Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS

PERDARAHAN SUBKONJUNGTIVA

HALAMAN JUDUL

Oleh :

Gede Angga Janardana (1871121008)

Made Widya Wirayanti Puteri (1871121060)

Pembimbing :

dr. I Putu Rustama Putra, M.Biomed, Sp.M


dr. Ni Wayan Sedani, M.Biomed, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK MADYA


DI BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN MATA
BRSUD TABANAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WARMADEWA
DENPASAR
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi


Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan
laporan kasus ini dengan tepat pada waktunya.
Laporan ini dibuat sebagai prasyarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik
Madya (KKM) di Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Mata FKIK Warmadewa/ BRSUD
Tabanan. Dalam penyusunan laporan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. dr. I Putu Rustama Putra, M.Biomed, Sp.M selaku pembimbing yang
telah membantu dalam pembuatan laporan kasus ini.
2. dr. Ni Wayan Sedani, M.Biomed, Sp.M selaku pembimbing yang telah
membantu dalam pembuatan laporan kasus ini.
3. Teman-teman sejawat yang telah member masukan selama penyusunan
laporan kasus ini.
4. Semua pihak yang telah membantu pembuatan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih terdapat kekurangan,
diharapkan adanya saran demi penyempurnaan karya ini. Semoga bisa memberikan
sumbangan ilmiah bagi dunia kedokteran dan manfaat bagi masyarakat. Terima
kasih.

Tabanan, 26 April 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ............................................................................................i


KATA PENGANTAR .......................................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................2
BAB III LAPORAN KASUS .............................................................................6
BAB IV PEMBAHASAN ...................................................................................10
BAB V SIMPULAN ...........................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Perdarahan subkonjungtiva adalah perdarahan akibat rapuhnya pembuluh darah dibawah
lapisan konjungtiva, sehingga mata akan mendadak terlihat merah dan mengkhawatirkan bagi
pasien. Insiden perdarahan subkonjungtiva dilaporkan sebesar 2,9% dari sebuah
penelitian yang memiliki sampel sebanyak 8726 pasien dan kejadian meningkat
seiring bertambahnya umur pasien khususnya pada pasien yang berumur diatas
50 tahun. Meningkatnya kejadian tersebut disebabkan oleh meningkatnya
kejadian hipertensi pada pasien berumur diatas 50 tahun (Indriasari, 2013).

Perdarahan subkonjungtiva bersifat self-limiting disease, namun terdapat


beberapa kondisi yang dapat menghambat kesembuhan penyakit. Maka dari itu
prognosis tergantung oleh penyebabnya. Prognosis akan buruk jika perdarahan
subkongjungtiva berkaitan dengan kondisi penyakit sistemik seperti hipertensi,
diabetes mellitus dan trauma signifikan (Tarlan & Kiratli, 2013).

Perdarahan subkonjungtiva merupakan penyakit yang sering dijumpai


oleh dokter layanan primer. Meskipun perdarahan subkonjungtiva bersifat self-
limiting disease, kondisi ini juga sering dikaitkan penyakit sistemik yang akan
menyebabkan komplikasi yang lebih serius jika terlewatkan. Oleh karena itu,
penting untuk mendeteksi secara dini penyebab dari perdarahan subkonjungtiva
untuk menghindari komplikasi (Tarlan & Kiratli, 2013).

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Perdarahan subkonjungtiva adalah penyakit mata dengan kondisi mata merah
akut yang disebabkan oleh ruptur pembuluh darah dibawah konjungtiva dan
menghasilkan ekstravasasi diantara jaringan subkonjungtiva dan episkleral
(Indriasari, 2013).

2.2 Etiologi
Perdarahan subkonjungtiva bisa disebabkan oleh trauma dan penyakit sistemik
maupun terjadi secara spontan. Berikut merupakan penyebab dari perdarahan
subkonjungtiva (Indriasari, 2013).:
1. Idiopatik
2. Valsalva (batuk, mengedan, dan latihan beban)
3. Traumatik (lesi ringan bersifat lokal yang disebabkan oleh gesekan
pada mata atau lesi yang lebih serius yang disebabkan oleh
perdarahan pada bola mata).
4. Hipertensi
5. Gangguan perdarahan (jika berulang pada usia muda dan tidak ada
tanda infeksi maupun trauma).

2.3 Epidemiologi
Perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi di semua kelompok umur, namun hal ini
dapat meningkat kejadiannya sesuai dengan pertambahan umur (Graham, 2009).
Penelitian epidemiologi di Kongo rata – rata usia yang mengalami perdarahan
subkonjungtiva adalah usia 30 tahun (Kaimbo,2008). Perdarahan subkonjungtiva
sebagian besar terjadi unilateral (90%).
Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa ditemukan total 58 pasien, di mana
30 mengalami perdarahan subkonjungtiva traumatis dan 28 mengalami
perdarahan subkonjungtiva spontan. Pada perdarahan subkonjungtiva tipe
spontan tidak ditemukan hubungan yang jelas dengan suatu kondisi keadaan

2
tertentu (64.3%). Kondisi hipertensi memiliki hubungan yang cukup tinggi
dengan angka terjadinya perdarahan subkonjungtiva (14.3%) (Indriasari, 2013).

2.4 Patofisiologi
Konjungtiva adalah selaput tipis transparan yang melapisi bagian putih dari bola mata (sklera)
dan bagian dalam kelopak mata. Konjungtiva merupakan lapisan pelindung terluar dari bola
mata. Konjungtiva mengandung serabut saraf dansejumlah besar pembuluh darah yang halus.
Pembuluh-pembuluh darah ini umumnya tidak terlihat secara kasat mata kecuali bila mata
mengalami peradangan. Pembuluh-pembuluh darah di konjungtiva cukup rapuh dan
dindingnya mudah pecah sehingga mengakibatkan terjadinya perdarahan subkonjungtiva.
Perdarahan subkonjungtiva menimbulkan penampakan berupa bercak berwarna merah terang
di sklera. Karena struktur konjungtiva yang halus, sedikit darah dapat menyebar secara difus di
jaringan ikat subkonjungtiva dan menyebabkan eritema difus, yang biasanya memiliki intensitas
yang sama dan menyembunyikan pembuluh darah. Pendarahan berkembang secara akut, dan
biasanya menyebabkan kekhawatiran, meskipun sebenarnya tidak berbahaya. Apabila tidak ada
kondisi trauma mata terkait, ketajaman visual tidak berubah karena perdarahan terjadi murni
secara ekstraokulaer, dan tidak disertai rasa sakit (Graham,2009).
Berdasarkan mekanismenya, perdarahan subkonjungtiva dibagi menjadi 2
yaitu:

1. Tipe Spontan
Perdarahan subkonjungtiva tipe ini terjadi secara tiba-tiba (spontan) yang
diakibatkan oleh menurunnya fungsi endotel sehingga pembuluh darah rapuh
dan mudah pecah. Keadaan yang menyebabkan pembuluh darah menjadi
rapuh adalah umur, hipertensi, arteriosclerosis, dan pemakaian antikoagulan.
Perdarahan subkonjungtiva tipe spontan biasanya terjadi unilateral
(Ilyas,2008)
2. Tipe Traumatik
Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien sebelumnya mengalami trauma
langsung atau tidak langsung yang mengenai kepala daerah orbita.

3
2.5 Tanda dan Gejala
Sebagian besar tidak ada gejala simptomatis pada perdarahan subkonjungtiva
selain terlihat darah pada bagian sklera, namun ada beberapa tanda dan gejala
yang muncul pada kejadian perdarahan subkonjungtiva:

1. Sangat jarang mengalami nyeri ketika terjadi perdarahan subkonjungtiva pada


permulaan. Ketika perdarahan terjadi pertama kali, akan terasa tidak nyaman,
terasa ada yang mengganjal dan penuh di mata.
2. Tampak adanya perdarahan di sklera dengan warna merah terang (tipis) atau
merah tua (tebal).
3. Tidak ada tanda peradangan, kalaupun ada biasanya peradangan yang ringan.
4. Perdarahan akan terlihat meluas dalam 24 jam pertama setelah itu kemudian
ukurannya akan berkurang perlahan karena diabsorpsi (American academy,
2009)

2.6 Diagnosis
Diagnosis perdarahan subkonjungtiva ditegakkan melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Apabila perdarahan subkonjungtiva terjadi untuk pertama
kalinya, langkah-langkah diagnostik lebih lanjut biasanya tidak diperlukan.
Dalam kejadian kekambuhan, hipertensi dan kelainan koagulasi harus dipikirkan.
Memeriksa ketajaman visus juga diperlukan, terutama pada perdarahan
subkonjungtiva traumatik. Salah satu studi mengenai perdarahan subkonjungtiva traumatik dan
hubungannya dengan luka / injuri lainnya oleh Lima dan Morales dirumah sakit Juarez
Meksiko tahun 1996 – 2000 menyimpulkan bahwa pasien dengan perdarahan
subkonjungtiva disertai dengan trauma lainnya (selain pada konjungtiva) akan ditemukan
ketajaman visus yang menurun atau dibawah 6/6. Maka dari itu pemeriksaan ketajaman visus
merupakan hal yang wajib pada setiap trauma di mata sekalipun hanya didapat perdarahan
subkonjungtiva tanpa ada trauma organ mata lainnya (Graham,2012).
Selanjutnya, periksa reaktivitas pupil dan mencari apakah ada defek pupil. Curigai
ruptur bola mata jika perdarahan subkonjungtiva terjadi penuh pada 360°. Jika pasien memiliki
riwayat perdarahan subkonjungtiva berulang, pertimbangkan untuk memeriksa waktu
pendarahan, waktu prothrombin, parsial tromboplastin, dan hitung darah lengkap dengan
jumlah trombosit (Chern,2002).

4
2.7 Penatalaksanaan
Perdarahan subkonjungtiva umumnya tidak memerlukan pengobatan dan akan
hilang atau diabsorbsi dalam 1-2 minggu. Pengobatan dini pada perdarahan
subkonjungtiva adalah dengan kompres dingin sebanyak 4 kali sehari selama 4
menit, terutama pada pasien yang datang dalam 48 jam pertama setelah
perdarahan terjadi. Pada bentuk-bentuk berat yang menyebabkan kelainan pada
kornea, dapat dilakukan sayatan di konjungtiva untuk drainase dari perdarahan.
Pemberian air mata buatan juga dapat diberikan pada pasien dengan iritasi
okular.

Dapat juga diberikan terapi simptomatis sesuai dengan gejala pasien.Tetapi


untuk mencegah perdarahan yang semakin meluas dapat diberikan vasacon (vasokonstriktor)
dan multivitamin. Air mata buatan untuk iritasi ringan dan mengobati faktor risikonya untuk
mencegah risiko perdarahan berulang. Asam treneksamat merupakan inhibitor
fibrinolitik sintetik. Asam treneksamat dapat menghambat pembentukan plasmin
yang berperan menghancurkan fibrinogen, fibrin, dan faktor pembekuan darah
lain, sehingga dapat mengatasi perdarahan akibat fibrinolisis yang berlebihan
(Rifki,2010).

2.8 Komplikasi
Perdarahan subkonjungtiva akan diabsorsi sendiri oleh tubuh dalam waktu 1-2
minggu, sehingga tidak ada komplikasi serius yang terjadi. Namun perdarahan
subkonjungtiva harus segera dirujuk ke dokter spesialis mata jika ditemui 3:
1. Nyeri yang berhubungan dengan perdarahan
2. Perubahan penglihatan
3. Riwayat trauma pada mata
4. Riwayat gangguan perarahan
Pada perdarahan subkonjungtiva yang sifatnya menetap atau berulang
merupakan gejala awal dari limfoma adneksa okuler (Graham,2012)

2.10 Prognosis
Secara umum prognosis dari perdarahan subkonjungtiva adalah baik. Karena
sifatnya yang dapat diabsorpsi sendiri oleh tubuh. Namun untuk keadaan tertentu
seperti sering mengalami kekambuhan, persisten atau disertai gangguan
pandangan maka dianjurkan untuk dievaluasi lebih lanjut lagi (Ilyas,2008)

5
BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama : IMS
Umur : 57 tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Alamat : Cacab Jangkahan Biaung, Penebel, Tabanan
Pekerjaan : Petani
Agama : Hindu
Suku Bangsa : Bali, Indonesia
No. CM : 173167

3.2 Anamnesis

a) Keluhan Utama :
Mata kiri merah
b) Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Poliklinik Penyakit Mata BRSUD Tabanan pada tanggal 25
April 2018 dengan keluhan mata merah sejak 1 hari yang lalu setelah
memotong rumput. Selain itu, pasien mengeluh mata kabur dan mata
berdarah.
c) Riwayat Penyakit Terdahulu :
Pasien mengatakan bahwa dulu waktu sekolah dasar pernah mengalami mata
merah seperti sekarang. Riwayat penyakit diabetes militus, hipertensi dan
penyakit kronis lainnya disangkal oleh pasien. Riwayat alergi makanan dan
obat-obatan juga disangkal oleh pasien.
d) Riwayat Sosial :
Pasien sehari harinya merupakan seorang petani, tinggal bersama istri dan
anak, aktivitas sehari-hari lebih banyak di padang. Riwayat mengkonsumsi
minum minuman beralkohol dan merokok disangkal oleh pasien

6
3.3 Pemeriksaan Fisik

3.3.1 Pemeriksaan Fisik Umum

Kesadaran : compos mentis

Tekanan darah : 110/80 mmHg

3.3.2 Pemeriksaan Oftalmologi


OCULI DEXTRA (OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA (OS)

6/30 Visus 6/12

Tidak dilakukan Pinhole Tidak dilakukan

Gerak bola mata normal, Gerak bola mata normal,

enoftalmus (-), enoftalmus (-),


Bulbus Okuli eksoftalmus(-),strabismus
eksoftalmus(-),strabismus
(-) (-)

Edema (-), nyeri tekan (-), Edema (-), nyeri tekan (-),

hiperemis (-) kelopak Palpebra hiperemis (-) kelopak mata

mata atas dan bawah atas dan bawah

Edema (-), infiltrat (-), Edema (-), infiltrat (-),


Konjungtiva hiperemis (+), bleeding (+)
hiperemis (-), bleeding (-)

Putih Sklera Merah

Bulat, edema (-), ulkus (-), Bulat, edema (-), ulkus (-),

infiltrat (-), corpal (-) infiltrat (-), sikatriks (-),


Kornea sensibilitas normal, arkus
sikatriks (-), sensibilitas
normal, arkus senilis (+) Senilis (+)

Camera Oculi Jernih, dalam


Jernih, dalam
Anterior(COA)

Bulat, reguler, warna Bulat, reguler, warna


Iris coklat, edema (-)
coklat, edema (-)

7
Bulat, diameter ± 2mm, Bulat, diameter ± 2mm,

letak sentral, refleks pupil letak sentral, refleks pupil


Pupil langsung (+), refleks pupil
langsung (+), refleks pupil
tak langsung (+) tak langsung (+)

Jernih Lensa Jernih

Normal Lapang pandang Normal

Tidak dievaluasi TIO Tidak dievaluasi

Keadaan mata pasien saat diperiksa:

3.4 Diagnosis Banding

- Subconjuctival Hemorrage
- Konjungtivitis hemarogik akut
- Skleretis

8
3.5 Diagnosa Kerja
OS Subconjunctival Hemorrage

4.6 Usulan Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan darah lengkap

3.7 Penanganan
- Irigasi RL 1 Flash
- Gentamycin ed 6x1
- Cendo lytheers ed 6x1
- Asam Mefenamat tab 3x100mg

3.8 Prognosis
Ad bonam

9
BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien laki- laki dengan inisial IMS berusia 57 tahun datang ke poli mata BRSUD
Tabanan pada hari Rabu, 25 April 2018. Pasien mengeluhkan mata kiri merah sejak 1
hari yang lalu setelah memotong rumput. Selain itu, pasien juga mengeluh mata
kabur dan mengeluarkan darah.
Perdarahan subkonjungtiva adalah penyakit mata dengan kondisi mata merah
akut yang disebabkan oleh ruptur pembuluh darah dibawah konjungtiva dan
menghasilkan ekstravasasi diantara jaringan subkonjungtiva dan episkleral
(Indriasari, 2013). Perdarahan subkonjungtiva bisa disebabkan oleh trauma dan
penyakit sistemik maupun terjadi secara spontan. Perdarahan subkonjungtiva dapat
terjadi di semua kelompok umur, namun hal ini dapat meningkat kejadiannya sesuai
dengan pertambahan umur (Graham, 2009). Faktor risiko perdarahan
subkonjungtiva adalah trauma, cedera orbital, gangguan vaskular sistemik, obat–
obatan, dan infeksi sistemik. Patofisiologi perdarahan subkonjungtiva dapat
dibedakan menjadi tipe spontan dan tipe traumatik. Tipe spontan terjadi secara tiba-
tiba (spontan) yang diakibatkan oleh menurunnya fungsi endotel sehingga pembuluh
darah rapuh dan mudah pecah. Keadaan yang menyebabkan pembuluh darah menjadi
rapuh adalah umur, hipertensi, arteriosklerosis, dan pemakaian antikoagulan.
Perdarahan subkonjungtiva tipe spontan biasanya terjadi unilateral (Ilyas,2008).
Sedangkan pada tipe traumatik, dari anamnesis akan didapatkan bahwa pasien
sebelumnya mengalami trauma langsung atau tidak langsung yang mengenai kepala
daerah orbita. Sebagian besar tidak ada gejala simptomatis yang berhubungan dengan
perdarahan subkonjungtiva selain terlihat darah pada bagian sklera. Diagnosis
perdarahan subkonjungtiva ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Apabila perdarahan subkonjungtiva terjadi untuk pertama kalinya, langkah-langkah
diagnostik lebih lanjut biasanya tidak diperlukan. Dalam kejadian kekambuhan,
hipertensi dan kelainan koagulasi harus dipikirkan.
Pada kasus, dapat diketahui dari anamnesis bahwa perdarahan subkonjungtiva
yang dialami bapak IMS adalah disebabkan karena traumatik. Hal ini juga diperkuat
dengan riwayat pasien yang tidak memiliki penyakit hipertensi.

10
Perdarahan subkonjungtiva umumnya tidak memerlukan pengobatan dan akan
hilang atau diabsorbsi dalam 1-2 minggu. Kemudian terapi dapat dilakukan sesuai
dengan penyebabnya. Untuk mencegah perdarahan yang semakin meluas dapat
diberikan vasacon (vasokonstriktor) dan multivitamin. Asam treneksamat dapat
menghambat pembentukan plasmin yang berperan menghancurkan fibrinogen, fibrin,
dan faktor pembekuan darah lain, sehingga dapat mengatasi perdarahan akibat
fibrinolisis yang berlebihan. Air mata buatan diberikan untuk iritasi ringan, dan
mengobati faktor risikonya untuk mencegah risiko perdarahan berulang (Rifki,2010).
Pada kasus pasien diberikan Irigasi RL 1 Flash untuk membersihkan mata,
gentamycin ed 6x1 sebagai antibiotik profilaksis, cendo lytheers ed 6x1 untuk
pelumas atau irigasi mata, dan Asam Mefenamat tab 3x100mg untuk mengurangi
rasa nyeri. Obat tersebut sesuai sebagai terapi simptomatis dan profilaksis kasus
tersebut, namun teori juga menyarankan penggunaan obat vasacon sebagai
vasokonstriktor dan asam treneksamat sebagai anti fibrinolitik.

11
BAB V
SIMPULAN

Perdarahan subkonjungtiva adalah penyakit mata dengan kondisi mata merah akut
yang disebabkan oleh ruptur pembuluh darah dibawah konjungtiva dan menghasilkan
ekstravasasi diantara jaringan subkonjungtiva dan episkleral. Pada laporan kasus ini,
dari anamnesis, gejala dan tanda yang ditunjukan sangatlah jelas sehingga diagnosis
dapat ditegakan tanpa pemeriksaan penunjang lebih lanjut. Pengobatan yang
diberikan sudah cukup baik namun belum sepenuhnya maksimal sesuai teori. Hal ini
dikarenakan faktor lain seperti faktor asuransi kesehatan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Graham, R. K. Subconjuntival Hemorrhage. 1st Edition. 2009. Medscape’s


Continually Updated Clinical Reference. Diakses tanggal 26 April 2018, dari
http://emedicine.medscape.com/article/1192122-overview
Kaimbo D, Kaimbo Wa. Epidemiology of traumatic and spontaneous
subconjunctival haemorrhages in Congo. Congo. 2008. Diakses pada tanggal
26 April 2018, dari http//pubmed.com/ Epidemiology of traumatic and
spontaneous subconjunctival haemorrhages in Congo/943iure
Mimura T, Yamagami S et all. Contanc lens-Induced Subconjuntival Hemorrhage.
2010. Tokyo, japan. Diakses pada tanggal 26 April 2018, dari
http//pubmed.com
Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. 2008. FK UI. Jakarta
American Academy. 2009. Subconjunctival Haemorrhages. Amerika
Chern, K. C. Emergency Ophthalmology: A Rapid Treatment Guide. 1st ed. 2002.
McGraw-Hill, Massachusetts.
Rifki, M. 2010. Perdarahan Subkonjungtiva. Jakarta Diakses pada tanggal 8 Februari
2012/www.medicastore/ Perdarahan Subkonjungtiva.3ii04308azs
Indriasari, N.2013. Referat Perdarahan Subkonjungtiva. Jawa Tengah. Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman.
Tarlan, B., & Kiratli, H. (2013). Subconjunctival hemorrhage: risk factors .
Dovepress Clinical Opthalmology, 1163-1170.

13

Anda mungkin juga menyukai