Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI MULI 1998 HINGGA 2022 DILIHAT DARI CITRA

SATELIT

nama1
instansi
alamat instansi
nama@gmail.com

Abstract
. On December 22, 2018, there was a tsunami in the Sunda Strait due to the Anak Krakatau Avalanche.
This of course caused changes in the coastline that occurred due to the tsunami. In this article, we will
focus on Muli Beach, Kalianda. Utilization of remote sensing technology temporally and spatially
provides convenience in classifying coastal and coastal areas, especially in identifying changes in
coastlines. Remote sensing used in this research is Google Earth. While the design of this study used an
experimental design. From the results of observations taken from Google Earth, it can be seen that
there is a change in the coastline of the Muli coast before and after the disaster.

Keywords: Tsunami, Coastline


Abstrak
Pada tanggal 22 Desember 2018, terjadi tsunami di Selat Sunda akibat Longsoran Anak Krakatau. Hal
itu tentu menyebabkan perubahan garis pantai yang terjadi dikarenakan tsunami. Pada tulisan kali ini
akan difokuskan pada Pantai Muli, Kalianda. Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh secara temporal
dan spasial memberikan kemudahan dalam melakukan klasifikasi wilayah pesisir dan pantai terutama
dalam identifikasi perubahan garis pantai. Penginderaan jauh yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Google Earth. Sementara desain penelitian ini menggunakan desain eksperimen. Dari hasil
pengamatan yang diambil dari Google Earth dapat dilihat bahwa terdapat perubahan garis Pantai Muli
sebelum dan pasca bencana.

Kata Kunci: Tsunami, Garis Pantai

I. PENDAHULUAN

Garis pantai terletak di kawasan pantai yang merupakan kawasan yang mempunyai beberapa
ekosistem tersendiri di mana setiap kehidupan pantai saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
Oleh karena itu, kawasan pantai merupakan satu kawasan yang sangat dinamik begitu pula dengan garis
pantainya. Perubahan garis pantai merupakan satu proses secara terus menerus melalui berbagai proses
baik pengikisan (abrasi) maupun penambahan (akresi) pantai yang diakibatkan oleh pergerakan
sedimen, longshore current, dan gelombang (Opa, 2011).
Aktivitas seperti penebangan hutan mangrove, penambangan pasir, serta fenomena tingginya
gelombang, dan pasang surut air laut menimbulkan dampak terjadinya abrasi atau erosi pantai
(Wahyuningsih et al., 2016). Baik proses akresi maupun abrasi intensitas lokasinya berkorelasi dengan
jenis-jenis tutupan/penggunaan lahan (Kasim & Salam, 2015). Perubahan garis pantai yang terjadi juga
dapat disebabkan adanya penambahan pemukiman, vegetasi mangrove maupun non mangrove yang
disebabkan oleh aktivitas pelabuhan dan pabrik (Suharyo & Hidayah, 2019). Informasi perubahan garis
pantai sangat penting dalam berbagai kajian pesisir, misalnya; rencana pengelolaan kawasan pesisir,
zonasi bahaya, studi abrasiakresi, serta analisis dan pemodelan morfodinamika pantai (Chand &
Acharya, 2010). Perubahan morfologi garis pantai juga dipengaruhi oleh fenomena tingginya
gelombang akibat terjadinya tsunami. Dampak Tsunami terhadap perubahan garis pantai dapat berupa
abrasi parah pada pulau kecil dan hilangnya kawasan serta beberapa jenis mangrove (Mutmainah et al.,
2016).
Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh secara temporal dan spasial memberikan kemudahan
dalam melakukan klasifikasi wilayah pesisir dan pantai terutama dalam identifikasi perubahan garis
pantai. Teknologi penginderaan jauh memiliki keunggulan dengan cakupan yang luas dan resolusi
spasial yang tinggi serta memberikan banyak pilihan jenis satelit penginderaan jauh yang mempunya
keakuratan yang cukup baik dalam mengindentifikasi objek-objek di permukaan bumi (Anugrahadi et
al., 2012).
Penelitian ini akan berfokus di pantai muli yang bertempat di desa Way Muli, Kalianda, Lampung
Selatan. Panjang garis pantai yang diamati sekitar 2 km. Desa Way Muli terletak pada posisi 115. 7.20
LS 8. 7.10 BT, dengan ketinggian kurang lebih 250 M diatas permukaan laut. Penelitian ini akan
mengambil judul “Analisis Perubahan Garis Pantai Muli Akibat Tsunami 2018 di Lihat dari Citra
Satelit”.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Garis Pantai
Menurut Yuwono (1992), Pantai adalah jalur yang merupakan batas antara darat dan laut, diukur
pada saat pasang tertinggi dan surut terendah, dipengaruhi oleh fisik laut dan sosial ekonomi bahari,
sedangkan ke arah darat dibatasi oleh proses alami dan kegiatan manusia di lingkungan darat.
Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan air laut, dimana posisinya titdak
tetap dan dapat berpindah sesuai dengan pasang surut air laut dan erosi pantai yang terjadi. Garis
pertemuan antara pantai (daratan) dan air (lautan).secara periodik dalam waktu yang relatif lama
permukaan garis pantai selalu berubah, suatu tinggi muka air tertentu yang tetap harus dipilih untuk
menjelaskan posisi garis pantai. Pada peta laut, garis pantai yang digunakan adalah muka air tinggi
(High Water Level). Sedangkan untuk acuan kedalaman perairan menggunakan pengukuran
terhadap muka air rendah (Low Water Level) sebagai garis pantai (Triatmojo, 2012).
Garis pantai merupakan batas pertemuan antara bagian laut dan daratan pada saat terjadi air laut
pasang tertinggi. Dan perubahan garis pantai dapat diprediksi dengan membuat model matematika
yang didasarkan pada imbangan sedimen pantai pada daerah yang ditinjau. Terjadinya perubahan
garis pantai sangat dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi pada daerah sekitar pantai
(nearshore process), dimana pantai selalu beradaptasi dengan berbagai kondisi yang terjadi (Kasim
dan Salam, 2015).

B. Pantai Muli
Way Muli terletak di Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan, Desa Way Muli
memiliki jumlah penduduk sebanyak 1300 orang, yang terdiri dari 502 Laki-laki, 428
Perempuan,165 anak Laki-laki dan 205 anak Perempuan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan
terletak antara 105° - 105° 45' Bujur Timur dan 5° 15' - 6 ° Lintang Selatan. Mengingat letak yang
demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah lain di Indonesia
merupakan daerah tropis. Terlihat pada Gambar 1. Bahwa desa Way Muli memiliki garis pantai
sepanjang 2,01 km.

Gambar 1. Garis Pantai Muli.

C. Citra Satelit
Teknologi pemotretan udara mulai diperkenalkan pada akhir abad ke 19, teknologi ini kemudian
dikembangkan menjadi teknologi penginderaan jauh atau remote sensing. Manfaat pemotretan
udara dirasa sangat besar dalam perang dunia I dan II, sehingga foto udara dipakai dalam eksplorasi
ruang angkasa. Sejak saat itu penginderaan jauh dikenal dalam dunia pemetaan.
Peta citra satelit berarti gambaran dari permukaan bumi (citra satelit) yang dibuat dalam bidang
datar yang dilengkapi dengan simbol dan penjelas. Beberapa ahli mendefinisikan peta dengan
berbagai pengertian, namun pada hakikatnya semua mempunyai inti dan maksud yang sama.
Citra satelit landsat adalah salah satu citra satelit sumberdaya alam yang mempunyai resolusi
spasial 30 m x 30 meter (kecuali saturan inframerah thermal), dan merekam dalam 7 saluran
spektral.
Sentinel -2 merupakan citra satelit dengan resolusi spasial sedang dengan swath yang lebar,
revisit di lokasi yang sama setiap 5 hari (bandingkan dengan Landsat yang 16 hari sekali) dan dapat
digunakan untuk kajian-kajian monitoring tutupan lahan, termasuk vegetasi, tanah dan air, juga
jaringan air dan area pantai.

III. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada desa Way Muli Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan. Diambil
oleh citra satelitGoogle Earth pada titik bujur 5°50’08.43’’S 105°37’49,67’’E. Pemilihan lokasi
penelitian berdasarkan kejadian tsunami Kalianda 2018 lampau. Oleh karena itu, sampel Google Earth
yang digunakan pada tahun 2014 sebelum kejadian tsunami dan 2020 pasca kejadia tsunami.
Sementara desain penelitian ini menggunakan desain eksperimen. Desain eksperimen adalah
metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam
kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2008:107). Dalam hal ini pengaruh perlakuannya yaitu tsunami
Kalianda 2018 diamati dari perubahan garis pantai.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Perubahan garis pantai di Pantai Muli (Pantai Kalianda) selama 30+ tahun dapat diamati
menggunakan citra satelit Landsat-5, Landsat-7, Landsat-8, dan Sentinel-2 dalam rentang waktu 1988-
2022. Data citra satelit dapat menjadi alternatif pengamatan perubahan garis pantai secara berkala
ketika data pengamatan observasi lapangan/pengukuran secara periodik tidak tersedia.
Hasil identifikasi awal terhadap perubahan garis Pantai Muli (Pantai Kalianda) di tunjukkan pada
Gambar 1.

Gambar 1 Perubahan garis Pantai Muli (Pantai Kalianda) periode 1988-2022 dengan menggunakan
citra satelit
Berdasarkan pengamatan dengan citra satelit, perubahan garis pantai di Pantai Muli (Pantai
Kalianda) dapat dibagi menjadi dua periode jangka panjang, yaitu pada periode 2000-2013, dan periode
2014-2022. Hal ini ditandai dengan mulai adanya bangunan pantai berupa Groin pada tahun 2014 pada
citra satelit yang dapat mempengaruhi trend perubahan garis pantai sekitarnya.

Hasil analisa perubahan garis pantai Muli (Pantai Kalianda) pada dua periode jangka Panjang
tersebut dirangkum dalam Tabel 1.
Perubahan Perubahan
Garis Garis
Cross Arah Pergerakan / Arah Pergerakan /
Pantai Pantai
Section Keterangan Keterangan
Periode Periode
2000-2013 2014-2022
Transect 1 0.329 m/th Seaward / Sedimentasi -0.183 m/th Landward / Erosi
Transect 2 -0.183 m/th Landward / Erosi 0.621 m/th Seaward / Sedimentasi
Transect 3 0.256 m/th Seaward / Sedimentasi -0.730 m/th Landward / Erosi
Transect 4 0.256 m/th Seaward / Sedimentasi -0.584 m/th Landward / Erosi
Transect 5 0.475 m/th Seaward / Sedimentasi 1.022 m/th Seaward / Sedimentasi
Transect 6 0.402 m/th Seaward / Sedimentasi 0.402 m/th Seaward / Sedimentasi
Transect 7 -0.292 m/th Landward / Erosi -0.037 m/th Landward / Erosi
Transect 8 -0.146 m/th Landward / Erosi -0.292 m/th Landward / Erosi

Tabel 1. Rangkuman perubahan garis pantai

Potongan melintang perubahan garis pantai pada periode keseluruhan 1988-2022, periode 2000-
2013 sebelum adanya Groin, dan periode 2014-2022 setelah adanya Groin ditunjukkan pada Lampiran
1.

Contoh hasil modeling perubahan garis pantai dengan menggunakan citra satelit ditunjukkan pada
Gambar 2 dan Hasil deteksi garis pantai dari citra satelit selama 30+ tahun dari 1988 hingga 2022
ditunjukkan pada Gambar 3.
a. Citra Satelit dari Sentinel-2

b. Hasil deteksi garis pantai dari citra satelit Sentinel-2


Gambar 2 Contoh deteksi garis pantai dari citra satelit

Gambar 3 Hasil deteksi perubahan garis pantai dengan menggunakan citra satelit
V. KESIMPULAN

Perubahan garis pantai dapat terjadi dikarenakan 2 hal yaitu secara alamiah maupun non alamiah.
Salah satu wilayah yang mengalami perubahan garis pantai adalah pantai Muli Kalianda. Pantai Muli
mengalami perubahan yang diammati pada penelitian ini dari 1998-2022. Secara garis besar terdapat 2
kali peride perubahan gari Pantai Muli periode 2000-2013, dan periode 2014-2022. Hal ini ditandai
dengan mulai adanya bangunan pantai berupa Groin pada tahun 2014 pada citra satelit yang dapat
mempengaruhi trend perubahan garis pantai sekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anugrahadi, A., Sukojo, B. M., Djajadiharja, Y. S., & Purwadhi, F. S. (2012). Analisis Citra Aster
GDEM untuk Mengetahui Slope di Daerah yang Terkena Abrasi dan Akresi. PIT IX ISOI
(Pertemuan Ilmiah Tahunan ke IX Ikatan Sarjana Oseanografi Indonesia) di Mataram, 21-23.
Chand, P., & Acharya, P. (2010). Shoreline change and sea level rise along coast of Bhitarkanika
wildlife sanctuary, Orissa: An analytical approach of remote sensing and statistical
techniques. International Journal of Geomatics and Geosciences, 1(3), 436.
Kasim, F., & Salam, A. (2015). Identifikasi Perubahan Garis Pantai Menggunakan Citra Satelit serta
Korelasinya dengan Penutup Lahan di Sepanjang Pantai Selatan Provinsi Gorontalo. The NIKe
Journal, 3(4).
Mutmainah, H., Christiana, D. W., & Kusumah, G. (2016). Tsunami Mentawai 25 Oktober 2010
(Simulasi Comcot 1.7) Dan Dampaknya Kini Terhadap Pantai Barat Mentawai. Jurnal Kelautan:
Indonesian Journal of Marine Science and Technology, 9(2), 175–187.
Opa, E. T. (2011). Perubahan Garis Pantai Desa Bentenan Kecamatan Pusomaen, Minahasa
Tenggara. Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis, 7(3), 109-114.
Putra, A., & Mutmainah, H. (2016, November). The Mapping of Temporary Evacuation Site (TES) and
Tsunami Evacuation Route in North Pagai Island, Mentawai Islands Regency-Indonesia. In IOP
Conference Series: Earth and Environmental Science (Vol. 47, No. 1, p. 012020). IOP Publishing.
Sugiyono. (2008). Metode penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suharyo, O. S., & Hidayah, Z. (2019). Pemanfaatan Citra Satelit Resolusi Tinggi Untuk Identifikasi
Perubahan Garis Pantai Pesisir Utara Surabaya. Jurnal Kelautan: Indonesian Journal of Marine
Science and Technology, 12(1), 89-96.
Wahyuningsih, D. S., Maulana, E., Wulan, T. R., Ambarwulan, W., Putra, M. D., Ibrahim, F., ... &
Putra, A. S. (2016). Efektivitas upaya mitigasi abrasi berbasis ekosistem di Kabupaten Kulonprogo,
Daerah Istimewa Yogyakarta. In Prosiding Seminar Nasional Kelautan.
Yuwono, T. (1992). The evaluation of heat-shock promoter for heterologous gene expression in
yeast. Ilmu Pertanian, 4 (1992).
.
LAMPIRAN 1 POTONGAN MELITANG

TRANSECT 1
TRANSECT 2

TRANSECT 3
TRANSECT 4
TRANSECT 5

TRANSECT 6
TRANSECT 7

TRANSECT 8

Anda mungkin juga menyukai