Anda di halaman 1dari 8

Nama : Hendrikho Gunires

NPM : 181003632010851

Prodi : Administrasi Publik

Judul Buku : Kepemimpinan Pendidikan

Pengarang : Rohmat, M. Ag, M. Pd

RESUME KEPEMIPINAN

BAB I
TEORI KEPEMIMPINAN
Menurut Fleishmen, Halpin, dan Winer, Hempil, dan Trons, para pengikut
memandang perilaku atasnya dapat dikategorikan menjadi dua yaitu
“consideration” dan “Initiating Structure”. Consideration merupakan perilaku
pemimpin yang ramah dan mendukung, memperhatikan pengikut serta
memperhatikan kesejahteraan mereka. Sedangkan dalam perspektif “Initiating
Structure”, struktur memprakarsai adalah perilaku pemimpin yang menentukan
dan menstruktur perannya sendiri dan peran dari pengikut ke arah pencapaian
tujuan-tujuan formal kelompok.
Persyaratan ideal bagi pemimpin menurut George R. Terry, pemimpin harus
memiliki ciri sebagai berikut:
1. Mental dan fisik yang enenrgik
2. Emosi yang stabil
3. Pengethauan human relation yang baik
4. Motivasi personal yang baik
5. Cakap berkomunikasi
6. Cakap untuk mengajar, mendidik dan mengembangkan bawahan
7. Ahli dalam bidang sosial.
Perubahan kepemimpinan dari instruktif menjadi motivator penting untuk
dilakukan, perubahan pemimpin demikian menuntut sebuah konsekuensi sikap
yang mendasar. Pemimpin yang menjadikan dirinya sebagai motivator adalah
pemimpin yang memiliki good character. Perilaku kepemimpinan yang
memotivasi bawahan akan mendasar bahwa kepentingan organisasi sebagai
kepentingan bersama.
Terdapat beberapa model dalam teori kepemimpinan yang mendasarkan pada
tipologi pemimpin. Karakter pemimpin dapat dikaji melalui multi perspektif yaitu
meliputi perilaku mendasar yang telah dimiliki oleh pemimpin yang akhirnya
melahirkan teori perilaku maupun yang didasarkan pada kualitas pribadi pada
konteks situasi tertentu dan akhirnya melahirkan teori situasional.
1. Teori Perilaku
Secara garis besar studi tentang kepemimpinan dibedakan menjadi tiga
pendekatan utama yaitu 1) pendekatan sifat, mendasarkan pada sifat-sifat yang
membuat seseorang berhasil. Kepemimpinan dipandang sebagain sesuatu yang
banyak mengandung unsur individu. 2) pendekatan perilaku, studi ini
menfokuskan pada perilaku yang spesifik dari pemimpin dalam rangka aktifitas
untuk mempengaruhi para pengikut. Adapun beberapa studi pendekatan perilaku
antara lain: Study kepemimpina universitas Ohio, penelitian ini mendapat
gambaran tentang dua dimensi utama dari perilaku pemimpin yang dikenal
sebagai pembuat inisiatif (initiating structure) dan perhatian (consideration). Studi
kepemimpinan Universitas Michingan, penelitian ini mengidentifikasikan dua
konsep yang disebut orientasi pengikut dan produksi.
2. Teori situasional
Pendekatan situasional, kepemimpinan lebih menekankan pada fungsi situasi dari
pada kualitas pribadi, dan merupakan kualitas yang timbul karena interaksi orang-
orang dalam situasi tertentu. Adapun beberapa studi kepemimpinan dengan
pendekatan situasional adalah: teori kepemimpinan kontingensi, menyebutkan
bahwa seorang menjadi pemimpin bukan hanya faktor kepribadian tetapi faktor
situasi dan saling hubungan antara pemimpin dengan situasi. Teori kepemimpinan
tiga dimensi, menganggap bahwa terdapat tiga dimensi yang dapat dipakai untuk
menentukan gaya kepemimpinan yaitu perhatian pada produksi atau tugas,
perhatian pada orang dan dimensi efektifitas.

BAB II
KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN
Kepemimpinan dan manajemen adalah dua konsepsi yang berbeda.
Manajemen adalah seperangkat proses yang dapat menjaga sistem yang komplek
yang teridiri dari orang dan teknologi yang berjalan secara perlahan. Aspek-aspek
terpenting dalam manajemen meliputi perencanaan, penganggaran, organizing,
staffing, pengawasan, dan pemecahan masalah.
Kepemimpinan adalah seperangkan proses untuk menciptakan organisasi
ditempat pertama atau mengadaptasikannya pada lingkungan yang berubah secara
signifikan. Kepemimpinan melakukan proyeksi seperti apakah masa depan yang
direncanakan, membimbing personel organisasi sesuai dengan visi, dan memberi
inspirasi kepada semua personel sekolah dalam merealisasikan visi.
Tugas manajer yaitu melakukan sesuatu dengan benar, menyukai efisiensi,
menjalankan dan memelihara efektivitas, fokus pada sistem dan stuktur,
tergantung pengawaasan, organisasi dan staf, menekankan taktik, struktur dan
sistem, penekanan pada jangka pendek, menekankan pada bagaimana dan kapan,
menerima status quo, fokus pada sekarang, memandang ada yang sekarang,
mengembangkan tahapan secara detail dan terjadwal, mencari hal yang bisa
diprediksi dan keteraturan, manajer menghindari resiko, memotivasi orang dan
menuruti standar kerja yang telah ada, mempengaruhi para bawahan, memerlukan
orang lain untuk menuruti, melaksanakan secara organisasional aturan-aturan,
kebijakan dan prosedur, dan memberikan jabatan.
Tugas leader yaitu melakukan hal yang benar, menyukai keefektifan,
mengembangkan aktivitas, fokus pada orang, tergantung kepercayaan, memimpin
orang dengan arahan, menekankan filosofi, nilai-nilai kebaikan, dan tujuan,
penekanan pada jangka panjang, menekankan pada apa dan bagaimana, menolak
status quo, fokus pada masa depan, memandang jauh ke depan, mengembangkan
visi dan strategi, mencari perubahan, mengambil resiko, memotivasi orang untuk
berubah, mempengaruhi secara hubungan perseorangan, menjadikan orang lain
mengikuti, menjalankan sesuatu tidak secara organisasional, aturan kebijakan, dan
prosedur, dan inisiatif pemimpin.
Burt Nanus menggambarkan visi sebagai strategi idealisasi masa depan
yang menarik, bagi suatu institusi (Organization). Ide dan kreatifitas pemimpin
memberi kekuatan dalam mempengaruhi budaya organisasi masa depan dan dapat
ditempuh melalui skills (keteramplan), bakat (talents), dan sumber daya
(resources) yang menjadikan nyata dan menunjukkan jalan bagi semua yang ingin
memahami seperti apa institusi dan mau dibawa kemana arah institusi.
Pandangan perilaku budaya organisasi sebagaimana disebtu Bolman dan
Deal sebagai “bingkai sumber daya manusia”yang pertama kali berbeda dengan
model rasional dengan menekankan sisi manusia pada organisasi, dan menolak
perspektif bahwa perilaku kepemimpinan didasarkan pada kebutuhan hidup
pribadi,keinginan, nilai-nilai, keterampilan, dan seterusnya.
Rasionalitas dalam pendidikan sebagai suatu model terdiri dari dua segmen
yaitu 1) rasioanalitas sebagai permasalahan ilmu pengetahuan, dan 2) rasionalitas
sebagai permasalahan kepentingan dan nilai.

BAB III
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
Kepemimpinan pendidikan adalah kemampuan pemimpin pendidikan dalam
mempengaruhi guru, staf administrasi dan siswa dalam mencapi tujuan
pendidikan serta mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki pendidikan.
Perilaku pemimpin pendidikan menjadi suri tauladan bagi semua personel
pendidikan yang pada akhirnya dapat tercipta budaya pendidikan yang lebih maju.
Pencipttpuaan budaya belajr dapat dimulai dari transformasi kepemimpinan
pendidikan. Implikasi lebih jauh, transformasi kepemimpinan pendidikan dengan
mengikuti paradigma baru yang lebih berorientasi pada pemberdayaaan personel
sekolah akan membawa dampak perubahan yang sangat signifikan terhadap mutu
output pendidikan.

BAB IV
GAYA KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
Gaya kepemimpinan diantaranya 1) gaya kepemimpinan transformatif yaitu
gaya kepemimpinan pendidikan lebih terlihat pada pola-pola yang dikembangkan
dalam berbagai kenijakan yang ditempuhnya dalam menjalankan kepemimpinan.
Berbagai bentuk gaya kepemimpinan tersebut terimplementasi dalam melakukan
semua kebijakan pendidikan yang meliputi pengadaan pembinaan terhadap semua
personel pendidikan, pelaksanaan program-program pendidikan, serta berbagai
bentuk realisasi program itu sendiri.
2) gaya kepemimpinan partisipatif atau disebut dengan gaya kepemimpinan
demokratik merupakan gaya kepemimpinanyang menitikberatkan pada usaha
seorang pemimpin dalam melibatkan partisipasipara pengikutnya dalam setiap
pengambilan keputusan. Dampak positif yang ditimbulkan dari gaya
kepemimpinan partisipatif, para prngikut memiliki rasa tanggung jawab yang
lebih besar terhadap pencapaian tujuan organisasi karena keterlibatannya dalam
pengambilan keputusan. Pemimpin partisipatif akan lebih merasa diuntungkan
dalam menjalankan semua rencana (planning) yang telah ditetapkan, hal ini
karena ditopang dari kinerja para pengikutnya. Pemimpin partisipatif memandang
peran dirinya selaku koordinator dan intergrator terhadap berbagai unsur dan
komponen organisasi sehingga terjadi kinerja yang sinergis dalam memcapai
komitmen bersama.
3) gaya kepemimpinan otokratik, pada gaya kepemimpinan ini
menitikberatkan pada otoritas pemimpin dengan mengesampingkan partisipasi
dan daya kreatif para pengikut. Gaya kepemimpinan pendidikan yang otokratik
sanagat mengesampingkan kemampuan guru, siswa dan staf administrasi dalam
setiap kebijakan yang ditempuhnya. Pemimpin yang bergaya otokratik cenderung
menganut nilai organisasional yang bertujuan pada pembenaran segala tindakan
yang ditempuhnya untuk mencapai tujuan.
Pemimpin yang bergaya otokratik mempunyai berbagai sikap antara lain: a)
memperlakukan para pengikut sama dengan alat-alat lain dalam organisasi,
sehingga kurang menghargai harkat dan martabat mereka. b) mengutamakan
orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaiaan tugas tanpa mengaitkan
pelaksanaan tugas tersebut dengan kepentingan dan kebutuhan para pengikut. c)
mengabaikan peranan para pengikut dalam proses pengambilan keputusan.
4) gaya kepemimpinan laissez faire, karakteristik utamanya yaitu persepsi
tentang peranan, nilai-nilai yang dianut, sikap dalam hubungannya denga para
pengikut, perilaku organisasi dan gaya kepemimpinan yang biasa digunakan.
Seorang pemimpin, hanya berkisar seputar pandangan dirinya yang menganggap
bahwa pada umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya.para
anggota organisasi terdiri daari orang-orang yang telah mampu mengetahui apa
yang menjadi tugas organisasi, sasaran-sasaran yang ingin dicapai, tugas apa yang
harus diuraikan oleh masing-masing anggota dan seorang pemimpin tidak perlu
terlalu terlalu sering melakukan intervensi dalam organisasi

BAB V
TUGAS DAN FUNGSI KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
Fungsi kepemimpinan pendidikan sebagai manajer adalah tidak lepas dari
kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan
usaha anggota oragnisasi serta memberdayakan sumber daya yang telah tersedia
secara optimal guna mencapai tujuan yang telah direncanakan.
Fungsi kepemimpinan pendidikan sebagai leader, lebih mengarah pada
pola penyadaran bagi personel pendidikan, sebagi penentu visi dan misi
pendidikan, membimbing, koordinasi kegiatan, dan pembinaan bagi personel
pendidikan.
Fungsi kepemimpinan pendidikan sebagai educator lebi banyak pada tugas
pemimpin sebagai figur yang menjadi panutan para pengikut.
Seorang pemimpin secara umum berfungsi sebagai berikut : mengambil
keputusan, mengembangkan informasi, memelihara dan mengembangkan
loyalitas anggota, memberi dorongan dan semangat pada anggota, bertanggung
jawab atas semua aktivitas kegiatan, melakukan pengawasan atas pelaksanaan
kegiatan, dan memberikan penghargaan pada anggota yang berprestasi.
Tugas kepemimpinan dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Yang berkaitan
dengan kerja daintaranya mengambil inisiatif, mengatur langkah dan arah,
memberikan informasi, memberikan dukungan, memberi pemikiran, dan
mengambil suatu kesimpulan. b. Yang berkaitan dengan kekompakan anggota
diantaranya mendorong, bersahabat, bersikap menerima, mngungkapkan perasaan,
bersikap mendamaikan, berkemampuan mengubah dan menyesuaikan pendapat,
memperlancar pelaksanaan tugas dan memberikan aturan main.

BAB VI
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN DAN BUDAYA ORGANISASI
Atribut organisasi yang diperlukan untuk mengembangkan kepemimpinan
diperlukan untuk membudayakan personel organisasi. Organisasi yang banyak
melakukan pendelegasian kekuasaan kepada tingkat yang lebih rendah, memiliki
keunggulan dalam melakukan manajemen. Sehingga personel organisasi
diberdayakan menangani tanggung jawab dengan baik.
Penciptaan budaya organisasi adalah merupakan sebuah latihan dalam
transformasi kepemimpinan pendidikan melalui meningkatkan urgensi
pengembangan organisasi, menciptakan koalisi pemandu, dan seterusnya.
Sacrameto menggambarkan relasi kepemimpinan, pembelajaran dan
pengajaran adalah menjadi keterkaitan antara kepemimpinan yang dilakukan oleh
seorang leader dalam institusi pendidikan maupun guru sebagai leader bagi anak
didiknya.
Organisasi belajar adalah bagaimana individu belajar. Kim menunjukkan
definisi belajar yaitu memperoleh pengetahuan atau keterampilan.
Efek kepemimpinan terhadap organisasi belajar secara tidak langsung
berpengaruh terhadap personel sekolah, struktur, dan proses pendidikan.
Perubahan dalam kemampuan akademik, mengacu pada perubahan dalam kondisi
pendidikan yang mendukung penyediaan pengajaran dan pembelajaran yang
efektif dan memungkinkan pembelajaran efektif. Perubahan dalam kapasitas
akademik secara langsung dan secara signifikan berkaitan dengan (a)
pertumbuhan belajar siswa dan (b) persepsi siswa. Perubahan dalam
kepemimpinan pendidikan akan tergantung pada komposisi dan pemimpin
pendidikan serta stabilitas siswa.

BAB VII
EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
Efektivitas kepemimpinan pendidikan lebih didasarkan pada efektivitas
pembelajaran yang dilakukan sekolah. Faktor utama maju atau tidaknya sekolah
lebih mendasarkan pada prestasi akademik dan non akademik yang telah dicapai
oleh sekolah. Salah satu kriteria kepemimpinan pendidikan efektif jika telah
terjadi pemberdayaan guru untuk melakukan proses pembelajaran yang baik.

Secara garis besar efektivitas kepemimpinan pendidikan dapat diukur


apabila dapat mewujudkan berbagai hal berikut: 1) kepemimpinan berorientasi
pada personel pendidikan (guru, staf, administrasi, dan siswa). (2) komitmen pada
personel pendidikan dalam mencapai tujuanpendidikan. (3) adanya perkembangan
yang konstruktif dalam personel pendidikan. (4) kinerja personel pendidikan yang
cukup tinggi. (5) kesiapan pendidikan dalam menghadapi tuntutan perubahan. (6)
adanya kepuasan personel pendidikan terhadap kepemimpinan pemimpin
pendidikan. (7) pengembangan SDM guru, dan staf administrasi. (8) peningkatan
kreatifitas personel pendidikan.dan (9) pemberian perhatian yang tinggi terhadap
para personel pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai