Anda di halaman 1dari 34

1

A. TINJAUAN TEORI
I. Pengertian
Batu saluran kemih (urolitiasis) adalah adanya batu pada saluran kemih
yang bersifat idiopatik, dapat menimbulkan stasis dan infeksi. Mengacu
pada adanya batu (kalkuli) pada traktus urinarius.
Urolitiasis adalah pembentukan batu dalam saluran kemih. Batu saluran
kemih adalah keadaan tidak normal di dalam ginjal, mengandung komponen
kristal dan matriks organik yang khas dijumpai di kaliks atau pelvis dan bila
akan keluar dapat berhenti di ureter. (Bruner & Sudart2002).
Batu ureter pada umumnya berasal dari batu ginjal yang turun ke ureter.
Batu ureter mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan kemudian
keluar bersama kemih. Batu ureter juga bisa sampai ke kandung kemih dan
kemudian berupa nidus menjadi batu kandung kemih yang besar. Batu juga
bisa tetap tinggal di ureter sambil menyumbat dan menyebabkan obstruksi
kronik dengan hidroureter yang mingkun asimtomatik. Tidak jarang terjadi
hematuria yang didahului oleh serangan kolik. (R.Sjamsuhidayat,2006 )
Batu ginjal (kalkulus) adalah bentuk deposit mineral, paling umum
oksalat Ca2+ dan fosfat Ca2+ namun asam urat dan kristal lain juga
pembentuk batu. Meskipun kalkus ginjal dapat terbentuk dimana saja dari
saluran perkemihan, batu ini paling umum ditemukan pada pelvis dan kalik
ginjal. Batu ginjal dapat tetap asimtomatik sampai keluar kedalam ureter dan
atau aliran urine terhambat, bila potensial untuk kerusakan ginjal akut
(Doengoes, 2000 )
II. Etiologi
Penyebab pembentukan batu urinarius meliputi idiopatik, gangguan
aliran kemih, gangguan metabolisme, infeksi saluran kemih oleh
mikroorganisme berdaya membuat urease (Proteus mirabilis), dehidrasi,
benda asing, jaringan hati (nekrosis papil) dan multifaktor. Selain itu adapun
faktor faktor yang mempengaruhi pembentukan batu antara lain :
Factor Endogen : faktor genetik, hipersistinuria, hiperkalsiuria, dan
hiperoksaluria.

2
Factor Eksogen : factor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi, dan
kejenuhan mineral dalam air minum.
Teori pembentukan batu:
1.Teori inti (nukleus): kristal dan benda asing merupakan tempat
pengendapan kristal pada urin yang sudah mengalami supersaturasi
2.Teori matrik : Matrik organik yang berasal dari serum atau protein-protein
urin memberikan kemungkinan pengendapan kristal.
3.Teori inhibitor kristalisasi: Beberapa substansi dalam urin menghambat
terjadinya kristalisasi, konsentrasi yang atau absennya ini memungkinkan
terjadinya kristalisasi.
III.Patofisiologi
Berbagai penyebab yang dapat mengakibatkan terbentuknya batu
saluran kemih, salah satunya ada yang disebut factor endogen (factor
genetic, hipersistinuria, hiperkalsiuria, hiperoksaluria) dan factor eksogen
(factor lingkungan, makanan, pekerjaan, infeksi,dan kejenuhan mineral
dalam air minum). Adanya berbagai faktor tersebut diatas akan
menyebabkan pengendapan partikel-partikel jenuh (kristal dan matriks)
dalam nukleus (inti batu) yang selanjutkan akan mengakibatkan kelainan
kristaluria dan pertumbuhan kristal dan dapat mengakibatkan terbentuknya
batu pada saluran kemih (UROLITHIASIS). Pembentukan batu bisa terjadi
di ureter, bledder, dan pelvic renal.
. Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan
infeksi saluran kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih adalah
retensi urine, nyeri saat kencing, perasaan tidak enak saat kencing, kencing
tiba-tiba berhenti dan nyeri pinggang. Manifestasi infeksi berupa panas saat
kencing, kencing bercampur darah. Obstruksi saluran kemih yang tidak
mendapatkan penanganan dapat menyebabkan terjadinya komplikasi yaitu
hidronefrosis, sedangkan infeksi akan menyebabkan terjadinya komplikasi
yaitu pielonefrosis, urosepsis, dan pada akhirnya menyebabkan terjadinya
kerusakan fungsi ginjal yang permanen (gagal ginjal). Penatalaksanaan yang
dapat dilakukan pada pasien dengan batu saluran kemihyaitu salah satunya
dengan pembedahan (sectio alta), dimana pasien yang telah menjalani

3
pembedahan akan mengeluh nyeri pada luka operasi, terjadi hipertermi,
hematoria, kelemahan.
Adanya batu pada traktus urinarius tergantung adanya obstruksi dan
infeksi. Ketika batu menghambat aliran urine maka menyebabkan
peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi pada ginjal dan ureter. Infeksi
yang disertai demam, menggigil terjadi karena iritasi yang terus menerus.
Bila nyeri tekan pada area kosto vertebraldan muncul mual muntah maka
pasien sedang mengalami kolik renal. Diare dan ketidak nyamanan
abdominal terjadi karena reflek renointestinal ginjal ke lambung dan usus
besar.
IV. Manifestasi klinis
Adanya batu pada traktus urinarius tergantung pada adanya obstruksi
dan infeksi. Ketika batu menghambat aliran urine maka menyebabkan
peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi pada ginjal serta ureter. Infeksi
yang disertai demam, menggigil, disuria terjadi karena infeksi yang terusmenerus. Bila nyeri mendadak menjadi akut disertai nyeri tekan di seluruh
area kosto vertebral sehingga muncul mual dan muntah, maka pasien sedang
mengalami kolik renal. Diare dan ketidaknyamanan abdominal terjadi
karena reflex renointestinal ginjal ke lambung dan usus besar. Batu yang
terjebak

di kandung kemih menyebabkan gejala iritasi. Jika batu

menyebabkan obstruksi akan terjadi restensi urin.


Batu dalam pelvic renal: Nyeri dalam dan terus-menerus di area
kostovertebral dan muncul muntah-muntah. Diare dan ketidaknyamanan
abdominal.
Batu dalam ureter: Nyeri yang luar biasa, akut dan menyebar ke paha dan
genetalia, pasien sering ingin berkemih namun hanya sedikit urine yang
keluar dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasive batu.
Batu dalam kandung kemih: Gejala iritasi dan berhubungan dengan
infeksi traktus urinarius dan hematuria. Bila batu menyebabkan obstruksi
pada leher kandung kemih, akan terjadi infeksi berhubungan dengan adanya
batu, maka kondisi ini jauh lebih serius disertai sepsis yang mengancam
kehidupan pasien

4
V. Komplikasi
1.Hidronefrosis yang terinfeksi merupakan komplikasi yang paling
mematikan karena adanya infeksi

yang berdekatan dengan parenkim

ginjal yang sangat vaskuler akan menempatkan pasien pada risiko


terjadinya sepsis dan kematian.
2.Ruptur kaliks dengan ekstravasasi urin akibat tingginya tekanan
intrakaliks.
3.Obstruksi ureter secara lengkap dapat terjadi pada pasien dengan batu yang
termampatkan. Hal ini dapat terlihat dengan pemeriksaan BNO-IVP. Pasien
dengan 2 ginjal yang sehat dapat mentoleransi obstruksi ginjal unilateral
untuk beberapa hari tanpa efek jangka panjang.
4 Infeksi saluran kemih
5.Gagal ginjal kronik
VI. Pemeriksaan Diagnostik
Urinalisa : Warna mungkin kuning, coklat gelap, berdarah, secara umum
menunjukkan

SDM, SDP, Kristal (sistin, asm urat, kalsium oksalat),

serpihan, mineral, bakteri, pus, pH mungkin asam (meningkatkan sistin dan


batu asm urat) atau alkalin (meningkatkan magnesium, fosfat ammonium,
atau batu kalsium fosfat)
Urine(24 jam) : Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin
mungkin meningkat.
Kultur urine : Mungkin menunjukkan ISK (stapilococus aureus, klebsiela,
pseudomonas).
Survei biokimia :

Peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat,

fosfat, protein, elektrolit.


BUN/Kreatinin serum dan urine : Abnormal (tinggi pada serum / rendah
pada urine) sekunder terhadap tingginya batu obstruksif pada ginjal
menyebabkan iskemia / nekrosis.
Kadar klorida dan bikarbonat serum : Peninggian kadar klorida dan
penurunan kadar bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal.
Hb / Ht : Abnormal bila pasien dehidrasi berat atau kolisetimia terjadi
(mendorong respirasi pemadatan) atau anemia (perdarahan, disfungsi atau
gagal ginjal)

5
Hormon paratiroid : Mungkin meningkat bila ada gagal ginjal. (PTH
merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum
dan kalsium urine).
Foto ronsen KUB : Menunjukkan adanya kalkuli dan/atau

perubahan

anatomik pada area ginjal dan sepanjang ureter.


IVP : Memberikan konfirmasi cepat urolitiasis seperti penyebab nyeri
abdominal atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomik
(distensi ureter) dan garis bentuk kalkuli.
Sistoureterokopi : Visualisasai langsung kandung kemih dan ureter dapat
menunjukkan batu dan /atau efek obstruksi
CT-scan : Mengidentifikasi atau menggamarkan kalkuli dan masa lain;
ginjal, ureter dan distensi kandung kemih.
Ultrasound ginjal : Untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.
VII. Penatalaksanaan medis dan keperawatan
1. Penatalaksanaan medis
a. Medikamentosa
Ditunjukkan untuk batu yang ukurannya <5 mm, karena batu diharapkan
dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan mengn diuretikum,
dan mengurangi

nyeri, memperlancar aliran urine dengan pemberian

diuretikum, dan minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar.


b.

ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsi)

Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh
Caussy pada tahun 1950. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter
proksimal, atau batu buli-buli tanpa melalui tindakan invasive atau
pembiusan. Batu dipecahkan menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga
mudah dikeliarkan melalui saluran kemih.
c. Endourologi
1. PNL (Percutancous Nephro Litholapaxy) : mengeluarkan batu yang
berada di saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi system
kaliks melalui insisi kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecahkan
terrlebih dahulu.

6
2.Litotripsi : mencegah batu buli-buli atau batu uretra dengan
memasukkan alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli. Pemecah
batu dikeluarkan dengan evakuator Ellik.
3.Ureteroskopi atau uretero-renoskopi : memasukkan alat ureteroskopi
per uretram guna melihat keadaan ureter atau system pielokaliks ginjal.
Dengan memakai energy tertentu, batu yang berada di dalam ureter
maupun system pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan uteroskopi
atau uretero-renoskopi ini.
d. Bedah Laparoskopi
Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini
sedang berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu
ureter,
e. Bedah Terbuka
Pielolitotomi atau nefrolitotomi : mengambil batu di saluran ginjal.
Ureterolitototmi : mengambil batu di ureter.
Vesikolitotomi : mengambil batu di vesika urinaria.
Ureterolitotomi : mengambil batu di uretera.
2. Penatalaksanaan keperawatan
a.Pengurangan Nyeri
Kolaborasi dalam pemberian morfin atau meperiden, untuk mencegah
syok dan sinkop akibat nyeri yang luar biasa. Tindakan mandiri perawat
yang bisa mengurangi nyeri yaitu mandi air panas atau air hangat dan
teknik distraksi, relaksasi.
b. Penyuluhan Pasien tentang ESWL
ESWL terbukti efektif pada pasien rawat jalan ; oleh karena itu perawat
harus menyediakan instruksi perawatan di rumah dan pentingnya tindak
lanjut.

7
WOC UROLITHIASIS
Pre operasi
Faktor endogen :
Faktor genetik
Hipersistinuria
Hiperoksaluria
hiperkalsiuria

Faktor eksogen :
Lingkungan
Pekerjaan
Makanan
ISK oleh
mikroorganisme

pengendapan partikel-partikel jenuh (Kristal dan matrik) dalam nukleus


kelainan kristaluria (pertumbuhan Kristal dalam saluran perkemihan)
batu saluran kemih (UROLITHIASIS)

URETER (URETOLITHIASIS)
Iritasi
lumen
hematuria
Nyeri saat miksi
Nyeri menjalar
dari pahagenetalia

Nyeri
akut

VESIKA URINARIA
(VESIKOLITHIASIS)

obstruksi
Regurgitasi
Oliguri
urine ke pelvic
Pancaran
miksi kecil renal
Retensi urine

hidronefrosis

Kerusakan
fungsi ginjal
Perubahan permanen
pola
eliminasi
GGK

Iritasi mukosa VU

Diskontinuitas
jaringan lokal

Kerusakan
pembuluh
darah

infeksi
unkompensatid

hematuria
Urosepsis
Pasien
tampak
cemas, gelisah

Ansietas

kompensatid
Meningkatny
a akumulasi
pertahanan
tubuh

Leukosit
meningkat

Infeksi

Terapi

GINJAL
(NEFROLITHIASIS)
obstruksi

iritasi

Menghambat aliran
urine
Tekanan hidrostatik
meningkat
Reflek Renointestinal
ginjal ke lambung

Diare

Kekurangan
volume
cairan

Resiko
pengulanga
n episode
urolithiasis

Infeksi
Demam, menggigil
Distensi
ginjal dan
ureter

Kuarang
informasi

Hipertermi
Kurang
Pengetahuan

9
Post operasi
(Pielolitotomi

atau

Pembedahan
nefrolitotomi,

Ureterolitototmi,

Vesikolitotomi, Ureterolitotomi, ESWL)

Luka insisi pasca


operasi
Ps yampak
meringis
Nyeri (skala 810)
Nyeri akut

Terdapat luka
post operasi

Resiko infeksi

Terpasang
kateter
Perubahan pola
eliminasi

Kelemahan
Ps tampak
pucat
pusing

Keterbatasan
mobilisasi
fisik

30
Penjelasan WOC
Berbagai penyebab yang dapat mengakibatkan terbentuknya batu
saluran kemih, salah satunya ada yang disebut factor endogen (factor
genetic, hipersistinuria, hiperkalsiuria, hiperoksaluria) dan factor eksogen
(factor lingkungan, makanan, pekerjaan, infeksi,dan kejenuhan mineral
dalam air minum). Adanya berbagai faktor tersebut diatas akan
menyebabkan pengendapan partikel-partikel jenuh (kristal dan matriks)
dalam nukleus (inti batu) yang selanjutkan akan mengakibatkan kelainan
kristaluria dan pertumbuhan kristal dan dapat mengakibatkan terbentuknya
batu pada saluran kemih (UROLITHIASIS). Pembentukan batu bisa terjadi
di ureter, bledder, dan pelvic renal.
Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi
dan infeksi saluran kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih adalah
retensi urine, nyeri saat kencing, perasaan tidak enak saat kencing, kencing
tiba-tiba berhenti dan nyeri pinggang. Manifestasi infeksi berupa panas saat
kencing, kencing bercampur darah. Obstruksi saluran kemih yang tidak
mendapatkan penanganan dapat menyebabkan terjadinya komplikasi yaitu
hidronefrosis, sedangkan infeksi akan menyebabkan terjadinya komplikasi
yaitu pielonefrosis, urosepsis, dan pada akhirnya menyebabkan terjadinya
kerusakan fungsi ginjal yang permanen (gagal ginjal)
Dimana pasien yang telah menjalani pembedahan akan mengeluh
nyeri pada luka operasi, terjadi hipertermi, hematoria, kelemahan. Adanya
batu pada traktus urinarius tergantung adanya obstruksi dan infeksi. Jika
batu menyebabkan obstruksi akan terjadi restensi urin.
Dimana pada saat pembedahan terdapat luka dimana menimbulkan
resiko infeksi pada pasien. Dan di lakukan insisi pasca operasi

31
mengakibatkan munculnya nyeri akut. Pasien juga di pasang dower kateter
menyebabkan terjadi perubahan pola eleminasi urin. Dan kebutuhan pasien ti
bant oleh keluarga dan perawat menimbulkan keterbatasan mobilisasi fisik.

32

B. TINJAUAN ASKEP
I. PENGKAJIAN
a. Data subjektif
1). Pekerjaan monoton dengan lingkungan bersuhu dingin.
2). Nyeri kolin
3). Riwayat ISK kronis
4). Kencing berdarah
5). Perubahan pola berkemih
6). Mual, muntah
7). Demam
8). Riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout
9). Riwayat penyakit sebelumnya: gangguan metabolisme kalsium,
bedah

abdomen

10). Diare
11). Tidak minum air dengan cukup
12). Pola makan tinggi purin, kalsium, dan postat
13). Riwayat penggunaan minum alkohol.
b. Data Objektif
1). Keterbatasan aktifitas atau imobolisasi karena kondisi sebelumnya
(contohnya: cedera medulla spinalis, penyakit yang tidak sembuh)
2). Tekanan darah meningkat, nadi meningkat
3). Kulit pucat
4). Kencing bercampur darah
5). Muntah
6). Nyeri tekan abdomen
7). Menggigil
8). Diare
9). Distensi ginjal dan ureter

33

II. DIAGNOSA
PRE OPERASI
a. Perubahan pola eleminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik,
inflamasi stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal/ureter.
b. Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi/dorongan kontruksi
ureteral, trauma jaringan, pembentukan edema, iskemia seluler.
c. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
d. Infeksi behubungan dengan diskontinuitas jaringan lokal
e. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output berlebih: diare,
muntah (iritasi saraf abdominal dan pelvik dari ginjal atau kolik
ureteral), diurisis pasca obstruksi.
f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia,
mual, muntah.
g. Ansietas berhubungan dengan

ancaman biologis yang aktual atau

potensial
h. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan belajar
berhubungan dengan kurang mengingat, salah interpretasi informasi,
tidak mengenal sumber informasi.
i. Resiko kekambuhan berhubungan dengan ketidakpatuhan terhadap
aturan terapeutik, tidak mau menerima perubahan pola hidup yang
sesuai.
POST OPERASI
a. Nyeri akut berhubungan dengan adanya trauma jaringan sekunder akibat
operasi atau pembedahan
b. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan trauma jaringan
akibat pemasangan dower kateter
c. Resiko infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme
sekunder akibat pembedahan. (luka opersai) dan tindakan invasif
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan metabolik
sekunder terhadap operasi

34
e. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakitnya
dan perawatan diri di rumah.

III. INTERVENSI
Pre operasi
Dx1

Rencana

Rencana

Rasional

Perubahan

Tujuan
Tindakan
Setelah
dilakukan 1. Pantau pemasukan 1.

pola

asuhan keperawatan

dan pengeluaran dan

an informasi

eliminasi

selama

karakteristik urine

tentaang fungsi

b/d

diharapkan

obstruksi

eliminasi

mekanik,

diatasi

inflamasi

krriteria hasil :

stimulasi

Berkemih dengan

3x24

jam
pola

Memberik

ginjal, contoh

dapat

infeksi dan

dengan

perdarahan.
2. Dorong

2.

Kalkulus

meningkatkan

dapat

pemasukan urine

menyebebkan

kandung

jumlah

kemih

(1200-1500cc/hari)

eksitabilitas

oleh batu,

dan pola eliminasi

saraf

iritasi

seperti biasa

menyebabkan

ureter/ginj
al

Tidak

normal

yang

sensasi

mengalami

kebutuhan

tanda obstruksi
3. Tentukan

pola

berkemih

normal 3.

pasien

berkemihsegera

dan

Peningkat

perhatikan variasi

an

hidrasi

membilas
bakteri,

darah,

dan debris dapat


membantu
4. Observasi
perubahan

lewatnya batu.
status 4.

Akumulasi

mental, perilaku dan

sisa uremik dan

kesadaran

ketidakseimbang
an

elektrolit

35
dapat
5. Ambil urine untuk
kultur

menjadi

toksik pada SSP.

dan 5.

sensitivitas

Menentuk
an adanya ISK
yang merupakan
penyebab/

6. dalam pemberian

Dx2
Nyeri b/d

komplikasi

obat sesuai dengan 6.

Meningkat

indikasi,

Ph

contoh

kan

asetazolamid(diamo

untuk

x),

menurunkan

alupurinol(Ziloprim)

pembentukan

dan antibiotik

batu asam

Rencana

Rencana

Rasional

Tujuan
Tindakan
Setelah
dilakukan 1.catat
lokasi, 1.membantu

peningkata asuhan keperawatan

lamanya

selama

intensitas(skala

frekuensi/

diharapkan

nyeri

10) dan penyebaran.

dan

dorongan

dapat berkurang atau

Perhatikan tanda non

gerakan

kontruksi

hilang

verbal,

kalkulus.

ureteral,

kriteria hasil :

peninggian TD dan

trauma

Skala nyeri (0-3)

nadi,

jaringan,

Melaporkan nyeri

merintih.

pembentu
kan
edema,
iskemia
seluler

urine

3x24

jam

dengan

mengevaluasi
o-

contoh

tempat obstruksi
kemajuan

gelisah,

atau 2.jelaskan penyebab 2.memberikan


nyeri dan pentingnya
kesempatan
berkurang dengan
melaporkan ke staf
untuk
spasme terkontrol
hilang

Tampak rileks

terhadap perubahan

pemberian

kejadian/karekteristi

analgesi

k nyeri

waktu.

sesuai

36
3.berikan

tindakan 3.meningkatkan

nyaman,
pijatan

contoh
punggung,

lingkungan istirahat

rileksasi,
menurunkan
tegangan

otot,

dan
meningkatkan
koping
4.bantu atau dorong 4.mengarahkan
penggunaan

nafas

kembali

berfokus,

perhatian

bimbingan,

membantu

imajinasi,

dan

dan

dalam relaksasi.

aktivitas terapeutik.
5.Perhatikan keluhan 5.obstruksi
peningkatan

atau

menetapnya

nyeri

abdomen

lengkap

ureter

dapat
menyebabkan
perforasi

dan

ekstravasasi
urine

kedalam

area perianal.
6.Kolaborasi

dalam 6.menghilangkan

pemberian analgetik

Dx3

Rencana

Rencana

Tujuan

Tindakan

rasa nyeri

Rasional

37
Hipertermi

Setelah diberikan

b/d proses

Asuhan

infeksi

Keperawatan selama

status

3 x 24 jam,

hypertermi

diharapkan suhu

1. Monitor tanda vital 1. Indikator untuk


tian 6 jam

mengetahui

2. Ajarkan

klien 2. Dalam kondisi

tubuh pasien

pentingnya

demam terjadi

menurun dengan

mempertahankan

peningkatan

kriteria hasil :

cairan yang adekuat

evaporasi yang

(sedikitnya

2000

memicu

batas normal

liter/hari)

untuk

timbulnya

(36,5oC-37,5oC)

mencegah

Suhu tubuh dalam

dehidrasi

dehidrasi, misalnya
sari

buah

2,5-3

liter/hari.
3. Berikan

kompres 3. menghambat

hangat pada lipatan

pusat simpatis

ketiak dan dahi

di hipotalamus
sehingga
terjadi
vasodilatasi
kulit

dengan

merangsang
kelenjar
keringat untuk
mengurangi
panas

tubuh

melalui
penguapan
4. Anjurkan
untuk
pakaian

klien 4. kondisi
memakai
yang

menyerap keringat

yang
mengalami
lembab
memicu
timbulnya

kulit

38
pertumbuhan
jamur.

Juga

akan
mengurangi
kenyamanan
klien,
mencegah
timbulnya
ruam kulit.
5. Kolaborasi

Dx 4

Rencana

dalam 5. Mempercepat

pemberian

penurunan

antipiretik

suhu tubuh

Rencana

Infeksi

Tujuan
Setelah diberikan

berhubung

asuhan keperawatan

tanda infeksi

terjadi atau

an dengan

selama 3x24 jam

(kalor,tumor,dolor,r

tidaknya

masuknya

diharapkan infeksi

ubor dan

infeksi

organisme

tidak terjadi dengan

sekunder

criteria hasil :
Tidak ada tanda-

akibat

Tindakan
1. Observasi tanda-

Rasional

fungsiolaesa)
2. Observasi TTV tiap
6 jam

iritasi,
diskotinuit

seperti

pemantauan hasil

as jaringan

tumor,rubor,dolor,

WBC

3. Kolaborasi dalam

kalor dan

100x/s,
TD=120/80x/s,
R=16-20x/s)

perkembangan
3. Memantau
hasil lab WBC
dapat diketahui
terjadinya

fungsiolaesa
TTV dalam batas
(S=36,50C,N=60-

2. Mengetahui
klien

tanda infeksi

normal

1. Mengetahui

peningkatan
atau penurunan
4. Kolaborasi dalam
pemberian
analgetik

pada WBC
akibat infeksi.
4. Mempercepat
penyembuhan

39
infeksi

Dx 5

Rencana

Rencana

Rasional

Tujuan
Tindakan
Kekuranga Setelah
diberikan 1. Observasi intake dan 1. Membandingka
n volume asuhan keperawatan

output

cairan b/d selama

elektrolit.

3x24

jam

cairan

dan

keluaran

aktual

dan

di

output

diharapkan

berlebih

dan elektrolit klien

membantu

(muntah

terkontrol

evaluasi adanya

dan diare)

kriteria hasil :
Keseimbangan
cairan

cairan

antisipasi

dengan
2. Catat adanya muntah
dan diare.

kerusakan
ginjal.
2. Muntah

elektrolit

dan

adekuat

(intake

diare

dan

output

berhubungan
dengan

balance)
TTV dalam batas

ginjal

normal(S=36,5 C, 3. Tingkatkan masukan


cairan dari 3-4 liter
N=60-100x/s,
per hari.
TD=120/80x/s,
0

R=16-20x/s)
Mukosa
bibir 4. Observasi
lembab,

turgor

kolik
karena

syaraf ganglion
seliaka

pada

kedua ginjal dan

lambung.
TTV 3. Mempertahanka

setiap 6 jam, mukosa

n keseimbangan

kulit

bibir,

cairan

elastis/membaik,

kulit.

dan

turgor

yang

dapat membantu

RCT < 2dtk


keluarnya batu.
5. Kolaborasi
dalam
Muntah (-), diare
4. Indikator hidrasi
pemberian
cairan
atau
volume
(-)
parenteral dan obat
cairan
anti emeti

40
5. Mempertahanka
n volume cairan
dan menurunkan
mual

dan

muntah.

Dx 6

Rencana

Rencana

Rasional

Tujuan
Tindakan
Pemenuha Setelah
diberikan 1. Motivasi
pasien 1. Motivasi sangat
untuk
makan
penting
bagi
n nutrisi asuhan keperawatan
makanan
dan
penderita
kurang
selama 3x24 jam
suplemen makanan
anoreksia dan
dari
diharapkan
gangguan
gastrointestinal.
kebutuhan peningkatan asupan
berhubung

nutrisi

dengan 2. Tawarkan
makan 2. Makanan
makanan
dengan
an dengan kriteria hasil :
dengan
porsi
porsi sedikit tapi
kecil dan sering
masukan
BB
pasien
sering.
lebih
ditolerir
nutrisi
meningkat secara
oleh penderita
inadekuat
bertahap,
anoreksia.
keinginan

makan 3. Hidangkan
3. Meningkatkan
makanan
yang
pasien meningkat,
selera
makan
menimbulkan selera
dan rasa sehat
pasien mengatakan
dan menarik dalam
nafsu
makannya
penyajiannya.
4. Pelihara
higiene
meningkat,
oral
sebelum 4. Mengurangi
pasien
dapat
makan.
citarasa
yang
menghabiskan
tidak enak dan
merangsang
makanan
yang
selera makan.
telah disediakan.
5. Berikan obat yang
diresepkan untuk 5. Mengurangi
mengatasi
mual,
gejala
muntah
gastrointestinal
dan
perasaan
tidak enak pada
perut
yang
mengurangi

41

selera
makan
dan keinginan
terhadap
makanan.
Dx 7
Ansietas/

Rencana

Rencana

Rasional

Tujuan
Tindakan
Setelah
diberikan 1. Tentukan sumber- 1. Mengetahui

kecemasan asuhan keperawatan

sumber kecemasan

sumber

b/d

selama

atau

kecemsan

ancaman

diharapkan ansietas

biologis

atau rasa takut klien

yang

terkontrol

3x24

jam

dengan

ketakutan

klien
2. Jelaskan

klien
seluruh 2. Menginformas

prosedur
pengobatan

aktual atau kriteria hasil :


Klien
potensial

dan

ikan

kepada

serta

klien

atas

berikan penjelasan

tindakan yang

mengungkapkan

yang singkat bila

akan

penurunan

klien

dilakukan

tidak

memahaminya.
ansietas
ansietas 3. Menenangkan
Klien tenang dan 3. Bila
sedang
perasaan
rileks
Klien

dapat

beristirahat
dengan tenang.

berlangsung

gelisah

temanilah klien
4. Antisipasi
kebutuhan klien
5. Pertahankan
lingkungan

4. Mengurangi
rasa

cemas

yang 5. Menjaga

perlu dengan stress


6. Biarkan keluarga
dan orang terdekat
tetap

bersama klien bila


kondisi

klien

klien

tenang dan tidak

untuk

pada

klien

memungkinkan
7. Anjurkan
untuk

ketenangan
klien
6. Memberikan
kenyamanan
pada klien

42
mengungkapkan
kebutuhan

dan 7. Mengurangi

ketakutan

akan

kematian

dan

kecemasan
klien

pertahankan sikap
tenang

dan

meyakinkan

Dx 8

Rencana

Rencana

Rasional

Kurang

Tujuan
Tindakan
Setelah
diberikan 1. Kaji ulang proses 1.Memberikan

pengetahu

asuhan

an tentang selama

keperawatan

penyakit

dan

3x24

harapan

masa

jam

kondisi,

diharapkan

datang

prognosis,

pengetahuan

dan

bertambah

tentang

kebutuhan

penyakitnya

dengan

kriteria hasil :
n
b/d menyatakan
pemahamam proses
kurang
penyakit
terpajan/m
menghubungkan
engingat,
gejala dengan factor
salah
penyebab
interpretas melakukan
i,
tidak
perubahan prilaku

dapat
membuat
pilihan

2. Diskusikan

informasi

pembatasan
aktivitas

awal,

abdominal

menghindari
mengangkat beban
berat,

latihan

duduk/mengendara

sumber

berpartisipasi dalam

lama,

informasi

program

lebih dari 2 tingkat

pengobatan

/meregangkan
yang
menempatkan

keras,

yang

dan

2.peningkatan
tekanan

contoh

mengenal

perlu

pengetahuan
dimana pasien

klien

pengobata

dasar

mobil

terlalu

memanjat

tangga sekaligus
3. Dorong
kesinambungan

stress

pada

kandung
kemih

dan

prostat
menimbulkan
resiko
pendarahan.

43
latihan perineal

3.Membantu
kontrol
urinaria

4. Kaji

ulang

tanda/gejala

yang

memer;lukan
evaluasi
contoh

eritema,

drainase

purulen

perubahan

menghilangka
n
inkontinensia

medic

dari

dan

luka,
dari

4.Intervensi
cepat

dapat

mencegah
komplikasi
serius .

karakter / jumlah
urine,

adanya

dorongan

frekuensi,
pendarahan berat ,
demam

menggigil.

Dx 9

Rencana

Rencana

Rasional

Resiko

Tujuan
Tindakan
Setelah
diberikan 1. Identifikasi faktor 1. Keluarga

kekambuh

asuhan

an

yang selama

berhubung

keperawatan

yang mendukung

terdekat

3x24

pelaksanaan

mampu

terapeutik.

mendapat

diharapkan

jam
klien

yang

an dengan mengenal faktor-faktor

penjelasan daan

ketidakpat

yang

menjadi

uhan

peningkatan

resiko

terhadap

kekambuhan

dengan

aturan

kriteria hasil:

menjalankan

terapeutik,

Klien

pola hidup yang

tidak mau
menerima

menyebabkan

bersedia

menyatakan
dan

pengawas klien
dalam

efektif

dan

memiliki waktu

44
perubahan

termotifasi

yang

pola hidup

melakukan

aturan

dalam menjaga

yang

terapeutik

jangka

klien.

sesuai.

panjang

dan 2. Berikan

optimal

2. Perawat

perlu

menerima perubahan

penjelasan

menjelaskan

pola

penatalaksanaan

penatalaksanaan

terapeutik

lanjutan dengan

lanjutan.

tujuan

hidup

yang

efektif.
Kliem

mampu

mengulang

faktor-

membatasi

faktor

resiko

progresifitas
kegagalan

kekambuhan.

jantung,
meningkatkan
perawatan diri,
menurunkan
kecemasan,
mencegah
aritmia

dan

komplikasi.
3. Memudahkan
klien memantau
3. Sarankan

status

keluarga

agar

memanfaatkan
sarana

4. Peningkatan

kesehatan

dimasyarakat.
4. Ajarkan
sendiri:

diri
anjurkan

memantau

berat

badan pada saat


bangun

tidur,

melaporkan
peningkatan

berat

badan

merupakan

strategi

menolong

kesehatannya.

BB

faktor

yang

menungkatkan
beban

jantung

dalam
berkontraksi.

45
yang melebihi 1,5
kg

dalam

minggu.
Post operasi
Dx 1

Rencana

Rencana

Rasional

Nyeri

tujuan
tindakan
Setelah
diberikan 1. Observasi keadaan 1. Mengobservas

akut

asuhan keperawatan

umum pasien dan

berhubun

selama

vital sign terutama

umum pasien

gan

diharapkan

nadi.

dan vital sign

dengan

pasien

adanya

dengan kriteria:

trauma

Pasien

3x24

jam
nyeri

berkurang

keadaan

untuk
mengetahui
perkembangan

dapat

jaringan

mentoleransi

pasien

sekunder

nyeri

mengobservas

akibat

serta

i nadi untuk

Skala nyeri ringan

operasi

(1-3) dari 10 skala

dapat

atau

nyeri

mengidentifik

pembedah

diberikan

an

Pasien

yang
2. Kaji skala nyeri

asi

bertambah

tidak

atau

meringgis lagi
Pasien

berkurang.

tampak

2. Mengkaji

rileks
Nadi
100/menit

nyeri

60-

3. Ajarkan

teknik

distraksi

dan

relaksasi

skala

nyeri

pasien

untuk

mengetahui
tingkat

nyeri

pasien.
3. Mengajarkan
teknik
4. Beri posisi yang
nyaman

distraksi
relaksasi

dan

46
untuk
mengalihkan
rasa nyeri.
4. Memberikan
5. Delegatif

dalam

posisi

yang

pemberian

nyaman

analgetik

diharapkan
dapat
mengurangi
rasa

nyeri

pasien.
5. Melakukan
tindakan
delegatif
dalam
pemberian
analgetik
dapat
memblok
impuls

nyeri

sehingga rasa
nyeri

pasien

berkurang.

Dx 2
Perubaha
n

Rencana
Setelah

Rencana

tujuan
diberikan

pola asuhan keperawatan

eliminasi

selama

3x24

urine

diharapkan

berhubun

eliminasi urin pasien

Rasional

tindakan
1. Kaji keluaran urine 1. Retensi dapat
dan

system

terjadi karena

jam

kateter/drainase,

edema

arfea

pola

khususnya selama

bedah, bekuan

irigasi

darah,

dan

47
gan

kembali

normal

dengan

dengan kriteria:

trauma

Pasien

kandungkemih.

spasme
kandung
kemih.

dapat

jaringan

berkemih

akibat

jumlah

memilih

posisi

pasase

pemasang

normal(1200-

normal

dalam

dan

an dower

1500cc/hari) tanpa

berklemih

seperti

meningkatkan

katete

retensi

berdiri, berjalan ke

rasa

kamar

normalitas,

dengan

Pasien
yang

meningkatkan
control

pasien 2. Mendorong

mandi,

dengan

menunjukan
perilaku

2. Bantu

frekuensi

sering

setelah

kateter dilepas

urine

berkemih
dengan
dorongan
mencegah

kandung

retensi urine

kemih (urinary)
3. Dorong

pasien 3.

untuk

berkemih

Keterbatasan
berkemihuntuk

bila

terasa

tiap

jam

dorongan

tetapi

meningkatkan

tidak lebih dari 2-4

focus kandung

jam/ pertokol.

kemih

dan

membantu
ulang kandung
4. Ukur
residu

volume
bila

kemih

ada 4. Mengawasi

kateter suprapubik

keefektivan
pengosongan
kandung

5. Dorong pemasukan

kemih

ml 5. Mempertahank

cairan

300

sesuai

toleransi,

an

hidrasi

batasi cairan pada

adekuat

malam hari setelah

perkusi ginjal

kateter dilepas

untuk
urin,

dan
aliran

48
penjadwalan
masukan
cairan.
6. Perhatikanirigasi
kandung

kemih

kebutuhan

kontinu

sesuai

berkemih/

indikasi

pada

periode

pasca

operasi dini

Dx 3

Rencana

6. menurunkan

gangguan tidur
pada

malam

hari.

Rencana

Rasional

Resiko

tujuan
tindakan
Setelah
diberikan 1. Observasi keadaan 1. Mengobservasi

infeksi

asuhan keperawatan

luka jaritan post

keadaan

berhubun

selama

operasi

dapat

gan

diharapkan

dengan

tidak terjadi dengan

perkembangan

tempat

kriteria:

luka pasien.

3x24

jam

infeksi

luka

mengetahui

masuknya Tidak ada tanda- 2. Observasi

tanda- 2. Dengan

organism

tanda

seperti

tanda-tanda

sekunder

kalor,dolor,rubor,tu

infeksi

akibat

mor, dan fungsio

diketahui

pembedah

laesa.

terjadinya

infeksi

tanda infeksi

mengobservasi
dapat

an. (luka Luka


infeksi
post
opersai)
tidak.
operasikering
dan
3. Rawat luka, drain, 3. Merawat
Kateter bersih
tindakan
invasif

Drain bersih

atau
luka

kateter

dengan

atau

teknik

seperti

dengan

teknik

septik

aseptik

aseptik.

drain

dapat
mencegah

49
terjadinya
nasokomial.
4. Anjurkan

pasien 4. Membantu

untuk menghindari

mencegah

menggaruk

trauma kulit.

area

luka bekas operasi.


5. Kolaborasi
memantau

dalam 5. Memantau hasil


hasil

WBC.

lab WBC dapat


diketahui
terjadinya
peningkatan
atau penurunan
pada

WBC

akibat infeksi.
6. Pemberian
antibodi dapat
6. Delegatif

dalam

mencegah

pemberian

kuman

antibiotika.

bakteri

dan

berkembang
sehingga
lebih

Rencana

Rencana

tujuan

tindakan

cepat

kering

dan

infeksi

tidak

terjadi.

Dx 4

luka

Rasional

50
Intoleransi

Setelah

diberikan

aktivitas

asuhan keperawatan

kemampuan pasien

dapat

berhubung

selama 3x24 jam

dalam beraktivitas

mengetahui

an dengan diharapkan

1. Observasi

tingkat 1. Diharapkan

tidak

seberapa besar

peningkatan

terjadi keterbatasan

kemampuan

metabolik

gerak

pasien

sekunder

dengan kriteria :

terhadap

Pasien

operasi

aktivitas
mampu

dalam

beraktivitas.
2. Bantu

pasien 2. Diharapkan

beraktivitas

dalam pemenuhan

pasien

secara mandiri

aktivitasnya.

memenuhi

Pasien

secara bertahap
Pasien

kebutuhannya.

mau

beraktivitas
mampu

menggerakkan

dapat

3. Anjurkan
untuk

pasien 3. Meningkatkan

melakukan

aktivitas

secara

bertahap.

kemampuan
pasien

untuk

beraktivitas

ekstremitas

secara

bawah.

bertahap
sampai

pada

tahap normal.
4. Dekatkan alat-alat 4. Dengan
yang

dibutuhkan

pasien (air minum)

mendekatkan
alat-alat
memudahkan
pasien

untuk

menjangkauny
a dan melatih
pasien

untuk

memenuhi
kebutuhannya
secara
bertahap.
5. Libatkan keluarga
dalam pemenuhan

5. Diharapkan
keluarga dapat
membantu

51
aktivitas pasien.

pasien

dalam

pemenuhan
aktivitasnya.

Dx 5

Rencana

Rencana

Rasional

Ansietas

tujuan
tindakan
Setelah
diberikan 1. Selalu ada untuk 1. Menunjukkan

berhubun

asuhan keperawatan

pasien

gan

selama 1x30 menit

hubungan

dengan

diharapkan

percaya

kurang

pasien

berkurang

pengetahu sampai

hilang

cemas

buat
saling

perhatian

keinginan untuk

dengan

membantu

pasien dan orang

membantu

terdekat.

dalam

an

dengan

tentang

evaluasi :

subyek

penyakitn

Pasien mengatakan

sensitive.

ya

dan

akurat

diri

situasi

rumah.

di

kriteria

Pasien

tentang
tampak

,
hal

diskusi tentang

pengetahuan yang 2. Anjurkan

perawatan

dan

pasien 2. Dengan

untuk

mendengar

mengungkapkan

perasaan pasien

perasaannya.

maka

pasien

merasa

rileks

diperhatikan

Pasien melaporkan
ansietas

dan rasa cemas

menurunkan

pasien

sampai

berkurang.

tingkat

dapat ditangani

3. Beri

penjelasan 3. Memberikan

pada

pasien

penjelasan pada

tentang

pasien

penyakitnya

penyakit

tentang
dan

52
(pengertian,

kondisinya

penyebab

serta

sehabis operasi,

cara

pasien menjadi

pencegahannya)

tahu dan rasa

dan

cemas

juga

kondisinya
sekarang

pasien

bisa berkurang.
sehabis

operasi.
4. Pertahankan
perilaku

4. Menyatakan
nyata

penerimaan dan

dalam melakukan

menghilangkan

prosedur/

rasa

menerima

pasien,

lindungi

privasi

malu

pasien.

pasien.
5. Beri

penguatan 5. Memungkinkan

informasi
yang

pasien
telah

pasien

untuk

menerima

diberikan

kenyataan

sebelumnya.

menguatkan

dan

kepercayaan
kepada pemberi
iformasi
pemberi
perawata.

IV.

IMPLEMENTASI

dan

53
Pelaksanaan atau implementasi merupakan palaksanaan perencanaan
keperawatan oleh perawat dan klien, hal-hal yang harus diperhatikan ketika
melakukan pelaksaan validasi, penguasaan ketrampilan interpersonal,
intelektual dan teknikal, intervensi harus dilakukan dengan cermat dan
efisien pada situasi yang tepat, keamana fisik dan psikologis dilindungi
oleh dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan (Gaffar,
La Ode Jumaidi, 1999).
V. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk menilai keberhasilan tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Setelah melaksanakan tindakan keperawatan maka hasil
yang diharapkan adalah sesuai dengan rencana tujuna yaitu :
Pre operasi
1. Rasa nyeri pasien berkurang/hilang
2. Suhu dalam batas normal (36,5oC-37,5oC)
3. Pasien berkemih dalam jumlah normal(1200-1500cc/hari) dan
pola biasanya
4. Infeksi tidak terjadi
5. Uotput dan input cairan balance
6. Nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan
7. Tidak ada kecemasan terhadap penyakit yang diderita
8. Pengetahuan pasien bertambah tentang penyakit dan prosedur
pembedahan
9. Penyakit yang diderita tidak kambuh lagi
Post operasi
1. Rasa nyeri berkurang/hilang
2. Pasien berkemih dalam jumlah normal (1200-1500cc/hari) tanpa
retensi urine
3. Tidak terjadi infeksi
4. Tidak terjadi keterbatasan aktivitas
5. Tidak ada kecemasan terhadap penyakit yang diderita
DAFTAR PUSTAKA

54

Carpenito, L.J. (2000). Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC


Doengoes, M.E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga (jilid 2). Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Purnomo, B.B. (2000). Dasar-dasar Urologi. Jakarta : CV Sagung Seto
Reksoprodjo, S. (1995). Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Sjamsuhidayat, R. (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2001). Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta : EGC
Suyono, S. (2001). Ilmu Penyakit Dalam Edisi Ketiga (jilid 2). Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai