HEMORRHOID
Oleh:
Pembimbing :
Dr. Nursal Hasbi, Sp.B
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkah
dan pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang
berjudul Hemorrhoid yang diajukan sebagai persyaratan untuk mengikuti KKS
Ilmu Bedah. Terima kasih penulis ucapkan kepada dokter pembimbing yaitu dr.
Nursal Hasbi, Sp.B yang telah bersedia membimbing penulis, sehingga laporan
kasus ini dapat selesai pada waktunya.
Penulis memohon maaf jika dalam penulisan laporan kasus ini terdapat
kesalahan, dan penulis memohon kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan
laporan kasus ini. Atas perhatian dan sarannya penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I : PENDAHULUAN 4
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 Anatomi 5
2.2 Definisi 7
2.3 Klasifikasi 7
2.4 Etiologi dan Faktor Risiko 8
2.5 Patofisiologi 10
2.6 Manifetasi klinis 12
2.7 Diagnosis 13
2.8 Diagnosis Banding 14
2.9 Penyulit 15
2.10 Penatalaksanaan 15
BAB III : LAPORAN KASUS 21
BAB IV : PEMBAHASAN 27
BAB V : KESIMPULAN 29
DAFTAR PUSTAKA 30
3
BAB I
PENDAHULUAN
Hemoroid adalah jaringan normal yang terdapat pada semua orang, yang
terdiri atas pleksus arteri-vena, berfungsi sebagai katup didalam saluran anus
untuk membantu sistem sfingter anus, mencegah inkontinensia flatus dan cairan.1
Data menunjukkan bahwa sepuluh juta orang di Indonesia dilaporkan
menderita hemoroid. Pada data kasus hemoroid di Unit Rawat Jalan bedah RSUD
Dr. Soegiri Lamongan tahun 2009 tercatat jumlah pasien hemoroid sebanyak 335
pasien dan tahun 2010 tercatat jumlah pasien hemoroid berjumlah 333 pasien.
Data bulan Januari sampai September 2011 menunjukkan bahwa jumlah seluruh
kunjungan pasien hemoroid sebanyak 304 pasien. Dari data di atas diketahui
bahwa masih banyak penderita hemorid di RSUD Dr. Soegiri. Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi terjadinya hemoroid antara lain: aktivitas fisik, pola makan,
kebiasaan BAB, konstipasi, kurang mobilisasi, pekerjaan, anatomi, dan usia.2
Kejadian hemoroid cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya
usia seseorang, dimana usia puncaknya adalah 45-65 tahun. Sekitar setengah dari
orang-orang yang berumur 50 tahun pernah mengalami hemoroid. Hal tersebut
terjadi karena orang lanjut usia sering mengalami konstipasi, sehingga terjadi
penekanan berlebihan pada pleksus hemoroidalis karena proses mengejan.2
Apabila hemoroid ini menyebabkan keluhan atau penyulit, baru dilakukan
tindakan.1
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Rektum
Anatomi rektum merupakan bagian utama usus besar yang terakhir dan
tebentang dari kolon sigmoid sampai anus dengan panjang sekita 15 20 inci.
Satu inci terakhir dari rektum dinamakan kanalis analis, kanalis analis merupakan
bagian terbawah dari usus besar yang berfungsi untuk mengeluarkan feses. Secara
anatomi, kanalis analis memiliki panjang kurang lebih 1,5 inci atau sekitar 4 cm,
yang berjalan ke bawah dan belakang dari ampulla rekti sampai anus. Selain saat
defekasi, dinding kanalis analis dipertahankan oleh musculus levator ani dan
musculus sphincter ani supaya saling berdekatan. Mekanisme sphincter ani
memiliki tiga unsur pembentuk yakni musculus sphincter ani externus, musculus
sphincter ani internus, dan musculus puborectalis.3
Musculus sphincter ani internus dibentuk oleh penebalan otot polos
stratum circulare pada ujung atas kanalis analis sehingga bekerja secara
involuntar. Sedangkan musculus sphincter ani externus dilapisi oleh otot lurik
sehingga bekerja secara voluntar. Vaskularisasi kanalis analis sebagian besar
diperoleh dari arteri hemorrhoidalis superior, arteri hemorrhoidalis medialis, dan
arteri hemorrhoidalis inferior. Arteri hemorrhoidalis superior merupakan
kelanjutan langsung dari arteri mesenterika inferior. Arteri hemorrhoidalis
medialis merupakan percabangan anterior arteri iliaka interna, dan arteri
hemorrhoidalis inferior merupakan cabang arteri pudenda interna.3
Sistem vena pada kanalis analis berasal dari vena hemorrhoidalis superior
dan vena hemorrhoidalis inferior. Vena hemorrhoidalis superior berasal dari
plexus hemorrhoidalis internus dan berjalan ke arah kranial ke dalam vena
mesenterika inferior dan seterusnya melalui vena lienalis ke vena porta. Vena
hemorrhoidalis inferior mengalirkan darah ke dalam vena pudenda interna dan ke
dalam vena iliaka interna dan sistem kava.3
Sistem simpatik dan sistem parasimpatik memegang peranan penting
dalam persarafan rektum. Serabut simpatik berasal dari plexus mesenterikus
inferior dan sistem parasakral yang terbentuk dari ganglion-ganglion simpatis
5
lumbal ruas kedua, ketiga, dan keempat. Sedangkan persarafan parasimpatik
berasal dari saraf sakral kedua, ketiga, dan keempat3.
6
2.2 Definisi Hemoroid
Hemoroid atau lebih dikenal dengan nama wasir atau ambeien, bukan
merupakan suatu keadaan yang patologis, namun bila sudah mulai menimbulkan
keluhan harus segera dilakukan tindakan untuk mengatasinya. Hemoroid berasal
dari kata ''haima'' dan ''rheo'', yang dalam medis berarti pelebaran pembuluh
darah. Jadi dapat disimpulkan bahwa hemoroid merupakan pelebaran dan
inflamasi pembuluh darah vena di anus dari pleksus hemoroidalis.1,2,4
7
2. Hemoroid interna adalah pembengkakan vena pada pleksus hemoroidalis
superior, di atas linea dentate dan tertutup oleh mukosa. Terdapat empat
derajat hemoroid interna, yaitu:
a. Derajat I, terjadi varises tetapi belum ada benjolan saat defekasi. Dapat
diketahui dengan adanya perdarahan melalui signiodoskopi.
b. Derajat II, ada perdarahan dan prolaps jaringan di luar anus saat
mengejan selama defekasi tetapi dapat kembali secara spontan.
c. Derajat III, sama dengan derajat II, hanya saja prolaps tidak dapat
kembali secara spontan, harus didorong (manual).
d. Derajat IV, prolaps tidak dapat direduksi atau inkarserasi. Benjolan
dapat terjepit di luar, dapat mengalami iritasi, inflamasi, oedem dan
ulserasi.1,5,6
8
c. Pola BAB yang salah
Pemakaian jamban duduk juga dapat meningkatkan insidensi
hemoroid, dengan pemakaian jamban yang duduk posisi usus dan anus
tidak dalam posisi tegak. Sehingga akan menyebabkan tekanan dan
gesekan pada vena di daerah rektum dan anus. Berbeda halnya pada
penggunaan jamban jongkok. Posisi jongkok saat defekasi dapat
mencegah terjadinya konstipasi yang secara tidak langsung dapat
mencegah terjadinya hemoroid. Hal tersebut dikarenakan pada posisi
jongkok, valvula ilicaecal yang terletak antara usus kecil dan caecum
dapat menutup secara sempurna sehingga tekanan dalam colon cukup
untuk mengeluarkan feses.6
d. Tumor abdomen
Tumor abdomen yang memiliki pengaruh besar terhadap kejadian
hemorrhoid adalah tumor di daerah pelvis seperti tumor ovarium, tumor
rektal, dan lain-lain. Tumor ini dapat menekan vena sehingga alirannya
terganggu dan menyebabkan pelebaran plexus hemorrhoidalis.
e. Konstipasi
Konstipasi berarti pelannya pergerakan tinja melalui usus besar
yang disebabkan oleh tinja yang kering dan keras pada colon descenden
yang menumpuk karena absorpsi cairan yang berlebihan.18 Pada
konstipasi diperlukan waktu mengejan yang lebih lama. Tekanan yang
keras saat mengejan dapat mengakibatkan trauma berlebihan pada plexus
hemorrhoidalis sehingga menyebabkan hemorrhoid.2,5-7
f. Kurangnya aktivitas fisik
Kebiasaan melakukan gerakan ringan dapat mengurangi frekuensi
untuk duduk dan merupakan salah satu pencegahan dari kekambuhan
hemorrhoid. Selain itu dengan melakukan olahraga yang ringan seperti
berenang dan menggerakkan daerah perut diharapkan dapat melemaskan
dan mengurangi ketegangan dari otot. Namun dengan melakukan aktivitas
yang terlalu berat seperti mengangkat benda berat akan meningkatkan
risiko kejadian hemoroid. Hal tersebut dikarenakan terjadi peregangan
9
musculus sphincter ani yang berulang sehingga ketika penderita mengejan
akan terjadi peregangan yang bertambah buruk.6
g. Usia
Pada usia tua terjadi degenerasi dari jaringan-jaringan tubuh, otot
sphincter pun juga menjadi tipis dan atonis. Karena sphincter nya lemah
maka dapat timbul prolaps. Selain itu pada usia tua juga sering terjadi
sembelit yang dikarenakan penyerapan air yang berlebihan pada saluran
cerna. Hal tersebut menyebabkan konsistensi tinja menjadi keras.
Sehingga terjadi penekanan berlebihan pada plexus hemorrhoidalis yang
dipicu oeh proses mengejan untuk mengeluarkan tinja.2,5-7
h. Kehamilan
Peningkatan hormon progesteron pada wanita hamil akan
mengakibatkan peristaltik saluran pencernaan melambat dan otot-ototnya
berelaksasi. Sehingga akan mengakibatkan konstipasi yang akan
memperberat sistem vena. Pelebaran vena pada wanita hamil juga dapat
dipicu oleh penekanan bayi atau fetus pada rongga abdomen. Selain itu
proses melahirkan juga dapat menyebabkan hemorrhoid karena adanya
penekanan yang berlebihan pada plexus hemorrhoidalis.6
i. Mekanis
Semua keadaan yang mengakibatkan timbulnya tekanan meninggi
dalam rongga perut, misalnya pada penderita hipertrofi prostat.
j. Kurangnya konsumsi makanan berserat.
Serat makanan yang tinggi mampu mencegah dan mengobati
konstipasi apabila diiringi dengan peningkatan intake cairan yang cukup
setiap hari. Konsumsi cairan dapat membantu kerja serat makanan dalam
tubuh. Suatu studi meta-analisis di Barcelona menyimpulkan bahwa
kebiasaan mengonsumsi serat akan menurunkan gejala dan perdarahan
pada hemoroid.6
10
yang berasal dari sfingter anal internal dan otot longitudinal. Di dalam tiap
bantalan terdapat plexus vena yang diperdarahi oleh arteriovenosus. Struktur
vaskular tersebut membuat tiap bantalan membesar untuk mencegah terjadinya
inkontinensia.
11
sehingga terjadi agregasi dan trombosis yang merupakan komplikasi akut
hemoroid.
Pada tahap selanjutnya hemoroid yang mengalami trombosis akan
mengalami rekanalisasi dan resolusi. Proses ini dipengaruhi oleh kandungan
granul sel mast. Termasuk diantaranya tryptase dan chymase untuk degradasi
jaringan stroma, heparin untuk migrasi sel endotel dan sitokin sebagai TNF-
serta interleukin 4 untuk pertumbuhan fibroblas dan proliferasi. Selanjutnya
pembentukan jaringan parut akan dibantu oleh basic fibroblast growth factor dari
sel mast.
12
sewaktu defekasi dan disusul oleh reduksi spontan sesudah selesai
defekasi. Pada stadium lebih lanjut hemoroid interna ini perlu didorong
kembali setelan defekasi agar masuk kedalam anus. Akhirya, hemoroid
dapat berlanjut menjadi bentuk yang mengalami prolaps menetap dan
tidak didorong masuk lagi. Keluarnya mukus dan terdapatnya feses pada
pakaian dalam merupakan ciri hemoroid yang mengalami prolaps
menetap.1
d. Pruritus anus
Iritasi perianal dapat menimbulkan rasa gatal yang dikenal sebagai
pruritus anus, dan di disebabkan oleh kelembapan yang terus menerus
dan rangsangan mukus.1
13
c. Anoskopi
Dengan cara ini kita dapat melihat hemoroid interna. Penderita
dalam posisi litotomi. Anaskopi dengan penyumbatnya dimasukkan dalam
anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh
bernafas panjang. Benjolan hemoroid akan menonjol pada ujung anaskop.
Bila perlu penderita disuruh mengejan supaya benjolan dapat kelihatan
sebesar-besarnya. 1
Pada anaskopi dapat dilihat warna selaput lendir yang merah
meradang atau perdarahan, banyaknya benjolan, letaknya dan besarnya
benjolan. 1
Gambar 5. Anoskopi
d. Proktosigmoidoskopi
Pemeriksaan ini perlu dilakukan untuk memastikan bahwa keluhan
bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat
yang lebih tinggi (rektum/sigmoid), karena hemoroid merupakan keadaan
fisiologik saja atau tanda yang menyertai.1
2.8 Diagnosis banding hemoroid
Perdarahan rektum merupakan manifestasi utama hemoroid interna juga
terjadi pada karsinoma kolorektum, penyakit divertikel, polip, kolitis ulserosa, dan
penyakait lain yang tidak begitu sering terdapat dikolorektum. Pemeriksaan
sigmoidoskopi harus dilakukan. Foto barium kolon dan kolonoskopi perli dipilih
secara selektif bergantung pada keluhan dan gejala penderita.1
14
Prolaps rektum juga harus dibedakan dengan prolaps mukosa akibat
hemoroid interna. Kondiloma perianal dan tumor anorektum lainnya biasanya
tidak sulit dibedakan dari hemoroid yang mengalami prolaps. Lipatan kulit luar
yang lunak akibat trombosis hemoroid eksterna sebelumnya juga mudah dikenali.
Adanya lipatan kulit sentinel (pengawal) pada garis tengah dorsal, yang disebut
umbai kulit, dapat menunjukkan fisura anus.1
2.9 Penyulit
Sekali kali hemoroid interna yang mengalami prolaps akan menjadi
ireponibel sehingga tidak dapat dipulihkan oleh karena kongesti yang
mengakibatkan udem dan trombosis. Keadaan yang agak jarang ini dapat
berlanjut menjadi trombosis melingkar padahemoroid interna dan hemoroid
eksterna secara bersaman. Keadaan ini menyebabkan nyeri hebat dan banyak
berlanjut, menyebabkan nekrosis mukosa dan kulit yang menutupinya. Emboli
septik dapat terjadi melalui sistem portal dan dapat menyebabkan abses hati.
Anemia dapat terjadi karena perdarahan ringan yang lama.1
Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistemik pada hipertensi
portal, dan apabila hemoroid semacam ini mengalami perdarahan, darah yang
keluar dapat sangat banyak.1
2.10 Penatalaksanaan hemoroid
a. Terapi non bedah
Terapi medikamentosa1
Terapi hemoroid interna yang simptomatik harus ditetapkan secara
perorangan. Hemoroid merupakan suatu hal yang normal sehingga tujuan
terapi bukan untuk menghilangkan pleksus hemoroidalis tetapi untuk
menghilangkan keluhan.
Kebanyakan penderita hemoroid derajat pertama dan derajat kedua
dapat ditolong dengan tindakan lokal sederhana disertai nasehat tentang
makan. Makanan sebaiknya terdiri atas makanan berserat tinggi seperti
sayur dan buah-buahan. Makanan ini membuat gumpalan isi usus besar,
namun lunak, sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi
keharusan mengejan berlebihan.1
15
Supositoria dan salep anus diketahui tidak mempunyai efek yang
bermakna kecuali efek anestetik dan astringen. Hemoroid interna yang
mengalami prolaps oleh karena udem umumnya dapat dimasukkan
kembali secara perlahan disusul dengan tirah baring dan kompres lokal
untuk mengurangi pembengkakan. Rendam duduk dengan dengan cairan
hangat juga dapat meringankan nyeri.1
Skleroterapi
16
dapat pula disebabkan infeksi. Perdarahan dapat terjadi waktu hemoroid
mengalami nekrosis, biasanya setelah 7 10 hari.
17
Eksisi sehemat mungkin dilakukan pada anoderm dan kulit yang normal
dengan tidak mengganggu sfingter anus.
Gambar 7. Hemoroidektomi
Hemoroidekpeksi dengan stapler
Karena bantalan hemoroid merupakan jaringan normal yang berfungsi
sabagai katup untuk mencegah inkontinensia flatus dab cairan, pada
hemoroid derajat III dan IV tidak usah dilakukan hemoroidektomi, tetapi
cukup menarik mukosa dan jaringan submukosa rektum distal keatas
dengan menggunakan sejenis stapler, sehingga hemoroid akan kembali
keposisi semula yang normal. Operasi hemoroid jenis ini dinamakn
hemoroidepeksi dengan stapler, dan nyeri pasca bedah pada tindakan ini
sangat minimal.
18
Tindakan bedah lain
Dilatasi anus dilakukan dalam anestesi dimaksudkan untuk memutus
jaringan ikat yang diduga menyebabkan obstruksi jalan keluar anus atau
spasme yang merupakan faktor penting dalam pembentukan hemoroid.
Metode dilatasi menurut Lord kadang disertai dengan penyulit
inkontinensia dehingga tidak dianjurkan.1
Keadaan ini bukan hemoroid dalam arti yang sebenarnya tetapi merupakan
trombosis vena oroid eksterna ang terletak subkutan di daerah kanalis analis.1
Keadaan ini ditandai dengan adanya benjolan di bawah kulit kanalis analis
yang nyeri sekali, tegang dan berwarna kebiru-biruan, berukuran dari beberapa
milimeter sampai satu atau dua sentimeter garis tengahnya. Benjolan itu dapat
unilobular, dan dapat pula multilokuler atau beberapa benjolan. Ruptur dapat
terjadi pada dinding vena, meskipun biasanya tidak lengkap, sehingga masih
terdapat lapisan tipis adventitiia menutupi darah yang membeku.1
19
Terapi
Pasien yang datang sebelum 48 jam dapat ditolong dan berhasil baik
dengan cara segera mengeluarkan trombus atau melakukan eksisi lengkap
secara hemoroidektomi dengan anestesi lokal. Bila trombus sudah
dikeluarkan, kulit dieksisi berbentuk elips untuk mencegah bertautnya tepi
kulit dan pembentukan kembali trombus dibawahnya. Nyeri segera hilang
pada saat tindakan dan luka akan sembuh dalam waktu singkat sebab luka
berada di daerah yang kaya akan darah.1
Trombus yang sudah terorganisasi tidak dapat dikeluarkan, dalam hal ini
terapi konservatif merupakan pilihan. Usaha untuk melakukan reposisi
hemoroid ekstern yang mengalami trombus tidak boleh dilakukan karena
kelainan ini terjadi pada struktur luar anus yang tidak dapat direposisi.1
20
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Ny. Asang
No RM : 348165
Umur : 87 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Status : Menikah
Masuk RS : 16 Mei 2016
Tanggal Pemeriksaan : 17 Mei 2016
Anamnesis
Autoanamnesis dan alloanamnesis dengan anak kandung pasien.
Keluhan Utama
Perdarahan lewat anus dan terdapat benjolan yang menetap di anus sejak 1
minggu Sebelum Masuk Rumah Sakit (SMRS)
Riwayat Penyakit Sekarang
Kurang lebih 1 tahun SMRS pasien mengeluhkan nyeri pada saat BAB,
dan pasien mengaku terkadang ketika BAB terdapat darah merah segar
menetes, darah kehitaman disangkal, BAB bercampur nanah disangkal.
Pasien mengaku terdapat benjolan pada anus yang keluar saat pasien
mengejan dan dapat masuk sendiri kedalam anus. Menurut anak pasien,
pasien sering mengeluh BAB nya keras dan terkadang tidak BAB dalam 2
atau 3 hari. BAB kecil kecil disangkal, sering sakit perut disangkal,
buang angin (+) dalam batas normal, penurunan berat badan drastis
disangkal. Demam disangkal, sakit kepala disangkal, mual dan muntah
juga disangkal, BAK dalam batas normal.
Kurang lebih 6 bulan SMRS menurut pasien benjolan pada anus pasien
keluar tanpa mengejan namun masih dapat dimasukkan dengan dorongan
jarinya. Dan sering ada darah merah segar menetes di akhir BAB. Nyeri
21
saat BAB (+) dan anus terasa panas, nyeri semakin bertambah saat
mengejan. Menurut pasien terkadang anus nya gatal.
1 minggu SMRS pasien datang ke Poli Bedah RSUD Dumai dengan
perdarahan lewat anus dan terdapat benjolan dianus yang menetap,
menurut pasien benjolan tidak dapat dimasukkan lagi dengan jari pasien.
A. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan umum
- Kesadaran : Composmentis
- Keadaan umum : Tampak sakit ringan
- Tekanan darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 72 x/menit
- Nafas : 20 x/menit
- Suhu : 36,9 C
Pemeriksaan kepala dan leher
- Mata : konjungtiva anemis (+/+), sclera ikterik (-/-), mata tidak cekung,
udem palpebra (-/-), reflex cahaya (+/+).
- Telinga : tidak ada kelainan
- Hidung : tidak ada kelainan
22
- Mulut : tidak kering, lidah tidak kotor.
- Leher : Pembesaran KGB (-), Peningkatan JVP (-)
Thoraks
Paru
- Inspeksi : Statis : gerakan dinding dada simetris kanan dan kiri.
Dinamis : pengembangan dinding dada simetris.
- Palpasi : Vokal Fremitus Sama Kanan Dan Kiri.
- Perkusi : Sonor Disemua Lapangan Paru.
- Auskultasi : Suara nafas vesikular (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-).
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
- Perkusi : Batas jantung kanan : di linea sternalis dextra SIC 5
Batas jantung kiri : di linea aksilaris anterior sinistra
SIC 5
- Auskultasi : Bunyi jantung 1 dan 2 reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
- Inspeksi : tampak datar, pelebaran vena (-)
- Auskultasi : BU (+) normal
- Perkusi : timpani
- Palpasi : teraba supel, nyeri tekan (-)
Ekstremitas : akral hangat, capillary refill time < 2 detik, udema tungkai
(-)
23
Status lokalis
24
Rontgen toraks
Tanggal 14/05/2016
Hasil rontgen :
- Marker ada
- Cor : CTR > 50 %
- Pulmo : Hili normal
Corakan bronkovaskular normal
Tidak tampak infiltrat
- Sudut costofrenikus tajam
Kesan : Kardiomegali
RESUME :
25
mukosa. Pada rektal toucher benjolan berada pada arah jam 11, pasien
mengeluh nyeri, ada lendir, tonus sphincter ani (-), ampula tidak collaps,
tidak teraba adanya massa padat, pada sarung tangan terdapat feses, tidak ada
darah.
DAFTAR MASALAH :
PENATALAKSANAAN :
Non farmakologis
Farmakologis
- IVFD RL 20 tpm
- Ramixal 1 x 2 mg
- Metronidazol 1 fls/8jam
- Rencana hemoroidektomi
26
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan diagnosis pasien
hemoroid interna grade IV. Diagnosis tersebut ditegakkan melalui keluhan yang
dialami pasien. Keluhan pasien yaitu perdarahan lewat anus dan terdapat benjolan
yang menetap dianus sejak kurang lebih satu tahun ini. Nyeri pada saat BAB, dan
pasien mengaku terkadang ketika BAB terdapat darah merah segar menetes,
pasien mengaku awalnya benjolan pada anus keluar saat pasien mengejan saja
dan dapat masuk sendiri kedalam anus. Namun lama kelamaan benjolan menetap
dan terkadang anus nya gatal.
Dari anamnesis juga didapatkan beberapa faktor risiko pada pasein yaitu,
pasien berusia 87 tahun, pada usia tersebut terjadi degenerasi dari jaringan-
jaringan tubuh, otot sphincter pun juga menjadi tipis dan atonis. Selain itu pasien
memiliki 10 orang anak, pasien tidak suka makan makanan tinggi serat seperti
sayur dan buah buahan, dan juga pasien menggunakan WC jongkok yang mana
menurut teori posisi jongkok saat defekasi dapat mencegah terjadinya konstipasi
yang secara tidak langsung dapat mencegah terjadinya hemoroid. Hal tersebut
dikarenakan pada posisi jongkok, valvula ilicaecal yang terletak antara usus kecil
dan caecum dapat menutup secara sempurna sehingga tekanan dalam colon cukup
untuk mengeluarkan feses.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan Regio anus terlihat adanya benjolan
dengan diameter kira-kira 2 cm yang keluar dari anus yang dilapisi oleh mukosa.
Pada rektal toucher benjolan berada pada arah jam 11, pasien mengeluh nyeri, ada
lendir, tonus sphincter ani (-), ampula tidak collaps, tidak teraba adanya massa
padat, pada sarung tangan terdapat feses, tidak ada darah.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan pasien anemia ringan (normositik
normokrom) yaitu Hb : 10,9 gr/dl, MCV : 91fL, MCH : 31 pg, MCHC: 34
g/dL.
27
fls/8jam, Ketorolac 30 mg/8 jam, dan pasien dipersiapkan untuk hemoroidektomi ,
persiapan darah 1 kantong.
28
BAB V
KESIMPULAN
Pasien didiagnosis dengan hemoroid interna grade IV, yang mana telah
terdapat komplikasi pada pasien yaitu anemia. Dan pada pasien sesuai indikasi
akan dilakukan hemoroidektomi dan dipersiapkan darah 1 kantong untuk
mengatasi anemia pada pasien tersebut.
29
DAFTAR PUSTAKA
1. R. Sjamsuhidayat, Wim De Jong. (2007) Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
30
31