Anda di halaman 1dari 52

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT HEMOROID

MAKALAH

Oleh
Ananti Destiari Prasinta
NIM 122310101041

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2017
5

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT HEMOROID

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Klinik 3A dengan
dosen Ns. Siswoyo, M.Kep.

Oleh
Ananti Destiari Prasinta
NIM 122310101041

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2017
6

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Swt bahwa telah terselesaikan makalah yang
berjudul Asuhan Keperawatan Penyakit Hemoroid. Makalah ini disusun untuk
melengkapi tugas pemicu mata kuliah Ilmu Keperawatan Klinik 3A.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
bekerjasama dalam penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada para pembaca.
Kami selaku penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan masukan
dari semua pembaca demi kesempurnaan pada pembuatan makalah selanjutnya.

Jember, Februari 2017 Penulis


7

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hemoroid adalah suatu pembengkakan yang tidak wajar di daerah rectal
yang terkadang disertai pendarahan. Hemoroid juga merupakan pelebaran vena
di dalam pleksus hemoroidalis yang tidak merupakan keadaan patologik
(Sjamsuhidajat & Jong, 2004). Sementara pengertian menurut (Smeltzer , 2000)
adalah pelebaran pembuluh darah/ flexus vena. Hemoroid dikenal di masyarakat
sebagai penyakit wasir atau ambeien merupakan penyakit yang sering dijumpai
dan telah ada sejak jaman dahulu.Namun masih banyak masyarakat yang belum
mengerti bahkan tidak tahu mengenai gejala-gejala yang timbul dari penyakit ini.
Angka kejadiaan hemoroid yng cukup tinggi di masyarakat didukung oleh
beberapa hal diantaranya adalah kebutuhan makan atau kebutuhan eliminasi
(BAB )masyarakat. Pada umumnya klien hemoroid tidak mengetahui
pentingnyamakanan tinggi serat dan kebiasaan BAB yang tidak teratur sering
mengejansaat BAB. Penyebab hemoroid antara lain kongesti,peningkatan
tekanan intra abdominal misal karena adanya fibroma
uteri,konstipasi,kehamilan,tumor rectum,pekerjaan yang terlalu lama
duduk,penyakit hati kronik serta pengaruh hiprtensi portal yang bisa
mengakibatkan terjadinya aliran balik karena peningkatan vena portal dan
sistemik.(Smeltzer,2002:1138).
Hemoroid atau wasir merupakan vena varikosa pada kanalis dan dibagi
menjadi 2 jenis yaitu, hemorroid interna dan eksterna. Kedua jenis hemoroid ini
sangat sering dijumpai dan terjadi sekitar 35% penduduk berusia lebih dari 25
tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, namun dapat menimbulkan
perasaan yang tidak nyaman. Hemoroid atau wasir memang menjadi momok bagi
sebagian orang yang menderitanya. Benjolan didalam anus sangat membuat rasa
tidak nyaman, baik untuk posisi duduk maupun berdiri. Apalagi kalau hendak
buang hajat (BAB), seseorang sering meringis kesakitan.
8

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa definisi hemoroid?
1.2.2 Apa etiologi hemoroid ?
1.2.3 Bagaimana patofisiologi hemoroid ?
1.2.4 Bagaimana manifestasi klinis hemoroid?
1.2.5 Bagaimana diagnosis pada hemoroid?
1.2.6 Bagaimana penatalaksanaan pada hemoroid?
1.2.7 Apa komplikasi pada hemoroid?
1.2.8 Bagaimana pathway terjadinya penyakit hemoroid?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui definisi hemoroid;
1.3.2 Untuk mengetahui etiologi hemoroid;
1.3.3 Untuk mengetahui patofisiologi hemoroid;
1.3.4 Untuk mengetahui manifestasi klinis pada hemoroid;
1.3.5 Untuk mengetahui diagnosis pada hemoroid;
1.3.6 Untuk mengetahui penatalaksanaan pada hemoroid;
1.3.7 Untuk mengetahui komplikasi pada hemoroid;
1.3.8 Untuk mengetahui pathway terjadinya penyakit hemoroid.

1.4 Manfaat
Dengan mengetahui definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis,
penatalaksanaan, komplikasi, dan pathway dari penyakit hemoroid diharapkan
mahasiswa mampu memahami konsep dasar penyakit hemoroid.
9

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Definisi Hemoroid


Plexus hemoroid merupakan pembuluh darah normal yang terletak pada
mukosa rektum bagian distal dan anoderm. Gangguan pada hemoroid terjadi
ketika plexus vaskular ini membesar. Sehingga kita dapatkan pengertiannya dari
hemoroid adalah dilatasi varikosus vena dari plexus hemorrhoidal inferior dan
superior (Dorland, 2002). Hemoroid adalah kumpulan dari pelebaran satu
segmen atau lebih vena hemoroidalis di daerah anorektal. Hemoroid bukan
sekedar pelebaran vena hemoroidalis, tetapi bersifat lebih kompleks yakni
melibatkan beberapa unsur berupa pembuluh darah, jaringan lunak dan otot di
sekitar anorektal (Felix, 2006).
Hemoroid adalah suatu pelebaran pembuluh darah balik (vena) pada
anus/dubur, teraba seperti bola atau benjolan kecil yang dapat menimbulkan rasa
nyeri, gatal, dan ketidak nyamanan. Hemoroid adalah pelebaran vena didalam
fleksus hemoroidalis yang tidak merupakan keadaan patologik.
2.1.1 Klasifikasi Hemoroid
Hemoroid diklasifikasikan berdasarkan asalnya, dimana dentate line menjadi
batas histologis. Klasifikasi hemoroid yaitu:
a. Hemoroid eksternal, berasal dari dari bagian distal dentate line dan dilapisi
oleh epitel skuamos yang telah termodifikasi serta banyak persarafan
serabut saraf nyeri somatik.
b. Hemoroid internal, berasal dari bagian proksimal dentate line dan dilapisi
mukosa.
c. Hemoroid internal-eksternal dilapisi oleh mukosa di bagian superior dan
kulit pada bagian inferior serta memiliki serabut saraf nyeri (Corman,
2004).
1.) Derajat Hemoroid Internal

Menurut Person (2007), hemoroid internal diklasifikasikan menjadi beberapa


tingkatan yakni:
10

a) Derajat I, hemoroid mencapai lumen anal canal. Timbul pendarahan


varises, prolapsi atau tonjolan mukosa tidak melalui anus dan hanya dapat
ditemukan dengan proktoskopi.
b) Derajat II, hemoroid mencapai sfingter eksternal dan tampak pada saat
pemeriksaan tetapi dapat masuk kembali secara spontan. Terdapat trombus
di dalam varises sehingga varises selalu keluar pada saat defekasi, tapi
setelah defekasi selesai tonjolan tersebut dapat masuk dengan sendirinya.
a) Derajat III, hemoroid telah keluar dari anal canal dan hanya dapat masuk
kembali secara manual oleh pasien.
b) Derajat IV, hemoroid selalu keluar dan tidak dapat masuk ke anal canal
meski dimasukkan secara manual.
2.) Derajat Hemoroid Eksternal

Sedangkan hemoroid eksterna biasanya merupakan perluasan dari hemoroid


interna. Tapi hemoroid eksterna dapat di klasifikasikan menjadi 2 :
(a.) Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruaan pada pinggir anus dan
sebenarnya adalah hematom.
Tanda dan gejala yang sering timbul adalah :
(1.)Sering rasa sakit dan nyeri
(2.)Rasa gatal pada daerah hemoroid
Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung-ujung saraf pada kulit
merupakan reseptor sakit
(b.)Kronik
Hemoroid eksterna kronik terdiri atas satu lipatan atau lebih dari kulit anus
yang berupa jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah
(Mansjoer,2000).

2.2 Etiologi Hemoroid


a. Pola makan
Sebagian besar ahli setuju pola makan rendah serat akan menghasilkan
kotoran yang keras. Orang harus mengejan saat buang air besar (BAB)
maka akan terjadi peningkatan tekanan yang menyebabkan hemoroid.
11

Mungkin juga mengganggu aliran darah balik. Kehamilan dan tensi tidak
normal dari otot spinkter internal juga menyebabkan hemoroid dan
kemungkinan berdasarkan mekanisme yang sama.
b. Kebiasaan
Duduk berlama-lama di toilet (misalnya sambil membaca) diyakini
menyebabkan masalah aliran darah balik di daerah perianal (suatu efek
torkinet) menyebabkan pembesaran hemoroid. Penuaan menyebabkan
pelemahan struktur pendukung bisa terjadi di usia 30 tahun.
c. Mengejan dan konstipasi
Mengejan dan konstipasi telah lama diketahui sebagai penyebab
terbentuknya tonjolan hemoroid memiliki tonus kanal saat istirahat, lebih
tinggi dari normal yang menarik tonus saat istirahat lebih rendah setelah
dilakukan hemoroidektomi dibanding sebelum dilakukan prosedur.
Perubahan pada saat istirahat adalah mekanisme aksi dilatasi Lord yaitu
suatu prosedur medis untuk keluhan anorektal yang umum dilakukan di
Inggris.
d. Kehamilan
Kehamilan membuat wanita mudah mengalami gejala akibat
hemoroid, meski etiologinya tidak diketahui hemoroid pada wanita hamil
disebabkan adanya peningkatan tekanan. Masuk trimester akhir tekanan di
rongga panggul sehingga aliran darah balik terganggu akhirnya pembuluh
darah membesar.
e. Hipertensi Portal
Sering dihubungkan dengan hemoroid. Tetapi gejala hemoroid tidak
terjadi lebih sering pada pasien dengan hipertensi portal daripada pasien
tanpa hipertensi portal. Pasien-pasien ini umumnya jarang mengalami
perdarahan dan dianjurkan melakukan ligasi jahitan langsung.
f. Varises Anorektal
Umumnya terjadi pada pasien dengan hipertensi portal. Varises terjadi
di dalam midrektum pada sambungan antara system portal dengan vena
rectal tengah da inferior. Varises terjadi lebih sering pada pasien nonsirosis
dan mereka jarang mengalami perdarahan. Pengobatan biasanya diarahkan
pada hipertensi portal yang menjadi penyebabnya. Portosystemic shunts
12

and transjugular intrahepatic portosystemic shunts (TJPS) digunakan


mengendalikan hipertensi dan perdarahan.

2.3 Patofisiologi
Anal canal memiliki lumen trradiate yang dilapisi bantaan (cushion) atau
alas jaringan mukosa. Bantalan ini tergantung di anal canal oleh jaringan ikat
yang erasal dari sfingter ana interna dan otot longitudinal. Dalam setiap
bantalan terdapat plexus vena yang diperdarahi oleh arteriovenosus. Struktur
vascular tersebut membuat tiap bantalan membesar untuk mencegah terjadinya
inkontnensia (Nisar dan Scholefield, 2003).
Salah satu penyebab hemoroid adalah penuaan (degenerasi). Pada lansia,
jaringan penyokong anal akan mengalami kelemahan hal ini menimbulkan
upaya yang lebih keras untuk mengualuarkan feses. Upaya keras (mengejan)
yang dilakukan berulang-ulang akan mengakibatkan prolaps. Akibatnya akan
terjadi gangguan aliran baik vena pada bantalan yang prolaps tersebut.
Bantalan akan semakin membesar jika ditunjang oleh kebiasaan mengejan,
karena rectum yang melebar akan terisi suatau bahan keras seperti feses yang
keras akibat konsumsi serat yang tidak adekuat. Selain itu berlama-lama ketika
buag air besar, serta kondisi seperti kehamilan yang meningkatkan tekanan
intra abdomen juga akan mempengaruhi pelebaran otot-otot rectum.
Selanjutnya hemoroid akan menyebabkan terjadinya perdarahan akibat trauma
mukosa local atau inflamasi yang merusak pembuluh darah dibawahnya
(Acheson dan Schofield, 2006).
Selain itu, Taweesit dkk (2008) menyatakan bahwa sel mast juga berperan
dalam menimbulkan hemoroid dengan mediator sitokinin yang dikeluarkan
oleh sel mast. Awalnya terjadi vasokontriksi yang bersamaan dengan
peningkatan vasopermeabilitas dan kontraksi otot polos yang diinduksi oleh
histamine dan leukorin. Saat vena submukosa meregang akibat dinding
pembuluh darah yang melemah, akan terjadi ekstravasasi sel darah merah dan
perdarahan. Sel mast akan melepaskan platelet-activating factor sehingga
terjadi agregasi dan thrombosis yang merupakan komplikasi akut dari
13

hemoroid. Pada tahap selanjutnya hemoroid yang mengalami rekananlisasi


dan resolusi. Proses ini dipengaruhi oleh kandungan granul sel mast yang
diantaranya tryptase dan echymase untuk degradasi jaringan stroma, heparin
untuk migras sel endotel dan sitokin sebagai TNF-alfa serta interleukin 4
untuk pertumbuhan fibroblast dan proliferasi. Selanjutnya pembentukan
jaringan parut akan dibantu oleh basic fibrblast growth factor dari sel mast.

2.4 Manifestasi Klinik


Tanda dan gejala umum Hemoroid adalah sebagai berikut.

a. Perdarahan melalui anus yang berupa darah segar.

b. Prolaps yang berasal dari tonjolan hemoroid sesuai gradasinya.

c. Nyeri sebagai akibat adanya infeksi sekunder atau trombus.

Tanda dan gejala lain yang mengikuti sebagai berikut.

a. Iritasi kronis sekitar anus oleh karena anus selalu basah.

b. Anemia yang menyertai perdarahan kronis yang terjadi.

Hemoroid mempunyai tanda dan gejala yang berbeda pada tiap tingkat.
a. Hemoroid tingkat I: varices satu atau lebih V, hemoroidales interna dengan
gejala pendarahan berwarna segar pada saat buang air besar.
b. Hemoroid tingkat II: varices dari satu atau lebih V. hemoroidales interna
yang keluar dari dubur pada saat defekasi tapi bisa masuk kembali dengan
sendirinya.
c. Hemoroid tingkat III: seperti tingkat II tetapi tidak dapat masuk spontan,
harus didorong kembali (dengan bantuan manual).
d. Hemoroid tingkat IV: telah terjadi inkarserata.

2.5 Diagnosis.
Sebagian besar penderita mengeluh adanya perdarahan perrektal, perdarahan
berupa darah merah segar, menetes sewaktu atau setelah buang air besar.
Perdarahan ini tidak disertai rasa nyeri atau rasa mules. Pada sebagian penderita
14

perdarahan ini tidak diketahui, sehingga tidak jarang pasien dengan hemorroid ini
datang dengan keluhan anemia. Sebagian lagi penderita mengeluh rasa nyeri. Rasa
nyeri ini timbul bila ada trombosis atau strangulasi dari hemorroid. Sebagian
kasus mungkin mengeluh adanya benjolan pada anusnya, atau ada yang keluar
(prolaps) dari anusnya. Keluhan lain mungkin berupa pruritus ani, atau rasa tidak
enak daerah anus atau ada discharge. Kadang-kadang hemorroid ditemukan secara
kebetulan (asimptomatik) (1,2,3,4,5) Terhadap penderita dengan keluhan seperti
diatas hendaknya dilakukan pemeriksaan fisik yang cermat. Penderita hemorroid
derajat 3 dan 4 dengan mudah dapat dilihat pada saat pemeriksaan, pada
hemorroid derajat 2 pasen perlu disuruh mengejan beberapa saat. Harus dilakukan
colok dubur, anoskopi bahkan bila dianggap perlu (pada kasus perdarahan masip)
dapat dilakukan colon inloop, rektosigmoidoskopi atau kolonoskopi untuk
menyingkirkan penyakit lainseperti malgnansi kolorektal atau inflammatory
bowel diseases. Pada beberapa senter dilakukan pemeriksaan tekanan sfinkter ani
(4) Secara fisik beratnya hemorroid interna dibagi menjadi 4 derajat (grade).
Grade 1 Hemorroid terbatas pada lumen anorektal,tidak menonjol keluar.
Grade 2 Hemorroid menonjol keluar saat mengedan dan masuk secara spontan.
Grade 3 Hemorroid menonjol keluar dan harus didorong untuk memasukkannya.
Grade 4 Hemorroid menonjol dan tidak dapat masuk walaupun didorong.
Lokasi hemorroid interna yaitu lateral kiri,lateroventral kanan dan laterodorsal
kanan.

2.6 Penatalaksanaan Hemoroid


Menurut Acheson dan Scholefield (2006), penatalaksanaan hemoroid dapat
dilakukan dengan beberapa cara sesuai dengan jenis dan derajat daripada
hemoroid.

2.6.1 Penatalaksanaan Konservatif


Sebagian besar kasus hemoroid derajat I dapat ditatalaksana dengan
pengobatan konservatif. Tatalaksana tersebut antara lain koreksi konstipasi jika
ada, meningkatkan konsumsi serat, laksatif, dan menghindari obat-obatan yang
15

dapat menyebabkan kostipasi seperti kodein (Daniel, 2010) Penelitian meta-


analisis akhir-akhir ini membuktikan bahwa suplemen serat dapat memperbaiki
gejala dan perdarahan serta dapat direkomendasikan pada derajat awal hemoroid
(Zhou dkk, 2006). Perubahan gaya hidup lainnya seperti meningkatkan konsumsi
cairan, menghindari konstipasi dan mengurangi mengejan saat buang air besar
dilakukan pada penatalaksanaan awal dan dapat membantu pengobatan serta
pencegahan hemoroid, meski belum banyak penelitian yang mendukung hal
tersebut. Kombinasi antara anestesi lokal, kortikosteroid, dan antiseptik dapat
mengurangi gejala gatal-gatal dan rasa tak nyaman pada hemoroid. Penggunaan
steroid yang berlama-lama harus dihindari untuk mengurangi efek samping.
Selain itu suplemen flavonoid dapat membantu mengurangi tonus vena,
mengurangi hiperpermeabilitas serta efek antiinflamasi meskipun belum diketahui
bagaimana mekanismenya (Acheson dan Scholrfield, 2008).

2.6.2 Pembedahan
Acheson dan Scholfield (2008) menyatakan apabila hemoroid internal derajat I
yang tidak membaik dengan penatalaksanaan konservatif maka dapat dilakukan
tindakan pembedahan.
HIST (Hemorrhoid Institute of South Texas) menetapkan indikasi tatalaksana
pembedahan hemoroid antara lain:
a. Hemoroid internal derajat II berulang.
b. Hemoroid derajat III dan IV dengan gejala.
c. Mukosa rektum menonjol keluar anus.
d. Hemoroid derajat I dan II dengan penyakit penyerta seperti fisura.
e. Kegagalan penatalaksanaan konservatif.
f. Permintaan pasien.
Pembedahan yang sering dilakukan yaitu sebagai berikut.
1.) Skleroterapi.
Teknik ini dilakukan menginjeksikan 5 mL oil phenol 5 %, vegetable oil,
quinine, dan urea hydrochlorate atau hypertonic salt solution. Lokasi injeksi
adalah submukosa hemoroid. Efek injeksi sklerosan tersebut adalah edema, reaksi
16

inflamasi dengan proliferasi fibroblast, dan trombosis intravaskular. Reaksi ini


akan menyebabkan fibrosis pada sumukosa hemoroid. Hal ini akan mencegah
atau mengurangi prolapsus jaringan hemoroid (Kaidar-Person dkk, 2007).
Senapati (1988) dalam Acheson dan Scholfield (2009) menyatakan teknik ini
murah dan mudah dilakukan, tetapi jarang dilaksanakan karena tingkat kegagalan
yang tinggi.
2.) Rubber band ligation.
Ligasi jaringan hemoroid dengan rubber band menyebabkan nekrosis
iskemia, ulserasi dan scarring yang akan menghsilkan fiksasi jaringan ikat ke
dinding rektum. Komplikasi prosedur ini adalah nyeri dan perdarahan.
3.) Infrared thermocoagulation.
Sinar infra merah masuk ke jaringan dan berubah menjadi panas.
Manipulasi instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengatur banyaknya
jumlah kerusakan jaringan. Prosedur ini menyebabkan koagulasi, oklusi, dan
sklerosis jaringan hemoroid. Teknik ini singkat dan dengan komplikasi yang
minimal.
4.) Bipolar Diathermy.
Menggunakan energi listrik untuk mengkoagulasi jaringan hemoroid dan
pembuluh darah yang memperdarahinya. Biasanya digunakan pada hemoroid
internal derajat rendah.
5.) Laser haemorrhoidectomy.
6.) Doppler ultrasound guided haemorrhoid artery ligation.
Teknik ini dilakukan dengan menggunakan proktoskop yang dilengkapi
dengan doppler probe yang dapat melokalisasi arteri. Kemudian arteri yang
memperdarahi jaringan hemoroid tersebut diligasi menggunakan absorbable
suture. Pemotongan aliran darah ini diperkirakan akan mengurangi ukuran
hemoroid.
7.) Cryotherapy.
Teknik ini dilakukan dengan menggunakan temperature yang sangat
rendah untuk merusak jaringan. Kerusakan ini disebabkan kristal yang terbentuk
di dalam sel, menghancurkan membran sel dan jaringan. Namun prosedur ini
17

menghabiskan banyak waktu dan hasil yang cukup mengecewakan. Cryotherapy


adalah teknik yang paling jarang dilakukan untuk hemoroid (American
Gastroenterological Association, 2004).
8.) Stappled Hemorrhoidopexy.
Teknik dilakukan dengan mengeksisi jaringan hemoroid pada bagian
proksimal dentate line. Keuntungan pada stappled hemorrhoidopexy adalah
berkurangnya rasa nyeri paska operasi selain itu teknik ini juga aman dan efektif
sebagai standar hemorrhoidectomy (Halverson, 2007).

2.7 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat hemoroid antara lain sebagai berikut.
1. Thrombosis.
2. Strangulasi, yaitu hemoroid yang prolaps dengan suplai darah dihalangi oleh
sfingter ani.
3. Luka dengan rasa sakit hebat sehingga klien takut mengejan dan takut berak
karena tinja semakin keras dan memperberat luka di anus.
4. Infeksi pada daerah luka menimbulkan nanah dan fistula (saluran tidak normal)
dari selaput lendir usus/ anus.
5. Perdarahan ditimbulkan oleh luka sampai anemia.
6. Jepitan atau benjolan keluar dari anus dan terjepit oleh otot lingkar dubur
sehingga tidak bisa masuk kembali. Tonjolan berubah warna menjadi merah,
semakin sakit, dan membesar. Jika tidak cepat ditangani, tonjolan membusuk.

BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN HEMOROID


18

3.1 Pengkajian

3.1.1 Riwayat Kesehatan


a. Identitas
Identitas yang ada bagi pasien yaitu nama, umur, jenis kelamin, agama, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, No. Register, dan
Diagnosa medis. Sedangkan identitas bagi penanggung jawab yaitu nama,
umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan hubungan dengan pasien.
Hemoroid dapat dijumpai pada setiap orang, namun yang membesar dan
menimbulkan masalah hanya 4% dari total populasi. Kejadian hemoroid tidak
memandang jenis kelamin dan umumnya meningkat pada usia 45 sampai 65
tahun.
b. Keluhan Utama
Pasien mengalami nyeri, perdarahan pada anus, dan merasa ada benjolan di
sekitar anus.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan merasakan gatal, terbakar, dan nyeri selama defekasi.
Selain itu juga, pasien mengatakan nteri pada abdomen dan perdarahan dari
rektum.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Perawat menanyakan faktor predisposisi yang berhubungan dengan
hemoroid, seperti adanya hemoroid sebelum riwayat peradangan pada usus,
dan riwayat diet rendah serat.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien tidak memiliki penyakit menular dan tidak ada penyakit
keturunan. Hemoroid juga bukan termasuk penyakit yang menular dan bukan
penyakit keturunan.

f. Riwayat Kesehatan Lingkungan


Pasien bekerja pada sebuah perusahaan marketing yang mengharuskannya
untuk bekerja seharian dalam posisi duduk dan sering menahan BAB karena
kesibukan pekerjaannya yang tidak bisa ia tinggal. Hal ini menyebabkan
penekanan pada daerah usus dan rektum sehingga menyebabkan hemoroid.
g. Pola Fungsi Kesehatan
19

1) Pola Persepsi dan tata laksana kesehatan : pola hidup sehat pasien yang
menderita hemoroid harus ditingkatkan dalam menjaga pola eleminasi
yang baik dan teratur.
2) Pola nutrisi dan metabolisme : pasien dengan hemoroid biasanya
memiliki pola nutrisi yang kurang baik karena sering melakukan diet
rendah serat atau kurang makanan yang berserat.
3) Pola eleminasi : pola BAB dan BAK pada pasien yang mengalami
hemoroid akan mengalami gangguan karena terasa sakit apabila bibir
anus atau sphincter anus mendapat tekanan dan biasanya terjadi
konstipasi.
4) Pola aktivitas : pasien dengan hemoroid akan mengalami gangguan pada
pola aktivitas karena rasa nyeri pada daerah abdomen dan rasa tidak
nyaman akibat adanya tonjolan pada daerah anus.
5) Pola istirahat : nyeri pada daerah abdomen yang dapat dialami oleh
penderita hemoroid dapat menggangu kenyamanan pola istirahat/tidur
pasien.
6) Pola kognitif dan persepsi sensori : pola ini mengenai pengetahuan
terhadap penyakit yang diderita pasien.
7) Pola konsep diri : bagaimana persepsi pasien terhadap pengobatan dan
perawatan yang akan dilakukan.
8) Pola hubungan peran : peran keluarga sangat dibutuhkan dalam merawat
dan mengobati pasien dengan hemoroid.
9) Pola seksual-seksualitas : adanya larangan untuk berhubungan seksual
pada pasien hemoroid jika hubungan seksual tersebut dilakukan pada
daerah anal.
10) Pola mekanisme koping : keluarga perlu memberikan dukungan dan
semangat sembuh bagi pasien.
11) Pola nilai dan kepercayaan : keluarga selalu optimis dan berdoa agar
penyakit pada pasien dapat sembuh dengan cepat.

h. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum : kesadaran composmentis, wajah tampak menyeringai,


konjungtiva anemis.
20

2) Sistem kardiovaskuler : ada distensi vena jugularis, pucat, edema, TD


>110/70mmHg, hipertermi.
3) Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada simetris,
ada tidaknya sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping hidung,
tidak terpasang O2, tidak ada ronchi, whezing.
4) Sistem hematologi : terjadi peningkatan leukosit yang merupakan tanda
adanya infeksi dan pendarahan.
5) Sistem urogenital : ada ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit
pinggang serta tidak bisa mengeluarkan urin secara lancar
6) Sistem muskuloskeletal : ada kesulitan dalam bergerak karena proses
perjalanan penyakit dan nyeri yang dirasakan.
7) Sistem Integumen : terdapat oedema, turgor kulit menurun, sianosis,
pucat.
8) Abdomen : terdapat nyeri tekan, peristaltik pada usus ditandai dengan
distensi abdomen.

i. Pemeriksaan Diagnostik

1) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan hitung darah lengkap untuk mendeteksi kadar hematokrit dan
adanya anemia.
2) Pemeriksaan anoskopi
Penilaian dengan anoskopi diperlukan untuk melihat hemoroid interna
yang tidak menonjol keluar. Anoskopi dimasukkan dan diputar untuk
mengamati keempat kuadran. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur
vaskular yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta
mengedan sedikit, ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau
prolaps akan lebih nyata.
3) Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa keluhan
bukan disebabkan oleh prows radang atau prows keganasan ditingkat yang
lebih tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau
tanda yang menyertai.
21

ANALISA DATA

PRE-OPERATIF
No Data Etiologi Problem
.
1. DO : Trombus vena Nyeri akut
Terdapat benjolan di daerah anus, hemoroidalis, massa anal
anus berwarna kemerahan, klien atau anus
terlihat pucat dan merintih
menahan sakit.
DS :
Skala nyeri 6
Klien mengatakan bahwa anusnya
terasa nyeri saat BAB.
2. DO : Pembesaran vena Konstipasi
Feses berkonsistensi keras,
hemoroidalis, menahan
terdapat darah, klien tampak
bab akibat nyeri selama
lemah, anus kemerahan.
eliminasi.
DS :
Klien mengatakan BAB 2 hari
sekali dan feses keras berdarah
3. DO : Feses bercampur darah, Pecahnya vena hemoroid Perdarahan
klien tampak lemas.
DS : Klien mengatakan bahwa
fesesnya berdarah.
4. DO : Penurunan konsentrasi Defisit
Klien tampak pucat, turgor kulit plasma darah volume
klien menurun, kulit klien tampak cairan
kering
DS :
Klien mengatakan bahwa dirinya
merasa lemas
5. DO : Penurunan konsentrasi Hipertermi
Suhu : 39o C plasma darah
22

klien tampak pucat


klien tampak menggigil
DS :
Klien mengeluh panas
6. DO : Iritasi pada ujung-ujung Kerusakan
Klien tampak menggaruk-garuk saraf gatal oleh hematoma integritas
pantatnya kulit
DS :
Klien mengeluh gatal

POST OPERATIF
No Data Etiologi Problem
.
1. DO : Tindakan invasif Nyeri akut
Klien tampak meringis, klien pembedahan
tampak memposisikan diri untuk hemoroidektomi
menghindari nyeri.
DS :
klien megeluh nyeri pada luka
post operasi, skala nyeri 8.
2. DO : Peningkatan pajanan Risiko
Nadi : 96 x/menit patogen infeksi
Suhu : 37 C
DS :
Klien mengatakan suhu klien
sedikit panas
3. DO : Krisis pasca pembedahan Ansietas
Klien tampak gelisah, klien selalu
bertanya-tanya tentang waktu
kesembuhannya.
DS :
Klien mengatakan bahwa klien
23

merasa takut dengan penyakit


yang dialami

3.2 Diagnosa

PRE OPERASI

1. Nyeri akut berhubungan dengan trombus vena hemoroidalis, massa anal atau
anus, yang ditandai benjolan di daerah anus, terasa nyeri dan gatal pada daerah
anus.

2. Konstipasi berhubungan dengan pembesaran vena hemoroidalis, menahan bab


akibat nyeri selama eliminasi.

3. Perdarahan berhubungan dengan pecahnya vena hemoroidalis yang ditandai


dengan perdarahan waktu BAB.

4. Defisit volume cairan berhubungan dengan penurunan konsentrasi plasma


darah ditandai dengan klien tampak pucat, turgor kulit klien menurun, kulit
klien tampak kering

5. Hipertermi berhubungan dengan penurunan konsentrasi plasma darah ditandai


dengan klien mengeluh panas, suhu tubuh klien meningkat, klien tampak
pucat, klien tampak menggigil.

6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi pada ujung-ujung saraf


gatal oleh hematoma ditandai dengan klien mengeluh gatal, klien tampak
menggaruk-garuk pantatnya.

POST OPERASI

1. Nyeri akut berhubungan dengan tindakan invasif pembedahan


hemoroidektomi ditandai dengan klien megeluh nyeri pada luka post op, klien
tampak meringis, klien tampak memposisikan diri untuk menghindari nyeri.
24

2. Risiko infeksi berhubungan dengan peningkatan pajanan patogen.

3. Ansietas berhubungan dengan krisis pasca pembedahan ditandai dengan klien


tampak gelisah, klien selalu bertanya-tanya tentang kesembuhannya.
25

3.3 Intervensi Pre Operasi

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


kriteria hasil
1 Nyeri akut Setelah
1. Kaji 1. Mengetahui
berhubungan diberikan
karakteristik letak nyeri
dengan asuhan
nyeri,lokasi, pasien
trombus perawatan
intensitas,
vena selama 3 x 24
lama dan
hemoroidalis jam diharapkan
penyebarann
, massa anal nyeri klien
ya
atau anus, dapat berkurang
2. Menurunkanre
yang dengan kriteria
2. Berikan aksi terhadap
ditandai hasil:
lingkungan stimulasi dari
benjolan di 1. Mengenali
yang tenang luar atau
daerah anus, gejala-
sesuai sensivitas
terasa nyeri gejala nyeri
indikasi pada suara-
dan gatal
suara bising
2. Mencatat
pada daerah
dan
pengalaman
anus.
meningkatkani
tentang
stirahat atau
nyeri
relaksasi.
sebelumnya 3. Berikan
bantalan
3. Membantu
3. Secara
flotasi di
menurunkan
subjektif,
bawah
nyeri akibat
klien
bokong pada
penekanan
menyatakan
saat duduk
saat duduk.
penurunan
rasa nyeri 4. Berikan 4. Meningkatkan
kompres
26

vasokontriksi,
hangat pada
penumpukan
lokasi nyeri
resepsi
sensori yang
selanjutnya
akan
menurunkan
nyeri di lokasi
yang paling
dirasakan.
5. Berikan
5. Menghilangks
rendaman
n rasa sakit
duduk tiga
dan nyeri
atau empat
dengan
kali sehari
merelaksasika
n spasme
sfingter
6. Berikan
posisi yang 6. Menurunkan
nyaman gerakan yang
pada klien dapat
sesuai meningkatkan
indikasi nyeri.

7. Berikan 7. Diperlukan
analgetik, untuk
seperti menghilangka
asetaminofe n nyeri yang
n berat serta
meningkatkan
kenyamanan
27

dan istirahat

2. Konstipasi Setelah
1. Kaji pola 1. Untuk
berhubungan diberikan
eliminasi mengetahui
dengan asuhan
dan pola
pembesaran keperawatan
konsistensi kebiasaan
vena selama 3 x 24
feces. buang air
hemoroidalis jam diharapkan
besar klien.
, menahan defekasi dengan 2. Berikan
bab akibat lancar dengan minum air 2. Hidrasi yang
nyeri selama kriteria hasil: putih 2-3 adekuat
eliminasi. liter perhari membuat
1. Buang air
(bila tidak konsistensi
besar 1 kali
ada faeces
perhari.
2. Konsistensi kontraindika lembek.
feses si)
lembek,
3. Berikan
tidak ada
pasien
darah dan
makanan 3. Meningkatka
pus
yang n massa feces
3. Buang air
berserat sehingga
besar
seperti sayur lebih mudah
dengan tidak
dan buah- dikeluarkan.
merasakan
nyeri dan buahan
4. Untuk
tidak perlu
4. Anjurkan mencegah
mengejan
untuk segera rangsangan
lama.
berespon yang hilang

bila ada dan akan

rangsangan terjadi
28

buang air konstipasi.


besar.

5. Anjurkan
5. Membiasaka
untuk
n pola buang
menyediaka
air besar
n waktu
yang normal.
yang sama
setiap hari
untuk buang
air besar.

3. Perdarahan Setelah
1. Kaji pasien 1. Untuk
berhubungan diberikan
untuk mengetahui
dengan asuhan
menemukan tingkat
pecahnya keperawatan
adanya perdarahan
vena selama 1x24
perdarahan pada klien
hemoroidalis jam, perawat
atau
yang dapat
hemoragi
ditandai meminimalkan
dengan komplikasi 2. Untuk
2. Monitor
perdarahan yang terjadi mengetahui
tanda-tanda
waktu BAB. dengan kriteria keadaan
vital pasien
hasil: tanda-tanda
1. Nilai Ht dan vital pasien
Hb berada saat terjadi
dalam batas perdarahan.
normal
3. Pantau hasil 3. Komponen
2. Klien tidak dari darah yang
29

mengalami laboratorium menurun pada


episode yang hasil
perdarahan berhubungan laboratorium
dengan dapat
3. Tanda-tanda
perdarahan membantu
vital berada
menentukan
dalam batas
intervensi
normal
selanjutnya

4. Siapkan
pasien secara
fisik dan 4. Keadaan fisik
psikologis dan psikologis
untuk yang baik
menjalani akan
bentuk terapi mendukung
lain jika terapi yang
diperlukan diberikan pada
klien sehingga
mampu
memberikan
5. Kolaborasi
hasil yang
dengan
maksimal
tenaga
kesehatan
5. Mencegah
lain
terjadinya
mengenai
komplikasi
masalah
dari
yang terjadi
perdarahan
dengan
yang terjadi
perdarahan:
dan untuk
30

pemberian menghentikan
transfusi, perdarahan
medikasi

4. Defisit Setelah
A. Fluid 1.Kekurangan
volume diberik
Management volume cairan
cairan an
menunjukkan
berhubungan askep 1. Monitoring
tanda berupa
dengan selama BB klien
penurunan berat
penurunan 1 x 24
badan.
konsentrasi jam
2.Memberikan
plasma darah diharap
perkiraan
ditandai kan
kebutuhan akan
dengan klien defisit 2. Catat intake cairan
tampak volume dan output
pengganti dan
cairan
pucat, turgor cairan
keefektifan dari
kulit klien dapat
terapi yang
menurun, diatasi
diberikan
kulit klien dengan
3.hipovolemia
tampak kriteria
dapat
kering hasil :
dimanifestasika
a. Fluid
n oleh hipotensi
balance
TD dalam batas dan takikardi
normal (90/60 3. Monitoring
140/80) status hidrasi 4.Tipe dan jumlah
Nadi dalam (membrane cairan
batas normal mukosa,
nadi, tergantung pada
Masukkan dan
orthostatic derajat
haluaran cairan
dan kekurangan
harian penurunan
cairan.
seimbang hematokrit )
31

BB klien stabil
Turgor kulit 4. Berikan terapi 5.Mempertahankan
elastis cairan hidrasi / volume
Hematokrit
melalui IV sirkulasi
dalam batas
sesuai
normal
indikasi
Membran muk
B. Gastrointest
osa lembab
inal
b. Gastrointest 5. Tingkatkan
Function
inal function intake cairan
Warna feses
per oral
normal 1.Perdarahan
Darah dalam B. Gastrointestin berlebih
feses tidak ada al Function memicu
1. Observasi kekurangan
adanya darah volume cairan
semakin berat.
pada feses 2.Perubahan warna,

2. Dokumentasik jumlah dan

an warna, karakteristik

jumlah, dan feses

karakteristik menunjukkan

feses status cairan


dalam saluran
cerna.
3. Penggunaan
3.Penggunaan
koagulan koagulan yang
sesuai efektif dapat
indikasi menghentikan
perdarahan.

5. Hipertermi Setelah 1. Observasi 1. TTV


berhubungan diberikan askep TTV : merupakan
dengan selama 1 x 24 suhu, nadi, acuan untuk
penurunan jam diharapkan tekanan mengetahui
32

konsentrasi pasien darah, keadaan


plasma darah mengalami pernapasan umum
2. Berikan
ditandai keseimbangan pasien
penjelasan 2. keterlibatan
dengan klien termoregulasi
tentang keluarga
mengeluh dengan kriteria
penyebab sangat
panas, suhu hasil :
demam berarti dalam
tubuh klien 1. Suhu
atau proses
meningkat, tubuh
peningkata penyembuha
klien tampak dalam
n suhu n pasien di
pucat, klien rentang
tubuh rumah sakit
tampak normal
menggigil. 35,9 C 3. Beri
37,5 C kompres
2. Nadi dan
hangat di
RR dalam 3. kompres
daerah
rentang hangat
ketiak,
normal memberikan
lutut serta
3. Klien tidak
efek
dahi
mengalami
vasodilatasi
pucat
pembuluh
(kulit
darah
berwarna
sehingga
merah
dapat
muda)
meningkatka
4. Tidak ada
n
pusing
pengeluaran
panas tubuh
melalui pori-
4. Anjurkan
pori
klien
banyak 4. peningkatan
minum 1- suhu tubuh
33

2 liter / hari mengakibatk


an
penguapan
tubuh
meningkat
sehingga
perlu
diimbangi
dengan
asupan
5. Anjurkan cairan yang
klien untuk banyak
5. mencegah
istirahat di
terjadinya
tempat
peningkatan
tidur / tirah
metabolisme
baring
tubuh dan
membantu
proses
6. Anjurkan penyembuha
untuk n
6. pakaian yang
menggunak
tipis akan
an pakaian
membantu
yang tipis
mengurangi
dan
penguapan
menyerap
tubuh
keringat
7. Monitor
dan catat
intake dan 7. peningkatan
output dan intake cairan
perlu untuk
34

berikan mencegah
cairan dehidrasi
intravena
sesuai
program
medik
8. Kolaborasi
dengan
8. antipiretik
dokter
berfungsi
dalam
dalam
pemberian
menurunkan
obat
suhu tubuh
antipiretik
6. Keru S 1 Kaji 1 Kondisi kulit
sakan etelah integritas dipengaruhi
integr dilakuka kulit, catat oleh sirkulasi,
itas n perubahan nutrisi dan
kulit tindakan pada turgor, imobilisasi.
berhu asuhan gangguan Jaringan dapat
bung keperaw warna, menjadi rapuh
an atan hangat local, dan cenderung
deng selama eritema, untuk infeksi
an 2 x 24 ekskoriasi. dan rusak.
2 Anjurkan 2 Area lembab,
iritasi jam
pemukaan terkontaminasi
pada integrita
kulit kering , memberikan
ujung s kulit
dan bersih. media yang
- pasien
Batasi sangat baik
ujung menjadi
penggunaan untuk
saraf baik,den
sabun. pertumbuhan
gatal gan
organisme
oleh kriteria
patogenik.
hema
35

toma hasil: Sabun dapat


1 Pasien
ditan mengeringkan
mengatakan
dai 3 Berikan kulit secara
gatalnya telah
deng perawatan berlebihan.
berkurang atau 3 Mencegah
an kulit secara
hilang terjadinya
klien rutin,
2 Pasien terlihat
kerusakan dan
meng observasi
tidak
meningkatkan
eluh pakaian klien
menggaruk-
penyembuhan.
gatal, agar tetap
garuk bagian
klien kering dan
pantatnya
4 Menurunkan
tamp3 Kulit pasien steril.
4 Ajarkan tekanan
ak tidak terlihat
kepada sehingga dapat
meng merah atau
keluarga meningkatkan
garuk lecet
untuk tidak sirkulasi
-
memberikan perifer dan
garuk
tekanan pada menurunkan
panta
bagian tubuh resiko
tnya
tertentu. kerusakan
kulit..
36

Intervensi post operasi


No Diagnosa Tujuan dan Rencana Tindakan Rasional
Kriteria Hasil Keperawatan
1 Nyeri akut Setelah diberikan NIC :
berhubungan askep selama 1 x 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Untuk pengawasan keefektifan obat,
dengan tindakan 24 jam secara komprehensif kemajuan penyembuhan.
invasif diharapkan Pasien termasuk lokasi,
pembedahan tidak mengalami karakteristik, durasi,
hemoroidektomi nyeri, dengan frekuensi, kualitas dan
ditandai dengan kriteria hasil: faktor presipitasi
klien megeluh 1) Mampu 2. Observasi reaksi 2. Menunjukan derajat nyeri pada pasien.
nyeri pada luka mengontrol nonverbal dari
post op, klien nyeri(tahu ketidaknyamanan
tampak meringis, penyebab 3. Bantu pasien dan 3. Meningkatkan relaksasi dan dapat
klien tampak nyeri, keluarga untuk mencari meningkatkan kemampuan koping.
memposisikan diri mampu dan menemukan
untuk menghindari menggunaka dukungan
nyeri n tehnik 4. Kontrol lingkungan yang 4. Mengurangi nyeri
nonfarmakol dapat mempengaruhi nyeri
ogi untuk seperti suhu ruangan,
mengurangi pencahayaan dan
nyeri, kebisingan
37

mencari 5. Kurangi faktor presipitasi


bantuan) nyeri 5. Meningkatkan kenyamanan pada pasien
2) Melaporkan 6. Kaji tipe dan sumber nyeri
bahwa nyeri untuk menentukan 6. Menemukan pencetus nyei dan untuk segera
berkurang intervensi dilakukan tindakan farmakologis maupun
dengan 7. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
menggunaka non farmakologi: napas
n manajemen dalam, relaksasi, distraksi, 7. Meminimalisir nyeri pada bagian post
nyeri kompres hangat/ dingin operasi
3) Mampu 8. Monitor vital sign
mengenali sebelum dan sesudah
8. Mengkaji apakah terdapat reaksi alergi pada
nyeri (skala, pemberian analgesik
pemberian analgesic.
intensitas, pertama kali
frekuensi dan
tanda nyeri)
4) Menyatakan
rasa nyaman
setelah nyeri
berkurang
5) Tanda vital
dalam
rentang
38

normal
6) Tidak
mengalami
gangguan
tidur

2 Risiko infeksi Setelah diberikan 9. Awasi TTV, demam, 9. TTV merupakan acuan untuk mengetahui
berhubungan askep selama 1 x menggigil, berkeringat, keadaan umum pasien
dengan 24 jam perubahan mental,
peningkatan diharapkan pasien meningkatnya nyeri pada
pajanan patogen. mengalami status anus
imun yang bagus, 10. Lakukan pencucian pada 10. Menurunkan resiko penyebaran infeksi.

pengetahuan, dan tangan yang baik dan


control resiko perawatan luka aseptic.
yang adekuat Berikan perawatan
kriteria hasil : paripurna.
5. Klien bebas 11. Lihat insisi dan balutan. 11. Memberikan deteksi dini terjadinya proses

dari tanda Catat karakteristik infeksi.

dan gejala drainase luka, adanya


infeksi eritema.
6. Mendeskrips 12. Berikan informasi yang 12. Pengetahuan tentang kemajuan situasi

ikan proses tepat dan jujur pada memberikan dukungan emosi, membantu
39

penularan pasien atau orang menurunkan ansietas.


penyakit, terdekat.
faktor yang 13. Ambil contoh drainase 13. Kultur dan ewarnaan gram dan sensivitas
mempengaru apabila diindikasikan. berguna untuk mengidentifikasi organism
hi, penularan 14. Berikan antibiotic sesuai penyebab dan pilihan terapi.
serta indikasi. 14. Menurunkan jumlah organism untuk
penatalaksan 15. Bantu irigasi dan drainasi menurunkan penyebaran dan pertumbuhanya
aan. apabila diidentifikasi. pada daerah resiko infeksi.
7. Menunjukan 15. Dapat mengalirkan isi abses terlokalisir.
kemampuan
untuk
mencegah
timbulnya
infeksi.
8. Menunjukan
perilaku
hidip sehat.

3 Ansietas Setelah 1 Evaluasi tingkat ansietas, 1 Ketakutan dapat terjadi karena nyeri hebat,
berhubungan dilakukan catat respon verbal dan non meningkatkan perasaaan sakit.
dengan krisis pasca tindakan verbal pasien. Dorong
pembedahan asuhan ekspresi bebas akan emosi.
40

ditandai dengan keperawat 2 Berikan informasi tentang 2 Mengetahui apa yang diharap dapat
klien tampak an selama proses penyakit dan menurunkan ansietas.
gelisah, klien 1 x 24 jam antisipsipasi tindakan
selalu bertanya- pasien 3 Jadwalkan istirahat yang 3 Membatasi kelemahan, menghemat energy,
tanya tentang tidak adekuat dan periode dan dapat meningkatkan kemampuasn
kesembuhannya. merasa menghentikan tidur. koping.
takut,deng 4 Instruksikan berbagai cara
an kriteria menggunakan teknik 4 dialog internal biasanya bersifat negative
hasil: berbicara sendiri yang apabila pasien dapat merubah ke dalam hal
positif, misalnya saya yang positif akan menurunkan tingkat
5 Pasien mampu
tahu saya dapat mengatasi ansietas.
mengungkapkan
rasa takut saya untuk
gejala cemas
sekarang ini.
6 Mengidentifikasi, 5 meningkatkan pelepasan endorphin dan
5 Dorong untuk terapi guided
mengungkapkan membantu meningkatkan control lokus
imagineri dan terapi lainya.
dan menunukan internal, mengurangi ansietas.
teknik untuk
mengontrol
cemas.
7 TTV dalam batas
normal.
8 Postur tubuh,
41

ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas
menunjukan
berkurangnya
cemas.
42

3.4 Implementasi Pre Operasi


No Diagnosa Implementasi
1. Nyeri akut berhubungan
1. Telah dikaji karakteristik
dengan trombus vena
nyeri, lokasi, intensitas, lama
hemoroidalis, massa anal atau
dan penyebarannya
anus, yang ditandai benjolan di
daerah anus, terasa nyeri dan
2. Telah diberikan lingkungan
gatal pada daerah anus.
yang tenang sesuai indikasi

3. Telah diberikan bantalan


flotasi di bawah bokong pada
saat duduk

4. Telah diberikan kompres


hangat pada lokasi nyeri

5. Telah diberikan rendaman


duduk tiga atau empat kali
sehari

6. Telah diberikan posisi yang


nyaman pada klien sesuai
indikasi

7. Telah diberikan analgetik,


seperti asetaminofen

2. Konstipasi berhubungan 1. Telah dikaji pola eliminasi


dengan pembesaran vena dan konsistensi feces.
hemoroidalis, menahan bab
2. Telah diberikan minum air
akibat nyeri selama eliminasi.
putih 2-3 liter perhari (bila
tidak ada kontraindikasi)
43

3. Telah diberikan pasien


makanan yang berserat
seperti sayur dan buah-
buahan

4. Telah dianjurkan untuk


segera berespon bila ada
rangsangan buang air besar.

5. Telah dianjurkan untuk


menyediakan waktu yang
sama setiap hari untuk buang
air besar.

3. Perdarahan berhubungan
1. Telah dikaji untuk
dengan pecahnya vena
menemukan adanya
hemoroidalis yang ditandai
perdarahan atau hemoragi
dengan perdarahan waktu
BAB.
2. Memonitor tanda-tanda vital
pasien

3. Telah dipantau hasil dari


laboratorium yang
berhubungan dengan
perdarahan

4. Telah disiapkan fisik dan


psikologis pasien untuk
menjalani bentuk terapi lain
jika diperlukan
44

5. Berkolaborasi dengan tenaga


kesehatan lain mengenai
masalah yang terjadi dengan
perdarahan: pemberian
transfusi, medikasi

4. Defisit volume cairan


A. Fluid Management
berhubungan dengan
1. Telah dilakukan monitoring
penurunan konsentrasi plasma
BB klien
darah ditandai dengan klien
2. Telah dicatat intake dan
tampak pucat, turgor kulit klien
output cairan
menurun, kulit klien tampak
3. Telah dilakukan monitoring
kering
status hidrasi (membrane
mukosa, nadi, orthostatic dan
penurunan hematokrit )
4. Telah di berikan terapi cairan
melalui IV sesuai indikasi

5. Telah di tingkatkan intake


cairan per oral

B. Gastrointestinal Function
1. Telah diobservasi adanya darah
pada feses
2. Telah didokumentasikan
warna, jumlah, dan
karakteristik feses
3. telah diberikan penggunaan
koagulan sesuai indikasi
5. Hipertermi berhubungan 1. Telah diobservasi TTV :
dengan penurunan konsentrasi suhu, nadi, tekanan darah,
45

plasma darah ditandai pernapasan


dengan klien mengeluh panas, 2. Telah diberikan penjelasan
suhu tubuh klien meningkat, tentang penyebab demam
klien tampak pucat, klien atau peningkatan suhu tubuh
tampak menggigil. 3. Telah diberikan kompres
hangat di daerah ketiak, lutut
serta dahi
4. Telah dianjurkan klien
banyak minum 1-2 liter /
hari
5. Telah dianjurkan klien untuk
istirahat di tempat tidur / tirah
baring
6. Telah dianjurkan untuk
menggunakan pakaian yang
tipis dan menyerap keringat
7. Telah dilakukan monitoring
dan pencatatan intake dan
output dan berikan cairan
intravena sesuai program
medik
8. Telah dilakukan kolaborasi
dengan dokter dalam
pemberian obat antipiretik
6 Kerusakan integritas kulit 1. Telah dikaji integritas
berhubungan dengan iritasi kulit, catat perubahan
pada ujung-ujung saraf gatal pada turgor, gangguan
oleh hematoma ditandai warna, hangat local,
dengan klien mengeluh gatal, eritema, ekskoriasi.
klien tampak menggaruk-garuk 2. Telah dianjurkan
pantatnya pemukaan kulit kering
46

dan bersih. Batasi


penggunaan sabun.
3. Telah diberikan
perawatan kulit secara
rutin, observasi pakaian
klien agar tetap kering
dan steril.
4.Telah diajarkan kepada
keluarga untuk tidak
memberikan tekanan
pada bagian tubuh
tertentu.
47

Implementasi Post Operasi


No Diagnosa Tindakan Keperawatan
1 Nyeri akut berhubungan dengan 1. Telah dilakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
tindakan invasif pembedahan durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
hemoroidektomi ditandai dengan 2. Telah mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
klien megeluh nyeri pada luka 3. Telah membantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
post op, klien tampak meringis, 4. Telah mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
klien tampak memposisikan diri pencahayaan dan kebisingan
untuk menghindari nyeri 5. Telah mengurangi faktor presipitasi nyeri
6. Telah mengkaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
7. Telah mengajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dalam, relaksasi, distraksi,
kompres hangat/ dingin
8. Telah memonitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali.

2 Risiko infeksi berhubungan 1. Telah mengawasi TTV, demam, menggigil, berkeringat, perubahan mental,
dengan peningkatan pajanan meningkatnya nyeri pada anus
patogen. 2. Telah dilakukan pencucian pada tangan yang baik dan perawatan luka aseptic. Berikan
perawatan paripurna.
.
3. Telah melihat insisi dan balutan. Catat karakteristik drainase luka, adanya eritema.
4. Telah memberikan informasi yang tepat dan jujur pada pasien atau orang terdekat.
5. Telah mengmbil contoh drainase apabila diindikasikan.
6. Telah memberikan antibiotic sesuai indikasi.
48

7. Telah memantu irigasi dan drainasi apabila diidentifikasi.


3 Ansietas berhubungan dengan 1. Telah mengevaluasi tingkat ansietas, catat respon verbal dan non verbal pasien.
krisis pasca pembedahan ditandai Dorong ekspresi bebas akan emosi.
dengan klien tampak gelisah, 2. Telah memberikan informasi tentang proses penyakit dan antisipsipasi tindakan
klien selalu bertanya-tanya 3. Telah menjadwalkan istirahat yang adekuat dan periode menghentikan tidur.
tentang kesembuhannya. 4. Telah menginstruksikan berbagai cara menggunakan teknik berbicara sendiri yang
positif, misalnya saya tahu saya dapat mengatasi rasa takut saya untuk sekarang
ini.
5. Telah mendorong untuk terapi guided imagineri dan terapi lainya.
49

3.5 Evaluasi Pre Operasi


N Diagnosa Evaluasi
o
1 Nyeri akut berhubungan dengan S: Pasien mengatakan
trombus vena hemoroidalis, massa anal Sus, saya sudah tidak
atau anus, yang ditandai benjolan di merasakan nyeri lagi.
daerah anus, terasa nyeri dan gatal pada O: Pasien terlihat lebih
daerah anus. nyaman dan tidak
menunjukkan nyeri
pada daerah anusnya
A: Masalah telah
teratasi
P: Intervensi dihentikan
2 Konstipasi berhubungan dengan S: Keluarga pasien
pembesaran vena hemoroidalis, mengatakan bahwa
menahan bab akibat nyeri selama pasien sudah mampu
eliminasi. BAB dengan lancar

O: Konsistensi feses
lembek, tidak ada darah
dan pus

A: Intervensi telah
teratasi
P: Intervensi dihentikan
3 Perdarahan berhubungan dengan S: Keluarga pasien
pecahnya vena hemoroidalis yang mengatakan bahwa
ditandai dengan perdarahan waktu BAB. pasien tidak
menunjukkan adanya
perdarahan saat BAB
O: Tanda-tanda vital
pasien dalam batas
50

normal
A: Intervensi telah
teratasi
P: Intervensi dihentikan
4 Defisit volume cairan S: Keluarga pasien
berhubungan dengan penurunan mengatakan, Sus,
konsentrasi plasma darah ditandai ibu/bapak sudah tidak
dengan klien tampak pucat, turgor kulit begitu lemas seperti tadi
klien menurun, kulit klien tampak pagi
kering O: Turgor kulit terlihat
lebih lembab, pasien
terlihat sedikit pucat
A: Masalah teratasi
sebagian.
P: Lanjutkan intervensi.
5 Hipertermi berhubungan dengan S: Keluarga pasien
penurunan konsentrasi plasma darah mengatakan, Sus,
ditandai dengan klien mengeluh panas, ibu/bapak sudah tidak
suhu tubuh klien meningkat, klien menggigil
tampak pucat, klien tampak menggigil. O: suhu pasien 37,50 C
A: Masalah teratasi
sebagian.
P: Lanjutkan intervensi.
6 Kerusakan integritas kulit S: Keluarga
berhubungan dengan iritasi pada ujung- mengatakan, sus,
ujung saraf gatal oleh hematoma ibu/bapak sudah tidak
ditandai dengan klien mengeluh gatal, mengeluh gatal pada
klien tampak menggaruk-garuk pantatnya
pantatnya O: pasien tidak
menggaruk pantatnya,
tidak terdapat
kemerahan pada daerah
51

pantat
A:masalah teratasi
P: Hentikan Intervensi
52

2.5 Evaluasi Post Operasi


No Diagnosa Evaluasi
1 Nyeri akut berhubungan dengan S: pasien mengatakan, nyeri saya sudah hilang
tindakan invasif pembedahan O: tidak terdapat keluhan nyeri dan ekspresi wajah pasien tidak menunjukan nyeri
hemoroidektomi ditandai dengan A: Masalah teratasi.
klien megeluh nyeri pada luka P: intervensi dihentikan.
post op, klien tampak meringis,
klien tampak memposisikan diri
untuk menghindari nyeri
2 Risiko infeksi berhubungan S: Keluarga pasien mengatakan, kami sudah mengetahui tejadinya resiko infeksi
dengan peningkatan pajanan O: luka operasi pasien Nampak bersih dan tidak ditemukan demam maupun menggigil.
patogen. A: Masalah teratasi
P: intervensi dihentikan.

3 Ansietas berhubungan dengan S: pasien mengatakan, saya sudah tidak cemas lagi
krisis pasca pembedahan ditandai O: pasien tidak Nampak gelisah dan tenang
dengan klien tampak gelisah, A: Masalah teratasi
klien selalu bertanya-tanya P: intervensi dihentikan.
tentang kesembuhannya.
53
54

BAB 4. PENUTUP
4.1 kesimpulan
Hemoroid adalah distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi
namun kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan
perdarahan. Istilah hemoroid lebih dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh
masyarakat. Akibat dari adanya hemoroid adalah timbulnya rasa tidak
nyaman. Hemoroid bukan saja mengganggu aspek kesehatan,tetapi juga aspek
kosmetik bahkan sampai aspek sosial. Hemoroid mengakibatkan komplikasi,
diantaranya adalah terjadi trombosis,peradangan, dan terjadi perdarahan.
Hemoroid juga dapat menimbulkan cemas pada penderitanya akibat
ketidaktahuan tentang penyakit dan pengobatannya. Hemoroid
diklasifikasikan berdasarkan asalnya, dimana dentate line menjadi batas
histologis. Klasifikasi hemoroid yaitu: hemoroid eksternal, hemoroid internal,
dan hemoroid ekternal-internal. Derajat pada hemoroid internal diantara
rentang derajat 1 sampai derajat 4, sedangkan derajat pada hemoroid eksternal
hanya perluasan dari hemoroid interna yang hanya mencapai fase akut atau
kronik. Tanda dan gejala umum Hemoroid adalah perdarahan melalui anus
yang berupa darah segar, prolaps yang berasal dari tonjolan hemoroid sesuai
gradasinya, dan nyeri sebagai akibat adanya infeksi sekunder atau trombus.
Selain itu gejala akan berbeda pada setiap derajat tingkat gejala hemoroid.
Salah satu penyebab heoroid adalah penuaan (degenerasi). Pada lansia,
jaringan penyokong anal akan mengalami kelemahan hal ini menimbulkan
upaya yang lebih keras untuk mengualuarkan feses. Upaya keras (mengejan)
yang dilakukan berulang-ulang akan mengakibatkan prolaps. Serta kondisi
seperti kehamilan yang meningkatkan tekanan intra abdomen juga akan
mempengaruhi pelbaran otot-otot rectum. Penatalaksanaan yang dilakukan
ialah pembedahan dan konservatif.
4.2 Saran
Mahasiswa lebih memahami proses penyakit hemoeoid sehingga dapat
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit hemoroid.
55

DAFTAR PUSTAKA

Arkanda, Sumitro. 1989. Ringkasan Ilmu Bedah. Jakarta: PT. Bina Aksara.
Baughman C. Diane (2000). Keperawatan Medikal Bedah. Penerbit buku
kedokteran ECG, Jakarta.
Brashers, Valentina L. Aplikasi Klinis Patofisiologi: Pemeriksaan & Manajemen,
Ed. 2. Alih bahasa oleh Kuncara. Jakarta: EGC.
Brooker, Chris. 2009. Ensiklopedia Keperawatan. Alih bahasa oleh Hartono, dkk.
Jakarta: EGC.
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2. Jakarta:
EGC.

Dermawan & Rahayuningsih. 2010. Keperawatan Medikal Bedah: Sistem


Pencernaan. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Djuhari,Widjajakusumah. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran . Jakarta: EGC.

Mansjoer Arif, dkk (2000). Kapita Selekta Kedokteran Edisi III jilid II. Penerbit
Buku Aesculapius Fakultas Kedokteran VI, Jakarta.

Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit


Ed. 6 Vol 1. Jakarta: EGC.

Smeltzer Suzanne C. 2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &


Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8.
Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai