Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY.K DENGAN KASUS COLIC RENAL DIRUANG


INAP BEDAH RSUD TGK ABDULLAH SYAFI’I

DISUSUN OLEH :
ALMA TIANA
20010020

PEMBIMBING AKADEMIK
N.S TUTI SAHARA, M.KEP

CLINICAL INSTRUKTUR
NS. MASITAH, S.KEP

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)


MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI
TA. 2022/2023
COLIC LAPORAN
PENDAHULUAN RENAL
A. DEFINISI
Colic Renal adalah nyeri yang disebabkan oleh obstruksi akut di ginjal, pelvis renal
atau ureter oleh batu. Nyeri ini timbul akibat peregangan, hiperperitalsis, dan spasme otot
polos pada sistem pelviokalises ginjal dan ureter sebagai usaha untuk mengatasi
obstruksi. Istilah kolik sebetulnya mengacu kepada sifat nyeri yang hilang timbul
(intermittent) dan bergelombang seperti pada kolik bilier dan kolik intestinal namun pada
kolik renal nyeri biasanya konstan. Nyeri dirasakan di flank area yaitu daerah sudut ke
daerah kostovertebrata kemudian dapat menjalar ke dinding depan abdomen, ke rego
inguinal, hingga
Colic Renal adalah nyeri yang disebabkan oleh obstruksi akut di ginjal, pelvis renal
atau ureter oleh batu. Nyeri ini timbul akibat penegangan, hiperperitalsis, dan spasme
otot polos pada sistem pelviokalises ginjal dan ureter sebagai usaha untuk mengatasi
obstruksi. Istilah kolik sebetulnya mengacu pada sifat nyeri yang hilang timbul
(intermittent) dan bergelombang seperti pada kolik bilier dan kolik intestinal namun pada
kolik renal nyeri biasanya konstan. Nyeri dirasakan di flank area yaitu daerah sudut
kostovertebrata kemudian dapat menjalar ke dinding depan abdomen, ke rego inguinal,
hingga kedaerah kemaluan. Nyeri berat muncul secara tiba tiba. Kolik renal sering di
sertai mual dan muntah, hematuria, dan demam bila di sertai infeksi.
Kolik renal dikarakteristikan sebagai nyeri hebat yang intermiten (hilang timbul)
biasanya di daerah antara iga dan panggul, yang menjalar sepanjang abdomen dan dapat
berakhir pada area genital dan paha bagian dalam. Kolik renal biasanya berawal di
punggung bagian midlateral atas dan menjalar anterior-inferior menuju daerah lipatan
paha dan kelamin. Nyeri yang timbul akibat kolik renal terutama disebabkan oleh
dilatasi, peregangan, dan spasme traktus urinarius yang disebabkan oleh obstruksi ureter
akut (suvono,2011).
Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan
merupakan batu saluran kemih yang paling sering terjadi (Purnomo, 2000, hal. 68-69).
B. ETIOLOGI
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih sampai saat ini belum diketahui pasti,
tetapi ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu pada saluran kemih yaitu:
Etiologi paling umum adalah melintasnya batu ginjal. Bertambah parahnya nyeri
bergantung pada derajat dan tempat terjadinya obstruksi, bukan pada ukuran, keras, atau
sifat abrasi batu ginjal. Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang dibedakan
sebagai faktor intrinsik dan faktorekstrinsik:

1. Faktor intrinsik
a. Herediter.
Diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
b. Umur
Paling sering didaptkan pada usia 30-50 tahun.
c. Jenis kelamin.
Jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.
2. Faktor ekstrinsik
a. Geografi
Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi
daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu).
b. Iklim dan temperatur
Asupan air.
Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat
meningkatkan insiden batu saluran kemih.
c. Diet
Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu
saluran kemih.
d. Pekerjaan
Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak
duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentarvlife).
e. Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringat
sedangkan asupan air kurang dan tingginya kadar mineral dalam air
minum meningkatkan insiden batu saluran kemih.
f. Makanan
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka
morbiditas batu saluran kemih berkurang. Penduduk yang vegetarian yang
kurang makan putih telur lebih sering menderita batu saluran kemih
(buli-buli dan Urethra).

C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan urolithiasis
belum diketahui secara pasti. Namun demikian ada beberapa faktor predisposisi
terjadinya batu antara lain: peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan
yang kurang serta peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau
statis urin menjadikan sarang untuk pembentukan batu. Supersaturasi elemen urin seperti
kalsium, fosfat dan faktor lain yang mendukung terjadinya batu meliputi: pH urin yang
berubah menjadi asam, jumlah casiran urin. Masalah-masalah dengan metabolisme purin
mempengaruhi pembentukan batu asam urat. pH urin juga mendukung pembentukan
batu. Batu asam urat dan cyscine dapat mengendap dalam urin yang alkalin, sedangkan
batu oxalat tidak dipengaruhi oleh pH urin. Imobilisasi yang lama akan menyebabkan
gerakan kalsium menuju tulang akan terhambat. Peningkatan serum kalsium akan
menambah cairan yang akan diekskresikan. Jika cairan masuk tidak adekuat maka
penumpukan atau pengendapan semakin bertambah dan pengendapan ini makin
kompleks sehingga terjadi batu. Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat
bervariasi. Ada batu yang kecil, ada yang besar. Batu yang kecil dapat lekuar lewat urin
dan akan menimbulkan rasa nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah
dalam urin; sedangkan batu yang besar dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih yang
menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks urin dan akan
menimbulkan terjadinya hidronefrosis karena dilatasi ginjal. Kerusakan pada srtuktur
ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan-kerusakan pada organ dalam ginjal
sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak mampu melakukan fungsinya
secara normal, yang mengakibatkan terjadinya penyakit gagal ginjal kronik yang dapat
menyebabkan kematian.
Kolik ginjal biasanya disebabkan karena adanya batu. Batu ini bisa terbentuk di
dalam ginjal (batu ginjal) maupun didalam kandung kemih (batu kandung kemih).
Pembentukan batu biasanya disebabkan karena kurang minum, diet banyak mengandung
kalsium atau oksalat, kadar asam urat darah yang tinggi, sumbatan pada saluran
kemih,riwayat keluarga menderita saluran kemih, pekerjaan banyak duduk/kurang
aktifitas, faktor lingkungan. Proses terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal
dengan urolithiasis. Pembentukan batu ini menyebabkan obstruksi pada ginjal sehingga
terjadi hambatan aliran darah pada organ tersebut. Akiba hambatan ini terjadilah spasme
otot polos yang terdapat pada ginjal dan juga hipoksisa pada jaringan dinding ginjal yang
akhirnya menyebabkan nyeri kolik. Karena kontraksi ini berjeda maka kolik dirasakan
hilang timbul. Biasanya disertai perasaan mual bahkan muntah serta demam.
Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat dan faktor lain yang mendukung
terjadinya batu meliputi: pH urin yang berubah menjadi asam, jumlah cairan urin.
Masalah-masalah dengan metabolisme purin mempengaruhi pembentukan batu asam
urat. pH urin juga mendukung pembentukan batu. Batu asam urat dan cyscine dapat
mengendap dalam urin yang alkalin, sedangkan batu oxalat tidak dipengaruhi oleh pH
urin. Imobilisasi yang lama akan menyebabkan gerakan kalsium menuju tulang akan
terhambat. Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan yang akan diekskresikan.
Jika cairan masuk tidak adekuat maka penumpukanatau pengendapan semakin
bertambah dan pengendapan ini makin kompleks sehingga terjadi batu. Batu yang
terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi. Ada batu yang kecil, ada yang besar.
Batu yang kecil dapat lekuar lewat urin dan akan menimbulkan rasa nyeri, trauma pada
saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin, sedangkan batu yang besar dapat
menyebabkan obstruksi saluran kemih yang menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari
dilatasi akan terjadi refluks urin dan akan menimbulkan terjadinya hidronefrosis karena
dilatasi ginjal. Kerusakan pada srtuktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan-
kerusakan pada organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal
tidak mampu melakukan fungsinya secara normal, yang mengakibatkan terjadinya
penyakit gagal ginjal kronik yang dapat menyebabkan kematian. Teori pembentukan
batu menurut (Soeparman, 2008) antara lain:
1. Teori inti matriks
Terbentuknya batu saluran kemih memerlukan adanya substansi
organik sebagai inti, terutama dari mukopolisakarida dan mukoprotein
yang akan mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentuk batu.
2. Teori supersaturasi
Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk dalam urin seperti sistin,
asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.
3. Teori persipitasi kristalisasi
Perubahan pH urin akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urin
yang bersifat alkali akan mengendap garam-garam fosfat.
4. Teori berkurangnya faktor penghambat Berkurangnya faktor penghambat
seperti peptid, fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat magnesium, asam
mukopolisakarida akan mempermudah terbentuknya batu saluran kencing.

D. PATHWAY
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius tergantung pada adanya
obstruksi, infeksi dan edema.
Kolik renal dirasakan pasien sebagai nyeri pinggang yang timbul tiba-tiba dan
memburuk seiring waktu. Penyebaran nyeri ini bergantung pada letak sumbatan pada
saluran kemih dan derajat sumbatan. Sumbatan pada saluran kencing (ureter) bagian atas
menyebabkan nyeri yang menyebar ke pinggang dan tubuh bagian samping. Sumbatan
ureter bagian tengah menyababkan nyeri pinggang yang menyebar ke perut depan bagian
bawah. Sumbatan ureter bagian bawah menyebabkan nyeri pinggang yang menyebar ke
selangkangan dan alat kelamin (testis pada pria dan labia mayor pada wanita). Sumbatan
yang terjadi pada hubungan antara saluran kencing dan kantung kencing seringkali
menimbulkan gejala nyeri saat buang air kecil. Penderita kolik renal umumnya gelisah
dan selalu mengganti-ganti posisi tubuh untuk mencari posisi yang nyaman.
Kolik renal memiliki fase serangan.
1. Fase pertama adalah fase akut, dimana nyeri umumnya dimulai pada pagi
atau malam hari yang dapat membangunkan penderita dari tidur. Jika nyeri
dimulai pada siang hari, nyeri umumnya mulai perlahan. Nyeri pada kolik
renal umumnya semakin memburuk seiring waktu, terus menerus dan dapat
disertai serangan nyeri yang sangat hebat. Nyeri dapat mencapai intensitas
maksimum dalam 30 menit sampai 6 jam setelah timbul pertama kali (rata -
rata 1-2 jam).
2. Fase kedua adalah fase konstan, dimana nyeri menetap sampai nyeri diobati
atau hilang dengan sendirinya. Fase ini umumnya berlangsung 1-4 jam atau
lebih lama.
3. Fase ketiga adalah fase akhir yang umumnya berlangsung selama 1,5-3 jam,
dimana nyeri menghilang dengan cepat.
Kolik renal seringkali diikuti gejala lain seperti mual, muntah, air seni berwarna
cokelat kemerahan, sering merasa ingin buang air kecil, dan tidak dapat menahan buang
air kecil.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Urinalisa; warna mungkin kuning ,coklat gelap,berdarah,secara umum menunjukan
SDM, SDP, kristal ( sistin,asam urat,kalsium oksalat), pH asam (meningkatkan sistin
dan batu asam urat) alkali ( meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu
kalsium fosfat), urine 24 jam :kreatinin, asam urat kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin
mungkin meningkat), kultur urine menunjukan ISK, BUN/kreatinin serum dan urine;
abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu
obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
b. Darah lengkap: Hb,Ht,abnormal bila psien dehidrasi berat atau polisitemia.
c. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal ( PTH. Merangsang
reabsobsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine.
d. Foto Rntgen; menunjukan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area ginjal dan
sepanjang ureter.
e. IVP: memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri, abdominal
atau panggul.Menunjukan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter).
f. Sistoureterokopi;visualiasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukan batu atau efek
obstruksi.
g. USG ginjal: untuk menentukan perubahan obstruksi,dan lokasi batu.

G. PENATALAKSANAAN MEDIK DAN TERAPI


a. Tujuan:
1. Menghilangkan obstruksi
2. Mengobati infeksi.
3. Mencegah terjadinya gagal ginjal.
4. Mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi (terulang kembali).
b. Operasi dilakukan jika:
1. Sudah terjadi stasis/bendungan.
2. Tergantung letak dan besarnya batu, batu dalam pelvis dengan bendungan positif
harus dilakukan operasi.
c. Therapi
1. Analgesik untuk mengatasi nyeri.
2. Allopurinol untuk batu asam urat.
3. Antibiotik untuk mengatasi infeksi.
d. Diet Diet atau pengaturan makanan sesuai jenis batu yang ditemukan.
1. Batu kalsium oksalat Makanan yang harus dikurangi adalah jenis makanan yang
mengandung kalsium oksalat seperti: bayam, daun sledri, kacang-kacangngan, kopi,
coklat; sedangkan untuk kalsium fosfat mengurangi makanan yang mengandung
tinggi kalsium seperti ikan laut, kerang, daging, sarden, keju dan sari buah.
2. Batu struvite; makanan yang perlu dikurangi adalah keju, telur, susu dan daging.
3. Batu cystin; makanan yang perlu dikurangi antara lain sari buah, susu, kentang.
4. Anjurkan konsumsi air putih kurang lebih 3-4 liter/hari serta olah raga secara teratur.

H. KOMPLIKASI
1. Obstruksi
2. Hidronephrosis.
3. Gagal ginjal
4. Perdarahan.
5. Pada laki-laki dapat terjadi impoten.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth (2002). Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, volume 2, EGC.Jakartta.
Carpenito, linda jual. 2008 Rencana asuhan dan dokumentasi keperawatan (terjemah).
Jakarta: EGC.

Carpenito, Linda Juall (1995) Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan ( terjemahan)
PT EGC, Jakarta.
Doenges,et al, (2000). Rencana Asuhan Keperawatan ( terjemahan), PT EGC, Jakarta
Digiulio Mary, dkk (2007). Medical Surgical Nursing Demystified . New York
Chicago San Fransisco Lisbon London, Mexico City Milan New Delhi San Juan
Seoul, Singapore Sydney Toronto
.
Purnomo, 2000, hal. 68-69 Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. edisi 2 : Jakarta

Soeparman dan waspadji, 2008 Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam , jilid 2 edisi 3
FKUI: Jakarta

Soeparman, (1990), Ilmu Penyakit Dalam Jilid II , Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Sylvia dan Lorraine ( 1999). Konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi empat, buku kedua.
EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai