KEWIRAUSAHAAN
Kepemimpinan dalam Kewirausahaan
Fakultas : FBIS
Program studi : Manajemen
Tatap Muka
02
Kode Matakuliah : W1119023
Disusun oleh : Anton Kurniawan, SP., MM
A. Definisi Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
2. Kewirausahaan
a. Pengertian
Kewirausahaan merupakan dasar daripada kepemimpinan bisnis. Untuk
menjadi wirausaha, orang harus memiliki jiwa kewirausahaan. Untuk
memahami bisnis diperlukan pemahaman mengenai kewirausahaan.
Definisi kewirausahaan menurut Robert D. Hisrich P. Peters dan Dean A.
Shepherd (2005) sebagai berikut :
“ Entrepreneurship is the process of creating something new with value by
devoting the necessary time, and effort, assuming the accompany financial,
psyhic, and social risk, and receiving the resulting rewards of monetary and
personal satisfaction and independence.”
b. Karakteristik
Untuk menjadi wirausaha yang sukses, orang memerlukan sifat-sifat tertentu.
Dulu orang berfikir sifat ini dibawa sejak lahir misalnya karena keturunan.
Akan tetapi pendapat kontemporer setiap orang dapat menjadi seorang
wirausaha jika mau melalui pendidikan kewirausahaan. Karakteristik seorang
wirausaha sukses antara lain :
Mempunyai visi dan misi bisnis
Internal lokus kontrol
Pengambil risiko
Tidak takut gagal
Percaya diri tinggi
Adaptabilitas
Pekerja keras
Persuasif
Disiplin
Ketahanmalangan
Energik
Kecerdasan emosional
Kecerdasan sosial
B. Perilaku Kepemimpinan
Konsep Perilaku Kepemimpinan
Ditinjau dari favorabilitas situasi, Fieder (dalam Hoy dan Miskel, 1987)
menemukan hasil penelitian bahwa pemimpin yang menghadapi situasi yang rata-
rata favorabel ada kecenderungan perilaku kepemimpinan yang berorientasi pada
hubungan antara manusia berhubungan dengan keefektifan organisasi. Temuan dari
Drenth (dalam Bass, 1990) memaparkan bahwa organisasi lebih efektif jika dipimpin
oleh pemimpin yang menggunakan perilaku kepemimpinan yang berorientasi pada
hubungan antar manusia daripada yang dipimpin dengan perilaku kepemimpinan
yang berorientasi pada tugas.
Penelitian Roberts tahun 1986 (dalam Bass, 1990) pada perguruan tinggi
swasta lebih besar menggunakan kepemimpinan yang transaksional daripada
kepemimpinan yang transformasional. Hal ini menunjukkan bahwa di perguruan
tinggi swasta lebih besar digunakan orientasi kepemimpinan pada hubungan antar
manusia daripada orientasi kepemimpinan pada tugas sebagaimana banyak
diterapkan di perguruan tinggi negeri. Penelitian Bossen dkk., (dalam Creemers dan
Reynolds, 1991) kepemimpinan yang kuat hubungan kesejawatannya berkolerasi
dengan keefektifan organisasi. Dengan demikian perilaku kepemimpinan
mempengaruhi keefektifan organisasi. Penelitian lain menunjukkan bahwa peranan
kepemimpinan bertransformasi dengan realitas organisasi dan membentuk kultur
organisasi. Berdasarkan beberapa pandangan ahli dan hasil-hasil penelitian diatas
dapat disimpulkan bahwa perilaku kepemimpinan mempengaruhi budaya organisasi
dan keefektifan organisasi.
C. Pendekatan Manajemen
Macam-macam pendekatan-pendekatan manajemen :
5. Pendekatan Sosioteknik
Pendekatan ini menekankan perlu dipertimbangkannya sistem-
sistem sosial dan sistem teknik secara simultan dalam praktik manajemen,
mengingat bahwa sistem teknik mempunyai pengaruh besar atas sistem
sosial organisasi
8. Pendekatan Matematis
Pendekatan ini memandang manajemen sebagai sebuah proses yang
dapat melalui model-model mate-matikal yang menyatakan elemen-elemen
dasar suatu problem dan yang dapat menyediakan alat-alat untuk
mengevaluasi solusi problem tersebut
9. Pendekatan Situasional
Pendekatan ini mempelajari perilaku manajerial sebagai suatu reaksi
terhadap sekelompok keadaan tertentu, dalam upaya mencapai sejumlah
praktik-praktik manajemen yang dianggap paling tepat guna menghadapi
situasi tertentu.
Dalam membuat keputusan ada sejumlah factor yang perlu diperhatikan oleh
pemimpin yaitu :
Berpikir kritis adalah berpikir secara jernih, realistis, logis dan analistis mengenai
problem yang dihadapi dan pemilihan alternatif solusinya. Pemimpin perlu
berpikir kritis dengan mengumpulkan semua informasi yang diperlukan sebelum
mengambil tindakan.
Waktu membuat keputusan. Sering pembuatan keputusan harus menunggu
sampai keadaan mulai rusak atau sering juga harus sebaliknya. Dalam proses
krisis pemimpin perlu membuat keputusan cepat sedangkan dalam problem
terstruktur sebaliknya.
Kondisi ketika membuat keputusan. Kondisi ketika proses pembuatan keputusan
terjadi sangat mempengaruhi proses dalam keputusan yang diambil.
Keterbatasan/hambatan. Dalam proses pembuatan keputusan pemimpin
menghadapi keterbatasan dan hambatan yang meliputi :
Sumber-sumber. Dalam membuat keputusan pemimpin menghadapi
keterbatasan sumber-sumber seperti anggaran, bahan mentah, tenaga, waktu
dan dalam politik : dukungan legislative atau pengikut dan kemungkinan
koalisi dengan pihak ketiga
Undang-undang, peraturan, kebijakan dan prosedur sering membatasi
pemimpin dalam memilih alternative, proses pembuatan keputusan dan
keluaran yang diharapkan.
Ketergantungan pada pihak lain. Sering dalam membuat keputusan seorang
pemimpin tergantung pada orang atau kelompok lain. Diperusahaan seorang
direktur atau presiden direktur dalam membuat keputusan tertentu tergantung
pada dewan komisaris atau para pemegang saham. Presiden Republik Indonesia
dalam memutuskan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan menyatakan
perang perlu persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat. Keterbatasan ini
menyebabkan pemimpin harus realistic dalam mengambil keputusan. Mungkin
pemimpin juga harus melakukan terobosan untuk menghadapi keterbatasan
tersebut.
Keahlian dan pengalaman. Keahlian dan pengalaman yang dimiliki oleh
pemimpin sangat membantunya dalam membuat keputusan. Jika pemimpin
kurang mempunyai pengetahuan dan pengalaman mengenai problem yang
dihadapinya. Pengetahuan dan pengalaman juga mempengaruhi intuisi
pemimpin dalam menentukan alternative dan keluaran yang diharapkan.
Penggolongan
Pekerjaan
Pengalaman bawahan