DOSEN PEMBIMBING
Ns. Sadaukur Br. Barus S.Kep., M.Kep
Disusun oleh
Dinar Darmila (E.0105.18.012)
2. ETIOLOGI
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih sampai saat ini belum diketahui pasti, tetapi ada
beberapa faktor predisposisi terjadinya batu pada saluran kemih yaitu:
a) Infeksi
Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi
inti pembentukan batu saluran kemih . Infeksi bakteri akan memecah ureum dan membentuk
amonium yang akan mengubah pH urine menjadi alkali.
b) Stasis dan Obstruksi urine
Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah pembentukan batu saluran kemih.
C) Ras
Pada daerah tertentu angka kejadian batu saluran kemih lebih tinggi daripada daerah lain,
Daerah seperti di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran kemih.
D) Keturunan
E) Air minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan mengurangi kemungkinan
terbentuknya batu ,sedangkan kurang minum menyebabkan kadar semua substansi dalam
urine meningkat
F) Pekerjaan
Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan terbentuknya batu
daripada pekerja yang lebih banyak duduk.
G) Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringat sedangkan
asupan air kurang dan tingginya kadar mineral dalam air minum meningkatkan insiden
batu saluran kemih
H) Makanan
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka morbiditasbatu saluran
kemih berkurang. Penduduk yang vegetarian yang kurang makan putih telur lebih sering
menderita batu saluran kemih ( buli-buli dan Urethra ).
3. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius tergantung pada adanya
obstruksi, infeksi dan edema. Ketika batu menghambat aliran urine, terjadi obstruksi,
menyebabkan penekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi
(pielonefritis dan sistisis yang disertai menggigil, demam, dan dysuria) dapat terjadi dari
iritasi yang terus-menerus. Beberapa batu, jika ada, menyebabkan sedikit gejala namun
secara perlahan merusak unit fungsional (nefron) ginjal; sedangkan yang lain menyebabkan
nyeri yang luar biasa dan ketidaknyamanan.
Batu di piala ginjal mungkin berkaitan dengan sakit yang dalam dan terus-menerus di
area kostovertebral. Hematuria dan piuria dapat dijumpai. Nyeri yang berasal dari area renal
menyebar secara anterior dan pada wanita kebawah mendekati kandung kemih sedangkan
pada pria mendekati testis. Bila nyeri tekan diseluruh area kostovertebral, dan muncul mual
muntah, maka pasien sedang mengalami episode kolik renal. Diare dan ketidaknyamanan
abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal ini akibat dari refleks renointestinal dan
proksimitas anatomic ginjal ke lambung, pankreas dan usus besar.
Batu yang terjebak di ureter menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa, akut dan
kolik yang menyebar ke paha dna genetalia. Pasien sering merasa ingin berkemih, namun
hanya sedikit urin yang keluar, dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasive batu.
Kelompok gejala ini disebut kolik ureteral. Umumnya, pasienakan mengeluarkan batu
dengan diameter 0,5 sampai 1cm secara spontan. Batu dengan diameter lebih dari 1 cm
biasanya harus diangkat atau dihancurkan sehingga dapat diangkat atau dikeluarkan secara
spontan.
Batu yang terjebak pada saluran kemih biasanya menyebabkan gejala iritasi dan
berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria. Jika batu menyebabkan
obstruksi pada leher kandung kemih, akan terjadi retensi urin. Jika infeksi berhubungan
dengan adanya batu, maka kondisi ini jauh lebih serius, disertai sepsis yang mengancam
kehidupan pasien.
4. Patofisiologi
Kebanyakan kalkuli vesikalis terbentuk de novo dalam kandungan kemih, tetapi beberapa
awalnya mungkin telah terbentuk di dalam ginjal, kemudian menuju kedalam kandung
kemih, dimana dengan adanya pengendapan tambahan kan menyebabkan tumbuhnya batu
Kristal. Pada pria yang lebih tua, batu kandung kemih terdiri atas asam urat. Batu jenis ini
merupakan batu yang paling mungkin terbentuk di kandung kemih. Batu yang terdiri atas
kalsium oksalat biasanya awalnya terbentuk di ginjal.
Jenis umum dari sebagian besar batu vesikalis pada orang dewasa terdiri atas asam urat
(>50%). Pada kondisi yang lebih jarang, batu kandung kemih terdiri atas kalsium oklasat,
kalsium fosfat, ammonium urat, sistein, atau magnesium ammonium fosfat (bila dikaitkan
dengan infeksi). Menariknya, pasien dengan batu asam urat jarang pernah memili riawayat
gout atau hyperuricemia.
Batu pada anak terutama terdiri atas asam urat amonium, kalsium oksalat, atau campuran
tercemar asam urat dan oksalat kalsium amonium dengan fosfat kalsium. Pemberian air tajin
(air mendidih atau pada saat menanak beras) sebagai pengganti ASI memiliki rendah fosfor,
akhirnya menyebabkan ekskresi ammonia tinggi. Anak-anak juga biasanya memiliki asupan
tinggi sayuran kaya oksalat (meningkatkan kristaluria oksalat) dan protein hewani (sistrat
diet rendah).
Dengan terbentuknya batu didalam kandung kemih, masalah akan tergantung pada
besarnya batu dalam menyumbat muara uretra. Berbagai manifesatasi akan muncul sesuai
dengan derajat penyumbatan tersebut.
Ketika batu menghambat dari saluran urine, terjadi obstruksi, meningkatkan tekanan
hidrostatik. Bila nyeri mendadak terjadi secara akut dan disetrai nyeri tekan suprapubik,
serta muncul mual muntah, maka klien sedang mengalami episode kolik renal. Diare,
demam, dan perasaan tidak nyaman di abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal ini
terjadi akibat reflex dan proksmitas anatomik ginjal ke lambung, pankreas, dan usus besar.
Batu yang terjebak di kandung kemih menyebabkan gelombang nyeri luar biasa, akut, dan
kolik yang menyebar ke kepala, abdomen dan genitalia. Klien sering merasa ingin BAK,
namun hanya sedikit urine yang keluar, dan biasnya mengandung darah akibat aksi abrasi
batu, gejala ini disebabkan kolik ureter. Umumnya, klien akan mengeluarkan batu yang
berdiameter 0,5 sampai dengan 1 cm secara spontan. Batu yang berdiameter lebih dari 1 cm
biasanya harus diangkat atau dihancurkan sehingga dapat dikeluarkan secara spontan dn
saluran urin membaik dan lancer.
Adanya batu pada kandung kemih memberikan manifestasi pada berbagai masalah
keperawatan.
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS
Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik yang dapat diintruksikan saat dicurigai ada batu
saluran kemih adalah sebagai berikut.
a) Laboratorium
Urinalisis, pemeriksaan urinalisis pada pasien batu kandung kemih dilakukan secara
mikroskopis dan makroskopis. Pemeriksaan secara mikroskopis dilakukan untuk menilai
jenis batu dengan menilai pH, kosistensi, dan komposisi batu. Pemeriksaan makroskopis
dilakukan untuk menilai warna dan kejernihan dari urine. Pada pasien dewasa dengan
jenis batu asam urat, secara mikroskopis lazim didapatkan pH asam, sedangkan secara
nmakroskopis didapatkan adanya hematuria dan piuria.
Hitung jumlah sel darah lengkap: pada pasien dengan obstruksi dan infeksi akan
didapatkan sel darah putih (WBC) meningkat.
b) USG
Ultrasonografi, menampilkan objek hyperechoic klasik dengan membayangi posterior,
efektif dalam mengidentifikasi baik radiolusen dan batu radio-opak.
c) Foto polos abdomen
Pemeriksaan standar untuk menilai adanya batu radio-opik.
d) Intravena Pyelography (IVP)
Jika kecurigaan klinis tetap tinggi dan foto polos abdomen tidak mengungkapkan adanya
batu, langkah berikutnya adalah cystography atau IVP.
e) Pemeriksaan sinar X abdomen bawah pada GUK (ginjal, ureter, dan kandung kemih)
dapat menunjukan batu seperti keburaman di ginjal, ureter, dan kandung kemih.
f) Ultrasonografi ginjal menggunakan gelombang suara pantulan untuk mendeteksi batu
dan mengevaluasi ginjal mengenai kemungkinan terjadinya hidronefrosis.
g) Spiral computed tomography (CT) scan ginjal, dengan atau tanpa medium kontras,
menunjukan batu, obstruksi ureter, dan gangguan ginjal lain.
h) Sistoskopi digunakan untuk memvisualisasikan dan kemungkinan mengangkat batu dari
kandung kemih dan ureter distal.
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas klien
a) Batu saluran kemih sering terjadi pada orang dewasa, paling sering ditemukan pada umur
30 – 50.
b) Untuk kasus ini sering terjadi pada laki-laki.
c) Selain itu lingkungan yang terjadi pada kasus ini biasanya lingkungan yang tinggal di
daerah yang panas.
2. Riwayat sakit dan kesehatan
a) Keluhan utama
Klien dengan batu ginjal sering mengeluh sakit di bagian perutnya.
b) Riwayat penyakit saat ini
Keluhan yang sering terjadi pada klien batu saluran kemih ialah nyeri pada saluran kemih
yang menjalar, berat ringannya tergantung pada lokasi dan besarnya batu, dapat terjadi
nyeri/kolik renal klien dapat juga mengalami gangguan gastrointestinal dan
perubahan.perlu ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah
dilakukan untuk menurunkan atau meningkatkan keluhan-keluhan tersebut. Penyebab
kelemahan fisik setelah melakukan aktivitas ringan sampain berat:
1) Seperti apa kelemahan melakukan aktivitas yang dirasakan, biasanya disertai nyeri
dibagian perutnya
2) Apakah kelemahan fisik bersifat lokal atau keseluruhan sistem otot rangka dan
apakah disertai ketidakmampuan dalam melakukkan pergerakan.
3) Bagaimana nilang rentang kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
4) Kapan timbulnya keluhan kelemahan dalam beraktivitas, seberapa lamanya
kelemahan dalam beraktivitas, apakah setiap waktu, saat istirahat ataupun saat
beraktivitas tertentu.
c) Riwayat penyakit dahulu
Pasien yang menderita sakit ini biasanya pasien yang pernah mengalamio ISK, sering
mengkonsumsi susu berkalsium tinggi, bekerja dilingkungan panas, penderita
osteoporosis dengan pemakaian pengobatan kalsium.
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Pemeriksaan fisik pasien dengan batu saluran kemih dapat bervariasi mulai tanpa
kelainan fisik sampai tanda-tanda sakit berat tergantung pada letak batu dan penyulit
yang ditimbulkan. Terjadi nyeri/kolikn renal klien dapat juga mengalami gangguan
gastrointestinal dan perubahan.
b. Tanda-tanda vital
Kesadaran compos mentis, penambilan tampak obesitas, TTV normal. Pada pemeriksaan
palpasi region flank sinistra didapatkan tanda ballottement (+) dan pada perkusi nyeri
ketok costovertebree angle sinistra (+)
c. Pemeriksaan fisik persistem
- Abdomen
Palpasi: abdomen terasa lebih keras, adanya nyeri tekan abdomen
Perkusi: adnya nyeri ketok pinggang.
4. Analisa data`
Data Etiologi Masalah
1. Tanda Mayor Asupan makanan minuman Nyeri akut
DS: Mengeluh nyeri yang mengandung Ca
DO: berlebihan, bedrest total,
1) Tampak meringis jarang aktivitas, lingkungan
2) Bersikap protektif panas, hiperparatiroid,
(mis. Waspada, diabetes milletus.
posisi
menghindari Batu ginjal
nyeri)
3) Gelisah Obstruksi pada saluran
meningkat
5) Sulit tidur Peningkatan tekanan
DS: -
Distensi piala ginjal
DO:
1) Tekanan darah
meningkat Kontraksi uretral meningkat
2) Pola napas
berubah Trauma ginjal
3) Nafsu makan
berubah Mediator nyeri (histamine,
terganggu
Saraf aferen
5) Menarik diri
6) Berfokus pada diri
Thalamus
sendiri
7) Diaphoresis
Saraf eferen
Nyeri dipersepsikan
1. Tanda Mayor Kerusakan pusat miksi di Gangguan eliminasi urin
DS: medulla spinalsi
1) Desakan berkemih
(Urgensi) Kerusakan simpatis dan
2) Urin menetes parasimpatis sebagian atau
(dribbling) seluruhnya
3) Sering buang air
kecil Tidak terjadi koneksi dengan
5) Mengompol
6) Enuresis Menurunnya relaksasi otot
DO: spinkter
1) Distensi kandung
Obtruksi urethra
kemih
2) Berkemih tidak
Urin sisa meningkat
tuntas (hesitancy)
3) Volume residu
urin meningkat Dilatasi bladder/distensi
2. Tanda Minor abdomen
DS: -
DO: - Retensi urin
1. Tanda Mayor Kolik ureteral Ketidakseimbangan nutrisi
DS: - kurang dari kebutuhan
DO: Irirasi saraf abdominal
1) Berat badan
menurun minimal Pusat muntah pada korteks
rentang ideal
2. Tanda Minor Mual, muntah
DS:
anoreksia
1) Cepat kenyang
setalah makan
2) Kram/nyeri
abdomen
3) Nafsu makan
menurun
DO:
1) Bising usus
hiperaktif
2) Otot pengunyah
lemah
3) Otot menelan
lemah
4) Membrane
mukosa pucat
5) Sariawan
6) Serum albumin
turun
7) Rambut rontok
berlebihan
8) Diare
B. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi kontraksi uretal, trauma jaringan,
edema dan iskemia seluler, nyeri pascabedah.
2) Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu,
iritasi ginjal dan ureter, obstruksi mekanik dan peradangan.
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah
efek sekunder dari nyeri.
C. Intervensi Keperawatan
No. Tujuan Intervensi Rasional
Dx
1. Mengidentifikasi dan Observasi Observasi
mengelola pengalaman 1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk mengetahui daerah
sensorik atau emosional karakteristik, nyeri, kualitas, kapan
yang berkaitan dengan durasi, frekuensi, nyeri dirasakan, faktor
kerusakan jaringan atau kualitas, intensitas pencetus, berat ringannya
fungsional dengan onset nyeri. nyeri yang dirasakan.
mendadak atau lambat dan 2. Identifikasi respons 2. Mengetahui keadaan tidak
berintensitas ringan hingga nyeri non verbal menyenangkan klien yang
berat dan kontsan. 3. Monitor efek tidak sempat dan tidak
Kriteria hasil: samping bisa di gambarkan oleh
1. Mampu mengontrol penggunaan klien.
nyeri analgesik. 3. Pemberian analgetik untuk
2. Melaporkan bahwa mengendalikan nyeri.
nyeri berkurang dengan Terapeutik Terapeutik
menggunakan 1. Berikan teknik 1. Meringankan atau
manajemen nyeri non farmakologis mengurangi nyeri
3. Mampu mengendali untuk mengurangi sampai pada tingkat
nyeri rasa nyeri (mis. yang dapat diterima
4. Menyatakan rasa TENS, hypnosis, pasien.
nyaman setelah nyeri akupresur, terapi
berkurang music,
biofeedback,
terapi pijat,
aromaterapi,
teknik imajinasi,
terbimbing,
kompres
hangat/dingin,
terapi bermain) Edukasi
Edukasi 1. Untuk mengetahui
1. Jelaskan bagaimana cara
penyebab, mengurangi nyeri
periode, dan tersebut.
pemicu nyeri. 2. Memposisikan pasien
2. Jelaskan dengan fowler/semi
strategi fowler untuk
meredakan meredakan nyeri.
nyeri.
2. Mengidentifikasi dan Observasi Observasi
mengelola gangguan pola 1. Identifikasi tanda 1. Menghindari
eliminasi urine. dan gejala retensi inkontenensia
Kriteria hasil: atau inkontinensia 2. Untuk mengurangi
1. Memelihara control urine faktor dari retensi atau
pengeluaran urin 2. Identifikasi faktor inkontinensia urine.
2. Mampu untuk yang menyebabkan 3. Untuk mengetahui
mengeluarkan atau retensi atau keadaan urine pada
menghentikan BAK inkontinensia urine pasien.
3. Urin bebas dari 3. Monitor eliminasi
partikel urine (mis.
4. Pengeluaranurin Frekuensi,
tanpa nyeri konsistensi, aroma,
volume, dan
warna)
Terapeutik
Terapeutik
1. Untuk menentukan
1. Ambil sampel
masalah
urine tengah
(midstream)
atau kultur.
Edukasi
Edukasi
1. Memonitor
1. Ajarkan
keseimbangan cairan
mengukur
asupan cairan
dan haluaran
urine.
3. Mengidentifikasi dan Observasi Observasi
mengelola asupan nutrisi 1. Identifikasi 1. Makanan kesukaan
yang seimbang. makanan yang tersaji dalam
Kriteria hasil: disukai keadaan hangat akan
1. Memperlihatkan 2. Identifikasi meningkatkan
asupan makanan status nutrisi keinginan untuk
dan cairan yang 3. Monitor berat makan.
adekuat badan 2. Membantu mengkaji
2. Pasien mampu keadaan pasien.
menghabiskan diit 3. Untuk memantau
satu porsi perubahan atau
3. Tidak ada mual penuruan berat badan
Terapeutik
muntah Terapeutik
1. Fasilitasi
1. Memberikan
menentukan
informasi dan
pedoman diet mengurangi
(mis. Piramida komplikasi
makanan) 2. Nutrisi serat tinggi
2. Berikan untuk melancarkan
makanan eliminasi fekal.
tinggi serat 3. Membantu pasien
untuk dalam proses
mencegah penyembuhan.
konstipasi
3. Berikan
makanan
tinggi kalori
dan tinggi
protein
Edukasi
Edukasi
1. Kepatuhan terhadap
1. Ajarkan diet
diet dapat mencegah
yang
komplikasi terjadinya
diprogramkan
hipoglikema/hiperglik
ema
DAFTAR PUSTAKA
Priscilla LeMone, RN, DSN, FAAN; Karen M. Burke, RN, MS; Gerene Bauldoff, RN, PHD,
FAAN (2015) Keperawatan Medikal Bedah Edisi 5: Buku kedokteran EGC
SDKI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intevensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP
PPNI
Arif Mutaqqin; Kumala Saro (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Salemba Medika