A. TINJAUAN TEORI
I. Pengertian
Batu saluran kemih (urolitiasis) adalah adanya batu pada saluran kemih
yang bersifat idiopatik, dapat menimbulkan stasis dan infeksi. Mengacu
pada adanya batu (kalkuli) pada traktus urinarius.
Urolitiasis adalah pembentukan batu dalam saluran kemih. Batu saluran
kemih adalah keadaan tidak normal di dalam ginjal, mengandung komponen
kristal dan matriks organik yang khas dijumpai di kaliks atau pelvis dan bila
akan keluar dapat berhenti di ureter. (Bruner & Sudart2002).
Batu ureter pada umumnya berasal dari batu ginjal yang turun ke ureter.
Batu ureter mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan kemudian
keluar bersama kemih. Batu ureter juga bisa sampai ke kandung kemih dan
kemudian berupa nidus menjadi batu kandung kemih yang besar. Batu juga
bisa tetap tinggal di ureter sambil menyumbat dan menyebabkan obstruksi
kronik dengan hidroureter yang mingkun asimtomatik. Tidak jarang terjadi
hematuria yang didahului oleh serangan kolik. (R.Sjamsuhidayat,2006 )
Batu ginjal (kalkulus) adalah bentuk deposit mineral, paling umum
oksalat Ca2+ dan fosfat Ca2+ namun asam urat dan kristal lain juga
pembentuk batu. Meskipun kalkus ginjal dapat terbentuk dimana saja dari
saluran perkemihan, batu ini paling umum ditemukan pada pelvis dan kalik
ginjal. Batu ginjal dapat tetap asimtomatik sampai keluar kedalam ureter dan
atau aliran urine terhambat, bila potensial untuk kerusakan ginjal akut
(Doengoes, 2000 )
II. Etiologi
Penyebab pembentukan batu urinarius meliputi idiopatik, gangguan
aliran kemih, gangguan metabolisme, infeksi saluran kemih oleh
mikroorganisme berdaya membuat urease (Proteus mirabilis), dehidrasi,
benda asing, jaringan hati (nekrosis papil) dan multifaktor. Selain itu adapun
faktor faktor yang mempengaruhi pembentukan batu antara lain :
Factor Endogen : faktor genetik, hipersistinuria, hiperkalsiuria, dan
hiperoksaluria.
2
Factor Eksogen : factor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi, dan
kejenuhan mineral dalam air minum.
Teori pembentukan batu:
1.Teori inti (nukleus): kristal dan benda asing merupakan tempat
pengendapan kristal pada urin yang sudah mengalami supersaturasi
2.Teori matrik : Matrik organik yang berasal dari serum atau protein-protein
urin memberikan kemungkinan pengendapan kristal.
3.Teori inhibitor kristalisasi: Beberapa substansi dalam urin menghambat
terjadinya kristalisasi, konsentrasi yang atau absennya ini memungkinkan
terjadinya kristalisasi.
III.Patofisiologi
Berbagai penyebab yang dapat mengakibatkan terbentuknya batu
saluran kemih, salah satunya ada yang disebut factor endogen (factor
genetic, hipersistinuria, hiperkalsiuria, hiperoksaluria) dan factor eksogen
(factor lingkungan, makanan, pekerjaan, infeksi,dan kejenuhan mineral
dalam air minum). Adanya berbagai faktor tersebut diatas akan
menyebabkan pengendapan partikel-partikel jenuh (kristal dan matriks)
dalam nukleus (inti batu) yang selanjutkan akan mengakibatkan kelainan
kristaluria dan pertumbuhan kristal dan dapat mengakibatkan terbentuknya
batu pada saluran kemih (UROLITHIASIS). Pembentukan batu bisa terjadi
di ureter, bledder, dan pelvic renal.
. Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan
infeksi saluran kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih adalah
retensi urine, nyeri saat kencing, perasaan tidak enak saat kencing, kencing
tiba-tiba berhenti dan nyeri pinggang. Manifestasi infeksi berupa panas saat
kencing, kencing bercampur darah. Obstruksi saluran kemih yang tidak
mendapatkan penanganan dapat menyebabkan terjadinya komplikasi yaitu
hidronefrosis, sedangkan infeksi akan menyebabkan terjadinya komplikasi
yaitu pielonefrosis, urosepsis, dan pada akhirnya menyebabkan terjadinya
kerusakan fungsi ginjal yang permanen (gagal ginjal). Penatalaksanaan yang
dapat dilakukan pada pasien dengan batu saluran kemihyaitu salah satunya
dengan pembedahan (sectio alta), dimana pasien yang telah menjalani
3
pembedahan akan mengeluh nyeri pada luka operasi, terjadi hipertermi,
hematoria, kelemahan.
Adanya batu pada traktus urinarius tergantung adanya obstruksi dan
infeksi. Ketika batu menghambat aliran urine maka menyebabkan
peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi pada ginjal dan ureter. Infeksi
yang disertai demam, menggigil terjadi karena iritasi yang terus menerus.
Bila nyeri tekan pada area kosto vertebraldan muncul mual muntah maka
pasien sedang mengalami kolik renal. Diare dan ketidak nyamanan
abdominal terjadi karena reflek renointestinal ginjal ke lambung dan usus
besar.
IV. Manifestasi klinis
Adanya batu pada traktus urinarius tergantung pada adanya obstruksi
dan infeksi. Ketika batu menghambat aliran urine maka menyebabkan
peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi pada ginjal serta ureter. Infeksi
yang disertai demam, menggigil, disuria terjadi karena infeksi yang terusmenerus. Bila nyeri mendadak menjadi akut disertai nyeri tekan di seluruh
area kosto vertebral sehingga muncul mual dan muntah, maka pasien sedang
mengalami kolik renal. Diare dan ketidaknyamanan abdominal terjadi
karena reflex renointestinal ginjal ke lambung dan usus besar. Batu yang
terjebak
4
V. Komplikasi
1.Hidronefrosis yang terinfeksi merupakan komplikasi yang paling
mematikan karena adanya infeksi
5
Hormon paratiroid : Mungkin meningkat bila ada gagal ginjal. (PTH
merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum
dan kalsium urine).
Foto ronsen KUB : Menunjukkan adanya kalkuli dan/atau
perubahan
Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh
Caussy pada tahun 1950. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter
proksimal, atau batu buli-buli tanpa melalui tindakan invasive atau
pembiusan. Batu dipecahkan menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga
mudah dikeliarkan melalui saluran kemih.
c. Endourologi
1. PNL (Percutancous Nephro Litholapaxy) : mengeluarkan batu yang
berada di saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi system
kaliks melalui insisi kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecahkan
terrlebih dahulu.
6
2.Litotripsi : mencegah batu buli-buli atau batu uretra dengan
memasukkan alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli. Pemecah
batu dikeluarkan dengan evakuator Ellik.
3.Ureteroskopi atau uretero-renoskopi : memasukkan alat ureteroskopi
per uretram guna melihat keadaan ureter atau system pielokaliks ginjal.
Dengan memakai energy tertentu, batu yang berada di dalam ureter
maupun system pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan uteroskopi
atau uretero-renoskopi ini.
d. Bedah Laparoskopi
Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini
sedang berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu
ureter,
e. Bedah Terbuka
Pielolitotomi atau nefrolitotomi : mengambil batu di saluran ginjal.
Ureterolitototmi : mengambil batu di ureter.
Vesikolitotomi : mengambil batu di vesika urinaria.
Ureterolitotomi : mengambil batu di uretera.
2. Penatalaksanaan keperawatan
a.Pengurangan Nyeri
Kolaborasi dalam pemberian morfin atau meperiden, untuk mencegah
syok dan sinkop akibat nyeri yang luar biasa. Tindakan mandiri perawat
yang bisa mengurangi nyeri yaitu mandi air panas atau air hangat dan
teknik distraksi, relaksasi.
b. Penyuluhan Pasien tentang ESWL
ESWL terbukti efektif pada pasien rawat jalan ; oleh karena itu perawat
harus menyediakan instruksi perawatan di rumah dan pentingnya tindak
lanjut.
7
WOC UROLITHIASIS
Pre operasi
Faktor endogen :
Faktor genetik
Hipersistinuria
Hiperoksaluria
hiperkalsiuria
Faktor eksogen :
Lingkungan
Pekerjaan
Makanan
ISK oleh
mikroorganisme
URETER (URETOLITHIASIS)
Iritasi
lumen
hematuria
Nyeri saat miksi
Nyeri menjalar
dari pahagenetalia
Nyeri
akut
VESIKA URINARIA
(VESIKOLITHIASIS)
obstruksi
Regurgitasi
Oliguri
urine ke pelvic
Pancaran
miksi kecil renal
Retensi urine
hidronefrosis
Kerusakan
fungsi ginjal
Perubahan permanen
pola
eliminasi
GGK
Iritasi mukosa VU
Diskontinuitas
jaringan lokal
Kerusakan
pembuluh
darah
infeksi
unkompensatid
hematuria
Urosepsis
Pasien
tampak
cemas, gelisah
Ansietas
kompensatid
Meningkatny
a akumulasi
pertahanan
tubuh
Leukosit
meningkat
Infeksi
Terapi
GINJAL
(NEFROLITHIASIS)
obstruksi
iritasi
Menghambat aliran
urine
Tekanan hidrostatik
meningkat
Reflek Renointestinal
ginjal ke lambung
Diare
Kekurangan
volume
cairan
Resiko
pengulanga
n episode
urolithiasis
Infeksi
Demam, menggigil
Distensi
ginjal dan
ureter
Kuarang
informasi
Hipertermi
Kurang
Pengetahuan
9
Post operasi
(Pielolitotomi
atau
Pembedahan
nefrolitotomi,
Ureterolitototmi,
Terdapat luka
post operasi
Resiko infeksi
Terpasang
kateter
Perubahan pola
eliminasi
Kelemahan
Ps tampak
pucat
pusing
Keterbatasan
mobilisasi
fisik
30
Penjelasan WOC
Berbagai penyebab yang dapat mengakibatkan terbentuknya batu
saluran kemih, salah satunya ada yang disebut factor endogen (factor
genetic, hipersistinuria, hiperkalsiuria, hiperoksaluria) dan factor eksogen
(factor lingkungan, makanan, pekerjaan, infeksi,dan kejenuhan mineral
dalam air minum). Adanya berbagai faktor tersebut diatas akan
menyebabkan pengendapan partikel-partikel jenuh (kristal dan matriks)
dalam nukleus (inti batu) yang selanjutkan akan mengakibatkan kelainan
kristaluria dan pertumbuhan kristal dan dapat mengakibatkan terbentuknya
batu pada saluran kemih (UROLITHIASIS). Pembentukan batu bisa terjadi
di ureter, bledder, dan pelvic renal.
Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi
dan infeksi saluran kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih adalah
retensi urine, nyeri saat kencing, perasaan tidak enak saat kencing, kencing
tiba-tiba berhenti dan nyeri pinggang. Manifestasi infeksi berupa panas saat
kencing, kencing bercampur darah. Obstruksi saluran kemih yang tidak
mendapatkan penanganan dapat menyebabkan terjadinya komplikasi yaitu
hidronefrosis, sedangkan infeksi akan menyebabkan terjadinya komplikasi
yaitu pielonefrosis, urosepsis, dan pada akhirnya menyebabkan terjadinya
kerusakan fungsi ginjal yang permanen (gagal ginjal)
Dimana pasien yang telah menjalani pembedahan akan mengeluh
nyeri pada luka operasi, terjadi hipertermi, hematoria, kelemahan. Adanya
batu pada traktus urinarius tergantung adanya obstruksi dan infeksi. Jika
batu menyebabkan obstruksi akan terjadi restensi urin.
Dimana pada saat pembedahan terdapat luka dimana menimbulkan
resiko infeksi pada pasien. Dan di lakukan insisi pasca operasi
31
mengakibatkan munculnya nyeri akut. Pasien juga di pasang dower kateter
menyebabkan terjadi perubahan pola eleminasi urin. Dan kebutuhan pasien ti
bant oleh keluarga dan perawat menimbulkan keterbatasan mobilisasi fisik.
32
B. TINJAUAN ASKEP
I. PENGKAJIAN
a. Data subjektif
1). Pekerjaan monoton dengan lingkungan bersuhu dingin.
2). Nyeri kolin
3). Riwayat ISK kronis
4). Kencing berdarah
5). Perubahan pola berkemih
6). Mual, muntah
7). Demam
8). Riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout
9). Riwayat penyakit sebelumnya: gangguan metabolisme kalsium,
bedah
abdomen
10). Diare
11). Tidak minum air dengan cukup
12). Pola makan tinggi purin, kalsium, dan postat
13). Riwayat penggunaan minum alkohol.
b. Data Objektif
1). Keterbatasan aktifitas atau imobolisasi karena kondisi sebelumnya
(contohnya: cedera medulla spinalis, penyakit yang tidak sembuh)
2). Tekanan darah meningkat, nadi meningkat
3). Kulit pucat
4). Kencing bercampur darah
5). Muntah
6). Nyeri tekan abdomen
7). Menggigil
8). Diare
9). Distensi ginjal dan ureter
33
II. DIAGNOSA
PRE OPERASI
a. Perubahan pola eleminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik,
inflamasi stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal/ureter.
b. Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi/dorongan kontruksi
ureteral, trauma jaringan, pembentukan edema, iskemia seluler.
c. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
d. Infeksi behubungan dengan diskontinuitas jaringan lokal
e. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output berlebih: diare,
muntah (iritasi saraf abdominal dan pelvik dari ginjal atau kolik
ureteral), diurisis pasca obstruksi.
f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia,
mual, muntah.
g. Ansietas berhubungan dengan
potensial
h. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan belajar
berhubungan dengan kurang mengingat, salah interpretasi informasi,
tidak mengenal sumber informasi.
i. Resiko kekambuhan berhubungan dengan ketidakpatuhan terhadap
aturan terapeutik, tidak mau menerima perubahan pola hidup yang
sesuai.
POST OPERASI
a. Nyeri akut berhubungan dengan adanya trauma jaringan sekunder akibat
operasi atau pembedahan
b. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan trauma jaringan
akibat pemasangan dower kateter
c. Resiko infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme
sekunder akibat pembedahan. (luka opersai) dan tindakan invasif
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan metabolik
sekunder terhadap operasi
34
e. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakitnya
dan perawatan diri di rumah.
III. INTERVENSI
Pre operasi
Dx1
Rencana
Rencana
Rasional
Perubahan
Tujuan
Tindakan
Setelah
dilakukan 1. Pantau pemasukan 1.
pola
asuhan keperawatan
an informasi
eliminasi
selama
karakteristik urine
tentaang fungsi
b/d
diharapkan
obstruksi
eliminasi
mekanik,
diatasi
inflamasi
krriteria hasil :
stimulasi
Berkemih dengan
3x24
jam
pola
Memberik
ginjal, contoh
dapat
infeksi dan
dengan
perdarahan.
2. Dorong
2.
Kalkulus
meningkatkan
dapat
pemasukan urine
menyebebkan
kandung
jumlah
kemih
(1200-1500cc/hari)
eksitabilitas
oleh batu,
saraf
iritasi
seperti biasa
menyebabkan
ureter/ginj
al
Tidak
normal
yang
sensasi
mengalami
kebutuhan
tanda obstruksi
3. Tentukan
pola
berkemih
normal 3.
pasien
berkemihsegera
dan
Peningkat
perhatikan variasi
an
hidrasi
membilas
bakteri,
darah,
lewatnya batu.
status 4.
Akumulasi
kesadaran
ketidakseimbang
an
elektrolit
35
dapat
5. Ambil urine untuk
kultur
menjadi
dan 5.
sensitivitas
Menentuk
an adanya ISK
yang merupakan
penyebab/
6. dalam pemberian
Dx2
Nyeri b/d
komplikasi
Meningkat
indikasi,
Ph
contoh
kan
asetazolamid(diamo
untuk
x),
menurunkan
alupurinol(Ziloprim)
pembentukan
dan antibiotik
batu asam
Rencana
Rencana
Rasional
Tujuan
Tindakan
Setelah
dilakukan 1.catat
lokasi, 1.membantu
lamanya
selama
intensitas(skala
frekuensi/
diharapkan
nyeri
dan
dorongan
gerakan
kontruksi
hilang
verbal,
kalkulus.
ureteral,
kriteria hasil :
peninggian TD dan
trauma
nadi,
jaringan,
Melaporkan nyeri
merintih.
pembentu
kan
edema,
iskemia
seluler
urine
3x24
jam
dengan
mengevaluasi
o-
contoh
tempat obstruksi
kemajuan
gelisah,
Tampak rileks
terhadap perubahan
pemberian
kejadian/karekteristi
analgesi
k nyeri
waktu.
sesuai
36
3.berikan
tindakan 3.meningkatkan
nyaman,
pijatan
contoh
punggung,
lingkungan istirahat
rileksasi,
menurunkan
tegangan
otot,
dan
meningkatkan
koping
4.bantu atau dorong 4.mengarahkan
penggunaan
nafas
kembali
berfokus,
perhatian
bimbingan,
membantu
imajinasi,
dan
dan
dalam relaksasi.
aktivitas terapeutik.
5.Perhatikan keluhan 5.obstruksi
peningkatan
atau
menetapnya
nyeri
abdomen
lengkap
ureter
dapat
menyebabkan
perforasi
dan
ekstravasasi
urine
kedalam
area perianal.
6.Kolaborasi
dalam 6.menghilangkan
pemberian analgetik
Dx3
Rencana
Rencana
Tujuan
Tindakan
rasa nyeri
Rasional
37
Hipertermi
Setelah diberikan
b/d proses
Asuhan
infeksi
Keperawatan selama
status
3 x 24 jam,
hypertermi
diharapkan suhu
mengetahui
2. Ajarkan
tubuh pasien
pentingnya
demam terjadi
menurun dengan
mempertahankan
peningkatan
kriteria hasil :
evaporasi yang
(sedikitnya
2000
memicu
batas normal
liter/hari)
untuk
timbulnya
(36,5oC-37,5oC)
mencegah
dehidrasi
dehidrasi, misalnya
sari
buah
2,5-3
liter/hari.
3. Berikan
kompres 3. menghambat
pusat simpatis
di hipotalamus
sehingga
terjadi
vasodilatasi
kulit
dengan
merangsang
kelenjar
keringat untuk
mengurangi
panas
tubuh
melalui
penguapan
4. Anjurkan
untuk
pakaian
klien 4. kondisi
memakai
yang
menyerap keringat
yang
mengalami
lembab
memicu
timbulnya
kulit
38
pertumbuhan
jamur.
Juga
akan
mengurangi
kenyamanan
klien,
mencegah
timbulnya
ruam kulit.
5. Kolaborasi
Dx 4
Rencana
dalam 5. Mempercepat
pemberian
penurunan
antipiretik
suhu tubuh
Rencana
Infeksi
Tujuan
Setelah diberikan
berhubung
asuhan keperawatan
tanda infeksi
terjadi atau
an dengan
(kalor,tumor,dolor,r
tidaknya
masuknya
diharapkan infeksi
ubor dan
infeksi
organisme
sekunder
criteria hasil :
Tidak ada tanda-
akibat
Tindakan
1. Observasi tanda-
Rasional
fungsiolaesa)
2. Observasi TTV tiap
6 jam
iritasi,
diskotinuit
seperti
pemantauan hasil
as jaringan
tumor,rubor,dolor,
WBC
3. Kolaborasi dalam
kalor dan
100x/s,
TD=120/80x/s,
R=16-20x/s)
perkembangan
3. Memantau
hasil lab WBC
dapat diketahui
terjadinya
fungsiolaesa
TTV dalam batas
(S=36,50C,N=60-
2. Mengetahui
klien
tanda infeksi
normal
1. Mengetahui
peningkatan
atau penurunan
4. Kolaborasi dalam
pemberian
analgetik
pada WBC
akibat infeksi.
4. Mempercepat
penyembuhan
39
infeksi
Dx 5
Rencana
Rencana
Rasional
Tujuan
Tindakan
Kekuranga Setelah
diberikan 1. Observasi intake dan 1. Membandingka
n volume asuhan keperawatan
output
elektrolit.
3x24
jam
cairan
dan
keluaran
aktual
dan
di
output
diharapkan
berlebih
membantu
(muntah
terkontrol
evaluasi adanya
dan diare)
kriteria hasil :
Keseimbangan
cairan
cairan
antisipasi
dengan
2. Catat adanya muntah
dan diare.
kerusakan
ginjal.
2. Muntah
elektrolit
dan
adekuat
(intake
diare
dan
output
berhubungan
dengan
balance)
TTV dalam batas
ginjal
R=16-20x/s)
Mukosa
bibir 4. Observasi
lembab,
turgor
kolik
karena
syaraf ganglion
seliaka
pada
lambung.
TTV 3. Mempertahanka
n keseimbangan
kulit
bibir,
cairan
elastis/membaik,
kulit.
dan
turgor
yang
dapat membantu
40
5. Mempertahanka
n volume cairan
dan menurunkan
mual
dan
muntah.
Dx 6
Rencana
Rencana
Rasional
Tujuan
Tindakan
Pemenuha Setelah
diberikan 1. Motivasi
pasien 1. Motivasi sangat
untuk
makan
penting
bagi
n nutrisi asuhan keperawatan
makanan
dan
penderita
kurang
selama 3x24 jam
suplemen makanan
anoreksia dan
dari
diharapkan
gangguan
gastrointestinal.
kebutuhan peningkatan asupan
berhubung
nutrisi
dengan 2. Tawarkan
makan 2. Makanan
makanan
dengan
an dengan kriteria hasil :
dengan
porsi
porsi sedikit tapi
kecil dan sering
masukan
BB
pasien
sering.
lebih
ditolerir
nutrisi
meningkat secara
oleh penderita
inadekuat
bertahap,
anoreksia.
keinginan
makan 3. Hidangkan
3. Meningkatkan
makanan
yang
pasien meningkat,
selera
makan
menimbulkan selera
dan rasa sehat
pasien mengatakan
dan menarik dalam
nafsu
makannya
penyajiannya.
4. Pelihara
higiene
meningkat,
oral
sebelum 4. Mengurangi
pasien
dapat
makan.
citarasa
yang
menghabiskan
tidak enak dan
merangsang
makanan
yang
selera makan.
telah disediakan.
5. Berikan obat yang
diresepkan untuk 5. Mengurangi
mengatasi
mual,
gejala
muntah
gastrointestinal
dan
perasaan
tidak enak pada
perut
yang
mengurangi
41
selera
makan
dan keinginan
terhadap
makanan.
Dx 7
Ansietas/
Rencana
Rencana
Rasional
Tujuan
Tindakan
Setelah
diberikan 1. Tentukan sumber- 1. Mengetahui
sumber kecemasan
sumber
b/d
selama
atau
kecemsan
ancaman
diharapkan ansietas
biologis
yang
terkontrol
3x24
jam
dengan
ketakutan
klien
2. Jelaskan
klien
seluruh 2. Menginformas
prosedur
pengobatan
dan
ikan
kepada
serta
klien
atas
berikan penjelasan
tindakan yang
mengungkapkan
akan
penurunan
klien
dilakukan
tidak
memahaminya.
ansietas
ansietas 3. Menenangkan
Klien tenang dan 3. Bila
sedang
perasaan
rileks
Klien
dapat
beristirahat
dengan tenang.
berlangsung
gelisah
temanilah klien
4. Antisipasi
kebutuhan klien
5. Pertahankan
lingkungan
4. Mengurangi
rasa
cemas
yang 5. Menjaga
klien
klien
untuk
pada
klien
memungkinkan
7. Anjurkan
untuk
ketenangan
klien
6. Memberikan
kenyamanan
pada klien
42
mengungkapkan
kebutuhan
dan 7. Mengurangi
ketakutan
akan
kematian
dan
kecemasan
klien
pertahankan sikap
tenang
dan
meyakinkan
Dx 8
Rencana
Rencana
Rasional
Kurang
Tujuan
Tindakan
Setelah
diberikan 1. Kaji ulang proses 1.Memberikan
pengetahu
asuhan
an tentang selama
keperawatan
penyakit
dan
3x24
harapan
masa
jam
kondisi,
diharapkan
datang
prognosis,
pengetahuan
dan
bertambah
tentang
kebutuhan
penyakitnya
dengan
kriteria hasil :
n
b/d menyatakan
pemahamam proses
kurang
penyakit
terpajan/m
menghubungkan
engingat,
gejala dengan factor
salah
penyebab
interpretas melakukan
i,
tidak
perubahan prilaku
dapat
membuat
pilihan
2. Diskusikan
informasi
pembatasan
aktivitas
awal,
abdominal
menghindari
mengangkat beban
berat,
latihan
duduk/mengendara
sumber
berpartisipasi dalam
lama,
informasi
program
pengobatan
/meregangkan
yang
menempatkan
keras,
yang
dan
2.peningkatan
tekanan
contoh
mengenal
perlu
pengetahuan
dimana pasien
klien
pengobata
dasar
mobil
terlalu
memanjat
tangga sekaligus
3. Dorong
kesinambungan
stress
pada
kandung
kemih
dan
prostat
menimbulkan
resiko
pendarahan.
43
latihan perineal
3.Membantu
kontrol
urinaria
4. Kaji
ulang
tanda/gejala
yang
memer;lukan
evaluasi
contoh
eritema,
drainase
purulen
perubahan
menghilangka
n
inkontinensia
medic
dari
dan
luka,
dari
4.Intervensi
cepat
dapat
mencegah
komplikasi
serius .
karakter / jumlah
urine,
adanya
dorongan
frekuensi,
pendarahan berat ,
demam
menggigil.
Dx 9
Rencana
Rencana
Rasional
Resiko
Tujuan
Tindakan
Setelah
diberikan 1. Identifikasi faktor 1. Keluarga
kekambuh
asuhan
an
yang selama
berhubung
keperawatan
yang mendukung
terdekat
3x24
pelaksanaan
mampu
terapeutik.
mendapat
diharapkan
jam
klien
yang
penjelasan daan
ketidakpat
yang
menjadi
uhan
peningkatan
resiko
terhadap
kekambuhan
dengan
aturan
kriteria hasil:
menjalankan
terapeutik,
Klien
tidak mau
menerima
menyebabkan
bersedia
menyatakan
dan
pengawas klien
dalam
efektif
dan
memiliki waktu
44
perubahan
termotifasi
yang
pola hidup
melakukan
aturan
dalam menjaga
yang
terapeutik
jangka
klien.
sesuai.
panjang
dan 2. Berikan
optimal
2. Perawat
perlu
menerima perubahan
penjelasan
menjelaskan
pola
penatalaksanaan
penatalaksanaan
terapeutik
lanjutan dengan
lanjutan.
tujuan
hidup
yang
efektif.
Kliem
mampu
mengulang
faktor-
membatasi
faktor
resiko
progresifitas
kegagalan
kekambuhan.
jantung,
meningkatkan
perawatan diri,
menurunkan
kecemasan,
mencegah
aritmia
dan
komplikasi.
3. Memudahkan
klien memantau
3. Sarankan
status
keluarga
agar
memanfaatkan
sarana
4. Peningkatan
kesehatan
dimasyarakat.
4. Ajarkan
sendiri:
diri
anjurkan
memantau
berat
tidur,
melaporkan
peningkatan
berat
badan
merupakan
strategi
menolong
kesehatannya.
BB
faktor
yang
menungkatkan
beban
jantung
dalam
berkontraksi.
45
yang melebihi 1,5
kg
dalam
minggu.
Post operasi
Dx 1
Rencana
Rencana
Rasional
Nyeri
tujuan
tindakan
Setelah
diberikan 1. Observasi keadaan 1. Mengobservas
akut
asuhan keperawatan
berhubun
selama
umum pasien
gan
diharapkan
nadi.
dengan
pasien
adanya
dengan kriteria:
trauma
Pasien
3x24
jam
nyeri
berkurang
keadaan
untuk
mengetahui
perkembangan
dapat
jaringan
mentoleransi
pasien
sekunder
nyeri
mengobservas
akibat
serta
i nadi untuk
operasi
dapat
atau
nyeri
mengidentifik
pembedah
diberikan
an
Pasien
yang
2. Kaji skala nyeri
asi
bertambah
tidak
atau
meringgis lagi
Pasien
berkurang.
tampak
2. Mengkaji
rileks
Nadi
100/menit
nyeri
60-
3. Ajarkan
teknik
distraksi
dan
relaksasi
skala
nyeri
pasien
untuk
mengetahui
tingkat
nyeri
pasien.
3. Mengajarkan
teknik
4. Beri posisi yang
nyaman
distraksi
relaksasi
dan
46
untuk
mengalihkan
rasa nyeri.
4. Memberikan
5. Delegatif
dalam
posisi
yang
pemberian
nyaman
analgetik
diharapkan
dapat
mengurangi
rasa
nyeri
pasien.
5. Melakukan
tindakan
delegatif
dalam
pemberian
analgetik
dapat
memblok
impuls
nyeri
sehingga rasa
nyeri
pasien
berkurang.
Dx 2
Perubaha
n
Rencana
Setelah
Rencana
tujuan
diberikan
eliminasi
selama
3x24
urine
diharapkan
berhubun
Rasional
tindakan
1. Kaji keluaran urine 1. Retensi dapat
dan
system
terjadi karena
jam
kateter/drainase,
edema
arfea
pola
khususnya selama
bedah, bekuan
irigasi
darah,
dan
47
gan
kembali
normal
dengan
dengan kriteria:
trauma
Pasien
kandungkemih.
spasme
kandung
kemih.
dapat
jaringan
berkemih
akibat
jumlah
memilih
posisi
pasase
pemasang
normal(1200-
normal
dalam
dan
an dower
1500cc/hari) tanpa
berklemih
seperti
meningkatkan
katete
retensi
berdiri, berjalan ke
rasa
kamar
normalitas,
dengan
Pasien
yang
meningkatkan
control
pasien 2. Mendorong
mandi,
dengan
menunjukan
perilaku
2. Bantu
frekuensi
sering
setelah
kateter dilepas
urine
berkemih
dengan
dorongan
mencegah
kandung
retensi urine
kemih (urinary)
3. Dorong
pasien 3.
untuk
berkemih
Keterbatasan
berkemihuntuk
bila
terasa
tiap
jam
dorongan
tetapi
meningkatkan
focus kandung
jam/ pertokol.
kemih
dan
membantu
ulang kandung
4. Ukur
residu
volume
bila
kemih
ada 4. Mengawasi
kateter suprapubik
keefektivan
pengosongan
kandung
5. Dorong pemasukan
kemih
ml 5. Mempertahank
cairan
300
sesuai
toleransi,
an
hidrasi
adekuat
perkusi ginjal
kateter dilepas
untuk
urin,
dan
aliran
48
penjadwalan
masukan
cairan.
6. Perhatikanirigasi
kandung
kemih
kebutuhan
kontinu
sesuai
berkemih/
indikasi
pada
periode
pasca
operasi dini
Dx 3
Rencana
6. menurunkan
gangguan tidur
pada
malam
hari.
Rencana
Rasional
Resiko
tujuan
tindakan
Setelah
diberikan 1. Observasi keadaan 1. Mengobservasi
infeksi
asuhan keperawatan
keadaan
berhubun
selama
operasi
dapat
gan
diharapkan
dengan
perkembangan
tempat
kriteria:
luka pasien.
3x24
jam
infeksi
luka
mengetahui
tanda- 2. Dengan
organism
tanda
seperti
tanda-tanda
sekunder
kalor,dolor,rubor,tu
infeksi
akibat
diketahui
pembedah
laesa.
terjadinya
infeksi
tanda infeksi
mengobservasi
dapat
Drain bersih
atau
luka
kateter
dengan
atau
teknik
seperti
dengan
teknik
septik
aseptik
aseptik.
drain
dapat
mencegah
49
terjadinya
nasokomial.
4. Anjurkan
pasien 4. Membantu
untuk menghindari
mencegah
menggaruk
trauma kulit.
area
WBC.
WBC
akibat infeksi.
6. Pemberian
antibodi dapat
6. Delegatif
dalam
mencegah
pemberian
kuman
antibiotika.
bakteri
dan
berkembang
sehingga
lebih
Rencana
Rencana
tujuan
tindakan
cepat
kering
dan
infeksi
tidak
terjadi.
Dx 4
luka
Rasional
50
Intoleransi
Setelah
diberikan
aktivitas
asuhan keperawatan
kemampuan pasien
dapat
berhubung
dalam beraktivitas
mengetahui
an dengan diharapkan
1. Observasi
tingkat 1. Diharapkan
tidak
seberapa besar
peningkatan
terjadi keterbatasan
kemampuan
metabolik
gerak
pasien
sekunder
dengan kriteria :
terhadap
Pasien
operasi
aktivitas
mampu
dalam
beraktivitas.
2. Bantu
pasien 2. Diharapkan
beraktivitas
dalam pemenuhan
pasien
secara mandiri
aktivitasnya.
memenuhi
Pasien
secara bertahap
Pasien
kebutuhannya.
mau
beraktivitas
mampu
menggerakkan
dapat
3. Anjurkan
untuk
pasien 3. Meningkatkan
melakukan
aktivitas
secara
bertahap.
kemampuan
pasien
untuk
beraktivitas
ekstremitas
secara
bawah.
bertahap
sampai
pada
tahap normal.
4. Dekatkan alat-alat 4. Dengan
yang
dibutuhkan
mendekatkan
alat-alat
memudahkan
pasien
untuk
menjangkauny
a dan melatih
pasien
untuk
memenuhi
kebutuhannya
secara
bertahap.
5. Libatkan keluarga
dalam pemenuhan
5. Diharapkan
keluarga dapat
membantu
51
aktivitas pasien.
pasien
dalam
pemenuhan
aktivitasnya.
Dx 5
Rencana
Rencana
Rasional
Ansietas
tujuan
tindakan
Setelah
diberikan 1. Selalu ada untuk 1. Menunjukkan
berhubun
asuhan keperawatan
pasien
gan
hubungan
dengan
diharapkan
percaya
kurang
pasien
berkurang
pengetahu sampai
hilang
cemas
buat
saling
perhatian
keinginan untuk
dengan
membantu
membantu
terdekat.
dalam
an
dengan
tentang
evaluasi :
subyek
penyakitn
Pasien mengatakan
sensitive.
ya
dan
akurat
diri
situasi
rumah.
di
kriteria
Pasien
tentang
tampak
,
hal
diskusi tentang
perawatan
dan
pasien 2. Dengan
untuk
mendengar
mengungkapkan
perasaan pasien
perasaannya.
maka
pasien
merasa
rileks
diperhatikan
Pasien melaporkan
ansietas
menurunkan
pasien
sampai
berkurang.
tingkat
dapat ditangani
3. Beri
penjelasan 3. Memberikan
pada
pasien
penjelasan pada
tentang
pasien
penyakitnya
penyakit
tentang
dan
52
(pengertian,
kondisinya
penyebab
serta
sehabis operasi,
cara
pasien menjadi
pencegahannya)
dan
cemas
juga
kondisinya
sekarang
pasien
bisa berkurang.
sehabis
operasi.
4. Pertahankan
perilaku
4. Menyatakan
nyata
penerimaan dan
dalam melakukan
menghilangkan
prosedur/
rasa
menerima
pasien,
lindungi
privasi
malu
pasien.
pasien.
5. Beri
penguatan 5. Memungkinkan
informasi
yang
pasien
telah
pasien
untuk
menerima
diberikan
kenyataan
sebelumnya.
menguatkan
dan
kepercayaan
kepada pemberi
iformasi
pemberi
perawata.
IV.
IMPLEMENTASI
dan
53
Pelaksanaan atau implementasi merupakan palaksanaan perencanaan
keperawatan oleh perawat dan klien, hal-hal yang harus diperhatikan ketika
melakukan pelaksaan validasi, penguasaan ketrampilan interpersonal,
intelektual dan teknikal, intervensi harus dilakukan dengan cermat dan
efisien pada situasi yang tepat, keamana fisik dan psikologis dilindungi
oleh dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan (Gaffar,
La Ode Jumaidi, 1999).
V. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk menilai keberhasilan tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Setelah melaksanakan tindakan keperawatan maka hasil
yang diharapkan adalah sesuai dengan rencana tujuna yaitu :
Pre operasi
1. Rasa nyeri pasien berkurang/hilang
2. Suhu dalam batas normal (36,5oC-37,5oC)
3. Pasien berkemih dalam jumlah normal(1200-1500cc/hari) dan
pola biasanya
4. Infeksi tidak terjadi
5. Uotput dan input cairan balance
6. Nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan
7. Tidak ada kecemasan terhadap penyakit yang diderita
8. Pengetahuan pasien bertambah tentang penyakit dan prosedur
pembedahan
9. Penyakit yang diderita tidak kambuh lagi
Post operasi
1. Rasa nyeri berkurang/hilang
2. Pasien berkemih dalam jumlah normal (1200-1500cc/hari) tanpa
retensi urine
3. Tidak terjadi infeksi
4. Tidak terjadi keterbatasan aktivitas
5. Tidak ada kecemasan terhadap penyakit yang diderita
DAFTAR PUSTAKA
54