Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI

PASIEN Tn. S DILAKUKAN TINDAKAN OPERASI LITOTRIPSI DENGAN


TINDAKAN ANESTESI REGIONAL ANESTESI (SAB)
DI RUANG IBS RST dr. SOEPRAOEN MALANG
PADA TANGGAL 09 MARET 2023

MUHAMAD ALIYAFIH
NIM : 2213059AJ

ITSK RS DR SOEPRAOEN MALANG


PRODI ALIH JENJANG DIPLOMA IV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
TAHUN 2022 / 2023

1
A. KONSEP TEORI PENYAKIT
1. Definisi Batu Ureter
Ureter merupakan dua buah pipa saluran yang masing masing terhubung dari
ginjal ke kandung kemih, memiliki panjang 35 – 40 cm dan diameter 1 – 1,5 cm ).
Anatomi ureter memiliki tiga lokasi penyempitan yang m,emungkinkan terhentinya
batu yaitu, perbatasan antara pelvis renalis dengan ureter ( pelvicoureter junction),
persilangan ureter dengan arteri iliaka dalam rongga pelvis, dan pada perbatasan
ureter dengan kandung kemih. Ureter juga dibagi menjadi tiga bagian secara
radiologis yaitu ureter proksimal yang dimulai dari pelvis renalis sampai batas
bawah sacrum, dan ureter distal yang dimuali dari batas bawah sacrum sampai
masuk ke kandung kemih. Pada semua lokasi ureter ini dapat menimbulkan
manifestasi klinis berupa nyeri kolik akibat peristaltic ureter un untuk mengeluarkan
batu. Selain nyeri kronik, manifestasi klinis dapat berbeda berdasarkan lokais ureter.
Pada ureter proksimal diikuti oleh nyeri abdomen atas, pada ureter medial diikuti
oleh nyeri abdomen depan, sedangkan pada ureter distal diikuti dengan nyeri
pinggang, nyeri abdomen, disuria dan urinary frequency.
Batu ureter atau ureterolithiasis merupakan batu yang terdapat pada saluran
ureter. Terbentuknya batu disebabkan oleh pengendapan substansi yang terdapat
dalam air kemih yang jumlahnya berlebihan atau karena faktor lain yang
mempengaruhi daya larut substansi. BSK dapat menyebabkan gejala nyeri,
perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam
ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Proses
pembentukan batu ini disebut urolitiasis, dan dapat terbentuk pada ginjal
(nefrolithiasis), ureter (ureterolithiasis), vesica urinaria (vesicolithiasis), dan uretra
(urethrolithiasis). Obstruksi dan uremia menjadi komplikasi utama yang sering
muncul pada pasien ureterolithiasis
2. Etiologi
Menurut Grace & Barley (2006) Teori dalam pembentukan batu saluran kemih
adalah sebagai berikut:
a. Teori Nukleasi. Teori ini menjelaskan bahwa pembentukan batu berasal dari inti
batu yang membentuk kristal atau benda asing. Inti batu yang terdiri dari
senyawa jenuh yang lama kelamaan akan mengalami proses kristalisasi
sehingga pada urin dengan kepekatan tinggi lebih beresiko untuk terbentuknya
batu karena mudah sekali untuk terjadi kristalisasi.

1
b. Teori Matriks. Batu Matriks akan merangsang pembentukan batu karena
memacu penempelan partikel pada matriks tersebut. Pada pembentukan urin
seringkali terbentuk matriks yang merupakan sekresi dari tubulus ginjal dan
berupa protein (albumin, globulin dan mukoprotein) dengan sedikit hexose
dan hexosamine yang merupakan kerangka tempat diendapkannya kristal- kristal
batu.
c. Teori Inhibisi yang Berkurang Batu saluran kemih terjadi akibat tidak adanya
atau berkurangnya faktor inhibitor (penghambat) yang secara alamiah terdapat
dalam sistem urinaria dan berfungsi untuk menjaga keseimbangan serta salah
satunya adalah mencegah terbentuknya endapan batu. Inhibitor yang dapat
menjaga dan menghambat kristalisasi mineral yaitu magnesium, sitrat, pirofosfat
dan peptida. Penurunan senyawa penghambat tersebut mengakibatkan proses
kristalisasi akan semakin cepat dan mempercepat terbentuknya batu (reduce of
crystalize inhibitor).
Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu
seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat
terbentuk ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara
normal mencegah kristalisasi dalam urin. Kondisi lain yang mempengaruhi laju
pembentukan batu mencakup pH urin dan status cairan pasien (batu cenderung
terjadi pada pasien dehidrasi) .
Penyebab terbentuknya batu dapat digolongkan dalam 2 faktor antara lain
faktor endogen seperti hiperkalsemia, hiperkasiuria, pH urin yang bersifat asam
maupun basa dan kelebihan pemasukan cairan dalam tubuh yang bertolak belakang
dengan keseimbangan cairan yang masuk dalam tubuh dapat merangsang
pembentukan batu, sedangkan faktor eksogen seperti kurang minum atau kurang
mengkonsumsi air mengakibatkan terjadinya pengendapan kalsium dalam pelvis
renal akibat ketidakseimbangan cairan yang masuk, tempat yang bersuhu panas
menyebabkan banyaknya pengeluaran keringat, yang akan mempermudah
pengurangan produksi urin dan mempermudah terbentuknya batu, dan makanan
yang mengandung purin yang tinggi, kolesterol dan kalsium yang berpengaruh pada
terbentuknya batu.

2
3. Tanda dan gejala
Ureterolithiasis dapat menimbulkan berbagi gejala tergantung pada letak batu,
tingkat infeksi dan ada tidaknya obstruksi saluran kemih. Beberapa gambaran klinis
yang dapat muncul pada pasien urolithiasis:
a. Nyeri
Nyeri pada ginjal dapat menimbulkan dua jenis nyeri yaitu nyeri kolik dan
non kolik. Nyeri kolik terjadi karena adanya stagnansi batu pada saluran kemih
sehingga terjadi resistensi dan iritabilitas pada jaringan sekitar. Nyeri kolik juga
karena adanya aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises ataupun ureter
meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu pada saluran kemih.
Peningkatan peristaltik itu menyebabkan tekanan intraluminalnya meningkat
sehingga terjadi peregangan pada terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri.
Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi
hidronefrosis atau infeksi pada ginjal sehingga menyebabkan nyeri hebat dengan
peningkatan produksi prostglandin E2 ginjal. Rasa nyeri akan bertambah berat
apabila batu bergerak turun dan menyebabkan obstruksi. Pada ureter bagian distal
(bawah) akan menyebabkan rasa nyeri di sekitar testis pada pria dan labia
mayora pada wanita.
b. Gangguan miksi
Adanya obstruksi pada saluran kemih, maka aliran urin (urine flow)
mengalami penurunan sehingga sulit sekali untuk miksi secara spontan. Pada
pasien nefrolithiasis, obstruksi saluran kemih terjadi di ginjal sehingga urin yang
masuk ke vesika urinaria mengalami penurunan. Sedangkan pada pasien
uretrolithiasis, obstruksi urin terjadi di saluran paling akhir sehingga kekuatan
untuk mengeluarkan urin ada namun hambatan pada saluran menyebabkan
urin stagnansi. Batu dengan ukuran kecil mungkin dapat keluar secara spontan
setelah melalui hambatan pada perbatasan ureteropelvik, saat ureter menyilang
vasa iliaka dan saat ureter masuk ke dalam buli-buli.
c. Hematuria
Batu yang terperangkap di dalam ureter (kolik ureter) sering mengalami
desakan berkemih, tetapi hanya sedikit urin yang keluar. Keadaan ini akan
menimbulkan gesekan yang disebabkan oleh batu sehingga urin yang dikeluarkan
bercampur dengan darah (hematuria). Hematuria tidak selalu terjadi pada pasien

3
urolithiasis, namun jika terjadi lesi pada saluran kemih utamanya ginjal maka
seringkali menimbulkan hematuria yang masive, hal ini dikarenakan vaskuler
pada ginjal sangat kaya dan memiliki sensitivitas yang tinggi dan didukung jika
karakteristik batu yang tajam pada sisinya.
d. Mual dan muntah
Kondisi ini merupakan efek samping dari kondisi ketidaknyamanan pada
pasien karena nyeri yang sangat hebat sehingga pasien mengalami stress yang
tinggi dan memacu sekresi HCl pada lambung . Selain itu, hal ini juga dapat
disebabkan karena adanya stimulasi dari celiac plexus, namun gejala
gastrointestinal biasanya tidak ada
e. Demam
Demam terjadi karena adanya kuman yang menyebar ke tempat lain. Tanda
demam yang disertai dengan hipotensi, palpitasi, vasodilatasi pembuluh darah di
kulit merupakan tanda terjadinya urosepsis. Urosepsis merupakan kedaruratan
dibidang urologi.
f. Distensi vesika urinaria
Akumulasi urin yang tinggi melebihi kemampuan vesika urinaria akan
menyebabkan vasodilatasi maksimal pada vesika. Oleh karena itu, akan teraba
bendungan (distensi) pada waktu dilakukan palpasi pada regio vesika.
4. Pemeriksaan diagnostic
Menurut Brunner & Suddart, (2015) dan Purnomo, (2012) diagnosis urolithiasis
dapat ditegakkan melalui beberapa pemeriksaan seperti:
a. Kimiawi darah dan pemeriksaan urin 24 jam untuk mengukur kadar kalsium,
asam urat, kreatinin, natrium, pH dan volume total (Portis & Sundaram, 2001).
b. Analisis kimia dilakukan untuk menentukan komposisi batu.
c. Kultur urin dilakukan untuk mengidentifikasi adanya bakteri dalam urin
(bacteriuria) (Portis & Sundaram, 2001).
d. Foto polos abdomen Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat
kemungkinan adanya batu radio-opak di saluran kemih.
e. Intra Vena Pielografi (IVP) IVP merupakan prosedur standar dalam
menggambarkan adanya batu pada saluran kemih. Pyelogram intravena yang
disuntikkan dapat memberikan informasi tentang baru (ukuran, lokasi dan
kepadatan batu), dan lingkungannya (anatomi dan derajat obstruksi) serta dapat
melihat fungsi dan anomaly.

4
f. Ultrasonografi (USG) USG sangat terbatas dalam mendiagnosa adanya batu dan
merupakan manajemen pada kasus urolithiasis. Meskipun demikian USG
merupakan jenis pemeriksaan yang siap sedia, pengerjaannya cepat dan sensitif
terhadap renal calculi atau batu pada ginjal, namun tidak dapat melihat batu di
ureteral.
5. Penatalaksanaan medis
a. Penatalaksanaan terapi
Pengobatan batu ureter bervariasi, tergantung pada jenis batu dan
penyebabnya. Beberapa jenis batu ureter ini meliputi batu kalsium, batu struvit
(batu yang terbentuk karena infeksi saluran kemih), dan batu asam urat. Namun
secara umum, ada beberapa jenis obat penghancur batu ureter yang biasanya
dapat diresepkan oleh dokter. Beberapa macam obat-obatan untuk
menghancurkan batu ginjal ini antara lain:
1) Allopurinol.
Allopurinol adalah obat yang digunakan untuk membantu menghancurkan
jenis batu asam urat. Obat ini bekerja dengan cara mengurangi produksi asam
urat dalam tubuh.
2) Penghambat alfa
Obat penghambat alfa (alpha-blockers) berfungsi untuk membantu
menghancurkan batu ginjal yang berukuran cukup besar, yaitu sekitar 5-10
milimeter. Setelah dihancurkan, sisa batu ginjal yang berukuran kecil akan
keluar dengan sendirinya melalui urine. Obat ini juga bekerja dengan cara
melemaskan otot saluran kemih, sehingga batu ginjal lebih mudah keluar.
Beberapa jenis obat yang termasuk dalam golongan penghambat alfa,di
antaranya adalah tamsulosin, doxazosin, dan terazosin.
3) Diuretik
Obat diuretik adalah obat yang dapat meningkatkan produksi urine dan
membuat lebih sering berkemih. Salah satu jenis diuretik yang banyak
digunakan untuk mengobati batu ginjal adalan diuretik jenis thiazide. Obat ini
bekerja dengan cara mengurangi penyerapan garam dan mineral di dalam
ginjal, sehingga meningkatkan produksi urine dalam tubuh. Akibatnya, Anda
akan lebih sering buang air kecil dan batu ginjal yang berukuran kecil dapat
keluar melalui urine. Obat ini juga berfungsi untuk mencegah terbentuknya
batu ginjal berulang.

5
4) Natrium bikarbonat
Obat yang disebut juga dengan natrium sitrat ini, biasanya diberikan untuk
mengatasi gejala yang muncul akibat produksi asam lambung berlebih. Obat
ini juga membantu ginjal mengeluarkan kandungan asam urat yang memicu
terbentuknya batu ginjal. Selain itu, natrium bikarbonat juga digunakan untuk
mencegah penyakit batu ginjal berkembang semakin parah. Untuk
meringankan rasa nyeri atau tidak nyaman akibat adanya batu ginjal di saluran
kemih, biasanya pasien batu ginjal akan diresepkan obat antiinflamasi
nonsteroid (OAINS) seperti ibuprofen dan diclofenac. Untuk nyeri yang sangat
berat dan tidak mereda dengan obat nyeri biasa, dokter mungkin akan
memberikan obat antinyeri yang lebih kuat, seperti ketorolac, morfin, dan
fentanyl.
5) Penatalaksanaan operatif
Beberapa tindakan untuk mengatasi penyakit urolithiasis adalah dengan
melakukan observasi konservatif (batu ureter yang kecil dapat melewati
saluran kemih tanpa intervensi), agen disolusi (larutan atau bahan untuk
memecahkan batu), mengurangi obstruksi (DJ stent dan nefrostomi), terapi
non invasif Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL), terapi invasif
minimal: ureterorenoscopy (URS), Percutaneous Nephrolithotomy,
Cystolithotripsi/ ystolothopalaxy, terapi bedah seperti nefrolithotomi,
nefrektomi, pyelolithotomi, uretrolithotomi, sistolithotomi.
B. Pertimbangan anestesi
1. Definisi Anestesi
Anestesi adalah menghilangnya rasa nyeri, dan menurut jenis kegunaannya
dibagi menjadi anestesi umum yang disertai hilangnya kesadaran, sedangakan
anestesi regional dan anestesi local menghilangya rasa nyeri disatu bagian tubuh saja
tanpa menghilangnya kesadaran (Sjamsuhidajat & De Jong, 2012).
Anestesi merupakan tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan
pembedahan dan berbagai prosedur lain yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh
(Morgan, 2011). Anestesi merupakan suatu tindakan untuk menghilangkan rasa
ketika dilakukan pembedahan dan berbagai prosedur lain yang menimbulkan rasa
sakit, dalam hal ini rasa takut perlu ikut dihilangkan untuk menciptakan kondisi
optimal bagi pelaksanaan pembedahan (Sabiston, 2011).
Dari beberapa definisi anestesi menurut para ahli maka dapat disimpulkan

6
bahwa Anestesti merupakan suatu tindakan menghilangkan rasa sakit pada saat
pembedahan atau melakukan tindakan prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit
dengan cara trias anestesi yaitu hipnotik, analgetik, relaksasi.
2. Jenis anestesi
a. General Anestesi
Anestesi umum melibatkan hilangnya kesadaran secara penuh. Anestesi
umum dapat diberikan kepada pasien dengan injeksi intravena atau melalui
inhalasi (Royal College of Physicians (UK), 2011).
Anestesi umum meliputi:
1. Induksi inhalasi, rumatan anestesi dengan anestetika inhalasi (VIMA=Volatile
Induction and Maintenance of Anesthesia)
2. Induksi intravena, rumatan anestesi dengan anestetika intravena (TIVA=Total
Intravenous Anesthesia)
Anestesi umum merupakan suatu cara menghilangkan seluruh sensasi dan
kesadarannya. Relaksasi otot mempermudah manipulasi anggota tubuh.
Pembedahan yang menggunakan anestesi umum melibatkan prosedur mayor,
yang membutuhkan manipulasi jaringan yang luas.
Pada tindakan general anestesi terdapat beberapa teknik yang dapat
dilakukan adalah general anestesi dengan teknik intravena anestesi dan general
anestesi dengan inhalasi, berikut obat-obat yang dapat digunakan pada kedua
teknik tersebut.

Tabel 1. Obat-obat Anestesi Intravena Obat-obat Anestesi Inhalasi


Obat –obata Anestesi Intravena Obat-obat Anestesi Inhalasi
1) Atropine Sulfat 1) Nitrous Oxide
2) Pethidin 2) Halotan
3) Atrakurium 3) Enfluren
4) Ketamine HCL 4) Isofluran
5) Midazolam 5) Sevofluran
6) Fentanyl
7) Rokuronium Bromide
Sumber: Omoigui (2009) dalam Hanifa (2017)

7
b. Regional Anestesi
1) Definisi
Anestesi spinal adalah injeksi agen anestesi ke dalam ruang intratekal,
secara langsung ke dalam cairan serebrospinalis sekitar region lumbal di bawah
level L1/2 dimana medulla spinalis berakhir (Keat, dkk, 2013).
Spinal anestesi merupakan anestesia yang dilakukan pada pasien yang
masih dalam keadaan sadar untuk meniadakan proses konduktifitas pada ujung
atau serabut saraf sensori di bagian tubuh tertentu (Rochimah, dkk, 2011).
2) Kontraindikasi Spinal Anestesi
Menurut Sjamsuhidayat & De Jong tahun 2010 anestesi regional yang luas
seperti spinal anestesi tidak boleh diberikan pada kondisi hipovolemia yang
belum terkorelasi karena dapat mengakibatkan hipotensi berat.
Komplikasi yang dapat terjadi pada spinal anestesi menurut Sjamsuhidayat
& De Jong tahun 2010, ialah :
a) Hipotensi terutama jika pasien tidak prahidrasi yang cukup
b) Blokade saraf spinal tinggi, berupa lumpuhnya pernapasan dan memerlukan
bantuan napas dan jalan napas segera.
c) Sakit kepala pasca pungsi spinal, sakit kepala ini bergantung pada besarnya
diameter dan bentuk jarum spinal yang digunakan.
3) Jenis – Jenis Obat Spinal Anestesi
Lidokain, Bupivakain, dan tetrakain adalah agen anestesi lokal yang utama
digunakan untuk blockade spinal. Lidokain efektif untuk 1 jam, dan
bupivacaine serta tetrakain efektif untuk 2 jam sampai 4 jam (Reeder, S.,
2011). Berikut ini uraian obat spinal anestesi :
a) Lidokain
● Onset kerja : cepat
● Dosis maksimum : 3-5mg/kg
● Durasi kerja ; Pendek 60-180 menit tergantung penggunaan
● Efek samping : toksisitas kardiak lebih rendah dibandingkan bupivakain
● Metabolisme : di hati, n-dealkylation yang diikuti dengan hidrolisis untuk
menghasilkan metablit yang diseksresikan di urin.
Lidocain sangat popular dan digunakan untuk blok saraf, infitrasi dan
anestesi regional intravena begitu juga topical, epidural dan itratekal.
Bagaimanapun juga ini termasuk antiaritmik kelas 1B dan dapat digunakan

8
untuk terapi takikardi.
b) Bupivakain
● Onset kerja : blok nervous 40 menit, epidural 15-20 menit, intratekal 30
detik
● Durasi kerja : blok saraf sampai 24 jam; pidural 3-4 jam; intrakardial 2-3
jam
● Efek samping : lebih cenderung mengakibatkan toksisitas kardiak berupa
penurunan tekanan darah dibandingkan obat anestesi lokal lainnya
● Eliminasi : N-dealkylation menjadi pipecolyoxylidine dan metabolit
lainnya yang diekskresikan di urin
Bupivakain lazim digunakan untuk spinal anestesi. Menggunakan plain
bupivacaine membuatnya dapat naik ke atas atau turun ke bawah, yang
dapat mengakibatkan peningkatan blok yang membahayakan fungsi
respirasi dan kardio. Jika dekstrosa ditambahkan akan menjadi berat (heavy)
dan akan mengalir lebih dapat diprediksi turun ke tulang belakang, hanya
memengaruhi saraf yang non esensial. Larutan plain dapat menyebabkan
hipotensi yang lebih sedikit tapi pasien harus tidur terlentang (Keat, dkk.,
2013).
3. Teknik anestesi
Pada reseksi trans-uretrae, anestesi regional dianggap sebagai pilihan terbaik.
Anestesi diberikan pada area yang diblokir yaitu area S2-S4 untuk memblokir
persarafan urethra, prostat, dan leher kantung kemih, blok sampai T10-T12 untuk
kantung kemih. Blok subarachnoid dilakukan di L3-L4 atau L4-L5 pada posisi miring.
Obat yang digunakan adalah bupivacaine dengan dosis 2,5-3ml 0,5%.6,7 Anestesi
regional dipilih untuk prosedur URS karena beberapa alasan :
 Dapat menunjukkan dan memonitor kondisi mental pasien saat masih sadar
sehingga dapat mendeteksi dini adanya risiko intra anestesi.
 Menyebabkan vasodilatasi dan kembalinya darah dari ekstrimitas perfier sehingga
mengurangi resiko overload sirkulasi.
 Menurunkan tekanan darah sehingga mengurangi pendarahan selama operasi.
 Mengurangi insiden hipertensi dan takikardi yang sering pada anestesia umum.
 Menyediakan akses analgesia postoperatif yang lebih mudah.
 Jika dibandingkan dengan anestesia umum, analgesia regional sedikit menimbulkan
kejadian trombosis pascabedah.

9
4. Rumatan anestesi
a. Regional Anestesi
1) Oksigen nasal 2 Liter/menit
2) Obat Anti-Inflasi
3) Obat Analgetik
4) Obat Antimietik
5) Obat Hipertensi
6) Obat Anti-Fibrinolitik
b. General Anestesi
1) Induksi inhalasi, rumatan anestesi dengan anestetika inhalasi
(VIMA=Volatile Induction and Maintenance of Anesthesia).
2) Induksi intravena, rumatan anestesi dengan anestetika intravena
(TIVA=Total Intravenous Anesthesia)
3) Obat Pelumpuh Otot
4) Obat Analgetik
5) Obat Hipnotik Sedatif
6) Obat Hipertensi
7) Obat Anti-Fibrinolitik
5. Resiko
• Resiko Komplikasi Disfungsi kardiovaskuler :
Hipertensi, Hipotensi, Penurunan curah jantung , disritmia/aritmia,cardiac arest
• Resiko Komplikasi Disfungsi Respirasi :
Pola nafas tidak efektif , hipoksia, bronkospasme, edema laring
• Resiko Komplikasi Gangguan termoregulasi :
Hipotermi
• Resiko Komplikasi Disfungsi Gastrointestinal
Rasa mual dan muntah
• Perdarahan
• Nyeri :
• Resiko Jatuh
Efek obat anestesi, Blok pada saraf motorik
• Ansietas
• Resiko Cedera Anestesi
• Gagal Ginjal

10
C. Web of caution (WOC)
Faktor Etiologi
Predisposisi

Urolitiasis

Ureter Bleder Therapi Pelvic Renal

Iritasi Lumen Obstruksi Hambatan Iritasi Discontinuitas Resti Pengulangan Meningkatkan Tekanan
Uretra Saluran Mukosa Jaringan Lokal Episode Urolitiasis Darah Hidrostatik
Urine Bleder

Oliguria/
Hematuria Anuria Infeksi Defisit
Kerusakan Pengetahuan
Pembuluh Darah

Uncompensated Compensated
Perubahan Hematuria
Pola
Eliminasi
Meningkatnya
Aktifitas
PK Pertahanan
Nyeri Regurgutasi Urune
Ke Pelvik Renal Sepsis
Meningkatkan
Akumulasi Cairan Iskemia
PK Pyrogen Interstitial

Hidronefrosis Anemia

Hipereksia Distensi Penurunan


Fungsi Ginjal
Peningkatan Mobilitas
Kapiler Renal

Refleks Renointestinal
Nyeri + Proksimili
Anatomik Gagal
GFR Menurun Ginjal

Aktivitas RA Diare Mual, Muntah

Tekanan Darah
Tinggi Risiko Resti Perubahan
Kekurangan Pemenuhan Nutris
Volume Cairan Kurang dari
Kebutuhan

11
D. TINJAUAN TEORI ASKAN PEMBEDAHAN KHUSUS
1. Pengkajian
a. Data subjektif
Px mengatakan nyeri pinggang sebelah kanan
b. Data objektif
Px tampak meringis dan tampak cemas
2. Masalah kesehatan anestesi
a. Pre anestesi
1. Ansietas
2. Nyeri akut
b. Intra anestesi
1. Resiko gangguang pola napas
2. Resiko hipotensi
c. Post anestesi
1. Nyeri post Op
3. Rencana intervensi
a. Masalah kesehatan Anestesi : pre anestesi
1) Ansietas
a) Tujuan: setelah dilakukan tindakan kepenataan anestesi selama 1 x 60
menit masalah ansietas dapat teratasi.
b) Criteria hasil
a. Pasien tampak tenang
b. Pasien dapat mengerti dengan tindakan yang kan dilakukan
c. TTV dalam bats normal :
Tekanan Darah : 100 – 120 / 70 – 80 mmhg
Nadi : 60 – 100 x/menit
Suhu : 36-37°C
Respirasi : 16 – 20 x/menit
c) Rencana intervensi
 Observasi TTV pasien
 Dampingi pasien
 Berikan KIE mengenai tindakan yang akan dilakukan
2) Nyeri akut
• Tujuan : setelah dilakukan tindakan kepenataan anestesi selama 30
menit diharapkan nyeri yang dirasakan pasien berkurang dengan kriteria
hasil
• Kriteria hasil :
 Tanda – tanda vital dalam batas normal
Tekanan Darah : 100 – 120 / 70 – 80 mmhg
Nadi : 60 – 100 x/menit
Suhu : 36-37°C
Respirasi : 16 – 20 x/menit
 Nyeri yang dirasakan pasien berkurang ( 1 – 3 nyeri ringan )

12
 Pasien dapat beristirahat dengan nyaman
 Ekspresi wajah pasien nyaman atau tenang
• Intervensi : Mandiri :
 Kaji tanda – tanda vital pasien
 Kaji derajat, lokasi, durasi, frekuensi dan karakteristik nyeri pasien
(PQRST)
 Ajarkan pasien tekhnik distraksi dan relaksasi
Kolaborasi :
 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgesic.
b. Masalah kesehatan anestesi : Intra OP
1) Resiko gangguan pola napas
a) Tujuan : setelah dilakukan tindakan kepenataan anestesi selama 15
menit gangguan pola napas tidak terjadi.
b) Criteria hasil
 Kebutuhan O2 pasien terpenuhi
 Irama napas teratur
 Ekspansi dada teratur dan simetris
 TTV pasien dalam batas normal :
Tekanan Darah : 100 – 120 / 70 – 80 mmhg
Nadi : 60 – 100 x/menit
Suhu : 36-37°C
Respirasi : 16 – 20 x/menit
c) Intervensi :
 Berikan O2 dengan nasal kanul 2-3 L
 Observasi selang O2 tidak terlipat
 Observasi penggunaan napas bantuan dan perkembangan dada
pasien
 Observasi TTV
2) Resiko hipotensi
a) Tujuan : setelah dilakukan tindakan kepenataan anestesi selama 5
menit resiko hipotensi dapat teratasi.
b) Criteria hasil :
TTV dalam batas normal :
Tekanan Darah : 100 – 120 / 70 – 80 mmhg
Nadi : 60 – 100 x/menit
Suhu : 36-37ºC
Respirasi : 16 – 20 x/menit
c) Intervensi :
 Observasi TTV pada monitor
 Jika TD turun berikan ephedrine secara bertahap
 Pastikan posisi px tidak dalam keadaan head down

13
c. Masalah kesehatan anestesi : Post Op
1) Nyeri post OP
a) Tujuan : setelah dilakukukan tindakan kepenataan anestesi selama
60 menit nyeri post Op dapat berkurang.
b) Criteria hasil :
 Tanda – tanda vital dalam batas normal :
Tekanan Darah : 100 – 120 / 70 – 80 mmhg Nadi : 60 – 100 x/menit
Suhu : 37°C
Respirasi : 16 – 20 x/menit
 Nyeri yang dirasakan pasien berkurang ( 1 – 3 nyeri ringan )
 Pasien dapat beristirahat dengan nyaman
 Ekspresi wajah pasien nyaman atau tenang
c) Intervensi : Mandiri :
 Kaji Tanda – tanda vital pasien
 Kaji derajat, lokasi, durasi, frekuensi dan karakteristik nyeri pasien (
PQRST )
 Ajarkan pasien tekhnik distraksi dan relaksasi
 Kolaborasi :
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgesic

4. Evaluasi Pre anestesi


a) Pre-Aestesi
1) Ansietas :
S : pasien mengatakan cemas yang dirasakan berkurang, dan tahu tentang
prosedur anestesi dan pembedahan
O : - Tanda – tanda vital pasien normal :
Tekanan Darah : 100-120/70-80 mmhg Nadi : 60 – 100 x/menit
Suhu : 37°C Respirasi : 16 – 20 x/menit
- Pasien menyatakan siap dilakukan operasi Pasien tampak tenang dan
kooperatif
A : Masalah Teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien
2) Nyeri akut:
S : pasien mengatakan nyeri yang dirasakan berkurang
O : - Tanda – tanda vital dalam batas normal
Tekanan Darah : 110/70-80mmhg
Nadi : 60 – 100 x/menit
Suhu : 37°C Respirasi : 16 – 20 x/menit
- Skala nyeri : 4-5
- Ekspresi wajah pasien sedikit lebih tenang
A : masalah teratasi sebagian
P : pertahankan kondisi pasien

14
b) Intra anestesi :
1) Resiko gangguan pola napas
S:-
O : - Tanda – tanda vital dalam batas normal :
Tekanan Darah : 100-120/70-80mmhg
Nadi : 60 – 100 x/menit
Suhu : 37°C Respirasi : 16 – 20 x/menit
- Irama nafas teratur
- Ekspansi dada simetris
- Tidak sianosis
A : masalah teratasi
P : pertahankan kondisi pasien
2) Resiko hipotensi :
S :-
O : - Tanda – tanda vital dalam batas normal :
Tekanan Darah : 100-120/70-80mmhg
Nadi : 60 – 100 x/menit
Suhu : 37°C
Respirasi : 16 – 20 x/menit
A : Masalah teratasi
P : pertahankan kondisi pasien
c) Post anestesi :
1) Nyeri post Op:
S : pasien mengatakan nyeri yang dirasakan berkurang
O : - Tanda – tanda vital dalam batas normal
Tekanan Darah : 100-120/70-80mmhg
Nadi : 60 – 100 x/menit
Suhu : 37°C
Respirasi : 16 – 20 x/menit
- Skala nyeri : tidak dapat dikaji (dalam pengaruh obat anestesi)
- Ekspresi wajah pasien nyaman atau tenang
A : masalah teratasi
P : pertahankan kondisi pasien

15
E. DAFTAR PUSTAKA

Ice, Doni. (2017). WOC https://bangsalsehat.blogspot.com/2017/10/asuhan-


keperawatan-askep-pada-pasien-dengan-batu-ginjal.html. (online)

Hidayah, dkk. Hubungan Lokasi batu ureter dengan Manifestasi Klinis Pada Pasien
Ureterolithiasis di RSKB An Nur Yogyakarta. JKKI, Vol.5,No.2,Mei-agustus
2013

Nahdi. Nefrolithiasis dan Hidronefrosis Sinistra dengan Infeksi Saluran Kemih Atas.
Medula, Vol 1, NO. 4, Oktober 2013

16
ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI
PASIEN Tn. N DILAKUKAN TINDAKAN OPERASI LITOTRIPSI
DENGAN TINDAKAN ANESTESI REGIONAL ANESTESI
DI RUANG IBS RST dr. SOEPRAOEN MALANG
PADA TANGGAL 08 MARET 2023

I. PENGKAJIAN
A. Pengumpulan Data
1. Anamnesis
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 59 Tahun
Jeniskelamin : Laki - Laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku Bangsa : WNI
Status perkawinan : Nikah
Golongan darah :-
Alamat : Mulyorejo , Kec. sukun, Kab.Malang
No. RM : 215097
Diagnosa medis : Batu Ureter
Tindakan Operasi : Litotripsi (URS)
Tanggal MRS : 08/03/2023
Tanggal pengkajian : 09/03/2023 Jam Pengkajian : 08:00
Jaminan : BPJS

2) Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. N
Umur : 56 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SAM
Pekerjaan : IRT
Suku Bangsa : WNI
Hubungan dg Klien : Istri
Alamat : Mulyorejo , Kec. sukun, Kab.Malang

17
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
a) Saat Masuk Rumah Sakit
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri pinggang sebalah
kanan.
b) Saat Pengkajian
Perut bagian bawah nyeri
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan nyeri pinggang sebelahkanan sudah 2 hari.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan belum pernah operasi sebelumnya. Tidak ada alergi
makan maupun obat, serta tidak tidak ada penyakit penyerta.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang memiliki penyakit
kronik maupun yang menular lainnya.
5) Riwayat Kesehatan
- Sebelumnya pernah masuk Rumah Sakit? ya/tidak. Jika ya, pasien
mengatakan pernah di rawat karna mag
- Riwayat operasi sebelumnya : ya/tidak. tahun: jenis:
Komplikasi:
- Riwayat anestesi sebelumnya : ya/tidak. tahun: jenis :
Komplikasi:
- Apakah pasien pernah mendapatkan transfusi darah? ya/tidak
- Apakah pasien pernah didiagnosis penyakit menular? ya/tidak Jika ya,
sebutkan……
- Khusus pasien perempuan :
Jumlah kehamilan:
jumlah anak :
mensturasi terakhir :
menyususi : ya/tidak
6) Riwayat pengobatan/konsumsi obat:
a) Obat yang pernah dikonsumsi:
b) Obat yang sedang dikonsumsi:
7) Riwayat Alergi : ya/tidak, jika ya, sebutkan :
8) Kebiasaan :
a) Merokok : ya/tidak , jika ya,jumlah : 1 bungkus/hari
b) Alkohol : ya/tidak , jika ya,jumlah : -
c) Kopi/teh/soda : ya/tidak , jika ya,jumlah :-1-2 gelas/hari

c. Pola Kebutuhan Dasar


1) Udara atau oksigenasi
Sebelum Sakit
- Sirkulasi udara : Normal

18
- Lainnya :-
Saat Ini
- Gangguan pernafasan : ya/tidak
- Alat bantu pernafasan : ya/tidak
- Sirkulasi udara : Normal
- Keluhan : ya/tidak
- Lainnya :-
2) Cairan dan elektrolit
Sebelum Sakit
- Frekuensi : ± 8 gelas/hari
- Jenis : air putih, teh/kopi
- Cara : minum
- Lainnya : kopi 1-2 gelasperhari
Saat Ini
- Frekuensi : ± 8 gelas/hari
- Jenis : air putih
- Cara : minum
- Minum Terakhir : tado malam sekitar jam 22.00 WIB
- Keluhan : haus
- Lainnya : terpasang infus sebelah kanan dengan cairan NaCl
0,9 %

3) Nutrisi/
makanan
Sebelum
Sakit
- Frekuensi : 3 x sehari
- Jenis : padat
- Porsi : 3-4 x/hari
- Diet khusus : Tidak Ada
- Makanan yang disukai :-
- Napsu makan : baik
- Lainnya :-
Saat ini
- Frekuensi : Puasa
- Jenis :-
- Porsi :-
- Diet khusus : Tidak Ada
- Makanan yang disukai :-
- Napsu makan : Baik
- Puasa terakhir : 10 jam yang lalu
- Keluhan : Haus
- Lainnya :-

19
4) Eliminasi
a) BAB
Sebelum sakit
- Frekuensi : 1-2 kali/hari
- Konsistensi : padat
- Warna : kining kecoklatan
- Bau : khas
- Cara (spontan/dg alat) : Spontan
- Lainnya :-
Saat ini
- Frekuensi : Belum pernah BAB sejak kemrin sore
- Konsistensi :-
- Warna :-
- Bau :-
- Cara (spontan/dg alat) :-
- Keluhan : Tidak ada
- Lainnya :-

b) BAK
Sebelum sakit
- Frekuensi : 4-5 kali/hari
- Konsistensi : cair
- Warna : kuning
- Bau : amoniak
- Cara (spontan/dg alat) : spontan
- Lainnya :-
Saat ini
- Frekuensi : Hanya sekali sejak pagi
- Konsistensi : cair
- Warna : kuning
- Bau : amoniak
- Cara (spontan/dg alat) : spontan
- Keluhan : tidak ada keluhan saat BAK
- Lainnya :-

5) Pola aktivitas dan istirahat


a) Aktivitas
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Makan dan minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total

20
b) Istirahat Dan Tidur
Sebelum sakit
- Apakah anda pernah mengalami insomnia? ya/tidak
- Berapa jam anda tidur: malam 7-8 jam, siang 1-2 jam,
Saat ini
- Apakah anda pernah mengalami insomnia? ya/tidak
- Berapa jam anda tidur: malam 6 jam, siang –
-
6) Interaksi Sosial
- Hubungan dengan lingkungan masyarakat, keluarga, kelompok, teman :
BAIK
7) Pemeliharaan Kesehatan
- Rasa Aman : tetap dipertahankan
- Rasa Nyaman : tetap dipertahankan
- Pemanfaatan pelayanan kesehatan : BPJS
8) Peningkatan fungsi tubuh dan pengimbangan manusia dalam kelompok
sosial sesuai dengan potensinya.
- Konsumsi vitamin :-
- Imunisasi : 2 kali vaksin Covid
- Olahraga :-
- Upaya keharmonisan keluarga : BAIK
- Stres dan adaptasi : cemas karna belum pernah operasi
sebelumnya

2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kesadaran : komposmetis / apatis / delirium/ somnolen / sopor/ koma
GCS : 15. Verbal :5, Motorik : 6, Mata : 4
Penampilan : tampak sakit ringan
Tanda-tanda Vital : Nadi = 98x/menit, Suhu =36 0 C, TD =128/78 mmHg.
RR =22 x/menit, Skala Nyeri: 2-3
BB: 71 Kg, TB:167 Cm, BMI: 25,5
Lainnya: -
b. Pemeriksaan 6 B
B1 (BREATHING)
- Wajah :
□ Normal (√) □Dagu Kecil □ Edema
□ Gigi palsu □ Gigi goyang □ Gigi maju
□ Kumis/ jenggot (√) □ mikrognathia □ Hilangnya gigi
- Kemampuan membuka mulut < 3 cm □Ya □Tidak
- Jarak Mentum . hyoid < 3 cm : □Ya □Tidak
- Jarak Hyoid - Thyro - Mental < 2 cm □Ya □Tidak (√)

21
- Cuping hidung □Ya □Tidak (√)
- Mallampati Skor : □ I (√) □ II □ III □ IV
- Kelenjar tiroid : ukuran - intensitas –
- Obstruksi Jalan Napas
(√) Tidak ditemukan □ Tumor
□ Gigi maju □ Stridor
□ Batuk □ Sekret, karakteristik…….., Jumlah:…….
- Bentuk Leher : (√) Simetris □ Asimetris
 Mobilitas Leher : □ kaku (√) Bebas
 Ketebalan kulit leher : (√)Ya □Tidak
 Leher pendek : □Ya (√)Tidak
 Dapatkah pasien menggerakkan rahang ke depan?
(√) Ya □ Tidak
 Dapatkah pasien melakukan ekstensi leher dan kepala?
(√) Ya □ Tidak
 Apakah pasien menggunakan collar?
□ Ya (√) Tidak
- Thorax:
 Bentuk thorax : (Normal chest / Pigeon chest / Funnel chest / Barrel
chest/ Simetris/ Asimetris)
 Pola napas : (Eupnea / Takipneu / Bradipnea / Apnea / Chene Stokes /
Biot’s / Kusmaul )
 Irama regular/irregular
 Retraksi otot bantu napas : Retraksi intercosta ( + / - ), retraksi
suprasternal ( + / - ), Sternomastoid ( + / - )
 Nyeri saat inspirasi : □ ada (√) tidak
 Nyeri saat ekspirasi : □ ada (√) tidak
 Penggunaan alat bantu nafas: tidak
 Pemeriksaan taktil / vocal fremitus : getaran antara kanan dan kiri
teraba (sama / tidak sama). Lebih bergetar sisi -
 Perkusi paru : (√) sonor □ hipersonor □ dullness
 Suara napas :
a. Area Vesikuler : ( bersih / halus / kasar )
b. Area Bronchial : ( bersih / halus / kasar)
c. Area Bronkovesikuler : ( bersih / halus / kasar )
 Suara Ucapan
Terdengar : Bronkophoni (+/-), Egophoni (+/-), Pectoriloqy (+/-)
 Suara tambahan
Terdengar : Rales ( + / - ), Ronchi ( + / - ), Wheezing ( + / - ), Pleural
fricion rub ( + / - )
Lainnya:……………

B2 ( BLOOD )
- Konjungtiva : □ anemis (√)tidak

22
- Kulit : Pucat : ada/ tidak
- Vena jugularis : pembesaran □ ya □ (√)tidak
- Ictus cordis ( - ), pelebaran ........cm
- Perdarahan: ada /tidak Jumlah perdarahan:
- Pulsasi pada dinding torak teraba : ( Lemah / Kuat / Tidak teraba )
- Batas-batas jantung normal adalah :
 Batas atas : ………………….. ( N = ICS II )
 Batas bawah : …....................... ( N = ICS V)
 Batas Kiri : …………………... ( N = ICS V Mid Clavikula Sinistra)
 Batas Kanan : ……………….. ( N = ICS IV Mid Sternalis Dextra)

- BJ I : □ (√)tunggal □ ganda □ (√)regular □ irreguler


- BJ II : □ (√)tunggal □ ganda □ (√)regular □ irregular
- Bunyi jantung tambahan : BJ III ( - ), Gallop Rhythm ( - ), Murmur ( - )

B3 ( BRAIN )
- Kaku kuduk: ada/tidak
- Kejang: ada/tidak
- Tremor: ada/tidak
- Nyeri kepala: ada/tidak
- Pupil: isokor/unisokor/midriasis/miosis/tidak ada reaksi
- Reflek fisiologis tidak terkaji
a. Reflek bisep ( + / -)
b. Reflek trisep ( + / -)
c. Reflek brachiradialis ( + / -)
d. Reflek patella ( + / -)
e. Reflek achiles ( + / -)

B4 (BLADDER)
- Nyeri saat BAK : ada/tidak
- Pancaran urin : kuat/lemah
- Urine disertai darah : ada/tidak Poliuri/oliguria/anuria/retensi
urin/inkontensia
- Gagal ginjal : □Ya □ (√)Tidak
- Infeksi saluran kemih : □Ya □ (√)Tidak
- Produksi urine : + 300cc sejak semalam pukul 24:00

- Retensi urine : □Ya □(√) Tidak


- Cystostomy : □Ya □ (√)Tidak

B5 ( BOWEL)
- Frekuensi peristaltic usus : normal 10x/menit
- Mual : ada/tidak
- Muntah: ada/tidak

23
- Nyeri telan: ada/tidak
- Nyeri ulu hati: ada/tidak
- Nyeri perut: ada/tidak
- Titk Mc. Burney : (√)nyeri tekan □ nyeri lepas
- Borborygmi : □Ya □(√)Tidak □ nyeri menjalar
- Pembesaran hepar : □Ya □ (√)Tidak
- Distensi : □ (√)Ya □Tidak
- Asites : □ shiffing dullness □ undulasi (√)tidak diperkusi
- Colostomy : □Ya □ (√)Tidak

B6 (BONE)
a) Pemeriksaan Tulang Belakang :
- Kelainan tulang belakang: Kyposis (-), Scoliosis (-), Lordosis (-),
Perlukaan (-), infeksi (-), mobilitas (leluasa/terbatas), Fibrosis (-),
HNP (-)
- Lainnya……………………..
b) Pemeriksaan Ekstremitas
- Ekstremitas Atas
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris / asimetris), Jejas (-),
deformitas (-), fraktur(-), terpasang gips (-), Traksi (-), atropi otot (-),
IV line: terpasang di vena radialis lengan kanan ukuran abocatch 20,
tetesan: 20 tetes/menit cairan NaCl 0,9%..
ROM: aktif, CRT >3dt
Lainnya ; Akral dingin basah pucat
- Ekstremitas Bawah :
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris / asimetris), Jejas (-),
deformitas (-), fraktur (-), terpasang gips (-), Traksi (-), atropi otot
(-),
ROM : aktif, CRT: >3dt
Lainnya:…………….
Kesimpulan palpasi ekstermitas :
- Edema :

Neg Neg

Neg Neg

- Uji kekuatan otot :


5 5

5 5

24
3) Data Penunjang Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
HEMATOLOGI
Eritrosit (RBC) 5,4110^6/uL 3.50 – 5.50 10^6/uL
Hematokrit (HCT) 45,2 % 37.0 – 48.0 %
Hemoglobin (HGB) 13,6 g/dL 11.0 – 16.0 g/dL
Leukosit (WBC) 7,09 10^3/uL 4.00 – 10.00 10^3/uL
Trombosit (PLT) 24710^3/uL 150 – 450 10^3/uL
PCT 0.122 0.108-0.282
PDW 14,8 9.0-17.0
RDW-CV 13,5 11.0-56.0
RDW-SD 42,6 35.0-56.0
HEMOSTASIS
Waktu pembekuan (CT) 8.30 mnt 6 – 15 mnt
Waktu perdarahan (BT) 3.00 mnt 2 – 6 mnt
IMUNOLOGI
SARS- CoV-2- Antibody Non Reaktif Non Reaktif
Test
URINE
Albumin (Prot.Urine) Trace Negatif
Asam Urat Negatif Negatif
Bakteri Negatif Negatif
Berat Jnis (SG) 1.020 1.003-1.030
KIMIA KLINIK
Glukosa sewaktu 112 mg/dl 80-120
SGOT 19 U/L <35
SGPT 16U/L <41
Ureum 35.3 mg/dl 18-55
Creatinin 0,65 mg/dl 0,67-1.17

b. Pemeriksaan Radiologi :
EKG NSR
Hasil Pemeriksaan radiologi : Foto thoraks normal
Foto abdomen terdapat massa dalam saluran
kencing
c. Lain-lain : -
Hasil pemeriksaan : -
d. Therapi Saat ini : -
4) Pertimbangan Anestesi
a. Faktor penyulit : Usia dan Efek obat anestesi RA
b. Jenis Anestesi : Regional anestesi
Indikasi : untuk pembedahan daerah eksremitas bawah
c. Teknik Anestesi: SAB
Indikasi : Rencana dilakukan operasi litotripsy (URS) dengan regional anestesi
dikarenakan operasi didaerah ekstermitas bagian bawah. Pasien terblok mulai dari

25
perit hingga ekstermitas bawah.

d. Persiapan Alat:
- Aparatus Anestesi
- STATICS
- Alat lainnya : Wadah Steril, Com (isi Alkohol), Spoit 5 cc, handscoen steril,
jarum spinal
e. Obat Anestesi
- Pre-medikasi : dexamethasone 2 ampul
- Obat Spinal : Bupivacain
- Obat antiemetic : ondansetrone 1 ampul
- Obat analgetik : ketorolac 1 ampul
- Obat Antibiotik : Cepazoline 1 gram
- Obat life safing : Efedrine, epinefrin, Sulfat atropin
f. Cairan
Kristaloid
Jenis : Ringer Laktat
Jumlah : 1000 ml

5) Kesimpulan status fisik (ASA) : Kesimpulan stautus fisik (ASA) : ASA I

26
B. ANALISA DATA

Data Masalah Kesehatan Anestesi


Pra Operasi (etiologi sehingga timbul masalah)
DS: Hambatan aliran urineperistaltik
- Pasien mengatakan nyeri perut sebelah otot polos uretetekanan intra
kanan luminalpenegangan syarafnyeri
- Nyeri seperti ditusuk.
koliknyeri akut.
- Nyeri hilang timbul.

DO:
- Wajah menyeringai Masalah:
- Sekala nyeri pasien 4. Nyeri Akut
- Nyeri tekan di perut sebelah kanan.
- TTV
T : 128/78 mmHg
N : 98x/mnt
RR : 22x/mnt
DS: Pasien mengeluh nyeri pada perut
Pasien mengatakan belum pernah operasi sebelah kananharus dilakukan
sebelumnya. pembedahanpasien takut/ stres
cemas.
DO:
Pasien tampak gelisah.
TTV
T : 128/78 mmHg Masalah:
N : 98x/mnt Cemas
RR : 22x/mnt

Data
Masalah kesehatan anestesi
Intra Operasi
DS : Pasien mengatakan agak sesak Dilakukan spinal anestesi blok saraf
DO: simpatis  mempengaruhi saraf
Terpasng kanul nasal O2 3 liter/menit diafragma terjadi risiko gangguan pola
TTV : nafas
TD : 105/70 mmHg,
N : 80x/i,
RR : 22x/i Masalah:
Risiko ganguan pola nafas
- DS : - Dilakukan spinal anestesi blok saraf
DO: simpatis  penurunan tekanan darah
Terpasang infus di tangan kanan dengan arteri  risiko Hipotensi
cairan NaCl 0,9 %
TTV : Masalah:
TD : 105/70 mmHg, Risiko Hipotensi

27
N : 80x/i,
RR : 22x/i
Data
Masalah kesehatan anestesi
Pasca Operasi
DS : Hasil dilakukan pembedahan dan
- Pasien mengatakan kakinya mulai bisa di dimasukkan alat invasive ke dalam
gerakkan saluran kandung kemihluka
- Pasien mengatakan terasa pedis area operasinyeri post operasi.
selangkangan (skala nyeri 3-4)
DO :
- kaki pasien nampak bisa bergerak Masalah :
- Terpasang kanul nasal Nyeri Pasca operasi
- TTV :
TD : 120/80 mmHg,
N : 98x/i,
RR : 20x/i,

C. MASALAH KESEHATAN ANESTESI


1. PRA ANESTESI
a) Nyeri Akut
b) Cemas
Alasan prioritas: Nyeri akut prioritas pertama, karena dengan nyeri yang tidak
segera diatasi akan mengakibatkan kegelisahan dan kecemasan, pada pasien
yang akan menjalani operasi.

2. INTRA ANESTESI
a) Risiko gangguan pola nafas
b) Risiko hipotensi
Alasan prioritas : Resiko gangguan pola nafas sebagai prioritas pertama, karena
jika terjadi dan tidak ditangani secepatnya, dapat mengakibatkan terjadinya
penurunan kesadaran.

3. PASCA ANESTESI
a) Nyeri pasca operasi
Alasan prioritas : Nyeri pasca operasi menjadi prioritas dikarenakan bila tidak
teratasi maka pasien memiliki trauma pada pembedahan dan gangguan
hemodinamik tidak stabil.

28
D. RENCANA TINDAKAN INTERVENSI
• Pra Anestesi
Nama : Tn. S No. CM : 215097
Umur : 59 tahun Dx : Sistoscopy Batu Ureter Dextra
Jenis kelamin : Laki-laki Ruang : IBS RST
Rencana Tindakan
No Problem (Masalah)
Tujuan Intervensi
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan kepenataan anestesi a) Observasi TTV
(pre anestesi) selama 30 menit diharapkan nyeri yang b) Observasi derajad, durasi lokasi dan
dirasakan pasien berkurang dengan kriteria hasil karakteristik nyeri.
c) Lakukan teknik komunikasi terapeutik.
a) Pasien mangatakan nyeri berkurang atau
d) Ajarkan teknik relaksasi.
hilang e) Kolaborasi dengan dokter pemberian
b) Pasien tampak tenang. premedikasi inj petidin 50mg/im.
c) Ekspresi wajah rileks.
d) TTV dalam batas normal
TD : 100-120/70-80 mmHg,
N : 60-100 x/mnt
RR : 16-24 x/mnt.

2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan a) Observasi TTV


Cemas anestesi diharapkan kecemasan teratasi b) Ajarkan teknik relaksasi
dengan kriteria hasil : c) KIE pasien terkait jenis tindakan yang akan
a) Pasien mengatakan mengerti kondisinya saat dilakukan
ini. d) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
premedikasi midazolam 2.5mg.
b) Pasien tenang tidak gelisah.
c) TTV dalam batas normal
TD : 100-120 / 70-80 mmHg
N : 60-100 x/mnt ,
RR 16-24 x/mnt

29
ASSESMEN PRA INDUKSI/
RE- ASSESMEN
Tanggal : 9 Maret 2023
Kesadaran : composmentis Kesiapan obat-obatan:
Tekanan darah: 128/78 mmHg, Nadi :98 x/mnt. 2) Obat anestesi □ √Siap
RR : 22x/mnt Suhu : 360C □√ Midazolam □ ………
Saturasi O2 : 99% □√ Bupivacain □ ………
Gambaran EKG : sinus takikardia □ √ Fentanyl □ ………
Pemasangan IV line : □√ 1 buah □ √ Keterolac □ ………
Kesiapan cairan infus dan darah □ √tidak □ √ Ondansentron □ ………
jenis □ tidak □ ……… □ ………
□ ………
Kesiapan mesin anestesi : □√ Siap □ ………
Kesiapan peralatan anestesi : 3) Obat emergensi □ √Siap
General anestesi □ √Siap □ √ Epedrine □ √ Dexametason
□ ………
Regional anestesi □ √Siap □ √ SA
□ ………
Sumber gas medik : □√ Siap □ ……… □ Epineprine
□ ………
□ Aminopilin
□ ………
□ Lidocain
Penyakit yang diderita : □ Tidak ada □√ Ada, Sebutkan : Mag
Gigi palsu : □ √ Tidak ada
Alergi : □ √ Tidak ada
Kontak lensa : □ √ Tidak ada
Penggunaan obat sebelumnya: □ √Tidak ada
CATATAN LAINNYA:

30
Rencana Intervensi
No Problem (Masalah)
Tujuan Intervensi
1. Risiko gangguan pola Setelah dilakukan tindakan kepenataan a) Berikan O2 dengan nasal kanul 2-3 L
nafas anestesi selama 15 menit gangguan pola b) Observasi selang O2 tidak terlipat
napas tidak terjadi dengan kriteria hasil : c) Observasi penggunaan napas bantuan dan
a) Kebutuhan O2 pasien terpenuhi perkembangan dada pasien
b) Irama napas teratur d) Observasi TTV
c) Ekspansi dada teratur dan simetris
d) TTV pasien dalam batas normal :
TD : 100 – 120 / 70 – 80 mmhg
Nadi : 60 – 100 x/menit
Respirasi : 16 – 24 x/menit

2. Risiko hipotensi setelah dilakukan tindakan kepenataan a) Observasi TTV pada monitor
anestesi selama 5 menit resiko hipotensi b) Jika TD turun berikan ephedrine secara
dapat teratasi dengan kriteria hasil : bertahap
TTV dalam batas normal : c) Pastikan posisi px tidak dalam keadaan head
TD : 100 – 120 / 70 – 80 mmhg down
Nadi : 60 – 100 x/menit
Respirasi : 16 – 24 x/menit

31
Rencana Intervensi
No Problem (Masalah)
Tujuan Intervensi
1. Nyeri pasca operasi setelah dilakukukan tindakan kepenataan a) Observasi TTV.
(pasca anestesi) anestesi selama 60 menit nyeri pasca b) Observasi derajad, durasi lokasi dan
operasi dapat berkurang dengan kriteria hasil karakteristik nyeri.
: c) Lakukan teknik komunikasi terapeutik.
a) Tanda – tanda vital dalam batas normal : d) Ajarkan teknik relaksasi dan desktraksi.
TD : 100 – 120 / 70 – 80 mmhg e) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian inj
Nadi : 60 – 100 x/menit ketorolac 30 mg/iv
Respirasi : 16 – 20 x/menit
b) Nyeri yang dirasakan pasien berkurang (
1 – 3 nyeri ringan )
c) Pasien dapat beristirahat dengan nyaman
d) Ekspresi wajah pasien nyaman atau
tenang

32
E. IMPLEMENTASI
Nama : Tn. S No. CM : 215097
Umur : 59 tahun Dx : Sistoscopy Batu Ureter Dextra
Jenis kelamin : Laki-laki Ruang : IBS RST
1. Pra Anestesi

Masalah Kesehatan Nama &


Tanggal/Jam Implementasi Respons
Anestesi Paraf
9 Maret 2023 Nyeri Akut Melakukan observasi TTV. DS:
jam 08.00 Melakukan observasi derajad, durasi - pasien mengatakan nyeri yang
WIB lokasi dan karakteristik nyeri. dirasakan berkurang.
Melakukan teknik komunikasi DO:
terapeutik. - pasien tampak tenang.
Mengajarkan teknik relaksasi. - ekspresi wajah pasien rileks.
Berkolaborasi dengan dokter - TTV :
pemberian premedikasi inj petidin TD 128/78mmHg,
50mg/im. N : 80x/i,
RR : 20x/i

Cemas Melakukan observasi TTV. DS :


9 Maret 2023
mengajarkan teknik relaksasi. - Pasien menyatakan siap
jam 08.30
Memberikan KIE pasien terkait jenis dilakukan operasi.
WIB tindakan yang akan dilakukan. - Pasien tampak tenang dan
Berkolaborasi dengan dokter dalam kooperatif
pemberian obat premedikasi DO :
midazolam 2.5mg
- pasien tenang tidak gelisah.
TD : 128/78 mmhg ,
N :80x/mnt,
RR :20 x/mnt

33
2. Intra Anestesi

Masalah Kesehatan Nama &


Tanggal/Jam Implementasi Respons
Anestesi Paraf
9 Maret 2023 Risiko gangguan pola a) Memerikan O2 dengan nasal kanul DS : -
jam 09.00 nafas 2-3L DO :
WIB b) Mengobservasi selang O2 tidak
terlipat Tanda – tanda vital dalam batas
c) Mengobservasi penggunaan napas normal :
bantuan dan perkembangan dada TD : 105/70 mmhg
pasien N : 80 x/menit
d) Mengobservasi TTV RR : 20 x/menit
Sat : 100%
- Irama nafas teratur
- Ekspansi dada simetris
- Tidak sianosis

9 Maret 2023 Resiko Hipotensi a) Mengobservasi TTV pada monitor DS :-


jam 09.30 b) Memberikan ephedrine secara DO :
WIB bertahap jika TD pasien turun
- Tanda – tanda vital dalam batas
c) Memastikan posisi px tidak dalam
normal :
keadaan head down
TD : 105/70 mmhg
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
Sat : 100%

34
3. Pasca Anestesi

Masalah Kesehatan Nama &


Tanggal/Jam Implementasi Respons
Anestesi Paraf
9 Maret 2023 Nyeri pasca operasi a) Melakukan observasi TTV. DS :
jam 10.15 WIB b) Melakukan observasi derajad, - Pasien mengatakan kakinya mulai
durasi lokasi dan karakteristik bisa di gerakkan
nyeri. - Pasien mengatakan terasa pedis
c) Melakukan teknik komunikasi area selangkangan (skala nyeri 3-
terapeutik. 4)
d) Mengajarkan teknik relaksasi dan DO :
desktraksi.
Ekspresi pasien rileks dan tenang..
e) Berkolaborasi dengan dokter dalam
Tanda tanda vital dalam batas
pemberian inj ketorolac 30 mg/iv.
normsl
TD : 121/72 mmhg
N : 82 x/mnt
RR : 20 x/mnt

35
F. CATATAN PERKEMBANGAN

Masalah
Tanggal dan
Kesehatan Evaluasi Paraf
jam
Anestesi

9 Maret 2023 Nyeri post operasi S:


jam - Pasien merasa nyeri berkurang.
- Pasien mengatakan nyeri tidak begitu terasa saat bergerak.

O:
- Pasien tampak tenang.
- Ekspresi pasien rileks.
- Skala nyeri 1.
- Tanda-tanda vital :
TD : 117/65 mmHg

N : 76 x/mnt

RR : 18 x/mnt
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Observasi TTV
- Observasi derajat, durasi lokasi dan karakteristik nyeri.
- Lakukan teknik komunikasi terapeutik.
- Ajarkan teknik relaksasi.
- Kolaborasi dengan dokter pemberian premedikasi inj fentanyl 50 mcg
- Berikan O2 nasal 2 lpm
- Setelah pasien memenuhi syarat kriteria pemulihan Bromage Score < 1
pasien bisa di pindahkan ke ruang perawatan bedah.

36
G. Serah Terima Kamar Operasi ke Ruang Pemulihan
Nama : Tn. S No. CM : 215097
Umur : 59 tahun Dx : Sistoscopy Batu Ureter (D)
Jenis kelamin : Laki-laki Ruang : IBS RST
S (Situation) Pasien atas nama : Tn.N , umur 57 tahun , Operasi di OK 6 dengan DPJP : Dr.R
SpU post operasi dengan Litotripsi (URS Dextra) a/i sistoscopy batu ureter dextra
pada tanggal 9 Maret 2023 jam 09.00 WIB.
B (Background) Riwayat penyakit pasien : mag
Alergi : tidak
- Terapi pre op dari DPJP : sebelum operasi : inf RL 20 tpm, inj ketorolac
30mg , ondansentron 4mg, Cefazoline 1gr
- Terpasang infus ditangan kanan
- Operasi Litotripsi pemasangan DJ Stent Sinistra.
- Obat yang diberikan durante Ops : Bupivacain 0,5 %, Injeksi Ondancetron
4 mg, Ketorolac 30 mg, Dexamethasone 5 mg
- Skala Nyeri : 4
Riwayat sebelumnya : Pasien dan keluarga sudah mengerti dan memahami
tentang penjelasan / KIE dari DPJP / Penata Anestesi thd tindakan yang akan
dilakukan
A (Assestment/Analisis)  Kesadaran : Composmentis
 Keluhan umum : nyeri daerah operasi dan kaki belum bisa bergerak
sempurna
 Pasien dengan post litotripsi( URS). kondisi saat ini suhu 36,6˚ C , SpO2 99 -
100% , Nadi : 84 x/mnt , TD : 120/80mmHg, GCS: 4/5/6, RR : 22x/mnt,
nafas spontan
 Pasien dilakukan pembiusan regional anestesi
 Keadaan Luka : tidak tampak. Hasil laboratorium dan X -Ray terlampir.

Pasien terpasang DJ Stent Dextra
R (Recommendation)  Observasi TTV pasien
 Pasang Warm Blanket
 Berkolaborasi dengan Dokter Anestesi untuk pemberian Inj. Pethidin
 Berkolaborasi dengan Dokter Anestesi untuk terapi nyeri
 Kaji pola nafas pasien dan pemberian oksigen nasal 2 L/mnt
 Kaji skala nyeri post ops
 Kaji balance cairan
 Gunakan kriteria pemulihan Bromage Score
 Foto post op BNO, hasil lapor DPJP Bedah Urologi
Nama dan Paraf yang Nama : sr. A Paraf
menyerahkan pasien
Nama dan paraf yang Nama : sr. E Paraf
menerima pasien

37
Infus
INTRA perifer : Tempat dan ukuran
ANESTESI Obat-obatan / Infus
1. Tangan Kanan ukuran abbocath 20  Bupivacain 0,5%
 Keterolac 30 mg
CVC :  Ondansentron 4mg
Posisi  Cefazoline 1gr
□ Terlentang □√ Lithotomi
□ Perlindungan mata  Dexametason 5mg
□ Prone □ Lateral □ Ka □ Ki □ Lain-lain  Infus RL 30 tpm
Premedikasi
□ Oral : -
□ I.M : -
□ I.V: Ondansentron 4mg, Keterolac 30mg, Cefazoline
1gr, Dexametason 5mg
N2O/O2/Air :O2
Induksi
□ Intravena : Midazolam 2,5mg Gas:Isof/Sevo/Des
%
□ Inhalasi : O2 nasal 2 lpm
Tata Laksana Jalan nafas RR N TD
Face mask No - Oro/Nasopharing (tidak 28 220
ETT No - Jenis - Fiksasi - cm 20 200
LMA No - Jenis- . 16 180
Trakhesotomi :- . N 12 160
Bronkoskopi fiberoptik : - .  Sis 8 180 140
Glidescope :- .  Dis 160 120
Lain-lain  :- + RR 140 100
Intubasi 120 80
□ Sesudah tidur □ Blind □ Oral □Nasal □ Ka  □ Ki 100 60
□ Trakheostomi 80 40
□ Sulit ventilasi : - 60 20
□ Sulit intubasi : - 0
□ Dengan stilet □ Cuff □ Level ETT □ Pack

38
Ventilasi
□ √Spontan □ Kendali □ Ventilator: TVRR Mulai anestesia X Selesai anestesia ←X Mulai pembedahan O→
PEEP Selesai pembedahan ←O
□ Konversi : Intubasi ↑ Ekstubasi ↓ Pemantauan
SpO2 %
Tindakan Anestesi PE CO2 mm
Hg
Teknik Regional/Blok Perifer FiO2
Jenis : Regional Anestesi Lain-lain :
Lokasi : Lumbal 4-5 Cairan infus ml
Jenis Jarum / No : 26 Darah ml
Kateter : □ Ya □ Tidak Fiksasi cm Urin ml
Perdarahan ml
Obat-obat : Bupivacain 0,5% Lama pembiusan : 5- 10 menit
Komplikasi : tidak Lama pembedahan : 45 menit
Hasil : □ Total Blok □√Partial Masalah Intra Anesstesi: 1.Risiko Gangguan pola nafas
□ Gagal 2. Risiko Hipotensi

39
PASCA ANESTESI

CATATAN PASIEN DI KAMAR PEMULIHAN :


Waktu masuk RR: Pk :10.15
Penata anestesi pengirim :Sr. A
Penata anestesi penerima :Sr.E
Tanda Vital : □TD: 121/76 mmHg □Nadi:78 x/menit □RR:18x/menit
□Temperatur : 36,6 C 0

Kesadaran : □ √Sadar betul □Belum sadar □Tidur dalam


Pernafasan : □ √Spontan □Dibantu □VAS
Penyulit Intra operatif : tidak
Instruksi Khusus : tidak

S S S
SKALA ALDRETT C C C
Frekuensi

Frekuensi

STEWARD BROMAGE
Tekanan

NYERI E O O O
SCORE SCORE
darah
napas

(Lingkar) SCORE R R R
nadi

E E E
28 220
Saturasi Gerakan penuh
20 200 0 Pergerakan
O2 dari tungkai
26 180 1
12 160 2 1
3 Pernapasa Tak mampu ekstensi
8 180 140 Pernafasan √
4 n tungkai
160 120
140 100 5
6 Tak mampu fleksi
120 80 Sirkulasi Kesadaran
7 lutut
100 60
80 40 8
9 Aktifitas Tak mampu fleksi
60 20
1 motorik pergelangn kaki
0
0
Kesadaran

40
Lama Masa Pulih :
Menginformasikan keruangan untuk menjemput pasien :
1. Jam :10.40 Penerima :Sr. E

KELUAR KAMAR PEMULIHAN


Pukul keluar dari RR : Pk. 10.50 ke ruang: □ √rawat inap □ ICU □Pulang
□ lain-lain:
SCORE ALDRETTE :tidak
SCORE STEWARD:tidak
SCORE BROMAGE: 1
SCORE PADSS (untuk rawat jalan): □ not applicable (tidak)
SCORE SKALA NYERI: □ Wong Baker:
Nyeri : □ tidak □ √ada
Risiko jatuh : □ tidak beresiko □ √resiko rendah □ resiko tinggi
Risiko komplikasi respirasi : □ √tidak □ ada
Risiko komplikasi kardiosirkulasi □ √tidak □ ada
Rsiko komplikasi neurolgi : □√ tidak □ ada
Lainya

INSTRUKSI PASCA BEDAH:


Pengelolaan nyeri : ketorolac 3x 30mg
Penanganan mual/ muntah : ranitidine 2x50mg
Antibiotika : Cefazoline 2x1 gr
Obat-obatan lain :
Infus :RL 20tpm
Diet dan nutrisi : Diet TKTP
Pemantauan tanda vital : Setiap 15 menit pertama Selama 30 menit
Lain-lain : tidak
Hasil pemeriksaan penunjang/obat/barang milik pasien) yang diserahkan melalui
perawat ruangan/ICU :
1) Hasil lab 2) hasil foto rontgen
3)

41
Serah Terima Ruang Pemulihan ke Ruang Rawat Inap

Nama : Tn. S No. CM : 215097


Umur : 59 tahun Dx : Sistoscopy Batu Ureter (D)
Jenis kelamin : Laki-laki Ruang : IBS RST
S (Situation) Pasien atas nama : Tn. , umur 57 tahun , Operasi di OK 6 dengan DPJP : Dr.R
SpU post operasi dengan Litotripsi (URS Dextra) a/i sistoscopy batu ureter dextra
pada tanggal 9 Maret 2023 jam 09.00 WIB dan keluar kamar operasi jam 10.15
WIB dan pasien keluar kamar pemulihan pukul 10.40 WIB

B (Background) Riwayat penyakit pasien : mag


Alergi : tidak
- Terapi pre op dari DPJP : sebelum operasi : inf RL 20 tpm, inj ketorolac
30mg , ondansentron 4mg, Cefazoline 1gr
- Terpasang infus ditangan kanan
- Operasi Litotripsi pemasangan DJ Stent Sinistra.
- Obat yang diberikan durante Ops : Bupivacain 0,5 %, Injeksi Ondancetron
4 mg, Ketorolac 30 mg, Dexamethasone 5 mg
- Skala Nyeri : 4
Riwayat sebelumnya : Pasien dan keluarga sudah mengerti dan memahami
tentang penjelasan / KIE dari DPJP / Penata Anestesi thd tindakan yang akan
dilakukan
A  Kesadaran : Composmentis
(Assestment/Analisis)  Keluhan umum : nyeri daerah operasi dan kedua kaki tidak bisa digerakkan
 Pasien dengan post litotripsi( URS sinistra). kondisi saat ini suhu 36,6˚ C ,
SpO2 99 - 100% , Nadi : 84 x/mnt , TD : 120/80mmHg, GCS: 4/5/6, RR :
22- 24x/mnt nafas spontan
 Pasien dilakukan pembiusan regional anestesi
 Keadaan Luka : tidak tampak. Hasil laboratorium dan X -Ray terlampir.
- Pasien terpasang DJ Stent Sinistra
- Terapi post opererasi sesuai instruksi DPJP : ketorolac 3 x 30mg,
ranitidine 2x50 mg

R (Recommendation) Foto BNO post op bila ada hasil lapor Dokter Bedah Urologi
Kolaborasi dengan dokter anestesi bila pasien mengeluh nyeri

Nama dan Paraf yang Nama : Sr. E Paraf


menyerahkan pasien

Nama dan Paraf yang Nama : Sr. R Paraf


menerima pasien

42

Anda mungkin juga menyukai