Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KONSEP,TEORI

KEPEMIMPINAN DAN FUNGSI-FUNGSI


MANAJEMEN

`:

Oleh :
Nama : Ari Sunarko
Nim :5172121001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS
NEGERI MEDAN
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kepemimpinan dipandang sangat penting karena dua hal: pertama, adanya kenyataan bahwa
penggantian pemimpin seringkali mengubah kinerja suatu unit, instansi atau organisasi; kedua,
hasil penelitian yang menunjukkan bahwa salah satu faktor internal yang mempengaruhi
keberhasilan organisasi adalah kepemimpinan, mencakup proses kepemimpinan pada setiap
jenjang organisasi, kompetensi dan tindakan pemimpin yang bersangkutan. Kenyataan dan
gagasan, serta hasil penelitian tersebut tak dapat dibantah kebenarannya. Semua pihak maklum
adanya, sehingga muncul jargon “ganti pimpinan, ganti kebijakan”, bahkan sampai hal-hal teknis
seperti ganti tata ruang kantor, ganti kursi, atau ganti warna dinding. Demikianlah,
kepemimpinan itu merupakan fenomena yang kompleks sehingga selalu menarik untuk dikaji.
Kepemimpinan merupakan suatu topik bahasan yang klasik, namun tetap sangat menarik
untuk diteliti karena sangat menentukan berlangsungnya suatu organisasi. Kepemimpinan itu
esensinya adalah pertanggungjawaban. Masalah kepemimpinan masih sangat baik untuk diteliti
karena tiada habisnya untuk dibahas di sepanjang peradaban umat manusia. Terlebih pada zaman
sekarang ini yang semakin buruk saja moral dan mentalnya. Ibaratnya, semakin sulit mencari
pemimpin yang baik (good leader). Pemimpin yang baik sebenarnya pemimpin yang mau
berkorban dan peduli untuk orang lain serta bersifat melayani. Tetapi, kenyataannya berbeda.
Bila kita lihat sekarang para pemimpin kita, dari lapisan bawah sampai lapisan tertinggi, dari
pusat hingga ke daerah-daerah. Banyak pemimpin yang hadir dengan tanpa mencerminkan sosok
pemimpin yang seharusnya, malah terlihat adanya pemimpin-pemimpin yang jauh dari harapan
rakyat, tidak peduli dengan nasib rakyat bawah, dan hampir tidak pernah berpikir untuk melayani
masyarakat. Karena kepemimpinan mereka lebih dilandasi pada keinginan pribadi dan lebih
mengutamakan kepentingan kelompok.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan?
2.      Apa saja macam-macam teori dari kepemimpinan menurut Jerry H. Makawimbang?
3.      Apa saja macam-macam teori dari kepemimpinan menurut Miftah Thoha?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui definisi dari kepemimpinan.
2.      Untuk mengatahui macam-macam teori dari kepemimpinan menurut Jerry H. Makawimbang.
3.      Untuk mengetahui macam-macam teori dari kepemimpinan menurt Miftah Thoha.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kepemimpinan
Pemimpin dan kepemimpinan adalah ibarat sekeping mata uang logam yang tidak bisa
dipisahkan, dalam artian bisa dikaji secara terpisah namun harus dilihat sebagai satu kesatuan.
Seorang pemimpin harus memiliki jiwa kepemimpinan, dan jiwa kepeimpinan yang dimiliki
seorang pemimpin tidak bisa diperoleh dengan cepat dan segera namun sebuah proses yang
terbentuk dari waktu ke waktu hingga akhirnya mengkristal dalam sebuah karakteristik. Dalam
artian ada sebagian orang yang memiliki sifat kepemimpinan namun dengan usahanya yang gigih
mampu membantu lahirnya penegasan sikap kepemimpinan pada dirinya tersebut.[1]
Kepemimpinan berasal dari kata pimpin yang memuat dua hal pokok yaitu: pemimpin
sebagai subjek, dan yang dipimpin sebagai objek. Kata pimpin mengandung pengertian
mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan ataupun
mempengaruhi. Pemimpin adalah seseorang yang memimpin dengan cara mengambil inisiatif
tingkah laku masyarakat dengan cara mengarahkan, mengorganisasikan atau mengawasi usaha
orang lain, baik berdasarkan prestasi, kekuasaan maupun kedudukan.[2]
Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap
keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu tidak mudah dan
tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan di dalam menjalankan kepemimpinannya.
Kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi orang lain. Hal
ini mengandung makna bahwa kepemimpinan merupakan suatu kemampuan seseorang untuk
mempengaruhi orang lain sehingga orang lain tunduk atau mengikuti semua keinginan seorang
pemimpin.[3]
Kepemimpinan merupakan suatu ilmu yang mengkaji secara komprehensif tentang
bagaimana mengarahkan, mempengaruhi dan mengawasi orang lain untuk mengerjakan tugas
sesuai dengan perintah yang direncanakan.[4]

B.     Teori Kepemimpinan Menurut Jerry H. Makawimbang


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia  (KBBI ) teori adalah sebagai berikut:
1.      Pendapat yg didasarkan pada  penelitian dan penemuan yang didukung oleh data dan
argumentasi.
2.      Penyelidikan eksperimental yg mampu menghasilkan fakta berdasarkan ilmu pasti, logika,
metodologi, argumentasi:
Berikut ini akan diuraikan beberapa teori yang tidak asing lagi bagi literatur-litetatur
kepemimpinan pada umumnya.

1.      Teori Sifat (Trait Theory)


Menurut teori ini, kepemimpinan merupakan bakat  atau bawaan sejak seseorang lahir.
Bennis & Nanus (1990) menjelaskan bahwa teori ini berasumsi pemimpin dilahirkan bukan
diciptakan. Kekuasaan berada pada sejumlah orang tertentu, yang melalui proses pewarisan
memiliki kemampuan memimpin atau karena keberuntungan memiliki bakat untuk menempati
posisi sebagai pemimpin. “Asal Raja Menjadi Raja” Anak raja pasti memiliki bakat untuk
menjadi raja sebagai pemimpin rakyatnya. Contoh dalam sejarah ialah Napoleon. la dikatakan
mempunyai kemampuan alamiah sebagai pemimpin. Yang dapat menjadikannya sebagai
pemimpin besar pada setiap situasi.[5]
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seaeorang pemimpin ditentukan
oleh sifat-sifat, perangai atau cii-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pmikiran tersebut
timbul anggapan bahwa utuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh
kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud aalah kualitas seseorang
dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya.
Ciri- ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin sebagai berikut:
a.       Pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatise,
feksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan.
b.      Sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan,
ketegasan, keberanian, sifat yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas
integrative.
c.       Kemampuan untuk bertumbuh da berkembang, analitik, menentukan skala prioritas,
membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara
efektif.
Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan ( antara lain: terlalu bersifat deskriptif,
tidak selalu ada relevansi antara sifat yang dianggap sebagai teori yang sudah kuno, namun
apabila kita renungkan nilai- nilai moral dan ahlak yang terkandung di dalamnya mengenai
berbagai rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin, justru sangat diperlukan oleh
kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.[6]

2.      Teori Perilaku
Teori ini merupakan kritisi terhadap teori sifat. Sebagaimana namanya, teori ini sangat
diwarnai oleh psikologis dengan fokus menemukan dan mengklasifikasikan perilaku-perilaku
yang membantu pengertian kita tentang kepemimpinan.[7]
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu ketika
melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini,
pemimpin mempunyai deskripsi perilaku:
a.        Konsiderasi dan struktur inisiasi
Perilaku seseorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki ciri ramah
tamah, mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan
memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya. Disamping itu
terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi.
b.      Berorientasi kepada bawahan dan produksi
Perilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada
hubungan atasan- bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan
serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku
pemimpin tang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis
pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan.
Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership continuum pada dasarnya ada
dua yaitu, berorientasi kepada pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan model grafik
kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi yaitu perhatiannya
terhadap hasil atau tugas dan terahadap bawahan atau hubungan kerja. Kecenderungan perilaku
pemimpin pada hakikatnya tidapa dapat dilepas dari masalah fungsi dan gaya kepemimpinan.[8]
Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung pada perilakunya dalam melaksanakan
fungsi-fungsi kepemimpinan. Gaya atau perilaku kepemimpinan tampak dari cara melakukan
pengambilan keputusan, cara memerintah (instruksi), cara memberikan tugas, cara
berkomunikasi, cara mendorong semangat bawahan, cara membimbing dan mengarahkan, cara
menegakkan disiplin, cara memimpin rapat, cara menegur dan memberikan sanksi.[9]

3.      Teori Situsional-Kontingensi

a.        Teori Situasional


Teori ini yang memandang bahwa kepemimpinan sangat bergantung pada situasi. Teori ini
tidak melihat kepemimpinan dari sudut pandang yang bersifat psikologis dan sosiologis, tetapi
juga berdasarkan ekonomi dan politik. Menurut konsep ini, kepemimpinan dipandang sebagai
suatu fungsi dari situasi (function of the situation).[10]
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan
dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi
kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu
dan ruang.

Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu ialah sebagai
berikut:
1)      Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas
2)      Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan
3)      Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan
4)      Norma yang dianut kelompok
5)      Rentang kendali
6)      Ancaman dari luar organisasi
7)      Tingkat stress
8)      Iklim yang terdapat dalam organisasi

Efektifitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan "membaca" situasi yang


dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar cocok dan mampu memenuhi tuntutan
situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan dimaksud adalah kemampuan menentukan ciri
kepemimpinan dan perilaku tertentu karena tuntutan situasi tertentu.[11]
Resistensi atas teori kepemimpinan yang telah diuraikan  sebelumnya memberlakukan asas-
asas umum untuk semua situasi. Hal ini tidak mungkin setiap organisasi hanya dipimpin dengan
gaya kepemimpinan tunggal untuk segala situasi terutama apabila organisasi terus berkembang
atau jumlah anggotanya semakin besar. Respon atau reaksi yang timbul berfokus pada
pendapat  bahwa dalam menghadapi situasi yang berbeda diperlukan gaya kepemimpin yg
berbeda-beda pula.[12]

b.        Teori Kontigensi


Teori-teori kontigensi berasumsi bahwa berbagai pola prilaku pemimpin (atau ciri)
dibutuhkan dalam berbagai situasi bagi efektifitas kepemimpinan. Teori Path-Goal tentang
kepemimpinan meneliti bagaimana empat aspek perilaku pemimpin mempengaruhi kepuasan
serta motivasi pengikut. Pada umumnya pemimpin memotivasi para pengikut dengan
mempengaruhi persepsi mereka tentang konsekuensi yang mungkin dari berbagai upaya. Bila
para pengikut percaya bahwa hasil-hasil dapat diperoleh dengan usaha yabg serius dan bahwa
usaha yang demikian akan berhasil, maka memungkinkan akan melakukan usaha tersebut.
Aspek-aspek situasi seperti sifat tugas, lingkungan kerja dan karakteristik pengikut menentukan
tingkat keberhasilan dari jenis perilaku kepemimpinan untuk memperbaiki kepuasan dan usaha
para pengikut.
LPC Contingency Model dei Fiedler berhubungan dengan pengaruh yang melunakkan dari
tiga variabel situasional pada hubungan antara suatu ciri pemimpin (LCP) dan kinerja pengikut.
Menurut model ini, para pemimpin yang berskor LPC tinggi adalah lebih efektif untuk situasi-
situasi yang secara moderat menguntungkan, sedangkan para pemimpin dengan skor LPC rendah
akan lebih menguntungkan baik pada situasi yang menguntungkan maupun tidak
menguntungkan. Leader Member Exchange Theory menjelaskan bagaimana para pemimpin
mengembangkan hubungan pertukaran dalam situasi yang berbeda dengan berbagai pengikut.
Hersey and Blanchard Situasional Theory lebih memusatkan perhatiannya pada para pengikut.
Teori ini meekankan pada prilaku peimpin dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya dan
hubungan pemimpin pengikut.
Leader participation model menggambarkan bagaiman prilaku pemimpin dalam proses
pengambilan keputusan dikaitkan dengan variabel situasi. Model ini menganalisis berbagai jenis
situasi yang mungkin dihadapi seseorang pemimpin dalam menjalankan tugas
kepemimpinannya. Penekanannya pada prilaku kepemimpinan seseorang yang beraifat fleksibel
sesuai dengan keadaan yang dihadapinya.[13]

C.    Teori Kepemimpinan Menurut Miftah Thoha


Tiga penemuan yakni Iowa, Ohio, dan Michigan merupakan tonggak sejarah yang amat
penting dari studi kepemimpinan dengan penekanan pada ilmu perilaku organisasi. Sayangnya
tiga penemuan tersebut masih terbatas, dan penelitian kepemimpinan relatif masih merupakan
permulaan yang dini.
Untuk mengetahui teori-teori kepemimpinan, dapat dilihat dari beberapa literatur yang pada
umumnya membahas hal-hal yang sama. Dari literatur itu diketahui ada teori yang menyatakan
bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan dibuat. Ada pula yang menyatakan bahwa pemimpin itu
terjadi karena adanya kelompok-kelompok orang-orang, dan ia melakukan pertukaran dengan
yang dipimpin. Teori lain mengemukakan bahwa pemimpin timbul karena situasinya
memungkinkan ia ada. Dan teori yang paling mutakhir melihat kepemimpinan lewat perilaku
organisasi. Orientasi perilaku ini mencoba untuk mengetengahkan pendekatan yang bersifat
social learning pada kepemimpinan. Teori ini menekankan bahwa terdapat faktor penentu yang
timbal balik dalam kepemimpinan ini. Faktor penentu itu ialah pemimpin sendiri (termasuk di
dalamnya kognisinya), situasi lingkungan (termasuk pengikut-pengikutnya dan variabel-variabel
makro), dan perilakunya sendiri. Tiga faktor penentu ini merupakan dasar dari teori
kepemimpinan yang diajukan oleh llmu perilaku organisasi.[14]

1.      Teori Sifat
Teori awal tentang sifat ini dapat ditelusuri kembali pada zaman Yunani kuno dan zaman
Roma. Pada waktu itu orang percaya bahwa pemimpin itu dilahirkan. bukannya dibuat. Teori the
Great Man menyatakan bahwa seseorang yang dilahirkan sebagai pemimpin akan menjadi
pemimpin tanpa memperhatikan apakah ia mempunyai sifat atau tidak mempunyai sifat sebagai
pemimpin.
Teori "great man" barangkali dapat memberikan arti lebih realistis terhadap pendekatan
sifat dari pemimpin, setelah mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi. Adalah
suatu kenyataan yang dapat diterima bahwa sifat-sifat kepemimpinan itu tidak seluruhnya
dilahirkan, tetapi dapat juga dicapai lewat suatu pendidikan dan pengalaman. Dengan demikian,
perhatian terhadap kepemimpinan dialihkan kepada sifat-sifat umum yang dipunyai oleh
pemimpin, tidak lagi menekankan apakah pemimpin itu dilahirkan atau dibuat. Oleh karena itu.
sejumlah sifat-sifat seperti fisik, mental, kepribadian menjadi pusat perhatian untuk diteliti di
sekitar: tahun-tahun 1930-1950-an. Hasil dari usaha penelitian yang begitu besar pada umumnya
dinilai tidak memuaskan. Dari beberapa hal sifat kecerdasan kelihatannya selalu tampak pada
setiap penelitian dengan suatu derajat konsistensi yang tinggi.
Suatu kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian kepemimpinan tersebut diketahui.
bahwa:

a.       Kecerdasan muncul pada 10 penelitian


b.      Inisiatif muncul pada 6 penelitian
c.       Keterbukaan dan perasaan humor muncul pada 5 penelitian; dan
d.      Entusiasme, kejujuran. simpati, dan kepercayaan pada diri undid, muncul pada 4 penelitian.

Ketika dikombinasikan dengan penelitian tentang sifat-sifat fisik, kesimpulannya ialah


bahwa pemimpin-pemimpin hendaknya harus lebih besar dan cerdas dibandingkan dengan yang
dipimpin.
Manakala pendekatan sifat ini diterapkan pada kepemimpinan organisasi, ternyata hasilnya
menjadi gelap, karena banyak para manajer yang menolak. Mereka beranggapan jika manajer
mempunyai sifat-sifat pemimpin sebagaimana yang disebutkan dalam hasil penelitian itu maka
manajer tersebut dikatakan sebagai manajer yang berhasil. Padahal keberhasilan manajer tidak
selalu ditentukan oleh sifat-sifat tersebut. Tidak ada korelasi sebab-akibat dari sifat-sifat yang
diamati dalam penelitian dengan keberhasilan seorang manajer.
Menyadari hal seperti ini. bahwa tidak ada korelasi sebab akibat antara sifat dan
keberhasilan manajer, maka Keith Davis merumuskan empat sifat umum yang tampaknya
mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi.

a.         Kecerdasan. Hasil penelitian pada umumnya membuktikan bahwa pemimpin mempunyai


tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang dipimpin. Namun demikian,
yang sangat menarik dari penelitian tersebut ialah pemimpin tidak bisa melampaui terlalu banyak
dari kecerdasan pengikutnya.
b.         Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial. Pemimpin cenderung menjadi matang dan
mempunyai emosi yang stabil, karena mempunyai perhatian yang luas terhadap aktivitas-
aktivitas sosial. Dia mempunyai keinginan menghargai dan dihargai.
c.         Motivasi diri dan dorongan berprestasi. Para pemimpin secara relatif mempunyai dorongan
motivasi yang kuat untuk berprestasi. Mereka bekerja berusaha mendapatkan penghargaan yang
intrinsik dibandingkan dari yang ekstrinsik.
d.        Sikap-sikap hubungan kemanusiaan. Pemimpin-pemimpin yang berhasil mau mengakui harga
diri dan kehormatan para pengikutnya dan mampu berpihak kepadanya. Dalam istilah penelitian
Universitas Ohio pemimpin mempunyai perhatian, dan kalau mengikuti istilah penemuan
Michigan, pemimpin berorientasi pada karyawan bukannya berorientasi pada produksi.
Apa yang disebutkan di atas merupakan salah satu dari sekian daftar sifat-sifat
kepemimpinan organisasi yang amat penting. Tampaknya, pendekatan sifat terhadap
kepemimpinan sama halnya dengan teori-teori sifat tentang kepribadian, yakni telah memberikan
beberapa pandangan yang deskriptif tetapi sedikit analitis atau sedikit mengandung nilai yang
prediktif.[15]
2.      Teori Kelompok
Teori kelompok dalam kepemimpinan ini memiliki dasar perkembangan yang berakar
pada psikologi sosial. Teori pertukaran yang klasik membantunya sebagai suatu dasar yang
penting bagi pendekatan teori kelompok. Teori kelompok ini beranggapan bahwa supaya
kelompok bisa mencapai tujuan-tujuannya, harus terdapat suatu pertukaran yang positif di antara
pemimpin dan pengikut-pengikutnya.
Kepemimpinan yang ditekankan pada adanya suatu proses penukaran antara pemimpin
dan pengikutnya ini, melibatkan pula konsep-konsep sosiologi tentang keinginan-keinginan
mengembangkan peranan. Penelitian psikologi sosial dapat digunakan untuk mendukung konsep-
konsep peranan dan pertukaran yang diterapkan dalam kepemimpinan. Sebagai tambahan, hasil
asli penemuan Universitas Ohio, dan hasil penemuan-penemuan berikutnya beberapa tahun
kemudian. Terutama dimensi pemberian perhatian kepada para pengikut dapat dikatakan
memberikan dukungan yang positif terhadap perspektif teori kelompok ini.
Suatu hasil penelitian ulang yang sempurna menunjukkan bahwa para pemimpin yang
memperhitungkan dan membantu pengikut-pengikumya mempunyai pengaruh yang positif
terhadap sikap, kepuasan, dan pelaksanaan kerja.
Sama pentingnya adalah hasil penemuan lainnya yang lebih belakangan. Penelitian ini
menyatakan bahwa para bawahan juga dapat memengaruhi para pemimpinnya, seperti pemimpin
dapat memengaruhi pengikut-pengikut/para bawahannya. Suatu contoh penemuan Greene
menyatakan bahwa ketika para bawahan tidak melaksanakan pekerjaan secara baik, maka
pemimpin cenderung menekankan pada struktur pengambilan inisiatif (perilaku tugas). Tetapi
ketika para bawahan dapat melaksanakan pekerjaan secara baik, maka pemimpin menaikkan
penekanannya pada pemberian perhatian (perilaku tata hubungan). Barrow dalam studi
laboratoriumnya menemukan bahwa produktivitas kelompok mempunyai pengaruh yang lebih
besar terhadap gaya kepemimpinan dibandingkan dengan pengaruh gaya kepemimpinan terhadap
produktivitas. Dengan kata lain, beberapa penemuan tampaknya menunjukkan bahwa para
bawahan dapat memengaruhi pemimpin dengan perilakunya, sebanyak pemimpin beserta
perilakunya memengaruhi para bawahannya. Sudah barang tentu hal ini semuanya baru
merupakan anggapan dari pemahaman Social learning dalam kepemimpinan.[16]

3.      Teori Situasional –Kontigensi


Dimulai pada sekitar tahun 1940-an ahli-ahli psikologi sosial memulai meneliti beberapa
variabel situasional yang mempunyai pengaruh terhadap peranan kepemimpinan, kecakapan, dan
perilakunya, berikut pelaksanaan kerja dan kepuasan para pengikutnya.
Fledler menyimpulkan bahwa harus diberikan perhatian yang besar terhadap vanabel-
variabel situasional. Maka sadarlah ia bahwa gaya kepemimpinan yang dikombinasikan dengan
situasi akan mampu menentukan keberhasilan pelaksanaan kerja.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap
keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu tidak mudah dan
tidak akan ada setiap orang mempunyai kesamaan di dalam menjalankan kepemimpinannya.
Kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi orang lain. Hal
ini mengandung makna bahwa kepemimpinan merupakan suatu kemampuan seseorang untuk
mempengaruhi orang lain sehingga orang lain tunduk atau mengikuti semua keinginan seorang
pemimpin.
Terdapat beberapa teori kepemimpinan diantaranya ialah teori sifat, teori perilaku dan teori
situasional-kontigensi. Pertama, teori sifat berasumsi pemimpin dilahirkan bukan diciptakan.
Kekuasaan berada pada sejumlah orang tertentu, yang melalui proses pewarisan memiliki
kemampuan memimpin atau karena keberuntungan memiliki bakat untuk menempati posisi
sebagai pemimpin. Kedua,  teori perilaku. Teori ini merupakan kritisi terhadap teori sifat.
Sebagaimana namanya, teori ini sangat diwarnai oleh psikologis dengan fokus menemukan dan
mengklasifikasikan perilaku-perilaku yang membantu pengertian kita tentang kepemimpinan.
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu ketika
melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan.
Ketiga, teori ini yang memandang bahwa kepemimpinan sangat bergantung pada situasi.
Teori ini tidak melihat kepemimpinan dari sudut pandang yang bersifat psikologis dan
sosiologis, tetapi juga berdasarkan ekonomi dan politik. Menurut konsep ini, kepemimpinan
dipandang sebagai suatu fungsi dari situasi (function of the situation) serta Teori-teori kontigensi
berasumsi bahwa berbagai pola prilaku pemimpin (atau ciri) dibutuhkan dalam berbagai situasi
bagi efektifitas kepemimpinan. Teori Path-Goal tentang kepemimpinan meneliti bagaimana
empat aspek perilaku pemimpin mempengaruhi kepuasan serta motivasi pengikut.

B.     Saran
Dari beberapa penjelasan di atas tentang penulisan “Teori Kepemimpinan“ pasti tidak
terlepas dari kesalahan penulisan dan rangkaian kalimat dan penyusunan makalah ini menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan seperti yang diharapkan oleh para pembaca
dalam khususnya pembimbing mata kuliah Leadership. Oleh karena itu penulis makalah ini
mengharap kepada para pembaca mahasiswa dan dosen pembimbing mata kuliah ini terdapat
kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam terselesainya makalah yang selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Fahmi, Irham. 2014. Manajemen Kepemimpinan Teori & Aplikasi. Bandung: ALFABETA.
Makawimbang, Jerry H. 2012. Kepemimpinan Pendidikan yang Bermutu. Bandung: ALFABETA.
Saebani, Beni Ahmad, dkk. Kepemimpinan. Bandung: CV. PUSTAKA SETIA.
Thoha, Miftah. 2017. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA.
Http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/TEORI_KEPEMIMPINAN_(TM_3-4_)_,pdf. (Diakses pada
tanggal 5 April 2019)

Anda mungkin juga menyukai