Disusun Oleh :
KELOMPOK II
PROGRAM S1 KEPERAWATAN
2021
KATA PENGANTAR
Assalammualaikum Warahmatullahi Wb. Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah
SWT, atas rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga laporan
pengamatan kasus dengan judul “ Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn.B Dengan Hemoroid Di
Ruang Ambun Suri Lantai 1 RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2019 ” tanpa
nikmat yang diberikan oleh-Nya sekiranya penulis tidak akan mampu untuk menyelesaikan
Laporan Pengamatan Kasus ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Hemoroid adalah Suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus Hemoroidalis (Muttaqin,
2011). Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena hemoroidalis dengan penonjolan
membrane mukosa yang melapisi daerah anus dan rectum (Nugroho, 2011). Hemoroid sering
terjadi pada orang dewasa dengan umur 45 sampai 65 tahun ( Chong dkk.2008 ).
Penyakit hemoroid dibagi menjadi 2, yang pertama adalah hemoroid interna yaitu hemoroid
yang berasal dari bagian atas sfingter anal serta di tandaidengan perdarahan. Yang kedua adalah
hemoroid eksterna yaitu hemoroid yang cukup besar, sehingga varises muncul keluar anus dan di
sertai nyeri. ( Broker, 2009 ).
Penyakit hemoroid ini disebabkan beberapa fakrtor beberapanya obtipasi (konstipasi/sembelit)
yang menahun, penyakit yang sering membuat penderita mengejan, penyempitan saluran kemih,
sering melahirkan anak, sering duduk, diare yang menahun dan bendungan pada rongga pinggul
karena tumor rahim atau kehamilan. (Riyadi, 2010) tanda dan gejala penyakit hemoroid tidak
dapat disembuhkan, hemoroid ekstera bias mengalami thrombosis karena tekanan tinggi pada
vena kanalis yang menyebabkan ditandai adanya implamasi dan edema.nyeri akan sangat kuat
pada saat defekasi.
Hemorrhoid dapat dicegah dengan minum air putih yang cukup, makan sayuran yang banyak,
dan buah-buahan yang banyak, sehingga membuat feces tidak mengeras. Apabila banyak
memakan makanan yang mengandung serat dan banyak minum air putih yang banyak dapat
meperlancar defekasi, selain itu ginjal menjadi sehat (Gotera, 2006). Selain itu hemorrhoid dapat
dicegah dengan cara olahraga yang cukup, duduk tidak terlalu lama dan berdiri tidak terlalu lama
(Merdikoputro, 2006).
Dalam hal ini, peran perawat sangat dibutuhkan dalam membantu klien yang mengalami
hemoroid agar mempu memaksimalkan kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan aktivitas
daily living untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Oleh karena itu, kami sempat tertarik
untuk membahas asuhan keperawatan pada klien dengan hemoroid.
B.RUMUSAN MASALAH
Dengan melihat latar belakang yang dikemukakan sebelumnya maka terdapat masalah yang akan
dirumuskan dalam makalah ini adalah:
C.TUJUAN
a. Tujuan Umum
b. Tujuan khusus
keperawatan adalah :
Mochtar Bukittinggi.
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Hemoroid adalah kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih vena hemoroidalis di
daerah anorektal. Hemoroid bukan sekedar pelebaran vena hemoroidalis, tetapi bersifat lebih
kompleks yakni melibatkan beberapa unsure berupa pembuluh darah, jaringan lunak dan otot
disekitar anorektal (Felix, 2006). Hemoroid adalah Suatu pelebaran dari vena-vena didalam
pleksus Hemoroidalis (Muttaqin, 2011). Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena
hemoroidalis dengan penonjolan membrane mukosa yang melapisi daerah anus dan rectum
(Nugroho, 2011).
Klasifikasi hemoroid
1. Ambeien Internal
Hemoroid internal adalah pembengkakan terjadi dalam rektum sehingga tidak bisa dilihat
atau diraba. Pembengkakan jenis ini tidak menimbulkan rasa sakit karena hanya ada sedikit
syaraf di daerah rektum. Tanda yang dapat diketahui adalah pendarahan saat buang air besar.
Masalahnya jadi tidak sederhana lagi, bila ambeien internal ini membesar dan keluar ke bibir
anus yang menyebabkan kesakitan. Ambeien yang terlihat berwarna pink ini setelah sembuh
dapat masuk sendiri, tetapi bisa juga didorong masuk. Hemoroid interna dibagi menjadi 4
derajat yaitu :
Derajat I
Derajat II
Hemoroid eksternal diklasifikasikan sebagai akut dan kronik. Bentuk akut berupa pembengkakan
bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma, bentuk ini sangat nyeri
dan gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.
B. ETIOLOGI
Menurut Vill alba dan Abbas (2007), etiologi hemoroid sampai saat ini belum diketahui
secara pasti, beberapa factor pendukung yang terlibat diantaranya adalah :
1. Penuaan
2. Kehamilan
3. Hereditas
4. Konstipasi atau diare kronik
5. Penggunaan toilet yang berlama – lama
6. Posisi tubuh, misal duduk dalam waktu yang lama
7.
Menurut Mutaqqin (2011), kondisi hemoroid biasanya tidak berhubungan dengan kondisi medis
atau penyalit, namun ada beberapa predisposisi penting yang dapat meningkatkan risiko
hemoroid seperti berikut:
Menurut Nugroho (2011) hemoroid dapat disebabkan oleh tekanan abdominal yang mampu
menekan vena hemoroidalis sehingga menyebabkan dilatasi pada vena. dilatasi tersebut dapat
dibagi menjadi 2, yaitu :
Hemoroid dapat terjadi pada individu yang sehat. Hemoroid umumnya menyebabkan gejala
ketika mengalami pembesaran, peradangan, atau prollaps. Diet rendah serat menyebabkan
bentuk feses menjadi kecil yang bisa mengakibatkan kondisi mengejan selama BAB.
Peningkatan tekanan ini menyebabkan pembengkakan dari hemoroid., kemungkinan gengguan
oleh venous return (Muttaqin, 2011).
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis hemoroid dapat dibagi berdasarkan jenis hemoroid (Vill Alba dan Abbas, 2007 )
yaitu :
1. Hemoroid internal
2. Prolaps dan keluarnya
3. Rasa tak
4. Hemoroideksternal
1. Rasa terbakar.
2. Nyeri (jikamengalami trombosis).
Sedangkan tanda dan gejala menurut Lumenta (2006) pasien hemoroid dapat mengeluh hal-hal
seperti berikut :
1. Perdarahan
Keluhan yang sering dan timul pertama kali yakni : darah segar menetes setelah buang air besar
(BAB), biasanya tanpa disertai nyeri dan gatal di anus. Pendarahan dapat juga timbul di luar
wakyu BAB, misalnya pada orang tua. Perdaran ini berwarna merah segar.
2. Benjolan
Benjolan terjadi pada anus yang dapat menciut/ tereduksi spontan atau manual merupakan cirri
khas/ karakteristik hemoroid.
4. Basah, gatal dan hygiene yang kurang di anusAkibat penegluaran cairan dari selaput
lender anus disertai perdarahan merupakan tanda V
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
2. Anoskop Diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang tidak menonjol keluar
3. Proktosigmoidoskopi Untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses radang
atau proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi
F. PENATALAKSANAAN
1. Hemoroid Eksterna
Hemoroid eksternal yang mengalami trombosis tampak sebagai benjolan yang nyeri pada anal
verge. Jika pasien membaik dan hanya mengeluh nyeri ringan, pemberian analgesik, sitz baths,
dan pelunak feses. Tetapi jika pasien mengeluh nyeri yang parah, maka eksisi di bawah anestesi
lokal dianjurkan. Pengobatan secara bedah menawarkan penyembuhan yang cepat, efektif dan
memerlukan waku hanya beberapa menit dan segera menghilangkan gejala. Penatalaksanaan
secara bedah yaitu pasien berbaring dengan posisi menghadap ke lateral dan lutut di lipat (posisi
seems), dasar hematom diinfiltrasi dengan anestetik lokal. Bagian atas bokong didorong untuk
memaparkan trombosis hemoroid. Kulit dipotong berbentuk elips menggunakan gunting iris dan
forsep diseksi; hal ini dengan segera memperlihatkan bekuan darah hitam yang khas di dalam
hemoroid yang dapat dikeluarkan dengan tekanan atau diangkat keluar dengan forsep.
2. Hemoroid Interna
Hemoroid Interna
Derajat Berdarah Prolaps Reposisi
I + – –
II + + Spontan
III + + Manual
IV + Tetap Irreponibel
Hemorroid interna diterapi sesuai dengan gradenya. Tetapi hemorroid eksterna selalu
dengan operasi. Konservatif indikasi untuk grade 1-2, < 6 jam, belum terbentuk trombus.
Operatif indikasi untuk grade 3-4, perdarahan dan nyeri.
Kebanyakan pasien hemoroid derajat I dan II dapat ditolong dengan tindakan lokal yang
sederhana disertai nasehat tentang makan. Makanan sebaiknya terdiri atas makanan
berserat tinggi, misalnya sayuran dan buah-buahan Makanan berserat tinggi ini membuat
gumpalan isi usus menjadi besar namun lunak, sehingga mempermudah defekasi dan
mengurangi keharusan mengedan secara berlebihan.
Pengobatan dengan krioterapi pada derajat III dilakukan jika diputuskan tidak perlu dilakukan
hemoroidektomi. Pengobatan dengan criyosurgery (bedah beku) dilakukan pada hemoroid yang
menonjol, dibekukan dengan CO2 atau NO2 sehingga mengalami nekrosis dan akhirnya fibrosis.
Tidak dipakai secara luas karena mukosa yang dibekukan (nekrosis) sukar ditentukan luasnya.
Hemoroidektomi dilakukan pada pasien yang mengalami hemoroid yang menahun dan
mengalami prolapsus besar (derajat III dan IV).
Ada 3 prinsip dalam melakukan hemoroidektomi yaitu pengangkatan pleksus dan mukosa,
pengangkatan pleksus tanpa mukosa, dan pengangkatan mukosa tanpa pleksus. Teknik
pengangkatan dapat dilakukan menurut 2 metode :
1. Metode Langen-beck : yaitu dengan cara menjepit radier hemoroid interna, mengadakan
jahitan jelujur klem dengan catgut crhomic No. 00, mengadakan eksisi di atas klem.
Sesudah itu klem dilepas dan jahitan jelujur di bawah klem diikat, diikuti usaha
kontinuitas mukosa. Cara ini banyak dilakukan karena mudah dan tidak mengandung
risiko pembentukan jaringan parut sirkuler yang biasa menimbulkan stenosis.
2. Metode whitehead : yaitu mengupas seluruh v. hemoroidalis dengan membebaskan
mukosa dari sub mukosa dan mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu,
sambil mengusahakan kontinuitas mukosa kembali.
3. Metode stapled : yaitu dengan cara mengupas mukosa rektum. Metode ini lebih unggul
dan lebih banyak dipakai karena perdarahannya dan nyeri post operasinya berkurang
dibandingkan dengan metode yang lain.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pada inspeksi hemoroid eksterna mudah terlihat apalagi sudah mengandung trombus. Hemoroid
interna yang prolaps dapat terlihat sebagai benjZXolan yang tertutup mukosa. Untuk membuat
prolaps dapat dengan menyuruh pasien untuk mengejan.
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab tekanan
vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba apabila
sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan
fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk
menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop
dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan
penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita
disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke
dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan
membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya,
letak,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus
diperhatikan.
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan oleh proses
radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik
saja atau tanda yang menyertai.
I. DIAGNOSA BANDING
BAB III
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Penting bagi perawat untuk mengetahui bahwa setiap adanya riwayat trauma pada servikal
merupakan hal yang penting diwaspadai.
Pengkajian
Anamnesa
Tanggal MRS :
Tanggal Pengkajian :
No. Registrasi :
Diagnose Medis :
Pengumpulan data
2. Identitas
Nama Pasien :
Usia :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Pendidikan :
Agama :
3. Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB. Ada benjolan pada
anus atau nyeri pada saat defikasi.
4. Riwayat penyakit
Pasien mulai keluar benjolan di anusnya beberapa minggu hanya ada benjolan yang keluar dan
beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes.
Pasien pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh atau terulang kembali. Dan
pada pasien waktu pengobatan terdahulu tidak dilakukan pembedahan sehingga akan kembali
RPD.
5. Pemeriksaan Fisik
Pasien di baringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki di tekuk dan menempel pada
tempat tidur.
Inspeksi
Palpasi
Dilakuakan dengan menggunakan sarung tangan ditambah vaselin dengan melakuakan
rektal tucher, dengan memasukan satu jari kedalam anus. Dan ditemukan benjolan tersebut
dengan konsistensi keras, dan juga ada perdarahan.
Pathways
Sumber: Price,2000;danSmeltzer,2002
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada post operasi haemoroid (Carpenito, 2000) :
a. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
sekunder akibat drainase, menurunnya motivasi untuk minum akibat
keletihan.
b. Nyeri anal berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot
spingter ani sekunder akibat operasi.
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan interupsi mekanis pada
kulit atau jaringan anal.
d. Resiko hipertermi berhubungan dengan sirkulasi sekunder akibat dehidrasi
e. Resiko konstipasi berhubungan dengan nyeri saat defeksi
f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pembedahan, adanya saluran
invasif.
g. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keletihan pasca operasi dan
nyeri.
Fokus Intervensi
Fokus intervensi pada pasien pasca operasi haemorroid.
a. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
sekunder akibat drainase, menurunnya motivasi untuk minum cairan
sekunder akibat keletihan (Doenges, 2000).
Dibuktikan dengan :
1) Ketidakcukupan masukan cairan oral
2) Penurunan berat badan
3) Kulit/ membran mukosa kering
4) Penurunan turgor kulit
5) Anorexia
6) Urine pekat/ sering berkemih
Kriteria hasil :
Mendemonstrasikan keseimbangan cairan yang adekuat, ditunjukkan dengan tanda-tanda vital
stabil (nadi berkualitas baik, turgor kulit normal, membran mukosa lembab dan pengeluaran
urine individu yang sesuai).
Rencana tindakan
1) Ukur dan catat intake dan out put dan tinjau ulang catatan intra operasi.
Rasional : Dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi pengeluaran cairan/
kebutuhan penggantian dan pilihan-pilihan yang mempengaruhiintervensi.
2) Pantau tanda-tanda vital
Rasional : Hipertensi, takhikardi, peningkatan pernafasan mengidentifikasi kekurangan cairan
(dehidrasi/hipovolemia).
3) Catat munculnya mual/ muntah
Rasional : Mual selama 12-24 jam post operasi umumnya dihubungkan dengan anastesi. Mual
berlebihan lebih 3 hari mungkin dihubungkan dengan pilihan narkotik pengontrol sakit/ therapy
obat lain. .
4) Periksa pembalut, alat drein
5) Pantau suhu kulit, palpitasi denyut perifer
6) Beri cairan parental, produksi darah/ plasma sesuai petunjuk
7) Beri kembali pemasukan oral secara berangsur-angsur sesuai petunjuk
8) Pantau studi laboratorium Hb, Ht.
9) Bandingkan studi darah pra operasi dan pasca operasi.
b. Nyeri anal berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot spingter ani sekunder
akibat operasi (Carpenito, 2001).
Dibuktikan dengan :
1) Komunikasi (verbal/ penggunaan kode) tentang nyeri yang
dideskripsikan
2) Perubahan pola tidur
3) Mobilitas fisik
4) Perubahan pada tonus otot, masker wajah rasa sakit
Kriteria hasil :
1) Menyatakan bahwa rasa sakit telah terkontrol/ dihilangkan.
2) Feses lembek, tidak nyeri saat BAB.
3) Tampak rileks, dapat istirahat tidur.
4) Ikut serta dalam aktivitas sesuai kebutuhan.
Rencana tindakan
1) Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0-10) Rasional : Mengetahui perkembangan
hasil prosedur.
2) Bantu pasien untuk tidur dengan posisi yang nyaman : tidur miring.
Rasional : posisi tidur miring tidak menekan bagian anal yangmengalami peregangan otot untuk
meningkatkan rasa nyaman.
3) Gunakan ganjalan pengapung dibawah bokong saat duduk.
Rasional : untuk meningkatkan mobilisasi tanpa menambah rasa nyeri.
4) Gunakan pemanasan basah setelah 12 jam pertama : kompres rektal hangat atau sit bath
dilakukan 3-4x/ hari
Rasional : meningkatkan perfusi jaringan dan perbaikan odema dan meningkatkan penyembuhan
(pendekatan perineal)
5) Dorong penggunaan teknik relaksasi : latihan nafas dalam, visualisasi, pedoman, imajinasi.
Rasional : menurunkan ketegangan otot, memfokuskan kembali perhatian dan meningkatkan
kemampuan koping.
6) Beri obat-obatan analgetik seperti diresepkan 24 jam petama.
Rasional : memberi kenyamanan, mengurangi rasa sakit.
7) Tingkatkan pemasukan cairan + 3000m/ hari dan diit tinggi serat.
Rasional : cairan cukup dan makan tinggi serat membantu melembekkan feces sehingga
mengurangi rasa sakit saat BAB.
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan interupsi mekanis pada kulit/ jaringan anal.
(Doenges, 2000)
Dibuktikan dengan :
1) Gangguan pada permukaan/ lapisan kulit dan jaringan anal.
Kriteria hasil :
2) mencapai penyembuhan luka.
3) mendemonstrasikan tingkah laku/ teknik untuk meningkatkan
kesembuhan dan mencegah komplikasi.
Rencana tindakan :
1) Beri penggantian balutan sesuai indikasi dengan teknik aseptic kuat.
Rasional : lindungi luka dari kontaminasi, mencegah akumulasi cairan yang dapat menyebabkan
eksoriasi.
2) Periksa luka secara teratur, catat karakteristik dan integritas kulit.
Rasional : pengenalan akan adanya kegagalan proses penyembuhan luka/ berkembangnya
komplikasi secara dini dapat mencegah terjadinya kondisi yang lebih serius.
3) Kaji jumlah dan karakteristik cairan luka.
Rasional : menurunnya cairan, menandakan adanya evolusi dan proses penyembuhan.
4) Ingatkan pasien untuk tidak menyentuh daerah luka.
Rasional : mencegah kontaminasi luka.
5) Irigasi luka dengan debridement sesuai kebutuhan.
Rasional : membuang luka eksudat untuk meningkatkan penyembuhan.
d. Resiko hipertermi berhubungan dengan sirkulasi sekunder akibat dehidrasi (Carpenito, 2001)
Dibuktikan dengan :
1) Suhu lebih dari 37,80C per oral, 38,80C per rektal.
2) Kulit hangat, kemerahan.
3) Takhikardi, peningkatan pernafasan.
4) Berkeringat.
5) Keletihan.
6) Kehilangan nafsu makan.
Kriteria hasil, individu akan :
1) Mengidentifikasi faktor-faktor risiko terhadap hipertermi.
2) Menghubungkan metode pencegahan hipertermi.
3) Mempertahankan suhu tubuh normal.
Rencana tindakan :
1) Awasi suhu dan tanda-tanda vital tiap jam.
2) Beri cairan 3000 ml / 24 jam.
Rasional : Dehidrasi mungkin akan timbul sampai dengan cairan diaprosis dan peningkatan
ventilasi.
3) Observasi intake out put.
Rasional : Untuk deteksi dini terhadap dehidrasi.
4) Ajarkan pentingnya peningkatan masukan cairan.
Rasional : meningkatkan kooperatif pasien.
5) Menjaga kenyamanan lingkungan.
Rasional : dapat mempertahankan/ menstabilkan suhu pasien.
6) Beri anti piuretik sesuai indikasi.
Rasional : tindakan segera mencegah hipertermi.
Alasan Masuk
Pasien mengatakan sudah 1 minggu SMRS menderita nyeri pada anus dan pasien mengatakan
masuk RSUD Dr. Achmad Mochtar pada tanggal 05-06-2019 karena mengalami peradangan
pada ambeien, dan pada pagi hari SMRS pasien merasakan nyeri pada anus.
1) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
(Pre Op)
Pasien mengatakan nyeri pada anus penyebabnya karena adanya benjolan pada anus, nyeri yang
dirasakan seperti diiris-iris, pasien mengatakan nyeri pada anusnya dan abdomen, pasien
mengatakan skala nyeri yang dirasakan pada anus sampai 6, pasien mengatakan nyeri yang
dirasakan di abdomen sampai 4, namun kesadaran pasien tetap composmentis yaitu GCS 15, dan
pasien mengatakan nyeri dirasakan setiap malam hingga mengganggu tidur saat malam hari.
pasien mengatakan cemas, pasien mengatakan tidak nafsu makan, pasien mengatakan sulit tidur.
(Post Op)
a. Pasien mengatakan nyeri pada anus penyebabnya karena setelah operasi, nyeri yang dirasakan
seperti diiris-iris, pasien mengatakan nyeri pada anusnya, pasien mengatakan skala nyeri yang
dirasakan pada anus sampai 4, namun kesadaran pasien tetap composmentis yaitu GCS 15,
pasien mengatakan nyeri dirasakan setiap malam hingga mengganggu tidur saat malam hari,
pasien mengatakan dalam beraktivitas dibantu keluarga, pasien mengatakan sulit untuk duduk
setelah operasi, pasien mengatakan tidak nyaman, pasien mengatakan letih, pasien mengatakan
lemah.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan pernah dirawat di RS dengan riwayat hernia 7 tahun yang lalu, pasien
mengatakan memiliki riwayat jantung 8 tahun yang lalu, pasien mengatakan memiliki riwayat
paru 4 tahun yang lalu, pasien mengatakan memiliki riwayat hipertensi, pasien juga mengatakan
memiliki riwayat maag.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien dan keluarga pasien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit
seperti pasien.
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Composmentis
GCS : 15 E4M6V5
BB/TB : 53 kg/160 cm
Tanda Vital
TD : 110/70 mmHg Pernafasan : 20 x/menit
Nadi : 89 x/menit Suhu : 36,8°C
1. Kepala
Rambut
Keadaan kepala simetris, tidak ada lesi, warna hitam, kulit kepala bersih dan rambut tidak
berminyak, tidak ada pembengkakan, tekstur rambut rapuh mudah rontok.
Mata
Mata simetris mata kiri kanan, simetris bola mata kiri dan kanan, warna kongjungtiva merah
muda,sklera normal tidak ada perubahan warna, tidak ada pembengkakan disekitar mata, saat
dilakukan pemeriksaan dengan cara lapang pandang pasien bisa menyebutkan apa yang
diperagakan dengan dilihat sama.
Telinga
Bentuk dan posisi simetris kiri kanan, integritas kulit bagus, warna sama dengan kulit lain, tidak
ada tanda-tanda infeksi, keadaan bersih tidak ada serumen, pendengaran tidak terganggu, tidak
ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan.
Hidung
Hidung simetris kiri kanan, warna sama dengan warna kulit lain, tidak ada lesi, tidak ada
sumbatan dan pendarahan, tidak ada secret, tidak ada polip, penciuman tidak terganggu,
terpasang O2 nasal kanul 3 liter/menit, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan.
Mulut dan Gigi
Warna mukosa mulut dan bibir pucat, kering, tidak ada lesi, memakai gigi palsu, tidak ada
perdarahan/radang gusi, lidah simetris, langit-langit utuh dan tidak ada tanda-tanda infeksi.
2. Leher
Warna sama dengan kulit lain, integritas kulit baik, bentuk simetris, tidak ada pembesaran
kelenjar tyroid, arteri karotis terdengar, tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada nyeri,
tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada nyeri.
3. Thorak
Paru-paru
I : Simetris kiri kanan, dinding dada tidak ada benjolan
P : Tidak ada nyeri tekan, taktil fremitus sama kiri dan kanan
P : Bunyi sonor
A : Bunyi vesikuler
Jantung
I : Simetris kiri kanan, pergerakan jantung normal
P : Tidak nyeri tekan
P : Redup dibatas kiri tidak lebih dari 4,7,10 cm ke arah kiri dari garis
midsternal pada ruang interkostal ke 4,5 dan 8.
A : Terdengar S1 Lup, S2 Dup
Abdomen
I : Simetris kiri kanan, warna sama dengan warna kulit lain, tidak
ada tonjolan
A : Bising usus 32x/detik
P : Tidak ada pembengkakan, ada nyeri tekan pada abdomen, nyeri
yang dirasakan seperti diiris-iris, skala nyeri 4, tidak ada massa dan
penumpukan cairan.
P : Bunyi tympani
Punggung
Punggung simetris kiri kanan, tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada luka decubitus
Ekstremitas
a. Ekstremitas atas simetris kiri kanan, terdapat lesi di bagian tangan kanan bekas pemasangan
infus (flebitis), tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan.
b. Ekstremitas bawah simetris kiri kanan, tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan, tidak ada
varises, terpasang infus di bagian kaki kiri yaitu NaCl 3% 21 tetes/menit, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada pembengkakan, tidak ada kekakuan sendi.
Genitalia
Keadaan bersih, terpasang kateter, warna urine kuning, jumlah urine dalam urine bag 100 cc saat
pengkajian, dan pada anus terdapat benjolan saat pengkajian.
Integumen
Keadaan bersih, turgor kulit kering.
Kekuatan Otot : 5555 5555
5555 5555
Data Biologis
NO AKTIVITAS SEHAT SAKIT
(Pre Op)
SAKIT
(Post Op)
1. Makanan dan
Minuman /Nutrisi Makan
- Menu Nasi Putih + Lauk Pauk
Makanan Lunak
- Porsi 1 Porsi ½ Porsi 1 Porsi
-Makanan Kesukaan Roti, Kue Tidak Ada Roti
- Pantangan Tidak Ada Roti, Biskuat, Kue Tidak Ada Minum
- Jumlah 7-8 L/Hari 4-5 L/Hari 6-7 L/Hari
-Minuman Kesukaan : Teh, Air Putih Air Putih Air Putih
- Pantangan Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada
2. Eliminasi
BAB
- Frekuensi 2 x/hari 6-7 x/hari 2-3 x/hari
- Warna Kuning Kuning Kuning
- Bau Khas Khas Khas
- Konsistensi Padat Cair Padat
- Kesulitan Tidak Ada Ada benjolan di anus dan nyeri Nyeri setelah operasi
BAK
- Frekuensi 9-10 x/hari Terpasang Kateter Terpasang Kateter
- Warna Kuning Kuning Kuning
- Bau Pesing Pesing Pesing
- Konsistensi Cair Cair Cair
- Kesulitan Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada
3. Istirahat dan Tidur
- Waktu Tidur Malam Hari Malam Hari Malam Hari
- Lama Tidur 8-9 Jam/Hari 2-3 Jam/Hari 3-4 Jam/Hari
- Hal yang mempermudah tidur Keletihan dalam bekerja
Obat Tidur : Alprazolam
- Kesulitan Tidur
Tidak Ada Gelisah Karena Nyeri
Gelisah Karena Nyeri Setelah Operasi
4. Personal
Hygiene
- Mandi 2x/hari Hanya di lap 2x/hari Hanya di lap 2x/hari
- Cuci Rambut 2x/hari Hanya di lap 2x/hari Hanya di lap 2x/hari
- Gosok Gigi 2x/hari 1x/hari 1x/hari
- Potong Kuku 1x/minggu 1x/2 minggu 1x/2 minggu
Riwayat Alergi
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak ada memilki alergi terhadap obat-obatan maupun
makanan dan minuman.
Data Psikologis
1. Perilaku Verbal
Cara Menjawab : Pasien tampak menjawab jika di tanya
Cara Informasi : Perawat memberikan informasi lewat pasien dan keluarga
2. Perilaku Non Verbal
Tingkat Kesadaran : Sedang
Kesadaran Umum : Composmentis
3. Emosi
Emosi pasien tampak stabil dan keadaan pasien mulai tenang
4. Persepsi Penyakit
- Pasien tampak sabar dan tabah dengan penyakitnya
- Pasien selalu semangat menjalankan hidupnya dan selalu optimis dalam hidupnya
5. Konsep Diri
Sikap terhadap diri sendiri pasien optimis akan sembuh
6. Adaptasi
Pasien beradaptasi dengan lingkungan sekitar
7. Mekanisme Pertahanan Diri
Simpatisme = Dengan cara bercerita tentang kesulitan yang ia alami
Diagnosis Keperawatan
a. Pre Op
Intervensi Keperawatan
a. Pre Op
- Pasien mengatakan masih nyeri pada - Pasien mengatakan masih nyeri pada anus
(mis. takikardia, nadi teraba lemah, tekanan 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
pampers/pembalut Edukasi :
menurun dalam
- Pasien mengatakan tidak nafsu makan 2. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan - Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan di
anus terasa diiris-iris
3. Identifikasi makanan yang disukai
- Pasien mengatakan skala nyeri yang
- Pasien mengatakan masih nyeri pada dirasakan pada anus sampai 4
abdomen
- Pasien mengatakan nyeri di anus dirasakan
- Pasien mengatakan nyeri disebabkan karena setiap malam hingga
nyeri pada anus menjalar ke abdomen
Tujuan :
- Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan di
abdomen seperti terasa diris-iris Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 30 menit pasien dapat mengontrol
- Pasien mengatakan skala nyeri yang nyeri.
dirasakan di abdomen sampai 4
Kriteria Hasil :
- Pasien mengatakan nyeri di abdomen
dirasakan setiap malam hingga mengganggu 1. Keluhan nyeri menurun
tidur saat malam hari
2. Meringis menurun
Data Objektif :
3. Sikap protektif menurun
- Pasien tampak lemah
4. Gelisah menurun
Kriteria Hasil :
5. Kesulitan tidur menurun
1. Keinginan makan membaik
6. Menarik diri menurun
2. Asupan makanan membaik
Manajemen Nyeri
3. Asupan cairan membaik
Observasi :
4. Energi untuk makan membaik
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
5. Kemampuan merasakan makanan membaik
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
6. Kemampuan menikmati makanan membaik
2. Identifikasi skala nyeri
7. Asupan nutrisi membaik
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
8. Stimulus untuk makan membaik Terapeutik :
4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis rasa nyeri (mis.suhu ruangan, pencahayaan,
nutrien
kebisingan)
5. Monitor asupan makanan
2. Fasilitasi istirahat dan tidur
6. Monitor berat badan
mengganggu tidur saat malam hari
7. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
- Pasien mengatakan tidak nyaman
- Pasien tampak menghabiskan ½ porsi
Data Objektif :
makanan
- Pasien tampak melakukan teknik nafas
- Bising usus 32x/menit
dalam
- BB sebelum sakit : 60 kg
- Pasien tampak meringis
- BB saat sakit : 53 kg
- Pasien tampak gelisah
- IMT = 21,48
- Skala nyeri 4
- Hb : 15,0 g/dL
- TD : 100/90 mmHg
- Kalium : 4,10 mEq/l
- Nadi : 95x/ menit
4. Diagnosis Keperawatan :
- Pernapasan : 24x/ menit
Gangguan Pola Tidur
- Suhu : 36,5°C
Data Subjektif :
7. Berfokus pada diri sendiri menurun
- Pasien mengatakan nyeri di anus dan
abdomen dirasakan setiap malam hingga 8. Diaforesis menurun
mengganggu tidur saat malam hari
9. Perasaan depresi (tertekan) menurun
Tujuan :
10. Perasaan takut mengalami cedera
Setelah dilakukan tindakan keperawatan berulang menurun
selama 30 menit pasien dapat keadekuatan
kualitas dan kuantitas pola tidur. 11. Anoreksia menurun
Dukungan Tidur 12. Perineum terasa tertekan menurun
Observasi : 1. Identifikasi pola aktivitas dan 13. Uterus terasa membulat menurun
tidur
14. Ketegangan otot menurun
2. Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik
15. Pupil dilatasi menurun
atau psikologis)
3. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
- Pasien mengatakan tidak nyaman
nyeri
Data Objektif :
Edukasi :
- Pasien tampak sulit tidur
1. Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Tampak disekitar mata pasien hitam
2. Ajarkan teknik nonfarmakologis /
- Pasien tampak gelisah
mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
- Pasien tampak letih di siang harinya
untuk mengurangi rasa nyeri
- Pasien tampak sering menguap
16. Muntah menurun
- Pasien tampak sering mengeluh
17. Mual menurun
Kriteria Hasil :
18. Frekuensi nadi membaik
1. Kemampuan beraktivitas meningkat
19. Pola napas membaik
2. Keluhan sulit tidur menurun
20. Tekanan darah membaik
3. Keluhan sering terjaga menurun
21. Proses berfikir membaik
4. Keluhan tidak puas tidur menurun
22. Fokus membaik
5. Keluhan pola tidur berubah menurun
23. Fungsi berkemih membaik
6. Keluhan istirahat tidak cukup menurun
24. Perilaku membaik
3. Identifikasi makanan dan minuman yang
25. Nafsu makan membaik
mengganggu tidur
26. Pola tidur membaik
4. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
Terapeutik : 1. Modifikasi lingkungan
tidur
2. Diagnosis Keperawatan :
10. Berjalan jarak jauh meningkat 3. Identifikasi makanan dan minuman yang
- Suhu : 36,5°C
a. Pre Op
No Hari/Tgl No.Dx Implementasi Evaluasi 2. Kamis/ 20 Juni 2019 II Jam 09.00 WIB
Paraf
Manajemen Nyeri
1. Rabu/ 19
Observasi : 1. Mengidentifikasi lokasi,
Juni 2019 karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeriJam 09.30 WIB
I Jam
S : - Pasien mengatakan masih nyeri pada
09.00 anus
Observasi : Terapeutik :
pembentuk gas, pedas dan mengandung 3. Kamis/ 20 Juni 2019 III Jam 09.00 WIB
laktosa
Manajemen Nutrisi
- Pasien tampak gelisah
Observasi :
- Pasien tampak letih
1. Mengidentifikasi status nutrisi Jam 09.30
- Pasien tampak memakai WIB
Manajemen Nutrisi
- IMT = 21,48
Observasi : I Jam
- Pasien tampak letih di siang harinya rasa nyeri (mis.suhu ruangan, pencahayaan,
Observasi : no. 1 - 4
tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang - Tampak disekitar mata pasien hitam
Dukungan Tidur
Identitas Pasien
Dalam melakukan pengkajian kasus pada pasien Tn. B, penulis tidak menemukan kesulitan
dalam berkomunikasi dengan pasien sehingga penulis memperoleh dan mendapatkan informasi
langsung dari pasien.
Riwayat kesehatan
Saat melakukan pengkajian riwayat kesehatan sekarang penulis tidak menemukan kesenjangan
terhadap tanda dan gejala yang ditemukan ditinjauan kasus yaitu : tidak ada perdarahan karena
hemoroid yang dialami oleh pasien hemoroid eksterna, nyeri yang dirasakan pasien.
Saat melakukan pengkajian riwayat kesehatan dahulu penulis menemukan bahwa pasien pernah
dirawat di RS dengan riwayat hernia 7 tahun yang lalu, memiliki riwayat jantung 8 tahun yang
lalu, memiliki riwayat paru 4 tahun yang lalu, memiliki riwayat hipertensi, dan memiliki riwayat
maag.
Riwayat kesehatan keluarga
Saat melakukan pengkajian riwayat kesehatan keluarga dari genogram keluarga, pasien
mengatakan bahwa dikeluarga pasien tidak ada satu pun keluarga yang menderita penyakit yang
sama dengan pasien dan menderita penyakit keturunan lainnya.
Pemeriksaan fisik
Saat melakukan pengkajian pemeriksaan fisik pada pasien Tn. B tidak didapatkan kesenjangan
data antara antara tinjauan teoritis dengan data yang ditemukan pada saat melakukan pengkajian
pemeriksaan fisik (tinjauan kasus) dikarenakan dalam pemeriksaan fisik ini sangat penting
dilakukan untuk menggali sejauh mana perkembangan penyakit dan kondisi pasien saat ini.
Diagnosis Keperawatan
Pada tinjauan teoritis ditemukan 7 diagnosis keperawatan. 3 diagnosis keperawatan pre op dan 4
diagnosis keperawatan post op. Diagnosis keperawatan yang muncul menurut (Standar Diagnosa
Keperawatan Indonesia) yaitu :
a. Pre Operasi
1) Risiko Perdarahan
2) Risiko Konstipasi
b. Post Operasi
1) Ansietas
2) Intoleransi Aktivitas
3) Risiko Infeksi
4) Nyeri Akut
Sedangkan pada tinjauan kasus, saat dikaji ditemukan 4 diagnosis keperawatan pre op dan 3
diagnosis keperawatan post op yang muncul pada tinjauan kasus karena saat pengkajian lebih
diutamakan diagnosis. Faktor pendukung diagnosis yang muncul adalah :
a. Pre Op
1) Diare berhubungan dengan iritasi
Faktor pendukung diagnosis yang pertama yaitu saat melakukan pengkajian tanggal 19 Juni
2019 pasien mengatakan nyeri pada abdomen, pasien mengatakan nyeri disebabkan karena nyeri
pada anus menjalar ke abdomen, pasien mengatakan nyeri yang dirasakan di abdomen seperti
terasa diiris-iris, pasien mengatakan skala nyeri yang dirasakan di abdomen sampai 4, pasien
mengatakan nyeri di abdomen dirasakan setiap malam hingga mengganggu tidur saat malam
hari, pasien mengatakan tidak nyaman, pasien tampak gelisah, pasien tampak letih, pasien
tampak memakai pampers/pembalut, bising usus 32x/menit, BAB pasien tampak cair, BAB 6-
7x/hari.
Faktor pendukung untuk diagnosis kedua yaitu pasien mengatakan nyeri pada anus, pasien
mengatakan nyeri disebabkan karena adanya benjolan pada anus, pasien mengatakan nyeri yang
dirasakan di anus terasa diiris-iris, pasien mengatakan skala nyeri yang dirasakan pada anus
sampai 6, pasien mengatakan nyeri di anus dirasakan setiap malam hingga mengganggu tidur
saat malam hari, pasien mengatakan tidak nyaman, pasien mengatakan letih, pasien tampak ada
benjolan di anusnya, pasien tampak meringis, pasien tampak gelisah, pasien tampak letih, skala
nyeri di anus 6.
Faktor pendukung untuk diagnosis ketiga yaitu pasien mengatakan tidak nafsu makan, pasien
mengatakan lemah, pasien mengatakan nyeri pada abdomen, pasien tampak lemah, pasien
tampak menghabiskan ½ porsi makanan, bising usus 32x/menit, BB sebelum sakit : 60 kg, BB
saat sakit : 53 kg, IMT = 21,48.
Faktor pendukung untuk diagnosis keempat yaitu pasien mengatakan nyeri di anus dan abdomen
dirasakan setiap malam hingga mengganggu tidur saat malam hari, pasien mengatakan tidak
nyaman, pasien tampak sulit tidur, tampak disekitar mata pasien hitam, pasien tampak gelisah,
pasien tampak letih di siang harinya, pasien tampak sering menguap, pasien tampak sering
mengeluh.
b. Post Op
Faktor pendukung diagnosis yang pertama yaitu saat melakukan pengkajian tanggal 21 Juni 2019
pasien mengatakan nyeri pada anus setelah operasi, pasien mengatakan nyeri yang dirasakan di
anus terasa diiris-iris, pasien mengatakan skala nyeri yang dirasakan pada anus sampai 4, pasien
mengatakan nyeri di anus dirasakan setiap malam hingga mengganggu tidur saat malam hari,
pasien mengatakan tidak nyaman, pasien tampak meringis, pasien tampak gelisah, skala nyeri 4.
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Faktor pendukung diagnosis yang kedua yaitu pasien mengatakan sulit untuk duduk setelah
operasi, pasien mengatakan letih, pasien mengatakan dalam beraktivitas dibantu keluarg, pasien
tampak meringis, pasien tampak dibantu dalam beraktivitas, pasien tampak bedrest, pasien
tampak lemah.
Faktor pendukung diagnosis yang ketiga yaitu pasien mengatakan nyeri di anus dirasakan setiap
malam hingga mengganggu tidur saat malam hari, pasien tampak gelisah, pasien tampak lemah,
pasien tampak sulit tidur, tampak disekitar mata pasien hitam, skala nyeri 4.
Dari penjabaran diatas penulis dapat membahas antara lain : pada diagnosis teoritis terdapat 3
diagnosis pre op yaitu : risiko perdarahan, risiko konstipasi, risiko ketidakseimbangan cairan
dan 4 diagnosis post op yaitu : ansietas, intoleransi aktivitas, risiko infeksi, nyeri akut.
Sedangkan pada saat penulis melakukan pengkajian penulis menemukan 4 diagnosis pre op yaitu
: diare berhubungan dengan iritasi, nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis, defisit
nutrisi berhubungan dengan kurang asupan makanan gangguan pola tidur berhubungan dengan
nyeri dan 3 diagnosis post op antara lain : nyeri akut berhubungan dengan pasca operasi,
intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, gangguan pola tidur berhubungan dengan
nyeri karena luka insisi.
Maka dari diagnosis teoritis dan diagnosis kasus yang didapatkan penulis menetapkan tidak ada
kesamaan dalam diagnosis pre op dan 2 (dua) kesamaan diagnosis post op dengan diagnosis
teoritis, sedangkan 3 (tiga) diagnosis pre op teoritis dan 2 (dua) diagnosis post op tidak
ditemukandikarenakan pada saat melakukan pengkajian tidak ada ditemukan data pendukung
seperti : keluhan, tanda dan gejala terkait dengan diagnosis tersebut.
Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah semua tindakan asuhan yang perawat lakukan atas nama pasien.
Tindakan ini termasuk intervensi yang di prakarsai oleh perawat, dokter, atau intervensi
kolaboratif (Mc. Closky & Bulechek, 2004). Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan
kepada pasien berdasarkan prioritas masalah yang ditemukan tidak semua rencana tindakan pada
teori dapat ditegakkan pada tinjauan kasus, karena rencana tindakan pada tinjauan kasus
disesuaikan dengan keluhan dan keadaan pasien.
a. Pre Op
Diare berhubungan dengan iritasi, rencana tindakan yang dilakukan kepada pasien yaitu
identifikasi penyebab diare, identifikasi riwayat pemberian makanan, monitor warna, volume,
frekuensi, dan konsistensi tinja, monitor tanda dan gejala hypovolemia (mis. takikardia, nadi
teraba lemah, tekanan darah turun, turgor kulit turun, mukosa mulut kering, CRT melambat, BB
menurun, monitor jumlah pengeluaran diare, monitor keamanan penyiapan makanan, anjurkan
makanan porsi kecil dan sering secara bertahap, anjurkan menghindarimakanan pembentuk gas,
pedas dan mengandung laktosa.
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis, rencana tindakan yang dilakukan kepada
pasien yaitu identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri,
identifikasi skala nyeri, identifikasi respon nyeri non verbal, kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan), fasilitasi istirahat dan
tidur, jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri, jelaskan strategi meredakan nyeri, ajarkan
teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
Defisit nutrisi berhubungan dengan kurang asupan makanan rencana tindakan yang akan
dilakukan kepada pasien yaitu identifikasi status nutrisi, identifikasi alergi dan intoleransi
makanan, identifikasi makanan yang disukai, identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient,
monitor asupan makanan, monitor berat badan, monitor hasil pemeriksaan laboratorium.
4) Untuk diagnosis keempat Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri rencana tindakan
yang akan dilakukan kepada pasien yaitu identifikasi pola aktivitas dan tidur, identifikasi factor
pengganggu tidur (fisik atau psikologis), identifikasi makanan dan minuman yang menggangg
tidur, identifikasi obat tidur yang dikonsumsi, modifikasi lingkungan, batasi waktu tidur siang,
fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur, jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit,
anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur.
b. Post Op
Nyeri akut berhubungan dengan pasca operasi, rencana tindakan yang dilakukan kepada pasien
yaitu identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, identifikasi
skala nyeri, identifikasi respon nyeri non verbal, kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis.suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan), fasilitasi istirahat dan tidur, jelaskan
penyebab, periode, dan pemicu nyeri, jelaskan strategi meredakan nyeri. ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, rencana tindakan yang dilakukan kepada
pasien yaitu identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan, monitor
kelelahan fisik dan emosional, monitor pola dan jam tidur, monitor lokasi dan ketidaknyamanan
selama melakukan aktivitas, sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus, lakukan latihan
rentang gerak pasif dan/atau aktif, anjurkan tirah baring, anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap, anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang.
3) Untuk diagnosis ketiga
Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri karena luka insisi, rencana tindakan yang
dilakukan kepada pasien yaitu identifikasi pola aktivitas dan tidur, identifikasi faktor
pengganggu tidur (fisik atau psikologis), identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu
tidur, identifikasi obat tidur yang dikonsumsi, modifikasi lingkungan, batasi waktu tidur siang,
fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur, jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit,
anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur.
Implementasi Keperawatan
Pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan (intervensi). Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat pada kebutuhan
pasien, faktor-fakor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan dan kegiatan komunikasi. Setelah rencana tindakan ditetapkan, maka dilanjutkan
dengan melakukan rencana tersebut dalam bentuk nyata, sebelum diterapkan kepada pasien
terlebih dahulu melakukan pendekatan kepada pasien dan keluarga pasien agar tindakan yang
akan diberikan dapat disetujui pasien dan keluarga pasien, sehingga seluruh rencana tindakan
asuhan keperawatan sesuai dengan masalah yang dihadapi pasien.
a. Pre Op
Diare berhubungan dengan iritasi, rencana tindakan yang dilakukan kepada pasien yaitu
mengidentifikasi penyebab diare, mengidentifikasi riwayat pemberian makanan, memonitor
warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja, memonitor tanda dan gejala hypovolemia (mis.
takikardia, nadi teraba lemah, tekanan darah turun, turgor kulit turun, mukosa mulut kering, CRT
melambat, BB menurun, memonitor jumlah pengeluaran diare, memonitor keamanan penyiapan
makanan, menganjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap, menganjurkan
menghindari makanan pembentuk gas, pedas dan mengandung laktosa.
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis, rencana tindakan yang dilakukan kepada
pasien yaitu mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri,
mengidentifikasi skala nyeri, mengidentifikasi respon nyeri non verbal, kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan), memfasilitasi istirahat dan
tidur, menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri, menjelaskan strategi meredakan nyeri,
mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri rencana tindakan yang akan dilakukan kepada
pasien yaitu mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur, mengidentifikasi faktor pengganggu tidur
(fisik atau psikologis), mengidentifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur,
mengidentifikasi obat tidur yang dikonsumsi, memodifikasi lingkungan, membatasi waktu tidur
siang, memfasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur, menjelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit, menganjurkan menepati kebiasaan waktu tidur.
b. Post Op
Nyeri akut berhubungan dengan pasca operasi, rencana tindakan yang dilakukan kepada pasien
yaitu mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri,
mengidentifikasi skala nyeri, mengidentifikasi respon nyeri non verbal, mengontrol lingkungan
yang memperberat rasa nyeri (mis.suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan), memfasilitasi
istirahat dan tidur, menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri, menjelaskan strategi
meredakan nyeri, mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, rencana tindakan yang dilakukan kepada
pasien yaitu mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan, memonitor
kelelahan fisik dan emosional, memonitor pola dan jam tidur, memonitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas, menyediakan lingkungan nyaman dan rendah
stimulus, melakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif, menganjurkan tirah baring,
menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap, menganjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri karena luka insisi, rencana tindakan yang
dilakukan kepada pasien yaitu mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur, mengidentifikasi faktor
pengganggu tidur (fisik atau psikologis), mengidentifikasi makanan dan minuman yang
mengganggu tidur, mengidentifikasi obat tidur yang dikonsumsi, memodifikasi lingkungan,
membatasi waktu tidur siang, memfasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur, menjelaskan
pentingnya tidur cukup selama sakit, menganjurkan menepati kebiasaan waktu tidur.
Dalam melakukan rencana tindakan, penulis tidak menemukan kesulitan yang berarti, hal ini
disebabkan karena :
a. Adanya faktor perencanaan yang baik dan keaktifan keluarga dalam perawatan sehingga
memudahkan untuk melakukan asuhan pada tindakan keperawatan.
b. Pendekatan yang dilakukan dengan baik sehingga keluarga merasa percaya dan memudahkan
dalam pemberian serta pelaksanaan tindakan keperawatan.
c. Adanya kerja sama yang baik antara penulis dengan petugas ruangan sehingga penulis
mendapatkan bantuan dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan.
Evaluasi Keperawatan
Dari 4 diagnosis keperawatan pre op dan 3 diagnosis keperawatan post op penulis tegakkan
sesuai dengan apa yang penulis temukan dalam melakukan studi kasus dan melakukan asuhan
keperawatan kurang lebih sudah mencapai perkembangan yang lebih baik dan optimal, maka
dari itu dalam melakukan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang maksimal memerlukan
adanya kerja sama antara penulis dengan pasien, perawat, dokter, dan tim kesehatan lainnya.
Penulis mengevaluasi melihat catatan perkembangan pasien selama 3 hari berturut-turut dari
tanggal 19 sampai dengan tanggal 21 Juni 2019.
a. Pre Op
1) Diare berhubungan dengan iritasi sebagian teratasi karena pasien masih memakai
pampers/pembalut dan BAB pasien masih cair, BAB 3-4x/hari.
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis belum teratasi karena benjolan pada
anus pasien masih terasa nyeri oleh pasien.
3) Defisit nutrisi berhubungan dengan kurang asupan makanan teratasi sebagian karena sudah
mulai bisa menghabiskan 1 porsi makanan yang disediakan rumah sakit, pasien masih tampak
lemah, dan BB juga belum ada kenaikan.
4) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri belum teratasi karena pasien masih tampak
sulit tidur karena nyeri, tampak disekitar mata pasien hitam, pasien tampak letih di siang harinya,
pasien tampak sering menguap.
b. Post Op
karena pasien masih tampak meringis karena nyeri pasca operasi dan pasien tampak gelisah.
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan belum teratasi karena pasien tampak
dibantu dalam beraktivitas, pasien tampak bedrest, dan pasien tampak lemah.
3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri karena luka insisi belum teratasi karena
pasien tampak gelisah, pasien tampak lemah, pasien tampak sulit tidur karena nyeri pasca
operasi, tampak disekitar mata pasien hitam.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. B dengan Haemoroid diruang Ambun Suri
Lantai 1 RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2019. Haemoroid adalah varikositis
akibat pelebaran (dilatasi) pleksus vena hemorrhoidalis interna. Mekanisme terjadinya
hemorhoid belum diketahui secara jelas. Hemorhoid berhubungan dengan konstipasi kronis
disertai penarikan feces Pleksus vena hemorrhoidalis interna terletak pada rongga submukosa di
atas valvula morgagni. Kanalis anal memisahkannya dari pleksus vena hemorrhoidalis eksterna,
tetapi kedua rongga berhubungan di bawah kanalis anal, yang submukosanya melekat pada
jaringan yang mendasarinya untuk membentuk depresi inter hemorrhoidalis.
Hemorhoid sangat umum dan berhubungan dengan peningkatan tekanan hidrostatik pada
system porta, seperti selama kehamilan, mengejan waktu berdefekasi, atau dengan sirosis
hepatis. (Isselbacher,2000)
Didalam pengkajian pada tanggal 19 juni 2019 ditemukan masalah pada Tn.B adalah pasien
haemoroid dengan keadaan pre operasi dengan 4 diagnosis keperawatan yaitu diare berhubungan
dengan iritasi, nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis, defisit nutrisi berhubungan
dengan kurang asupan makanan, gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri. Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama 2 hari, pasien sudah mulai menghabiskan porsi makanan
yang disediakan Rumah Sakit, diare pasien sudah sedikit berkurang dari hari sebelumnya, pasien
masih merasakan nyeri pada anusnya, dan pasien masih sulit tidur pada malam hari karena nyeri
yang dirasakan. Dan dilakukan pengkajian kembali pada tanggal 21 juni 2019 ditemukan
masalah pada Tn.B dengan post operasi haemoroid dengan 3 diagnosis keperawatan yaitu nyeri
akut berhubungan dengan pasca operasi, intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan,
dan gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri karena luka insisi.
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 hari, pasien masih merasakan nyeri pada anus
pasca operasi, pasien juga merasakan kelemahan dalam beraktivitas sehingga aktivitas pasien
dibantu oleh keluarga pasien, dan pasien masih tetap sulit tidur pada malam hari karena kurang
kontrol tidur yang disebabkan oleh nyeri karena luka insisi.
Pengkajian asuhan keperawatan pada pasien dengan haemoroid dapat dilakukan dengan
baik.
Pada diagnosis asuhan keperawatan pada pasien haemoroid dapat dirumuskan 4 diagnosis pre
op dan 3 diagnosis pasca op pada tinjauan kasus yaitu :
a. Pre Op
b. Post Op
Saran
teknologi.
Dapat meningkatkan kualitas dan mutu dalam memberikan asuhan keperawatan dan
mengembangkan ilmu keperawatan menjadi lebih maju.
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien haemoroid sebaiknya lebih tanggap dalam
memberi tindakan keperawatan secara cepat dan tepat serta memberikan penyuluhan tentang
penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Pierce A, Grace & Neil R Borley. 2007. At a Glance : Ilmu Bedah Ed.3.Jakarta : EMS
R. Syamsuhidajat & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Ed.2.
beberapa sumber web : Conectique.com, hemorrhoid.net dan dewabenny.com
Sjamsuhidayat, Win de Jong. Hemoroid, Dalam : Buku Ajaran Ilmu Bedah,Ed.2.jakarta. EGC,
2004.