Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Zaire menjadi perhatian dunia karena di sana banyak penderita meninggal
akibat serangan Demam Berdarah Ebola (DBE). DBE disebabkan oleh semacam virus ganas
yang relatif baru, yaitu virus Ebola. Virus ini sudah diisolasi sejak tahun 1967 dari penderitapenderita di Jerman dan Yugoslavia, yang kemudian ternyata terinfeksi dari monyet yang
berasal dari Uganda. Nama Ebola diambil dari nama sebuah sungai di Zaire asal virus
tersebut diisolasi pertama kali. Beberapa negara di Afrika juga pernah terserang Demam
Berdarah Ebola. Kekhawatiran muncul bila virus ini menular ke negara lain yang
dimungkinkan oleh sistem transportasi yang serba canggih.
Di Barat Laut Kongo, 5000 ekor gorila mati akibat terinfeksi virus Ebola, yang
memusnahkan hampir separuh populasi hewan yang terancam punah. Simpanse juga banyak
yang mati akibat virus ini. Para ahli menyatakan bahwa virus Ebola yang sangat menular ini
terutama tersebar melalui kontak antar kelompok gorila dan simpanse, bahkan manusia juga
bisa terinfeksi oleh virus Ebola. Virus ini pertama kali ditemukan tahun 1976 di Kongo, dan
sejauh ini hanya ditemukan di Afrika saja. Wabah virus Ebola terakhir di Uganda pada
Oktober 2000, ketika 173 orang meninggal dan total 426 orang terdiagnosis mengidap virus
itu di Uganda bagian utara. Penularan virus Ebola hanya terjadi melalui kontak langsung
dengan darah atau cairan tubuh. Kebanyakan orang yang terinfeksi virus ini akan meninggal
dunia, karena sampai sekarang virus ini belum ditemukan vaksin yang bisa mencegah
infeksi oleh virus ini.
WHO menyatakan lebih dari 1.000 orang meninggal karena Ebola sejak virus itu
pertama kali teridentifikasi pada 1976 di Sudan dan Kongo. Bisaanya wabah bisa diatasi
dengan cepat karena virus ini membunuh korbannya lebih cepat sebelum menular ke
individu lain. Sampai saat ini, tercatat sekitar 1.500 kasus demam akibat virus Ebola terjadi
di seluruh dunia. Gejala awal sakit akibat virus ini antara lain berupa demam, sakit kepala,
tenggorokan kering, lemas, pilu otot, diare, dan sakit perut.
Di Indonesia, sampai dengan saat ini belum ada yang dilaporkan terinfeksi oleh virus
Ebola. Akan tetapi, dengan kemajuan sistem transfortasi pada saat ini, tidak menutup
kemungkinan virus Ebola bisa mewabah di Indonesia. Untuk itu, diperlukan usaha

pencegahan yang bisa diterapkan untuk mencegah masuknya virus Ebola di Indonesia
mengingat virus ini sangat mudah menular dan sangat mematikan karena sampai sekarang
belum ditemukan vaksin yang bisa mencegah infeksi oleh virus Ebola.
Jika diduga ada wabah, tempat harus segera dikarantina. Pemusnahan hewan yang
terinfeksi dengan pengawasan yang ketat pada penguburan atau pembakaran bangkai. Hal
ini mungkin diperlukan untuk mengurangi resiko penularan dari hewan ke manusia. Dalam
upaya penanganan virus ebola ini maka dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut
mengenai penatalaksanaan virus ebola di tatanan nyata.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi penyakit ebola?
2. Apakah etiologi penyakit ebola?
3. Bagaimanakah patofisiologi ebola?
4. Bagaimanakah manifestasi klinis penyakit ebola?
5. Bagaimanakah pemeriksaan penunjang dan diagnostik ebola?
6. Bagaimanakah penatalaksanaan ebola?
7. Bagaimanakah pencegahan ebola?
8. Bagaimana pengobatan ebola?
9. Bagaimanakah rehabilitasi klien dengan ebola?
10. Bagaimanakah perkembangan terkini ebola?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi penyakit ebola
2. Untuk mengetahui etiologi penyakit ebola
3. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit ebola
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis penyakit ebola
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dan diagnostik ebola
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan ebola
7. Untuk mengetahui pencegahan ebola
8. Untuk mengetahui pengobatan ebola
9. Untuk mengetahui rehabilitasi klien dengan ebola
10. Untuk mengetahui perkembangan terkini ebola.

D. Manfaat Penulisan
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan mampu menambah pengetahuan mengenai
penyakit ebola khususnya mengenai penatalaksanaan penyakit ini di tatanan nyata agar
resiko penularan penyakit ini dapat dicegah.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Ebola
Ebola adalah penyakit infeksi virus yang disebabkan virus ebola. Penyakit ini dikenal
dengan Ebola Virus Disease (EVD) atau Ebola Hemorrhagic Fever (EHF). Terdapat lima
macam genus virus ebola penyebab penyakit ini, yaitu Bundibugyo ebolavirus (BDBV),
Reston Ebolavirus, Sudan ebolavirus (SUDV), Zaire ebolavirus, dan Tai Forest virus
(TAFV) yang dulu dikenal dengan Ivory Coast Ebolavirus (CIEBOV).
Ebola virus adalah salah satu virus dari sekitar 30 virus yang diketahui menyebabkan
sindrom demam berdarah (hemorrhagic fever syndrome). Penyakit ini pertama kali
ditemukan di Sudan pada tahun 1976. Virus jenis Sudan, Zaire, dan Ivory Coast berasal dari
simpanse di Afrika sedangkan Reston dari Asia Tenggara. Reston ebola virus pertama kali
ditemukan di laboratorium penelitian HIV/AIDS di Virginia, Amerika Serikat pada kera
berekor panjang (Macacafascicularis) yang di impor dari Filipina. Penyakit ini tidak
menyerang pekerja laboratorium walaupun ditemukan virus dalam darah mereka.
Di Indonesia kekhawatiran terhadap penyakit ebola ini juga

merebak.

Hewan reservoir (tempat virus hidup dan berkembangbiak) didapatkan di Indonesia, yaitu
kalong dan orang utan Kalimantan yang pada tahun 2012 lalu ditemukan infeksi virus ebola
dalam darahnya walaupun kekhawatiran penularan pada manusia belum ada.
3

Virus ebola telah tercatat menimbulkan wabah pada penyakit demam berdarah pada
manusia dengan angka kematian mencapai 89% sejak tahun 1976-2012 di Afrika. Virus jenis
Zaire adalah virus ebola paling berbahaya yang mengakibatkan angka kematian hingga
89%. Sementara virus jenis Sudan mengakibatkan angka kematian berkisar antara 41-65%.
B. Etiologi Ebola
Virus ebola termasuk famili Filoviridae. Famili Filoviridae ini terdiri atas virus Ebola
dan virus Marburg. Keduanya sama-sama menyebabkan penyakit demam akut dengan angka
kematian yang tinggi. Virus ebola terdiri dari Bundibugyo ebolavirus Reston Ebolavirus,
Sudan ebolavirus, Zaire ebolavirus, dan Tai Forest virus. Virus Reston adalah satu-satunya
virus ebola yang tidak berasal dari Afrika. Virus ebola Reston menyebabkan infeksi yang
fatal pada kera tetapi pada manusia hanya infeksi dengan sedikit atau tanpa gejala klinis.
Virus dari famili Filoviridae (filovirus) adalah virus dengan partikel virus terdiri dari
satu helai rantai RNA. Virus berukuran 790-970 nanometer panjangnya. Virus nampak
dalam keadaan melengkung atau melilit. Selubung lemak bagian luarnya sensitif terhadap
pelarut lemak atau deterjen. Virus akan rusak pada temperatur 60 0C dalam 30 menit dan
dalam keadaan asam tapi dapat hidup dalam darah pada temperatur ruangan. Bagian
permukaan virus mengandung glikoprotein yang berbentuk runcing yang berperan pada
penempelan virus ke sel inang. Glikoprotein ini kaya akan kandungan gula sehingga dapat
menghindari antibodi yang menetralkan virus. Bentuk yang lebih kecil dari glikoprotein
virus yang mengandung antigen virus diproduksi oleh sel yang terinfeksi dan ditemukan
pada sirkulasi darah penderita. Adanya antigen virus yang bersikulasi ini diduga menjadi
mekanisme yang menghambat respon daya tahan tubuh penderita terhadap protein
permukaan virus atau dengan kata lain memblok aktivitas antivirus tubuh penderita. Hal
inilah yang menyebabkan virus ebola mengakibatkan angka kematian tinggi.
Virus ebola ini sering menimbulkan wabah. Awalnya infeksi virus terdapat
pada reservoir (makhluk hidup tempat virus hidup dan berkembang biak) yang tidak
diketahui. Manusia tertular akibat kontak erat dengan makhluk/manusia lain yang terinfeksi
virus atau melalui cairan tubuh penderita.
Virus ebola memperbanyak diri dengan baik di semua sel manusia. Proses
perbanyakan diri virus membuat kematian sel inangnya. Antigen virus dan virus banyak
terdapat pada jaringan ikat bahkan pada kasus berat ditemukan pada jaringan di bawah kulit.
Dari sinilah virus dapat keluar melalui celah antar kulit atau lewat kelenjar keringat dan
4

dapat menular. Penularan virus melalui udara terjadi pada virus Reston yang menular
melalui udara pada primata.
Karena reservoir alami dari virus Ebola belum terbukti, cara dimana virus pertama
muncul pada manusia pada awal wabah tidak diketahui. Namun, para peniliti memiliki
hipotesis bahwa pasien pertama terinfeksi melalui kontak dengan hewan yang terinfeksi.
Ketika infeksi terjadi pada manusia, ada beberapa cara dimana virus dapat ditularkan kepada
orang lain, diantaranya:
1. Kontak langsung dengan darah atau cairan dari orang yang terinfeksi.
2. Paparan benda (seperti jarum) yang telah terkontaminasi dengan sekresi yang terinfeksi.
Virus yang menyebabkan EVD sering menyebar diantara keluarga dan teman
teman, seperti melalui sekret infeksi saat merawat anggota keluarga yang sakit.
Penyakit ini dapat menyebar dengan cepat selama masa perawatan kesehatan di
fasilitas kesehatan (seperti klinik atau rumah sakit). Paparan virus Ebola dapat terjadi selama
masa perawatan kesehatan dimana staf rumah sakit tidak mengenakan peralatan pelindung
yang sesuai, seperti masker, jubah, dan sarung tangan.
Pembersihan dan pembuangan instrumen, seperti jarum suntik, juga penting. Jika
instrumen tidak sekali pakai,mereka harus disterilkan sebelum digunakan lagi. Tanpa
sterilisasi yang baik terhadap instrumen, penularan virus dapat berlanjut dan memperkuat
wabah.
C. Patofisiologi Ebola
Virus Ebola adalah virus yang dapat menyebar dengan sangat cepat dan dapat
menyebar melalui penggunaan jarum suntik yang tidak disterilkan atau melakukan kontak
dengan seseorang yang terkena infeksi atau mayat orang yang sudah meningggal karena
terserang Virus Ebola.
Cara infeksi virus Ebola dalam tubuh manusia adalah sebagai berikut: Pertama,
sekitar satu minggu setelah infeksi atau peradangan, virus mulai menyerang darah dan sel
hati. Kedua, penyakit akan menyebar secara cepat keseluruh tubuh, virus akan
menghancurkan organ atau bagian tubuh yang penting seperti hati dan ginjal. Ketiga, infeksi
virus Ebola akan menyebabkan atau mendorong terjadinya pendarahan internal secara besarbesaran (masive). Keempat, Virus Ebola akan menghambat kerja system pernapasan, yang
dapat menyebabkan kematian seketika pada pasien.

Mekanisme Infeksi Virus Ebola


D. Manifestasi Klinis Ebola
EVD adalah penyakit yang sering ditandai dengan demam mendadak, lemah, nyeri
otot, sakit kepala, sakit tenggorokan. Gejala ini diikuti dengan muntah, diare, ruam,
gangguan fungsi ginjal dan hati, dan dalam beberapa kasus terjadi perdarahan baik internal
maupun eksternal. Seorang penderita EVD dapat pula dilihat dari hasil laboratorium, yaitu
berupa penurunan jumlah sel darah putih dan trombosit, serta peningkatan enzim hati. Masa
inkubasi virus 2 sampai 21 hari.
Dikenal dua macam paparan terhadap virus ebola. Paparan primer adalah paparan
yang terjadi pada orang yang bepergian ke daerah endemic ebola (Afrika). Negara-negara di
Afrika yang merupakan daerah endemik virus ebola adalah Republik Kongo, Gabon, Sudan,
dan Pantai Gading (Ivory Coast). Paparan sekunder adalah paparan dari orang ke orang atau
dari hewan misalnya primata ke manusia.
Waktu yang diperlukan sejak virus masuk hingga timbul gejala klinis adalah biasanya
7-10 hari (rentang waktu 3-16 hari). Gejala klinik awal adalah :
1.

Panas badan;

2.

Nyeri pada pangkal tenggorokan;

3.

Bercak pada kulit tampak jelas pada batang tubuh (pada hari ke 5-7);

4.

Mata kemerahan.
Gejala berikutnya adalah :

1.

Wajah tanpa ekspresi;


6

2.

Perdarahan dari tempat suntikan atau di lapisan selaput lendir seluruh tubuh;

3.

Radang otot jantung dan pengumpulan cairan di jaringan paru-paru;

4.

Pada kasus berat terjadi napas cepat, tekanan darah rendah, koma, dan tidak
berkemih.
Pada penderita yang bertahan hidup dari infeksi virus ebola dapat mengalami gejala:

1.

Nyeri otot;

2.

Nyeri sendi yang berpindah-pindah;

3.

Nyeri kepala;

4.

Lemas;

5.

Bulimia;

6.

Tidak mendapat menstruasi;

7.

Kehilangan daya pendengaran;

8.

Suara mendengung di telinga;

9.

Radang salah satu buah zakar;

10.

Radang kelenjar ludah parotis.


Pada infeksi akut ditemukan banyak virus dan antigen virus pada peredaran darah.

Gejala klinis akan membaik bila kadar antibodi terhadap virus telah menurun. Virus
dapatdideteksidenganpemeriksaan Enzyme

Linked

Immunoabsorbent

Assay (ELISA)

dan fluorescent antibody testing.


Komplikasi yang dapat timbul pada infeksi virus ebola adalah komplikasi pada mata,
yaitu rasa nyeri pada mata, takut bila melihat cahaya karena rasa tidak nyaman, mata berair
dan penurunan ketajaman penglihatan. Komplikasi lain adalah radang buah zakar dan
hepatitis.
Sepanjang masa inkubasi (gejala awal), yang dapat berlangsung selama 1-3 minggu,
gejala demam ebola meliputi: radangsendi, sakit punggung, diare, kelelahan, sakitkepala,
rasa tidakenakbadan, kerongkonganterasasangatsakit, danmuntah-muntah. Sedangkan pada
gejala akhir, demam ebola dapat menujukkan gejala seperti: gatal-gatal, pendarahan dari
mata, telinga, dan hidung, pendarahan dari mulut dan dubur (pendarahan gastrointestinal),
radang pada mata (conjunctivitis), bengkak pada organ genital (labia dan kantung buah pelir
7

(scrotum)), keluarnya darah melalui permukaan kulit (hemorrhagic), rongga atas mulut
terlihat memerah, pingsan, kegagalan fungsi hati, dan mata menjadi gelap. (Robertus S.W
dan Tony H). Gejala lain yang kerap ditunjukkan oleh orang yang terinfeksi Ebola adalah
bintik-bintik merah di kulit, mata merah, dan mata berdarah.
Tapi dalam wabah terbaru di Uganda, pasien meninggal dengan gejala demam dan
muntah. Gejala yang bisaanya tidak terlihat pada pasien ebola inilah yang membuat WHO
menjadi khawatir. Hal itu menjadi tanda munculnya strain baru virus Ebola yang mematikan.
Bentuk baru virus Ebola itu terdeteksi dalam sebuah wabah di Uganda bagian barat. Dalam
waktu kurun dari sebulan, strain tak dikenal itu telah menewaskan 18 orang (Koran Tempo,
2007).
Sebanyak 90 persen pasien yang terserang virus Ebola meninggal, artinya hanya 10
persen saja pasien yang terinfeksi virus Ebola yang dapat selamat. Secara umum kematian
pasien yang terinfeksi Ebola disebabkan karena tekanan psikologis, dan sedikit kematian
yang diakibatkan akibat kekurangan darah.
E. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik
Penyakit lainnya yang terdeteksi sebelum seseorang penderita didiagnosis EVD
antara lain: malaria, demam thypoid, shigellois, kolera, leptospirosis, pes, rickettsiosis,
demam kambuh, meningitis, hepatitis dan demam berdarah virus lainnya.
Infeksi virus Ebola dapat didiagnosis di labolatorium melalui beberapa jenis tes:
1. Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA)
2. Tes diteksi antigen
3. Uji serum netralisasi
4. Reverse transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR) assay
5. Isolasi virus dengan kultur sel
Untuk mendeteksi apakah seseorang terinfeksi virus Ebola, dapat dilakukan
pengujian antigen-capture enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA), IgG ELISA,
polymerase chain reaction (PCR), dan mengisolasi virus Ebola yang bisa dilakukan untuk
mengetahui adanya virus Ebola dalam tubuh manusia (Olson, www.ualr.edu). Mendeteksi
penyebab penyakit cacar air (small pox), Anthrax, dan Virus Ebola, pada saat ini bisa
dilakukan dengan mudah, dan hasil identifikasinya dapat langsung disebarluaskan melalui
jaringan telepon genggam. Teknologi yang dikembangkan Fraunhofer Institute for Silicon
Teknologi, sebuah perusahaan inovasi teknologi mikrobiologi dan mikrokomputer dari
Jerman ini menyebutnya dengan eBiochipstick. Alat ini cukup mengambil DNA atau bagian
tubuh atau benda yang diduga terinfeksi bakteri, lalu dimasukkan sebuah kotak seukuran tv
8

10 inc (eBiochip Adaptor). Instrumen yang bekerja dengan bantuan komputer portabel ini,
dengan mudah kemudian mendeteksi kadar virus, racun, bakteri, atau patogen, yang telah
menjangkiti tubuh manusia, atau hewan. Alat ini diberi nama, eBiochip System Portable
Instrument. Alat ini dengan cepat akan mendeteksi jenis spora, dan mendeteksi virus Ebola
lewat perangkat eBiochipstick. Alat untuk mendeteksi dan menganalisis jenis bakteri, virus,
atau racun berbahaya dalam tubuh manusia cukup dengan sebuah chip seukuran disket HDD
yang tebalnya tak lebih dari koin Rp 500,- dan mengurai protein dengan analisis akurat.
Berdasarkan data departemen ketahanan biologi Amerika, stidaknya ada tujuh jenis racun,
bakteri patogenik yang bisa dideteksi alat ini. Selain bakteri antrax dan smal pox (cacar air),
eBiochip ini juga bisa mendeteksi plague, hepatitis C, tularemia, brucellus, Q-fever, dan
virus Ebola (virale hemorhagic fever). Bahkan bakteri penyakit anthrax yang sporanya bisa
bertahan hingga di atas 40 tahun pun masih bisa dideteksi oleh alat ini. Kadar infeksi bakteri
penyakit yang bisa menular ke manusia ini dengan dini bisa dideteksi dan diurai kadar
racunnya (Sriwijaya Post, Mendeteksi Virus Ebola Lewat Telepon Genggam, 2006).
F. Penatalaksanaan
Pengobatan standar untuk EVD masih terbatas pada terapi suportif. Ini terdiri dari:
1. Menyeimbangkan cairan tubuh dan elektrolit pasien
2. Mempertahankan status oksigen dan tekanan darah
3. Memberikan pengobatan untuk setiap komplikasi infeksi yang terjadi
Pengobatan tepat waktu pada penderita EVD adalah penting walaupun sangat
menantang karena penyakit ini sulit untuk didiagnosis secara klinis pada tahap awal infeksi
karena gejala awal seperti sakit kepala dan demam tidak spesifik untuk menentukan
seseorang terinfeksi EVD, kasus EVD mungkin awalnya sudah didiagnosis.
Namun jika seorang pasien memiliki gejala awal EVD dan ada alasan kuat sehingga
pasien tersebut dinyatakan sebagai suspek, pasien harus diisolasi dan petugas kesehatan
harus segera mengetahui hal ini. Terapi suportif dapat dilanjutkan dengan menggunakan
pakaian pelindung yang tepat sampai sampel dari pasien diuji untuk mengkonfirmasi infeksi.
Sampai saat ini belum ditemukan vaksin untuk kasus EVD. Beberapa vaksin masih
dalam tahap pengujian, namun belum ada satupun yang dapat digunakan untuk kasus klinis.
Penderita sakit parah memerlukan perawatan yang intensif. Pasien sering mengalami

dehidrasi dan membutuhkan rehidrasi oral dengan larutan yang mengandung elektrolit atau
cairan intravena.
Tidak ada pengobatan khusus yang dapat dilakukan. Beberapa obat baru masih dalam
tahap evaluasi. Virus ebola menyebabkan kasus EVD pada manusia, dengan CFR sampai
90%
G. Pencegahan
Tim peneliti dari Amerika dan Kanada yang dipimpin Dr Anthony Sanchez
melaporkan perkembangan tentang virus Ebola dalam pertemuan ke-162 Komunitas
Mikrobiologi Umum yang digelar di gedung Pusat Konferensi Internasional Edinburgh.
Menurut Sanchez, dengan pola transportasi perjalanan lintas benua dan pariwisata yang
berkembang demikian pesat beberapa waktu terakhir telah membuat virus Ebola menyebar
dari tempat paling terasing ke seluruh belahan di dunia. Untuk itu diperlukan upaya
pencegahan yang bisa meminimalkan meluasnya wabah penyakit yang disebabkan oleh
virus Ebola. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghindari agar tidak tertular
oleh virus Ebola, antara lain: menghindari area yang terkena serangan virus Ebola, tidak
melakukan kontak dengan pasien atau mayat yang terjangkit

virus Ebola, dan

mengggunakan perlengkapan khusus seperti baju yang bisaa digunakan di Laboratorium


yang fungsinya menghindari penularan oleh virus Ebola. Dengan demikian, diharapkan
kontaminasi yang bisa disebabkan oleh virus Ebola dapat di hindari. Selain itu, mayat para
korban yang meninggal akibat virus Ebola harus dimusnahkan karena penyebaran utama
virus ini melalui darah, yang menyebabkan para dokter yang terkena darah dari pasien yang
terinfeksi, akan mengalami kematian seperti yang terjadi di Afrika.

Menon-aktifkan virus

Ebola dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan penggunaan sinar ultra violet dan
radiasi sinar gama, penyemprotan formalin dengan konsentrasi 1%, beta-propiolactone, dan
disinfektan phenolic dan pelarut lipid-deoxycholate dan ether.
H. Pengobatan
Sampai saat ini belum ada antivirus spesifik untuk pengobatan infeksi virus ebola.
Terapi suportif dilakukan dengan memperhatikan volume darah dalam pembuluh darah,
elektrolit, nutrisi, dan membuat pasien dalam keadaan nyaman. Volume cairan dalam
pembuluh darah harus diganti.

10

Terapi

dengan

menggunakan nucleoside

obat-obatan
analogue

dapat

inhibitors

dengan
of

the

menggunakan
cell

encoded

dengan

enzyme

S-

adenosylhomocysteine hydrolase (SAH). Respon pengobatan tergantung dosis. Dosis 0,7


mg/kg yang diberikan setiap 8 jam pada hari 0 sampai 1 terjadinya infeksi dapat mencegah
kematian. Bila obat baru diberikan pada hari kedua maka 90% kematian dapat dicegah.
Kekebalan pasif telah dicoba dengan memberikan protein kekebalan yang didapat
dari antibodi manusia dan kuda tetapi hasilnya tidak dapat mencegah kematian. Ternyata
antibodi tersebut dapat mencegah kematian pada binatang guinea pigs dan babon tetapi tidak
dapat mencegah kematian pada kera.
Obat lain yang dapat mengurangi angka kematian lain walaupun tidak secara
langsung terlibat dalam perkembangbiakan virus adalah inactivated protein C dan suatu
rekombinan nematode anticoagulant protein (NAP).
Penderita yang bertahan hidup mengeluarkan virus untuk jangka waktu yang cukup
lama karena itu pasien harus diisolasi di ruang tertentu. Air kencing, darah, dahak, dan tinja
pasien harus ditangani secara hati-hati karena sangat infeksius. Objek yang bersentuhan
dengan cairan tubuh pasien harus didesinfeksi dengan sodium hipoklorit 0,5%.
Vaksin dan obat-obatan untuk mencegah infeksi virus ebola sampai saat ini belum
ada. Pemakaian alat pelindung diri di rumah sakit di Afrika sangat penting. Suatu gen yang
mengandung glikoprotein virus

ebola

yang

dibawa

oleh Adenovirus telah

berhasil

memberikan perlindungan pada primata dan sedang diteliti lebih lanjut untuk digunakan
pada manusia.
Sampai dengan saat ini, belum ditemukan vaksin yang bisa mencegah infeksi oleh
virus Ebola. Akan tetapi sekarang sedang di kembangkan pembuatan vaksin yang akan
diujikan kepada manusia untuk pertama kalinya adalah vaksin yang sudah memasuki fase
uji-klinis. Menurut Sanchez, infeksi virus Ebola di dalam tubuh manusia memang bisa
sangat mematikan, tapi monyet berhasil selamat dari infeksi virus tersebut dan ini bisa
menjadi contoh yang sangat bermanfaat bagi uji-coba terhadap binatang. Pengujian vaksin
Ebola dengan menggunakan primata memberikan perkembangan yang menjanjikan bagi
hadirnya vaksin pelindung.
Ada beberapa hal yang menyebabkan penyebaran penyakit Ebola (Demam Berdarah
Ebola) sangat dikhawatirkan, antara lain:
1.

Serangannya muncul secara sangat mendadak

11

2.

Gejala-gejala klinik sangat berat.

3.

Menimbulkan kematian dalam waktu yang sangat singkat.

4.

Angka kematiannya sangat tinggi yaitu 90-92% dari jumlah penderita.

5.

Karena Virus Ebola mampu berpindah dari penderita ke orang lain, sehingga
transportasi sangat mendukung kemungkinan penyebarannya ke berbagai bagian dunia
dalam waktu yang sangat singkat.

6.

Belum ada obat yang efektif untuk menyembuhkan Demam Berdarah Ebola.

7.

Vaksin Demam Berdarah Ebola (DBE) hingga kini belum dapat dibuat (Sumber:
Halim, M).

I. Rehabilitasi
Rehabilitasi bagi mantan penderita akibat terinfeksi virus Ebola bias dilakukan
dengan tidak mengasingkan para penderita. Karena menurut para ahli, sebagian besar
kematian yang disebabkan oleh virus Ebola di sebabkan oleh adanya tekanan secara
psikologis. Apabila kita mengasingkan dan menjauhi para penderita atau mantan penderita
virus Ebola, justru hal ini akan semakin memperburuk kondisi kesehatan penderita tersebut.
Untuk itulah diperlukan upaya rehabilitasi yang intensif terhadap para penderita virus Ebola
agar kondisi fisik dan psikologisnya tetap stabil, sehingga akan memberikan motivasi
kepadapa pasien tersebut untuk secepatnya bias sembuh dari penyakit yang disebabkan oleh
virus Ebola. Akan tetapi, proses rehabilitasi ini tentunya harus dilakukan secara hati-hati dan
lebih waspada, mengingat virus Ebola bias menular dengan sangat cepat dari penderita kepada
orang lain melalui kontak. Rehabilitasi juga sebaiknya dilakukan di tempat yang benar-benar
steril, atau pada ruang isolasi khusus sehingga bisa mengurangi kontaminasi yang bisa
disebabkan oleh virus Ebola.
J. Perkembangan Terkini Ebola
Sejauh ini WHO belum mengeluarkan travel warning ke negara terjangkit. Namun
demikian kewaspadaan penularan penyakit harus dimiliki oleh semua WNI yang berminat
12

melakukan perjalanan ke Negara terjangki atau WNI saat ini ada di negara terjangkit. Upaya
yang dapat dilakukan:
1. Hindari kontak dengan orang sakit, terutama dengan gejala penyakit virus ebola.
2. Agar selalu menjaga kesehatan dengan melaksanakan Perilaku Hidup Bersih Sehat
(PHBS), termasuk Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS).
3. Mengkonsumsi makanan yang diolah dengan baik.
4. Segera mencari pertolongan ke sarana pelayanan kesehatan terdekat bila bergejala sakit.
Upaya yang dilakukan Pemerintah dalam mencegah masuknya Penyakit Virus
Ebola ke Indonesia, yaitu melakukan skrining sebagai upaya aktif di pintu masuk negara
terhadap pelaku perjalanan dengan riwayat perjalanan dari negara terjangkit. Bila ditemukan
pelaku perjalanan dengan riwayat perjalanan dari negara terjangkit mengalami gejala penyakit
virus ebola, akan dilakukan pemeriksaan dan tindakan lebih lanjut. Selain itu, untuk
mencegah wisatawan yang sakit dan melakukan perjalanan dengan pesawat. Selain itu,
dilakukan juga penyuluhan kepada masyarakat luas untuk segera mendatangi fasilitas
pelayanan kesehatan bila dirinya, keluarga atau tetangga yang sakit dengan gejala demam
viral dan ada riwayat kontak/perjalanan ke wilayah terjangkit Virus Ebola.
Selain itu, bila ditemukan kasus penyakit virus ebola di Indonesia, pemerintah
telah memiliki mekanisme untuk menangani kasus penyakit import secara umum termasuk
penyakit virus ebola dam mekanisme pencegahan penyebarannya. Upaya ini melibatkan
jajaran Kementrian Kesehatan, TNI/Polri, dan Kementrian/Lembaga terkait lain. Beberapa
upaya yang dilakukan antara lain pelaporan jika diketahui terdapat penumpang sakit di
pesawat sebelum kedatangan, investigasi wisatawan sakit, dan jika perlu isolasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ebola adalah penyakit infeksi virus yang disebabkan virus ebola. Penyakit ini dikenal
dengan Ebola Virus Disease (EVD) atau Ebola Hemorrhagic Fever (EHF). Terdapat lima
macam genus virus ebola penyebab penyakit ini, yaitu Bundibugyo ebolavirus (BDBV),
Reston Ebolavirus, Sudan ebolavirus (SUDV), Zaire ebolavirus, dan Tai Forest virus
(TAFV) yang dulu dikenal dengan Ivory Coast Ebolavirus (CIEBOV).

13

Virus ebola termasuk famili Filoviridae. Famili Filoviridae ini terdiri atas virus Ebola
dan virus Marburg. Keduanya sama-sama menyebabkan penyakit demam akut dengan angka
kematian yang tinggi.
Cara infeksi virus Ebola dalam tubuh manusia adalah sebagai berikut: Pertama,
sekitar satu minggu setelah infeksi atau peradangan, virus mulai menyerang darah dan sel
hati. Kedua, penyakit akan menyebar secara cepat keseluruh tubuh, virus akan
menghancurkan organ atau bagian tubuh yang penting seperti hati dan ginjal. Ketiga, infeksi
virus Ebola akan menyebabkan atau mendorong terjadinya pendarahan internal secara besarbesaran (masive). Keempat, Virus Ebola akan menghambat kerja system pernapasan, yang
dapat menyebabkan kematian seketika pada pasien.
Waktu yang diperlukan sejak virus masuk hingga timbul gejala klinis adalah biasanya
7-10 hari (rentang waktu 3-16 hari). Gejala klinik awal adalah :
1.

Panas badan;

2.

Nyeri pada pangkal tenggorokan;

3.

Bercak pada kulit tampak jelas pada batang tubuh (pada hari ke 5-7);

4.

Mata kemerahan.
Gejala berikutnya adalah :

1.

Wajah tanpa ekspresi;

2.

Perdarahan dari tempat suntikan atau di lapisan selaput lendir seluruh tubuh;

3.

Radang otot jantung dan pengumpulan cairan di jaringan paru-paru;

4.

Pada kasus berat terjadi napas cepat, tekanan darah rendah, koma, dan tidak
berkemih.
Pada penderita yang bertahan hidup dari infeksi virus ebola dapat mengalami gejala:

1. Nyeri otot;
2. Nyeri sendi yang berpindah-pindah;
3. Nyeri kepala;
4. Lemas;
5. Bulimia;
6. Tidak mendapat menstruasi;
14

7. Kehilangan daya pendengaran;


8. Suara mendengung di telinga;
9. Radang salah satu buah zakar;
10. Radang kelenjar ludah parotis.
Infeksi virus Ebola dapat didiagnosis di labolatorium melalui beberapa jenis tes:
Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA)
Tes diteksi antigen
Uji serum netralisasi
Reverse transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR) assay
Isolasi virus dengan kultur sel.
Pengobatan standar untuk EVD masih terbatas pada terapi suportif. Ini terdiri dari:
1. Menyeimbangkan cairan tubuh dan elektrolit pasien
2. Mempertahankan status oksigen dan tekanan darah
3. Memberikan pengobatan untuk setiap komplikasi infeksi yang terjadi.
1.
2.
3.
4.
5.

Menon-aktifkan virus Ebola dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan
penggunaan sinar ultra violet dan radiasi sinar gama, penyemprotan formalin dengan
konsentrasi 1%, beta-propiolactone, dan disinfektan phenolic dan pelarut lipid-deoxycholate
dan ether.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah:
1. Hindari kontak dengan orang sakit, terutama dengan gejala penyakit virus ebola.
2. Agar selalu menjaga kesehatan dengan melaksanakan Perilaku Hidup Bersih Sehat
(PHBS), termasuk Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS).
3. Mengkonsumsi makanan yang diolah dengan baik.
4. Segera mencari pertolongan ke sarana pelayanan kesehatan terdekat bila bergejala sakit.
Upaya yang dilakukan Pemerintah dalam mencegah masuknya Penyakit Virus Ebola
ke Indonesia, yaitu melakukan skrining sebagai upaya aktif di pintu masuk negara terhadap
pelaku perjalanan dengan riwayat perjalanan dari negara terjangkit. Bila ditemukan pelaku
perjalanan dengan riwayat perjalanan dari negara terjangkit mengalami gejala penyakit virus
ebola, akan dilakukan pemeriksaan dan tindakan lebih lanjut. Selain itu, untuk mencegah
wisatawan yang sakit dan melakukan perjalanan dengan pesawat. Selain itu, dilakukan juga
penyuluhan kepada masyarakat luas untuk segera mendatangi fasilitas pelayanan kesehatan
bila dirinya, keluarga atau tetangga yang sakit dengan gejala demam viral dan ada riwayat
kontak/perjalanan ke wilayah terjangkit virus ebola.
B. Saran
15

Pencegahan dalam masuknya ebola ke suatu negara sangat penting dilakukan untuk
melindungi masyarakat. Peran ini tentu harus dilaksanakan oleh semua pihak bukan hanya
tenaga kesehatan. Bagi tenag kesehatan diharapkan untuk terus meningkatkan pengetahuan
mengenai perkembangan penyakit terbaru agar pemberian perawatan dapat dilakukan dengan
tepat serta menghindari suatu penyakit menjadi sebuah wabah yang menyebabkan banyak
korban.

16

DAFTAR PUSTAKA
Sumber internet:
http://www.kerjanya.net/faq/6586-ebola.html
http://lenkabelajar.blogspot.co.id/2012/09/artikel-virus-ebola.html

17

Anda mungkin juga menyukai