Anda di halaman 1dari 70

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1I

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GASTROENTERITIS”

Dosen pengampuh : Ns. Hj. Zainar Kasim, S.Kep.,M.Kep

Disusun Oleh :

KELOMPOK II

Gina Maria Rosalinda Haringan 1901046

Gustin Harun 1901053

Mitha Ayu Soleman 1901043

PROGRAM STUDI NERS

PROGRAM S1 KEPERAWATAN

STIKES MUHAMMADIYAH MANADO

2021
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Warahmatullahi Wb. Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah
SWT, atas rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga laporan
pengamatan kasus dengan judul “ Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn.B Dengan Hemoroid Di
Ruang Ambun Suri Lantai 1 RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2019 ” tanpa
nikmat yang diberikan oleh-Nya sekiranya penulis tidak akan mampu untuk menyelesaikan
Laporan Pengamatan Kasus ini.
BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Hemoroid adalah Suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus Hemoroidalis (Muttaqin,
2011). Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena hemoroidalis dengan penonjolan
membrane mukosa yang melapisi daerah anus dan rectum (Nugroho, 2011).  Hemoroid sering
terjadi pada orang dewasa dengan umur 45 sampai 65 tahun ( Chong dkk.2008 ).

Penyakit hemoroid dibagi menjadi 2, yang pertama adalah hemoroid interna yaitu hemoroid
yang berasal dari bagian atas sfingter anal serta di tandaidengan perdarahan. Yang kedua adalah
hemoroid eksterna yaitu hemoroid yang cukup besar, sehingga varises muncul keluar anus dan di
sertai nyeri. ( Broker, 2009 ).
Penyakit hemoroid ini disebabkan beberapa fakrtor beberapanya obtipasi (konstipasi/sembelit)
yang menahun, penyakit yang sering membuat penderita mengejan, penyempitan saluran kemih,
sering melahirkan anak, sering duduk, diare yang menahun dan bendungan pada rongga pinggul
karena tumor rahim atau kehamilan. (Riyadi, 2010) tanda dan gejala penyakit hemoroid tidak
dapat disembuhkan, hemoroid ekstera bias mengalami thrombosis karena tekanan tinggi pada
vena kanalis yang menyebabkan ditandai adanya implamasi dan edema.nyeri akan sangat kuat
pada saat defekasi.
Hemorrhoid dapat dicegah dengan minum air putih yang cukup, makan sayuran yang banyak,
dan buah-buahan yang banyak, sehingga membuat feces tidak mengeras. Apabila banyak
memakan makanan yang mengandung serat dan banyak minum air putih yang banyak dapat
meperlancar defekasi, selain itu ginjal menjadi sehat (Gotera, 2006). Selain itu hemorrhoid dapat
dicegah dengan cara olahraga yang cukup, duduk tidak terlalu lama dan berdiri tidak terlalu lama
(Merdikoputro, 2006).
Dalam hal ini, peran perawat sangat dibutuhkan dalam membantu klien yang mengalami
hemoroid agar mempu memaksimalkan kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan aktivitas
daily living untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Oleh karena itu, kami sempat tertarik
untuk membahas asuhan keperawatan pada klien dengan hemoroid.

B.RUMUSAN MASALAH
Dengan melihat latar belakang yang dikemukakan sebelumnya maka terdapat masalah yang akan
dirumuskan dalam makalah ini adalah:

1. Bagaimana tinjauan medis dengan hemoroid?


2. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan hemoroid?

C.TUJUAN

a. Tujuan Umum

Agar dapat memahami definisi Hemoroid, Etiologi Hemoroid, Bagaiamana


Patofisiologi Hemoroid, kemudian apa aja manifestasi klinis dari Hemoroid, dan
Bagaimana Pemeriksaan penunjang dari Hemoroid, juga Penatalaksanaan dari
Hemoroid.

b. Tujuan khusus

Tujuan khusus yang ingin dicapai penulis setelah pelaksanaan asuhan

keperawatan adalah :

1.bisa menjelaskan materi penyakit Hemoroid mulai dari


pengertian,etiologi,patofisiologi, kemudaian manifestasi klinis dari penyakit hemoroid

2. Mampu memahami tentang konsep dasar asuhan keperawatan pada Tn.B

dengan Hemoroid di ruangan Ambun Suri Lantai 1 RSUD Dr. Achmad

Mochtar Bukittinggi.

3.Mampu melaksanakan pengkajian dalam memberikan asuhan

keperawatan pada Tn.B dengan Hemoroid di ruangan Ambun Suri

Lantai 1 RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI

Hemoroid adalah kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih vena  hemoroidalis di
daerah anorektal. Hemoroid bukan sekedar pelebaran vena hemoroidalis, tetapi bersifat lebih
kompleks yakni melibatkan beberapa unsure berupa pembuluh darah, jaringan lunak dan otot
disekitar anorektal (Felix, 2006). Hemoroid adalah Suatu pelebaran dari vena-vena didalam
pleksus Hemoroidalis (Muttaqin, 2011). Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena
hemoroidalis dengan penonjolan membrane mukosa yang melapisi daerah anus dan rectum
(Nugroho, 2011).

Klasifikasi hemoroid

1. Ambeien Internal

Hemoroid internal adalah pembengkakan terjadi dalam rektum sehingga tidak bisa dilihat
atau diraba. Pembengkakan jenis ini tidak menimbulkan rasa sakit karena hanya ada sedikit
syaraf di daerah rektum. Tanda yang dapat diketahui adalah pendarahan saat buang air besar.
Masalahnya jadi tidak sederhana lagi, bila ambeien internal ini membesar dan keluar ke bibir
anus yang menyebabkan kesakitan. Ambeien yang terlihat berwarna pink ini setelah sembuh
dapat masuk sendiri, tetapi bisa juga didorong masuk. Hemoroid interna dibagi menjadi 4
derajat yaitu :

Derajat I

1. Terdapat perdarahan merah segar pada rectum pasca defekasi


2. Tanpa disertai rasa nyeri
3. Tidak terdapat prolaps
4. Pada pemeriksaan anoskopi terlihat permulaan dari benjolan hemoroid  yang menonjol ke
dalam lumen

Derajat II

5. Terdapat perdarahan/tanpa perdarahan sesudah defekasi


6. Terjadi prolaps hemoroid yang dapat masuk sendiri (reposisi spontan)
Derajat III

7. Terdapat perdarahan/tanpa perdarahan  sesudah defekasi


8. Terjadi prolaps hemoroid yang tidak dapat masuk sendiri jadi harus didorong dengan jari
(reposisi manual)
9. Derajat IV
1. Terdapat perdarahan sesudah defekasi
2. Terjadi prolaps hemoroid yang tidak dapat didorong masuk (meskipun sudah
direposisi akan keluar lagi)

2.Ambeien / Hemoroid Eksternal

Hemoroid eksternal diklasifikasikan sebagai akut dan kronik. Bentuk akut berupa pembengkakan
bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma, bentuk ini sangat nyeri
dan gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.

B. ETIOLOGI

              Menurut Vill alba dan Abbas (2007), etiologi hemoroid sampai saat ini belum diketahui
secara pasti, beberapa factor pendukung yang terlibat diantaranya adalah :

1. Penuaan
2. Kehamilan
3. Hereditas
4. Konstipasi atau diare kronik
5. Penggunaan toilet yang berlama – lama
6. Posisi tubuh, misal duduk dalam waktu yang lama
7.

Menurut Mutaqqin (2011), kondisi hemoroid biasanya tidak berhubungan dengan kondisi medis
atau penyalit, namun ada beberapa predisposisi penting yang dapat meningkatkan risiko
hemoroid seperti berikut:

1. Perubahan hormon (kehamilan)


2. Mengejan secara berlebihan hingga menyebabkan kram
3. Berdiri terlalu lama
4. Banyak duduk
5. Sering mengangkat beban berat
6. Sembelit diare menahun (obstipasi)
7. Makanan yang dapat memicu pelebaran pembuluh vena (cabe, rempah-rempah)
8. Keturuna penderita wasir(genetik)
C. PATOFISIOLOGI

Menurut Nugroho (2011) hemoroid dapat disebabkan oleh tekanan abdominal yang mampu
menekan vena hemoroidalis sehingga menyebabkan dilatasi pada vena. dilatasi tersebut dapat
dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Interna (dilatasi sebelum spinter)


2. Bila membesar baru nyeri
3. Bila vena pecah, BAB berdarah anemia
4. Eksterna (dilatasi sesudah spingter)
1. Nyeri
2. Bila vena pecah, BAB berdarah-trombosit-inflamasi.

Hemoroid dapat terjadi pada individu yang sehat. Hemoroid umumnya menyebabkan gejala
ketika mengalami pembesaran, peradangan, atau prollaps. Diet rendah serat menyebabkan
bentuk feses menjadi kecil yang bisa mengakibatkan kondisi mengejan selama BAB.
Peningkatan tekanan ini menyebabkan pembengkakan dari hemoroid., kemungkinan gengguan
oleh venous return (Muttaqin, 2011).

D. MANIFESTASI KLINIS

Gejala klinis hemoroid dapat dibagi berdasarkan jenis hemoroid (Vill Alba dan Abbas, 2007 )
yaitu :

1. Hemoroid internal
2. Prolaps dan keluarnya
3. Rasa tak
4. Hemoroideksternal
1. Rasa terbakar.
2. Nyeri (jikamengalami trombosis).

Sedangkan tanda dan gejala menurut Lumenta (2006) pasien hemoroid dapat mengeluh hal-hal
seperti berikut :

1. Perdarahan

Keluhan yang sering dan timul pertama kali yakni : darah segar menetes setelah buang air besar
(BAB), biasanya tanpa disertai nyeri dan gatal di anus. Pendarahan dapat juga timbul di luar
wakyu BAB, misalnya pada orang tua. Perdaran ini berwarna merah segar.

2. Benjolan

Benjolan terjadi pada anus yang dapat menciut/ tereduksi spontan atau manual merupakan cirri
khas/ karakteristik hemoroid.

3. Nyeri dan rasa tidak nyaman


Dirasakan bila timbul komplikasi thrombosis ( sumbatan komponen darah di bawah anus),
benjolan keluar anus, polip rectum, skin tag.

4. Basah, gatal dan hygiene yang kurang di anusAkibat penegluaran cairan dari selaput
lender anus disertai perdarahan merupakan tanda V

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Colok Dubur Diperlukan untuk menyingkirkan kemugkinan karsinoma rektum.


Pada hemoroid interna tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak cukup tinggi dan
biasanya tidak nyeri

2. Anoskop Diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang tidak menonjol keluar

3. Proktosigmoidoskopi Untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses radang
atau proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi

F. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan hemoroid tergantung pada macam dan derajat hemoroidnya.

1. Hemoroid Eksterna

Hemoroid eksternal yang mengalami trombosis tampak sebagai benjolan yang nyeri pada anal
verge. Jika pasien membaik dan hanya mengeluh nyeri ringan, pemberian analgesik, sitz baths,
dan pelunak feses. Tetapi jika pasien mengeluh nyeri yang parah, maka eksisi di bawah anestesi
lokal dianjurkan. Pengobatan secara bedah menawarkan penyembuhan yang cepat, efektif dan
memerlukan waku hanya beberapa menit dan segera menghilangkan gejala. Penatalaksanaan
secara bedah yaitu pasien berbaring dengan posisi menghadap ke lateral dan lutut di lipat (posisi
seems), dasar hematom diinfiltrasi dengan anestetik lokal. Bagian atas bokong didorong untuk
memaparkan trombosis hemoroid. Kulit dipotong berbentuk elips menggunakan gunting iris dan
forsep diseksi; hal ini dengan segera memperlihatkan bekuan darah hitam yang khas di dalam
hemoroid yang dapat dikeluarkan dengan tekanan atau diangkat keluar dengan forsep.

2. Hemoroid Interna

Pengobatan hemoroid interna tergantung dari derajat hemoroidnya.

Hemoroid Interna
Derajat Berdarah Prolaps Reposisi
I + – –
II + + Spontan
III + + Manual
IV + Tetap Irreponibel
 

        Hemorroid interna diterapi sesuai dengan gradenya. Tetapi hemorroid eksterna selalu
dengan operasi.  Konservatif indikasi untuk grade 1-2, < 6 jam, belum terbentuk trombus. 
Operatif indikasi untuk grade 3-4, perdarahan dan nyeri.

1. Hemoroid derajat I dan II

Kebanyakan pasien hemoroid derajat I dan II dapat ditolong dengan tindakan lokal yang
sederhana disertai nasehat tentang makan. Makanan sebaiknya terdiri atas makanan
berserat tinggi, misalnya sayuran dan buah-buahan Makanan berserat tinggi ini membuat
gumpalan isi usus menjadi besar namun lunak, sehingga mempermudah defekasi dan
mengurangi keharusan mengedan secara berlebihan.

2. Hemoroid Derajat III dan IV

Pengobatan dengan krioterapi pada derajat III dilakukan jika diputuskan tidak perlu dilakukan
hemoroidektomi. Pengobatan dengan criyosurgery (bedah beku) dilakukan pada hemoroid yang
menonjol, dibekukan dengan CO2 atau NO2 sehingga mengalami nekrosis dan akhirnya fibrosis.
Tidak dipakai secara luas karena mukosa yang dibekukan (nekrosis) sukar ditentukan luasnya.
Hemoroidektomi dilakukan pada pasien yang mengalami hemoroid yang menahun dan
mengalami prolapsus besar (derajat III dan IV).

Ada 3 prinsip dalam melakukan hemoroidektomi yaitu pengangkatan pleksus dan mukosa,
pengangkatan pleksus tanpa mukosa, dan pengangkatan mukosa tanpa pleksus.  Teknik
pengangkatan dapat dilakukan menurut 2 metode :

1. Metode Langen-beck : yaitu dengan cara menjepit radier hemoroid interna, mengadakan
jahitan jelujur klem dengan catgut crhomic No. 00, mengadakan eksisi di atas klem.
Sesudah itu klem dilepas dan jahitan jelujur di bawah klem diikat, diikuti usaha
kontinuitas mukosa. Cara ini banyak dilakukan karena mudah dan tidak mengandung
risiko pembentukan jaringan parut sirkuler yang biasa menimbulkan stenosis.
2. Metode whitehead : yaitu mengupas seluruh v. hemoroidalis dengan membebaskan
mukosa dari sub mukosa dan mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu,
sambil mengusahakan kontinuitas mukosa kembali.
3. Metode stapled : yaitu dengan cara mengupas mukosa rektum. Metode ini lebih unggul
dan lebih banyak dipakai karena perdarahannya dan nyeri post operasinya berkurang
dibandingkan dengan metode yang lain.

      

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Anamnesa atau riwayat penyakit


2. Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi

Pada inspeksi hemoroid eksterna mudah terlihat apalagi sudah mengandung trombus. Hemoroid
interna yang prolaps dapat terlihat sebagai benjZXolan yang tertutup mukosa. Untuk membuat
prolaps dapat dengan menyuruh pasien untuk mengejan.

1. rektaltouche (colok dubur)

Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab tekanan
vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba apabila
sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan
fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk
menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.

2. Pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi dan rektoskopi

Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop
dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan
penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita
disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke
dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan
membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya,
letak,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus
diperhatikan.

3. Pemeriksaaan dengan Proktosigmoidoskopi

Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan oleh proses
radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik
saja atau tanda yang menyertai.

1. frontgen (colon inloop) dan kolonoskopi


2. pemeriksaan darah, urin, feses sebagai pemeriksaan penunjang

Diperlukan untuk mengetahui adanya darah samar (occult bleeding).


H. KOMPLIKASI HEMOROID

Komplikasi hemoroid yang paling sering terjadi yaitu  :

1. Perdarahan, dapat sampai anemia.


2. Trombosis (pembekuan darah dalam hemoroid)
3. Hemoroidal strangulasi adalah hemoroid yang prolaps dengan suplai darah dihalangi oleh
sfingter ani.
4. Luka dan infeksi

I. DIAGNOSA BANDING

1. Perdarahan juga dapat terjadi pada :


2. Carcinoma kolorektal
3. Divertikulitis
4. Kolitis ulserosa
5. Polip adenomatosa
6. Benjolan juga dapat terjadi pada :
7. Anorektal
8. Prolaps rekti (procidentia)

 
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI PADA KLIEN DENGAN HEMOROID

 PENGKAJIAN KEPERAWATAN

          Penting bagi perawat untuk mengetahui bahwa setiap adanya riwayat trauma pada servikal
merupakan hal yang penting diwaspadai.

Pengkajian

Anamnesa

Tanggal MRS                :

Tanggal Pengkajian       :

No. Registrasi                :

Diagnose Medis             :

Pengumpulan data

2. Identitas

Nama Pasien                  :

Usia                               :

Jenis Kelamin                :

Alamat                           :

Pendidikan                    :

Agama                           :
3. Keluhan utama

          Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB. Ada benjolan pada
anus atau nyeri pada saat defikasi.

4. Riwayat penyakit

1.Riwayat penyakit sekarang

Pasien mulai keluar benjolan di anusnya beberapa minggu hanya ada benjolan yang keluar dan
beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes.

2.Riwayat penyakit dahulu

Pasien pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh atau terulang kembali. Dan
pada pasien waktu pengobatan terdahulu tidak dilakukan pembedahan sehingga akan kembali
RPD.

5. Pemeriksaan Fisik

Pasien di baringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki di tekuk dan menempel pada
tempat tidur.

 Inspeksi

 Pada insfeksi lihat ada benjolan sekitar anus.


 Benjolan tersebut terlihat pada saat prolapsi.
 Warna benjolan terlihat kemerahan.
 Benjolan terletak di dalam ( internal ).

 Palpasi

             Dilakuakan dengan menggunakan sarung tangan ditambah vaselin dengan melakuakan
rektal tucher, dengan memasukan satu jari kedalam anus. Dan ditemukan benjolan tersebut
dengan konsistensi keras, dan juga ada perdarahan.
Pathways
Sumber: Price,2000;danSmeltzer,2002
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada post operasi haemoroid (Carpenito, 2000) :
a. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
sekunder akibat drainase, menurunnya motivasi untuk minum akibat
keletihan.
b. Nyeri anal berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot
spingter ani sekunder akibat operasi.
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan interupsi mekanis pada
kulit atau jaringan anal.
d. Resiko hipertermi berhubungan dengan sirkulasi sekunder akibat dehidrasi
e. Resiko konstipasi berhubungan dengan nyeri saat defeksi
f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pembedahan, adanya saluran
invasif.
g. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keletihan pasca operasi dan
nyeri.
Fokus Intervensi
Fokus intervensi pada pasien pasca operasi haemorroid.
a. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
sekunder akibat drainase, menurunnya motivasi untuk minum cairan
sekunder akibat keletihan (Doenges, 2000).
Dibuktikan dengan :
1) Ketidakcukupan masukan cairan oral
2) Penurunan berat badan
3) Kulit/ membran mukosa kering
4) Penurunan turgor kulit
5) Anorexia
6) Urine pekat/ sering berkemih
 Kriteria hasil :
Mendemonstrasikan keseimbangan cairan yang adekuat, ditunjukkan dengan tanda-tanda vital
stabil (nadi berkualitas baik, turgor kulit normal, membran mukosa lembab dan pengeluaran
urine individu yang sesuai).
 Rencana tindakan
1) Ukur dan catat intake dan out put dan tinjau ulang catatan intra operasi.
Rasional : Dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi pengeluaran cairan/
kebutuhan penggantian dan pilihan-pilihan yang mempengaruhiintervensi.
2) Pantau tanda-tanda vital
Rasional : Hipertensi, takhikardi, peningkatan pernafasan mengidentifikasi kekurangan cairan
(dehidrasi/hipovolemia).
3) Catat munculnya mual/ muntah
Rasional : Mual selama 12-24 jam post operasi umumnya dihubungkan dengan anastesi. Mual
berlebihan lebih 3 hari mungkin dihubungkan dengan pilihan narkotik pengontrol sakit/ therapy
obat lain. .
4) Periksa pembalut, alat drein
5) Pantau suhu kulit, palpitasi denyut perifer
6) Beri cairan parental, produksi darah/ plasma sesuai petunjuk
7) Beri kembali pemasukan oral secara berangsur-angsur sesuai petunjuk
8) Pantau studi laboratorium Hb, Ht.
9) Bandingkan studi darah pra operasi dan pasca operasi.
b. Nyeri anal berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot spingter ani sekunder
akibat operasi (Carpenito, 2001).
Dibuktikan dengan :
1) Komunikasi (verbal/ penggunaan kode) tentang nyeri yang
dideskripsikan
2) Perubahan pola tidur
3) Mobilitas fisik
4) Perubahan pada tonus otot, masker wajah rasa sakit
 Kriteria hasil :
1) Menyatakan bahwa rasa sakit telah terkontrol/ dihilangkan.
2) Feses lembek, tidak nyeri saat BAB.
3) Tampak rileks, dapat istirahat tidur.
4) Ikut serta dalam aktivitas sesuai kebutuhan.
 Rencana tindakan
1) Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0-10) Rasional : Mengetahui perkembangan
hasil prosedur.
2) Bantu pasien untuk tidur dengan posisi yang nyaman : tidur miring.
Rasional : posisi tidur miring tidak menekan bagian anal yangmengalami peregangan otot untuk
meningkatkan rasa nyaman.
3) Gunakan ganjalan pengapung dibawah bokong saat duduk.
Rasional : untuk meningkatkan mobilisasi tanpa menambah rasa nyeri.
4) Gunakan pemanasan basah setelah 12 jam pertama : kompres rektal hangat atau sit bath
dilakukan 3-4x/ hari
Rasional : meningkatkan perfusi jaringan dan perbaikan odema dan meningkatkan penyembuhan
(pendekatan perineal)
5) Dorong penggunaan teknik relaksasi : latihan nafas dalam, visualisasi, pedoman, imajinasi.
Rasional : menurunkan ketegangan otot, memfokuskan kembali perhatian dan meningkatkan
kemampuan koping.
6) Beri obat-obatan analgetik seperti diresepkan 24 jam petama.
Rasional : memberi kenyamanan, mengurangi rasa sakit.
7) Tingkatkan pemasukan cairan + 3000m/ hari dan diit tinggi serat.
Rasional : cairan cukup dan makan tinggi serat membantu melembekkan feces sehingga
mengurangi rasa sakit saat BAB.

c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan interupsi mekanis pada kulit/ jaringan anal.
(Doenges, 2000)
Dibuktikan dengan :
1) Gangguan pada permukaan/ lapisan kulit dan jaringan anal.
 Kriteria hasil :
2) mencapai penyembuhan luka.
3) mendemonstrasikan tingkah laku/ teknik untuk meningkatkan
kesembuhan dan mencegah komplikasi.
 Rencana tindakan :
1) Beri penggantian balutan sesuai indikasi dengan teknik aseptic kuat.
Rasional : lindungi luka dari kontaminasi, mencegah akumulasi cairan yang dapat menyebabkan
eksoriasi.
2) Periksa luka secara teratur, catat karakteristik dan integritas kulit.
Rasional : pengenalan akan adanya kegagalan proses penyembuhan luka/ berkembangnya
komplikasi secara dini dapat mencegah terjadinya kondisi yang lebih serius.
3) Kaji jumlah dan karakteristik cairan luka.
Rasional : menurunnya cairan, menandakan adanya evolusi dan proses penyembuhan.
4) Ingatkan pasien untuk tidak menyentuh daerah luka.
Rasional : mencegah kontaminasi luka.
5) Irigasi luka dengan debridement sesuai kebutuhan.
Rasional : membuang luka eksudat untuk meningkatkan penyembuhan.

d. Resiko hipertermi berhubungan dengan sirkulasi sekunder akibat dehidrasi (Carpenito, 2001)
Dibuktikan dengan :
1) Suhu lebih dari 37,80C per oral, 38,80C per rektal.
2) Kulit hangat, kemerahan.
3) Takhikardi, peningkatan pernafasan.
4) Berkeringat.
5) Keletihan.
6) Kehilangan nafsu makan.
 Kriteria hasil, individu akan :
1) Mengidentifikasi faktor-faktor risiko terhadap hipertermi.
2) Menghubungkan metode pencegahan hipertermi.
3) Mempertahankan suhu tubuh normal.
 Rencana tindakan :
1) Awasi suhu dan tanda-tanda vital tiap jam.
2) Beri cairan 3000 ml / 24 jam.
Rasional : Dehidrasi mungkin akan timbul sampai dengan cairan diaprosis dan peningkatan
ventilasi.
3) Observasi intake out put.
Rasional : Untuk deteksi dini terhadap dehidrasi.
4) Ajarkan pentingnya peningkatan masukan cairan.
Rasional : meningkatkan kooperatif pasien.
5) Menjaga kenyamanan lingkungan.
Rasional : dapat mempertahankan/ menstabilkan suhu pasien.
6) Beri anti piuretik sesuai indikasi.
Rasional : tindakan segera mencegah hipertermi.

e. Konstipasi berhubungan dengan nyeri saat defekasi (Carpenito,2001)


Dibuktikan dengan :
1) defekasi kurang dari 3x/ minggu
2) mengejang dan nyeri pada saat defekasi
3) perasaan pengosongan tidak adekuat
4) mengeluh perasaan tekanan pada rectum
5) penurunan bising usus.
 Kriteria hasil, individu akan :
1) menggambarkan program defekasi terapeutik
2) melaporkan atau menunjukkan eliminasi yang membaik (lunak, namun tidak berdarah
defekasi lebih 3x dalam seminggu)
3) menjelaskan rasional intervensi
 Rencana tindakan :
1) Tetapkan pola toileting rutin bersama pasien
2) Ajarkan pasien/ keluarga tentang pentingnya segera berespon terhadap perasaan defekasi.
Rasional : dengan distensi kronik feses akan lebih keras dalam rectum.
3) Rekomendasikan perubahan diit untuk meningkatkan bulk (tinggi serat 1x sehari) dan cairan ±
8-10 gelas/ hari.
Rasional : meningkatkan penyerapan cairan dalam usus sehingga feses lembek.
4) Anjurkan mencoba supositora daripada oral dalam 1 jam setelah sarapan.
Rasional : meningkatkan reflek gastro kolik bila lambung kosong
5) Meningkatkan tingkat aktivitas secara adekuat
Rasional : latihan yang tidak adekuat merupakan faktor utama dalam perubahan konsistensi
feses.
6) Hindari sarapan yang mengandung asam lemak
Rasional : memperlambat rangsangan reflek dan memperlambat pencernaan
7) Tingkatkan penggunaan obat konstipasi 2x sehari bila diperlukan.

f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, konstipasi (carpenito, 2001)


Dibuktikan dengan :
1) Kesukaran tidur atau tetap tidur
2) Tidur sejenak sepanjang hari
3) Keletihan waktu bangun atau sepanjang hari
4) Sering bangun waktu malam
 Rencana tindakan :
1) Batasi masukan yang mengandung kafein
Rasional : dapat memperlambat pasien untuk tidur yang mengakibatkan pasien tidak merasa
segar saat bangun.
2) Dukung kebiasaan ritual sebelum tidur
Rasional : meningkatkan relaksasi dan persiapan untuk tidur.
3) Jelaskan peran nyeri terhadap stress akan meningkatkan kelelahan
Rasional : nyeri berkaitan dengan psikologis yang dapat mengganggu kenyamanan individu.
4) Kaji pola tidur dalam pengaruh nyeri terhadap tidur.
Rasional : nyeri yang hebat akan mempengaruhi pola tidur.
5) Beri analgetik sesuai program dokter.
Rasional : mengurangi nyeri.
g. Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan, adanya saluran invasive (Doenges, 2000)
 Kriteria hasil :
1) Memperlihatkan pengetahuan tentang faktor resiko yang berkaitan
dengan infeksi dan melakukan tindakan pencegahan yang tepat untuk
mencegah infeksi.
2) Bebas dari proses infeksi nosokomial selama perawatan di rumah sakit.
 Rencana tindakan :
1) Kaji status nutrisi, kondisi penyakit yang mendasari.
Rasional : mengidentifikasi individu terhadap infeksi nosokomial
2) Cuci tangan dengan cermat
Rasional : kurangi organisme yang masuk ke dalam individu
3) Rawat luka dengan teknik aseptik/ antiseptik
Rasional : kurangi organisme yang masuk ke dalam individu
4) Batasi pengunjung
Rasional : melindungi individu yang mengalami defisit imun dan infeksi.
5) Batasi alat-alat invasive untuk benar-benar perlu saja
Rasional : melindungi individu yang mengalami defisit imun dan infeksi.
6) Dorong dan pertahankan masukan TKTP
Rasional : kurangi kerentanan individu terhadap infeksi
7) Beri therapy antibiotic rasional sesuai program dokter
Rasional : mencegah segera terhadap infeksi
8) Observasi terhadap manifestasi klinis infeksi (demam, drainase, purulen)
Rasional : deteksi dini proses infeksi.
h. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan keletihan pasca operasi dan nyeri (Carpenito,
2001)
 Kriteria hasil :
1) Mendemonstrasikan keberhasilan optimal setelah bantuan dalam perawatan diberikan.
2) Berpartisipasi secara fisik dan atau verbal dalam aktivitas pemberian makanan mengenakan
pakaian, ke WC, mandi.
 Rencana tindakan :
1) Kaji tingkat kemandirian pasien
Rasional : Berpartisipasi dalam perawatan diri sendiri dapat meringankan frustasi atas hilangnya
kemandirian yang dimiliki.
2) Biarkan sedikit waktu untuk menyelesaikan aktivitas sendirian tanpa dibantu
Rasional : Penurunan keterampilan motorik dapat menghambat kemampuan untuk menangani
pekerjaan yang sederhana.
3) Berikan reward untuk setiap usaha yang dilakukan atau keberhasilannya
Rasional : Meningkatkan perasaan makna diri kemandirian dan mendorong pasien untuk
berusaha secara kontinue.
4) Pertahankan dukungan sikap yang tegas, beri pasien waktu yang cukup untuk mengerjakan
tugasnya
Rasional : Pasien akan memerlukan empati tetapi perlu untuk mengetahui pemberi asuhan yang
akan membantu pasien secara konsisten.
5) Hindari melakukan sesuatu untuk pasien yang dapat dilakukan oleh pasien sendiri
Rasional : Pasien mungkin menjadi sangat tergantung.
BAB IV
TINJUAN KASUS
Pengkajian
1 Identitas Pasien/Klien
 Nama/Inisial : Tn.B No MR : 272693
 Umur : 68 Tahun Ruang Rawat : Ambun Suri
Lt.1 No. 3-2
 Jenis Kelamin : Laki-laki Tgl Masuk : 05 Juni 2019
 Status : Sudah Menikah Tgl Pengkajian : 19 Juni 2019
 Agama : Islam Tgl Operasi : 21 Juni 2019
 Pekerjaan : Tani
 Pendidikan : SLTA
 Alamat : Tabek Patah
Penanggung Jawab
 Nama : Tn. S
 Umur : 29 Tahun
 Hub. Keluarga : Anak
 Pekerjaan : Wiraswasta
 Alamat : Tabek Patah

Alasan Masuk
Pasien mengatakan sudah 1 minggu SMRS menderita nyeri pada anus dan pasien mengatakan
masuk RSUD Dr. Achmad Mochtar pada tanggal 05-06-2019 karena mengalami peradangan
pada ambeien, dan pada pagi hari SMRS pasien merasakan nyeri pada anus.
1) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
(Pre Op)
Pasien mengatakan nyeri pada anus penyebabnya karena adanya benjolan pada anus, nyeri yang
dirasakan seperti diiris-iris, pasien mengatakan nyeri pada anusnya dan abdomen, pasien
mengatakan skala nyeri yang dirasakan pada anus sampai 6, pasien mengatakan nyeri yang
dirasakan di abdomen sampai 4, namun kesadaran pasien tetap composmentis yaitu GCS 15, dan
pasien mengatakan nyeri dirasakan setiap malam hingga mengganggu tidur saat malam hari.
pasien mengatakan cemas, pasien mengatakan tidak nafsu makan, pasien mengatakan sulit tidur.
(Post Op)
a. Pasien mengatakan nyeri pada anus penyebabnya karena setelah operasi, nyeri yang dirasakan
seperti diiris-iris, pasien mengatakan nyeri pada anusnya, pasien mengatakan skala nyeri yang
dirasakan pada anus sampai 4, namun kesadaran pasien tetap composmentis yaitu GCS 15,
pasien mengatakan nyeri dirasakan setiap malam hingga mengganggu tidur saat malam hari,
pasien mengatakan dalam beraktivitas dibantu keluarga, pasien mengatakan sulit untuk duduk
setelah operasi, pasien mengatakan tidak nyaman, pasien mengatakan letih, pasien mengatakan
lemah.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan pernah dirawat di RS dengan riwayat hernia 7 tahun yang lalu, pasien
mengatakan memiliki riwayat jantung 8 tahun yang lalu, pasien mengatakan memiliki riwayat
paru 4 tahun yang lalu, pasien mengatakan memiliki riwayat hipertensi, pasien juga mengatakan
memiliki riwayat maag.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien dan keluarga pasien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit
seperti pasien.

Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Composmentis
GCS : 15 E4M6V5
BB/TB : 53 kg/160 cm
Tanda Vital
TD : 110/70 mmHg Pernafasan : 20 x/menit
Nadi : 89 x/menit Suhu : 36,8°C
1. Kepala
 Rambut
Keadaan kepala simetris, tidak ada lesi, warna hitam, kulit kepala bersih dan rambut tidak
berminyak, tidak ada pembengkakan, tekstur rambut rapuh mudah rontok.
 Mata
Mata simetris mata kiri kanan, simetris bola mata kiri dan kanan, warna kongjungtiva merah
muda,sklera normal tidak ada perubahan warna, tidak ada pembengkakan disekitar mata, saat
dilakukan pemeriksaan dengan cara lapang pandang pasien bisa menyebutkan apa yang
diperagakan dengan dilihat sama.
 Telinga
Bentuk dan posisi simetris kiri kanan, integritas kulit bagus, warna sama dengan kulit lain, tidak
ada tanda-tanda infeksi, keadaan bersih tidak ada serumen, pendengaran tidak terganggu, tidak
ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan.
 Hidung
Hidung simetris kiri kanan, warna sama dengan warna kulit lain, tidak ada lesi, tidak ada
sumbatan dan pendarahan, tidak ada secret, tidak ada polip, penciuman tidak terganggu,
terpasang O2 nasal kanul 3 liter/menit, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan.
 Mulut dan Gigi
Warna mukosa mulut dan bibir pucat, kering, tidak ada lesi, memakai gigi palsu, tidak ada
perdarahan/radang gusi, lidah simetris, langit-langit utuh dan tidak ada tanda-tanda infeksi.
2. Leher
Warna sama dengan kulit lain, integritas kulit baik, bentuk simetris, tidak ada pembesaran
kelenjar tyroid, arteri karotis terdengar, tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada nyeri,
tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada nyeri.
3. Thorak
 Paru-paru
I : Simetris kiri kanan, dinding dada tidak ada benjolan
P : Tidak ada nyeri tekan, taktil fremitus sama kiri dan kanan
P : Bunyi sonor
A : Bunyi vesikuler
 Jantung
I : Simetris kiri kanan, pergerakan jantung normal
P : Tidak nyeri tekan
P : Redup dibatas kiri tidak lebih dari 4,7,10 cm ke arah kiri dari garis
midsternal pada ruang interkostal ke 4,5 dan 8.
A : Terdengar S1 Lup, S2 Dup
 Abdomen
I : Simetris kiri kanan, warna sama dengan warna kulit lain, tidak
ada tonjolan
A : Bising usus 32x/detik
P : Tidak ada pembengkakan, ada nyeri tekan pada abdomen, nyeri
yang dirasakan seperti diiris-iris, skala nyeri 4, tidak ada massa dan
penumpukan cairan.
P : Bunyi tympani
 Punggung
Punggung simetris kiri kanan, tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada luka decubitus
 Ekstremitas
a. Ekstremitas atas simetris kiri kanan, terdapat lesi di bagian tangan kanan bekas pemasangan
infus (flebitis), tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan.
b. Ekstremitas bawah simetris kiri kanan, tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan, tidak ada
varises, terpasang infus di bagian kaki kiri yaitu NaCl 3% 21 tetes/menit, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada pembengkakan, tidak ada kekakuan sendi.
 Genitalia
Keadaan bersih, terpasang kateter, warna urine kuning, jumlah urine dalam urine bag 100 cc saat
pengkajian, dan pada anus terdapat benjolan saat pengkajian.
 Integumen
Keadaan bersih, turgor kulit kering.
Kekuatan Otot : 5555 5555
5555 5555

Data Biologis
NO AKTIVITAS SEHAT SAKIT
(Pre Op)
SAKIT
(Post Op)
1. Makanan dan
Minuman /Nutrisi Makan
- Menu Nasi Putih + Lauk Pauk
Makanan Lunak
- Porsi 1 Porsi ½ Porsi 1 Porsi
-Makanan Kesukaan Roti, Kue Tidak Ada Roti
- Pantangan Tidak Ada Roti, Biskuat, Kue Tidak Ada Minum
- Jumlah 7-8 L/Hari 4-5 L/Hari 6-7 L/Hari
-Minuman Kesukaan : Teh, Air Putih Air Putih Air Putih
- Pantangan Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

2. Eliminasi
BAB
- Frekuensi 2 x/hari 6-7 x/hari 2-3 x/hari
- Warna Kuning Kuning Kuning
- Bau Khas Khas Khas
- Konsistensi Padat Cair Padat
- Kesulitan Tidak Ada Ada benjolan di anus dan nyeri Nyeri setelah operasi
BAK
- Frekuensi 9-10 x/hari Terpasang Kateter Terpasang Kateter
- Warna Kuning Kuning Kuning
- Bau Pesing Pesing Pesing
- Konsistensi Cair Cair Cair
- Kesulitan Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada
3. Istirahat dan Tidur
- Waktu Tidur Malam Hari Malam Hari Malam Hari
- Lama Tidur 8-9 Jam/Hari 2-3 Jam/Hari 3-4 Jam/Hari
- Hal yang mempermudah tidur Keletihan dalam bekerja
Obat Tidur : Alprazolam
- Kesulitan Tidur
Tidak Ada Gelisah Karena Nyeri
Gelisah Karena Nyeri Setelah Operasi
4. Personal
Hygiene
- Mandi 2x/hari Hanya di lap 2x/hari Hanya di lap 2x/hari
- Cuci Rambut 2x/hari Hanya di lap 2x/hari Hanya di lap 2x/hari
- Gosok Gigi 2x/hari 1x/hari 1x/hari
- Potong Kuku 1x/minggu 1x/2 minggu 1x/2 minggu
Riwayat Alergi
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak ada memilki alergi terhadap obat-obatan maupun
makanan dan minuman.
Data Psikologis
1. Perilaku Verbal
Cara Menjawab : Pasien tampak menjawab jika di tanya
Cara Informasi : Perawat memberikan informasi lewat pasien dan keluarga
2. Perilaku Non Verbal
Tingkat Kesadaran : Sedang
Kesadaran Umum : Composmentis
3. Emosi
Emosi pasien tampak stabil dan keadaan pasien mulai tenang
4. Persepsi Penyakit
- Pasien tampak sabar dan tabah dengan penyakitnya
- Pasien selalu semangat menjalankan hidupnya dan selalu optimis dalam hidupnya
5. Konsep Diri
Sikap terhadap diri sendiri pasien optimis akan sembuh
6. Adaptasi
Pasien beradaptasi dengan lingkungan sekitar
7. Mekanisme Pertahanan Diri
Simpatisme = Dengan cara bercerita tentang kesulitan yang ia alami

Data Sosial Ekonomi


1. Pola Komunikasi
Pasien tampak berkomunikasi baik dengan istri dan juga anaknya
2. Orang yang dapat memberi rasa nyaman Istri dan anak pasien
3. Orang yang paling berharga bagi pasien Istri dan anak pasien
4. Hubungan keluarga dengan lingkungan sekitarnya Sangat baik
Data Spiritual
1. Keyakinan
Pasien mengatakan beragama islam
2. Ketaatan Beribadah
Pasien dan keluarga mengatakan menjalankan shalat 5 waktu
3. Keyakinan Terhadap Penyembuhan
Pasien mengatakan ia pasti sembuh dan bila melakukan aktivitas dan
tidak terlalu banyak pikiran
Data Penunjang 16. BASO# 0,02 103/mm3
1. Pemeriksaan Laboratorium (17-Juni- 17. NEUT# 9,65 103/mm3
2019) 18. LYMPH# 1,01 103/mm3
No Jenis 19. MONO# 1,15 103/mm3
Pemeriksaan 20. PLT 305 103/mm3 150 – 400
Hasil Satuan Nilai Normal 21. PDW 8,5 fL 10,0 – 18,0
1. HGB 15,0 g/dL P : 13,0 – 16,0 22. MPV 8,4 Fl 6,5 – 11,0
W : 12,0 – 14,0 23. P-LCR 12,1 %
2. RBC 6,29 106/mm3 P : 4,5 – 5,5 24. PCT 0,13 %
W : 4,0 – 5,0 25. PT 9,6 Sec 9,5 – 11,7
3. HCT 39,4 % P : 40,0 – 48,0 26. APTT 33,6 Sec 28 – 42
W : 37,0 – 43,0 27. INR 0,87 %
4. MCV 85,4 fL 80 – 97 28. Kalium 4,10 mEq/l 3,5 - 5,5
5. MCH 23,8 Pg 26,5 – 33,5 29. Natrium 133,9 mEq/l 135 – 147
6. MCHC 38,1 g/dL 31,5 – 35,0 30. Khlorida 101,7 mEq/l 100 – 106
7. RDW-SD 30,1 fL
8. RDW-CV 13,6 % 10,0 – 15,0
9. WBC 12,8 103/mm3 5,0 – 10,0
10. EO% 2,1 % 1 – 3
11. BASO% 0,2 % 0 – 1
12. NEUT% 79,8 % 50 – 70
13. LYMPH% 8,4 % 20 – 40
14. MONO% 9,5 % 2 – 8

2.. Pemeriksaan EKG (14-Juni-2019)


Hasilnya : QRS = 102 ms,
QT/QTcBaz = 378/449 ms,
PR = 180 ms, P = 84 ms,
RZP = 702/705 ms,
P/QRS/T = 84/80/35 degrees
Normal sinus rhythm dan normal ECG.
3. Pemeriksaan Colonoscopy (12-Juni-2019)
Hasilnya : Tampak prolaps dari hemorrhoid tak tampak
perdarahan aktive, rektum dan kolon diatas baik.
4. Pemeriksaan Thoraks AP (11-Juni-2019)
Hasilnya : Tulang dan jaringan lunak dinding dada tak tampak kelainan, sinuses dan diafragma
normal, Cor: tak membesar, CTI normal, mediastinum atas tak melebar, trakhea relative
ditengah, pulmo; hili normal, corak bronkhovascular baik, tak tampak infiltrate atau nodul opak
bilateral paru.
Data Pengobatan
No Nama Obat Dosis yang diberikan Waktu Pemberian
1. Obat Non Parenteral
- Rhodium Kapsul 2x1 Setiap 12 jam sesudah makan
- Amlodipine 1x5 mg Setiap pagi
- ISDN 1x5 mg
- Nitrokaf 2x2,5 mg Setiap 12 jam sesudah makan
- Concor Tablet 1x1,25 mg Sebelum tidur di malam hari
- Spironalachon Tablet 1x25 mg Sesudah makan pagi
- Alprazolam Tablet 1x0,5 mg Pada malam hari
- Ambroxol Tablet 3x10 mg Sesudah makan
2. Obat Parenteral
- Omeprazole (OMZ) 2x20 mg Setiap 12 jam
- A.Tranexamat 3x500 mg Setiap 8 jam
- Vit.K 3x10 mg Setiap 8 jam
3. Obat Intra Vena
- NaCl 3% 500 ml Setiap 8 jam
Data Fokus
a. Pre Op
1) Data Subjektif :
- Pasien mengatakan nyeri pada anus
- Pasien mengatakan nyeri disebabkan karena adanya benjolan pada anus
- Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan di anus terasa diiris-iris
- Pasien mengatakan skala nyeri yang dirasakan pada anus sampai 6
- Pasien mengatakan nyeri di anus dirasakan setiap malam hingga mengganggu tidur saat malam
hari
- Pasien mengatakan nyeri pada abdomen
- Pasien mengatakan nyeri disebabkan karena nyeri pada anus menjalar ke abdomen
- Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan di abdomen seperti terasa diiris-iris
- Pasien mengatakan skala nyeri yang dirasakan di abdomen sampai 4
- Pasien mengatakan nyeri di abdomen dirasakan setiap malam hingga mengganggu tidur saat
malam hari
- Pasien mengatakan tidak nafsu makan
- Pasien mengatakan BB sebelum sakit : 60 kg, BB saat sakit : 53 kg
- Pasien mengatakan cemas
- Pasien mengatakan tidak nyaman
- Pasien mengatakan letih
- Pasien mengatakan lemah
2) Data Objektif :
- Pasien tampak ada benjolan di anusnya
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak hanya menghabiskan ½ porsi makanan
- Pasien tampak BAB 6-7x/hari
- BAB pasien tampak cair
- Pasien tampak memakai pampers/pembalut
- BB sebelum sakit : 60 kg, BB saat sakit : 53 kg
- IMT = 21,48
- Pasien tampak lemah
- Pasien tampak sulit tidur
- Tampak disekitar mata pasien hitam
- Pasien tampak letih di siang harinya
- Pasien tampak sering menguap
- Pasien tampak sering mengeluh
- Pasien tampak terpasang cairan infuse NaCl 3% 21 tetes/menit di
ekstremitas atas bagian kanan
- Pasien tampak terpasang oksigen 3 liter/menit
- Pasien tampak terpasang kateter dengan keadaan urine berwarna
kuning
- Skala nyeri di anus 6
- Skala nyeri di abdomen 4
- Bising usus 32x/menit
- Hb : 15,0 g/dL
- Kalium : 4,10 mEq/l
- MCV : 85,4 fL, normal : (80-97)
- MCH : 23,8 pg, normal : (26,5-33,5)
- PDW : 8,5 fL , normal : (10,0-18,0)
- Natrium 133,9 mEq/l , normal : (135-147)
- TD : 110/70 mmHg
- Nadi : 89x/menit
- Pernapasan : 20x/menit
- Suhu : 36,8°C
- CRT : +/- 4 detik
b. Post Op (21-Juni-2019)
1) Data Subjektif :
- Pasien mengatakan nyeri pada anus setelah operasi
- Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan di anus terasa diiris-iris
- Pasien mengatakan skala nyeri yang dirasakan pada anus sampai 4
- Pasien mengatakan nyeri di anus dirasakan setiap malam hingga
mengganggu tidur saat malam hari
- Pasien mengatakan dalam beraktivitas dibantu keluarga
- Pasien mengatakan sulit untuk duduk setelah operasi
- Pasien mengatakan tidak nyaman
- Pasien mengatakan letih
- Pasien mengatakan lemah
2) Data Objektif :
- Pasien tampak tidak ada benjolan lagi di anusnya
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak lemah
- Pasien tampak sulit tidur
- Tampak disekitar mata pasien hitam
- Pasien tampak terpasang cairan infuse NaCl 3% 21 tetes/menit di
ekstremitas atas bagian kanan
- Pasien tampak terpasang oksigen 3 liter/menit
- Pasien tampak terpasang kateter dengan keadaan urine berwarna
kuning
- Pasien tampak dibantu dalam beraktivitas
- Pasien tampak bedrest
- Skala nyeri 4
- TD : 100/90 mmHg
- Nadi : 95x/menit
- Pernapasan : 24x/ menit
- Suhu : 36,5°C
Analisa Data
1) Pre Op

NO DATA MASALAH ETIOLOGI NO DATA MASALAH ETIOLOGI


1. DS :
- Pasien mengatakan nyeri pada 1. DS :
abdomen
- Pasien mengatakan ada BAB - Pasien mengatakan nyeri pada anus setelah
sebanyak 6-7 x/hari operasi
- Pasien mengatakan BAB cair
- Pasien mengatakan tidak - Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan di
nyaman anus terasa diiris-iris
DO :
- Pasien tampak gelisah - Pasien mengatakan skala nyeri yang
- Pasien tampak letih dirasakan pada anus sampai 4
- Pasien tampak memakai
pampers/pembalut - Pasien mengatakan nyeri di anus dirasakan
- Skala nyeri 4 setiap malam hingga mengganggu tidur saat
Diare Iritasi malam hari
- Bising usus 32x/menit
- BAB pasien tampak cair - Pasien mengatakan tidak nyaman
- BAB 6-7x/hari
- Nadi : 89 x/menit DO :
- CRT : +/- 4 detik
2. DS : - Pasien tampak meringis
- Pasien mengatakan nyeri pada
anus - Pasien tampak gelisah
- Pasien mengatakan nyeri
disebabkan karena adanya Nyeri Akut Pasca Operasi
benjolan pada anus
- Pasien mengatakan nyeri yang - Skala nyeri 4
dirasakan di anus terasa diiris-
iris
- Pasien mengatakan skala nyeri
yang dirasakan pada anus - TD : 100/90 mmHg
sampai 6
- Pasien mengatakan nyeri di - Nadi : 95x/ menit
anus dirasakan setiap malam
Nyeri Akut Agen Cedera - Pernapasan : 24x/ menit
Fisiologis
hingga mengganggu tidur saat - Suhu : 36,5°C
malam hari
- Pasien mengatakan tidak nyaman 2. DS :
- Pasien mengatakan letih
DO : - Pasien mengatakan sulit untuk duduk setelah
- Pasien tampak ada benjolan di operasi
anusnya
- Pasien tampak meringis - Pasien mengatakan letih
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak letih - Pasien mengatakan dalam beraktivitas
- Skala nyeri di anus 6 dibantu keluarga
- TD : 110/70 mmHg
- Nadi : 89x/ menit DO :
- Pernapasan : 20x/ menit
- Suhu : 36,8°C - Pasien tampak meringis
3. DS :
- Pasien mengatakan tidak - Pasien tampak dibantu dalam beraktivitas
Defisit Nutrisi Kurang Asupan
Makanan - Pasien tampak bedrest
nafsu makan
- Pasien mengatakan lemah - Pasien tampak lemah
- Pasien mengatakan nyeri pada
abdomen Intoleransi
- Pasien mengatakan nyeri
disebabkan karena nyeri pada Aktivitas Kelemahan
anus menjalar ke abdomen
- Pasien mengatakan nyeri yang 3. DS :
dirasakan di abdomen seperti
terasa diiris-iris - Pasien mengatakan nyeri pada anus setelah
- Pasien mengatakan skala nyeri operasi
yang dirasakan di abdomen
sampai 4 - Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan di
- Pasien mengatakan nyeri di anus terasa diiris-iris
abdomen dirasakan setiap
malam hingga mengganggu - Pasien mengatakan skala nyeri yang
tidur saat malam hari dirasakan pada anus sampai 4
DO :
- Pasien tampak lemah - Pasien mengatakan nyeri di anus dirasakan
- Pasien tampak menghabiskan ½ porsi setiap malam hingga mengganggu tidur saat
makanan
- Bising usus 32x/menit malam hari
- BB sebelum sakit : 60 kg
- BB saat sakit : 53 kg
- IMT = 21,48
- Hb : 15,0 g/dL DO :
- Kalium : 4,10 mEq/l
4. DS : - Pasien tampak gelisah
- Pasien mengatakan nyeri di
anus dan abdomen dirasakan - Pasien tampak lemah
setiap malam hingga
mengganggu tidur saat malam - Pasien tampak sulit tidur
hari
- Pasien mengatakan tidak - Tampak disekitar mata pasien hitam
nyaman
DO : Gangguan Pola Tidur
- Pasien tampak sulit tidur
- Tampak disekitar mata pasien Nyeri Karena Luka Insisi
hitam
Gangguan Pola - Skala nyeri 4
Tidur
Nyeri - TD : 100/90 mmHg
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak letih di siang - Nadi : 95x/ menit
harinya
- Pasien tampak sering - Pernapasan : 24x/ menit
menguap
- Pasien tampak sering - Suhu : 36,5°C
mengeluh

Diagnosis Keperawatan

a. Pre Op

1) Diare berhubungan dengan iritasi

2) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis

3) Defisit nutrisi berhubungan dengan kurang asupan makanan

4) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri


b. Post Op

1) Nyeri akut berhubungan dengan pasca operasi

2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri karena luka insisi

Intervensi Keperawatan

a. Pre Op

No Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Diagnosis Keperawatan : 2. Diagnosis Keperawatan :

Diare Nyeri Akut

Data Subjektif : Data Subjektif :

- Pasien mengatakan masih nyeri pada - Pasien mengatakan masih nyeri pada anus

abdomen - Pasien mengatakan nyeri disebabkan karena


adanya benjolan pada anus
- Pasien mengatakan ada BAB sebanyak
- Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan di
6-7 x/hari anus terasa diiris-iris

- Pasien mengatakan BAB cair - Pasien mengatakan skala nyeri yang


dirasakan pada anus sampai 6
- Pasien mengatakan tidak nyaman
- Pasien mengatakan nyeri di anus dirasakan
Data Objektif : setiap malam hingga mengganggu tidur saat
malam hari
Tujuan :
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
keperawatan selama 30 menit selama 30 menit pasien dapat mengontrol
nyeri.
pasien dapat mengontrol diare
Kriteria Hasil :
dengan asupan makanan.
1. Keluhan nyeri menurun
Kriteria Hasil :
1. Kontrol pengeluaran feses 2. Meringis menurun

meningkat 3. Sikap protektif menurun

2. Keluhan defekasi lama dan 4. Gelisah menurun

sulit menurun 5. Kesulitan tidur menurun

Manajemen Diare 6. Menarik diri menurun

Observasi : 7. Berfokus pada diri sendiri menurun

1. Identifikasi penyebab diare 8. Diaforesis menurun Manajemen Nyeri

2. Identifikasi riwayat pemberian makanan Observasi :

3. Monitor warna, volume, frekuensi, dan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,

konsistensi tinja frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

4. Monitor tanda dan gejala hypovolemia 2. Identifikasi skala nyeri

(mis. takikardia, nadi teraba lemah, tekanan 3. Identifikasi respon nyeri non verbal

darah turun, turgor kulit turun, mukosa Terapeutik :

mulut kering, CRT melambat, BB menurun 1. Kontrol lingkungan yang memperberat

- Pasien tampak gelisah rasa nyeri (mis.suhu ruangan, pencahayaan,

- Pasien tampak letih kebisingan)

- Pasien tampak memakai 2. Fasilitasi istirahat dan tidur

pampers/pembalut Edukasi :

- Skala nyeri 4 1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu

- Bising usus 32x/menit nyeri

- BAB pasien tampak cair - Pasien mengatakan tidak nyaman

- BAB 6-7x/hari - Pasien mengatakan letih


- Nadi : 89 x/menit Data Objektif :

- CRT : +/- 4 detik - Pasien tampak ada benjolan di anusnya

3. Mengejan saat defekasi - Pasien tampak melakukan teknik nafas

menurun dalam

4. Distensi abdomen menurun - Pasien tampak meringis

5. Teraba massa pada rectal - Pasien tampak gelisah

menurun - Pasien tampak letih

6. Urgency menurun - Skala nyeri di anus 6

7. Nyeri abdomen menurun - TD : 110/70 mmHg

8. Kram abdomen menurun - Nadi : 89x/ menit

9. Konsistensi feses membaik - Pernapasan : 20x/ menit

10. Frekuensi BAB membaik - Suhu : 36,8°C

11. Peristaltik membaik 9. Perasaan depresi (tertekan) menurun

5. Monitor jumlah pengeluaran diare 10. Perasaan takut mengalami cedera


berulang menurun
6. Monitor keamanan penyiapan makanan
11. Anoreksia menurun
Edukasi :
12. Perineum terasa tertekan menurun
1. Anjurkan makanan porsi kecil dan sering
13. Uterus terasa membulat menurun
secara bertahap
14. Ketegangan otot menurun
2. Anjurkan menghindari makanan
15. Pupil dilatasi menurun
pembentuk gas, pedas dan mengandung
16. Muntah menurun
laktosa
17. Mual menurun

18. Frekuensi nadi membaik


2. Jelaskan strategi meredakan nyeri

3. Mengajarkan teknik nonfarmakologis /


mengajarkan teknik relaksasasi nafas dalam
untuk mengurangi rasa nyeri

19. Pola napas membaik

20. Tekanan darah membaik

21. Proses berfikir membaik

22. Fokus membaik

23. Fungsi berkemih membaik

24. Perilaku membaik

25. Nafsu makan membaik

26. Pola tidur membaik

3. Diagnosis Keperawatan : Edukasi :

Defisit Nutrisi 1. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama

Data Subjektif : sakit

- Pasien mengatakan tidak nafsu makan 2. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur

- Pasien mengatakan lemah b. Post Op

Tujuan : No Diagnosis Keperawatan Tujuan dan


Kriteria Hasil Intervensi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 30 menit pasien dapat keinginan untuk 1. Diagnosis Keperawatan :
menambah nutisi.
Nyeri Akut
Manajemen Nutrisi
Data Subjektif :
Observasi : - Pasien mengatakan masih nyeri pada

1. Identifikasi status nutrisi anus setelah operasi

2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan - Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan di
anus terasa diiris-iris
3. Identifikasi makanan yang disukai
- Pasien mengatakan skala nyeri yang
- Pasien mengatakan masih nyeri pada dirasakan pada anus sampai 4
abdomen
- Pasien mengatakan nyeri di anus dirasakan
- Pasien mengatakan nyeri disebabkan karena setiap malam hingga
nyeri pada anus menjalar ke abdomen
Tujuan :
- Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan di
abdomen seperti terasa diris-iris Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 30 menit pasien dapat mengontrol
- Pasien mengatakan skala nyeri yang nyeri.
dirasakan di abdomen sampai 4
Kriteria Hasil :
- Pasien mengatakan nyeri di abdomen
dirasakan setiap malam hingga mengganggu 1. Keluhan nyeri menurun
tidur saat malam hari
2. Meringis menurun
Data Objektif :
3. Sikap protektif menurun
- Pasien tampak lemah
4. Gelisah menurun
Kriteria Hasil :
5. Kesulitan tidur menurun
1. Keinginan makan membaik
6. Menarik diri menurun
2. Asupan makanan membaik
Manajemen Nyeri
3. Asupan cairan membaik
Observasi :
4. Energi untuk makan membaik
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
5. Kemampuan merasakan makanan membaik
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
6. Kemampuan menikmati makanan membaik
2. Identifikasi skala nyeri
7. Asupan nutrisi membaik
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
8. Stimulus untuk makan membaik Terapeutik :

9. Rasa lapar membaik 1. Kontrol lingkungan yang memperberat

4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis rasa nyeri (mis.suhu ruangan, pencahayaan,
nutrien
kebisingan)
5. Monitor asupan makanan
2. Fasilitasi istirahat dan tidur
6. Monitor berat badan
mengganggu tidur saat malam hari
7. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
- Pasien mengatakan tidak nyaman
- Pasien tampak menghabiskan ½ porsi
Data Objektif :
makanan
- Pasien tampak melakukan teknik nafas
- Bising usus 32x/menit
dalam
- BB sebelum sakit : 60 kg
- Pasien tampak meringis
- BB saat sakit : 53 kg
- Pasien tampak gelisah
- IMT = 21,48
- Skala nyeri 4
- Hb : 15,0 g/dL
- TD : 100/90 mmHg
- Kalium : 4,10 mEq/l
- Nadi : 95x/ menit
4. Diagnosis Keperawatan :
- Pernapasan : 24x/ menit
Gangguan Pola Tidur
- Suhu : 36,5°C
Data Subjektif :
7. Berfokus pada diri sendiri menurun
- Pasien mengatakan nyeri di anus dan
abdomen dirasakan setiap malam hingga 8. Diaforesis menurun
mengganggu tidur saat malam hari
9. Perasaan depresi (tertekan) menurun
Tujuan :
10. Perasaan takut mengalami cedera
Setelah dilakukan tindakan keperawatan berulang menurun
selama 30 menit pasien dapat keadekuatan
kualitas dan kuantitas pola tidur. 11. Anoreksia menurun
Dukungan Tidur 12. Perineum terasa tertekan menurun

Observasi : 1. Identifikasi pola aktivitas dan 13. Uterus terasa membulat menurun
tidur
14. Ketegangan otot menurun
2. Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik
15. Pupil dilatasi menurun
atau psikologis)
3. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
- Pasien mengatakan tidak nyaman
nyeri
Data Objektif :
Edukasi :
- Pasien tampak sulit tidur
1. Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Tampak disekitar mata pasien hitam
2. Ajarkan teknik nonfarmakologis /
- Pasien tampak gelisah
mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
- Pasien tampak letih di siang harinya
untuk mengurangi rasa nyeri
- Pasien tampak sering menguap
16. Muntah menurun
- Pasien tampak sering mengeluh
17. Mual menurun
Kriteria Hasil :
18. Frekuensi nadi membaik
1. Kemampuan beraktivitas meningkat
19. Pola napas membaik
2. Keluhan sulit tidur menurun
20. Tekanan darah membaik
3. Keluhan sering terjaga menurun
21. Proses berfikir membaik
4. Keluhan tidak puas tidur menurun
22. Fokus membaik
5. Keluhan pola tidur berubah menurun
23. Fungsi berkemih membaik
6. Keluhan istirahat tidak cukup menurun
24. Perilaku membaik
3. Identifikasi makanan dan minuman yang
25. Nafsu makan membaik
mengganggu tidur
26. Pola tidur membaik
4. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
Terapeutik : 1. Modifikasi lingkungan

2. Batasi waktu tidur siang

3. Fasilitasi menghilangkan stress sebelum

tidur

2. Diagnosis Keperawatan :

Intoleransi Aktivitas 3. Diagnosis Keperawatan :

Data Subjektif : Gangguan Pola Tidur

- Pasien mengatakan sulit untuk duduk Data Subjektif :

setelah operasi - Pasien mengatakan masih nyeri pada

- Pasien mengatakan letih anus setelah operasi

- Pasien mengatakan dalam beraktivitas Tujuan :

dibantu keluarga Setelah dilakukan tindakan

Data Objektif : keperawatan selama 30 menit

- Pasien tampak meringis pasien dapat keadekuatan kualitas

- Pasien tampak dibantu dalam dan kuantitas pola tidur.

beraktivitas Dukungan Tidur

- Pasien tampak bedrest Observasi :

Tujuan : 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2. Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik


selama 30 menit pasien dapat beraktivitas
secara mandiri baik dengan atau tanpa atau psikologis)

bantuan alat. - Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan

Kriteria Hasil : di anus terasa diiris-iris


1. Menopang berat badan meningkat - Pasien mengatakan skala nyeri yang

2. Berjalan dengan langkah yang efektif dirasakan pada anus sampai 4


meningkat
- Pasien mengatakan nyeri di anus
3. Berjalan dengan langkah pelan meningkat
dirasakan setiap malam hingga
Manajemen Energi
mengganggu tidur saat malam hari
Observasi :
Data Objektif :
1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
- Pasien tampak gelisah
mengakibatkan kelelahan
- Pasien tampak lemah
2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Pasien tampak sulit tidur
3. Monitor pola dan jam tidur
- Tampak disekitar mata pasien hitam
4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
- Skala nyeri 4
selama melakukan aktivitas
- TD : 100/90 mmHg
Terapeutik :
Kriteria Hasil :
1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
1. Kemampuan beraktivitas
stimulus
meningkat
2. Lakukan latihan rentang gerak
2. Keluhan sulit tidur menurun
pasif dan/atau aktif
3. Keluhan sering terjaga
Edukasi :
menurun
- Pasien tampak lemah
4. Keluhan tidak puas tidur
4. Berjalan dengan langkah sedang meningkat
menurun
5. Berjalan dengan langkah cepat meningkat
5. Keluhan pola tidur berubah
6. Berjalan menanjak meningkat
menurun
7. Berjalan menurun meningkat
8. Berjalan jarak pendek meningkat 6. Keluhan istirahat tidak cukup

9. Berjalan jarak sedang meningkat menurun

10. Berjalan jarak jauh meningkat 3. Identifikasi makanan dan minuman yang

11. Berjalan mengitari ruangan mengganggu tidur

meningkat 4. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi

12. Berjalan melewati ringtangan Terapeutik :

1. Anjurkan tirah baring 1. Modifikasi lingkungan

2. Anjurkan melakukan aktivitas 2. Batasi waktu tidur siang

secara bertahap 3. Fasilitasi menghilangkan stress sebelum

3. Anjurkan menghubungi perawat tidur

jika tanda dan gejala kelelahan tidak Edukasi :


berkurang meningkat
1. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama
13. Nyeri saat berjalan menurun
sakit
14. Kaku pada persendian menurun
2. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
15. Keengganan berjalan menurun
- Nadi : 95x/ menit
16. Perasaan khawatir saat berjalan menurun
- Pernapasan : 24x/ menit

- Suhu : 36,5°C

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

a. Pre Op
No Hari/Tgl No.Dx Implementasi Evaluasi 2. Kamis/ 20 Juni 2019 II Jam 09.00 WIB
Paraf
Manajemen Nyeri
1. Rabu/ 19
Observasi : 1. Mengidentifikasi lokasi,
Juni 2019 karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeriJam 09.30 WIB
I Jam
S : - Pasien mengatakan masih nyeri pada
09.00 anus

WIB 2. Mengidentifikasi skala nyeri

Manajemen Diare 3. Mengidentifikasi respon nyeri non verbal

Observasi : Terapeutik :

1. Mengidentifikasi penyebab diare 1. Mengontrol lingkungan yang memperberat


rasa nyeri (mis.suhu ruangan, pencahayaan,
2. Mengidentifikasi riwayat pemberian
makanan kebisingan)

3. Memonitor warna, volume, frekuensi, dan 2. Memfasilitasi istirahat dan tidur

konsistensi tinja Edukasi :

4. Memonitor tanda dan gejala hypovolemia 1. Menjelaskan penyebab, periode, dan


pemicu nyeri
(mis. takikardia, nadi teraba lemah, tekanan
2. Menjelaskan strategi meredakan nyeri
darah turun, turgor kulit turun, mukosa mulut
- Pasien mengatakan nyeri disebabkan karena
kering, CRT melambat, BB menurun adanya benjolan pada anus

Jam - Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan di


anus terasa diiris-iris
09.30
- Pasien mengatakan skala nyeri yang
WIB dirasakan pada anus sampai 6

S: - Pasien mengatakan nyeri di anus dirasakan


setiap malam hingga mengganggu tidur saat
- Pasien mengatakan masih malam hari

nyeri pada abdomen 3. Mengajarkan teknik nonfarmakologis/


mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
- Pasien mengatakan ada BAB untuk mengurangi rasa nyeri - Pasien
mengatakan tidak nyaman - Pasien
sebanyak 6-7 x/hari mengatakan letih

- Pasien mengatakan BAB cair O : - Pasien tampak ada benjolan di anusnya -


Pasien tampak melakukan teknik nafas dalam
- Pasien mengatakan tidak - Pasien tampak meringis - Pasien tampak
gelisah - Pasien tampak letih - Skala nyeri di
nyaman anus 6 - TD : 110/70 mmHg - Nadi : 89x/
menit- Pernapasan : 20x/ menit - Suhu :
O: 36,8°C

5. Memonitor jumlah pengeluaran diare A : Masalah belum teratasi

6. Memonitor keamanan penyiapan makanan P : Intervensi dilanjutkan

Edukasi : Manajemen Nyeri

1. Menganjurkan makanan porsi kecil dan Observasi : no. 1 - 3

sering secara bertahap Terapeutik : no. 1 dan 2

2. Menganjurkan menghindari makanan Edukasi : no. 1 dan 2

pembentuk gas, pedas dan mengandung 3. Kamis/ 20 Juni 2019 III Jam 09.00 WIB
laktosa
Manajemen Nutrisi
- Pasien tampak gelisah
Observasi :
- Pasien tampak letih
1. Mengidentifikasi status nutrisi Jam 09.30
- Pasien tampak memakai WIB

pampers/pembalut S : - Pasien mengatakan sudah mulai nafsu


makan
- Skala nyeri 4
2. Mengidentifikasi alergi dan intoleransi
- Bising usus 32x/menit makanan

- BAB pasien tampak cair 3. Mengidentifikasi makanan yang disukai

- BAB 6-7x/hari 4. Mengidentifikasi kebutuhan kalori dan


jenis nutrien
- Nadi : 89 x/menit
- CRT : +/- 4 detik 5. Memonitor asupan makanan

A : Masalah belum teratasi 6. Memonitor berat badan

P : Intervensi dilanjutkan 7. Memonitor hasil pemeriksaan laboratorium

Manajemen Diare - Pasien mengatakan lemah - Pasien


mengatakan nyeri pada abdomen - Pasien
Observasi : no. 1 - 6 mengatakan nyeri disebabkan karena nyeri
pada anus menjalar ke abdomen
Edukasi : no. 1 dan 2
- Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan di
2. Rabu/ 19 Juni 2019 abdomen seperti terasa diiris-iris

II Jam 09.00 WIB - Pasien mengatakan skala nyeri yang


dirasakan di abdomen sampai 4
Manajemen Nyeri
- Pasien mengatakan nyeri di abdomen
Observasi : dirasakan setiap malam hingga mengganggu
tidur saat malam hari
1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri O : - Pasien tampak lemah

2. Mengidentifikasi skala nyeri - Pasien tampak menghabiskan

3. Mengidentifikasi respon nyeri non verbal ¾ porsi makanan

Terapeutik : - Bising usus 32x/menit

1.Mengontrol lingkungan yang memperberat - BB sebelum sakit : 60 kg


rasa nyeri (mis.suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan) - BB saat sakit : 53 kg

Jam 09.30 WIB - IMT = 21,48

S : - Pasien mengatakan masih nyeri pada - Hb : 15,0 g/dL


anus
- Kalium : 4,10 mEq/l
- Pasien mengatakan nyeri disebabkan karena
adanya benjolan pada anus A : Masalah teratasi sebagian

- Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan di


anus terasa diiris-iris
126
P : Intervensi dilanjutkan

2. Memfasilitasi istirahat dan tidur Manajemen Nutrisi

Edukasi : 1. Menjelaskan penyebab, periode, Observasi : no. 1 - 4


dan pemicu nyeri
4. Kamis/ 20
2. Menjelaskan strategi meredakan nyeri
Juni 2019
3. Mengajarkan teknik nonfarmakologis /
mengajarkan teknik relaksasasi nafas dalam IV Jam
untuk mengurangi rasa nyeri
09.00
- Pasien mengatakan nyeri di anus dirasakan
setiap malam hingga mengganggu tidur saat WIB
malam hari
Dukungan Tidur
- Pasien mengatakan tidak nyaman
Observasi :
- Pasien mengatakan letih
1. Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur
O : - Pasien tampak ada benjolan di anusnya
2. Mengidentifikasi faktor pengganggu tidur
- Pasien tampak melakukan teknik relaksasi
nafas dalam (fisik atau psikologis)

- Pasien tampak meringis 3. Mengidentifikasi makanan dan minuman

- Pasien tampak gelisah yang mengganggu tidur

- Pasien tampak letih 4. Mengidentifikasi obat tidur yang


dikonsumsi
- Skala nyeri di anus 6
Terapeutik :
- TD : 110/70 mmHg
1. Memodifikasi lingkungan
- Nadi : 89x/ menit
Jam
- Pernapasan : 20x/ menit
09.30
- Suhu : 36,8°C
WIB
A : Masalah belum teratasi
S:
P : Intervensi dilanjutkan - Pasien mengatakan nyeri di

Manajemen Nyeri anus dan abdomen dirasakan

Observasi : no. 1 - 3 setiap malam hingga

Terapeutik : no. 1 dan 2 mengganggu tidur saat malam

Edukasi : no. 1 – 3 hari

3. Rabu/ 19 Juni 2019 - Pasien mengatakan tidak

III Jam 09.00 WIB nyaman

Manajemen Nutrisi

Observasi : 1. Mengidentifikasi status nutrisi 127

2. Mengidentifikasi alergi dan intoleransi 2. Membatasi waktu tidur siang


makanan
3. Memfasilitasi menghilangkan stress
3. Mengidentifikasi makanan yang disukai sebelum

4. Mengidentifikasi kebutuhan kalori dan tidur


jenis nutrien
Edukasi :
5. Memonitor asupan makanan
1. Menjelaskan pentingnya tidur cukup
6. Memonitor berat badan selama

7. Memonitor hasil pemeriksaan laboratorium sakit

Jam 09.30 WIB 2. Menganjurkan menepati kebiasaan waktu

S : - Pasien mengatakan tidak nafsu makan tidur

- Pasien mengatakan lemah O:

- Pasien mengatakan nyeri pada abdomen - Pasien tampak sulit tidur

- Pasien mengatakan nyeri disebabkan karena - Tampak disekitar mata pasien


nyeri pada anus menjalar ke abdomen
hitam
- Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan di
abdomen seperti terasa diiris-iris
- Pasien mengatakan skala nyeri yang - Pasien tampak gelisah
dirasakan di abdomen sampai 4
- Pasien tampak letih di siang
- Pasien mengatakan nyeri di abdomen
dirasakan setiap malam hingga mengganggu harinya
tidur saat malam hari
- Pasien tampak sering
O : - Pasien tampak lemah
menguap
- Pasien tampak menghabiskan ½ porsi
makanan - Pasien tampak sering

- Bising usus 32x/menit mengeluh

- BB sebelum sakit : 60 kg A : Masalah belum teratasi

- BB saat sakit : 53 kg P : Intervensi dilanjutkan

- IMT = 21,48

- Hb : 15,0 g/dL 128

- Kalium : 4,10 mEq/l Dukungan Tidur

A : Masalah belum teratasi Observasi : no. 1 - 4

P : Intervensi dilanjutkan Terapeutik : no. 1 - 3

Manajemen Nutrisi Edukasi : no. 1 dan 2

Observasi : no. 1 – 7 b. Post Op

4. Rabu/ 19 Juni 2019 No Hari/Tgl Dx Implementasi Evaluasi Paraf

IV Jam 09.00 WIB 1. Jum’at/21

Dukungan Tidur Juni 2019

Observasi : I Jam

1. Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur 09.00

2. Mengidentifikasi faktor pengganggu tidur WIB


(fisik atau psikologis)
Jam 09.30 WIB Manajemen Nyeri

S : - Pasien mengatakan nyeri di anus dan Observasi :


abdomen dirasakan setiap malam hingga
mengganggu tidur saat malam 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
durasi,
3. Mengidentifikasi makanan dan minuman
yang mengganggu tidur frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

4. Mengidentifikasi obat tidur yang 2. Mengidentifikasi skala nyeri


dikonsumsi
3. Mengidentifikasi respon nyeri non verbal
Terapeutik :
Jam
1. Memodifikasi lingkungan
09.30
2. Membatasi waktu tidur siang
WIB
3. Memfasilitasi menghilangkan stress
sebelum tidur S:

Edukasi : - Pasien mengatakan masih

1. Menjelaskan pentingnya tidur cukup nyeri pada anus setelah operasi


selama sakit
- Pasien mengatakan nyeri yang
2. Menganjurkan menepati kebiasaan waktu
tidur hari dirasakan di anus terasa diiris-

- Pasien mengatakan tidak nyaman

O : - Pasien tampak sulit tidur 129

- Tampak disekitar mata pasien hitam Terapeutik :

- Pasien tampak gelisah 1. Mengontrol lingkungan yang memperberat

- Pasien tampak letih di siang harinya rasa nyeri (mis.suhu ruangan, pencahayaan,

- Pasien tampak sering menguap kebisingan)

- Pasien tampak sering mengeluh 2. Memfasilitasi istirahat dan tidur

A : Masalah belum teratasi 3. Menjelaskan penyebab, periode, dan


P : Intervensi dilanjutkan pemicu

Dukungan Tidur nyeri

Observasi : no. 1 - 4 Terapeutik : no. 1 - 3 Edukasi :


Edukasi : no. 1 dan 2
1. Menjelaskan strategi meredakan nyeri
No Hari/Tgl No.Dx Implementasi Evaluasi
Paraf 2. Mengajarkan teknik nonfarmakologis/

1. Kamis/ 20 mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam


untuk
Juni 2019
mengurangi rasa nyeri
I Jam
iris
09.00
- Pasien mengatakan skala nyeri
WIB
yang dirasakan pada anus
Manajemen Diare
sampai 4
Observasi :
- Pasien mengatakan nyeri di
1. Mengidentifikasi penyebab diare
anus dirasakan setiap malam
2. Mengidentifikasi riwayat pemberian
makanan hingga mengganggu tidur saat

Jam 09.30 WIB malam hari

S : - Pasien mengatakan masih nyeri pada - Pasien mengatakan tidak


abdomen
nyaman
3. Memonitor warna, volume, frekuensi, dan
konsistensi tinja O:

4. Memonitor tanda dan gejala hypovolemia - Pasien tampak melakukan


(mis. takikardia, nadi teraba lemah, tekanan
darah turun, turgor kulit turun, mukosa mulut teknik nafas dalam
kering, CRT melambat, BB menurun

5. Memonitor jumlah pengeluaran diare


130
6. Memonitor keamanan penyiapan makanan - Pasien tampak meringis

Edukasi : 1. Menganjurkan makanan porsi - Pasien tampak gelisah


kecil dan sering secara bertahap
- Skala nyeri 4
2. Menganjurkan menghindari makanan
pembentuk gas, pedas dan mengandung - TD : 100/90 mmHg
laktosa
- Nadi : 95x/ menit
- Pasien mengatakan ada BAB sebanyak 6-7
x/hari - Pasien mengatakan BAB cair - Pernapasan : 24x/ menit

- Pasien mengatakan tidak nyaman - Suhu : 36,5°C

O : - Pasien tampak gelisah - Pasien tampak A : Masalah belum teratasi


letih - Pasien tampak memakai
pampers/pembalut - Bising usus 32 x/menit - P : Intervensi dilanjutkan
BAB pasien tampak cair - BAB 3-4 x/hari -
Nadi : 89 x/menit - CRT : +/- 3 detik Manajemen Nyeri

A : Masalah sebagian teratasi Observasi : no. 1 - 3

P : Intervensi dilanjutkan Terapeutik : no. 1 - 3

Manajemen Diare Edukasi : no. 1 dan 2

Observasi : no. 1 - 4

Edukasi : no. 1 dan 2

2. Jum’at/21 Juni 2019 II Jam 09.00 WIB Observasi :

Manajemen Energi 1. Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur

Observasi : 2. Mengidentifikasi faktor pengganggu tidur

1. Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh (fisik atau psikologis)


yang mengakibatkan kelelahan
2. Memonitor kelelahan fisik dan emosional 3. Mengidentifikasi makanan dan minuman

3. Memonitor pola dan jam tidur yang mengganggu tidur

4. Memonitor lokasi dan ketidaknyamanan 4. Mengidentifikasi obat tidur yang


dikonsumsi
selama melakukan aktivitas
Terapeutik :
Terapeutik :
1. Memodifikasi lingkungan
1. Menyediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus 2. Membatasi waktu tidur siang

2. Melakukan latihan rentang gerak pasif 3. Memfasilitasi menghilangkan stress


sebelum tidur
dan/atau aktif
Edukasi : Jam 09.30 WIB
Edukasi :
S : - Pasien mengatakan masih nyeri pada
Jam 09.30 WIB anus setelah operasi

S: - Pasien mengataskan nyeri yang dirasakan di


anus terasa diiris-iris
- Pasien mengatakan sulit untuk duduk setelah
operasi - Pasien mengatakan skala nyeri yang
dirasakan pada anus sampai 4
- Pasien mengatakan letih
A : Masalah belum teratasi
- Pasien mengatakan dalam beraktivitas
dibantu keluarga - Pasien mengatakan nyeri di anus dirasakan
setiap malam hingga mengganggu tidur saat
O: malam hari

- Pasien tampak meringis 1. Menjelaskan pentingnya tidur cukup


selama sakit
- Pasien tampak dibantu dalam beraktivitas
2. Menganjurkan menepati kebiasaan waktu
- Pasien tampak bedrest tidur

1. Menganjurkan tirah baring O:

2. Menganjurkan melakukan aktivitas secara - Pasien tampak gelisah

bertahap - Pasien tampak lemah


3. Menganjurkan menghubungi perawat jika - Pasien tampak sulit tidur

tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang - Tampak disekitar mata pasien hitam

- Pasien tampak lemah - Skala nyeri 4

A : Masalah belum teratasi - TD : 100/90 mmHg - Nadi : 95x/ menit

P : Intervensi dilanjutkan - Pernapasan : 24x/ menit - Suhu : 36,5°C

Manajemen Energi P : Intervensi dilanjutkan Dukungan Tidur

Observasi : no. 1 - 4 Observasi : no. 1 - 4

Terapeutik : no. 1 dan 2 Terapeutik : no. 1 - 3

Edukasi : no. 1 – 3 Edukasi : no. 1 dan 2

3. Jum’at/21 Juni 2019 III Jam 09.00 WIB

Dukungan Tidur

Identitas Pasien

Dalam melakukan pengkajian kasus pada pasien Tn. B, penulis tidak menemukan kesulitan
dalam berkomunikasi dengan pasien sehingga penulis memperoleh dan mendapatkan informasi
langsung dari pasien.

Riwayat kesehatan

Riwayat Kesehatan Sekarang

Saat melakukan pengkajian riwayat kesehatan sekarang penulis tidak menemukan kesenjangan
terhadap tanda dan gejala yang ditemukan ditinjauan kasus yaitu : tidak ada perdarahan karena
hemoroid yang dialami oleh pasien hemoroid eksterna, nyeri yang dirasakan pasien.

Riwayat kesehatan dahulu

Saat melakukan pengkajian riwayat kesehatan dahulu penulis menemukan bahwa pasien pernah
dirawat di RS dengan riwayat hernia 7 tahun yang lalu, memiliki riwayat jantung 8 tahun yang
lalu, memiliki riwayat paru 4 tahun yang lalu, memiliki riwayat hipertensi, dan memiliki riwayat
maag.
Riwayat kesehatan keluarga

Saat melakukan pengkajian riwayat kesehatan keluarga dari genogram keluarga, pasien
mengatakan bahwa dikeluarga pasien tidak ada satu pun keluarga yang menderita penyakit yang
sama dengan pasien dan menderita penyakit keturunan lainnya.

Pemeriksaan fisik

Saat melakukan pengkajian pemeriksaan fisik pada pasien Tn. B tidak didapatkan kesenjangan
data antara antara tinjauan teoritis dengan data yang ditemukan pada saat melakukan pengkajian
pemeriksaan fisik (tinjauan kasus) dikarenakan dalam pemeriksaan fisik ini sangat penting
dilakukan untuk menggali sejauh mana perkembangan penyakit dan kondisi pasien saat ini.

Diagnosis Keperawatan

Pada tinjauan teoritis ditemukan 7 diagnosis keperawatan. 3 diagnosis keperawatan pre op dan 4
diagnosis keperawatan post op. Diagnosis keperawatan yang muncul menurut (Standar Diagnosa
Keperawatan Indonesia) yaitu :

a. Pre Operasi

1) Risiko Perdarahan

2) Risiko Konstipasi

3) Risiko Ketidakseimbangan Cairan

b. Post Operasi

1) Ansietas

2) Intoleransi Aktivitas

3) Risiko Infeksi

4) Nyeri Akut

Sedangkan pada tinjauan kasus, saat dikaji ditemukan 4 diagnosis keperawatan pre op dan 3
diagnosis keperawatan post op yang muncul pada tinjauan kasus karena saat pengkajian lebih
diutamakan diagnosis. Faktor pendukung diagnosis yang muncul adalah :

a. Pre Op
1) Diare berhubungan dengan iritasi

Faktor pendukung diagnosis yang pertama yaitu saat melakukan pengkajian tanggal 19 Juni
2019 pasien mengatakan nyeri pada abdomen, pasien mengatakan nyeri disebabkan karena nyeri
pada anus menjalar ke abdomen, pasien mengatakan nyeri yang dirasakan di abdomen seperti
terasa diiris-iris, pasien mengatakan skala nyeri yang dirasakan di abdomen sampai 4, pasien
mengatakan nyeri di abdomen dirasakan setiap malam hingga mengganggu tidur saat malam
hari, pasien mengatakan tidak nyaman, pasien tampak gelisah, pasien tampak letih, pasien
tampak memakai pampers/pembalut, bising usus 32x/menit, BAB pasien tampak cair, BAB 6-
7x/hari.

2) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis

Faktor pendukung untuk diagnosis kedua yaitu pasien mengatakan nyeri pada anus, pasien
mengatakan nyeri disebabkan karena adanya benjolan pada anus, pasien mengatakan nyeri yang
dirasakan di anus terasa diiris-iris, pasien mengatakan skala nyeri yang dirasakan pada anus
sampai 6, pasien mengatakan nyeri di anus dirasakan setiap malam hingga mengganggu tidur
saat malam hari, pasien mengatakan tidak nyaman, pasien mengatakan letih, pasien tampak ada
benjolan di anusnya, pasien tampak meringis, pasien tampak gelisah, pasien tampak letih, skala
nyeri di anus 6.

3) Defisit nutrisi berhubungan dengan kurang asupan makanan

Faktor pendukung untuk diagnosis ketiga yaitu pasien mengatakan tidak nafsu makan, pasien
mengatakan lemah, pasien mengatakan nyeri pada abdomen, pasien tampak lemah, pasien
tampak menghabiskan ½ porsi makanan, bising usus 32x/menit, BB sebelum sakit : 60 kg, BB
saat sakit : 53 kg, IMT = 21,48.

4) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri

Faktor pendukung untuk diagnosis keempat yaitu pasien mengatakan nyeri di anus dan abdomen
dirasakan setiap malam hingga mengganggu tidur saat malam hari, pasien mengatakan tidak
nyaman, pasien tampak sulit tidur, tampak disekitar mata pasien hitam, pasien tampak gelisah,
pasien tampak letih di siang harinya, pasien tampak sering menguap, pasien tampak sering
mengeluh.

b. Post Op

1) Nyeri akut berhubungan dengan pasca operasi

Faktor pendukung diagnosis yang pertama yaitu saat melakukan pengkajian tanggal 21 Juni 2019
pasien mengatakan nyeri pada anus setelah operasi, pasien mengatakan nyeri yang dirasakan di
anus terasa diiris-iris, pasien mengatakan skala nyeri yang dirasakan pada anus sampai 4, pasien
mengatakan nyeri di anus dirasakan setiap malam hingga mengganggu tidur saat malam hari,
pasien mengatakan tidak nyaman, pasien tampak meringis, pasien tampak gelisah, skala nyeri 4.
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

Faktor pendukung diagnosis yang kedua yaitu pasien mengatakan sulit untuk duduk setelah
operasi, pasien mengatakan letih, pasien mengatakan dalam beraktivitas dibantu keluarg, pasien
tampak meringis, pasien tampak dibantu dalam beraktivitas, pasien tampak bedrest, pasien
tampak lemah.

3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri karena luka insisi

Faktor pendukung diagnosis yang ketiga yaitu pasien mengatakan nyeri di anus dirasakan setiap
malam hingga mengganggu tidur saat malam hari, pasien tampak gelisah, pasien tampak lemah,
pasien tampak sulit tidur, tampak disekitar mata pasien hitam, skala nyeri 4.

Dari penjabaran diatas penulis dapat membahas antara lain : pada diagnosis teoritis terdapat 3
diagnosis pre op yaitu : risiko perdarahan, risiko konstipasi, risiko ketidakseimbangan cairan
dan 4 diagnosis post op yaitu : ansietas, intoleransi aktivitas, risiko infeksi, nyeri akut.
Sedangkan pada saat penulis melakukan pengkajian penulis menemukan 4 diagnosis pre op yaitu
: diare berhubungan dengan iritasi, nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis, defisit
nutrisi berhubungan dengan kurang asupan makanan gangguan pola tidur berhubungan dengan
nyeri dan 3 diagnosis post op antara lain : nyeri akut berhubungan dengan pasca operasi,
intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, gangguan pola tidur berhubungan dengan
nyeri karena luka insisi.

Maka dari diagnosis teoritis dan diagnosis kasus yang didapatkan penulis menetapkan tidak ada
kesamaan dalam diagnosis pre op dan 2 (dua) kesamaan diagnosis post op dengan diagnosis
teoritis, sedangkan 3 (tiga) diagnosis pre op teoritis dan 2 (dua) diagnosis post op tidak
ditemukandikarenakan pada saat melakukan pengkajian tidak ada ditemukan data pendukung
seperti : keluhan, tanda dan gejala terkait dengan diagnosis tersebut.

Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah semua tindakan asuhan yang perawat lakukan atas nama pasien.
Tindakan ini termasuk intervensi yang di prakarsai oleh perawat, dokter, atau intervensi
kolaboratif (Mc. Closky & Bulechek, 2004). Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan
kepada pasien berdasarkan prioritas masalah yang ditemukan tidak semua rencana tindakan pada
teori dapat ditegakkan pada tinjauan kasus, karena rencana tindakan pada tinjauan kasus
disesuaikan dengan keluhan dan keadaan pasien.

a. Pre Op

1) Untuk diagnosis pertama

Diare berhubungan dengan iritasi, rencana tindakan yang dilakukan kepada pasien yaitu
identifikasi penyebab diare, identifikasi riwayat pemberian makanan, monitor warna, volume,
frekuensi, dan konsistensi tinja, monitor tanda dan gejala hypovolemia (mis. takikardia, nadi
teraba lemah, tekanan darah turun, turgor kulit turun, mukosa mulut kering, CRT melambat, BB
menurun, monitor jumlah pengeluaran diare, monitor keamanan penyiapan makanan, anjurkan
makanan porsi kecil dan sering secara bertahap, anjurkan menghindarimakanan pembentuk gas,
pedas dan mengandung laktosa.

2) Untuk diagnosis kedua

Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis, rencana tindakan yang dilakukan kepada
pasien yaitu identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri,
identifikasi skala nyeri, identifikasi respon nyeri non verbal, kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan), fasilitasi istirahat dan
tidur, jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri, jelaskan strategi meredakan nyeri, ajarkan
teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.

3) Untuk diagnosis ketiga

Defisit nutrisi berhubungan dengan kurang asupan makanan rencana tindakan yang akan
dilakukan kepada pasien yaitu identifikasi status nutrisi, identifikasi alergi dan intoleransi
makanan, identifikasi makanan yang disukai, identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient,
monitor asupan makanan, monitor berat badan, monitor hasil pemeriksaan laboratorium.

4) Untuk diagnosis keempat Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri rencana tindakan
yang akan dilakukan kepada pasien yaitu identifikasi pola aktivitas dan tidur, identifikasi factor
pengganggu tidur (fisik atau psikologis), identifikasi makanan dan minuman yang menggangg
tidur, identifikasi obat tidur yang dikonsumsi, modifikasi lingkungan, batasi waktu tidur siang,
fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur, jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit,
anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur.

b. Post Op

1) Untuk diagnosis pertama

Nyeri akut berhubungan dengan pasca operasi, rencana tindakan yang dilakukan kepada pasien
yaitu identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, identifikasi
skala nyeri, identifikasi respon nyeri non verbal, kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis.suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan), fasilitasi istirahat dan tidur, jelaskan
penyebab, periode, dan pemicu nyeri, jelaskan strategi meredakan nyeri. ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.

2) Untuk diagnosis kedua

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, rencana tindakan yang dilakukan kepada
pasien yaitu identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan, monitor
kelelahan fisik dan emosional, monitor pola dan jam tidur, monitor lokasi dan ketidaknyamanan
selama melakukan aktivitas, sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus, lakukan latihan
rentang gerak pasif dan/atau aktif, anjurkan tirah baring, anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap, anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang.
3) Untuk diagnosis ketiga

Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri karena luka insisi, rencana tindakan yang
dilakukan kepada pasien yaitu identifikasi pola aktivitas dan tidur, identifikasi faktor
pengganggu tidur (fisik atau psikologis), identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu
tidur, identifikasi obat tidur yang dikonsumsi, modifikasi lingkungan, batasi waktu tidur siang,
fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur, jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit,
anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur.

Implementasi Keperawatan

Pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan (intervensi). Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat pada kebutuhan
pasien, faktor-fakor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan dan kegiatan komunikasi. Setelah rencana tindakan ditetapkan, maka dilanjutkan
dengan melakukan rencana tersebut dalam bentuk nyata, sebelum diterapkan kepada pasien
terlebih dahulu melakukan pendekatan kepada pasien dan keluarga pasien agar tindakan yang
akan diberikan dapat disetujui pasien dan keluarga pasien, sehingga seluruh rencana tindakan
asuhan keperawatan sesuai dengan masalah yang dihadapi pasien.

a. Pre Op

1) Untuk diagnosis pertama

Diare berhubungan dengan iritasi, rencana tindakan yang dilakukan kepada pasien yaitu
mengidentifikasi penyebab diare, mengidentifikasi riwayat pemberian makanan, memonitor
warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja, memonitor tanda dan gejala hypovolemia (mis.
takikardia, nadi teraba lemah, tekanan darah turun, turgor kulit turun, mukosa mulut kering, CRT
melambat, BB menurun, memonitor jumlah pengeluaran diare, memonitor keamanan penyiapan
makanan, menganjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap, menganjurkan
menghindari makanan pembentuk gas, pedas dan mengandung laktosa.

2) Untuk diagnosis kedua

Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis, rencana tindakan yang dilakukan kepada
pasien yaitu mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri,
mengidentifikasi skala nyeri, mengidentifikasi respon nyeri non verbal, kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan), memfasilitasi istirahat dan
tidur, menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri, menjelaskan strategi meredakan nyeri,
mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.

3) Untuk diagnosis ketiga


Defisit nutrisi berhubungan dengan kurang asupan makanan rencana tindakan yang akan
dilakukan kepada pasien yaitu mengidentifikasi status nutrisi, mengidentifikasi alergi dan
intoleransi makanan, mengidentifikasi makanan yang disukai, mengidentifikasi kebutuhan kalori
dan jenis nutrient, memonitor asupan makanan, memonitor berat badan, memonitor hasil
pemeriksaan laboratorium.

4) Untuk diagnosis keempat

Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri rencana tindakan yang akan dilakukan kepada
pasien yaitu mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur, mengidentifikasi faktor pengganggu tidur
(fisik atau psikologis), mengidentifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur,
mengidentifikasi obat tidur yang dikonsumsi, memodifikasi lingkungan, membatasi waktu tidur
siang, memfasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur, menjelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit, menganjurkan menepati kebiasaan waktu tidur.

b. Post Op

1) Untuk diagnosis pertama

Nyeri akut berhubungan dengan pasca operasi, rencana tindakan yang dilakukan kepada pasien
yaitu mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri,
mengidentifikasi skala nyeri, mengidentifikasi respon nyeri non verbal, mengontrol lingkungan
yang memperberat rasa nyeri (mis.suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan), memfasilitasi
istirahat dan tidur, menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri, menjelaskan strategi
meredakan nyeri, mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.

2) Untuk diagnosis kedua

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, rencana tindakan yang dilakukan kepada
pasien yaitu mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan, memonitor
kelelahan fisik dan emosional, memonitor pola dan jam tidur, memonitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas, menyediakan lingkungan nyaman dan rendah
stimulus, melakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif, menganjurkan tirah baring,
menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap, menganjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang.

3) Untuk diagnosis ketiga

Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri karena luka insisi, rencana tindakan yang
dilakukan kepada pasien yaitu mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur, mengidentifikasi faktor
pengganggu tidur (fisik atau psikologis), mengidentifikasi makanan dan minuman yang
mengganggu tidur, mengidentifikasi obat tidur yang dikonsumsi, memodifikasi lingkungan,
membatasi waktu tidur siang, memfasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur, menjelaskan
pentingnya tidur cukup selama sakit, menganjurkan menepati kebiasaan waktu tidur.
Dalam melakukan rencana tindakan, penulis tidak menemukan kesulitan yang berarti, hal ini
disebabkan karena :

a. Adanya faktor perencanaan yang baik dan keaktifan keluarga dalam perawatan sehingga
memudahkan untuk melakukan asuhan pada tindakan keperawatan.

b. Pendekatan yang dilakukan dengan baik sehingga keluarga merasa percaya dan memudahkan
dalam pemberian serta pelaksanaan tindakan keperawatan.

c. Adanya kerja sama yang baik antara penulis dengan petugas ruangan sehingga penulis
mendapatkan bantuan dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan.

Evaluasi Keperawatan

Dari 4 diagnosis keperawatan pre op dan 3 diagnosis keperawatan post op penulis tegakkan
sesuai dengan apa yang penulis temukan dalam melakukan studi kasus dan melakukan asuhan
keperawatan kurang lebih sudah mencapai perkembangan yang lebih baik dan optimal, maka
dari itu dalam melakukan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang maksimal memerlukan
adanya kerja sama antara penulis dengan pasien, perawat, dokter, dan tim kesehatan lainnya.
Penulis mengevaluasi melihat catatan perkembangan pasien selama 3 hari berturut-turut dari
tanggal 19 sampai dengan tanggal 21 Juni 2019.

a. Pre Op

1) Diare berhubungan dengan iritasi sebagian teratasi karena pasien masih memakai
pampers/pembalut dan BAB pasien masih cair, BAB 3-4x/hari.

2) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis belum teratasi karena benjolan pada
anus pasien masih terasa nyeri oleh pasien.

3) Defisit nutrisi berhubungan dengan kurang asupan makanan teratasi sebagian karena sudah
mulai bisa menghabiskan 1 porsi makanan yang disediakan rumah sakit, pasien masih tampak
lemah, dan BB juga belum ada kenaikan.

4) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri belum teratasi karena pasien masih tampak
sulit tidur karena nyeri, tampak disekitar mata pasien hitam, pasien tampak letih di siang harinya,
pasien tampak sering menguap.

b. Post Op

1) Nyeri akut berhubungan dengan pasca operasi belum teratasi

karena pasien masih tampak meringis karena nyeri pasca operasi dan pasien tampak gelisah.

2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan belum teratasi karena pasien tampak
dibantu dalam beraktivitas, pasien tampak bedrest, dan pasien tampak lemah.
3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri karena luka insisi belum teratasi karena
pasien tampak gelisah, pasien tampak lemah, pasien tampak sulit tidur karena nyeri pasca
operasi, tampak disekitar mata pasien hitam.

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. B dengan Haemoroid diruang Ambun Suri
Lantai 1 RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2019. Haemoroid adalah varikositis
akibat pelebaran (dilatasi) pleksus vena hemorrhoidalis interna. Mekanisme terjadinya
hemorhoid belum diketahui secara jelas. Hemorhoid berhubungan dengan konstipasi kronis
disertai penarikan feces Pleksus vena hemorrhoidalis interna terletak pada rongga submukosa di
atas valvula morgagni. Kanalis anal memisahkannya dari pleksus vena hemorrhoidalis eksterna,
tetapi kedua rongga berhubungan di bawah kanalis anal, yang submukosanya melekat pada
jaringan yang mendasarinya untuk membentuk depresi inter hemorrhoidalis.

Hemorhoid sangat umum dan berhubungan dengan peningkatan tekanan hidrostatik pada
system porta, seperti selama kehamilan, mengejan waktu berdefekasi, atau dengan sirosis
hepatis. (Isselbacher,2000)

Didalam pengkajian pada tanggal 19 juni 2019 ditemukan masalah pada Tn.B adalah pasien
haemoroid dengan keadaan pre operasi dengan 4 diagnosis keperawatan yaitu diare berhubungan
dengan iritasi, nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis, defisit nutrisi berhubungan
dengan kurang asupan makanan, gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri. Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama 2 hari, pasien sudah mulai menghabiskan porsi makanan
yang disediakan Rumah Sakit, diare pasien sudah sedikit berkurang dari hari sebelumnya, pasien
masih merasakan nyeri pada anusnya, dan pasien masih sulit tidur pada malam hari karena nyeri
yang dirasakan. Dan dilakukan pengkajian kembali pada tanggal 21 juni 2019 ditemukan
masalah pada Tn.B dengan post operasi haemoroid dengan 3 diagnosis keperawatan yaitu nyeri
akut berhubungan dengan pasca operasi, intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan,
dan gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri karena luka insisi.

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 hari, pasien masih merasakan nyeri pada anus
pasca operasi, pasien juga merasakan kelemahan dalam beraktivitas sehingga aktivitas pasien
dibantu oleh keluarga pasien, dan pasien masih tetap sulit tidur pada malam hari karena kurang
kontrol tidur yang disebabkan oleh nyeri karena luka insisi.

Pengkajian asuhan keperawatan pada pasien dengan haemoroid dapat dilakukan dengan
baik.

Pada diagnosis asuhan keperawatan pada pasien haemoroid dapat dirumuskan 4 diagnosis pre
op dan 3 diagnosis pasca op pada tinjauan kasus yaitu :

a. Pre Op

1) Diare berhubungan dengan iritasi

2) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis

3) Defisit nutrisi berhubungan dengan kurang asupan makanan

4) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri

b. Post Op

1) Nyeri akut berhubungan dengan pasca operasi

2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri karena luka insisi

Pada perencanaan asuhan keperawatan pada pasien haemoroid semua

perencanaan dapat diterapkan pada tinjauan kasus.

Pada implementasi asuhan keperawatan pada pasien haemoroid

hampir semua dapat dilakukan.


Evaluasi atau catatan perkembangan pada pasien dengan asuhan keperawatan pada pasien
haemoroid di ruangan Ambun Suri Lantai 1 RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun
2019, dua dari masalah keperawatan pre op belum teratasi yaitu : nyeri akut berhubungan dengan
agen cedera fisiologis, dan gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri . Sedangkan yang
dua sudah sebagian teratasi yaitu : diare berhubungan dengan iritasi, dan defisit nutrisi
berhubungan dengan kurang asupan makanan. Tiga dari masalah keperawatan post op belum
teratasi yaitu : nyeri akut berhubungan dengan pasca operasi, intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan, dan gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri karena luka insisi.

Saran

Bagi Rumah Sakit

Diharapkan pada pihak Rumah Sakit untuk lebih

mengingatkan pelayanan Rumah Sakit kepada pasien serta

menyediakan peralatan-peralatan medis yang cukup pada

setiap ruangan berdasarkan kebutuhan perkembangan

teknologi.

Bagi Bidang Keperawatan

Dapat meningkatkan kualitas dan mutu dalam memberikan asuhan keperawatan dan
mengembangkan ilmu keperawatan menjadi lebih maju.

Bagi Perawat Diruangan

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien haemoroid sebaiknya lebih tanggap dalam
memberi tindakan keperawatan secara cepat dan tepat serta memberikan penyuluhan tentang
penyakit.

Bagi Institusi Pendidikan

Menambah referensi-referensi di perpustakaan. Peningkatan kualitas dan pengembangan


mahasiswa melalui Studi Kasus agar dapat menerapkan asuhan keperawatan secara
komprehensif.
 

DAFTAR PUSTAKA

Pierce A, Grace & Neil R Borley. 2007. At a Glance : Ilmu Bedah Ed.3.Jakarta : EMS
R. Syamsuhidajat & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Ed.2.
beberapa sumber web : Conectique.com, hemorrhoid.net dan dewabenny.com

Sjamsuhidayat, Win de Jong. Hemoroid, Dalam : Buku Ajaran Ilmu Bedah,Ed.2.jakarta. EGC,
2004.

Gouda m. ellabban, World Journal of Colorectal Surgery, Stapled Hemorrhoidectomy versus


Traditional Hemorrhoidectomy for the Treatment of Hemorrhoids, 2010

Anda mungkin juga menyukai