rencana
penggunaan waktu. Perencanaan penting karena menunjukkan tugas-
tugas yang dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
d. Metode kerja yang baik berarti manejemen, mengatur waktu.
89
e. Setiap orang mempunyai waktu-waktu terbaik (utama) misal seseorang
produktif untuk pekerjaan-pekerjaan penting pada waktu-waktu tertentu.
f. Bila terjadi konflik penggunaan waktu untuk kepentingan yang sama,
pertama lakukan yang tidak disenangi, sulit, setelah selesai kerjakan yang
disenangi dan lebih mudah.
g. Pecah rencana jangka panjang dalam rencana-rencana yang lebih kecil,
ke dalam unit-unit yang mudah diatur.
h. Ketakutan salah/gagal merupakan penghalang emosional. Gagal adalah
sukses yang tertunda, apabila melakukan kesalahan, belajar dari pe-
ngalaman. Gunakan perencanaan dan skala prioritas.
i. Untuk disiplin penggunaan waktu, pupuk keberanian untuk berkata tidak
untuk hal-hal yang tidak perlu. Kenali prioritas dan kepentingannya.
j. Fokuskan diri dalam penggunaan waktu, hilangkan kebiasaan menunda.
(Utaminingtyas, 2012)
90
4. Mengurangi kecemasan dan ketegangan
Apabila kita selalu khawatir, merasa bersalah terhadap apa yang telah kita
kerjakan, atau takut melakukan kesalahan, maka tentukan apa yang
sungguh-sungguh kita inginkan dan butuhkan atau takut akan kritikan
orang lain. Perasaan-perasaan tersebut mengurangi efisiensi dalam
membuat keputusan. Pengambilan keputusan yang disertai emosi membuat
keputusan menjadi kurang tepat.
5. Kesehatan yang lebih baik
Kurangnya kontrol diri dan tidak dengan skala prioritas menimbulkan
ketegangan dan kekhawatiran. Hal ini menimbulkan konsekuensi
gangguan fisil dan mental. Penggunaan waktu secara bijaksana membantu
kesehatan mental dan fisik.
6. Multitasking
Adalah sebutan untuk tipe orang yang dapat berkonsentrasi melakukan
beberapa hal dalam waktu bersamaan, manfaatkanlah untuk mengop-
timalkan waktu Anda, indentifikasi kegiatan-kegiatan tertentu yang dapat
dilakukan bersama.
91
menjaga orang lain. Ada 6 kriteria yang mendasari hubungan seperti itu.
(Utaminingtyas, 2012)
a. Komunikasi efektif.
b. Menetapkan tujuan yang objektif disertai rencana yang berhubungan
dengan waktu dan pemecahan masalah.
c. Saling mempercayai.
d. Saling mengerti.
e. Komitmen dengan ide-ide dan mempunyai dorongan untuk memper-
baiki.
f. Jujur.
92
mendesak. Sedangkan bidang IV untuk tujuan atau sasaran yang tidak
penting dan tidak mendesak. Tentukan juga waktu pencapaian dari setiap
rencana yang disusun.
Dalam lingkungan kerja manajemen waktu penting dalam
manajemen baik untuk diri sendiri, organisasi atau perusahaan.
Manajemen waktu efektif harus membuat rencana kerja dan bekerja keras.
Aset terbesar dalam manajemen perusahaan adalah memiliki karyawan
dengan waktu yang lebih baik. Bentuk tim kerja yang baik saling mengerti
dan menjaga orang lain. Untuk manajemen organisasi atau perusahaan
efektif lakukan manajemen waktu.
RANGKUMAN
Semua orang mendapat karunia waktu dalam satu hari sama, waktu
adalah sesuatu yang tidak dapat diatur yang lebih tepat adalah orang-orang yang
mengatur diri mereka. Manajemen waktu adalah “self management”. Waktu
digunakan sebagai pengukur untuk mencapai tujuan berdasarkan skala prioritas
yang telah disusun.
LATIHAN
Jawablah 4 pertanyaan yang telah dipersiapkan pada bab ini melalui
http://bit.ly/ManajemenWaktuAB dengan benar!
93
BAB XII
MANAJEMEN STRES
94
baik, yaitu dengan cara: Mempelajari apa itu gila; Mengenali gejala
stres yang terjadi dalam diri; Mengubah pola perilaku; Memanfaatkan
serangkaian teknik dan relaksasi dari manajemen stres yang cepat dan
sederhana.
2. Jonathan C. Smith
Menurut Smith, pengertian manajemen stress adalah suatu
keterampilan yang dimiliki seseorang untuk mengantisipasi, mencegah,
mengelola, dan memulihkan diri dari stress yang dirasakan karena
adanya ancaman ketidakmampuan dalam coping yang dilakukan.
3. Munandar A. S.
Menurut Munandar, manajemen stress adalah usaha untuk mencegah
timbulnya stress, meningkatkan ambang stress dari individu, dan
menampung akibat fisiologikal dari stress.
Secara umum, tujuan manajemen stress adalah untuk memperbaiki
kualitas hidup individu agar menjadi lebih baik. Tujuan manajemen stress
dalam organisasi adalah untuk:
a. Mengantisipasi kemungkinan munculnya penyebab stress.
b. Mencegah terjadinya stress pada individu dan organisasi secara
keseluruhan.
c. Mengelola stress agar tidak menimbulkan akibat yang lebih buruk.
d. Memulihkan individu dan atau organisasi dari stress.
Biasanya stress dapat mempengaruhi emosi dan cara berpikir
seseorang. Apabila tekanan yang dialami seseorang terlalu besar, hal ini
bisa mengancam kemampuan seseorang dalam menghadapi situasi dan
kondisi lingkungannya. Untuk mencegah kondisi yang lebih parah maka
diperlukan manajemen stress yang baik.
95
1. Penyebab Stress dari Luar
Tekanan jiwa dalam diri seseorang seringkali disebabkan oleh faktor
dari lingkungannya (External Stressors). Misalnya suara bising, suhu
udara yang panas, cahaya yang berlebihan dan lain sebagainya.
Selain itu, beberapa faktor dari luar yang menjadi penyebab stress di
antaranya:
a. Peristiwa penting dalam hidup seseorang, misalnya; kematian orang
yang dikasihi, kehilangan pekerjaan, perceraian, dan lain
sebagainya.
b. Interaksi sosial, misalnya; perlakuan kasar dari orang lain,
perlakuan agresif dari orang lain, diintimidasi orang yang berkuasa,
dan lain sebagainya.
c. Dalam organisasi, misalnya; deadline pekerjaan, intimidasi dari
atasan atau rekan kerja, peraturan kerja yang kaku, dan lain
sebagainya.
d. Kecerobohan, misalnya; lupa mematikan listrik, lupa tempat
meletakkan kunci, rusaknya perlatan karena kecerobohan, dan lain
sebagainya.
2. Penyebab Stress dari Dalam
Stress juga dapat terjadi karena faktor dari dalam diri seseorang
(Internal Stressor), di antaranya:
a. Workaholic, yaitu seseorang yang bekerja secara kompulsif dan
sering mengorbankan waktu tidurnya dan keluarganya sehingga
menyebabkan tekanan jiwa.
b. Fixed Mindset, yaitu seseorang yang berpikiran sempit dan kaku.
Biasanya berpikir terlalu banyak dan kaku atau tidak berpikir sama
sekali.
c. Pikiran negatif, hal ini ditandai dengan cara berpikir yang pesimis,
sering mengkritik diri sendiri, dan menganalisis secara berlebihan.
d. Gaya hidup dan kebiasaan, misalnya; sering bergadang, kecanduan
minuman beralkohol atau kafein, perokok berat, boros, dan lain
sebagainya.
96
12.3. MENGELOLA STRES
Stress biasanya diungkapkan secara emosional sehingga dapat
mengganggu komunikasi antar manusia. Oleh karena itu, setiap organisasi
harus punya strategi manajemen stress yang baik dalam perusahaan.
Menurut Stephen P. Robbins, ada dua cara dalam mengelola stress, yaitu:
1. Melakukan Pendekatan Individual
Pendekatan individual sangat menentukan keberhasilan
manajemen stress di dalam organisasi. Beberapa pendekatan individual
ini diantaranya:
a. Menerapkan manajemen waktu yang baik
b. Menambah waktu untuk berolah raga
c. Melatih diri untuk relaks/ santai
d. Memperluas networking/ bersosialisasi dan dukungan sosial
2. Melakukan Pendekatan Organisasional
Pendekatan organisasional dalam upaya mengelola stress di
dalam organisasi biasanya dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya
adalah:
a. Menciptakan iklim organisasional yang mendukung
b. Melakukan seleksi personil dan penempatan kerja yang lebih baik
c. Meminimalisir kemungkinan terjadinya konflik dan mengklarifikasi
peran organisasional
d. Menetapkan tujuan organisasi secara realistis
e. Mengadakan bimbingan konseling pada anggota
f. Mendesain ulang pekerjaan para anggota
g. Melakukan perbaikan komunikasi dalam organisasi
Dalam perusahaan, manajemen stress biasanya dilakukan oleh
manajer HRD (Human Resource Development) yang bertugas untuk
menangani kualitas sumber daya perusahaan. HRD berhubungan secara
pribadi dengan sumber daya manusia perusahaan sehingga paling berperan
untuk menangani kasus-kasus stress dalam internal perusahaan.
97
Beberapa langkah untuk menerapkan manajemen stress dalam
perusahaan antara lain:
1. Identifkasi Perilaku dan Kebiasaan yang Bisa Menyebabkan Stress
Stress di lingkungan kerja tidak hanya disebabkan karena
tumpukan pekerjaan yang tidak kunjung terselesaikan saja. Namun stress
juga bisa dilatarbelakangi karena permasalahan di rumah seperti sedang
bertengkar dengan teman atau anggota keluarga, dililit hutang atau
permasalahan pribadi lainnya.
Banyak teori psikologi mengatakan bahwa cara mengatasi stress
akibat tekanan permasalahan pribadi bisa diatasi dengan menulis atau
bercerita dengan orang lain. Manajer HRD mungkin tidak bisa memasuki
kehidupan pribadi karyawannya, namun bisa diatasi dengan mendekatkan
diri untuk saling bertukar pikiran. Kedekatan secara psikologis bisa
membawa dampak besar untuk mengurangi beban pribadi.
98
lain maka tubuh akan mengeluarkan hormon yang dapat membuat pikiran
menjadi lebih tenang. Salah satu contoh yang bisa diterapkan adalah
membantu orang lain.
99
6. Menyediakan Waktu untuk Bersantai
Selain berolah raga, aktivitas bersantai dan bersenang-senang juga
dapat mengurangi stress yang dirasakan. Setiap orang pasti memiliki
kegiatan favorit yang mereka sukai, dengan melakukan kegiatan tersebut
diwaktu senggang maka stress dapat teralihkan.
RANGKUMAN
Manajemen stress adalah tindakan untuk mengelola gaya hidup, emosi,
pikiran dan bagaimana upaya untuk menangani masalah. Manajemen stres dapat
dilakukan dengan membuat perubahan dalam hidup seseorang jika berada dalam
tekanan yang terus-menerus. Misalnya mencegah stres dengan melakukan
perawatan diri dan relaksasi, dan mengelola respons terhadap situasi stres saat itu
benar-benar terjadi.
LATIHAN
Jawablah 4 pertanyaan yang telah dipersiapkan pada bab ini melalui
http://bit.ly/ManajemenstresAB dengan benar!
100
DAFTAR PUSTAKA
Fahmi, I . 2013. Etika Bisnis: Teori, Kasus, dan Solusi. Bandung: Alfabeta.
Marmawi. 2009. Persamaan Gender dalam Pengembangan Diri. Jurnal Visi Ilmu
Pendidikan.
101
102