DALAM KEPERAWATAN
DISUSUN
OLEH :
KELOMPOK 7
FITRI YANDA (18010014)
SYAHIRA ANATAYA (19010043)
SAUFA ERNA FITRI (19010041)
RAUDHAYANI (19010039)
SARA MAQVIRAH (18010032)
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
1. Mempertukarkan sesuatu yang berharga bagi yang lain antara pemimpin
dan bawahannya.
2. Intervensi yang dilakukan sebagai proses organisasional untuk
mengendalikan dan memperbaiki kesalahan.
3. Reaksi atas tidak tercapainya standar yang telah ditentukan.
Pada dasarnya kepemimpinan transaksional mirip dengan path-goal theory
dan mencakup semua pendekatan situasional yang lebih menekankan pada
pendekatan rasional.
3
organisasi, kekuasaan atau otoriter dari pemimpin, pekerjaan yang
kompleks dan tingkat kematangan bawahan.
4. Teori Transformasi
Teori transformasi mengasumsikan bahwa pemimpin mampu melakukan
kepemimpinannya dalam situasi yang sangat cepat berubah atau situasi
yang penuh krisis. Menurut Bass (Dikutip Gibson, 1997) seorang
pemimpin transformasional adalah seorang yang dapat menampilkan
kepemimpinan yang kharismatik, penuh inspirasi, stimulasi intelektual dan
perasaan bahwa setiap pengikut diperhitungkan.
4
diharapkan seperti kualitas pengeluaran yang lebih baik, penjualan atau
pelayanan yang lebih dari karyawan, serta mengurangi biaya produksi.
e. Keuntungan dari pertukaran sosial sangat penting untuk mempertahankan
suatu hubungan sosial. Pemimpin mengklarifikasi bagaimana pemenuhan
kebutuhan dari bawahan akan tertukar dengan penetapan peran untuk
mencapai hasil yang sudah disepakati.
Dalam implementasinya, untuk menjadi pimpinan yang memiliki prinsip
tidaklah mudah, karena dihadapkan pada banyak kendala dalam bentuk kebiasaan
buruk, misalnya: (1) kemauan dan keinginan sepihak; (2) kebanggaan dan
penolakan; dan (3) ambisi pribadi. Untuk mengatasi hal tersebut, memerlukan
latihan dan pengalaman yang terus-menerus. Latihan dan pengalaman penting
untuk mendapatkan pandangan dan pengetahuan yang baru yang dapat digunakan
sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Ukuran seorang pimpinan yang
memegang prinsip yang teguh mengindikasikan seorang pimpinan yang sukses.
Pimpinan yang sukses dengan sungguh menginspirasi bawahannya dengan visi
yang jelas dan membantu mereka mengatasi masalah mereka demi perubahan
tujuan. Untuk lebih memahami kepemimpinan transaksional, Nawawi
menjelaskan karakteristik dari kepemimpinan itu sebagai berikut:
a. Kepemimpinan ini cenderung kharismatik, melalui perumusan visi dan
misi secara jelas, menanamkan kebanggaan pada organisasi dan
pemimpin, memperoleh penghargaan, dukungan dan kepercayaan dari
bawahan.
b. Kepentingan ini mengutamakan inspirasi, yang mencakup
mengkomunikasikan harapan yang tinggi, menggunakan lambang dan
slogan untuk memfokuskan usaha mengungkapkan sesuatu yang penting
secara sederhana.
c. Kepemimpinan ini memiliki kemampuan memberikan rangsangan
intelektual, menggalakkan penggunaan kecerdasan, membangun organisasi
belajar, mengutamakan rasionalitas, dan melakukan pemecahan masalah
secara teliti.
5
d. Kepemimpinan ini memberikan pertimbangan yang diindividualkan,
memberi perhatian secara pribadi, memperlakukan bawahan secara
individual, menyelenggarakan pelatihan dan menasehati.
Kepemimpinan transaksional didasarkan pada otoritas birokrasi dan
legitimasi di dalam organisasi. Pemimpin transaksional pada hakikatnya
menekankan bahwa seorang pemimpin perlu menentukan apa yang perlu
dilakukan para bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi. Di samping itu,
pemimpin transaksional cenderung memfokuskan diri pada penyelesaian tugas-
tugas organisasi. Untuk memotivasi agar bawahan melakukan tanggung jawab
mereka, para pemimpin transaksional sangat mengandalkan pada sistem
pemberian penghargaan dan hukuman kepada bawahannya. Inti dari teori
kepemimpinan transaksional adalah terjadinya pertukaran di antara karyawan dan
pimpinan artinya pimpinan akan memberikan sesuatu sesuai dengan apa yang
karyawan berikan pada pemimpinnya. Kepemimpinan transaksional dicirikan oleh
gaya kepemimpinan yang memotivasi para pengikut mereka menuju sasaran yang
telah ditetapkan dengan memperjelas persyaratan peran atau tugas.
6
b. Management-by-exception, yang dicirikan bagaimana pemimpin
memonitor penyimpangan negative yang dilakukan oleh bawahan dan
mengambil tindakan koreksi hanya jika bawahan gagal untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan.
Teori Kepemimpinan Transaksional menyatakan, bahwa leader dan/atau
bawahan dapat saling melaksanakan power dan pengaruh, yang dilaksanakan
dalam suatu proses pertukaran yang saling menguntungkan. Sebagai contoh,
seorang leader memiliki informasi vital (Pettigrew, 1972) atau di pihak lain
seorang bawahan memiliki keahlian khusus dalam memecahkan masalah-masalah
penting organisasional (Mechanic, 1962), kondisi ini mendorong keduabelah
pihak untuk bernegosiasi yang saling menguntungkan, jadi ada transaksi di antara
mereka. Pemimpin transaksional adalah pemimpin yang selalu (bertransaksi)
dengan bawahan. Jika ia memberi, apa yang ia dapatkan, atau jika ia memerintah,
ada sesuatu yang ia janjikan. Misalnya, Ia mengatakan ‖Jika gaji kalian ingin
dinaikkan, maka naikkan dulu produktivitas kalian.
Seorang pemimpin, apalagi yang dikenal dengan pemimpin formal sebagai
lawan dari pemimpin informal dapat terjebak untuk menjadi pemimpin
transaksional. Pemimpin yang bersifat transaksional menghubungkan diri dengan
orang-orang yang dipimpinnya, atasannya, serta dirinya sebagai pemainpemain
dalam suatu proses transaksi. Ia ini lebih cocok disebut sebagai seorang manajer
yang selalu berusaha melakukan pekerjaan dan fungsinya dengan benar (do things
right). Ciri khas seorang pemimpin transaksional adalah hubungannya dengan
bawahan didasarkan pada azas mutually beneficial (Ruky, 1997).
Bahkan, ada yang berpikir untuk lebih menguntungkan dirinya sendiri.
Keputusan yang diambilnya merupakan keputusan yang menguntungkan baginya
dalam hubungan dirinya dengan berbagai pihak. Masalah benar atau salahnya
keputusan tadi tidak jadi perhatian utamanya, namun masalah untung atau rugi
terutama bagi kepentingannya sering menjadi dasar pertimbangan. Kepemimpinan
transaksional cenderung tidak membuat organisasinya atau pihak-pihak yang
terkait Narsa: Karakteristik Kepemimpinan: Transformasional versus
7
Transaksional 107 dengannya berkembang apalagi orang-orang yang
dipimpinnya. Kecenderungannya ialah memanfaatkan berbagai pihak bagi dirinya.
8
3) Mempunyai kemampuan hubungan antar manusia, terutama dalam
mempengaruhi orang lain.
4) Mempunyai sekelompok nilai dan kemampuan yang
memungkinkan seseorang mengenal orang lain dengan baik.
d. Gibson ( Lancaster dan Lancaster,1982 )
Seorang pemimpin harus mempertimbangkan :
1) Kewaspadaan diri ( self awarness )
Kewaspadaan diri berarti menyadari bagaimana seorang
pemimpin mempengaruhi orang lain. Kadang seorang pemimpin
merasa ia sudah membantu orang lain, tetapi sebenarnya justru
telah menghambatnya.
2) Karakteristik kelompok
Seorang pemimpin harus memahami karakteristik kelompok
meliputi : norma, nilai - nilai kemampuannya, pola komunikasi,
tujuan, ekspresi dan keakraban kelompok.
3) Karakteristik individu
Pemahaman tentang karakteristik individu juga sangat penting
karena setiap individu unik dan masing - masing mempunyai
kontribusi yang berbeda.
9
c. Meningkatkan dinamika kelompok diantara bawahan sebagai upaya
pemimpin untuk memotivasi bawahan
d. Meningkatkan komunikasi dengan atasan, bawahan, rekan sejawat dan
konsumen lainnya. Keterbukaan dalam berkomunikasi akan dapat
memperlancar proses pelaksanaan kegiatan sehingga akan mempermudah
pencapaian tujuan.
e. Melatih kekuasaan dan kewenangan yang dimiliki dengan menerapkan
berbagai cara untuk membuktikan bahwa kekuasaan dan kewenangan itu
masih dapat dihargai oleh bawahan.
f. Menggunakan aspek politik untuk mempengaruhi orang lain, dalam
rangka memperlancar pencapaian tujuan.
g. Menatalaksanakan waktu dengan baik. Penatalaksanaan waktu yang baik
mencerminkan pemanfaatan sumber-sumber yang tersedia digunakan
dengan baik pula sehingga produktivitas kerja menjadi meningkat.
10
mempunyai tanggung jawab untuk melihat apakah pekerjaan tersebut
dikerjakan dengan benar.
3. Pemberian bimbingan
Bimbingan merupakan unsur yang penting dalam keperawatan.
Bimbingan berarti menunjukkan cara menggunakan berbagai metode
mengajar dan konseling. Bimbingan yang diberikan meliputi
pengetahuan dan keterampilan dalam keperawatan. Hal ini akan
membantu bawahan dalam melakukan tugas mereka sehingga dapat
memberikan kepuasan bagi perawat dan klien.
4. Medorong Kerjasama dan Partisipasi
Kerjasama diantara perawat perlu ditingkatkan dalam melaksanakan
keperawatan. Seorang pemimpin perlu menyadari bahwa bawahan
bekerjasama dengan pemimpin bukan untuk atau dibawah pimpinan.
Kerjasama dapat ditingkatkan melalui suasana demokrasi dimana
setiap individu/perawat mengetahui apa yang diharapkan dari mereka,
dan mereka mendapat pujian serta kritik yang membangun. Bawahan
perlu mengetahui bahwa pemimpin mempercayai kemampuan mereka.
Hubungan antar manusia yanng baik dapat meningkatkan kerjasama.
Disamping itu setiap individu dalam kelompok diusahakan untuk
berpartisipasi. Hal ini akan membuat setiap perawat merasa dihargai
termasuk bagi mereka yang sering menarik diri atau yang pasif.
Partisipasi setiap perawat dapat berbeda-beda, tergantung kemampuan
mereka.
5. Kegiatan Koordinasi
Pengkoordinasian kegiatan dalam suatu ruangan merupakan bagian
yang penting dalam kepemimpinan keperawatan. Seorang pemimpin
perlu mengusahakan agar setiap perawat mengetahui kegiatan-kegiatan
yang dilakukan dalam suatu ruangan. Hal lain yang perlu dilakukan
adalah melaporkan kepada atasan langsung tentang pencapaian kerja
bawahan. Agar dapat melakukan koordinasi dengan efektif, diperlukan
11
suatu perencanaan yang baik dan penggunaan kemampuan setiap
individu dan sumber-sumber yang ada.
6. Evaluasi Hasil Penampilan Kerja
Evaluasi hasil penampilan kerja dilakukan melalui pengamatan
terhadap staf dan pekerjaan mereka. Evaluasi merupakan proses
berkelanjutan untuk menganalisa kekurangan dan kelebihan staf
sehingga dapat mendorong mereka mempertahankan pekerjaan yang
baik dan memperbaiki kekuranngan yang ada. Agar seorang pemimpin
dapat menganalisa perawat lain secara efektif, ia juga harus dapat
menilai diri sendiri sebagai seorang perawat dan seorang pemimpin
secara jujur.
Melalui kegiatan-kegiatan ini diharapkan seorang kepala ruangan dapat
melakukan tanggung jawabnya sebagai manajer dan pemimpin yang
efektif. Dalam melaksanakan pelayanan dan asuhan keperawatan,
kepala ruangan sebagai seorang pemimpin bertanggung jawab dalam :
a. Membantu perawat lain mencapai tujuan yang ditentukan
b. Mengarahkan kegiatan-kegiatan keperawatan
c. Tanggungjawab atas tindakan keperawatan yang dilakukan
d. Pelaksanaan keperawatan berdasarkan standar
e. Penyelesaian pekerjaan dengan benar
f. Pencapaian tujuan keperawatan
g. Kesejahteraan bawahan
h. Memotivasi bawahan
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gaya Kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk
mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencaqpai
suatu tujuan (S. Suarli dan Yanyan Bahtiar, 2006: 24).
Dasar yang dipakai untuk menentukan gaya kepemimpinan:
1. Tugas yang harus dilakukan oleh pemimpin
2. Kewajiban pemimpin
3. Falsafah yang dianut pemimpin
Gaya kepemimpinan dipengaruhi oleh sifat dan perilaku yang dimiliki
oleh pemimpin. Karena sifat dan perilaku antara seorang dengan orang lainnya
tidak persis sama, maka gaya kepemimpinan (leadership style) yang
diperlihatkanpun juga tidak sama. Tergantung dari sifat dan perilaku yang
dihadapi dalam suatu organisasi dan atau yang dimiliki oleh pemimpin, maka
gaya kepemimpinan yang diperlihatkan oleh seorang pemimpin dapat berbeda
antara satu dengan yang lainnya.
Kepemimpinan transaksional merupakan suatu proses pertukaran antara
pemimpin dan pengikut dimana pemimpin memberikan imbalan sebagai imbal
balik dari upaya yang dilakukan pengikut untuk mencapai tingkat kinerja yang
diharapkan atau yang dispakati oleh pemimpinnya.
B. Saran
Saya menyarankan kepada pembaca agar makalah ini dapat dimengerti dan
dipahami dengan baik, sehingga kita dapat mengetahui tentang model-model
kepemimpinan dalam keperawatan. Agar dapat menjadi pedoman buat kita
sebagai perawat.
13
DAFTAR PUSTAKA
14