Diwajibkan untuk mengupload kartu ujian yang sudah dikirim melalui email akademik
(Bentuk JPG), apabila tidak mengupload maka dianggap tidak mengikuti ujian dan tidak
akan diperiksa oleh Dosen Ybs.
1. Teori atribusi: Teori atribusi berfokus pada bagaimana orang menilai perilaku
seseorang dan menarik kesimpulan tentang sifat kepemimpinan berdasarkan
perilaku tersebut. Dalam konteks kepemimpinan, orang cenderung mengaitkan
perilaku pemimpin dengan atribut atau karakteristik tertentu. Misalnya, jika
seorang pemimpin mengambil keputusan yang tepat, orang mungkin
menganggapnya sebagai pemimpin yang cerdas atau berpengetahuan luas.
2. Teori sifat: Teori sifat menekankan sifat-sifat pribadi yang dimiliki oleh seorang
pemimpin. Teori ini berpendapat bahwa ada sifat-sifat tertentu yang dimiliki oleh
pemimpin yang membedakannya dari orang lain. Contoh sifat kepemimpinan
yang sering dikaitkan adalah kepercayaan diri, keberanian, empati, dan keadilan.
3. Teori perilaku: Teori perilaku fokus pada perilaku pemimpin dan bagaimana
perilaku tersebut mempengaruhi bawahan. Teori ini berpendapat bahwa
pemimpin dapat memengaruhi kinerja dan motivasi bawahan melalui perilaku
yang mereka tunjukkan. Misalnya, pemimpin yang memberikan umpan balik
positif dan memberikan dukungan kepada bawahan cenderung menciptakan
lingkungan kerja yang produktif.
4. Teori situasional: Teori situasional berfokus pada bagaimana situasi
mempengaruhi perilaku pemimpin dan bagaimana pemimpin menyesuaikan
perilakunya dengan situasi yang ada. Teori ini menyatakan bahwa pemimpin
yang efektif adalah mereka yang dapat membaca situasi dengan baik dan
menyesuaikan gaya kepemimpinannya sesuai dengan tuntutan situasi. Misalnya,
dalam situasi krisis, seorang pemimpin mungkin harus mengambil keputusan
cepat dan tegas.
5. Teori kepemimpinan transformasional: Teori kepemimpinan transformasional
menekankan peran pemimpin dalam menginspirasi, memotivasi, dan mengubah
bawahan mereka. Pemimpin transformasional cenderung memiliki visi yang kuat,
membangun hubungan yang baik dengan bawahan, dan mendorong bawahan
untuk mencapai potensi terbaik mereka.
Dalam keseluruhan, teori atribusi kepemimpinan memberikan wawasan tentang cara
orang mengevaluasi dan menafsirkan perilaku pemimpin serta bagaimana berbagai
faktor seperti sifat, perilaku, dan situasi dapat mempengaruhi persepsi kepemimpinan
2. a. Salah satu formulasi dari kepemimpinan transformasional terdiri dari tiga komponen
penting: karisma, stimulasi intelektual, dan perhatian individualisasi.
1. Karisma: Kemampuan pemimpin untuk mempengaruhi dan memotivasi bawahan
dengan daya tarik pribadinya. Pemimpin yang karismatik dapat menarik perhatian dan
menginspirasi orang lain.
2. Stimulasi intelektual: Kemampuan pemimpin untuk mendorong bawahan berpikir
kreatif dan inovatif dalam menyelesaikan masalah. Pemimpin transformasional
mendorong bawahan untuk berkontribusi dengan ide-ide baru dan mengembangkan
potensi intelektual mereka.
3. Perhatian individualisasi: Kemampuan pemimpin untuk memperhatikan kebutuhan
dan keinginan individu bawahan serta memberikan dukungan dan bantuan yang
diperlukan. Pemimpin transformasional peduli terhadap perkembangan dan kebahagiaan
bawahan secara individual.
Dengan menggunakan formulasi ini, seorang pemimpin dapat mempengaruhi bawahan
untuk mencapai tujuan bersama, menginspirasi mereka, dan membantu mereka dalam
pengembangan pribadi.
3. a. Peran Pemimpin:
1. Menetapkan Visi: Pemimpin menetapkan visi yang jelas dan menginspirasi orang lain
untuk mencapai tujuan bersama.
2. Mengarahkan dan Membimbing: Pemimpin memberikan arahan dan bimbingan
kepada bawahan untuk mencapai tujuan dengan efektif.
3. Mendorong dan Memotivasi: Pemimpin memotivasi tim dan individu untuk mencapai
kinerja yang tinggi dengan memberikan dukungan, penghargaan, dan pengakuan.
4. Membangun Tim yang Kuat: Pemimpin membangun hubungan yang baik antar
anggota tim, memfasilitasi kerja sama, dan mengembangkan kerjasama tim yang efektif.
5. Mengambil Keputusan: Pemimpin bertanggung jawab dalam mengambil keputusan
yang penting untuk organisasi, berdasarkan informasi dan penilaian yang tepat.
6. Menjaga Komunikasi yang Efektif: Pemimpin berkomunikasi dengan jelas, terbuka,
dan transparan, serta mendengarkan masukan dan umpan balik dari bawahan.
b. Teori motivasi yang dapat menjadi dasar tindakan pemimpin untuk membangkitkan semangat
bawahan antara lain:
Teori hirarki kebutuhan Maslow, yang menyatakan bahwa manusia memiliki kebutuhan
yang berjenjang, mulai dari kebutuhan fisiologis, keamanan, sosial, penghargaan, hingga
aktualisasi diri.
Teori motivasi hygiene Herzberg, yang menyatakan bahwa ada faktor-faktor yang dapat
memotivasi (faktor motivator) dan faktor-faktor yang hanya dapat memuaskan (faktor
hygiene) kebutuhan karyawan.
Teori harapan Vroom, yang menyatakan bahwa motivasi karyawan tergantung pada
harapan mereka tentang hasil yang akan dicapai dan kepercayaan mereka dalam
mencapai hasil tersebut.
c. Jenis komunikasi yang perlu dikembangkan oleh seorang pemimpin untuk mewujudkan
kepemimpinan yang efektif antara lain:
Komunikasi verbal, yaitu komunikasi melalui kata-kata yang diucapkan.
Komunikasi nonverbal, yaitu komunikasi melalui bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan
gerakan tubuh.
Komunikasi tertulis, yaitu komunikasi melalui tulisan.
Komunikasi visual, yaitu komunikasi melalui gambar, grafik, dan presentasi
d. Peran yang harus dikembangkan oleh seorang pemimpin untuk menyampaikan informasi
dengan efektif antara lain:
Menjadi komunikator yang baik, yaitu mampu menentukan apa, bagaimana, bilamana,
dan di mana agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif.
Menyediakan arahan dan dukungan bagi bawahan.
Menjaga hubungan yang baik dengan bawahan dan pihak luar organisasi.
Menjadi contoh yang baik bagi bawahan.
Menciptakan lingkungan kerja yang harmonis dan produktif.
Mengetahui kebutuhan dan aspirasi bawahan secara individual.
Menyediakan bimbingan yang tepat dan simpatik bagi bawahan yang mengalami
masalah dalam melaksanakan pekerjaannya.
5. a. Perbedaan gaya kepemimpinan demokratis, otoriter, dan bebas adalah sebagai berikut:
Gaya kepemimpinan demokratis: pemimpin memberikan wewenang secara luas
kepada para bawahan, mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh,
memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para
bawahannya.
Gaya kepemimpinan otoriter: pemimpin memusatkan segala keputusan dan
kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh, segala pembagian tugas
dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan
para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan.
Gaya kepemimpinan bebas: pemimpin memberikan kebebasan kepada bawahan
untuk mengambil keputusan dan bertindak sesuai dengan keinginan mereka
sendiri, pemimpin hanya memberikan arahan dan dukungan yang diperlukan.
b. Tidak ada gaya kepemimpinan yang lebih baik dari yang lain, karena setiap gaya
kepemimpinan memiliki kelebihan dan kekurangan tergantung pada situasi dan kondisi yang
dihadapi. Namun, gaya kepemimpinan demokratis cenderung lebih disukai karena dapat
meningkatkan partisipasi dan keterlibatan bawahan dalam pengambilan keputusan, sehingga
dapat meningkatkan semangat kerja dan motivasi bawahan.
c. Beberapa gaya kepemimpinan yang termasuk gaya kepemimpinan demokratis antara lain:
Kepemimpinan partisipatif: melibatkan anggota tim dalam proses pengambilan
keputusan.
Kepemimpinan transformasional: berusaha mendorong partisipasi dan meningkatkan
kemampuan tim berinovasi.
Kepemimpinan situasional: menyesuaikan gaya kepemimpinan dengan situasi dan
kondisi yang dihadapi.
d. Peran yang harus dikembangkan oleh seorang pemimpin untuk menyampaikan informasi
dengan efektif antara lain:
Menjadi komunikator yang baik, yaitu mampu menentukan apa, bagaimana, bilamana,
dan di mana agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif.
Menyediakan arahan dan dukungan bagi bawahan.
Menjaga hubungan yang baik dengan bawahan dan pihak luar organisasi.
Menjadi contoh yang baik bagi bawahan.
Menciptakan lingkungan kerja yang harmonis dan produktif.
Mengetahui kebutuhan dan aspirasi bawahan secara individual.
Menyediakan bimbingan yang tepat dan simpatik bagi bawahan yang mengalami
masalah dalam melaksanakan pekerjaannya.