Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn.

DENGAN HEMOROID DI RUMAH SAKIT WIDYA

DHARMA HUSADA TANGERANG

LIDIYA RISKA PUTRI

NIM : 231030230722

PROGAM PROFESI NERS

STIKes Widya Dharma Husada Tangerang

Tahun 2023
BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Hemoroid
Hemoroid adalah pelebaran vena (varises) dari plekus venosis hemoroidalis yang
ditemukan pada anal kanal (Diyono & Sri Mulyati, 2013). Hemoroid adalah bagian
vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid sangat umum terjadi. Pada usia 50-
an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luasnya vena yang
terkena (Smeltzer dan Bare, 2002). Jadi, hemoroid adalah terjadinya distensi atau
pelebaran pada pembuluh darah vena di daerah anus yang berasal dari plexus
hemoroidalis.

B. Etiologi dan Faktor Resiko


Menurut Smeltzer dan Bare (2002), etiologi dari hemoroid adalah :
1. Faktor predisposisi :
a. Herediter atau keturunan
Dalam hal ini yang menurun dalah kelemahan dinding pembuluh darah, dan
bukan hemoroidnya.
b. Anatomi
Vena di daerah masentrorium tidak mempunyai katup. Sehingga
darah mudah kembali menyebabkan bertambahnya tekanan di
pleksus hemoroidalis.
c. Makanan misalnya, kurang makan-makanan berserat
d. Pekerjaan seperti mengangkat beban terlalu berat
e. Psikis
2. Faktor presipitasi :
a. Faktor mekanis (kelainan sirkulasi parsial dan peningkatan tekanan intra
abdominal) misalnya, mengedan pada waktu defekasi.
b. Fisiologis
c. Radang
d. Konstipasi menahun
e. Kehamilan
f. Usia tua
g. Diare kronik
h. Pembesaran prostat
i. Fibroid uteri
j. Penyakit hati kronis yang disertai hipertensi portal

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya hemoroid adalah:

a. Diet tinggi serat.


Rendahnya mengkonsumsi makanan yang berserat tinggi mengakibatkan feses
mengeras sehingga dapat menyebabkan trauma pada plexus hemoroidalis.
b. Konstipasi
Konstipasi merupakan suatu keadaan kesulitan untuk melakukan buang air
besar dan diperlukan mengedan yang kuat Ketika buang air besar. Hal ini
disebabkan oleh feses yang kering dan keras pada colon desenden yang
menumpuk karena absorpsi cairan berlebihan . keadaan konstipasi
menyebabkan waktu mengedan yang lebih lama sehingga tertekan yang kuat
pada saat mengedan dapat mengakibatkan trauma pada plexus hemoroidalis dan
terjadi penyakit hemoroid
c. Usia lanjut
Pada usia lanjut terjadi degenerasi jaringan-jaringan tubuh. Musculussphincter
terjadi tipis dan terjadi dan terjadi penurunan kontraksi sphincter (anus). Kedua
hal diatas menyebabkan kelemahan sphincter dan timbul prolaps pada anus.
d. Aktifitas fisik berat.
Seseorang yang mempunya yang mempunyai aktifitas berat dalam jangka
waktu yang lama dan frekuensi rutin, maka akan menyebabkan peningkatan
tekanan venahemoroid sehingga menyebabkan pengakit hemoroid.
e. Kehamilan.
Wanita hamil mengalami peningkatan hormon progesterone yang
mengakibatkan peristaltic saluran pencernaan melambat dan otot-ototnya
berelaksasi. Relaksasi mengakibatkan konstipasi. Wanita hamil juga mengalami
peningkatan tekanan intra abdomen yang akan menekan dari vena di rektrum.
Proses melahirkan juga dapat menyebabkan hemoroid karena adanya
penekanan yang berlebihan pada plexus hemoroidalis.

C. Patofosiologi
Hemoroid dapat terjadi pada individu yang sehat. Hemoroid umumnya menyebabkan
gejala ketika mengalami pembesaran, peradangan atau prolapse sebagaian besar penulis
setuju bahwa diet rendah serat menyebabkan bentuk fases mnjadi kecil, yang bias
menyebabkan kondisi mengejan selama BAB peningkatan tekanan ini menyebabkan
pembengkakan dari hemoroid, kemungkinan gangguan venous return. Hemoroid
eksterna diklasifikasi sebagai akut dan kronis. Bentuk akut berupa pembekakan bulat
kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan suatu hematoma. Trombosis
akut biasa berkaitan dengan peristiwa tertentu seperti tenaga fisik, berusaha dengan
mengejan, diare atau perubahan dalam diet. Kondisi hemoroid eksternal memberikan
menifestasi kurang higenis akibat kelembaban dan rangsangan akumulasi mukus.
Keluarnya mukus dan terdapat feses pada pakaian dalam merupakan ciri hemoroid yang
mengalami prolapse menetap (Brunner & Suddarth, 2013).

Menurut (Nugroho, 2011) Hemoroid dapat di sebabkan oleh tekanan abdominal yang
mampu menekan vena hemoroidalis sehingga menyebabkan dilatasi pada vena, dapat
di bagi menjadi 2, yaitu Interna dan Eksterna. Yang pertama Interna (dilatasi sebelum
spinter) yang di tandai dengan bila membesar baru nyeri, bila vena pecah BAB berdarah
sehingga dapat menyebabkan anemia. Eksterna (dilatasi sesudah spinter) di tandai
dengan nyeri dan bila vena pecah BAB berdarah-trombosit-inflamasi.

Hemoroid dapat terjadi pada individu yang sehat. Hemoroid umumnya menyebabkan
gejala ketika mengalami pembesaran, peradangan, atau prolapse. Diet rendah serat
menyebabkan bentuk fases menjadi kecil yang bisa menyebabkan kondisi mengejan
selama BAB, peningkatan tekanan ini menyebabkan pembengkakan dari hemoroid
(Muttaqin,2011).

D. Manifestasi Klinis
Menurut (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012) tanda dan gejala pada hemoroid yaitu :
1. Rasa gatal dan nyeri, bersifat nyeri akut. Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah
cedera akut, penyakit, atau intervensi bedah dan memiliki proses yang cepat dengan
intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat) dan yang berlangsung sangat
singkat. (Andarmoyo, 2013).
2. Pendarahan berwarna merah terang pada saat pada saat BAB.
3. Pada hemoroid eksternal, sering timbul nyeri hebat akibat inflamasi dan edema
yang disebabkan oleh thrombosis (pembekuan darah dalam hemoroid) sehingga
dapat menimbulkan iskemia dan nekrosis pada area tersebut.

E. Komplikasi
Komplikasi penyakit ini adalah perdarahan hebat, abses, fistula para anal, dan
inkarserasi. Untuk hemoroid eksterna, pengobatannya selalu operatif. Tergantung
keadaan, dapat dilakukan eksisi atau insisi trombus serta pengeluaran trombus.
Komplikasi jangka panjang adalah struktur ani karena eksisi yang berlebihan.

F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Konservatif
a. Koreksi konstipasi jika ada, meningkatkan konsumsi serat, laksatif, dan
menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan kostipasi seperti kodein.
b. Perubahan gaya hidup lainya seperti meningkatkan konsumsi cairan,
menghindari konstipasi dan mengurangi mengejan saat buang air besar.
c. Kombinasi antara anestesi lokal, kortikosteroid, dan antiseptic dapat
mengurangi gejala gatal-gatal dan rasa tak nyaman pada hemoroid. Penggunaan
steroid yang berlama-lama harus dihindari untuk mengurangi efek samping.
Selain itu suplemen flavonoid dapat membantu mengurangi tonus vena,
mengurangi hiperpermeabilitas serta efek anti inflamasi meskipun belum
diketahui bagaimana mekanismenya.
2. Pembedahan
Apabila hemoroid internal derajat 1 yang tidak membaik dengan penatalaksanaan
konservatif maka dapat dilakukan Tindakan pembedahan. HIST(hemorrhoid
institute of south texas) menetapkan indikasi tatalaksana pembedahan hemoroid
antara lain:
a. Hemoroid internal derajat II berulang.
b. Hemoroid derajat III dan IV dengan gejala.
c. Mukosa rectum menonjol keluar anus.
d. Hemoroid derajat I dan II dengan penyakit penyerta seperti fissure
e. Kegagalan penatalaksanaan konservatif.
f. Permintaan pasien.

Penatalaksanaan luka post operasi hemoroidektomi merupakan Tindakan untuk


merawat luka dan melakukan pembalutan dengan tujuan mencegah infeksi silang
(masuk melalui luka) dan mempercepat penyembuhan luka. Selain itu, perawatan
hemoroidektomi juga dapat dilakukan dengan cara keluhan dikurangi rendam
duduk menggunakan larutan hangat untuk mengurangi nyeri atau gesekan pada
waktu berjalan dan sedasi (Brunner & Suddarth, 2013).

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok dubur). Pada pemeriksaan
colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab tekanan vena di
dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba apabila
sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis
dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok
dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.
a. Pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi atau rectoscopy.
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar.
Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi
litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin,
penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna
terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita
diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan
atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan
keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus
diperhatikan.
b. Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan
disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena
hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feses
harus diperiksa terhadap adanya darah samar.
c. Rontgen (colon inloop) dan/atau kolonoskopi.
d. Pemeriksaan darah, urin, feses sebagai pemeriksaan penunjang.
BAB II
Asuhan Keperawatan

A. Konsep Asuhan Keperawatan Hemoroid


1. Pengkajian Fokus
Pengkajian fokus keperawatan yang perlu diperhatikan pada penderita
hemoroid pre dan post hemoroidektomi ada berbagai macam, meliputi:
a. Demografi
Hemoroid sangat sering dijumpai dan terjadi pada sekitar 35%
penduduk yang berusia lebih dari 25 tahun. Laki-laki maupun
perempuan bisa mengalami hemoroid. Karena faktor pekerjaan seperti
angkat berat, mengejan pada saat defekasi, pola makan yang salah bias
mengakibatkan feses menjadi keras dan terjadinya hemoroid,
kehamilan.
b. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit diare kronik, konstipasi kronik, kehamilan,
hipertensi portal, pembesaran prostat, fibroid uteri, dan tumor rektum.
c. Pengkajian pola fungsional Gordon
(1) Pola persepsi kesehatan dan management Kesehatan
Konsumsi makanan rendah serat, pola BAB yang salah (sering
mengedan saat BAB), riwayat diet, penggunaan laksatif, kurang
olahraga atau imobilisasi, kebiasaan bekerja contoh : angkat berat,
duduk atau berdiri terlalu lama.
(2) Pola nutrisi dan metabolic
Mual, muntah, anoreksia, penurunan berat badan, membrane
mukosa kering, kadar hemoglobin turun
(3) Pola eliminasi
Pola eliminasi feses : konstipasi, diare kronik dan mengejan
saat BAB.
(4) Pola aktivitas dan Latihan
Kurang olahraga atau imobilisasi, Kelemahan umum, keterbatasan
beraktivitas karena nyeri pada anus sebelum dan sesudah operasi.
(5) Pola istirahat dan tidur
Gangguan tidur (insomnia/ karena nyeri pada anus sebelum dan
sesudah operasi).
(6) Pola persepsi sensori dan kognitif
Pengkajian kognitif pada pasien hemoroid pre dan post
hemoroidektomi yaitu rasa gatal, rasa terbakar dan nyeri, sering
menyebabkan perdarahan berwarna merah terang pada saat
defekasi dan adanya pus.
(7) Pola hubungan dengan orang lain
Kesulitan menentukan kondisi, misal tak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran biasanya dalam bekerja.
(8) Pola reproduksi dan seksual
Penurunan libido.
(9) Pola persepsi dan konsep diri
Pasien biasanya merasa malu dengan keadaannya, rendah diri,
ansietas, peningkatan ketegangan, takut, cemas, trauma jaringan,
masalah tentang pekerjaan.
d. Pemeriksaan fisik
(1) Keluhan umum : malaise, lemah, tampak pucat
(2) Tingkat kesadaran : komposmentis sampai koma.
(3) Pengukuran antropometri : berat badan menurun.
(4) Tanda vital : tekanan darah meningkat, suhu meningkat, takhikardi,
hipotensi.
(5) Abdomen : nyeri pada abdomen berhubungan dengan saat defekasi.
(6) Kulit : Turgor kulit menurun, pucat.
(7) Anus : Pembesaran pembuluh darah balik (vena) pada anus,
terdapat benjolan pada anus, nyeri pada anus, perdarahan
e. Pemeriksaan penunjang
pemeriksaan penunjang pada penderita hemoroid yaitu :
(1) Colok dubur, apabila hemoroid mengalami prolaps, lapisan epitel
penutup bagian yang menonjol ke luar ini mengeluarkan mucus
yang dapat dilihat apabila penderita diminta mengedan. Pada
pemeriksaan colok dubur hemoroid intern tidak dapat diraba sebab
tekanan vena didalamnya tidak cukup tinggi, dan biasanya tidak
nyeri. Colok dubur diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan
karsinoma rectum.
(2) Anoskop, diperlukan untuk melihat hemoroid intern yang tidak
menonjol ke luar. Anoskop dimasukkan dan di putar untuk
mengamati keempat kuadran. Hemoroid intern terlihat sebagai
stuktur vascular yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita
diminta mengedan sedikit, ukuran hemoroid akan membesar dan
penonjolan atau prolaps akan lebih nyata.
(3) Proktosigmoidoskopi, perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa
keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses
keganasan ditingkat yang lebih tinggi, karena hemoroid merupakan
keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feses harus
diperiksa terhadap adanya darah samar.

2. Diagnosa, Luaran, dan Intervensi Keperawatan


Pada asuhan keperawatan atau Askep Hemoroid dengan pendekatan sdki
slki dan siki, beberapa diagnosa keperawatan yang sering timbul, luaran dan
kriteria hasil, serta intervensi yang bisa dilakukan antara lain:
a. Gangguan Integritas kulit dan jaringan b/d Faktor mekanis dan
perubahan sirkulasi (D.0129)
Luaran: Integritas kulit dan jaringan meningkat (L.14125)
(1) Elastisitas meningkat
(2) Hidrasi dan perfusi jaringan meningkat
(3) Kerusakan jaringan menurun
(4) Kerusakan lapisan kulit menurun
(5) Nyeri menurun
(6) Perdarahan dan kemerahan menurun
(7) Suhu kulit, sensasi, dan tekstur membaik

Intervensi Keperawatan:

(1) Perawatan Integritas Kulit (I.11353)


(a) Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. Perubahan
sirkulasi, perubahan status nutrisi, peneurunan kelembaban, suhu
lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas)
(b) Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah baring
(c) Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode
diare
(d) Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit
kering
(e) Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada
kulit sensitif
(f) Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
(g) Anjurkan menggunakan pelembab (mis. Lotin, serum)
(h) Anjurkan minum air yang cukup
(i) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
(j) Anjurkan meningkat asupan buah dan saur
(k) Anjurkan menghindari terpapar suhu ektrime

(2) Perawatan Luka (I.14564)


(a) Monitor karakteristik luka (mis: drainase,warna,ukuran,bau
(b) Monitor tanda tanda infeksi
(c) lepaskan balutan dan plester secara perlahan
(d) Cukur rambut di sekitar daerah luka, jika perlu
(e) Bersihkan dengan cairan NACL atau pembersih non
toksik,sesuai kebutuhan
(f) Bersihkan jaringan nekrotik
(g) Berika salep yang sesuai di kulit /lesi, jika perlu
(h) Pasang balutan sesuai jenis luka
(i) Pertahan kan teknik seteril saaat perawatan luka
(j) Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
(k) Jadwalkan perubahan posisi setiap dua jam atau sesuai kondisi
pasien
(l) Berikan diet dengan kalori 30-35 kkal/kgBB/hari dan
protein1,25-1,5 g/kgBB/hari
(m) Berikan suplemen vitamin dan mineral (mis vitamin A,vitamin
C,Zinc,Asam amino),sesuai indikasi
(n) Jelaskan tandan dan gejala infeksi
(o) Anjurkan mengonsumsi makan tinggi kalium dan protein
(p) Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
(q) Kolaborasi prosedur debridement (mis: enzimatik biologis
mekanis,autolotik), jika perlu
(r) Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu

b. Konstipasi b/d ketidakcukpan serat (D.0049)

Luaran: Eliminasi Fekal Membaik (L.04033)

(1) Kontrol pengeluaran feses meningkat


(2) Mengejan saat defekasi menurun
(3) Distensi abdomen menurun
(4) Terasa massa pada rektal menurun
(5) Nyeri abdomen menurun
(6) Kram abdomen menurun
(7) Konsistensi feses membaik
(8) Frekuensi defekasi membaik
(9) Peristaltik usus membaik

Intervensi Keperawatan: Manajemen Konstipasi

(a) Periksa tanda dan gejala konstipasi


(b) Periksa pergerakan usus dan karakteristik feses
(c) Identifikasi faktor resiko konstipasi
(d) Jelaskan etiologi masalah dan alasan tindakan
(e) Anjurkan peningkatan asupan cairan jika tidak ada kontraindikasi
(f) Ajarkan cara mengatasi konstipasi / impaksi
(g) Anjurkan diet tinggi serat
(h) Lakukan masase abdomen jika perlu
(i) Lakukan evakuasi feses secara manual jika perlu
(j) Berikan enema atau irigasi jika perlu
(k) Kolaborasi penggunaan obat pencahar jika perlu

c. Nyeri Akut b/d agen pencedera fisik dan fisiologis (D.0077)


Luaran: Tingkat nyeri menurun (L.08066)
(1) Keluhan nyeri menurun
(2) Merigis menurun
(3) Sikap protektif menurun
(4) Gelisah dan kesulitan tidur menurun
(5) Anoreksia, mual, muntah menurun
(6) Ketegangan otot dan pupil dilatasi menurun
(7) Pola napsa dan tekanan darah membaik

Intervensi keperawatan:

(1) Manajemen Nyeri (I.08238)


(a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
(b) Identifikasi skala nyeri
(c) Identifikasi respon nyeri non verbal
(d) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
(e) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
(f) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
(g) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
(h) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
(i) Monitor efek samping penggunaan analgetik
(j) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
(k) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
(l) Fasilitasi istirahat dan tidur
(m) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
(n) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
(o) Jelaskan strategi meredakan nyeri
(p) Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
(q) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
(r) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(s) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

(2) Pemberian Analgetik (I.08243)


(a) Identifikasi karakteristik nyeri (mis. Pencetus, pereda, kualitas,
lokasi, intensitas, frekuensi, durasi)
(b) Identifikasi riwayat alergi obat
(c) Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis. Narkotika, non-
narkotika, atau NSAID) dengan tingkat keparahan nyeri
(d) Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian
analgesik
(e) Monitor efektifitas analgesik
(f) Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk mencapai
analgesia optimal, jika perlu
(g) Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus opioid
untuk mempertahankan kadar dalam serum
(h) Tetapkan target efektifitas analgesic untuk mengoptimalkan
respon pasien
(i) Dokumentasikan respon terhadap efek analgesic dan efek yang
tidak diinginkan
(j) Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
(k) Kolaborasi
(l) Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S. (2013). Konsep & Proses Keperawatan Nyeri. Jogjakarta: Ar-Ruzz

Brunner & Suddarth. (2013). Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &

Suddarth Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Diyono, Mulyanti, 2013. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan,

Dilengkapi Contoh Studi Kasus Dengan Aplikasi Nanda Nic Noc

Mansjoer, A, 2008, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem

Muskuluskeletal, Jakarta: EGC

Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan

Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : Salemba medika.

Nugroho, T. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah Dan Paenyakit

Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika

Smeltzer dan Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih Bahasa

Yasmin Asih. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Sugeng, Jitowiyono dan Weni Kristiyanasari. (2012). Asuhan Keperawatan Post

Operasi, Yogyakarta: Penerbit Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai