TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Ruptur lien merupakan kondisi rusaknya lien akibat suatu dampak penting kepada lien dari
beberapa sumber. Dapat berupa trauma tumpul, trauma tajam, ataupun trauma sewaktu operasi.
Ruptur pada trauma tumpul abdomen adalah terjadinya robekan atau pecahnya lien yang
merupakan organ lunak yang dapat bergerak, yang terjadi karena trauma tumpul, secara langsung
Lien berasal dari diferensiasi jaringan mesenkimal mesogastrium dorsal. Berat rata-
rata pada manusia dewasa berkisar 75-100 gram, biasanya sedikit mengecil setelah berumur 60
tahun sepanjang tidak disertai adanya patologi lainnya, ukuran dan bentuk bervariasi, panjang ±
Lien terletak di kuadran kiri atas dorsal di abdomen pada permukaan bawah
diafragma, terlindung oleh iga ke IX, X, dan XI. Lien terpancang ditempatnya oleh lipatan
d. Ligamentum splenorenal.
Lien merupakan organ paling vaskuler, dialiri darah sekitar 350 L per hari dan berisi kira-
kira 1 unit darah pada saat tertentu. Vaskularisasinya meliputi arteri lienalis, variasi cabang
pankreas dan beberapa cabang dari gaster (vasa Brevis). Arteri lienalis merupakan cabang
terbesar dari trunkus celiakus. Biasanya menjadi 5-6 cabang pada hilus sebelum memasuki lien.
Pada 85 % kasus, arteri lienalis bercabang menjadi 2 yaitu ke superior dan inferior sebelum
memasuki hilus. Sehingga hemi splenektomi bisa dilakukan pada keadaan tersebut.Vena lienalis
bergabung dengan vena mesenterika superior membentuk vena porta. Lien asesoria ditemukan
pada 30 % kasus. Paling sering terletak di hilus lien, sekitar arteri lienalis, ligamentum
mungkin ditemukan pada pelvis wanita, pada regio presakral atau berdekatan dengan ovarium
http://evialfadhl.files.wordpress.com/2010/04/anatomy_spleen.jpg?w=300&h=247
Secara fisik, lien banyak berhubungan dengan organ vital abdomen yaitu, diafragma kiri di
superior, kaudal pankreas di medial, lambung di anteromedial, ginjal kiri dan kelenjar adrenal di
c. Produksi Imunoglobulin M
Pada janin usia 5-8 bulan lien berfungsi sebagai tempat pembentukan sel darah merah dan
putih, dan tidak berfungsi pada saat dewasa. Selain itu, lien berfungsi menyaring darah, artinya
sel yang tidak normal, diantaranya eritrosit, leukosit, dan trombosit tua ditahan dan dirusak oleh
Lien juga merupakan organ pertahanan utama ketika tubuh terinvasi oleh bakteri melalui
darah dan tubuh belum atau sedikit memiliki antibodi. Kemampuan ini akibat adanya
mikrosirkulasi yang unik pada lien. Sirkulasi ini memungkinkan aliran yang lambat sehingga
lien punya waktu untuk memfagosit bakteri, sekalipun opsonisasinya buruk. Antigen partikulat
dibersihkan dengan cara yang mirip oleh efek filter ini dan antigen ini merangsang respon anti
bodi. Sel darah merah juga dieliminasi dengan cara yang sama saat melewati lien.
Lien dapat secara selektif membersihkan bagian-bagian sel darah merah, dapat
membersihkan sisa sel darah merah normal. Sel darah merah tua akan kehilangan aktifitas
enzimnya dan lien yang mengenali kondisi ini akan menangkap dan menghancurkannya. Pada
asplenia kadar tufsin ada dibawah normal. Tufsin adalah sebuah tetra peptida yang melingkupi
sel – sel darah putih dan merangsang fagositosis dari bakteri dan sel-sel darah tua. Properdin
adalah komponen penting dari jalur alternatif aktivasi komplemen, bila kadarnya dibawah
normal akan mengganggu proses opsonisasi bakteri yang berkapsul seperti meningokokkus, dan
pneumokokkus.
3. Patofisiologi
Dalam keadaan normal, lambung relatif bersih dari bakteri dan mikroorganisme lain
karena kadar asam intraluminalnya yang tinggi. Kebanyakan orang yang mengalami trauma
abdominal memiliki fungsi gaster normal dan tidak berada dalam resiko kontaminasi bakteri
setelah perforasi gaster. Namun, mereka yang sebelumnya sudah memiliki masalah gaster
beresiko terhadap kontaminasi peritoneal dengan perforasi gaster. Kebocoran cairan asam
lambung ke rongga peritoneal sering berakibat peritonitis kimia yang dalam. Jika kebocoran
tidak ditutup dan partikel makanan mencapai rongga peritoneal, peritonitis kimia bertahap
menjadi peritonitis bakterial. Pasien mungkin bebas gejala untuk beberapa jam antara peritonitis
Adanya bakteri di rongga peritoneal merangsang influks sel-sel inflamasi akut. Omentum
dan organ dalam cenderung untuk melokalisasi tempat inflamasi, membentuk flegmon (ini
biasanya terjadi pada perforasi usus besar). Hipoksia yang diakibatkan di area memfasilitasi
pertumbuhan bakteri anaerob dan menyebabkan pelemahan aktivitas bakterisid dari granulosit,
yang mengarah pada peningkatan aktivitas fagosit granulosit, degradasi sel, hipertonisitas cairan
membentuk abses, efek osmotik, mengalirnya lebih banyak cairan ke area abses, dan pembesaran
abses abdomen. Jika tidak diterapi, bakteremia, sepsis general, kegagalan multi organ, dan syok
dapat terjadi.
4. Patogenesis
Berdasarkan penyebab, ruptur lien dapat dibagi berdasar trauma pada lien yang meliputi :
a. Trauma Tajam
Trauma ini dapat terjadi akibat luka tembak, tusukan pisau atau benda tajam lainnya. Pada
luka ini biasanya organ lain ikut terluka tergantung arah trauma. Yang sering dicederai adalah
paru, lambung, lebih jarang pankreas, ginjal kiri dan pembuluh darah mesenterium.
Pemeriksaan splenografi yang dilakukan melalui pungsi dapat menimbulkan perdarahan.
Perdarahan pasca splenografi ini jarang terjadi selama jumlah trombosit > 70.000 dan waktu
thoraks kiri bawah. Keadaan ini mungkin disertai kerusakan usus halus, hati, dan pankreas.
Penyebab utamanya adalah cedera langsung atau tidak langsung karena kecelakaan lalu lintas,
terjatuh dari tempat tinggi, pada olahraga luncur dan olahraga kontak seperti judo, karate dan
silat.
Ruptur lien yang lambat dapat terjadi dalam jangka waktu beberapa hari sampai beberapa
minggu setelah trauma. Pada separuh kasus masa laten ini kurang dari 7 hari. Hal ini karena
adanya tamponade sementara pada laserasi kecil, atau adanya hematom subkapsuler yang
karena retractor yang dapat menyebabkan lien terdorong atau ditarik terlalu jauh sehingga hilus
atau pembuluh darah sekitar hilus robek. Cedera iatrogen lain dapat terjadi pada punksi lien
(splenoportografi).
1) Cedera kapsul
2) Kerusakan parenkim, fragmentasi, kutub bawah hampir lepas
5) Hematoma subkapsuler
5. Manifestasi klinik
Tanda fisik yang ditemukan pada ruptur lien bergantung pada adanya organ lain yang
ikut cedera, banyak sedikitnya perdarahan, dan adanya kontaminasi rongga peritoneum.
Perdarahan dapat sedemikian hebatnya sehingga mengakibatkan renjat (syok) hipovolemik hebat
yang fatal. Dapat pula terjadi perdarahan yang berlangsung sedemikian lambat sehingga sulit
Pada setiap kasus trauma lien harus dilakukan pemeriksaaan abdomen secara
berulang-ulang oleh pemeriksa yang sama karena yang lebih penting adalah mengamati
perubahan gejala umum (syok, anemia) dan lokal di perut (cairan bebas, rangsangan
peritoneum).
Pada ruptur yang lambat, biasanya penderita datang dalam keadaan syok, tanda perdarahan
intrabdomen, atau seperti ada tumor intra abdomen pada bagian kiri atas yang nyeri tekan
disertai anemia sekunder. Oleh karena itu, menanyakan riwayat trauma yang terjadi sebelumnya
Penderita umumnya berada dalam berbagai tingkat renjat hipovolemi dengan atau
tanpa (belum) takikardi dan penurunan tekanan darah. Penderita mengeluh nyeri perut bagian
atas, tetapi sepertiga kasus mengeluh nyeri perut kuadran kiri atas atau punggung kiri. Nyeri di
daerah puncak bahu disebut tanda Kehr, terdapat pada kurang dari separuh kasus. Mungkin
nyeri di daerah bahu kiri baru timbul pada posisi Tredenlenberg. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan masa di kiri atas dan pada perkusi terdapat bunyi pekak akibat adanya hematom
subkapsular atau omentum yang membungkus suatu hematoma ekstrakapsular disebut tanda
Ballance. Kadang darah bebas di perut dapat dibuktikan dengan perkusi pekak geser.
6. Pemeriksaan Laboratorium
leukositosis. Pemeriksaan kadar Hb, hematokrit, leukosit dan urinalisis. Bila terjadi perdarahan
akan menurunkan Hb dan hematokrit serta terjadi leukositosis. Sedangkan bila terdapat eritrosit
7. Pemeriksaan Radiologi
Setelah trauma tumpul, organ intraabdominal yang sering terkena yaitu lien, dan lien
akan cedera dan terbentuk hematom. Meskipun ahli bedah biasanya mencoba untuk mengatasi
trauma ini dengan konservatif, ruptur lien mungkin baru disadari setelah seminggu atau sepuluh
hari setelah trauma pertama. Ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan, diantaranya USG,
CT scan dan angiography. Jika ada kecurigaan trauma lien, CT Scan merupakan pemeriksaan
pilihan utama. Pendarahan dan hematom akan tampak sebagai daerah yang kurang densitasnya
dibanding lien. Daerah hitam melingkar atau ireguler dalam lien menunjukkan hematom atau
laserasi, dan area seperti bulan sabit abnormal pada tepi lien menunjukkan subkapular hematom.
Kadang, dengan penanganan konservatif, abses mungkin akan terbentuk kemudian dan dapat
diidentifikasi pada CT Scan karena mengandung gas. Sensitivitas pada CT Scan tinggi, namun
spesifikasinya rendah, dan kadang riwayat dan gejala penting untuk menentukkan diagnosis
banding.
Gambaran yang paling sering ditemui yaitu fraktur tulang iga kiri bawah. Fraktur iga
menunjukkan adanya tekanan yang kuat pada kuadran kiri atas yang menyebabkan keadaan
patologi pada lien. Fraktur iga kiri bawah terdapat pada 44 % pasien dengan ruptur lien dan
Tanda klasik yang menentukan adanya ruptur lien akut (tingginya diafragma sebelah kiri,
atelektasis lobus bawah kiri, dan efusi pleura) tidak selalu ada dan tidak bisa dijadikan tanda
yang pasti. Namun, tiap pasien dengan diafragma sebelah kiri yang meninggi disertai dengan
trauma tumpul abdomen harus dipikirkan sebagai trauma lien sampai dibuktikan sebaliknya.
Tanda yang lebih dapat dipercaya dari trauma pada kuadran kiri atas yaitu perpindahan ke
medial udara gaster dan perpindahan inferior dari pola udara lien. Gambaran ini menunjukkan
adanya massa pada kuadran kiri atas dan menunjukkan adanya hematom subkapsular atau
perisplenik.
a. Hematom kuadran kiri atas, jika besar, dapat menggeser bayangan dari tepi caudal
d. Sedikit, jika ada, munculnya efek masa pada kuadran kiri atas
g. Kumpulan darah bebas di sekitar kolon kiri, menggeser pola udara pada kolon
desenden ke medial.
i. Pola udara usus yang sedikit dapat digeser keluar pelvis oleh kumpulan darah.
j. Gambaran midpelvik yang opak dengan tepi lateral yang konveks dan tajam dapat
ditemukan.
k. Tepi kandung kemih bertambah dan dibatasi oleh gambaran lusen yang tipis
Hematom lien kronik memberikan gambaran yang berbeda dan lebih komplek karena diikuti
dengan daftar panjang diagnosis banding. Perubahan dari hematom subkapsuler atau parenkimal
Kadang, degenerasi kistik dari hematom intrasplenik menyebabkan formasi yang salah dari kista.
a. Sekitar 80 % dari kista lien diperkirakan berasal dari posttrauma. Sekitar 80 % terbentuk dari
kista hemoragik, dan 20 % dari kista serous dan kemungkinan adanya darah telah diserap
kembali semuanya.
b. Tipis, teratur dan annular kalsifikasi terbentuk sebagai garis fibrosis pada sekitar 30 % kista.
c. Bentuk kista simetris dan unilokal, dan terdapat garis kalsifikasi di dalam dan luar batas..
d. Satu buah, besar, annular kalsifikasi lien mirip seperti sebuah kista residual traumatik pada area
f. Penyebab utama dari penyebaran kalsifikasi kista lien yaitu infeksi dari Echinococcus
g. Hematom subkapsular merupakan hasil yang umum terjadi dari trauma lien dan karakteristik
gambarannya berbeda dari patologi parenkim. Dalam penyembuhan hematom, kalsifikasi dari
batas kavitas dapat muncul. Tergantung pada proyeksi, kalsifikasi kavitas dapat muncul linear
atau diskoid. Derajat dari efek masa tergantung dari ukuran regresi hematom.
h. Banyak kelainan patologi lain yang dapat memberikan gambaran yang hampir sama, seperti
pada penyakit sickle sel. Infark lien kronik dapat berkembang menjadi kalsifikasi yang mirip
Tampak gambaran masa yang pinggirnya mengalami kalsifikasi pada kuadran kiri
http://www.radiologyassistant.nl/en/466181ff61073
Sumber: American Association for the Surgery of Trauma Splenic Injury Scale
c. Tidak memasukkan:
d. Post-traumatik infark
e. Yang paling penting: tidak ada nilai prediktif untuk manajemen non-operasi (NOM)
The Organ Injury Scaling Committee of the American Association for the Surgery of Trauma
juga telah menyusun sistem grading yang telah direvisi pada tahun 1994, sebagai berikut:
Grade I
Grade II
Laserasi dengan kedalaman dari 1-3 cm dan tidak melibatkan pembuluh darah trabecular.
Grade III
Hematoma subcapsular lebih besar dari 50% dari luas permukaan atau meluas dan terdapat
Laserasi yang lebih besar dari 3 cm kedalamannya atau melibatkan pembuluh darah trabecular.
Grade IV
Laserasi melibatkan pembuluh darah segmental atau hilar dengan devascularisasi lebih dari 25%
dari lien.
Grade V
Shattered spleen atau cedera vaskuler hilar.
Tingkat Keyakinan
Dalam pengalaman penulis, secara keseluruhan sensitivitas dan spesifisitas CT dalam deteksi
9. Diagnosis banding
Pada kebanyakan kasus, diagnosis ruptur lien tidaklah sulit. Bagaimanapun juga, ahli
radiologi harus waspada terhadap proses trauma yang memungkinkan terjadinya trauma lien.
a. Benda Asing
Terkadang, bahan yang dimasukkan secara iatrogenic dapat menimbulkan gambaran ruptur
lien pada CT scan. Pada kebanyakan pusat trauma, dilakukan pemasangan NGT, dan bahan
kontras dimasukkan secara oral sebelum pemeriksaan CT scan. Artefak dan bahan yang tak
tembus sinar dari NGT dan bahan kontras dapat menutupi lien dan menimbulkan kebingungan.
Bahan yang tidak tembus sinar dari iga dan artefak dari air fluid level dari lambung dapat juga
menimbulkan hasil positif palsu. Gabungan dari efek-efek ini, ditambah dengan scan yang
berkualitas buruk dan besarnya ukuran pasien, sering terjadi pada praktek sehari-hari.
b. Hematom
Pada derajat tertentu, hemoperitoneum selalu mengikuti terjadinya trauma lien, kecuali jika
bagian subkapsular intak. Walaupun begitu, tidak semua cairan intra abdomen merupakan
hematom. Ahli radiologi harus berhati-hati dalam mengasumsikan bahwa trauma lien adalah
penyebab adanya cairan dalam abdomen atau di sekitar lien. Kebanyakan trauma tumpul lien
terlihat pada anak-anak yang ditabrak oleh kendaraan bermotor, kejadian yang berhubungan
dengan jatuh, atau pengendara kendaraan bermotor yang mengalami kecelakaan. Kemungkinan
terbesar terjadinya positif palsu pada kecelakaan kendaraan bermotor adalah karena pasien
pada bagian bawah lien. Penyebab lain yang dapat menyebabkan akumulasi cairan tidak boleh
dilupakan, termasuk adanya keganasan abdomen yang tidak terdiagnosis dengan asites dan
dialisis peritoneal. Walau banyak keadaan ini tidak mungkin terjadi, kesempatan untuk
memperoleh informasi dari pasien mungkin tidak ada. Pada kebanyakan kecelakaan kendaraan
bermotor, ada beberapa orang yang terluka. Orang tua tidak dapat mentoleransi bahkan trauma
kecil sekalipun, dan keadaan hemodinamik mereka biasanya tidak sesuai dengan trauma yang
terlihat. Sebagai tambahan, banyak pasien trauma yang mengalami kecelakaan tiba di rumah
sakit setelah penggunaan alcohol dan obat-obatan. Akibatnya pasien dibawa ke bagian radiologi
hematom lien. Ada banyak etiologi kista lien yang telah dilaporkan dalam literatur. Salah satu
etiologi ini dapat menyebabkan kesalahan diagnosis sebagai trauma lien, tapi biasanya tidak
menimbulkan hemoperitonium. Abses lien yang disebabkan oleh endokarditis bakterial, infark
lien, dan prosedur invasif dapat menyebabkan trauma lien, dan ini dapat dihubungkan dengan
cairan perilien. Lesi kistik yang menyerupai trauma dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
- Kongenital : Epidermoid.
- Vaskular : Hematom, kista post trauma (80%), infark kistik, dan peliosis.
- Inflamasi : Abses piogenik, mikroabses jamur akibat Candida, Aspergilus, atau Cryptococcus.
50%).
e. Infark
Infark pada lien dapat menimbulkan gambaran trauma. Secara klasik, infark dapat dibedakan
dengan bentuk baji atau segitiga. Infark dapat melebar dari batas luar dengan apeks menuju ke
hilus lien. Lingkaran halus parenkim normal dapat terlihat sepanjang batas luar. Walau infark
tidak meningkat, pada lingkaran luar mungkin dapat terlihat peningkatan karena terdapatnya
pembuluh darah. Pada USG dan CT scan, infark dapat disalah artikan sebagai laserasi tanpa
cairan perilien.
f. Keganasan
Tumor pada lien jarang terjadi. Kebanyakan tumor yang berhubungan dengan lien adalah
limfoma, yang mencakupi 70% dari lesi. Sebagai tambahan, penyakit metastatik pada lien tidak
jarang terjadi, dan melanoma, kanker payudara, paru, ginjal, dan ovarium merupakan kanker
primernya. Proses ini terlihat hipoekoik pada USG dan hipodens pada CT scan, dan dapat
berhubungan dengan asites yang menimbulkan gambaran hemoperitoneum. Lesi serupa pada
terlihat hiperekoik atau hipoekoik pada USG dan dapat menimbulkan gambaran hematom dan
darah yang tidak menggumpal. Hemangioma terlihat hipodens pada CT scan. Lesi jinak dapat
menimbulkan gambaran hematom parenkim atau laserasi kecil jika dekat perifer. Petunjuk untuk
diagnosis yang benar adalah perbedaan pada batas dan bentuk hemangioma dibandingkan
dengan trauma. Kalsifikasi seperti bentuk salju atau phlebolits jarang terjadi, tapi dapat
dibedakan dengan trauma. Hemangiomatosis lien difus adalah keadaan dimana lien membesar
dan digantikan hampir seluruhnya oleh hemangioma. Gambarannya terlihat seperti trauma saat
pertama terlihat.
h. Ruptur lien nontraumatik
Ruptur lien nontraumatik jarang terjadi, tapi telah dihubungkan dengan beberapa proses
penyakit. Ini dapat menimbulkan kebingungan, pertama karena kelangkaannya dan kedua karena
dugaan penyebab traumatik. Pemeriksaan teliti terhadap gambar akan menuju kepada diagnosis
yang benar.
i. Sarkoidosis
Sakoidosis adalah penyakit yang tidak diketahui etiologinya yang mana granuloma muncul
di jaringan dan organ terutama pada sistem limfatik. Lien terlibat dalam 24-59% dari pasien
dengan sarkoid, tapi biasanya asimptomatik. Dapat juga menunjukkan gejala abdominal. Kasus
berat dapat menuju kepada hipersplenisme dan ruptur spontan tanpa etiologi yang jelas. Pada
kebanyakan kasus, lien terkena secara difus, dan gambarannya dapat menyerupai limfoma.
Splenomegali tampak pada sekitar sepertiga kasus dan sering dihubungkan dengan
limfadenopati. Nodul hipodens yang terpisah tampak pada CT scan pada sekitar 15% pasien.
j. Amiloidosis
Lien terlibat pada amiloidosis, penyakit dimana pada sel plasma terjadi penumpukan
amiloid, protein kompleks yang terbentuk terutama dari rantai polipeptida, yang terjadi di
berbagai jaringan dan organ. Amiloidosis dapat terjadi secara primer ataupun sekunder,
berhubungan dengan inflamasi kronik (terutama arthritis reumatoid), dan terjadi berhubungan
dengan myeloma multiple. Lien terkena dalam berbagai bentuk amiloidosis dan muncul secara
difus dan homogen pada kebanyakan pasien. Ini dapat terlihat pada CT scan dengan kontras, tapi
abnormalitas focal yang dapat menyerupai laserasi juga dapat terjadi. Ruptur lien spontan, yang
diyakini sebagai akibat kelemahan kapsul akibat penumpukan amiloid, telah dilaporkan.
Berkurangnya atenuasi pada organ yang terlibat dapat membantu dalam membedakan amiloid
dengan trauma.
k. Infeksi
Bartonella adalah organism gram negatif awalnya dianggap terutama menginfeksi pasien
dengan HIV. Tapi, penelitian terkini telah menunjukkan spesies Bartonella yang dapat
menyebabkan penyakit catscratch. Dua proses primer dari infeksi Bartonella, yang melibatkan
hati dan lien disebut bacillary peliosis hepatis. Secara patologis, basili ini menyebabkan dilatasi
kapiler, yang menyebabkan sejumlah kavitas berdinding tipis yang berisi darah pada hati dan
lien. CT scan abdomen menunjukkan adanya lesi multiple pada hati dan lien dengan liendenopati
dan kemunkinan asites. Lesi dapat bergabung membentuk lesi multilokus atau berseptum. Ruptur
lien spontan telah dilaporkan pada pasien dengan bacillary peliosis hepatis.
l. Trauma sekunder
Proses-proses yang telah disebutkan di atas dapat menyebabkan ruptur lien, yang
menyebabkan derajat trauma. Lien yang membesar dengan massa tumor atau anemia dapat
terluka dengan trauma ringan seperti jatuh saat berjalan. Hemangioma atau kista dapat ruptur
dengan trauma ringan akibat kelemahan pada kapsul. Kondisi-kondisi ini dihubungkan dengan
hemoperitonium atau perdarahan parenkim dan sulit dibedakan dengan trauma lien.
10. Penatalaksanaan
mungkin dihindari, terutama pada anak-anak, untuk menghindari kerentanan permanen terhadap
infeksi. Kebanyakan laserasi kecil dan sedang pada pasien stabil, terutama anak-anak,
ditatalaksana dengan observasi dan transfusi. Kegagalan dalam penatalaksanaan obsevatif lebih
sering terjadi pada trauma grade III, IV, dan V daripada grade I dan II. Pada banyak penelitian,
embolisasi arteri lienalis telah dijelaskan menggunakan berbagai pendekatan. Satu poin utama
dalam pembahasan tentang perbedaan antara embolisasi arteri lienalis utama, embolisasi arteri
lienalis selektif atau superselektif, dan embolisasi arteri lienalis di berbagai tempat. Embolisasi
ini menghambat aliran pada pembuluh yang mengalami perdarahan. Jika pembedahan
diperlukan, lien dapat diperbaiki secara bedah. Tindakan bedah yang dapat dilakukan pada
dengan teknik bedah. Tindakan ini dapat dilakukan pada trauma tumpul maupun tajam. Tindak
bedah ini terdiri atas membuang jaringan nonvital, mengikat pembuluh darah yang terbuka, dan
menjahit kapsul lien yang terluka. Jika penjahitan laserasi saja kurang memadai, dapat
ditambahkan dengan pemasangan kantong khusus dengan atau tanpa penjahitan omentum.
b. SPLENEKTOMI
Selain itu, splenektomi merupakan suatu operasi yang tidak boleh dianggap ringan. Eksposisi
lien sering tidak mudah karena splenomegali biasanya disertai dengan perlekatan pada
diafragma. Pengikatan a.lienalis sebagai tindakan pertama sewaktu operasi sangat berguna.
Splenektomi dilakukan jika terdapat kerusakan lien yang tidak dapat diatasi dengan
splenorafi, splenektomi parsial, atau pembungkusan. Splenektomi parsial bisa terdiri dari eksisi
satu segmen yang dilakukan jika ruptur lien tidak mengenai hilus dan bagian yang tidak cedera
masih vital. Tapi splenektomi tetap merupakan terapi bedah utama dan memiliki tingkat
karena penghancuran sel darah merah oleh lien terhenti, tapi mengejutkan karena jumlah sel
darah merah yang dihitung akan sedikit berkurang yaitu anemia ringan.
4). Tidak akan ada pertahanan terhadap tetanus karena lien satu-satunya tempat di mana ada
Seperti yang terlihat dari poin di atas setelah pengangkatan lien orang dapat hidup normal,
Pasien yang liennya telah diangkat merupakan pasien dengan risiko infeksi yang signifikan,
karena lien adalah jaringan limfoid terbesar dalam tubuh. Infeksi postsplenectomy berat (OPSI)
adalah proses fulminan serius yang membawa tingkat kematian yang tinggi. Patogenesis dan
risiko berkembangnya infeksi postsplenectomy berat (OPSI) yang fatal tetap tidak jelas.
King dan Shumacker pertama kali mendeskripsikan sepsis akibat bakteri setelah splenektomi
pada bayi dan anak-anak pada tahun 1952. Kemudian muncul bahwa sindrom ini setara terjadi
pada orang dewasa asplenic. Gejala yang tidak spesifik dan gejala fisik ringan postsplenectomy
muncul pada tahap awal OPSI, yang meliputi kelelahan, kulit menjadi berwarna, penurunan berat
badan, sakit perut, diare, sembelit, mual, dan sakit kepala. Pneumonia dan meningitis
concomitants sering lebih parah. Perjalanan klinis menjadi cepat dan dapat berkembang menjadi
koma dan kematian dapat terjadi dalam waktu 24 sampai 48 jam, karena tingginya insiden shock,
hipoglikemia, serta asidosis yang ditandai dengan gangguan elektrolit, distress pernapasan, dan
koagulasi intravaskular diseminata. Angka kematian adalah 50% -70% meskipun dengan terapi
agresif yang mencakup cairan infus, antibiotik, vasopressor, steroid, heparin, Packed Red Cell
(PRC), trombosit, cryoprecipitates, dan Fresh Frozen Plasma (FFP). Perjalanan klinis kemudian
sering disebut cermin dari sindrom Waterhouse-Friderichsen (WFS), dan perdarahan adrenal
bilateral dapat ditemukan pada otopsi. Mekanisme yang menghubungkan splenektomi untuk
WFS tidak diketahui tetapi kemungkinan penyebab OPSI termasuk hilangnya fungsi fagositik
lien, penurunan kadar imunoglobulin serum, penekanan kepekaan limfosit, atau perubahan dalam
sistem opsonin.
Infeksi postsplenectomy berat telah didefinisikan sebagai septikemia dan / atau meningitis,
biasanya fulminan tetapi belum tentu fatal, dan terjadi setiap saat setelah pengangkatan lien.
Sepsis pada pasien asplenic dapat disebabkan oleh organisme apapun, baik itu bakteri, virus,
jamur, atau protozoa, namun organisme yang berkapsul sering berhubungan dengan sepsis pada
pasien dengan pengangkatan lien. Organisme yang berkapsul seperti Streptococcus pneumoniae
sangat resisten terhadap fagositosis, tapi dengan cepat diatasi dengan adanya atau bahkan dengan
sejumlah kecil jenis-antibodi spesifik. Tanpa lien, produksi antibodi segera terhadap antigen yang
baru ditemui terganggu dan bakteri dapat berkembang biak cepat. Oleh karena itu, risiko
penyakit pneumokokus invasif pada pasien tanpa lien adalah 12-25 kali lebih besar dari populasi
pada umumnya. Penyakit invasif pada pasien asplenic karena organisme yang berkapsul seperti
hambatan.
11. Prognosis
Hasil dari penatalaksanaan baik operatif ataupun nonoperatif dari ruptur lien
penyembuhan 90% lebih baik pada pasien yang ditatalaksana secara nonoperatif. Angka
kematian yang berhubungan dengan trauma lien berkisar antara 10% hingga 25% dan biasanya
akibat trauma pada organ lain dan kehilangan darah yang banyak.
B. Gambaran Umum Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Ruptur Lien
Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktek
keperawatan. Hal ini bisa disebut problem solving (proses pemecahan masalah) yang
memerlukan ilmu, teknik dan ketrampilan interpersonal dan ditunjukkan untuk memenuhi
kebutuhan pasien atau keluarga. Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang meliputi :
terhadap fungsi intelektual problem solving dalam mendefinisikan suatu tindakan keperawatan.
(Nursalam, 2008).
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengidentifikasi dan
karena itu pengkajian yang akurat, lengkap sesuai dengan kenyataan, kebenaran data sangat
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan kegiatan dalam menghimpun informasi (data-data) dari pasien
yang meliputi unsur bio-psiko-sosio spritual yang komprehensif untuk mendapatkan data-data
yang lengkap dan relevan, perawat membutuhkan dasar yang kuat dari berbagai disiplin ilmu.
(Nursalam, 2008).
Adalah data yang dikumpulkan dari orang terdekat pasien (keluarga pasien).
3) Sumber lain
Catatan pasien apakah dari perawat atau rekam medis yang merupakan riwayat penyakit dan
b. Jenis data
1) Data obyektif
Adalah data yang sesungguhnya yang dapat diobeservasi dan dilihat oleh perawat.
2) Data Subyektif
Merupakan pernyataan yang disampaikan oleh pasien dan dicatat sebagai kutipan langsung.
(Nursalam, 2008).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis respon individu, keluarga, atau komunitas
terhadap masalah kesehatan/proses hidup yang aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan
memberikan dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil akhir yang perawat
Menjelaskan respon manusia terhadap kondisi kesehatan/proses hidup yang ada pada
individu, keluarga, atau komunitas. Diagnosa ini didukung oleh batasan karakteristik
(manifestasi, tanda dan gejala) yang berkelompok dalam pola isyarat atau kesimpulan terkait.
Penilaian klinis motivasi dan keinginan seseorang, keluarga, atau komunitas untuk
dinyatakan dalam kesiapan untuk meningkatkan perilaku sehat khusus, seperti nutrisi dan latihan
fisik.
Diagnosa promosi kesehatan dapat digunakan pada kondisi kesehatan apapun dan tidak
memerlukan tingkat/level kesehatan/kesejahteraan saat ini. Kesiapan ini didukung oleh batasan
paling baik memastikan kemampuan untuk mencapai hasil akhir yang disebutkan.
terjadi pada individu, keluarga, atau komunitas yang rentan. Diagnosis ini didukung oleh faktor
Bersama-sama sekelompok tanda dan gejala ini menunjukkan gambaran klinis yang berbeda.
atau komunitas. Diagnosis ini didukung oleh batasan karakteristik (manifestasi, tanda, dan
a. Label Diagnosis
Memberiakn sebuah label/nama untuk sebuah diagnosis. Label ini merupakan sebuah istilah
atau frase singkat yang menunjukkan sebuah pola isyarat terkait. Label ini dapat memasukkan
modifier/pengubah.
b. Definisi
c. Batasan Karakteristik
d. Faktor Risiko
Faktor lingkungan dan unsur fisiologis, psikologis, genetik, atau kimia yang meningkatkan
kerentanan individu, keluarga, kelompok atau komunitas terhadap peristiwa/kondisi yang tidak
sehat.
dengan diagnosis keperawatan. Faktor tersebut dapat digambarkan sebagai didahului dengan,
berhubungan dengan, terkait dengan, turut berperan terhadap, atau disertai. Hanya diagnosa
a. Problem (masalah)
Tujuan menuliskan masalah pada diagnosa keperawatan adalah menjelaskan status kesehatan
pasien dengan jelas dan singkat. Karena bagian ini mengidentifikasi hal yang tidak sehat dan hal
yang harus diubah mengenai status kesehatan pasien dan juga memberikan pedoman terhadap
b. Etiologi (penyebab)
yang dipercaya berhubungan dengan masalah baik sebagai penyebab ataupun faktor risiko.
Karena etiologi mengidentifikasi faktor pendukung terhadap masalah kesehatan pasien, maka
etiologi berperan sebagai pedoman atau sasaran langsung dari intervensi keperawatan.
Definisi karakteristik adalah data subjektif dan data objektif yang diperoleh sebagai
Diagnosa Keperawatan yang muncul pada pasien dengan Ruptur Lien berdasarkan Doenges
(2000), yaitu :
3. Perencanaan
Rencana keperawatan diartikan sebagai suatu dokumen tulisan tangan dalam menyelesaikan
Melalui pengkajian, perawat akan mampu mengidentifikasi respon pasien yang aktual atau
potensial yang memerlukan suatu tindakan. Dalam menentukan suatu tindakan perlu menyusun
suatu “sistem” untuk menentukan diagnosa yang akan diambil tindakan pertama kali. Salah satu
sistem yang biasa digunakan adalah Hirarki “kebutuhan manusia”. (Nursalam, 2008)
Hirarkhi Maslow :
1) Fisiologis
3) Sosial
4) Harga diri
5) Aktualisasi diri
Tujuan pasien dan tujuan perawat adalah standar atau ukuran yang digunakan untuk
ganda).
M = Measurable (tujuan keperawatan harus bisa diukur, khususnya
dibau).
A = Achievable (tujuan harus dapat dicapai).
R = Realistis (tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah).
T = Time (tujuan keperawatan / waktu).
Nursing Outcome Classification (NOC) adalah proses memberitahukan status pasien setelah
dilakukan intervensi keperawatan. Standar kriteria hasil dikembangkan untuk mengukur hasil
dari tindakan keperawatan yang digunakan pada semua area keperawatan dan semua pasien
(individu, keluarga, kelompok dan masyarakat). NOC mempunyai tujuh domain yaitu fungsi
keperawatan. NOC mengevaluasi hasil pelayanan keperawatan sebagai bagian dari pelayanan
kesehatan. Standar kriteria hasil pasien sebagai dasar untuk menjamin keperawatan sebagai
partisipan penuh dalam evaluasi klinik bersama dengan disiplin ilmu kesehatan lain. Klasifikasi
berisi 190 kriteria hasil yang diberi label, definisi dan indikator atau ukuran untuk menentukan
3) Mendefinisikan kriteria hasil yang berfokus pada pasien dan dapat digunakan perawat-perawat
4) Memberikan informasi kriteria hasil yang lebih spesifik dari status kesehatan yang umum.
5) Menggunakan skala untuk mengukur kriteria hasil dan memberikan informasi kuantitatif.
Rencana intervensi keperawatan adalah desain spesifik dari intervensi yang disusun untuk
membantu pasien dan mencapai kriteria hasil. Rencana intervensi tersebut disusun berdasarkan
NIC (Nursing Intervention Classification ) adalah suatu daftar lis intervensi diagnosa
keperawatan yang menyeluruh dan dikelompokkan berdasarkan label yang mengurai pada
aktifitas yang dibagi menjadi 7 bagian dan 30 kelas. Sistim yang digunakan dalam berbagai
diagnosa keperawatan dan mengatur pelayanan kesehatan. NIC digunakan perawat pada semua
Nursing Interventions Classification (NIC) diperkenalkan untuk pertama kali pada tahun
1987 dan menyusul Nursing Outcomes Classification (NOC) pada tahun 1991. Nursing
keperawatan merupakan tindakan yang berdasarkan kondisi klinik dan pengetahuan yang
dilakukan perawat untuk membantu pasien mencapai hasil yang diharapkan. Perawat dapat
memberikan alasan ilmiah yang terbaru mengapa tindakan itu yang diberikan. Alasan ilmiah
dapat merupakan pengetahuan berdasarkan literature, hasil penelitian atau pengalaman praktik.
perawatan mandiri dan aktivitas hidup sehari-hari, terapi modalitas keperawatan, perawatan
berkelanjutan (continuity care), tindakan kolaborasi (terapi somatic dan psikofarmaka). (MC
Bulecheck dan McClokey (1996) menyatakan bahwa keuntungan NIC adalah sebagai
berikut :
1) Membantu menunjukkan aksi perawat dalam sistem pelayanan kesehatan.
keperawatan.
4) Memudahkan komunikasi tentang perawat kepada perawat lain dan penyedia layanan kesehatan
lain.
7) Membantu tenaga administrasi dalam perencanaan staf dan peralatan yang dibutuhkan lebih
efektif.
1) Komprehensif.
2) Berdasarkan riset.
aktivitas).
11) Dapat diakui dan diterima secara nasional. (MC Closkey & Bulechek, 2004).
Perencanaan dari diagnosa keperawatan pasien dengan Ruptur Lien (NOC & NIC, 2004) diatas
adalah :
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah inisiatif dalam rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu pasien dalam mencapai tujuan yang ditetapkan, yang
a. Secara mandiri
Adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan pemerintah dari
dokter atau petugas kesehatan lainnya. Tindakan ini merupakan suatu respon dimana perawat
Adalah suatu tindakan keperawatan menjelaskna suatu kegiatan yang memerlukan suatu
kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya tenaga sosial ahli gizi, fisioterapi dan
dokter.
Adalah tindakan yang berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis. Tindakan
ini menandakan suatu cara dimana tindakan medis dilaksanakan. (Nursalam, 2008)
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual yang melengkapi proses keperawatan yang menandakan
2008).
Langkah-langkah evaluasi :
1) Tujuan tercapai
Jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Jika pasien menunjukkan perubahan sebagai dari standar yang telah ditetapkan.
Jika pasien menunjukkan perubahan dan kemajuan sama seklai dan bahkan menimbulkan
6. Dokumentasi
kesehatan sangat penting untuk kualitas perawatan klien. Personel kesehatan biasanya
berkomunikasi melalui diskusi, laporan, dan catatan. Diskusi adalah pertimbangan lisan informal
tentang suatu subjek oleh dua atau lebih personel perawatan kesehatan untuk mengidentifikasi
suatu masalah atau menetapkan strategi untuk menyelesaikan masalah. Laporan adalah
komunikasi lisan, tulisan atau berbasis komputer yang ditujukan untuk menyampaikan informasi
kepada orang lain. Catatan adalah komunikasi tertulis atau berbasis komputer. Proses membuat
entri pada catatan klien disebut perekaman, pencatatan atau pendokumentasian. (Kozier, 2010).
Berbagai sistem dokumentasi yang digunakan saat ini menurut Kozier (2010) yaitu :
Catatan tradisional klien adalah catatan yang berorientasi pada sumber. Setiap individu atau
departemen membuat catatan dibagian yang terpisah atau perbagian catatan klien.
Pada rekam medis yang berorientasi pada masalah (Problem Oriented Medical
Record/POMR) atau catatan yang berorientasi pada masalah (Problem Oriented Record/POR)
adalah data yang disusun berdasarkan masalah klien, bukan sumber informasi.
1) Data dasar
Data dasar terdiri atas semua informasi yang diketahui tentang klien ketika klien pertama kali
2) Daftar masalah
Daftar ini biasanya dicantumkan pada bagian depan catatan dan berfungsi sebagai indeks
3) Rencana asuhan
Daftar awal program atau rencana asuhan dibuat dengan mengacu pada masalah aktif.
Catatan perkembangan dalam POMR adalah entri catatan yang dibuat oleh profesional
kesehatan yang terlibat dalam perawatan klien, mereka semua menggunakan jenis lembar yang
pernyataan klien.
O : Data Objektif
Data yang dapat diukur atau diobservasi melalui indera.
A : Pengkajian
Interpretasi atau kesimpulan yang ditarik tentang data subjektif dan objektif. Harus menjelaskan
kondisi klien dan tingkat perkembangan, bukan hanya menyatakan kembali diagnosis atau
masalah.
P : Rencana
PIE adalah akronim untuk masalah, intervensi, dan evaluasi asuhan keperawatan. Sistem ini
terdiri atas bagan alir pengkajian perawatan dan catatan perkembangan klien.
d. Pencatatan fokus
Pencatatan fokus ditujukan untuk menjadikan klien dan masalah serta kekuatan klien sebagai
fokus asuhan.
dokumentasi yang memuat hanya hasil temuan abnormal atau signifikan atau yang menyimpang
dari normal.
f. Dokumentasi terkomputerisasi
g. Manajemen kasus
Model manajemen kasus menekankan kualitas asuhan yang efektif biaya dan diberikan