MAKALAH
Oleh
Ananti Destiari Prasinta
NIM 122310101041
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Klinik 3A dengan
dosen Ns. Siswoyo, M.Kep.
Oleh
Ananti Destiari Prasinta
NIM 122310101041
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Swt bahwa telah terselesaikan makalah yang
berjudul Asuhan Keperawatan Penyakit Hemoroid. Makalah ini disusun untuk
melengkapi tugas pemicu mata kuliah Ilmu Keperawatan Klinik 3A.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
bekerjasama dalam penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada para pembaca.
Kami selaku penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan masukan
dari semua pembaca demi kesempurnaan pada pembuatan makalah selanjutnya.
BAB 1. PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui definisi hemoroid;
1.3.2 Untuk mengetahui etiologi hemoroid;
1.3.3 Untuk mengetahui patofisiologi hemoroid;
1.3.4 Untuk mengetahui manifestasi klinis pada hemoroid;
1.3.5 Untuk mengetahui diagnosis pada hemoroid;
1.3.6 Untuk mengetahui penatalaksanaan pada hemoroid;
1.3.7 Untuk mengetahui komplikasi pada hemoroid;
1.3.8 Untuk mengetahui pathway terjadinya penyakit hemoroid.
1.4 Manfaat
Dengan mengetahui definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis,
penatalaksanaan, komplikasi, dan pathway dari penyakit hemoroid diharapkan
mahasiswa mampu memahami konsep dasar penyakit hemoroid.
9
BAB 2. PEMBAHASAN
Mungkin juga mengganggu aliran darah balik. Kehamilan dan tensi tidak
normal dari otot spinkter internal juga menyebabkan hemoroid dan
kemungkinan berdasarkan mekanisme yang sama.
b. Kebiasaan
Duduk berlama-lama di toilet (misalnya sambil membaca) diyakini
menyebabkan masalah aliran darah balik di daerah perianal (suatu efek
torkinet) menyebabkan pembesaran hemoroid. Penuaan menyebabkan
pelemahan struktur pendukung bisa terjadi di usia 30 tahun.
c. Mengejan dan konstipasi
Mengejan dan konstipasi telah lama diketahui sebagai penyebab
terbentuknya tonjolan hemoroid memiliki tonus kanal saat istirahat, lebih
tinggi dari normal yang menarik tonus saat istirahat lebih rendah setelah
dilakukan hemoroidektomi dibanding sebelum dilakukan prosedur.
Perubahan pada saat istirahat adalah mekanisme aksi dilatasi Lord yaitu
suatu prosedur medis untuk keluhan anorektal yang umum dilakukan di
Inggris.
d. Kehamilan
Kehamilan membuat wanita mudah mengalami gejala akibat
hemoroid, meski etiologinya tidak diketahui hemoroid pada wanita hamil
disebabkan adanya peningkatan tekanan. Masuk trimester akhir tekanan di
rongga panggul sehingga aliran darah balik terganggu akhirnya pembuluh
darah membesar.
e. Hipertensi Portal
Sering dihubungkan dengan hemoroid. Tetapi gejala hemoroid tidak
terjadi lebih sering pada pasien dengan hipertensi portal daripada pasien
tanpa hipertensi portal. Pasien-pasien ini umumnya jarang mengalami
perdarahan dan dianjurkan melakukan ligasi jahitan langsung.
f. Varises Anorektal
Umumnya terjadi pada pasien dengan hipertensi portal. Varises terjadi
di dalam midrektum pada sambungan antara system portal dengan vena
rectal tengah da inferior. Varises terjadi lebih sering pada pasien nonsirosis
dan mereka jarang mengalami perdarahan. Pengobatan biasanya diarahkan
pada hipertensi portal yang menjadi penyebabnya. Portosystemic shunts
12
2.3 Patofisiologi
Anal canal memiliki lumen trradiate yang dilapisi bantaan (cushion) atau
alas jaringan mukosa. Bantalan ini tergantung di anal canal oleh jaringan ikat
yang erasal dari sfingter ana interna dan otot longitudinal. Dalam setiap
bantalan terdapat plexus vena yang diperdarahi oleh arteriovenosus. Struktur
vascular tersebut membuat tiap bantalan membesar untuk mencegah terjadinya
inkontnensia (Nisar dan Scholefield, 2003).
Salah satu penyebab hemoroid adalah penuaan (degenerasi). Pada lansia,
jaringan penyokong anal akan mengalami kelemahan hal ini menimbulkan
upaya yang lebih keras untuk mengualuarkan feses. Upaya keras (mengejan)
yang dilakukan berulang-ulang akan mengakibatkan prolaps. Akibatnya akan
terjadi gangguan aliran baik vena pada bantalan yang prolaps tersebut.
Bantalan akan semakin membesar jika ditunjang oleh kebiasaan mengejan,
karena rectum yang melebar akan terisi suatau bahan keras seperti feses yang
keras akibat konsumsi serat yang tidak adekuat. Selain itu berlama-lama ketika
buag air besar, serta kondisi seperti kehamilan yang meningkatkan tekanan
intra abdomen juga akan mempengaruhi pelebaran otot-otot rectum.
Selanjutnya hemoroid akan menyebabkan terjadinya perdarahan akibat trauma
mukosa local atau inflamasi yang merusak pembuluh darah dibawahnya
(Acheson dan Schofield, 2006).
Selain itu, Taweesit dkk (2008) menyatakan bahwa sel mast juga berperan
dalam menimbulkan hemoroid dengan mediator sitokinin yang dikeluarkan
oleh sel mast. Awalnya terjadi vasokontriksi yang bersamaan dengan
peningkatan vasopermeabilitas dan kontraksi otot polos yang diinduksi oleh
histamine dan leukorin. Saat vena submukosa meregang akibat dinding
pembuluh darah yang melemah, akan terjadi ekstravasasi sel darah merah dan
perdarahan. Sel mast akan melepaskan platelet-activating factor sehingga
terjadi agregasi dan thrombosis yang merupakan komplikasi akut dari
13
Hemoroid mempunyai tanda dan gejala yang berbeda pada tiap tingkat.
a. Hemoroid tingkat I: varices satu atau lebih V, hemoroidales interna dengan
gejala pendarahan berwarna segar pada saat buang air besar.
b. Hemoroid tingkat II: varices dari satu atau lebih V. hemoroidales interna
yang keluar dari dubur pada saat defekasi tapi bisa masuk kembali dengan
sendirinya.
c. Hemoroid tingkat III: seperti tingkat II tetapi tidak dapat masuk spontan,
harus didorong kembali (dengan bantuan manual).
d. Hemoroid tingkat IV: telah terjadi inkarserata.
2.5 Diagnosis.
Sebagian besar penderita mengeluh adanya perdarahan perrektal, perdarahan
berupa darah merah segar, menetes sewaktu atau setelah buang air besar.
Perdarahan ini tidak disertai rasa nyeri atau rasa mules. Pada sebagian penderita
14
perdarahan ini tidak diketahui, sehingga tidak jarang pasien dengan hemorroid ini
datang dengan keluhan anemia. Sebagian lagi penderita mengeluh rasa nyeri. Rasa
nyeri ini timbul bila ada trombosis atau strangulasi dari hemorroid. Sebagian
kasus mungkin mengeluh adanya benjolan pada anusnya, atau ada yang keluar
(prolaps) dari anusnya. Keluhan lain mungkin berupa pruritus ani, atau rasa tidak
enak daerah anus atau ada discharge. Kadang-kadang hemorroid ditemukan secara
kebetulan (asimptomatik) (1,2,3,4,5) Terhadap penderita dengan keluhan seperti
diatas hendaknya dilakukan pemeriksaan fisik yang cermat. Penderita hemorroid
derajat 3 dan 4 dengan mudah dapat dilihat pada saat pemeriksaan, pada
hemorroid derajat 2 pasen perlu disuruh mengejan beberapa saat. Harus dilakukan
colok dubur, anoskopi bahkan bila dianggap perlu (pada kasus perdarahan masip)
dapat dilakukan colon inloop, rektosigmoidoskopi atau kolonoskopi untuk
menyingkirkan penyakit lainseperti malgnansi kolorektal atau inflammatory
bowel diseases. Pada beberapa senter dilakukan pemeriksaan tekanan sfinkter ani
(4) Secara fisik beratnya hemorroid interna dibagi menjadi 4 derajat (grade).
Grade 1 Hemorroid terbatas pada lumen anorektal,tidak menonjol keluar.
Grade 2 Hemorroid menonjol keluar saat mengedan dan masuk secara spontan.
Grade 3 Hemorroid menonjol keluar dan harus didorong untuk memasukkannya.
Grade 4 Hemorroid menonjol dan tidak dapat masuk walaupun didorong.
Lokasi hemorroid interna yaitu lateral kiri,lateroventral kanan dan laterodorsal
kanan.
2.6.2 Pembedahan
Acheson dan Scholfield (2008) menyatakan apabila hemoroid internal derajat I
yang tidak membaik dengan penatalaksanaan konservatif maka dapat dilakukan
tindakan pembedahan.
HIST (Hemorrhoid Institute of South Texas) menetapkan indikasi tatalaksana
pembedahan hemoroid antara lain:
a. Hemoroid internal derajat II berulang.
b. Hemoroid derajat III dan IV dengan gejala.
c. Mukosa rektum menonjol keluar anus.
d. Hemoroid derajat I dan II dengan penyakit penyerta seperti fisura.
e. Kegagalan penatalaksanaan konservatif.
f. Permintaan pasien.
Pembedahan yang sering dilakukan yaitu sebagai berikut.
1.) Skleroterapi.
Teknik ini dilakukan menginjeksikan 5 mL oil phenol 5 %, vegetable oil,
quinine, dan urea hydrochlorate atau hypertonic salt solution. Lokasi injeksi
adalah submukosa hemoroid. Efek injeksi sklerosan tersebut adalah edema, reaksi
16
2.7 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat hemoroid antara lain sebagai berikut.
1. Thrombosis.
2. Strangulasi, yaitu hemoroid yang prolaps dengan suplai darah dihalangi oleh
sfingter ani.
3. Luka dengan rasa sakit hebat sehingga klien takut mengejan dan takut berak
karena tinja semakin keras dan memperberat luka di anus.
4. Infeksi pada daerah luka menimbulkan nanah dan fistula (saluran tidak normal)
dari selaput lendir usus/ anus.
5. Perdarahan ditimbulkan oleh luka sampai anemia.
6. Jepitan atau benjolan keluar dari anus dan terjepit oleh otot lingkar dubur
sehingga tidak bisa masuk kembali. Tonjolan berubah warna menjadi merah,
semakin sakit, dan membesar. Jika tidak cepat ditangani, tonjolan membusuk.
3.1 Pengkajian
1) Pola Persepsi dan tata laksana kesehatan : pola hidup sehat pasien yang
menderita hemoroid harus ditingkatkan dalam menjaga pola eleminasi
yang baik dan teratur.
2) Pola nutrisi dan metabolisme : pasien dengan hemoroid biasanya
memiliki pola nutrisi yang kurang baik karena sering melakukan diet
rendah serat atau kurang makanan yang berserat.
3) Pola eleminasi : pola BAB dan BAK pada pasien yang mengalami
hemoroid akan mengalami gangguan karena terasa sakit apabila bibir
anus atau sphincter anus mendapat tekanan dan biasanya terjadi
konstipasi.
4) Pola aktivitas : pasien dengan hemoroid akan mengalami gangguan pada
pola aktivitas karena rasa nyeri pada daerah abdomen dan rasa tidak
nyaman akibat adanya tonjolan pada daerah anus.
5) Pola istirahat : nyeri pada daerah abdomen yang dapat dialami oleh
penderita hemoroid dapat menggangu kenyamanan pola istirahat/tidur
pasien.
6) Pola kognitif dan persepsi sensori : pola ini mengenai pengetahuan
terhadap penyakit yang diderita pasien.
7) Pola konsep diri : bagaimana persepsi pasien terhadap pengobatan dan
perawatan yang akan dilakukan.
8) Pola hubungan peran : peran keluarga sangat dibutuhkan dalam merawat
dan mengobati pasien dengan hemoroid.
9) Pola seksual-seksualitas : adanya larangan untuk berhubungan seksual
pada pasien hemoroid jika hubungan seksual tersebut dilakukan pada
daerah anal.
10) Pola mekanisme koping : keluarga perlu memberikan dukungan dan
semangat sembuh bagi pasien.
11) Pola nilai dan kepercayaan : keluarga selalu optimis dan berdoa agar
penyakit pada pasien dapat sembuh dengan cepat.
h. Pemeriksaan Fisik
i. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan hitung darah lengkap untuk mendeteksi kadar hematokrit dan
adanya anemia.
2) Pemeriksaan anoskopi
Penilaian dengan anoskopi diperlukan untuk melihat hemoroid interna
yang tidak menonjol keluar. Anoskopi dimasukkan dan diputar untuk
mengamati keempat kuadran. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur
vaskular yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta
mengedan sedikit, ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau
prolaps akan lebih nyata.
3) Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa keluhan
bukan disebabkan oleh prows radang atau prows keganasan ditingkat yang
lebih tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau
tanda yang menyertai.
21
ANALISA DATA
PRE-OPERATIF
No Data Etiologi Problem
.
1. DO : Trombus vena Nyeri akut
Terdapat benjolan di daerah anus, hemoroidalis, massa anal
anus berwarna kemerahan, klien atau anus
terlihat pucat dan merintih
menahan sakit.
DS :
Skala nyeri 6
Klien mengatakan bahwa anusnya
terasa nyeri saat BAB.
2. DO : Pembesaran vena Konstipasi
Feses berkonsistensi keras,
hemoroidalis, menahan
terdapat darah, klien tampak
bab akibat nyeri selama
lemah, anus kemerahan.
eliminasi.
DS :
Klien mengatakan BAB 2 hari
sekali dan feses keras berdarah
3. DO : Feses bercampur darah, Pecahnya vena hemoroid Perdarahan
klien tampak lemas.
DS : Klien mengatakan bahwa
fesesnya berdarah.
4. DO : Penurunan konsentrasi Defisit
Klien tampak pucat, turgor kulit plasma darah volume
klien menurun, kulit klien tampak cairan
kering
DS :
Klien mengatakan bahwa dirinya
merasa lemas
5. DO : Penurunan konsentrasi Hipertermi
Suhu : 39o C plasma darah
22
POST OPERATIF
No Data Etiologi Problem
.
1. DO : Tindakan invasif Nyeri akut
Klien tampak meringis, klien pembedahan
tampak memposisikan diri untuk hemoroidektomi
menghindari nyeri.
DS :
klien megeluh nyeri pada luka
post operasi, skala nyeri 8.
2. DO : Peningkatan pajanan Risiko
Nadi : 96 x/menit patogen infeksi
Suhu : 37 C
DS :
Klien mengatakan suhu klien
sedikit panas
3. DO : Krisis pasca pembedahan Ansietas
Klien tampak gelisah, klien selalu
bertanya-tanya tentang waktu
kesembuhannya.
DS :
Klien mengatakan bahwa klien
23
3.2 Diagnosa
PRE OPERASI
1. Nyeri akut berhubungan dengan trombus vena hemoroidalis, massa anal atau
anus, yang ditandai benjolan di daerah anus, terasa nyeri dan gatal pada daerah
anus.
POST OPERASI
vasokontriksi,
hangat pada
penumpukan
lokasi nyeri
resepsi
sensori yang
selanjutnya
akan
menurunkan
nyeri di lokasi
yang paling
dirasakan.
5. Berikan
5. Menghilangks
rendaman
n rasa sakit
duduk tiga
dan nyeri
atau empat
dengan
kali sehari
merelaksasika
n spasme
sfingter
6. Berikan
posisi yang 6. Menurunkan
nyaman gerakan yang
pada klien dapat
sesuai meningkatkan
indikasi nyeri.
7. Berikan 7. Diperlukan
analgetik, untuk
seperti menghilangka
asetaminofe n nyeri yang
n berat serta
meningkatkan
kenyamanan
27
dan istirahat
2. Konstipasi Setelah
1. Kaji pola 1. Untuk
berhubungan diberikan
eliminasi mengetahui
dengan asuhan
dan pola
pembesaran keperawatan
konsistensi kebiasaan
vena selama 3 x 24
feces. buang air
hemoroidalis jam diharapkan
besar klien.
, menahan defekasi dengan 2. Berikan
bab akibat lancar dengan minum air 2. Hidrasi yang
nyeri selama kriteria hasil: putih 2-3 adekuat
eliminasi. liter perhari membuat
1. Buang air
(bila tidak konsistensi
besar 1 kali
ada faeces
perhari.
2. Konsistensi kontraindika lembek.
feses si)
lembek,
3. Berikan
tidak ada
pasien
darah dan
makanan 3. Meningkatka
pus
yang n massa feces
3. Buang air
berserat sehingga
besar
seperti sayur lebih mudah
dengan tidak
dan buah- dikeluarkan.
merasakan
nyeri dan buahan
4. Untuk
tidak perlu
4. Anjurkan mencegah
mengejan
untuk segera rangsangan
lama.
berespon yang hilang
rangsangan terjadi
28
5. Anjurkan
5. Membiasaka
untuk
n pola buang
menyediaka
air besar
n waktu
yang normal.
yang sama
setiap hari
untuk buang
air besar.
3. Perdarahan Setelah
1. Kaji pasien 1. Untuk
berhubungan diberikan
untuk mengetahui
dengan asuhan
menemukan tingkat
pecahnya keperawatan
adanya perdarahan
vena selama 1x24
perdarahan pada klien
hemoroidalis jam, perawat
atau
yang dapat
hemoragi
ditandai meminimalkan
dengan komplikasi 2. Untuk
2. Monitor
perdarahan yang terjadi mengetahui
tanda-tanda
waktu BAB. dengan kriteria keadaan
vital pasien
hasil: tanda-tanda
1. Nilai Ht dan vital pasien
Hb berada saat terjadi
dalam batas perdarahan.
normal
3. Pantau hasil 3. Komponen
2. Klien tidak dari darah yang
29
4. Siapkan
pasien secara
fisik dan 4. Keadaan fisik
psikologis dan psikologis
untuk yang baik
menjalani akan
bentuk terapi mendukung
lain jika terapi yang
diperlukan diberikan pada
klien sehingga
mampu
memberikan
5. Kolaborasi
hasil yang
dengan
maksimal
tenaga
kesehatan
5. Mencegah
lain
terjadinya
mengenai
komplikasi
masalah
dari
yang terjadi
perdarahan
dengan
yang terjadi
perdarahan:
dan untuk
30
pemberian menghentikan
transfusi, perdarahan
medikasi
4. Defisit Setelah
A. Fluid 1.Kekurangan
volume diberik
Management volume cairan
cairan an
menunjukkan
berhubungan askep 1. Monitoring
tanda berupa
dengan selama BB klien
penurunan berat
penurunan 1 x 24
badan.
konsentrasi jam
2.Memberikan
plasma darah diharap
perkiraan
ditandai kan
kebutuhan akan
dengan klien defisit 2. Catat intake cairan
tampak volume dan output
pengganti dan
cairan
pucat, turgor cairan
keefektifan dari
kulit klien dapat
terapi yang
menurun, diatasi
diberikan
kulit klien dengan
3.hipovolemia
tampak kriteria
dapat
kering hasil :
dimanifestasika
a. Fluid
n oleh hipotensi
balance
TD dalam batas dan takikardi
normal (90/60 3. Monitoring
140/80) status hidrasi 4.Tipe dan jumlah
Nadi dalam (membrane cairan
batas normal mukosa,
nadi, tergantung pada
Masukkan dan
orthostatic derajat
haluaran cairan
dan kekurangan
harian penurunan
cairan.
seimbang hematokrit )
31
BB klien stabil
Turgor kulit 4. Berikan terapi 5.Mempertahankan
elastis cairan hidrasi / volume
Hematokrit
melalui IV sirkulasi
dalam batas
sesuai
normal
indikasi
Membran muk
B. Gastrointest
osa lembab
inal
b. Gastrointest 5. Tingkatkan
Function
inal function intake cairan
Warna feses
per oral
normal 1.Perdarahan
Darah dalam B. Gastrointestin berlebih
feses tidak ada al Function memicu
1. Observasi kekurangan
adanya darah volume cairan
semakin berat.
pada feses 2.Perubahan warna,
an warna, karakteristik
karakteristik menunjukkan
berikan mencegah
cairan dehidrasi
intravena
sesuai
program
medik
8. Kolaborasi
dengan
8. antipiretik
dokter
berfungsi
dalam
dalam
pemberian
menurunkan
obat
suhu tubuh
antipiretik
6. Keru S 1 Kaji 1 Kondisi kulit
sakan etelah integritas dipengaruhi
integr dilakuka kulit, catat oleh sirkulasi,
itas n perubahan nutrisi dan
kulit tindakan pada turgor, imobilisasi.
berhu asuhan gangguan Jaringan dapat
bung keperaw warna, menjadi rapuh
an atan hangat local, dan cenderung
deng selama eritema, untuk infeksi
an 2 x 24 ekskoriasi. dan rusak.
2 Anjurkan 2 Area lembab,
iritasi jam
pemukaan terkontaminasi
pada integrita
kulit kering , memberikan
ujung s kulit
dan bersih. media yang
- pasien
Batasi sangat baik
ujung menjadi
penggunaan untuk
saraf baik,den
sabun. pertumbuhan
gatal gan
organisme
oleh kriteria
patogenik.
hema
35
normal
6) Tidak
mengalami
gangguan
tidur
2 Risiko infeksi Setelah diberikan 9. Awasi TTV, demam, 9. TTV merupakan acuan untuk mengetahui
berhubungan askep selama 1 x menggigil, berkeringat, keadaan umum pasien
dengan 24 jam perubahan mental,
peningkatan diharapkan pasien meningkatnya nyeri pada
pajanan patogen. mengalami status anus
imun yang bagus, 10. Lakukan pencucian pada 10. Menurunkan resiko penyebaran infeksi.
ikan proses tepat dan jujur pada memberikan dukungan emosi, membantu
39
3 Ansietas Setelah 1 Evaluasi tingkat ansietas, 1 Ketakutan dapat terjadi karena nyeri hebat,
berhubungan dilakukan catat respon verbal dan non meningkatkan perasaaan sakit.
dengan krisis pasca tindakan verbal pasien. Dorong
pembedahan asuhan ekspresi bebas akan emosi.
40
ditandai dengan keperawat 2 Berikan informasi tentang 2 Mengetahui apa yang diharap dapat
klien tampak an selama proses penyakit dan menurunkan ansietas.
gelisah, klien 1 x 24 jam antisipsipasi tindakan
selalu bertanya- pasien 3 Jadwalkan istirahat yang 3 Membatasi kelemahan, menghemat energy,
tanya tentang tidak adekuat dan periode dan dapat meningkatkan kemampuasn
kesembuhannya. merasa menghentikan tidur. koping.
takut,deng 4 Instruksikan berbagai cara
an kriteria menggunakan teknik 4 dialog internal biasanya bersifat negative
hasil: berbicara sendiri yang apabila pasien dapat merubah ke dalam hal
positif, misalnya saya yang positif akan menurunkan tingkat
5 Pasien mampu
tahu saya dapat mengatasi ansietas.
mengungkapkan
rasa takut saya untuk
gejala cemas
sekarang ini.
6 Mengidentifikasi, 5 meningkatkan pelepasan endorphin dan
5 Dorong untuk terapi guided
mengungkapkan membantu meningkatkan control lokus
imagineri dan terapi lainya.
dan menunukan internal, mengurangi ansietas.
teknik untuk
mengontrol
cemas.
7 TTV dalam batas
normal.
8 Postur tubuh,
41
ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas
menunjukan
berkurangnya
cemas.
42
3. Perdarahan berhubungan
1. Telah dikaji untuk
dengan pecahnya vena
menemukan adanya
hemoroidalis yang ditandai
perdarahan atau hemoragi
dengan perdarahan waktu
BAB.
2. Memonitor tanda-tanda vital
pasien
B. Gastrointestinal Function
1. Telah diobservasi adanya darah
pada feses
2. Telah didokumentasikan
warna, jumlah, dan
karakteristik feses
3. telah diberikan penggunaan
koagulan sesuai indikasi
5. Hipertermi berhubungan 1. Telah diobservasi TTV :
dengan penurunan konsentrasi suhu, nadi, tekanan darah,
45
2 Risiko infeksi berhubungan 1. Telah mengawasi TTV, demam, menggigil, berkeringat, perubahan mental,
dengan peningkatan pajanan meningkatnya nyeri pada anus
patogen. 2. Telah dilakukan pencucian pada tangan yang baik dan perawatan luka aseptic. Berikan
perawatan paripurna.
.
3. Telah melihat insisi dan balutan. Catat karakteristik drainase luka, adanya eritema.
4. Telah memberikan informasi yang tepat dan jujur pada pasien atau orang terdekat.
5. Telah mengmbil contoh drainase apabila diindikasikan.
6. Telah memberikan antibiotic sesuai indikasi.
48
O: Konsistensi feses
lembek, tidak ada darah
dan pus
A: Intervensi telah
teratasi
P: Intervensi dihentikan
3 Perdarahan berhubungan dengan S: Keluarga pasien
pecahnya vena hemoroidalis yang mengatakan bahwa
ditandai dengan perdarahan waktu BAB. pasien tidak
menunjukkan adanya
perdarahan saat BAB
O: Tanda-tanda vital
pasien dalam batas
50
normal
A: Intervensi telah
teratasi
P: Intervensi dihentikan
4 Defisit volume cairan S: Keluarga pasien
berhubungan dengan penurunan mengatakan, Sus,
konsentrasi plasma darah ditandai ibu/bapak sudah tidak
dengan klien tampak pucat, turgor kulit begitu lemas seperti tadi
klien menurun, kulit klien tampak pagi
kering O: Turgor kulit terlihat
lebih lembab, pasien
terlihat sedikit pucat
A: Masalah teratasi
sebagian.
P: Lanjutkan intervensi.
5 Hipertermi berhubungan dengan S: Keluarga pasien
penurunan konsentrasi plasma darah mengatakan, Sus,
ditandai dengan klien mengeluh panas, ibu/bapak sudah tidak
suhu tubuh klien meningkat, klien menggigil
tampak pucat, klien tampak menggigil. O: suhu pasien 37,50 C
A: Masalah teratasi
sebagian.
P: Lanjutkan intervensi.
6 Kerusakan integritas kulit S: Keluarga
berhubungan dengan iritasi pada ujung- mengatakan, sus,
ujung saraf gatal oleh hematoma ibu/bapak sudah tidak
ditandai dengan klien mengeluh gatal, mengeluh gatal pada
klien tampak menggaruk-garuk pantatnya
pantatnya O: pasien tidak
menggaruk pantatnya,
tidak terdapat
kemerahan pada daerah
51
pantat
A:masalah teratasi
P: Hentikan Intervensi
52
3 Ansietas berhubungan dengan S: pasien mengatakan, saya sudah tidak cemas lagi
krisis pasca pembedahan ditandai O: pasien tidak Nampak gelisah dan tenang
dengan klien tampak gelisah, A: Masalah teratasi
klien selalu bertanya-tanya P: intervensi dihentikan.
tentang kesembuhannya.
53
54
BAB 4. PENUTUP
4.1 kesimpulan
Hemoroid adalah distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi
namun kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan
perdarahan. Istilah hemoroid lebih dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh
masyarakat. Akibat dari adanya hemoroid adalah timbulnya rasa tidak
nyaman. Hemoroid bukan saja mengganggu aspek kesehatan,tetapi juga aspek
kosmetik bahkan sampai aspek sosial. Hemoroid mengakibatkan komplikasi,
diantaranya adalah terjadi trombosis,peradangan, dan terjadi perdarahan.
Hemoroid juga dapat menimbulkan cemas pada penderitanya akibat
ketidaktahuan tentang penyakit dan pengobatannya. Hemoroid
diklasifikasikan berdasarkan asalnya, dimana dentate line menjadi batas
histologis. Klasifikasi hemoroid yaitu: hemoroid eksternal, hemoroid internal,
dan hemoroid ekternal-internal. Derajat pada hemoroid internal diantara
rentang derajat 1 sampai derajat 4, sedangkan derajat pada hemoroid eksternal
hanya perluasan dari hemoroid interna yang hanya mencapai fase akut atau
kronik. Tanda dan gejala umum Hemoroid adalah perdarahan melalui anus
yang berupa darah segar, prolaps yang berasal dari tonjolan hemoroid sesuai
gradasinya, dan nyeri sebagai akibat adanya infeksi sekunder atau trombus.
Selain itu gejala akan berbeda pada setiap derajat tingkat gejala hemoroid.
Salah satu penyebab heoroid adalah penuaan (degenerasi). Pada lansia,
jaringan penyokong anal akan mengalami kelemahan hal ini menimbulkan
upaya yang lebih keras untuk mengualuarkan feses. Upaya keras (mengejan)
yang dilakukan berulang-ulang akan mengakibatkan prolaps. Serta kondisi
seperti kehamilan yang meningkatkan tekanan intra abdomen juga akan
mempengaruhi pelbaran otot-otot rectum. Penatalaksanaan yang dilakukan
ialah pembedahan dan konservatif.
4.2 Saran
Mahasiswa lebih memahami proses penyakit hemoeoid sehingga dapat
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit hemoroid.
55
DAFTAR PUSTAKA
Arkanda, Sumitro. 1989. Ringkasan Ilmu Bedah. Jakarta: PT. Bina Aksara.
Baughman C. Diane (2000). Keperawatan Medikal Bedah. Penerbit buku
kedokteran ECG, Jakarta.
Brashers, Valentina L. Aplikasi Klinis Patofisiologi: Pemeriksaan & Manajemen,
Ed. 2. Alih bahasa oleh Kuncara. Jakarta: EGC.
Brooker, Chris. 2009. Ensiklopedia Keperawatan. Alih bahasa oleh Hartono, dkk.
Jakarta: EGC.
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2. Jakarta:
EGC.
Mansjoer Arif, dkk (2000). Kapita Selekta Kedokteran Edisi III jilid II. Penerbit
Buku Aesculapius Fakultas Kedokteran VI, Jakarta.