PERDARAHAN SUBKONJUNGTIVA
HALAMAN JUDUL
Oleh :
Pembimbing :
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Perdarahan subkonjungtiva adalah penyakit mata dengan kondisi mata merah
akut yang disebabkan oleh ruptur pembuluh darah dibawah konjungtiva dan
menghasilkan ekstravasasi diantara jaringan subkonjungtiva dan episkleral
(Indriasari, 2013).
2.2 Etiologi
Perdarahan subkonjungtiva bisa disebabkan oleh trauma dan penyakit sistemik
maupun terjadi secara spontan. Berikut merupakan penyebab dari perdarahan
subkonjungtiva (Indriasari, 2013).:
1. Idiopatik
2. Valsalva (batuk, mengedan, dan latihan beban)
3. Traumatik (lesi ringan bersifat lokal yang disebabkan oleh gesekan
pada mata atau lesi yang lebih serius yang disebabkan oleh
perdarahan pada bola mata).
4. Hipertensi
5. Gangguan perdarahan (jika berulang pada usia muda dan tidak ada
tanda infeksi maupun trauma).
2.3 Epidemiologi
Perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi di semua kelompok umur, namun hal ini
dapat meningkat kejadiannya sesuai dengan pertambahan umur (Graham, 2009).
Penelitian epidemiologi di Kongo rata – rata usia yang mengalami perdarahan
subkonjungtiva adalah usia 30 tahun (Kaimbo,2008). Perdarahan subkonjungtiva
sebagian besar terjadi unilateral (90%).
Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa ditemukan total 58 pasien, di mana
30 mengalami perdarahan subkonjungtiva traumatis dan 28 mengalami
perdarahan subkonjungtiva spontan. Pada perdarahan subkonjungtiva tipe
spontan tidak ditemukan hubungan yang jelas dengan suatu kondisi keadaan
2
tertentu (64.3%). Kondisi hipertensi memiliki hubungan yang cukup tinggi
dengan angka terjadinya perdarahan subkonjungtiva (14.3%) (Indriasari, 2013).
2.4 Patofisiologi
Konjungtiva adalah selaput tipis transparan yang melapisi bagian putih dari bola mata (sklera)
dan bagian dalam kelopak mata. Konjungtiva merupakan lapisan pelindung terluar dari bola
mata. Konjungtiva mengandung serabut saraf dansejumlah besar pembuluh darah yang halus.
Pembuluh-pembuluh darah ini umumnya tidak terlihat secara kasat mata kecuali bila mata
mengalami peradangan. Pembuluh-pembuluh darah di konjungtiva cukup rapuh dan
dindingnya mudah pecah sehingga mengakibatkan terjadinya perdarahan subkonjungtiva.
Perdarahan subkonjungtiva menimbulkan penampakan berupa bercak berwarna merah terang
di sklera. Karena struktur konjungtiva yang halus, sedikit darah dapat menyebar secara difus di
jaringan ikat subkonjungtiva dan menyebabkan eritema difus, yang biasanya memiliki intensitas
yang sama dan menyembunyikan pembuluh darah. Pendarahan berkembang secara akut, dan
biasanya menyebabkan kekhawatiran, meskipun sebenarnya tidak berbahaya. Apabila tidak ada
kondisi trauma mata terkait, ketajaman visual tidak berubah karena perdarahan terjadi murni
secara ekstraokulaer, dan tidak disertai rasa sakit (Graham,2009).
Berdasarkan mekanismenya, perdarahan subkonjungtiva dibagi menjadi 2
yaitu:
1. Tipe Spontan
Perdarahan subkonjungtiva tipe ini terjadi secara tiba-tiba (spontan) yang
diakibatkan oleh menurunnya fungsi endotel sehingga pembuluh darah rapuh
dan mudah pecah. Keadaan yang menyebabkan pembuluh darah menjadi
rapuh adalah umur, hipertensi, arteriosclerosis, dan pemakaian antikoagulan.
Perdarahan subkonjungtiva tipe spontan biasanya terjadi unilateral
(Ilyas,2008)
2. Tipe Traumatik
Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien sebelumnya mengalami trauma
langsung atau tidak langsung yang mengenai kepala daerah orbita.
3
2.5 Tanda dan Gejala
Sebagian besar tidak ada gejala simptomatis pada perdarahan subkonjungtiva
selain terlihat darah pada bagian sklera, namun ada beberapa tanda dan gejala
yang muncul pada kejadian perdarahan subkonjungtiva:
2.6 Diagnosis
Diagnosis perdarahan subkonjungtiva ditegakkan melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Apabila perdarahan subkonjungtiva terjadi untuk pertama
kalinya, langkah-langkah diagnostik lebih lanjut biasanya tidak diperlukan.
Dalam kejadian kekambuhan, hipertensi dan kelainan koagulasi harus dipikirkan.
Memeriksa ketajaman visus juga diperlukan, terutama pada perdarahan
subkonjungtiva traumatik. Salah satu studi mengenai perdarahan subkonjungtiva traumatik dan
hubungannya dengan luka / injuri lainnya oleh Lima dan Morales dirumah sakit Juarez
Meksiko tahun 1996 – 2000 menyimpulkan bahwa pasien dengan perdarahan
subkonjungtiva disertai dengan trauma lainnya (selain pada konjungtiva) akan ditemukan
ketajaman visus yang menurun atau dibawah 6/6. Maka dari itu pemeriksaan ketajaman visus
merupakan hal yang wajib pada setiap trauma di mata sekalipun hanya didapat perdarahan
subkonjungtiva tanpa ada trauma organ mata lainnya (Graham,2012).
Selanjutnya, periksa reaktivitas pupil dan mencari apakah ada defek pupil. Curigai
ruptur bola mata jika perdarahan subkonjungtiva terjadi penuh pada 360°. Jika pasien memiliki
riwayat perdarahan subkonjungtiva berulang, pertimbangkan untuk memeriksa waktu
pendarahan, waktu prothrombin, parsial tromboplastin, dan hitung darah lengkap dengan
jumlah trombosit (Chern,2002).
4
2.7 Penatalaksanaan
Perdarahan subkonjungtiva umumnya tidak memerlukan pengobatan dan akan
hilang atau diabsorbsi dalam 1-2 minggu. Pengobatan dini pada perdarahan
subkonjungtiva adalah dengan kompres dingin sebanyak 4 kali sehari selama 4
menit, terutama pada pasien yang datang dalam 48 jam pertama setelah
perdarahan terjadi. Pada bentuk-bentuk berat yang menyebabkan kelainan pada
kornea, dapat dilakukan sayatan di konjungtiva untuk drainase dari perdarahan.
Pemberian air mata buatan juga dapat diberikan pada pasien dengan iritasi
okular.
2.8 Komplikasi
Perdarahan subkonjungtiva akan diabsorsi sendiri oleh tubuh dalam waktu 1-2
minggu, sehingga tidak ada komplikasi serius yang terjadi. Namun perdarahan
subkonjungtiva harus segera dirujuk ke dokter spesialis mata jika ditemui 3:
1. Nyeri yang berhubungan dengan perdarahan
2. Perubahan penglihatan
3. Riwayat trauma pada mata
4. Riwayat gangguan perarahan
Pada perdarahan subkonjungtiva yang sifatnya menetap atau berulang
merupakan gejala awal dari limfoma adneksa okuler (Graham,2012)
2.10 Prognosis
Secara umum prognosis dari perdarahan subkonjungtiva adalah baik. Karena
sifatnya yang dapat diabsorpsi sendiri oleh tubuh. Namun untuk keadaan tertentu
seperti sering mengalami kekambuhan, persisten atau disertai gangguan
pandangan maka dianjurkan untuk dievaluasi lebih lanjut lagi (Ilyas,2008)
5
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama : IMS
Umur : 57 tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Alamat : Cacab Jangkahan Biaung, Penebel, Tabanan
Pekerjaan : Petani
Agama : Hindu
Suku Bangsa : Bali, Indonesia
No. CM : 173167
3.2 Anamnesis
a) Keluhan Utama :
Mata kiri merah
b) Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Poliklinik Penyakit Mata BRSUD Tabanan pada tanggal 25
April 2018 dengan keluhan mata merah sejak 1 hari yang lalu setelah
memotong rumput. Selain itu, pasien mengeluh mata kabur dan mata
berdarah.
c) Riwayat Penyakit Terdahulu :
Pasien mengatakan bahwa dulu waktu sekolah dasar pernah mengalami mata
merah seperti sekarang. Riwayat penyakit diabetes militus, hipertensi dan
penyakit kronis lainnya disangkal oleh pasien. Riwayat alergi makanan dan
obat-obatan juga disangkal oleh pasien.
d) Riwayat Sosial :
Pasien sehari harinya merupakan seorang petani, tinggal bersama istri dan
anak, aktivitas sehari-hari lebih banyak di padang. Riwayat mengkonsumsi
minum minuman beralkohol dan merokok disangkal oleh pasien
6
3.3 Pemeriksaan Fisik
Edema (-), nyeri tekan (-), Edema (-), nyeri tekan (-),
Bulat, edema (-), ulkus (-), Bulat, edema (-), ulkus (-),
7
Bulat, diameter ± 2mm, Bulat, diameter ± 2mm,
- Subconjuctival Hemorrage
- Konjungtivitis hemarogik akut
- Skleretis
8
3.5 Diagnosa Kerja
OS Subconjunctival Hemorrage
3.7 Penanganan
- Irigasi RL 1 Flash
- Gentamycin ed 6x1
- Cendo lytheers ed 6x1
- Asam Mefenamat tab 3x100mg
3.8 Prognosis
Ad bonam
9
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien laki- laki dengan inisial IMS berusia 57 tahun datang ke poli mata BRSUD
Tabanan pada hari Rabu, 25 April 2018. Pasien mengeluhkan mata kiri merah sejak 1
hari yang lalu setelah memotong rumput. Selain itu, pasien juga mengeluh mata
kabur dan mengeluarkan darah.
Perdarahan subkonjungtiva adalah penyakit mata dengan kondisi mata merah
akut yang disebabkan oleh ruptur pembuluh darah dibawah konjungtiva dan
menghasilkan ekstravasasi diantara jaringan subkonjungtiva dan episkleral
(Indriasari, 2013). Perdarahan subkonjungtiva bisa disebabkan oleh trauma dan
penyakit sistemik maupun terjadi secara spontan. Perdarahan subkonjungtiva dapat
terjadi di semua kelompok umur, namun hal ini dapat meningkat kejadiannya sesuai
dengan pertambahan umur (Graham, 2009). Faktor risiko perdarahan
subkonjungtiva adalah trauma, cedera orbital, gangguan vaskular sistemik, obat–
obatan, dan infeksi sistemik. Patofisiologi perdarahan subkonjungtiva dapat
dibedakan menjadi tipe spontan dan tipe traumatik. Tipe spontan terjadi secara tiba-
tiba (spontan) yang diakibatkan oleh menurunnya fungsi endotel sehingga pembuluh
darah rapuh dan mudah pecah. Keadaan yang menyebabkan pembuluh darah menjadi
rapuh adalah umur, hipertensi, arteriosklerosis, dan pemakaian antikoagulan.
Perdarahan subkonjungtiva tipe spontan biasanya terjadi unilateral (Ilyas,2008).
Sedangkan pada tipe traumatik, dari anamnesis akan didapatkan bahwa pasien
sebelumnya mengalami trauma langsung atau tidak langsung yang mengenai kepala
daerah orbita. Sebagian besar tidak ada gejala simptomatis yang berhubungan dengan
perdarahan subkonjungtiva selain terlihat darah pada bagian sklera. Diagnosis
perdarahan subkonjungtiva ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Apabila perdarahan subkonjungtiva terjadi untuk pertama kalinya, langkah-langkah
diagnostik lebih lanjut biasanya tidak diperlukan. Dalam kejadian kekambuhan,
hipertensi dan kelainan koagulasi harus dipikirkan.
Pada kasus, dapat diketahui dari anamnesis bahwa perdarahan subkonjungtiva
yang dialami bapak IMS adalah disebabkan karena traumatik. Hal ini juga diperkuat
dengan riwayat pasien yang tidak memiliki penyakit hipertensi.
10
Perdarahan subkonjungtiva umumnya tidak memerlukan pengobatan dan akan
hilang atau diabsorbsi dalam 1-2 minggu. Kemudian terapi dapat dilakukan sesuai
dengan penyebabnya. Untuk mencegah perdarahan yang semakin meluas dapat
diberikan vasacon (vasokonstriktor) dan multivitamin. Asam treneksamat dapat
menghambat pembentukan plasmin yang berperan menghancurkan fibrinogen, fibrin,
dan faktor pembekuan darah lain, sehingga dapat mengatasi perdarahan akibat
fibrinolisis yang berlebihan. Air mata buatan diberikan untuk iritasi ringan, dan
mengobati faktor risikonya untuk mencegah risiko perdarahan berulang (Rifki,2010).
Pada kasus pasien diberikan Irigasi RL 1 Flash untuk membersihkan mata,
gentamycin ed 6x1 sebagai antibiotik profilaksis, cendo lytheers ed 6x1 untuk
pelumas atau irigasi mata, dan Asam Mefenamat tab 3x100mg untuk mengurangi
rasa nyeri. Obat tersebut sesuai sebagai terapi simptomatis dan profilaksis kasus
tersebut, namun teori juga menyarankan penggunaan obat vasacon sebagai
vasokonstriktor dan asam treneksamat sebagai anti fibrinolitik.
11
BAB V
SIMPULAN
Perdarahan subkonjungtiva adalah penyakit mata dengan kondisi mata merah akut
yang disebabkan oleh ruptur pembuluh darah dibawah konjungtiva dan menghasilkan
ekstravasasi diantara jaringan subkonjungtiva dan episkleral. Pada laporan kasus ini,
dari anamnesis, gejala dan tanda yang ditunjukan sangatlah jelas sehingga diagnosis
dapat ditegakan tanpa pemeriksaan penunjang lebih lanjut. Pengobatan yang
diberikan sudah cukup baik namun belum sepenuhnya maksimal sesuai teori. Hal ini
dikarenakan faktor lain seperti faktor asuransi kesehatan.
12
DAFTAR PUSTAKA
13