MOHAMMAD SYAUQI
BAB I
Tujuan Intruksional
Uraian Materi
Pemimpin hanya bertindak jika ada laporan kesalahan, sehingga tanpa ada
informasi maka pemimpin tidak mengambil tindakan. Pemimpin melakukan
intervensi, kritik dan koreksi setelah kesalahan terjadi dan standar atau target yang
telah disepakati tidak tercapai, sehingga pemimpin hanya menunggu semua proses
dalam tugas atau pekerjaan setelah selesai.
d. Teori Motivasi
Teori motivasi sendiri dibagi menjadi dua yaitu: Teori Proses dan Teori
Kepuasan. Teori proses menekankan pada bagaimana dan dengan tujuan apa
setiap individu didorong agar melakukan tugasnya dengan maksimal. Teori proses
ini dianut oleh Edwin Locke dengan teori penetapan tujuan, Victor Vroom dengan
teori harapan, Stacy Adams dengan teori keadilan, serta Porter dan Lawler dengan
teori kepuasan kinerja.
e. Kebutuhan Prestasi
f. Kebutuhan Kekuasaan
g. Kebutuhan Afiliasi
h. Motivasi Berprestasi
Rangkuman
Tugas
Tujuan Intruksional
Uraian Materi
KH. Hasyim Asy’ari mengeluarkan fatwa Resulusi Jihad. Hal ini terjadi
setelah Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan. Waktu itu NICA
mendompleng pasukan sekutu untuk melaksanakan kembalinya kekuasaan
Belanda dengan dalih melucuti tawanan perang Jepang. Menyikapi hal ini, baliau
kemudian mengundang seluruh ulama dan konsul se-Jawa dan Madura untuk
bermusyawarah dan menghasilkan keputusan bahwa kemerdekaaan yang sudah
doproklamirkan hukumnya wajib dipertahankan dan dibela.
KH. Hasyim Asy’ari juga memiliki relasi dengan pihak luar dan
koresponden dengan banyak pemimpin-pemimpin dunia Islam pada masa itu,
diantaranya dengan Syeikh Abdul Aziz Tsa’alibi, Sayyidina Aliya ad-Dien
Syairazi, dll.
Beliau bukanlah orang yang apatis kepada lingkungan dan sesamanya, tapi
seorang intelektual sekaligus pemimpin yang juga terjun ke lapangan, agar ilmu
yang diperolehnya bisa bermanfaat untuk masyarakat.
Pada 50 tahun pertama abad ke-20, KH. Hasyim Asy’ari sudah menjadi
kiai yang paling berpengaruh dan mengorganisir mereka dalam wadah organisasi
modern, Nahdlatul Ulama.
Awal dasawarsa kedua abad ke-20, Raja Saudi Arabia, Ibnu Saud
berencana menjadikan mazhab Wahabi sebagai mazhab resmi Negara dan
berencana menghancurkan semua peninggalan sejarah Islam yang selama ini
banyak diziarahi kaum Muslimin, karena dianggap musyrik dan bid’ah. Di
Indonesia, rencana tersebut mendapat sambutan hangat kalangan Islam modernis
seperti Muhammadiyah di bawah pempinan KH. Ahmad Dahlan maupun Partai
Serikat Islam Indonesia (PSII) di bawah dipimpin H.O.S Tjokroaminoto.
Setalah kembali dari Saudi Arabia akhir tahun 1925, Komite Hijaz tidak
dibubarkan tetapi ditugasi membentuk organisasi keagamaan yang menampung
ulama dan santri serta masyarakat berlatar pesantren. Sejarah mencatat, setelah
direstui KH. Hasyim Asy’ari, Komite Hijaz membentuk organisasi Nahdlatul
Ulama (Ibid).
Pada 22 Oktober 1945 KH. Hasyim Asy’ari dan para ulama NU se-Jawa
dan Madura menjawab permintaan fatwa Presiden Soekarno yang sebelumnya
sudah mengirim utusan karena mendapat kabar bahwa tentara NICA (Netherland
Indian Civil Administration) yang dibentuk oleh Belanda akan membonceng
Sekutu yang dipimpin Ingris berusaha melakukan agresi ke Jawa (Surabaya).
Fatwa ini dikenal dengan Resolusi Jihad yang ditanda tangani kantor GP Ansor,
Bubutan, Surabaya. Sedangkan fatwa Jihad fii Sabilillah, KH. Hasyim Asy’ari
menetapkan hukum fardlu ‘ain (wajib) bagi umat Islam untuk membela tanah
airnya yang diserang musuh dalam jarak 94 kilometer.
Berikut ini adalah isi dari Resolusi Jihad Nahdlatu Ulama, pernah dimuat
di harian Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, edisi No. 26 tahun ke-1, Jumat Legi, 26
Oktober 1945. Salinan di bawah ini telah disesuaikan dengan ejaan saat ini (Baso.
Mummaziq, 2017).
Bismillahirrahmanirrahim
Resolusi
Rapat besar wakil-wakil daerah (Konsul-konsul)
Perhimpunan Nahdlatul Ulama seluruh Jawa-Madura
Pada tanggal 21-22 Oktober 1945 di Surabaya:
Mendengar:
Bahwa ditiap-tiap daerah di seluruh Jawa-Madura ternyata betapa
besarnya hasrat umat Islam dan Alim Ulama di tempatnya masing-masing
untuk mempertahankan dan menegakkan AGAMA, KEDAULATAN
NEGARA REPUBLIK INDONESIA MERDEKA.
Menimbang:
a. Bahwa untuk mempertahankan dan menegakkan Negera Republik
Indonesia menurut hukum AGAMA ISLAM, termasuk sebagai suatu
kewajiban bagi tiap-tiap orang Islam.
b. Bahwa di Indonesia ini warga Negaranya adalah sebagian besar
terdiri dari umat Islam.
Mengingat:
a. Bahwa oleh pihak Belanda (NICA) dan Jepang yang datang dan berada
di sini telah banyak sekali dijalankan banyak kejahatan dan kekejaman
yang mengganggu ketenteraman umum.
b. Bahwa semua yang dilakukan oleh semua mereka itu dengan maksud
melanggar Kedaulatan Republik Indonesia dan Agama, dan ingin
kembali menjajah di sini, maka di beberapa tempat telah terjadi
pertempuran yang mengorbankan beberapa banyak jiwa manusia.
c. Bahwa pertempuran-pertempuran itu sebagian besar telah dilakukan
umat Islam yang merasa wajib menurut hukum agamanya untuk
mempertahankan Kemerdekaan Negara dan Agamanya.
d. Bahwa di dalam menghadapi sekalian kejadian-kejadian itu belum
mendapat perintah dan tuntutan yang nyata dari Pemerintah Republik
Indonesia yang sesuai dengan kejadian-kejadian tersebut.
Memutuskan:
1. Memohon dengan sangat kepada Pemerintah Republik Indonesia
supaya menentukan suatu sikap dan tindakan yang nyata serta sepadan
terhadap usaha-usaha yang akan membahayakan kemerdekaan Agama
dan Negara Indonesia, terutama terhadap pihak Belanda dan kaki
tangannya.
2. Supaya memerintahkan melanjutkan perjuangan bersifat “sabilillah”
untuk tegaknya Negara Republik Indonesia Merdeka dan Agama Islam.
Akibatnya, perang 10 Nopember 1945 meletus dan memecut semangat
jihad dalam diri rakyat Indonesia. Umat Islam yang mendengar Resulusi Jihad ini
berbondong keluar menuju medan perang di Surabaya hanya mamakai
perlengakapan perang seadanya untuk melawan pasukan gabungan NICA dan
Ingris. Sehingga peristiwa 10 Nopember diperingati sebagai Hari Pahlawan
Nasional.
Rangkuman
Tugas