Anda di halaman 1dari 4

Nama : Muh.

Azzul nurain
NIM : 200304502027
Kelas : B
Prodi : Administrasi kesehatan

1. TEORI PERILAKU

Teori perilaku disebut juga dengan teori sosial dan merupakan sanggahan terhadap teori
genetis. Pemimpin itu harus disiapkan, dididik dan dibentuk tidak dilahirkan begitu saja
(leaders are made, not born). Setiap orang bisa menjadi pemimpin, melalui usaha penyiapan
dan pendidikan serta dorongan oleh kemauan sendiri. Teori ini tidak menekankan pada sifat-
sifat atau kualitas yang harus dimiliki seorang pemimpin tetapi memusatkan pada bagaimana
cara aktual pemimpin berperilaku dalam mempengaruhi orang lain dan hal ini dipengaruhi
oleh gaya kepemimpinan masing-masing. Dasar pemikiran pada teori ini adalah
kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan
suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Teori ini memandang bahwa kepemimpinan
dapat dipelajari dari pola tingkah laku, dan bukan dari sifat-sifat (traits) soerang pemimpin.
Alasannya sifat seseorang relatif sukar untuk diidentifikasikan.

Perilaku kepemimpinan tersebut, yaitu perilaku instruktif, konsultatif, partisipatif, dan


delegatif. Perilaku kepemimpinan tersebut, masing-masing memiliki ciri pokok sebagai
berikut:

a. Perilaku instruktif; terbangunnya komunikasi satu arah, pimpinan membatasi peranan


bawahan, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan menjadi tanggung jawab
pemimpin, pelaksanaan pekerjaan diawasi dengan ketat.
b. Perilaku konsultatif; pemimpin masih memberikan instruksi yang cukup besar serta
menentukan keputusan, telah diharapkan komunikasi dua arah dan memberikan
suportif terhadap bawahan, pemimpin mau mendengar keluhan dan perasaan bawahan
dalam pengambilan keputusan, bantuan terhadap bawahan ditingkatkan tetapi
pelaksanaan keputusan tetap pada pemimpin.
c. Perilaku persuasif; control atas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan antara
pemimpin dan bawahan seimbang, pemimpin dan bawahan sama-sama terlibat dalam
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, komunikasi dua arah semakin
meningkat, pemimpin makin mendengarkan secara intensif terhadap bawahannya,
keikutsertaan bawahan dalam pemecahan dan pengambilan keputusan makin
betambah.
d. Perilaku delegatif; pemimpin mendiskusikan masalah yang dihadapi dengan bawahan
dan selanjutnya mendelegasikan pengambilan keputusan seluruhnya kepada
bawahan, bawahan diberi hak untuk menentukan langkah-langkah bagaimana
keputusan dilaksanakan, dan bawahan diberi wewenang untuk menyelesaikan tugas-
tugas sesuai dengan keputusan sendiri.

Contoh teori perilaku adalah pemimpin tersebut memberikan perintah atau instruksi,
berkomunikasi dengan sesama pemimpin maupun dengan seluruh anggota timnya.

2. TEORI SIFAT

Teori sifat merupakan teori yang menjelaskan Sifat-sifat yang melekat dalam diri
seorang pemimpin yang akan mewarnai tingkah laku, perbuatan, tindakan dan keputusan-
keputusan yang diambilnya. Sifat merupakan tumpuan dan modal dasar untuk
memberikan energi dalam kepemimpinannya. Pemimpin dapat mencapai efektifitas
dengan mengembangkan sifat- sifat yang dimiliki.

Teori sifat kepemimpinan membedakan pada pemimpin dari mereka yang bukan
pemimpin dengan cara berfokus pada berbagai sifat dan karakteristik pribadi masing-
masing. Pada teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin
ditentukan oleh sifat-sifat atau ciri-ciri yang dimilikinya. Atas dasar pemikiran tersebut
timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil sangat ditentukan
oleh kemampuan pribadi pemimpin. Kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas
seseorang dengan berbagai sifat atau ciri-ciri di dalam dirinya. Dalam mencari ciri-ciri
kepemimpinan yang dapat diukur, para peneliti menggunakan dua pendekatan yaitu mereka
berusaha membandingkan ciri-ciri dari dua orang yang muncul sebagai pemimpin dengan
ciri-ciri yang tidak demikian dan mereka membandingkan ciri pemimpin yang efektif
dengan ciri-ciri pemimpin yang tidak efektif. Akan tetapi studi tentang ciri-ciri ini
mengalami kegagalan untuk mengungkap secara jelas dan konsisten yang membedakan
pemimpin dan pengikut.

Di akhir tahun 1940-an para peneliti mulai mengeksplorasi pemikiran bahwa


bagaimana perilaku seseorang dapat menentukan keefektifan kepemimpinan seseorang. Dan
mereka menemukan sifat- sifat, mereka meneliti pengaruhnya pada prestasi dan kepuasan
dari pengikut-pengikutnya.

Contoh teori sifat adalah seorang pemimpin dengan kemampuan pribadinya dan
karaktenya serta perangainya mampu mempimpin dan memperlakukan bawahannya sebaik
mungkin sehingga dia disegani dan dihormati semua bawahannya.

Ciri ciri teori sifat

a. Ekstraversi, berupa kecenderungan pada sifat-sifat ramah, asertif dan aktif;


b. Agreeableness, kecenderungan pada sifat-sifat baik hati, lembut, mempercaya dan
dapat dipercaya;
c. Conscientiousness (ketekunan), teratur, dapat diandalkan dan berorientasi pada
kesuksessan;
d. Keterbukaan pada pengalaman baru, kecenderungan pada sifat kreatif, imajinatif,
perseptif dan memikirkan orang lain;
e. Penyesuaian dan stabilitas emosi, kecenderungan pada sifat tenang, tidak tertekan dan
tidak moody

3. TEORI SITUASIONAL

Teori situasional kepemimpinan merupakan suatu pendekatan terhadap kepemimpinan


yang menyatakan bahwa pemimpin memahami perilakunya, sifat-sifat bawahannya, dan
situasi sebelum menggunakan gaya kepemimpinan tertentu. Pendekatan ini mensyaratkan
pemimpin untuk memiliki keterampilan diagnostik dalam perilaku manusia.

Teori Kepemimpinan Situasional adalah suatu pendekatan terhadap kepemimpinan yang


menganjurkan pemimpin untuk memahami perilaku bawahan, dan situasi sebelum
menggunakan perilaku kepemimpinan tertentu. Pendekatan ini menghendaki pemimpin
untuk memiliki kemampuan diagnosa dalam hubungan antara manusia (Monica, 1998).
Teori ini muncul sebagai reaksi terhadap teori perilaku yang menempatkan perilaku
pemimpin dalam dua kategori yaitu otokratis dan demokratis. Dalam teori ini dijelaskan
bahwa seorang pemimpin memilih tindakan terbaik berdasarkan variabel situasional.
Menurut pandangan perilaku, dengan mengkaji kepemimpinan dari beberapa variabel yang
mempengaruhi perilaku akan memudahkan menentukan gaya kepemimpinan yang paling
cocok. Teori ini menitikberatkan pada berbagai gaya kepemimpinan yang paling efektif
diterapkan dalam situasi tertentu. Keefektifan kepemimpinan tidak tergantung pada gaya
tertentu terhadap suatu situasi, tetapi tergantung pada ketepatan pemimpin berperilaku
sesuai dengan situasinya.

Contoh teori situasional adalah para pemimpin harus mampu beradaptasi dengan segala
situasi dan mengubah gaya kepemimpinan berdasarkan situasi yang dirinya hadapi.

Ciri ciri teori situasional

Menurut Hersey dan Blanchard, ada empat gaya dasar yang terkait dengan teori
kepemimpinan situasional. Melansir Cleverism, keempatnya adalah:

a. Mengarahkan/telling (S1): Pemimpin memberi tahu bawahan apa yang harus


dilakukan, kemudian menjelaskan bagaimana cara melakukannya. Tahap ini mirip
dengan gaya kepemimpinan otokratis.
b. Menjual/selling (S2): Pemimpin bertujuan ‘menjual’ ide dan pesan kepada bawahan
untuk membuat mereka paham dan ikut serta dalam proses dan tugas. Tahap ini
melibatkan supervisi serta diskusi proaktif antara pemimpin dan bawahan.
c. Berpartisipasi/participating (S3): Tahap ini menggunakan pendekatan demokratis
yang memungkinkan pemimpin memberi lebih banyak kelonggaran bagi bawahannya.
Pemimpin masih mengarahkan di beberapa area. Akan tetapi, bawahan berperan aktif
untuk membuat keputusan dan menentukan cara menyelesaikan tugas.
d. Mendelegasikan/delegating (S4): Ini adalah tahap terakhir di mana pemimpin
sepenuhnya “lepas tangan” terhadap cara kerja bawahan. Dalam artian, pemimpin
sudah tidak lagi terlibat dalam proses pembuatan keputusan karyawan.

Anda mungkin juga menyukai