N DENGAN POST-OP
HEMOROID DI RUANG IGD RSU SITI AMINAH BUMIAYU
Disusun Guna Memenuhi Syarat Praktek Keperawatan Gawat Darurat & Kritis
Disusun Oleh :
PRATIWI AYUNINGTYAS
2211040039
Hemoroid
Hemoroidectomy
Luka post-op
Diskontinuitas jaringan
Nyeri
G. Penatalaksanaan
Terapi yang diberikan disesuaikan dengan klasifikasi hemoroid yaitu
untuk derajat I dapat dicoba dengan menghilangkan faktor-faktor
penyebab, misalnya saat konstipasi dengan menghindari mengejan
berlebihan saat BAB. Memberi nasehat untuk diit tinggi serat, banyak
makan sayur, buah dan minum air putih paling sedikit 2.000 cc/hari dan
olahraga ringan secara teratur, serta kurangi makan makanan yang
merangsang dan daging, menjaga hygiene daerah anorektal dengan baik,
jika ada infeksi beri antibiotika peroral. Bila terdapat nyeri yang terus-
menerus dapat diberikan suppositoria, untuk melancarkan defekasi, dapat
diberikan cairan parafin atau larutan magnesium sulfat 10%. Bila dengan
pengobatan di atas tidak ada perbaikan, diberikan terapi skleroting
(sodium moruat) 5% atau fenol. Penyuntikan dilakukan antara mukosa dan
varices, dengan harapan timbul fibrosis dan hemoroid mengecil.
Kontraindikasi pengobatan ini adalah hemoroid eksterna, radang dan
adanya fibrosis hebat di sekitar hemoroid interna.
Pada hemoroid derajat II dapat dicoba dengan terapi sklerosing secara
bertahap. Apabila terapi sklerosing tidak berhasil dapat dilakukan tindakan
operasi.
Pada derajat III dapat dicoba dengan rendaman duduk. Cara lain yang
dapat dilakukan adalah operasi, bila ada peradangan diobati dahulu.
Teknik operasi pada hemoroid antara lain :
1. Prosedur ligasi pita-karet
Prosedur ligasi pita-karet dengan cara melihat hemoroid melalui
anoscop dan bagian proksimal diatas garis mukokutan di pegang
dengan alat. Kemudian pita karet kecil diselipkan diatas hemoroid
yang dapat mengakibatkan bagian distal jaringan pada pita karet
menjadi nekrotik setelah beberapa hari dan lepas. Tindakan ini
memuaskan pada beberapa pasien, namun pasien yang lain merasakan
tindakan ini menyebabkan nyeri dan menyebabkan hemoroid
sekunder dan infeksi perianal.
2. Hemoriodektomi kriosirurgi
Metode ini dengan cara mengangkat hemoroid dengan jalan
membekukan jaringan hemoroid selama beberapa waktu tertentu
sampai waktu tertentu. Tindakan ini sangat kecil sekali menimbulkan
nyeri. Prosedur ini tidak terpakai luas karena menyebakan keluarnya
rabas yang berbau sangat menyengat dan luka yang ditimbulkan lama
sembuh.
3. Laser Nd : YAG
Metode ini telah digunakan saat ini dalam mengeksisi hemoroid,
terutama hemoroid eksternal. Tindakan ini cepat menimbulkan nyeri.
Hemoragi dan abses jarang menjadi komplikasi pada periode pasca
operatif.
4. Hemoridektomi
Hemoroidektomi atau eksisi bedah, dapat dilakukan untuk
mengangkat semua jaringan sisa yang terlibat dalam proses ini. Setelah
prosedur operatif selesai, selang kecil dimasukkan melaui sfingter
untuk memungkinkan keluarnya flatus dan darah.
Untuk Terapi setelah operasi dapat dilakukan dengan cara suppositoria
yang mengandung anestesi, antibiotika, analgetik dan astrigent. Tiga
hari post operasi diberikan diit rendah sisa untuk menahan BAB. Jika
sebelum tiga hari ingin BAB, tampon dibuka dan berikan rendaman
PK hangat (37oC) dengan perbandingan 1:4000 selama 15-20 menit.
Setelah BAB, lalu dipasang lagi tampon baru. Jika setelah tiga hari
post operasi pasien belum BAB diberi laxantia. Berikan rendaman
duduk dengan larutan PK hangat (37oC), perbandingan 1:4000 selama
15-20 menit sampai dengan 1-2 minggu post operasi.
Pada penatalaksanaan hemoroid tingkat IV dapat dilakukan dengan
istirahat baring dan juga operasi. Bila ada peradangan diobati dahulu.
H. Pemeriksaan Penunjang
a) Inspeksi
o Hemoroid eksterna mudah terlihat terutama bila sudah
mengandung thrombus.
o Hemoroid interna yang prolap dapat terlihat sebagai benjolan yang
tertutup mukosa.
o Untuk membuat prolap dengan menyuruh pasien mengejan.
b) Rectal touch
o Hemoroid interna biasanya tidak teraba dan tidak nyeri, dapat
teraba bila sudah ada fibrosis
o Rectal touch diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan
karsinoma recti.
o Anoscopi
Pemeriksaan anoscopi diperlukan untuk melihat hemoroid interna
yang belum prolap. Anoscopi dimasukkan dan dilakukan sebagai
struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lubang.
I. Asuhan keperawatan
Post-op hemproid
1) Pengkajian
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan adalah
pengkajian mengenai keadaan lingkungan yang tenang (nyaman),
pengkajian mengenai pengetahuan tentang perawatan pre operasi.
Selain itu juga penting dilakukan pengkajian mengenai harapan
klien setelah operasi.
b. Pengkajian pola nutrisi metabolik setelah operasi adalah
mengenai kepatuhan klien dalam menjalani diit setelah operasi.
c. Pengkajian pola eliminasi setelah operasi adalah ada tidaknya
perdarahan. Pengkajian mengenai pola BAB dan buang air kecil.
Pemantauan klien saat mengejan setelah operasi, juga kebersihan
setelah BAB dan buang air kecil.
d. Pengkajian pola aktivitas dan latihan yang penting adalah
mengenai aktivitas klien yang dapat menimbulkan nyeri,
pengkajian keadaan kelemahan yang dialami klien.
e. Pengkajian pola tidur dan istirahat adalah mengenai gangguan
tidur yang dialami klien akibat nyeri.
f. Pengkajian pola persepsi kognitif adalah mengenai tindakan yang
dilakukan klien bila timbul nyeri.
g. Pengkajian pola persepsi dan konsep diri klien adalah kecemasan
yang dialami klien setelah operasi.
2) Diagnosa Keperawatan
o Nyeri b.d. adanya luka operasi
o Gangguan mobilitas fisik b.d. menurunnya kekuatan/ketahanan
konstruktur nyeri.
o Resiko tinggi perdarahan b.d. hemoroidectomi
3) Intervensi Keperawatan
a. Nyeri akut b.d adanya luka operasi
Kriteria Hasil: klien mengatakan nyeri pada luka operasi
berkurang dengan skala nyeri 0-1, wajah pasien tampak rileks.
Rencana tindakan:
Kaji skala nyeri
Anjurkan teknik nafas dalam dan pengalihan perhatian.
Berikan posisi supine.
Observasi tanda-tanda vital.
Berikan bantalan flotasi di bawah bokong saat duduk.
Kolaborasi untuk rendaman duduk setelah tampon
diangkat.
Kolaborasi untuk pemberian terapi analgetik.
DAFTAR PUSTAKA
Disusun Oleh :
PRATIWI AYUNINGTYAS
2211040039
I. PENGKAJIAN
A. Primary Survey
Airway
Look : pasien tidak terpasang alat bantu nafas, feel : jalan
nafas lancar, tidak terdapat sumbatan jalan napas, listen :
tidak terdapat ronchi ataupun wheezing.
Breathing
Look : bentuk dada simetris, tidak terdapat bantuan otot
pernapasan, frekuensi nafas 20 x/menit, SPO2 98%, listen :
tidak terdapat bunyi nafas tambahan.
Circulation
Feel : akral teraba hangat, S : 36,70C, look : CRT < 3 detik,
listen : TD 142/52 mmHg, N : 53 x/menit.
Disability
Kesadaran composmentis, GCS E4M6V5.
Exposure
Tidak terdapatbutterfly rash diwajah pasien, tidak ada jejas.
B. Secondary Survey dengan KOMPAK (Trauma) & Keluhan
Utama (Non Trauma)
Keluhan utama : pasien mengatakan nyeri.
Riwayat penyakit sekarang : pasien mengatakan nyeri, P :
anus, Q : post-op, R : seperti ditusuk, S : skala 9, T : terus
menerus. KU pasien cukup, pasien terlihat lemas, pasien
tampak meringis, TD 142/52 mmHg, N : 53 x/menit, RR :
20 x/menit. Terapi obat yang diberikan LVFD RL 20 tpm,
Cefotoxime 2x1 gr.
Riwayat penyakit dahulu : pasien mengatakan tidak
memiliki riwayat penyakit.
C. Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Utama
Nyeri akut b/d agen pencedera fisik
Rencana Keperawatan
Tgl/ waktu Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
23 Maret Nyeri akut b/d Tingkat Nyeri (L. 08066). Manajemen Nyeri (I.
2023 pukul agen pencedera Setelah dilakukan tindakan 08238).
07.46 fisik keperawatan 1x24 jam, - Identifikasi lokasi,
diharapkan tingkat nyeri karakteristik,
pasien teratasi dengan kriteria durasi, frekuensi,
hasil : intensitas nyeri
Indikator A T - Identifikasi skala
Keluhan nyeri 1 4 nyeri
Meringis 1 4 - Berikan teknik non
Gelisah 1 4 farmakologis untuk
Ket : mengurangi rasa
1 : meningkat nyeri
2 : cukup meningkat - Fasilitasi istirahat
3 : sedang dan tidur
4 : cukup menurun - Ajarkan teknik non
5 : menurun farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri
- Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu.
Implementasi & Evaluasi
Tgl/ waktu Implementasi & Respon Evaluasi Paraf
23 Maret - Mengidentifikasi lokasi, S : Pratiwi
2023 pukul karakteristik, durasi, - Pasien mengatakan
07.50 frekuensi, intensitas masih merasakan nyeri
nyeri P : anus
- Mengidentifikasi skala Q : post-op
nyeri R : seperti ditusuk
- Memberikan teknik non S : skala 7
farmakologis untuk T : terus menerus
mengurangi rasa nyeri O:
- Memfasilitasi istirahat - Pasien tampak meringis
dan tidur - Pasien tampak gelisah
- Mengajarkan teknik non A :
farmakologis untuk Indikator A T A
mengurangi rasa nyeri Keluhan nyeri 1 4 3
Meringis 1 4 3
Gelisah 1 4 3
P : lanjutkan intervensi
- Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Ajarkan teknik non
farmakologis