Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN PADA TN.

N DENGAN POST-OP
HEMOROID DI RUANG IGD RSU SITI AMINAH BUMIAYU

Disusun Guna Memenuhi Syarat Praktek Keperawatan Gawat Darurat & Kritis

Disusun Oleh :

PRATIWI AYUNINGTYAS

2211040039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2023
A. Definisi
Hemoroid adalah pelebaran varices satu segmen atau lebih vena-
vena hemoroidalis (Mansjoer, 2000). Hemoroid atau ”wasir (ambeien)”
merupakan vena varikosa pada kanalis ani. Hemoroid timbul akibat
kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan aliran balik dari vena
hemoroidalis. Hemoroid sering dijumpai dan terjadi pada sekitar 35%
penduduk berusia lebih dari 25 tahun. Walaupun keadaan ini tidak
mengancam jiwa, namun dapat menimbulkan perasaan yang sangat tidak
nyaman (Price dan Wilson, 2006).
Penyakit hemoroid sering menyerang usia diatas 50 tahun.
Hemoroid seringkali dihubungkan dengan konstipasi kronis dan
kehamilan. Terkadang dihubungkan dengan diare, sering mengejan,
pembesaran prostat, fibroid uteri, dan tumor rectum. Komplikasi dapat
menyebabkan nyeri hebat, gatal dan perdarahan rectal (Chandrasoma,
2006; Price dan Wilson, 2006).
Hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya dilakukan pada jaringan
yang benar-benar berlebihan untuk penderita yang mengalami keluhan
menaun dan pada penderita hemoroid derajat III dan IV (Sjamsuhidayat
dan Jong, 2000).
B. Etiologi
a) Faktor Predisposisi
adalah herediter, anatomi, makanan, psikis dan sanitasi, sedangkan
sebagai faktor presipitasi adalah faktor mekanis (kelainan sirkulasi
parsial dan peningkatan tekanan intra abdominal), fisiologis dan
radang umumnya faktor etiologi tersebut tidak berdiri sendiri tetapi
saling berkaitan. Menurut Tambayong (2000) faktor predisposisi dapat
diakibatkan dari kondisi hemoroid. Hemoroid berdarah mungkin akibat
dari hipertensi portal kantong-kantong vena yang melebar menonjol ke
dalam saluran anus dan rectum terjadi trombosis, ulserasi, dan
perdarahan, sehingga nyeri mengganggu. Darah segar sering tampak
sewaktu defekasi atau mengejan. Menurut Smeltzer dan Bare (2002)
hemoroid sangat umum terjadi pada usia 50-an, 50% individu
mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan vena yang melebar,
mengawali atau memperberat adanya hemoroid.
b) Faktor Penyebab
Adapun faktor penyebab terjadinya hemoroid adalah sebagai berikut:
1) Mengejan pada waktu defekasi.
2) Konstipasi yang menahun yang tanpa pengobatan.
3) Pembesaran prostat.
4) Keturunan atau hereditas.
5) Kelemahan dinding structural dari dinding pembuluh darah.
6) Peningkatan tekanan intra abdomen (seperti: Kehamilan, berdiri
dan duduk terlalu lama dan konstipasi).
C. Tanda Gejala
a) Tanda
1. Perdarahan
Umumnya merupakan tanda pertama hemoroid interna trauma
oleh feces yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar
dan tidak bercampur dengan feces. Walaupun berasal dari vena,
darah yang keluar berwarna merah segar karena kaya akan zat
asam, jumlahnya bervariasi.
2. Nyeri
Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan
hemoroid interna dan hanya timbul pada hemoroid eksterna
yang mengalami trombosis dan radang.
b) Gejala
 Anemia dapat terjadi karena perdarahan hemoroid yang berulang.
 Jika hemoroid bertambah besar dapat terjadi prolap awalnya dapat
tereduksi spontan. Pada tahap lanjut pasien harus memasukkan
sendiri setelah defekasi dan akhirnya sampai pada suatu keadaan
dimana tidak dapat dimasukkan.
 Keluarnya mucus dan terdapatnya feces pada pakaian dalam
merupakan ciri hemoroid yang mengalami prolap menetap.
 Rasa gatal karena iritasi perianal dikenal sehingga pruritis anus
rangsangan mucus.
D. Klasifikasi
a) Hemoroid Internal
Adalah pelebaran plexus hemoroidalis superior. Diatas garis
mukokutan dan ditutupi oleh mukosa diatas sfingter ani. Hemoroid
internal dikelompokkan dalam 4 derajat :
1) Derajat I
Hemoroid menyebabkan perdarahan merah segar tanpa rasa nyeri
sewaktu defekasi. Tidak terdapat prolap dan pada pemeriksaan terlihat
menonjol dalam lumen.
2) Derajat II
Hemoroid menonjol melalui kanal analis pada saat mengejan ringan
tetapi dapat masuk kembali secara spontan.
3) Derajat III
Hemoroid akan menonjol saat mengejan dan harus didorong kembali
sesudah defekasi.
4) Derajat IV
Hemoroid menonjol keluar saat mengejan dan tidak dapat didorong
masuk kembali.
b) Hemoroid Eksternal
Adalah hemoroid yang menonjol keluar saat mengejan dan tidak dapat
didorong masuk. Hemoroid eksternal dikelompokkan dalam 2 kategori
yaitu:
1. Akut
Bentuk hemoroid akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada
pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma. Walaupun
disebut sebagai hemoroid trombosis eksterna akut. Bentuk ini
sering sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit
merupakan reseptor nyeri.
2. Kronik
Bentuk hemoroid eksterna kronik adalah satu atau lebih lipatan
kulit anus yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit
pembuluh darah.
E. Patofisiologi
Dalam keadaan normal sirkulasi darah yang melalui vena
hemoroidalis mengalir dengan lancar sedangkan pada keadaan hemoroid
terjadi gangguan aliran darah balik yang melalui vena hemoroidalis.
Gangguan aliran darah ini antara lain dapat disebabkan oleh peningkatan
tekanan intra abdominal. Vena porta dan vena sistematik, bila aliran darah
vena balik terus terganggu maka dapat menimbulkan pembesaran vena
(varices) yang dimulai pada bagian struktur normal di regio anal, dengan
pembesaran yang melebihi katup vena dimana sfingter anal membantu
pembatasan pembesaran tersebut. Hal ini yang menyebabkan pasien
merasa nyeri dan feces berdarah pada hemoroid interna karena varices
terjepit oleh sfingter anal.
Peningkatan tekanan intra abdominal menyebabkan peningkatan
vena portal dan vena sistemik dimana tekanan ini disalurkan ke vena
anorektal. Arteriola regio anorektal menyalurkan darah dan peningkatan
tekanan langsung ke pembesaran (varices) vena anorektal. Dengan
berulangnya peningkatan tekanan dari peningkatan tekanan intra
abdominal dan aliran darah dari arteriola, pembesaran vena (varices)
akhirnya terpisah dari otot halus yang mengelilinginya ini menghasilkan
prolap pembuluh darah hemoroidalis. Hemoroid interna terjadi pada
bagian dalam sfingter anal, dapat berupa terjepitnya pembuluh darah dan
nyeri, ini biasanya sering menyebabkan pendarahan dalam feces, jumlah
darah yang hilang sedikit tetapi bila dalam waktu yang lama bisa
menyebabkan anemia defisiensi besi.
Hemoroid eksterna terjadi di bagian luar sfingter anal tampak
merah kebiruan, jarang menyebabkan perdarahan dan nyeri kecuali bila
vena ruptur. Jika ada darah beku (trombus) dalam hemoroid eksternal bisa
menimbulkan peradangan dan nyeri hebat.
F. Pathway

Obstipasi, kehamilan, banyak duduk,


kongestinal renal

Tekanan intra abdomen

Hemoroid

Hemoroidectomy

Luka post-op

Diskontinuitas jaringan

Nyeri

G. Penatalaksanaan
Terapi yang diberikan disesuaikan dengan klasifikasi hemoroid yaitu
untuk derajat I dapat dicoba dengan menghilangkan faktor-faktor
penyebab, misalnya saat konstipasi dengan menghindari mengejan
berlebihan saat BAB. Memberi nasehat untuk diit tinggi serat, banyak
makan sayur, buah dan minum air putih paling sedikit 2.000 cc/hari dan
olahraga ringan secara teratur, serta kurangi makan makanan yang
merangsang dan daging, menjaga hygiene daerah anorektal dengan baik,
jika ada infeksi beri antibiotika peroral. Bila terdapat nyeri yang terus-
menerus dapat diberikan suppositoria, untuk melancarkan defekasi, dapat
diberikan cairan parafin atau larutan magnesium sulfat 10%. Bila dengan
pengobatan di atas tidak ada perbaikan, diberikan terapi skleroting
(sodium moruat) 5% atau fenol. Penyuntikan dilakukan antara mukosa dan
varices, dengan harapan timbul fibrosis dan hemoroid mengecil.
Kontraindikasi pengobatan ini adalah hemoroid eksterna, radang dan
adanya fibrosis hebat di sekitar hemoroid interna.
Pada hemoroid derajat II dapat dicoba dengan terapi sklerosing secara
bertahap. Apabila terapi sklerosing tidak berhasil dapat dilakukan tindakan
operasi.
Pada derajat III dapat dicoba dengan rendaman duduk. Cara lain yang
dapat dilakukan adalah operasi, bila ada peradangan diobati dahulu.
Teknik operasi pada hemoroid antara lain :
1. Prosedur ligasi pita-karet
Prosedur ligasi pita-karet dengan cara melihat hemoroid melalui
anoscop dan bagian proksimal diatas garis mukokutan di pegang
dengan alat. Kemudian pita karet kecil diselipkan diatas hemoroid
yang dapat mengakibatkan bagian distal jaringan pada pita karet
menjadi nekrotik setelah beberapa hari dan lepas. Tindakan ini
memuaskan pada beberapa pasien, namun pasien yang lain merasakan
tindakan ini menyebabkan nyeri dan menyebabkan hemoroid
sekunder dan infeksi perianal.
2. Hemoriodektomi kriosirurgi
Metode ini dengan cara mengangkat hemoroid dengan jalan
membekukan jaringan hemoroid selama beberapa waktu tertentu
sampai waktu tertentu. Tindakan ini sangat kecil sekali menimbulkan
nyeri. Prosedur ini tidak terpakai luas karena menyebakan keluarnya
rabas yang berbau sangat menyengat dan luka yang ditimbulkan lama
sembuh.
3. Laser Nd : YAG
Metode ini telah digunakan saat ini dalam mengeksisi hemoroid,
terutama hemoroid eksternal. Tindakan ini cepat menimbulkan nyeri.
Hemoragi dan abses jarang menjadi komplikasi pada periode pasca
operatif.
4. Hemoridektomi
Hemoroidektomi atau eksisi bedah, dapat dilakukan untuk
mengangkat semua jaringan sisa yang terlibat dalam proses ini. Setelah
prosedur operatif selesai, selang kecil dimasukkan melaui sfingter
untuk memungkinkan keluarnya flatus dan darah.
Untuk Terapi setelah operasi dapat dilakukan dengan cara suppositoria
yang mengandung anestesi, antibiotika, analgetik dan astrigent. Tiga
hari post operasi diberikan diit rendah sisa untuk menahan BAB. Jika
sebelum tiga hari ingin BAB, tampon dibuka dan berikan rendaman
PK hangat (37oC) dengan perbandingan 1:4000 selama 15-20 menit.
Setelah BAB, lalu dipasang lagi tampon baru. Jika setelah tiga hari
post operasi pasien belum BAB diberi laxantia. Berikan rendaman
duduk dengan larutan PK hangat (37oC), perbandingan 1:4000 selama
15-20 menit sampai dengan 1-2 minggu post operasi.
Pada penatalaksanaan hemoroid tingkat IV dapat dilakukan dengan
istirahat baring dan juga operasi. Bila ada peradangan diobati dahulu.
H. Pemeriksaan Penunjang
a) Inspeksi
o Hemoroid eksterna mudah terlihat terutama bila sudah
mengandung thrombus.
o Hemoroid interna yang prolap dapat terlihat sebagai benjolan yang
tertutup mukosa.
o Untuk membuat prolap dengan menyuruh pasien mengejan.
b) Rectal touch
o Hemoroid interna biasanya tidak teraba dan tidak nyeri, dapat
teraba bila sudah ada fibrosis
o Rectal touch diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan
karsinoma recti.
o Anoscopi
 Pemeriksaan anoscopi diperlukan untuk melihat hemoroid interna
yang belum prolap. Anoscopi dimasukkan dan dilakukan sebagai
struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lubang.
I. Asuhan keperawatan
Post-op hemproid
1) Pengkajian
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan adalah
pengkajian mengenai keadaan lingkungan yang tenang (nyaman),
pengkajian mengenai pengetahuan tentang perawatan pre operasi.
Selain itu juga penting dilakukan pengkajian mengenai harapan
klien setelah operasi.
b. Pengkajian pola nutrisi metabolik setelah operasi adalah
mengenai kepatuhan klien dalam menjalani diit setelah operasi.
c. Pengkajian pola eliminasi setelah operasi adalah ada tidaknya
perdarahan. Pengkajian mengenai pola BAB dan buang air kecil.
Pemantauan klien saat mengejan setelah operasi, juga kebersihan
setelah BAB dan buang air kecil.
d. Pengkajian pola aktivitas dan latihan yang penting adalah
mengenai aktivitas klien yang dapat menimbulkan nyeri,
pengkajian keadaan kelemahan yang dialami klien.
e. Pengkajian pola tidur dan istirahat adalah mengenai gangguan
tidur yang dialami klien akibat nyeri.
f. Pengkajian pola persepsi kognitif adalah mengenai tindakan yang
dilakukan klien bila timbul nyeri.
g. Pengkajian pola persepsi dan konsep diri klien adalah kecemasan
yang dialami klien setelah operasi.
2) Diagnosa Keperawatan
o Nyeri b.d. adanya luka operasi
o Gangguan mobilitas fisik b.d. menurunnya kekuatan/ketahanan
konstruktur nyeri.
o Resiko tinggi perdarahan b.d. hemoroidectomi
3) Intervensi Keperawatan
a. Nyeri akut b.d adanya luka operasi
Kriteria Hasil: klien mengatakan nyeri pada luka operasi
berkurang dengan skala nyeri 0-1, wajah pasien tampak rileks.
Rencana tindakan:
 Kaji skala nyeri
 Anjurkan teknik nafas dalam dan pengalihan perhatian.
 Berikan posisi supine.
 Observasi tanda-tanda vital.
 Berikan bantalan flotasi di bawah bokong saat duduk.
 Kolaborasi untuk rendaman duduk setelah tampon
diangkat.
 Kolaborasi untuk pemberian terapi analgetik.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, H. A. A. 2007. Riset keperawatan dan Tekhnik Penulisan Ilmiah. Edisi 2.


Jakarta: Salemba Medika.

Carpenito, L. J. 2001. Buku saku diagnosa keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC.

Chandrasoma, T. 2006. Ringkasan patologi anatomi. Edisi2. Jakarta: EGC.

Corwin, E. J. 2000. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC.

Doenges, M. E. 2000. Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk perencanaan


dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.
RESUME KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
POST-OP HEMOROID
PADA TN. N DI RUANG IGD RSU SITI AMINAH BUMIAYU

Disusun Oleh :

PRATIWI AYUNINGTYAS

2211040039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2023
FORMAT RESUME KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Nama Mahasiswa : Pratiwi Ayuningtyas Nama Pasien : Tn. N


NIM : 2211040039 Umur : 50 th
Hari/Tanggal : Kamis/23 Maret 2023 Dx Medis : Hemoroid

I. PENGKAJIAN
A. Primary Survey
 Airway
Look : pasien tidak terpasang alat bantu nafas, feel : jalan
nafas lancar, tidak terdapat sumbatan jalan napas, listen :
tidak terdapat ronchi ataupun wheezing.
 Breathing
Look : bentuk dada simetris, tidak terdapat bantuan otot
pernapasan, frekuensi nafas 20 x/menit, SPO2 98%, listen :
tidak terdapat bunyi nafas tambahan.
 Circulation
Feel : akral teraba hangat, S : 36,70C, look : CRT < 3 detik,
listen : TD 142/52 mmHg, N : 53 x/menit.
 Disability
Kesadaran composmentis, GCS E4M6V5.
 Exposure
Tidak terdapatbutterfly rash diwajah pasien, tidak ada jejas.
B. Secondary Survey dengan KOMPAK (Trauma) & Keluhan
Utama (Non Trauma)
 Keluhan utama : pasien mengatakan nyeri.
 Riwayat penyakit sekarang : pasien mengatakan nyeri, P :
anus, Q : post-op, R : seperti ditusuk, S : skala 9, T : terus
menerus. KU pasien cukup, pasien terlihat lemas, pasien
tampak meringis, TD 142/52 mmHg, N : 53 x/menit, RR :
20 x/menit. Terapi obat yang diberikan LVFD RL 20 tpm,
Cefotoxime 2x1 gr.
 Riwayat penyakit dahulu : pasien mengatakan tidak
memiliki riwayat penyakit.
C. Asuhan Keperawatan
 Diagnosa Keperawatan Utama
Nyeri akut b/d agen pencedera fisik
 Rencana Keperawatan
Tgl/ waktu Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
23 Maret Nyeri akut b/d Tingkat Nyeri (L. 08066). Manajemen Nyeri (I.
2023 pukul agen pencedera Setelah dilakukan tindakan 08238).
07.46 fisik keperawatan 1x24 jam, - Identifikasi lokasi,
diharapkan tingkat nyeri karakteristik,
pasien teratasi dengan kriteria durasi, frekuensi,
hasil : intensitas nyeri
Indikator A T - Identifikasi skala
Keluhan nyeri 1 4 nyeri
Meringis 1 4 - Berikan teknik non
Gelisah 1 4 farmakologis untuk
Ket : mengurangi rasa
1 : meningkat nyeri
2 : cukup meningkat - Fasilitasi istirahat
3 : sedang dan tidur
4 : cukup menurun - Ajarkan teknik non
5 : menurun farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri
- Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu.
 Implementasi & Evaluasi
Tgl/ waktu Implementasi & Respon Evaluasi Paraf
23 Maret - Mengidentifikasi lokasi, S : Pratiwi
2023 pukul karakteristik, durasi, - Pasien mengatakan
07.50 frekuensi, intensitas masih merasakan nyeri
nyeri P : anus
- Mengidentifikasi skala Q : post-op
nyeri R : seperti ditusuk
- Memberikan teknik non S : skala 7
farmakologis untuk T : terus menerus
mengurangi rasa nyeri O:
- Memfasilitasi istirahat - Pasien tampak meringis
dan tidur - Pasien tampak gelisah
- Mengajarkan teknik non A :
farmakologis untuk Indikator A T A
mengurangi rasa nyeri Keluhan nyeri 1 4 3
Meringis 1 4 3
Gelisah 1 4 3
P : lanjutkan intervensi
- Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Ajarkan teknik non
farmakologis

Anda mungkin juga menyukai