Anda di halaman 1dari 13

Dinar Darmila (E.0105.18.

012)
 Batu saluran kemih adalah adanya batu di traktus
urinarius. (ginjal, ureter, atau kandung kemih, uretra)
yang membentuk kristal; kalsium, oksalat, fosfat,
kalsium urat, asam urat dan magnesium.(Brunner &
Suddath,2002).
 Batu saluran kemih atau Urolithiasis adalah adanya
batu di dalam saluran kemih. (Luckman dan Sorensen).
Dari dua definisi tersebut diatas saya mengambil
kesimpulan bahwa batu saluran kemih adalah adanya
batu di dalam saluran perkemihan yang meliputi
ginjal,ureter,kandung kemih dan uretra.
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih sampai saat ini belum diketahui pasti, tetapi ada beberapa
faktor predisposisi terjadinya batu pada saluran kemih yaitu:
 Infeksi
Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti pembentukan batu
saluran kemih . Infeksi bakteri akan memecah ureum dan membentuk amonium yang akan mengubah pH urine
menjadi alkali.
 Stasis dan Obstruksi urine
Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah pembentukan batu saluran kemih.
 Ras
Pada daerah tertentu angka kejadian batu saluran kemih lebih tinggi daripada daerah lain, Daerah seperti di Afrika
Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran kemih.
 Keturunan
 Air minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan mengurangi kemungkinan terbentuknya batu
,sedangkan kurang minum menyebabkan kadar semua substansi dalam urine meningkat
 Pekerjaan
Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan terbentuknya batu daripada pekerja yang lebih
banyak duduk.
 Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringat sedangkan asupan air kurang dan
tingginya kadar mineral dalam air minum meningkatkan insiden batu saluran kemih
 Makanan
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka morbiditasbatu saluran kemih berkurang. Penduduk
yang vegetarian yang kurang makan putih telur lebih sering menderita batu saluran kemih ( buli-buli dan Urethra ).
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius
tergantung pada adanya obstruksi, infeksi dan edema. Ketika batu
menghambat aliran urine, terjadi obstruksi, menyebabkan penekanan
hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi
(pielonefritis dan sistisis yang disertai menggigil, demam, dan dysuria)
dapat terjadi dari iritasi yang terus-menerus. Beberapa batu, jika ada,
menyebabkan sedikit gejala namun secara perlahan merusak unit
fungsional (nefron) ginjal; sedangkan yang lain menyebabkan nyeri
yang luar biasa dan ketidaknyamanan.
Batu di piala ginjal mungkin berkaitan dengan sakit yang dalam
dan terus-menerus di area kostovertebral. Hematuria dan piuria dapat
dijumpai. Nyeri yang berasal dari area renal menyebar secara anterior
dan pada wanita kebawah mendekati kandung kemih sedangkan pada
pria mendekati testis. Bila nyeri tekan diseluruh area kostovertebral,
dan muncul mual muntah, maka pasien sedang mengalami episode
kolik renal. Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi.
Gejala gastrointestinal ini akibat dari refleks renointestinal dan
proksimitas anatomic ginjal ke lambung, pankreas dan usus besar.
Batu yang terjebak di ureter menyebabkan gelombang nyeri
yang luar biasa, akut dan kolik yang menyebar ke paha dna
genetalia. Pasien sering merasa ingin berkemih, namun hanya
sedikit urin yang keluar, dan biasanya mengandung darah akibat
aksi abrasive batu. Kelompok gejala ini disebut kolik ureteral.
Umumnya, pasienakan mengeluarkan batu dengan diameter 0,5
sampai 1cm secara spontan. Batu dengan diameter lebih dari 1
cm biasanya harus diangkat atau dihancurkan sehingga dapat
diangkat atau dikeluarkan secara spontan.
Batu yang terjebak pada saluran kemih biasanya
menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi
traktus urinarius dan hematuria. Jika batu menyebabkan
obstruksi pada leher kandung kemih, akan terjadi retensi urin.
Jika infeksi berhubungan dengan adanya batu, maka kondisi ini
jauh lebih serius, disertai sepsis yang mengancam kehidupan
pasien.
Kebanyakan kalkuli vesikalis terbentuk de novo dalam kandungan kemih,
tetapi beberapa awalnya mungkin telah terbentuk di dalam ginjal, kemudian menuju
kedalam kandung kemih, dimana dengan adanya pengendapan tambahan kan
menyebabkan tumbuhnya batu Kristal. Pada pria yang lebih tua, batu kandung kemih
terdiri atas asam urat. Batu jenis ini merupakan batu yang paling mungkin terbentuk di
kandung kemih. Batu yang terdiri atas kalsium oksalat biasanya awalnya terbentuk di
ginjal.
Jenis umum dari sebagian besar batu vesikalis pada orang dewasa terdiri atas
asam urat (>50%). Pada kondisi yang lebih jarang, batu kandung kemih terdiri atas
kalsium oklasat, kalsium fosfat, ammonium urat, sistein, atau magnesium ammonium
fosfat (bila dikaitkan dengan infeksi). Menariknya, pasien dengan batu asam urat jarang
pernah memili riawayat gout atau hyperuricemia.
Batu pada anak terutama terdiri atas asam urat amonium, kalsium oksalat,
atau campuran tercemar asam urat dan oksalat kalsium amonium dengan fosfat
kalsium. Pemberian air tajin (air mendidih atau pada saat menanak beras) sebagai
pengganti ASI memiliki rendah fosfor, akhirnya menyebabkan ekskresi ammonia
tinggi. Anak-anak juga biasanya memiliki asupan tinggi sayuran kaya oksalat
(meningkatkan kristaluria oksalat) dan protein hewani (sistrat diet rendah).
Dengan terbentuknya batu didalam kandung kemih, masalah akan
tergantung pada besarnya batu dalam menyumbat muara uretra. Berbagai
manifesatasi akan muncul sesuai dengan derajat penyumbatan tersebut.
Ketika batu menghambat dari saluran urine, terjadi obstruksi,
meningkatkan tekanan hidrostatik. Bila nyeri mendadak terjadi secara akut dan
disetrai nyeri tekan suprapubik, serta muncul mual muntah, maka klien sedang
mengalami episode kolik renal. Diare, demam, dan perasaan tidak nyaman di
abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal ini terjadi akibat reflex dan
proksmitas anatomik ginjal ke lambung, pankreas, dan usus besar. Batu yang
terjebak di kandung kemih menyebabkan gelombang nyeri luar biasa, akut, dan
kolik yang menyebar ke kepala, abdomen dan genitalia. Klien sering merasa
ingin BAK, namun hanya sedikit urine yang keluar, dan biasnya mengandung
darah akibat aksi abrasi batu, gejala ini disebabkan kolik ureter. Umumnya,
klien akan mengeluarkan batu yang berdiameter 0,5 sampai dengan 1 cm secara
spontan. Batu yang berdiameter lebih dari 1 cm biasanya harus diangkat atau
dihancurkan sehingga dapat dikeluarkan secara spontan dn saluran urin
membaik dan lancar.
Batu saluran kemih dapat mengobstruksi aliran urin di berbagai titik saluran kemih, dapat
menyebabkan komplikasi seperti hidronefsosis dan statis urine yang selanjutnya menyebablkan infeksi.

1. Obstruksi
Batu dapat menyumbat saluran kemih di berbagai titik dari kaliks ginjal hingga uretra distal,
yang menghambat aliran keluar urine. Jika obstruksi terjadi secara lambat, mungkin terdapat sedikit
gejala atau tidak ada gejala, sedangkan obstruksi mendadak (Misalnya, sumbatan ureter dengan
keluarnya batu) dapat menyebabkan manifestasi berat. Obstruksi saluran kemih pada akhirnya dapat
menyebabkan gagal ginjal. Tingkat obstruksi, letaknya, dan durasi gangguan aliran urine menentukan
efek pada fungsi ginjal.

2. Hidronephrosis
Ginjal terus memproduksi urine yang menyebabkan peningkatan tekanan dan distensi saluran
kemih di belakang obstruksi. Hidronefrosis (distensi pelvis dan kaliks ginjal) dan hidroureter (distensi
ureter) kemungkinan terjadi. Jika tekanan tidak diredakan, tubulus pengumpul, tubulus proksimal,dan
glomerulus ginjal rusak, yang menyebabkan kehilangan fungsi ginjal secara bertahap.
Hidronefrosis akut biasanya menyebabkan nyeri klik di bagian yang terserang. Nyeri dapat
menyebar ke lipat paha. Hidronefsis kronik terjadi secara perlahan dan mempunyai beberapa manifestasi
selain nyeri pada punggung atau panggul yang hebat dan tumpul. Bila hidronefrosis membesar, massa
dapat teraba di bagian panggul saat dipalpasi. Hematuria dan tanda ISK seperti piuria, demam, dan
ketidaknyamanan dapat muncul. Gejala gastrointestinal seperti mual, muntah, dan nyeri abdomen dapat
menyertai hidronefrosis (lihatn kotak manifestasi berikut).

3. Infeksi
Statis urine akibat obstruksi sebagian atau seluruhnya meningkatkan risiko infeksi saluran
kemih. Baik ISK atas atau bawah dapat terjadi.
1. Medikasi
Episode akut kolik ginjal diatsai dengan analgesia, medikasi untuk
meningkatkan keluarnya batu, dan hidrasi. Analgesic narkotik seperti morfin
sulfat diberikan, seringkali secara intravena, untuk meredakan nyeri dan
mengurangi spasme ureter. Indometasin (obat anti inflamasi nonsteroid
NSAID) diberikan melalui supositoria,dan dapat mengurangi jumlah analgesia
narkotik yang dibutuhkan untuk kolik ginjal akut. Alfa adrenergic bloker oral
seperti tamsulosin (Flomax) atau penyekat saluran kanal kalsium seperti
nifedipin (Adalat CC,Procardia) diprogramkan untuk merelaksasikan otot
ureter dan meningkatkan keluaranya batu. Cairan oral atau intravena
mengurangi risiko pembentukan batu lebih lanjut dan meningkatkan haluaran
urine.
Setelah analisis batu, berbagai medikasi dapat diberikan untuk
menghambat atau mencegah litiasis lebih lanjut. Diuretic tiazida, sering kali
seringkali di resepkan untuk batu kalsium, bekerja untuk mengurangi ekskresi
kalsium urine dan sangat efektif dalam mencegah batu lebihlanjut. Kalsium
sitrat membasakan urine (meningkatkan pH) dan seringkali diresepkan untuk
mencegah batu yang cenderung memvntuk urine asam (asam urat, sistin, dan
sebagian membentuk batu kalsium).

1. Penata laksanaan Nutrisi dan Cairan


2. Terapi
2. Penata laksanaan Nutrisi dan Cairan

Peningkatan asupan cairan 2,5 sampai 3,0L/hari dianjurkan, tanpa


melihat komposisi batu. Asupan cairan untuk memastikan produksi sekitar 2,0
sampai 2,5 L urine per hari mencegah garam pembentukan batu menjadi cukup
pekat untuk mengendap. Asupan cairan harus diberi jarak selama siang hari dan
malam hari. Beberapa ahli menganjurkan pasien minum satu atau dua gelas air
pada malam hari untuk mencegah pemekaratan urine selama tidur.
Perubahan diet yang dianjurkan mencakup mengurangi asupan zat
primer pembentukan batu. Namun, untuk batu kalsium, membatasi kalsium dalam
diet secara actual dapat meningkatkan risiko pembentukan batu ketika kerapuhan
tulang meningkat. Diet protein terbatas rendah natrium telah terbukti lebih efektif
dalam mencegah kekambuhan batu kalsium. Diet natrium juga dibatasi pada
pasien yang mengalami pembentukan batu sistin (Fauci et al., 2008)
Pasien yang mengalami batu asam urat membutuhkan diet rendah purin.
Jeroan, sarden, dan makanan tinggi purin lain dihilangkan dari diet. Makanan
berkadar purin sedang, seperti daging merah dan putih dan beberapa makanan
laut, dapat dibatasi.
Selain membatasi makanan tertentu, diet dapat dimodifikasi untuk
mempertahankan pH urine yang tidak meningkatkan liatisis. Batu asam urat dan
sistin cenderung terbentuk dalam urine basa dapat dianjurkan. Karena urine badsa
meningkatkan pembentukan batu kalsium dan infeksi saluran kemih, diet dapat
dimodifikasi untuk menurunkan pH urine.
3. Terapi
Terapi batu yang ada bergantung pada letak batu, luasnya obstruksi, fungsi ginjal, ada atau tidak
ada ISK, dan status kesehatan umum pasien. Secara umum, batu diangkat jika menyebabkan obstruksi berat,
infeksi, nyeri tidak mereda, atau perdarahan serius.
Litoropsi, menggunakan gelombang suara atau kejut untuk menghancurkan batu,, adalah terapi
yang dianjurkan untuk batu ginjal. Beberapa teknik tersedia. Extracorporeal shock wqave lithotripsy (ESWL)
adalah sebuah teknik noninvasif untuk memecah batu ginjal dengan menggunakan gelombang kejut yang
dihasilkan diluar tubuh. Gelombang kejut akustik diarahkan ke batu di bawah panduan fluoroskopik. Gelombang
kejut ini menembus jaringan lunak tanpa menyebabkan kerusakan, terapi memecahkan batu saat densitas
terbesarnya menghentikan perkembangannya. Gelombang kejut berulang memecah batu menjadi pecahan yang
cukup kecil untuk dikeluarkan dalam urine. Prosedur membuthkan 30 menit hingga 2 jam untuk
menyelesaikannya. Sedasi intravena biasanya cukup untuk menyelesaikannya. Sedasi intravena biasanya cukup
untuk mempertahankan kenyamanan selama prosedur.
litotripsi juga dapat dilakukan dengan menggunakan teknik ultrasonic perkutan atau laser.
Nefrolitotomi perkutan menggunakan sebuah nefroskop yang dimasukan kedalam dipelvis ginjal melalui insisi
kecil di panggul. Batu dipecahkan menggunakan sebuah transduser ultrasonik kecil atau laser dan pecahan
tersebut dikeluarkan melalui nefroskop. Pada prosedur ureteroskopi, sinar laser digunakan untuk memecahkan
batu, tanpa merusak jaringan lunak. Sebuah ureteroskop (dimasukan ke ureter dari kandung kemih selama
sistokopi) digunakan untuk memandu probe leser menyentuh batu secara langsung.
Stent J ganda dapat dimasukkan kedalam ureter yang terkena untuk mempertahankan patensinya
setelah ESWL atau prosedur litotripsi lain.
Pada kejadian yang jarang terjadi, intervensi bedah diperlukan untuk mengeluarkan batu dalam
pelvis ginjal atau ureter. Ureterolitotomi adalah insisi di ureter yang terkena untuk mengangkat batu.
Pielolitotomi adalah insisi ke dalam dan pengangkatan batu dari pelvis ginjal. Batu staghorn yang menyerang
kaliks dan parenkim ginjal membutuhkan nefrolitotomi untuk pengangkatannya.
Batu saluran kemih dapat diangkat menggunakan sebuah instrumen yang dimasukan melalui
sebuah sistoskop guna menghncurkan batu. Sisa pecahan batu kemudian diirigasikan keluar kandung kemih
menggunakan larutan asam untuk menetralisasi alkanitas yang dipicu pembentukan batu.
Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik yang dapat diintruksikan saat dicurigai ada
batu saluran kemih adalah sebagai berikut.

1. Laboratorium
Urinalisis, pemeriksaan urinalisis pada pasien batu kandung kemih dilakukan
secara mikroskopis dan makroskopis. Pemeriksaan secara mikroskopis dilakukan untuk
menilai jenis batu dengan menilai pH, kosistensi, dan komposisi batu. Pemeriksaan
makroskopis dilakukan untuk menilai warna dan kejernihan dari urine. Pada pasien
dewasa dengan jenis batu asam urat, secara mikroskopis lazim didapatkan pH asam,
sedangkan secara nmakroskopis didapatkan adanya hematuria dan piuria.
Hitung jumlah sel darah lengkap: pada pasien dengan obstruksi dan infeksi
akan didapatkan sel darah putih (WBC) meningkat.

2. USG
Ultrasonografi, menampilkan objek hyperechoic klasik dengan membayangi
posterior, efektif dalam mengidentifikasi baik radiolusen dan batu radio-opak.

3. Foto polos abdomen


Pemeriksaan standar untuk menilai adanya batu radio-opik.
4. Intravena Pyelography (IVP)
Jika kecurigaan klinis tetap tinggi dan foto polos abdomen tidak
mengungkapkan adanya batu, langkah berikutnya adalah cystography atau
IVP.

5. Pemeriksaan sinar X abdomen bawah pada GUK (ginjal, ureter, dan


kandung kemih) dapat menunjukan batu seperti keburaman di ginjal, ureter,
dan kandung kemih.

6. Ultrasonografi ginjal menggunakan gelombang suara pantulan untuk


mendeteksi batu dan mengevaluasi ginjal mengenai kemungkinan terjadinya
hidronefrosis.

7. Spiral computed tomography (CT) scan ginjal, dengan atau tanpa medium
kontras, menunjukan batu, obstruksi ureter, dan gangguan ginjal lain.

8. Sistoskopi digunakan untuk memvisualisasikan dan kemungkinan


mengangkat batu dari kandung kemih dan ureter distal.

Anda mungkin juga menyukai