Anda di halaman 1dari 12

Tadzkieyah92

Home

Minggu, 05 Mei 2019

MAKALAH TEORI KEPEMIMPINAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kepemimpinan dipandang sangat penting karena dua hal: pertama, adanya kenyataan bahwa
penggantian pemimpin seringkali mengubah kinerja suatu unit, instansi atau organisasi; kedua, hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa salah satu faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan
organisasi adalah kepemimpinan, mencakup proses kepemimpinan pada setiap jenjang organisasi,
kompetensi dan tindakan pemimpin yang bersangkutan. Kenyataan dan gagasan, serta hasil penelitian
tersebut tak dapat dibantah kebenarannya. Semua pihak maklum adanya, sehingga muncul jargon
“ganti pimpinan, ganti kebijakan”, bahkan sampai hal-hal teknis seperti ganti tata ruang kantor, ganti
kursi, atau ganti warna dinding. Demikianlah, kepemimpinan itu merupakan fenomena yang kompleks
sehingga selalu menarik untuk dikaji.

Kepemimpinan merupakan suatu topik bahasan yang klasik, namun tetap sangat menarik untuk diteliti
karena sangat menentukan berlangsungnya suatu organisasi. Kepemimpinan itu esensinya adalah
pertanggungjawaban. Masalah kepemimpinan masih sangat baik untuk diteliti karena tiada habisnya
untuk dibahas di sepanjang peradaban umat manusia. Terlebih pada zaman sekarang ini yang semakin
buruk saja moral dan mentalnya. Ibaratnya, semakin sulit mencari pemimpin yang baik (good leader).
Pemimpin yang baik sebenarnya pemimpin yang mau berkorban dan peduli untuk orang lain serta
bersifat melayani. Tetapi, kenyataannya berbeda. Bila kita lihat sekarang para pemimpin kita, dari
lapisan bawah sampai lapisan tertinggi, dari pusat hingga ke daerah-daerah. Banyak pemimpin yang
hadir dengan tanpa mencerminkan sosok pemimpin yang seharusnya, malah terlihat adanya pemimpin-
pemimpin yang jauh dari harapan rakyat, tidak peduli dengan nasib rakyat bawah, dan hampir tidak
pernah berpikir untuk melayani masyarakat. Karena kepemimpinan mereka lebih dilandasi pada
keinginan pribadi dan lebih mengutamakan kepentingan kelompok.
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan?

2. Apa saja macam-macam teori dari kepemimpinan menurut Jerry H. Makawimbang?

3. Apa saja macam-macam teori dari kepemimpinan menurut Miftah Thoha?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui definisi dari kepemimpinan.

2. Untuk mengatahui macam-macam teori dari kepemimpinan menurut Jerry H. Makawimbang.

3. Untuk mengetahui macam-macam teori dari kepemimpinan menurt Miftah Thoha.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepemimpinan

Pemimpin dan kepemimpinan adalah ibarat sekeping mata uang logam yang tidak bisa dipisahkan,
dalam artian bisa dikaji secara terpisah namun harus dilihat sebagai satu kesatuan. Seorang pemimpin
harus memiliki jiwa kepemimpinan, dan jiwa kepeimpinan yang dimiliki seorang pemimpin tidak bisa
diperoleh dengan cepat dan segera namun sebuah proses yang terbentuk dari waktu ke waktu hingga
akhirnya mengkristal dalam sebuah karakteristik. Dalam artian ada sebagian orang yang memiliki sifat
kepemimpinan namun dengan usahanya yang gigih mampu membantu lahirnya penegasan sikap
kepemimpinan pada dirinya tersebut.[1]

Kepemimpinan berasal dari kata pimpin yang memuat dua hal pokok yaitu: pemimpin sebagai subjek,
dan yang dipimpin sebagai objek. Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina atau
mengatur, menuntun dan juga menunjukkan ataupun mempengaruhi. Pemimpin adalah seseorang yang
memimpin dengan cara mengambil inisiatif tingkah laku masyarakat dengan cara mengarahkan,
mengorganisasikan atau mengawasi usaha orang lain, baik berdasarkan prestasi, kekuasaan maupun
kedudukan.[2]
Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas
kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan setiap orang
mempunyai kesamaan di dalam menjalankan kepemimpinannya. Kepemimpinan adalah kemampuan
yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi orang lain. Hal ini mengandung makna bahwa
kepemimpinan merupakan suatu kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain sehingga
orang lain tunduk atau mengikuti semua keinginan seorang pemimpin.[3]

Kepemimpinan merupakan suatu ilmu yang mengkaji secara komprehensif tentang bagaimana
mengarahkan, mempengaruhi dan mengawasi orang lain untuk mengerjakan tugas sesuai dengan
perintah yang direncanakan.[4]

B. Teori Kepemimpinan Menurut Jerry H. Makawimbang

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI ) teori adalah sebagai berikut:

1. Pendapat yg didasarkan pada penelitian dan penemuan yang didukung oleh data dan argumentasi.

2. Penyelidikan eksperimental yg mampu menghasilkan fakta berdasarkan ilmu pasti, logika,


metodologi, argumentasi:

Berikut ini akan diuraikan beberapa teori yang tidak asing lagi bagi literatur-litetatur kepemimpinan
pada umumnya.

1. Teori Sifat (Trait Theory)

Menurut teori ini, kepemimpinan merupakan bakat atau bawaan sejak seseorang lahir. Bennis & Nanus
(1990) menjelaskan bahwa teori ini berasumsi pemimpin dilahirkan bukan diciptakan. Kekuasaan berada
pada sejumlah orang tertentu, yang melalui proses pewarisan memiliki kemampuan memimpin atau
karena keberuntungan memiliki bakat untuk menempati posisi sebagai pemimpin. “Asal Raja Menjadi
Raja” Anak raja pasti memiliki bakat untuk menjadi raja sebagai pemimpin rakyatnya. Contoh dalam
sejarah ialah Napoleon. la dikatakan mempunyai kemampuan alamiah sebagai pemimpin. Yang dapat
menjadikannya sebagai pemimpin besar pada setiap situasi.[5]

Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seaeorang pemimpin ditentukan oleh sifat-
sifat, perangai atau cii-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pmikiran tersebut timbul anggapan
bahwa utuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi
pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud aalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat,
perangai atau ciri-ciri di dalamnya.

Ciri- ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin sebagai berikut:


a. Pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatise,
feksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan.

b. Sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan,
keberanian, sifat yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integrative.

c. Kemampuan untuk bertumbuh da berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan


yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara efektif.

Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan ( antara lain: terlalu bersifat deskriptif, tidak selalu
ada relevansi antara sifat yang dianggap sebagai teori yang sudah kuno, namun apabila kita renungkan
nilai- nilai moral dan ahlak yang terkandung di dalamnya mengenai berbagai rumusan sifat, ciri atau
perangai pemimpin, justru sangat diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip
keteladanan.[6]

2. Teori Perilaku

Teori ini merupakan kritisi terhadap teori sifat. Sebagaimana namanya, teori ini sangat diwarnai oleh
psikologis dengan fokus menemukan dan mengklasifikasikan perilaku-perilaku yang membantu
pengertian kita tentang kepemimpinan.[7]

Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan
kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai
deskripsi perilaku:

a. Konsiderasi dan struktur inisiasi

Perilaku seseorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki ciri ramah tamah, mau
berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan
bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya. Disamping itu terdapat pula kecenderungan
perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi.

b. Berorientasi kepada bawahan dan produksi

Perilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-
bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan
kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin tang berorientasi pada
produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan
penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan.

Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership continuum pada dasarnya ada dua yaitu,
berorientasi kepada pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan model grafik kepemimpinan,
perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi yaitu perhatiannya terhadap hasil atau tugas
dan terahadap bawahan atau hubungan kerja. Kecenderungan perilaku pemimpin pada hakikatnya
tidapa dapat dilepas dari masalah fungsi dan gaya kepemimpinan.[8]

Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung pada perilakunya dalam melaksanakan fungsi-fungsi
kepemimpinan. Gaya atau perilaku kepemimpinan tampak dari cara melakukan pengambilan keputusan,
cara memerintah (instruksi), cara memberikan tugas, cara berkomunikasi, cara mendorong semangat
bawahan, cara membimbing dan mengarahkan, cara menegakkan disiplin, cara memimpin rapat, cara
menegur dan memberikan sanksi.[9]

3. Teori Situsional-Kontingensi

a. Teori Situasional

Teori ini yang memandang bahwa kepemimpinan sangat bergantung pada situasi. Teori ini tidak melihat
kepemimpinan dari sudut pandang yang bersifat psikologis dan sosiologis, tetapi juga berdasarkan
ekonomi dan politik. Menurut konsep ini, kepemimpinan dipandang sebagai suatu fungsi dari situasi
(function of the situation).[10]

Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan
perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi kepemimpinan
dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang.

Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu ialah sebagai berikut:

1) Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas

2) Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan

3) Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan

4) Norma yang dianut kelompok

5) Rentang kendali

6) Ancaman dari luar organisasi

7) Tingkat stress

8) Iklim yang terdapat dalam organisasi

Efektifitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan "membaca" situasi yang dihadapi dan
menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar cocok dan mampu memenuhi tuntutan situasi tersebut.
Penyesuaian gaya kepemimpinan dimaksud adalah kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan
perilaku tertentu karena tuntutan situasi tertentu.[11]

Resistensi atas teori kepemimpinan yang telah diuraikan sebelumnya memberlakukan asas-asas umum
untuk semua situasi. Hal ini tidak mungkin setiap organisasi hanya dipimpin dengan gaya kepemimpinan
tunggal untuk segala situasi terutama apabila organisasi terus berkembang atau jumlah anggotanya
semakin besar. Respon atau reaksi yang timbul berfokus pada pendapat bahwa dalam menghadapi
situasi yang berbeda diperlukan gaya kepemimpin yg berbeda-beda pula.[12]

b. Teori Kontigensi

Teori-teori kontigensi berasumsi bahwa berbagai pola prilaku pemimpin (atau ciri) dibutuhkan dalam
berbagai situasi bagi efektifitas kepemimpinan. Teori Path-Goal tentang kepemimpinan meneliti
bagaimana empat aspek perilaku pemimpin mempengaruhi kepuasan serta motivasi pengikut. Pada
umumnya pemimpin memotivasi para pengikut dengan mempengaruhi persepsi mereka tentang
konsekuensi yang mungkin dari berbagai upaya. Bila para pengikut percaya bahwa hasil-hasil dapat
diperoleh dengan usaha yabg serius dan bahwa usaha yang demikian akan berhasil, maka
memungkinkan akan melakukan usaha tersebut. Aspek-aspek situasi seperti sifat tugas, lingkungan kerja
dan karakteristik pengikut menentukan tingkat keberhasilan dari jenis perilaku kepemimpinan untuk
memperbaiki kepuasan dan usaha para pengikut.

LPC Contingency Model dei Fiedler berhubungan dengan pengaruh yang melunakkan dari tiga variabel
situasional pada hubungan antara suatu ciri pemimpin (LCP) dan kinerja pengikut. Menurut model ini,
para pemimpin yang berskor LPC tinggi adalah lebih efektif untuk situasi-situasi yang secara moderat
menguntungkan, sedangkan para pemimpin dengan skor LPC rendah akan lebih menguntungkan baik
pada situasi yang menguntungkan maupun tidak menguntungkan. Leader Member Exchange Theory
menjelaskan bagaimana para pemimpin mengembangkan hubungan pertukaran dalam situasi yang
berbeda dengan berbagai pengikut. Hersey and Blanchard Situasional Theory lebih memusatkan
perhatiannya pada para pengikut. Teori ini meekankan pada prilaku peimpin dalam melaksanakan tugas
kepemimpinannya dan hubungan pemimpin pengikut.

Leader participation model menggambarkan bagaiman prilaku pemimpin dalam proses pengambilan
keputusan dikaitkan dengan variabel situasi. Model ini menganalisis berbagai jenis situasi yang mungkin
dihadapi seseorang pemimpin dalam menjalankan tugas kepemimpinannya. Penekanannya pada prilaku
kepemimpinan seseorang yang beraifat fleksibel sesuai dengan keadaan yang dihadapinya.[13]

C. Teori Kepemimpinan Menurut Miftah Thoha

Tiga penemuan yakni Iowa, Ohio, dan Michigan merupakan tonggak sejarah yang amat penting dari
studi kepemimpinan dengan penekanan pada ilmu perilaku organisasi. Sayangnya tiga penemuan
tersebut masih terbatas, dan penelitian kepemimpinan relatif masih merupakan permulaan yang dini.

Untuk mengetahui teori-teori kepemimpinan, dapat dilihat dari beberapa literatur yang pada umumnya
membahas hal-hal yang sama. Dari literatur itu diketahui ada teori yang menyatakan bahwa pemimpin
itu dilahirkan, bukan dibuat. Ada pula yang menyatakan bahwa pemimpin itu terjadi karena adanya
kelompok-kelompok orang-orang, dan ia melakukan pertukaran dengan yang dipimpin. Teori lain
mengemukakan bahwa pemimpin timbul karena situasinya memungkinkan ia ada. Dan teori yang paling
mutakhir melihat kepemimpinan lewat perilaku organisasi. Orientasi perilaku ini mencoba untuk
mengetengahkan pendekatan yang bersifat social learning pada kepemimpinan. Teori ini menekankan
bahwa terdapat faktor penentu yang timbal balik dalam kepemimpinan ini. Faktor penentu itu ialah
pemimpin sendiri (termasuk di dalamnya kognisinya), situasi lingkungan (termasuk pengikut-
pengikutnya dan variabel-variabel makro), dan perilakunya sendiri. Tiga faktor penentu ini merupakan
dasar dari teori kepemimpinan yang diajukan oleh llmu perilaku organisasi.[14]

1. Teori Sifat

Teori awal tentang sifat ini dapat ditelusuri kembali pada zaman Yunani kuno dan zaman Roma. Pada
waktu itu orang percaya bahwa pemimpin itu dilahirkan. bukannya dibuat. Teori the Great Man
menyatakan bahwa seseorang yang dilahirkan sebagai pemimpin akan menjadi pemimpin tanpa
memperhatikan apakah ia mempunyai sifat atau tidak mempunyai sifat sebagai pemimpin.

Teori "great man" barangkali dapat memberikan arti lebih realistis terhadap pendekatan sifat dari
pemimpin, setelah mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi. Adalah suatu kenyataan
yang dapat diterima bahwa sifat-sifat kepemimpinan itu tidak seluruhnya dilahirkan, tetapi dapat juga
dicapai lewat suatu pendidikan dan pengalaman. Dengan demikian, perhatian terhadap kepemimpinan
dialihkan kepada sifat-sifat umum yang dipunyai oleh pemimpin, tidak lagi menekankan apakah
pemimpin itu dilahirkan atau dibuat. Oleh karena itu. sejumlah sifat-sifat seperti fisik, mental,
kepribadian menjadi pusat perhatian untuk diteliti di sekitar: tahun-tahun 1930-1950-an. Hasil dari
usaha penelitian yang begitu besar pada umumnya dinilai tidak memuaskan. Dari beberapa hal sifat
kecerdasan kelihatannya selalu tampak pada setiap penelitian dengan suatu derajat konsistensi yang
tinggi.

Suatu kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian kepemimpinan tersebut diketahui. bahwa:

a. Kecerdasan muncul pada 10 penelitian

b. Inisiatif muncul pada 6 penelitian

c. Keterbukaan dan perasaan humor muncul pada 5 penelitian; dan

d. Entusiasme, kejujuran. simpati, dan kepercayaan pada diri undid, muncul pada 4 penelitian.

Ketika dikombinasikan dengan penelitian tentang sifat-sifat fisik, kesimpulannya ialah bahwa pemimpin-
pemimpin hendaknya harus lebih besar dan cerdas dibandingkan dengan yang dipimpin.

Manakala pendekatan sifat ini diterapkan pada kepemimpinan organisasi, ternyata hasilnya menjadi
gelap, karena banyak para manajer yang menolak. Mereka beranggapan jika manajer mempunyai sifat-
sifat pemimpin sebagaimana yang disebutkan dalam hasil penelitian itu maka manajer tersebut
dikatakan sebagai manajer yang berhasil. Padahal keberhasilan manajer tidak selalu ditentukan oleh
sifat-sifat tersebut. Tidak ada korelasi sebab-akibat dari sifat-sifat yang diamati dalam penelitian dengan
keberhasilan seorang manajer.
Menyadari hal seperti ini. bahwa tidak ada korelasi sebab akibat antara sifat dan keberhasilan manajer,
maka Keith Davis merumuskan empat sifat umum yang tampaknya mempunyai pengaruh terhadap
keberhasilan kepemimpinan organisasi.

a. Kecerdasan. Hasil penelitian pada umumnya membuktikan bahwa pemimpin mempunyai tingkat
kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang dipimpin. Namun demikian, yang sangat
menarik dari penelitian tersebut ialah pemimpin tidak bisa melampaui terlalu banyak dari kecerdasan
pengikutnya.

b. Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial. Pemimpin cenderung menjadi matang dan
mempunyai emosi yang stabil, karena mempunyai perhatian yang luas terhadap aktivitas-aktivitas sosial.
Dia mempunyai keinginan menghargai dan dihargai.

c. Motivasi diri dan dorongan berprestasi. Para pemimpin secara relatif mempunyai dorongan
motivasi yang kuat untuk berprestasi. Mereka bekerja berusaha mendapatkan penghargaan yang
intrinsik dibandingkan dari yang ekstrinsik.

d. Sikap-sikap hubungan kemanusiaan. Pemimpin-pemimpin yang berhasil mau mengakui harga diri
dan kehormatan para pengikutnya dan mampu berpihak kepadanya. Dalam istilah penelitian Universitas
Ohio pemimpin mempunyai perhatian, dan kalau mengikuti istilah penemuan Michigan, pemimpin
berorientasi pada karyawan bukannya berorientasi pada produksi.

Apa yang disebutkan di atas merupakan salah satu dari sekian daftar sifat-sifat kepemimpinan organisasi
yang amat penting. Tampaknya, pendekatan sifat terhadap kepemimpinan sama halnya dengan teori-
teori sifat tentang kepribadian, yakni telah memberikan beberapa pandangan yang deskriptif tetapi
sedikit analitis atau sedikit mengandung nilai yang prediktif.[15]

2. Teori Kelompok

Teori kelompok dalam kepemimpinan ini memiliki dasar perkembangan yang berakar pada psikologi
sosial. Teori pertukaran yang klasik membantunya sebagai suatu dasar yang penting bagi pendekatan
teori kelompok. Teori kelompok ini beranggapan bahwa supaya kelompok bisa mencapai tujuan-
tujuannya, harus terdapat suatu pertukaran yang positif di antara pemimpin dan pengikut-pengikutnya.

Kepemimpinan yang ditekankan pada adanya suatu proses penukaran antara pemimpin dan
pengikutnya ini, melibatkan pula konsep-konsep sosiologi tentang keinginan-keinginan mengembangkan
peranan. Penelitian psikologi sosial dapat digunakan untuk mendukung konsep-konsep peranan dan
pertukaran yang diterapkan dalam kepemimpinan. Sebagai tambahan, hasil asli penemuan Universitas
Ohio, dan hasil penemuan-penemuan berikutnya beberapa tahun kemudian. Terutama dimensi
pemberian perhatian kepada para pengikut dapat dikatakan memberikan dukungan yang positif
terhadap perspektif teori kelompok ini.
Suatu hasil penelitian ulang yang sempurna menunjukkan bahwa para pemimpin yang
memperhitungkan dan membantu pengikut-pengikumya mempunyai pengaruh yang positif terhadap
sikap, kepuasan, dan pelaksanaan kerja.

Sama pentingnya adalah hasil penemuan lainnya yang lebih belakangan. Penelitian ini menyatakan
bahwa para bawahan juga dapat memengaruhi para pemimpinnya, seperti pemimpin dapat
memengaruhi pengikut-pengikut/para bawahannya. Suatu contoh penemuan Greene menyatakan
bahwa ketika para bawahan tidak melaksanakan pekerjaan secara baik, maka pemimpin cenderung
menekankan pada struktur pengambilan inisiatif (perilaku tugas). Tetapi ketika para bawahan dapat
melaksanakan pekerjaan secara baik, maka pemimpin menaikkan penekanannya pada pemberian
perhatian (perilaku tata hubungan). Barrow dalam studi laboratoriumnya menemukan bahwa
produktivitas kelompok mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap gaya kepemimpinan
dibandingkan dengan pengaruh gaya kepemimpinan terhadap produktivitas. Dengan kata lain, beberapa
penemuan tampaknya menunjukkan bahwa para bawahan dapat memengaruhi pemimpin dengan
perilakunya, sebanyak pemimpin beserta perilakunya memengaruhi para bawahannya. Sudah barang
tentu hal ini semuanya baru merupakan anggapan dari pemahaman Social learning dalam
kepemimpinan.[16]

3. Teori Situasional –Kontigensi

Dimulai pada sekitar tahun 1940-an ahli-ahli psikologi sosial memulai meneliti beberapa variabel
situasional yang mempunyai pengaruh terhadap peranan kepemimpinan, kecakapan, dan perilakunya,
berikut pelaksanaan kerja dan kepuasan para pengikutnya.

Fledler menyimpulkan bahwa harus diberikan perhatian yang besar terhadap vanabel-variabel
situasional. Maka sadarlah ia bahwa gaya kepemimpinan yang dikombinasikan dengan situasi akan
mampu menentukan keberhasilan pelaksanaan kerja.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas
kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan ada setiap orang
mempunyai kesamaan di dalam menjalankan kepemimpinannya. Kepemimpinan adalah kemampuan
yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi orang lain. Hal ini mengandung makna bahwa
kepemimpinan merupakan suatu kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain sehingga
orang lain tunduk atau mengikuti semua keinginan seorang pemimpin.

Terdapat beberapa teori kepemimpinan diantaranya ialah teori sifat, teori perilaku dan teori situasional-
kontigensi. Pertama, teori sifat berasumsi pemimpin dilahirkan bukan diciptakan. Kekuasaan berada
pada sejumlah orang tertentu, yang melalui proses pewarisan memiliki kemampuan memimpin atau
karena keberuntungan memiliki bakat untuk menempati posisi sebagai pemimpin. Kedua, teori perilaku.
Teori ini merupakan kritisi terhadap teori sifat. Sebagaimana namanya, teori ini sangat diwarnai oleh
psikologis dengan fokus menemukan dan mengklasifikasikan perilaku-perilaku yang membantu
pengertian kita tentang kepemimpinan. Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan
perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian
tujuan.

Ketiga, teori ini yang memandang bahwa kepemimpinan sangat bergantung pada situasi. Teori ini tidak
melihat kepemimpinan dari sudut pandang yang bersifat psikologis dan sosiologis, tetapi juga
berdasarkan ekonomi dan politik. Menurut konsep ini, kepemimpinan dipandang sebagai suatu fungsi
dari situasi (function of the situation) serta Teori-teori kontigensi berasumsi bahwa berbagai pola prilaku
pemimpin (atau ciri) dibutuhkan dalam berbagai situasi bagi efektifitas kepemimpinan. Teori Path-Goal
tentang kepemimpinan meneliti bagaimana empat aspek perilaku pemimpin mempengaruhi kepuasan
serta motivasi pengikut.

B. Saran

Dari beberapa penjelasan di atas tentang penulisan “Teori Kepemimpinan“ pasti tidak terlepas dari
kesalahan penulisan dan rangkaian kalimat dan penyusunan makalah ini menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan seperti yang diharapkan oleh para pembaca dalam khususnya
pembimbing mata kuliah Leadership. Oleh karena itu penulis makalah ini mengharap kepada para
pembaca mahasiswa dan dosen pembimbing mata kuliah ini terdapat kritik dan saran yang sifatnya
membangun dalam terselesainya makalah yang selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Fahmi, Irham. 2014. Manajemen Kepemimpinan Teori & Aplikasi. Bandung: ALFABETA.

Makawimbang, Jerry H. 2012. Kepemimpinan Pendidikan yang Bermutu. Bandung: ALFABETA.

Saebani, Beni Ahmad, dkk. Kepemimpinan. Bandung: CV. PUSTAKA SETIA.

Thoha, Miftah. 2017. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA.


Http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/TEORI_KEPEMIMPINAN_(TM_3-4_)_,pdf. (Diakses pada tanggal
5 April 2019)

[1] Irham Fahmi. Manajemen Kepemimpinan Teori & Aplikasi. Bandung: ALFABETA. 2014. Hal 16.

[2] Beni Ahmad Saebani, dkk. Kepemimpinan. Bandung: CV. PUSTAKA SETIA. 2014. Hal 19.

[3] Jerry H. Makawimbang. Kepemimpinan Pendidikan yang Bermutu. Bandung: ALFABETA. 2012. Hal 6.

[4] Irham Fahmi. Manajemen Kepemimpinan Teori & Aplikasi. Bandung: ALFABETA. 2014. Hal 15

[5] Jerry H. Makawimbang. Kepemimpinan Pendidikan yang Bermutu. Bandung: ALFABETA. 2012. Hal 12.

[6] Jerry H. Makawimbang. Kepemimpinan Pendidikan yang Bermutu. Bandung: ALFABETA. 2012. Hal 12.

[7] Irham Fahmi. Manajemen Kepemimpinan Teori & Aplikasi. Bandung: ALFABETA. 2014. Hal 17

[8] Jerry H. Makawimbang. Kepemimpinan Pendidikan yang Bermutu. Bandung: ALFABETA. 2012. Hal 12.

[9] http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/TEORI_KEPEMIMPINAN_(TM_3-4_)_,pdf (Diakses pada


tanggal 5 April 2019).

[10] Beni Ahmad Saebani, dkk. Kepemimpinan. Bandung: CV. PUSTAKA SETIA. 2014. Hal 120.

[11] Jerry H. Makawimbang. Kepemimpinan Pendidikan yang Bermutu. Bandung: ALFABETA. 2012. Hal
14.

[12] http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/TEORI_KEPEMIMPINAN_(TM_3-4_)_,pdf (Diakses pada


tanggal 5 April 2019)

[13] Jerry H. Makawimbang. Kepemimpinan Pendidikan yang Bermutu. Bandung: ALFABETA. 2012. Hal
14.

[14] Miftah Thoha. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA. 2017. Hal
31

[15] Miftah Thoha. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA. 2017. Hal
32.

[16] Miftah Thoha. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA. 2017. Hal
34.
di Mei 05, 2019

Berbagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beranda

Lihat versi web

Mengenai Saya

Foto saya

Tadzkieyah Hefny

Seseorang yang masih haus akan ilmu

Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai