Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL GAYA KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL

DALAM KEPERAWATAN

DISUSUN
OLEH :

KELOMPOK 7
FITRI YANDA (18010014)
SYAHIRA ANATAYA (19010043)
SAUFA ERNA FITRI (19010041)
RAUDHAYANI (19010039)
SARA MAQVIRAH (18010032)

PEMBIMBING : Ns. T.M SABIL, S.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen keperawatan pada dasarnya berfokus pada perilaku manusia.
Untuk mencapai tingkat tertinggi dari produktivitas pada pelayanan keperawatan,
pasien membutuhkan manajer perawat yang terdidik dalam pengetahuan dan
ketrampilan tentang perilaku manusia untuk mengelola perawat profesional serta
pekerja keperawatan non profesional.
Mc. Gregor menyatakan bahwa setiap manusia merupakan kehidupan
individu secara keseluruhan yang selalu mengadakan interaksi dengan dunia
individu lainnya. Apa yang terjadi dengan orang tersebut merupakan akibat dari
perilaku orang lain. Sikap dan emosi dari orang lain mempengaruhi orang
tersebut. Bawahan sangat tergantung pada pimpinan dan berkeinginan untuk
diperlakukan adil. Suatu hubungan akan berhasil apabila dikehendaki oleh kedua
belah pihak.
Untuk dapat melakukan hal tersebut di atas, baik atasan maupun bawahan
perlu memahami tentang pengelolaan kepemimpinan secara baik, yang pada
akhirnya akan terbentuk motivasi dan sikap kepemimpinan yang profesional.
Tergantung dari sifat dan perilaku yang dihadapi dalam suatu organisasi dan
atau yang dimiliki oleh pemimpin, maka gaya kepemimpinan yang diperlihatkan
oleh seorang pemimpin dapat berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dalam
makalah ini penulis akan membahas berbagai macam gaya kepemimpinan yang
ada digunakan dalam keperawatan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Definisi Kepemimpinan Transaksional ?
2. Bagaimana Teori Kepemimpinan Transaksional ?
3. Apa saja Prinsip Kepemimpinan Transaksional ?
4. Bagaimana Karakteristik Kepemimpinan Transaksional ?
5. Bagaimana Kriteria Pemimpin dalam Keperawatan yang Efektif ?
6. Apa saja Tugas Kepemimpinan dalan Keperawatan ?
7. Bagaimana Penerapan Kepemimpinan Transaksional dalam
Keperawatan ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Kepemimpinan Transaksional


Definisi kepemimpinan menurut Stogdill yaitu kepemimpinan sebagai
suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi dalam
upaya menyusun dan mencapai tujuan. Definisi kepemimpinan dari Strogdill
dapat diterapkan dalam keperawatan.
Gardner mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu proses persuasi
dan memberi contoh sehingga individu (atau pemimpin kelompok) membujuk
kelompoknya untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan usulan pimpinan
atau usulan bersama.
Merton menguraikan kepemimpinan sebagai suatu transaksi
masyarakat dimana seorang anggota mempengaruhi yang lainnya.
Kepemimpinan transaksional menyangkut nilai-nilai, namun berupa nilai-nilai
yang relevan bagi proses pertukaran, seperti kejujuran, keadilan, tanggung
jawab dan pertukaran.Istilah transactional berasal dari bagaimana tipe
pemimpin ini memotivasi pengikut untuk melakukan apa yang ingin mereka
lakukan. Pemimpin transaksional menentukan keinginan-keinginan pengikut
dan memberi sesuatu yang mempertemukan keinginan itu dalam pertukaran
karena pengikut melakukan tugas tertentu atau menemukan sasaran spesifik.
Jadi, suatu transaction atau exchange process antara pemimpin dan pengikut,
terjadi pada saat pengikut menerima reward dari job performance dan
pemimpin memperoleh manfaat dari penyelesaian tugas-tugas.
Menurut Yulk, (2001:304) kepemimpinan transaksional merupakan
suatu proses pertukaran antara pemimpin dan pengikut dimana pemimpin
memberikan imbalan sebagai imbal balik dari upaya yang dilakukan pengikut
untuk mencapai tingkat kinerja yang diharapkan atau yang dispakati oleh
pemimpinnya. Kudisch, dkk dalam (Heru: 2004) mengemukakan
kepemimpinan transaksional dapat digambarkan sebagai :

2
1. Mempertukarkan sesuatu yang berharga bagi yang lain antara pemimpin
dan bawahannya.
2. Intervensi yang dilakukan sebagai proses organisasional untuk
mengendalikan dan memperbaiki kesalahan.
3. Reaksi atas tidak tercapainya standar yang telah ditentukan.
Pada dasarnya kepemimpinan transaksional mirip dengan path-goal theory
dan mencakup semua pendekatan situasional yang lebih menekankan pada
pendekatan rasional.

B. Teori Kepemimpinan Transaksional


Dalam mengembangkan model kepemimpinan terdapat beberapa teori
yang mendasari terbentuknya gaya kepemimpinan. Menurut Whitaker (1996),
ada empat macam pendekatan kepemimpinan yaitu:
1. Teori Bakat
Teori bakat terdiri dari bakat intelegensi dan kepribadian.Kemampuan ini
merupakan bawaan sejak lahir yang mempunyai pengaruh besar dalam
kepemimpinan. Beberapa hal yang menonjol pada teori bakat adalah
kepandaian berbicara, kemampuan/keberanian dalam memutuskan sesuatu,
penyesuaian diri, percaya diri, kreatif, kemampuan interpersonal dan
prestasi yang dapat menjadi bekal dalam membentuk kepemimpinan
sehingga seseorang pemimpin dapat mempengaruhi bawahannya.
2. Teori Perilaku
Teori perilaku kepemimpinan memfokuskan pada perilaku yang dipunyai
oleh pemimpin dan yang membedakan dirinya dari non pemimpin.
Menurut teori ini seorang pemimpin dapat mempelajari perilaku pemimpin
supaya dapat menjadi pemimpin yang efektif. Dengan demikian teori
perilaku kepemimpinan lebih sesuai dengan pandangan bahwa pemimpin
dapat dipelajari, bukan bawaan sejak lahir.
3. Teori Situasi (Contingency)
Teori situasi mengasumsikan bahwa tidak ada satu gaya kepemimpinan
yang paling baik, tetapi kepemimpinan tergantung pada situasi, bentuk

3
organisasi, kekuasaan atau otoriter dari pemimpin, pekerjaan yang
kompleks dan tingkat kematangan bawahan.
4. Teori Transformasi
Teori transformasi mengasumsikan bahwa pemimpin mampu melakukan
kepemimpinannya dalam situasi yang sangat cepat berubah atau situasi
yang penuh krisis. Menurut Bass (Dikutip Gibson, 1997) seorang
pemimpin transformasional adalah seorang yang dapat menampilkan
kepemimpinan yang kharismatik, penuh inspirasi, stimulasi intelektual dan
perasaan bahwa setiap pengikut diperhitungkan.

C. Prinsip Kepemimpinan Transaksional


Prinsip dasar teori kepemimpinan transaksional adalah:
a. Kepemimpinan merupakan pertukaran sosial (jabatan dan tugas) antara
pemimpin dan para pengikutnya. Pertukaran tersebut didasarkan pada
kesepakatan mengenai klasifikasi sasaran, standar kerja, penugasan kerja,
dan penghargaan.
b. Pertukaran tersebut meliputi pemimpin, pengikut serta situasi ketika
terjadi pertukaran. Kepemimpinan transaksional menekankan proses
hubungan pertukaran yang bernilai ekonomis untuk memenuhi kebutuhan
biologis dan psikologis sesuai dengan kontrak yang telah mereka setujui
bersama.
c. Kepercayaan dan persepsi keadilan sangat esensial bagi hubungan
pemimpin dan para pengikutnya. Pemimpin mengenali apa yang harus
dilakukan bawahan untuk mencapai hasil yang sudah direncanakan setelah
itu pemimpin mengklarifikasikan peran bawahannya kemudian bawahan
akan merasa percaya diri dalam melaksanakan pekerjaan yang
membutuhkan perannya.
d. Pengurangan ketidakpastian merupakan keuntungan penting yang
disediakan oleh pemimpin. Pemimpin membantu bawahannya
mengidentifikasikan apa yang harus dilakukan untuk memenuhi hasil yang

4
diharapkan seperti kualitas pengeluaran yang lebih baik, penjualan atau
pelayanan yang lebih dari karyawan, serta mengurangi biaya produksi.
e. Keuntungan dari pertukaran sosial sangat penting untuk mempertahankan
suatu hubungan sosial. Pemimpin mengklarifikasi bagaimana pemenuhan
kebutuhan dari bawahan akan tertukar dengan penetapan peran untuk
mencapai hasil yang sudah disepakati.
Dalam implementasinya, untuk menjadi pimpinan yang memiliki prinsip
tidaklah mudah, karena dihadapkan pada banyak kendala dalam bentuk kebiasaan
buruk, misalnya: (1) kemauan dan keinginan sepihak; (2) kebanggaan dan
penolakan; dan (3) ambisi pribadi. Untuk mengatasi hal tersebut, memerlukan
latihan dan pengalaman yang terus-menerus. Latihan dan pengalaman penting
untuk mendapatkan pandangan dan pengetahuan yang baru yang dapat digunakan
sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Ukuran seorang pimpinan yang
memegang prinsip yang teguh mengindikasikan seorang pimpinan yang sukses.
Pimpinan yang sukses dengan sungguh menginspirasi bawahannya dengan visi
yang jelas dan membantu mereka mengatasi masalah mereka demi perubahan
tujuan. Untuk lebih memahami kepemimpinan transaksional, Nawawi
menjelaskan karakteristik dari kepemimpinan itu sebagai berikut:
a. Kepemimpinan ini cenderung kharismatik, melalui perumusan visi dan
misi secara jelas, menanamkan kebanggaan pada organisasi dan
pemimpin, memperoleh penghargaan, dukungan dan kepercayaan dari
bawahan.
b. Kepentingan ini mengutamakan inspirasi, yang mencakup
mengkomunikasikan harapan yang tinggi, menggunakan lambang dan
slogan untuk memfokuskan usaha mengungkapkan sesuatu yang penting
secara sederhana.
c. Kepemimpinan ini memiliki kemampuan memberikan rangsangan
intelektual, menggalakkan penggunaan kecerdasan, membangun organisasi
belajar, mengutamakan rasionalitas, dan melakukan pemecahan masalah
secara teliti.

5
d. Kepemimpinan ini memberikan pertimbangan yang diindividualkan,
memberi perhatian secara pribadi, memperlakukan bawahan secara
individual, menyelenggarakan pelatihan dan menasehati.
Kepemimpinan transaksional didasarkan pada otoritas birokrasi dan
legitimasi di dalam organisasi. Pemimpin transaksional pada hakikatnya
menekankan bahwa seorang pemimpin perlu menentukan apa yang perlu
dilakukan para bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi. Di samping itu,
pemimpin transaksional cenderung memfokuskan diri pada penyelesaian tugas-
tugas organisasi. Untuk memotivasi agar bawahan melakukan tanggung jawab
mereka, para pemimpin transaksional sangat mengandalkan pada sistem
pemberian penghargaan dan hukuman kepada bawahannya. Inti dari teori
kepemimpinan transaksional adalah terjadinya pertukaran di antara karyawan dan
pimpinan artinya pimpinan akan memberikan sesuatu sesuai dengan apa yang
karyawan berikan pada pemimpinnya. Kepemimpinan transaksional dicirikan oleh
gaya kepemimpinan yang memotivasi para pengikut mereka menuju sasaran yang
telah ditetapkan dengan memperjelas persyaratan peran atau tugas.

D. Karakteristik Kepemimpinan Transaksional


Karakteristik kepemimpinan traksaksional berbasis pada social learning
theory (Bandura, 1977) dan social exchange theory (Hollander, 1979), teori
kepemimpinan transaksional mengakui adanya sifat leadership dengan hubungan
deterministik timbal balik (reciprocal) (Bass, 1985; Burns, 1978; Hollander, 1978;
Tichy & Devanna, 1986). Pemimpin dan bawahan dipandang sebagai agen-agen
yang membuat kesepakatan, dan mengatur kekuatan-kekuatan relatif dalam
sebuah proses pertukaran yang saling menguntungkan.
Bass (1985) menyatakan ada dua karakteristik yang membentuk
kepemimpinan transaksional, yaitu:
a. Contingent reward yang menggambarkan bahwa sistem pembayaran sudah
lazim dipakai sebagai aransemen untuk memengaruhi, yang mana ada
kesepakatan secara eksplisit atau implisit atas tujuan yang akan dicapai
dalam rangka untuk mendapatkan reward yang diinginkan.

6
b. Management-by-exception, yang dicirikan bagaimana pemimpin
memonitor penyimpangan negative yang dilakukan oleh bawahan dan
mengambil tindakan koreksi hanya jika bawahan gagal untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan.
Teori Kepemimpinan Transaksional menyatakan, bahwa leader dan/atau
bawahan dapat saling melaksanakan power dan pengaruh, yang dilaksanakan
dalam suatu proses pertukaran yang saling menguntungkan. Sebagai contoh,
seorang leader memiliki informasi vital (Pettigrew, 1972) atau di pihak lain
seorang bawahan memiliki keahlian khusus dalam memecahkan masalah-masalah
penting organisasional (Mechanic, 1962), kondisi ini mendorong keduabelah
pihak untuk bernegosiasi yang saling menguntungkan, jadi ada transaksi di antara
mereka. Pemimpin transaksional adalah pemimpin yang selalu (bertransaksi)
dengan bawahan. Jika ia memberi, apa yang ia dapatkan, atau jika ia memerintah,
ada sesuatu yang ia janjikan. Misalnya, Ia mengatakan ‖Jika gaji kalian ingin
dinaikkan, maka naikkan dulu produktivitas kalian.
Seorang pemimpin, apalagi yang dikenal dengan pemimpin formal sebagai
lawan dari pemimpin informal dapat terjebak untuk menjadi pemimpin
transaksional. Pemimpin yang bersifat transaksional menghubungkan diri dengan
orang-orang yang dipimpinnya, atasannya, serta dirinya sebagai pemainpemain
dalam suatu proses transaksi. Ia ini lebih cocok disebut sebagai seorang manajer
yang selalu berusaha melakukan pekerjaan dan fungsinya dengan benar (do things
right). Ciri khas seorang pemimpin transaksional adalah hubungannya dengan
bawahan didasarkan pada azas mutually beneficial (Ruky, 1997).
Bahkan, ada yang berpikir untuk lebih menguntungkan dirinya sendiri.
Keputusan yang diambilnya merupakan keputusan yang menguntungkan baginya
dalam hubungan dirinya dengan berbagai pihak. Masalah benar atau salahnya
keputusan tadi tidak jadi perhatian utamanya, namun masalah untung atau rugi
terutama bagi kepentingannya sering menjadi dasar pertimbangan. Kepemimpinan
transaksional cenderung tidak membuat organisasinya atau pihak-pihak yang
terkait Narsa: Karakteristik Kepemimpinan: Transformasional versus

7
Transaksional 107 dengannya berkembang apalagi orang-orang yang
dipimpinnya. Kecenderungannya ialah memanfaatkan berbagai pihak bagi dirinya.

E. Kriteria Pemimpin dalam Keperawatan yang Efektif


Kepemimpinan yang efektif di RS akan terwujud apabila pemimpin
menelaah dengan sistem yang efektif. Seorang pemimpin yang efektif
adalah seorang pemimpin yang dapat mempengaruhi orang lain agar
dapat bekerja sama untuk mencapai hasil yang memuaskan bagi terjadinya
perubahan yang bermanfaat. Ada beberapa kepemimpinan yang efektif antara
lain menurut :
a. Ruth M. Trapper (1989 ), membagi menjadi 6 komponen :
1) Menentukan tujuan yang jelas, cocok, dan bermakna bagi
kelompok. Memilih pengetahuan dan ketrampilan kepemimpinan
dan dalam bidang profesinya.
2) Memiliki kesadaran diri dan menggunakannya untuk memahami
kebutuhan sendiri serta kebutuhan orang lain.
3) Berkomunikasi dengan jelas dan efektif.
4) Mengerahkan energi yang cukup untuk kegiatan kepemimpinan
5) Mengambil tindakan
b. Hellander ( 1974 )
Dikatakan efektif bila pengikutnya melihat pemimpin sebagai seorang
yang bersama-sama mengidentifikasi tujuan dan menentukan
alternatif kegiatan.
c. Bennis ( Lancaster dan Lancaster, 1982 )
Mengidentifikasi empat kemampuan penting bagi seorang pemimpin,
yaitu :
1) Mempunyai pengetahuan yang luas dan kompleks tentang sistem
manusia ( hubungan antar manusia ).
2) Menerapkan pengetahuan tentang pengembangan dan pembinaan
bawahan.

8
3) Mempunyai kemampuan hubungan antar manusia, terutama dalam
mempengaruhi orang lain.
4) Mempunyai sekelompok nilai dan kemampuan yang
memungkinkan seseorang mengenal orang lain dengan baik.
d. Gibson ( Lancaster dan Lancaster,1982 )
Seorang pemimpin harus mempertimbangkan :
1) Kewaspadaan diri ( self awarness )
Kewaspadaan diri berarti menyadari bagaimana seorang
pemimpin mempengaruhi orang lain. Kadang seorang pemimpin
merasa ia sudah membantu orang lain, tetapi sebenarnya justru
telah menghambatnya.
2) Karakteristik kelompok
Seorang pemimpin harus memahami karakteristik kelompok
meliputi : norma, nilai - nilai kemampuannya, pola komunikasi,
tujuan, ekspresi dan keakraban kelompok.
3) Karakteristik individu
Pemahaman tentang karakteristik individu juga sangat penting
karena setiap individu unik dan masing - masing mempunyai
kontribusi yang berbeda.

F. Tugas Kepemimpinan dalan Keperawatan


Tugas penting seorang pemimpin di ruang rawat adalah:
a. Selalu siap menghadapi setiap perubahan. Setiap pemimpin di ruang rawat
harus mampu bersikap proaktif dalam setiap perubahan yang terjadi,
berperan dalam setiap aspek kehidupan berorganisasi, serta mengkaji
setiap kemungkinan untuk mengembangkan sesuatu yang baru serta
mampu menanggapi setiap kesempatan sebagai suatu tantangan yang dapat
menghasilkan.
b. Mengatasi konflik yang terjadi sebagai dampak dari kegiatan, kebijakan,
ataupun hubungan yang terkait dengan atasan, bawahan atau pasien dan
keluarganya.

9
c. Meningkatkan dinamika kelompok diantara bawahan sebagai upaya
pemimpin untuk memotivasi bawahan
d. Meningkatkan komunikasi dengan atasan, bawahan, rekan sejawat dan
konsumen lainnya. Keterbukaan dalam berkomunikasi akan dapat
memperlancar proses pelaksanaan kegiatan sehingga akan mempermudah
pencapaian tujuan.
e. Melatih kekuasaan dan kewenangan yang dimiliki dengan menerapkan
berbagai cara untuk membuktikan bahwa kekuasaan dan kewenangan itu
masih dapat dihargai oleh bawahan.
f. Menggunakan aspek politik untuk mempengaruhi orang lain, dalam
rangka memperlancar pencapaian tujuan.
g. Menatalaksanakan waktu dengan baik. Penatalaksanaan waktu yang baik
mencerminkan pemanfaatan sumber-sumber yang tersedia digunakan
dengan baik pula sehingga produktivitas kerja menjadi meningkat.

G. Penerapan Kepemimpinan Transaksional dalam Keperawatan


Pemberian pelayanan dan asuhan keperawatan merupakan suatu kegiatan
yang kompleks dan melibatkan berbagai individu. Agar tujuan keperawatan
tercapai diperlukan berbagai kegiatan dalam menerapkan keterampilan
kepemimpinan. Menurut Kron, kegiatan tersebut meliputi :
1. Perencanaan dan Pengorganisasian
Pekerjaan dalam suatu ruangan hendaknya direncanakan dan
diorganisasikan. Semua kegiatan dikoordinasikan sehingga dapat
dikerjakan pada waktu yang tepat dan dengan cara yang benar. Sebagai
seorang kepala ruangan perlu membuat suatu perencanaan kegiatan di
ruangan.
2. Membuat Penugasan dan Memberi Penghargaan
Setelah membuat penugasan, perlu diberikan pengarahan kepada para
perawat tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan secara singkat
dan jelas. Dalam memberi pengarahan, seorang pemimpin harus
mampu membuat seseorang memahami apa yang diarahkan dan juga

10
mempunyai tanggung jawab untuk melihat apakah pekerjaan tersebut
dikerjakan dengan benar.
3. Pemberian bimbingan
Bimbingan merupakan unsur yang penting dalam keperawatan.
Bimbingan berarti menunjukkan cara menggunakan berbagai metode
mengajar dan konseling. Bimbingan yang diberikan meliputi
pengetahuan dan keterampilan dalam keperawatan. Hal ini akan
membantu bawahan dalam melakukan tugas mereka sehingga dapat
memberikan kepuasan bagi perawat dan klien.
4. Medorong Kerjasama dan Partisipasi
Kerjasama diantara perawat perlu ditingkatkan dalam melaksanakan
keperawatan. Seorang pemimpin perlu menyadari bahwa bawahan
bekerjasama dengan pemimpin bukan untuk atau dibawah pimpinan.
Kerjasama dapat ditingkatkan melalui suasana demokrasi dimana
setiap individu/perawat mengetahui apa yang diharapkan dari mereka,
dan mereka mendapat pujian serta kritik yang membangun. Bawahan
perlu mengetahui bahwa pemimpin mempercayai kemampuan mereka.
Hubungan antar manusia yanng baik dapat meningkatkan kerjasama.
Disamping itu setiap individu dalam kelompok diusahakan untuk
berpartisipasi. Hal ini akan membuat setiap perawat merasa dihargai
termasuk bagi mereka yang sering menarik diri atau yang pasif.
Partisipasi setiap perawat dapat berbeda-beda, tergantung kemampuan
mereka.
5. Kegiatan Koordinasi
Pengkoordinasian kegiatan dalam suatu ruangan merupakan bagian
yang penting dalam kepemimpinan keperawatan. Seorang pemimpin
perlu mengusahakan agar setiap perawat mengetahui kegiatan-kegiatan
yang dilakukan dalam suatu ruangan. Hal lain yang perlu dilakukan
adalah melaporkan kepada atasan langsung tentang pencapaian kerja
bawahan. Agar dapat melakukan koordinasi dengan efektif, diperlukan

11
suatu perencanaan yang baik dan penggunaan kemampuan setiap
individu dan sumber-sumber yang ada.
6. Evaluasi Hasil Penampilan Kerja
Evaluasi hasil penampilan kerja dilakukan melalui pengamatan
terhadap staf dan pekerjaan mereka. Evaluasi merupakan proses
berkelanjutan untuk menganalisa kekurangan dan kelebihan staf
sehingga dapat mendorong mereka mempertahankan pekerjaan yang
baik dan memperbaiki kekuranngan yang ada. Agar seorang pemimpin
dapat menganalisa perawat lain secara efektif, ia juga harus dapat
menilai diri sendiri sebagai seorang perawat dan seorang pemimpin
secara jujur.
Melalui kegiatan-kegiatan ini diharapkan seorang kepala ruangan dapat
melakukan tanggung jawabnya sebagai manajer dan pemimpin yang
efektif. Dalam melaksanakan pelayanan dan asuhan keperawatan,
kepala ruangan sebagai seorang pemimpin bertanggung jawab dalam :
a. Membantu perawat lain mencapai tujuan yang ditentukan
b. Mengarahkan kegiatan-kegiatan keperawatan
c. Tanggungjawab atas tindakan keperawatan yang dilakukan
d. Pelaksanaan keperawatan berdasarkan standar
e. Penyelesaian pekerjaan dengan benar
f. Pencapaian tujuan keperawatan
g. Kesejahteraan bawahan
h. Memotivasi bawahan

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gaya Kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk
mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencaqpai
suatu tujuan (S. Suarli dan Yanyan Bahtiar, 2006: 24).
Dasar yang dipakai untuk menentukan gaya kepemimpinan:
1. Tugas yang harus dilakukan oleh pemimpin
2. Kewajiban pemimpin
3. Falsafah yang dianut pemimpin
Gaya kepemimpinan dipengaruhi oleh sifat dan perilaku yang dimiliki
oleh pemimpin. Karena sifat dan perilaku antara seorang dengan orang lainnya
tidak persis sama, maka gaya kepemimpinan (leadership style) yang
diperlihatkanpun juga tidak sama. Tergantung dari sifat dan perilaku yang
dihadapi dalam suatu organisasi dan atau yang dimiliki oleh pemimpin, maka
gaya kepemimpinan yang diperlihatkan oleh seorang pemimpin dapat berbeda
antara satu dengan yang lainnya.
Kepemimpinan transaksional merupakan suatu proses pertukaran antara
pemimpin dan pengikut dimana pemimpin memberikan imbalan sebagai imbal
balik dari upaya yang dilakukan pengikut untuk mencapai tingkat kinerja yang
diharapkan atau yang dispakati oleh pemimpinnya.

B. Saran
Saya menyarankan kepada pembaca agar makalah ini dapat dimengerti dan
dipahami dengan baik, sehingga kita dapat mengetahui tentang model-model
kepemimpinan dalam keperawatan. Agar dapat menjadi pedoman buat kita
sebagai perawat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Swansburg, Russel C. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan;


alih bahasa, Suharyati Samba; editor, Monica Ester. Jakarta : EGC, 2000.
Nursalam. 2008. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam prektik Keperawatan
Profesional Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Suarli S dan Bahtiar nYanyan. Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan
Praktis. Jakarta: Erlangga
Anwar Kurniadi, S. M. (2013). Manajemen Keperawatan dan Prospektifnya.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Nursalam. (2012). MANAJEMEN KEPERAWATAN. Jakarta: Salemba Medika.

14

Anda mungkin juga menyukai