Kepemimpinan adalah pengaruh sosial. Dengan gagasan dan perbuatan, para pemimpin
mengarahkan dan memengaruhi perilaku seseorang. Pemimpin dikategorikan menjadi tiga, yaitu
pemimpin termasuk guru, pahlawan, dan penguasa. Dua faktor dasar yang mempengaruhi proses
kepemimpinan adalah kualitas individu, dan faktor lingkungan. Seorang pemimpin belajar
bagaimana memimpin suatu organisasi dengan baik bisa dari role model (panutan), buku dan
sekolah, tetapi pengalaman tetap menjadi yang utama dalam belajar untuk memimpin. Tiga
kualitas yang paling diinginkan karyawan dalam seorang pemimpin adalah :
1
Kesepian
Terlalu banyak masalah yang melibatkan orang
Politik organisasi
dan upaya untuk mencapai tujuan yang bertentangan.
Dua elemen penting dari kepemimpinan yang peduli adalah komitmen terhadap tugas dan
kepedulian terhadap orang. Kepemimpinan pada dasarnya adalah membangun arah,
menyelaraskan orang dan sumber daya, dan memberi energi kepada orang untuk mencapai hasil
dan tujuan.
Secara historis, studi tentang teori sifat kepemimpinan telah menekankan berfokus pada
kualitas pemimpin, dan teori perilaku berfokus pada tindakan kepemimpinan. Ciri- ciri teori sifat
kepemimpinan yang selalu ada didalamnya adalah kecerdasan dasar, nilai yang jelas dan kuat,
dan energy personal yang tinggi. Sifat kepemimpinan perlu diidentifikasi supaya bisa
menghasilkan kepemimpinan yang efektif yaitu seperti :
2
Teori perilaku kepemimpinan telah memasukkan gaya kepemimpinan otokratis,
demokratis, dan laissez-faire yang dipelajari oleh Kurt Lewin. Gaya kepemimpinan otokratis
dicirikan oleh pengawasan ketat dari kegiatan kelompok dan keputusan yang dibuat oleh
pemimpin, sedangkan gaya kepemimpinan demokratis lebih menekankan partisipasi kelompok
dan aturan mayoritas, dan yang terakhir gaya kepemimpinan laissez-faire melibatkan tingkat
aktivitas yang sangat rendah oleh pemimpin. Hasilnya menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan
demokratis lebih bermanfaat bagi kinerja kelompok daripada gaya kepemimpinan yang lain.
Teori perilaku kepemimpinan mengasumsikan bahwa ada tindakan khusus yang diambil oleh
pemimpin yang efektif. Kemudian dikembangkan instrumen penilaian yang dikenal sebagai
Kuesioner Deskripsi Perilaku Pemimpin (LBDQ). Responden untuk kuesioner menggambarkan
perilaku pemimpin mereka terhadap mereka dalam hal dua dimensi yaitu :
Menjadi seorang pemimpin harus mempunyai kualitas. Kualitas yang menandai seorang
pemimpin yaitu :
3
Visi - seorang pemimpin mempunyai rasa tujuan yang kuat
Kemampuan – pemimpin harus tahu pekerjaan karena apabila tidak akan
kehilangan rasa hormat
Antusiasme yang tulus adalah sifat penting dari seorang pemimpin yang baik
Stabilitas – pemimpin harus memahami dirinya atau dunianya sendiri dan
bagaimana ia berhubungan dengan dunia orang lain
Kepedulian terhadap orang lain – kepedulian adalah perhatian bagi orang lain dan
jantung dari kepemimpinan
Kepercayaan diri – keyakinan pada kemampuan seseorang memberikan kekuatan
batin pemimpin untuk mengatasi tugas-tugas yang sulit
Ketekunan – pemimpin harus memiliki dorongan dan tekad untuk tetap dengan
tugas-tugas yang sulit sampai tugas itu selesai
Vitalitas –kekuatan dan stamina dibutuhkan untuk memenuhi tugas-tugas
kepemimpinan
Karisma adalah kualitas pribadi khusus yang membangkitkan minat orang lain
dan menyebabkan mereka mengikutinya
dan yang terakhir dan paling penting adalah integritas – yang dipahami sebagai
kejujuran, kekuatan karakter, dan keberanian seorang pemimpin.
4
Memberi tanggung jawab – sebagai seorang pemimpin, Anda memiliki harapan
garis bawah.
Mendengarkan untuk memahami – situasi mungkin muncul yang pada awalnya
tampak seolah-olah seseorang tidak dapat dipercaya.
Peduli dengan orang lain – prinsip ini akan berdampak besar pada bagaimana
orang bereaksi terhadap Anda dan situasi.
Selain itu faktor situasional juga mempengaruhi proses kepemimpinan, yang termasuk
didalamnya adalah ukuran organisasi, iklim sosial dan psikologis, dan pola pekerjaan; jenis,
tempat, dan tujuan kerja. Tidak ada formula universal untuk keberhasilan kepemimpinan, jadi
apa yang efektif dapat berubah, kasus demi kasus. Dengan demikian, kepemimpinan lebih
merupakan seni daripada sains.