Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

SISTEM PENCERNAAN ( PENYAKIT HEMOROID )

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Dasar

Disusun Oleh :

Baharudin Ependi E.0105.20.009

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN TK.1

2020-202

1
A. Pengertian
Menurut Daldiyono hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen /
lebih pembuluh darah vena hemoroidales (bacon) pada poros usus dan
anus yang disebabkan karena otot & pembuluh darah sekitar anus / dubur
kurang elastis sehingga cairan darah terhambat dan membesar.
Hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen atau lebih vena-vena
hemoroidales ( bacon) (Kapita Selekta Kedokteran).
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis yang
tidak merupakan keadaan patologik ( Buku Ajar Ilmu Bedah)
Hemoroid adalah dilatasi varikosus vena  pleksus hemoroidalis
inferior atau superior, akibat peningkatan tekanan vena yang persisten
( Kamus Kedokteran Dorland)
Hemoroid adalah bagian vena yang berdolatasi kanal anal. Hemoroid
dibagi menjadi 2,   yaitu hemoroid interna dan eksterna. Hemoroid interna
merupakan varises vena hemoroidalis suparior dan media dan hemoroid
eksterna merupakan varises vena hemoroidalis inferior. Sesuai dengan 
istilah yang digunakan, maka hemoroid eksterna timbul disebelah luar otot
sfingter ani, dan hemoroid interna timbul di sebelah dalam sfingter. (Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah).
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis yang
tidak merupakan keadaan patologik. Hanya apabila hemoroid ini
menyebabkan keluhan atau penyulit diperlukan tindakan(R.
Sjamsuhidayat, wim de jong).
Hemoroid adalah suatu pelebaran dari vena-vena di dalam pleksus
hemoroidalis. Walaupun kondisi ini merupakan suatu kondisi fisiologis,

2
tetapi karena sering menyebabkan keluhan pada pasien sehingga
memberikan manifestasi untuk diberikan intervensi.
Hemoroid mempunyai nama lain, seperti wasir dan ambeien. Sesuai
tampilan klinis, hemoroid dibedakan menjadi hemoroid interna dan
hemoroid eksterna. Hemoroid interna adalah pelebaran vena pada pleksus
hemoroidalis superior di atas garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa.
Hemoroid eksterna yang merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus
hemoroid inferior terdapat di sebelah distal garis mukokutan di dalam
jaringan di bawah epitel anus.

B. Etiologi
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan
aliran balik dari vena hemoroidalis. Beberapa factor etiologi telah
digunakan, termasuk peradangan pada usus, seperti pada kondisi kolitis
ulseratif atau penyakit Crohn, konstipasi, sering mengejan, kongesti pelvis
pada kehamilan, konsumsi makanan rendah serat, obesitas, pembesaran
prosfat; fibroma arteri dan tumor rectum. Penyakit hati kronik yang
disertai hipertensi portal sering mengakibatkan hemoroid karena vena
hemoroidalis superior mengalirkan darah ke dalam system portal. Selain
itu system portal tidak mempunyai katup sehingga mudah terjadi aliran
balik.

C. Patofisiologi
Faktor penyebab faktor-faktor hemoroid adalah mengedan saat
defekasi, konstipasi menahun, kehamilan dan obesitas. Keempat hal diatas
menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal lalu di transmisikan ke
derah anorektal dan elevasi yang tekanan yang berulang-ulang
mengakibatkan vena hemoroidalis mengalami prolaps. Hasil di atas
menimbulkan gejala gatal atau priritus anus akibat iritasi hemoroid dengan
feses, perdarahan akibat tekanan yang terlalu kuat dan feses yang keras
menimbulkan perdarahan, dan ada udema dan peradangan akibat infeksi
yang terjadi saat ada luka akibat perdarahan.Hemoroid dapat terjadi pada

3
individu yang sehat. Hemoroid umumnya menyebabkan gejala ketika
mengalami pembesaran, peradangan, atau prolaps.
Sebagian besar penulis setuju bahwa diet rendah serat menyebabkan
bentuk feses menjadi kecil, yang bisa mengakibatkan kondisi mengejan
selama BAB. Peningkatan tekanan ini menyebabkan pembengkakan dari
hemoroid, kemungkinan gangguan oleh venous return. Kehamilan atau
obesitas memberikan tegangan abnormal dari otot sfingter internal juga
dapat menyebabkan masalah hemoroid, mungkin melalui mekanisme yang
sama. Penurunan venous return dianggap sebagai mekanisme aksi. Kondisi
terlalu lama duduk di toilet (atau saat membaca) ditakini menyebabkan
penurunan relatif venous return di daerah perianal (yang disebut dengan
efek tourniquet), mengakibatkan kongesti vena dan terjadilah hemoroid.
Kondisi penuaan menyebabkan melemahnya struktur pendukung, yang
memfasilitasi prolaps. Melemahnya struktur pendukung sudah dapat
terjadi pada awal dekade ketiga (Thornton, 2009).
Mengejan dan konstipasi telah lama dianggap sebagai penyebab dalam
pembentukan hemoroid. Kondisi ini mungkin benar, mungkin juga tidak
(Johanson, 1994). Pasien yang melaporkan hemoroid memiliki tonus kanal
istirahat lebih tinggi dari biasanya. Tonus istirahat setelah
hemorrhoidektomi lebih rendah daripada sebelum prosedur. Perubahan
dalam tonus istirahat adalahmekanisme aksi dilatasi (Gibbons, 1988).
Hipertensi portal telah sering disebutkan dalam hubungannya dengan
hemoroid. Perdarahan masif dari hemoroid pada pasien dengan hipertensi
portal biasanya bersifat masif (Hosking, 1989). Varises anorektal
merupakan kondisi umum pada pasien dengan hipertensi portal. Varises
terjadi di midrektum, di antara sistem portal dan vena inferior rectal.
Varises terjadi lebih sering pada pasien yang nonsirosis, dan mereka
jarang mengalami perdarahan (Chawla, 1991).
Kondisi hemoroid dapat memberikan berbagai manifestasi klinis
berupa nyeri dan perdarahan anus. Hemoroid internal tidak menyebabkan
sakit karena berada di atas garis dentate dan tidak ada inervasi saraf.
Namun, mereka mengalami perdarahan, prolaps, dan sebagai hasil dari

4
deposisi dari suatu iritasi ke bagian sensitive kulit perianal sehingga
menyebabkan gatal dan iritasi. Hemoroid internal dapat menghasilkan rasa
sakit perianal oleh prolaps dan menyebabkan spasme sfingter di sekitar
hemoroid. Spasme otot ini mengakibatkan ketidaknyamanan sekitar anus
(Duthie, 1960). Hemoroid internal juga dapat menyebabkan rasa sakit akut
ketika terjadi inkarserata atau strangulasi (Dodi, 1986). Kondisi strangulasi
dengan nekrosis dapat menyebabkan ketidaknyamanan lebih mendalam.
Ketika kondisi ini terjadi, sering menyebabkan kejang sfingter eksternal
seiring dengan thrombosis. Thrombosis eksternal menyebabkan nyeri akut.
Hemoroid internal yang paling sering menyebabkan perdarahan tanpa
rasa sakit pada saat buang air besar. Perdarahan umumnya merupakan
tanda pertama hemoroid interna akibat trauma oleh feses yang keras dan
vena mengalami rupture. Dengan meningginya spasme sfingter,
perdarahan dapat bersifat muncrat. Darah yang keluar berwarna merah
segar dan tidak tercampur dengan feses, mungkin hanya berupa garis pada
feses atau kertas pembersih sampai pada perdarahan tang terlihat menetes
atau mewarnai air toilet menjadi merah. Walaupun berasal dari vena, darah
yang keluar berwarna merah segar karena kaya akan zat asam. Perdarahan
luas dan intensif di pleksus hemoroidalis menyebabkan darah di vena tetap
merupakan “darah arteri”. Kadang perdarahan hemoroid yang berulang
dapat berakibat timbulnya anemia berat.
Hemoroid internal dapat mendepositkan lender ke jaringan perianal.
Lender pada feses dapat menyebabkan dermatitis local, yang disebut
pruritus ani.
Hemoroid eksternal menyebabkan gejala dalam dua cara. Pertama,
thrombosis akut yang mendasari vena hemoroid eksternal dapat terjadi.
Thrombosis akut biasanya berkaitan dengan peristiwa tertentu, seperti
tenaga fisik, berusaha dengan mengejan, diare, atau perubahan dalam diet.
Nyeri dari inervasi saraf oleh adanya distensi dan edema. Rasa sakit
berlangsung selama 7-14 hari sesuai dengan resolusi thrombosis.
Kondisi hemoroid eksternal memberikan manifestasi kurang hygienis
akibat kelembaban dan rangsangan akumulasi mucus. Keluarnya mucus

5
dan terdapatnya feses pada pakaian dalam merupakan cirri hemoroid yang
mengalami prolaps menetap.

D. Manifestasi Klinik
Hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri dan sering menyebabkan
perdarahan berwarna merah terang pada saat defekasi. Hemoroid eksternal
dihubungkan dengan nyeri hebat akibat inflamasi dan edema yang
disebabkan oleh trombosis. Trombosis adalah pembekuan darah dalam
hemoroid. Ini dapat menimbulkan iskemia pada area tersebut dan nekrosis.
Hemoroid internal tidak selalu menimbulkan nyeri sampai hemoroid ini
membesar dan menimbulkan perdarahan atau prolaps.

E. Klasifikasi
Pada dasarnya hemoroid di bagi menjadi dua klasifikasi, yaitu :
1. Hemoroid Interna
Merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media. Terdapat
pembuluh darah pada anus yang ditutupi oleh selaput lendir yang
basah. Jika tidak ditangani bisa terlihat muncul menonjol ke luar
seperti hemoroid eksterna.
Gejala - gejala dari hemoroid interna adalah pendarahan tanpa rasa
sakit karena tidak adanya serabut serabut rasa sakit di daerah ini. Jika
sudah parah bisa menonjol keluar dan terus membesar sebesar bola
tenis sehingga harus diambil tindakan operasi untuk membuang wasir.
Hemoroid interna terbagi menjadi 4 derajat :
a. Stadium I
Hemoroid interna dengan perdarahan segar tanpa nyeri pada waktu
defekasi.
b. Stadium II
Hemoroid interna yang menyebabkan perdarahan dan mengalami
prolaps pada saat mengedan ringan, tetapi dapat masuk kembali
secara spontan.
c. Stadium III

6
Hemoroid interna yang mengalami perdarahan dan disertai prolaps
dan diperlukan intervensi manual memasukkan ke dalam kanalis.
d. Stadium IV
Hemoroid interna yang yang tidak kembali ke dalam atau berada
terus-menerus di luar.

Stadium Berdarah Menonjol Reposisi

I (+) (-) (-)

II (+) (+) Spontan

III (+) (+) Manual

IV (+) tetap Tidak dapat

2. Hemoroid eksterna
Merupakan varises vena hemoroidalis inferior yang umumnya berada
di bawah otot dan berhubungan dengan kulit. Biasanya wasir ini
terlihat tonjolan bengkak kebiruan pada pinggir anus yang terasa sakit
dan gatal. Hemoroid eksrterna jarang sekali berdiri sendiri, biasanya
perluasan hemoroid interna. Tapi hemoroid eksterna dapat di
klasifikasikan menjadi 2 yaitu:
a. Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir
anus dan sebenarnya adalah hematom, walaupun disebut sebagai
trombus eksterna akut.
Tanda dan gejala yang sering timbul adalah:
1) Sering rasa sakit dan nyeri
2) Rasa gatal pada daerah hemorid
Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung – ujung
saraf pada kulit merupakan reseptor rasa sakit .
b. Kronik

7
Hemoroid eksterna kronik atau “Skin Tag” terdiri atas satu lipatan
atau lebih dari kulit anus yang berupa jaringan penyambung dan
sedikit pembuluh darah.

F. Faktor Risiko
Faktor resiko hemoroid :
1.      Keturunan
Dinding pembuluh darah yang lemah dan tipis
2.      Anatomic
Vena darah anorektal tidak mempunyai katup dan plexus
hemorhoidalis kurang mendapat sokongan otot dan fasi sekitarnya
3.      Pekerjaan
Orang yang harus berdiri dan duduk lama atau harus mengangkat
barang berat, mempunyai predisposisi untuk hemoroid
4.      Umur
Pada umur tua timbul degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga otot
sfingter menjadi tipis dan atonis
5.      Endokrin
Misalnya pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstermitas dan anus
(sekresi hormon kelaksin)
6.      Mekanis
Semua keadaan yang mengakibatkan timbulnya tekanan yang
meninggi dalam rongga perut. Misalnya penderita hipertrofi prostat
7.      Fisiologis
Bendungan pada peredaran darah portal misalnya pada penderita
dekompensiasio hordis atau sikrosis hepatis
8.      Radang
Adalah faktor penting yang menyebabkan fitalitas jaringan di daerah
itu berkurang.

8
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan hitung darah lengkap untuk mendeteksi kadar hematokrit
dan adanya anemia.
2. Pemeriksaan Colok Dubur
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak
dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan
biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar.
Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal.
Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang
lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan
karsinoma rektum.
3. Pemeriksaan Anoskopi
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol
keluar. Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran.
Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan penyumbatnya
dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan
penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai
struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita
diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan
penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan,
derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip,
fissura ani dan tumor ganas harus diperhatikan.
4. Pemeriksaan Proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan
bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat
tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda
yang menyertai. Faeces harus diperiksa terhadap adanya darah samar.

9
H. Penatalaksanaan
1. Non-farmakologi
Bertujuan untuk mencegah perburukan penyakit dengan memperbaiki
cara defekasi. Pelaksanaan berupa perbaikan pola hidup, perbaikan
pola makan dan minum, perbaikan pola atau cara defekasi. Perbaikan
defekasi disebut Bowel Management Program (BMP) yang terdiri atas
diet, cairan, serat tambahan, pelicin feses, dan perubahan perilaku
defekasi (defekasi dalam posisi jongkok/squatting). Makanan berserat
akan menyebabkan gumpalan isi usus besar namun lunak sehingga
mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengedan secara
berlebihan.
Selain itu, lakukan tindakan kebersihan lokal dengan cara merendam
anus dalam air selama 10-15 menit, 2-4 kali sehari dengan larutan
kalium permanganat (PK) 1:10.000 (1 gram bubuk PK dilarutkan
dalam 10 liter air). Dengan perendaman ini, eksudat/sisa tinja yang
lengket dapat dibersihkan. Eksudat/sisa tinja yang lengket dapat
menimbulkan iritasi dan rasa gatal bila dibiarkan.

2. Farmakologi
Bertujuan memperbaiki defekasi dan meredakan atau menghilangkan
keluhan dan gejala. Obat-obat farmakologis hemoroid dapat dibagi
atas empat macam, yaitu:
a. Obat yang memperbaiki defekasi
Terdapat dua macam obat yaitu suplement serat (fiber suplement)
dan pelicin tinja (stool softener). Suplemen serat komersial yang
yang banyak dipakai antara lain psylium atau isphaluga Husk (ex.:
Vegeta, Mulax, Metamucil, Mucofalk) yang berasal dari kulit biji
plantago ovate yang dikeringkan dan digiling menjadi bubuk. Obat

10
ini bekerja dengan cara membesarkan volume tinja dan
meningkatkan peristaltik usus. Efek samping antara lain kentut dan
kembung. Obat kedua adalah laxant atau pencahar (ex.: laxadine,
dulcolax, dll).
b. Obat simptomatik
Bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa
gatal, nyeri, atau kerusakan kulit di daerah anus. Jenis sediaan
misalnya Anusol, Boraginol N/S dan Faktu. Sediaan yang
mengandung kortikosteroid digunakan untuk mengurangi radang
daerah hemoroid atau anus. Contoh obat misalnya Ultraproct,
Anusol HC, Scheriproct.
c. Obat penghenti perdarahan
Perdarahan menandakan adanya luka pada dinding anus atau
pecahnya vena hemoroid yang dindingnya tipis. Psyllium, citrus
bioflavanoida yang berasal dari jeruk lemon dan paprika berfungsi
memperbaiki permeabilitas dinding pembuluh darah.
d. Obat penyembuh dan pencegah serangan
Menggunakan Ardium 500 mg dan plasebo 3×2 tablet selama 4
hari, lalu 2×2 tablet selama 3 hari. Pengobatan ini dapat
memberikan perbaikan terhadap gejala inflamasi, kongesti, edema,
dan prolaps.

3. Tindakan Operatif
Indikasi tindakan operatif pada pasien hemoroid adalah penderita
dengan keluhan menahun dan hemoroid derajat III dan IV, Perdarahan
berulang dan anemia yang tidak sembuh dengan terapi lain yang lebih
sederhana, Hemoroid derajat IV dengan thrombus dan nyeri hebat.
Penderita hemoroid eksterna juga diberikan terapi bedah karena
hemoroid eksterna sudah tidak bisa ditangani dengan tindakan
konservatif. Prinsip yang harus diperhatikan dalam hemoroidektomi
adalah eksisi yang hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar
berlebihan. Eksisi sehemat mungkin dilakukan pada anoderm dan kulit

11
yang normal dengan tidak mengganggu sfingter anus. Eksisi jaringan
ini harus digabung dengan rekonstruksi tunika mukosa karena telah
terjadi deformitas kanalis analis akibat prolapsus mukosa.

I. Komplikasi

1. Terjadi trombosis

Karena hemoroid keluar sehinga lama - lama darah akan membeku dan
terjadi trombosis.

2. Peradangan

Kalau terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi infeksi
dan meradang karena disana banyak kotoran yang ada kuman -
kumannya.

3. Terjadinya perdarahan

Pada derajat satu darah keluar menetes dan memancar. Perdarahan


akut pada umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah
pembuluh darah besar. Hemoroid dapat membentuk pintasan portal
sistemik pada hipertensi portal, dan apabila hemoroid semacam ini
mengalami perdarahan maka darah dapat sangat banyak. Yang lebih
sering terjadi yaitu perdarahan kronis dan apabila berulang dapat
menyebabkan anemia karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak
bisa mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia terjadi secara kronis,
sehingga sering tidak menimbulkan keluhan pada penderita walaupun
Hb sangat rendah karena adanya mekanisme adaptasi. Apabila
hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi (inkarserata/ terjepit)
akan mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan sepsis dan bisa
mengakibatkan kematian.

12
J. Pohon Masalah

Konsumsi Terlalu lama duduk Kehamilan Peradangan pada usus,


makanan rendah di toilet (atau saat , obesitas seperti kolitis ulseratif
serat membaca) atau penyakit Crohn

Feses kecil Penurunan relatif Peningkatan


dan mengejan venous return di frekuensi
selama BAB daerah perianal BAB

Peningkatan Pelebaran dari Melemahnya Seringnya


vena portal vena-vena di struktur pendukung penggunaan
dalam pleksus dan memfasilitasi otot-otot
hemoroidalis prolaps perianal

Resiko Kondisi
Hemoroid
kerusakan penuaan
integritas kulit

Peradangan pada Anoreksia


Kompresi
Nyeri pleksus
saraf lokal
hemoroidalis
Intake
nutrisi tidak
Perdarah Rupture Prolaps adekuat
an anus vena pleksus
feses keluar Risiko
berdarah anus ketidakseim
Intoleran bangan
Anemia si nutrisi
aktivitas kurang dari
kebutuhan

Risiko Interveni Intervensi bedah Gangguan Respons


infeksi skleroterapi hemoroidektomi defekasi psikologis

13
Port de Respons Preoperatif Ansietas,
entree serabut lokal kurang
pengetahuan
Luka BAB III
Pascab
pasca edah
bedah
Kerusakan
jaringan lunak
pascabedah
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
“HEMOROID”

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Hemoroid bisa mengenai siapa saja, baik laki-laki maupun wanita.
Insiden penyakit ini akan meningkat sejalan dengan usia dan mencapai
puncak pada usia 45-65 tahun.
2. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB.
Ada benjolan pada anus atau nyeri pada saat defikasi.
3. Riwayat Penyakit sekarang
Pasien di temukan pada beberapa minggu hanya ada benjolan yang
keluar dan beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh /
terulang kembali. Pada pasien dengan hemoroid bila tidak di lakukan
pembedahan akan kembali RPD, bisa juga di hubungkan dengan
penyakit lain seperti sirosis hepatis.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Biasanya apabila ada anggota keluarga yang menderita hemoroid maka
anggota keluarga yang lain juga akan berisiko untuk menderita

14
hemoroid karena berhubungan dengan dinding pembuluh darah yang
lemah dan tipis yang diturunkan.

B. Pola Fungsi Kesehatan


1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Terjadi pada individu dan keluarga yang kurang memperhatikan pola
hidup dan pola atau cara defekasi (terlalu kuat mengedan).
2. Pola Nutrisi
Pada klien dengan hemoroid kurang memperhatikan pola makan dan
minum (kurang makanan yang berserat).
3. Pola Istirahat dan Tidur
Pada klien dengan hemoroid istirahat dan tidur kemungkinan
terganggu dan terjadi perubahan pola tidur karena terasa nyeri pada
anus saat tidur.
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Pada klien dengan hemoroid aktivitas klien sedikit terganggu karena
adanya nyeri pada anusnya, kelemahan dan kelelahan.
5. Pola Eliminasi
Pada klien dengan hemoroid akan mengalami gangguan pola eliminasi
(defekasi).
6. Pola Koping dan Stres
Keluarga adalah support bagi klien, keluarga klien berusaha
menyelesailkan masalah kesehatan yang dialaminya dengan cara
membawa ke tempat pelayanan kesehatan.

15
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Kesadaran
TTV :
TD : Normal / meningkat
N : Normal / meningkat
RR : Normal / meningkat
Temp : Normal / meningkat

2. Data Fokus
Inspeksi : Ada benjolan pada daerah anus.
Palpasi : Nyeri tekan pada bagian anus
Perkusi : -
Auskultasi : -
D. Analisa Data
No. Data Etiologi Problem
1. DS : biasanya klien Iritasi kulit / Gangguan rasa
merasa nyeri pada jaringan, nyaman (nyeri)
daerah anusnya. pelebaran vena
DO : hemorrhoidalis,
 Klien tampak adanya massa
meringis anal, respons
P : nyeri saat BAB pembedahan.
Q : nyeri seperti di

16
tusuk-tusuk
R : nyeri di daerah
anus
S : skala nyei 3 (0-5)
T : sewaktu-waktu.
2. DS : biasanya klien Kelemahan Intoleransi aktivitas
merasa badannya umum sekunder
lemah. dari anemia.
DO :
 Klien hanya
berbaring di tempat
tidur
 Klien terlihat lemah,
pucat
 Aktivitas klien
dibantu keluarga.
3. DS : biasanya klien Faktor Ansietas
sering bertanya psikologis,
tentang prognosis
keadaannya. penyakit,
DO : rencana
 Klien terlihat gelisah pembedahan,
dan khawatir kurang informasi
 Klien terlihat cemas. tentang
perawatan di
rumah
4. DS : biasanya klien Intake makanan Resiko tinggi
mengatakan kurang yang kurang ketidakseimbangan
nafsu makan. adekuat, nutrisi kurang dari
DO : pecahnya vena kebutuhan tubuh
 BB klien menurun pleksus
 Klien terlihat lemah hemorrhoidalis

 Badan klien sangat

17
kurus.
5. DS : biasanya klien Port de entree Resiko tinggi infeksi
mengatakan luka luka pasca
post-op nya bedah,
memerah. pertahanan
DO : primer tidak
 Luka terlihat merah adekuat.
 Terdapatnya tanda-
tanda infeksi : rubor,
dolor, kalor, tumor,
function laesa.
6. DS : biasanya klien Iritasi pada Resiko kerusakan
mengeluh nyeri, ujung-ujung integritas kulit
gatal pada bagian saraf, gatal.
anusnya.
DO :
 Klien terlihat
meringis
 Terlihat lecet dan
kebiru-biruan pada
anus klien.

E. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan iritasi kulit /
jaringan, pelebaran vena hemorrhoidalis, adanya massa anal, respons
pembedahan.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum sekunder
dari anemia.
3. Ansietas berhubungan dengan faktor psikologis, prognosis penyakit,
rencana pembedahan, kurang informasi tentang perawatan di rumah.

18
4. Resiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake makanan yang kurang adekuat, pecahnya
vena pleksus hemorrhoidalis.
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan port de entree luka pasca
bedah, pertahanan primer tidak adekuat.
6. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi pada
ujung-ujung saraf, gatal.

F. Rencana Tindakan Keperawatan


No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
1. Gangguan Setelah 1. Kaji tingkat nyeri 1. Untuk
rasa nyaman dilakukan mengetahui
(nyeri) tindakan tingkat nyeri klien
berhubungan keperawatan sehingga dapat
dengan iritasi selama 1x24 memberikan
kulit / jam diharapkan intervensi lebih
jaringan, gangguan rasa lanjut.
pelebaran nyaman (nyeri) 2. Anjurkan tehnik 2. Akan
vena dapat teratasi / relaksasi untuk melancarkan
hemorrhoidali berkurang menurunkan peredaran darah
s, adanya dengan kriteria : ketegangan otot . sehingga
massa anal,  Nyeri klien kebutuhan O2
respons berkurang akan terpenuhi
pembedahan.  Klien tidak sehingga akan
menguranggi

19
meringis nyeri.
lagi 3. Ajarkan metode 3. Mengalihkan
 Klien distraksi selama perhatian nyeri ke
terlihat nyeri. hal-hal yang
tenang menyenangkan.
 Skala nyeri 4. Kolaborasi dalam 4. Analgetik
0. pemberian memblok lintas
analgetik. nyeri sehingga
nyeri akan
berkurang
2. Intoleransi Setelah 1. Observasi 1. Untuuk
aktivitas dilakukan respon klien mengetahui
berhubungan tindakan dalam sejauh mana
dengan keperawatan beraktivitas aktivitas yang
kelemahan selama 3x24 dapat dilakukan
umum jam diharapkan klien
sekunder dari intoleransi 2. Tingkatkan 2. Melatih otot klien
anemia. aktivitas dapat aktivitas secara agar tidak lemah
teratasi / bertahap
berkurang 3. Bantu klien 3. Agar energy klien
dengan kriteria : dalam tidak terbuang
 Klien dapat beraktivitas sia-sia.
beraktivitas
sendiri
 Kliendapat
bengun dari
tempat tidur
 Klien tidak
terlihat
lemah dan
pucat lagi.

3. Ansietas Setelah 1. Kaji tingkat 1. Dapat menjadi

20
berhubungan dilakukan kecemasan pedoman untuk
dengan faktor tindakan klien. memberikan
psikologis, keperawatan intervensi.
prognosis selama 1 jam 2. Kaji tingkat 2. Mengetahui
penyakit, diharapkan pengetahuan seberapa jauh
rencana ansietas dapat klien tentang pengetahuan klien
pembedahan, teratasi / penyakit yang di tentang
kurang berkurang derita. penyakitnya.
informasi dengan kriteria : 3. Kaji ulang 3. Dapat membantu
tentang  Klien tidak patologi untuk
perawatan di gelisah lagi prognosa dan memberikan
rumah.  Klien tidak harapan klien informasi dan
khawatir yang akan motivasi sehingga
dan cemas datang. cemas klien
lagi. berkurang.
4. Beri dukungan 4. Klien merasa di
kepada klien perhatikan
sehingga
termotivasi untuk
sembuh.
5. Beri pengertian
5. Klien akan
pada klien
merasa tenang
bahwa penyakit
menghadapi
yang di derita
penyakit yang di
pasti akan
deritanya.
sembuh.
4. Resiko tinggi Setelah 1. Timbang BB 1. Menimbang
ketidakseimba dilakukan klien. merupakan
ngan nutrisi tindakan langkah untuk
kurang dari keperawatan mengetahui
kebutuhan selama 3x24 kecukupan nutrisi
tubuh jam diharapkan klien.
berhubungan ketidakseimban 2. Monitor input 2. Intake dan output

21
dengan intake gan nutrisi dan ouput. yang seimbang
makanan yang kurang dari dapat
kurang kebutuhan meningkatkan
adekuat, tubuh dapat BB.
pecahnya teratasi / 3. Berikan 3. Supaya klien
vena pleksus berkurang makanan sedikit berselera dan mau
hemorrhoidali dengan kriteria : tapi sering. makan sehingga
s.  Nafsu nutrisi terpenuhi,
nmakan sedikit tapi sering
klien agar klien tidak
meningkat mual dan muntah.
 BB 4. Sajikan 4. Supaya klien
meningkat makanan dalam berselera makan
 Badan klien keadaan hangat. sehingga
tidak lemas nutrisinya
lagi. terpenuhi.
5. Jelaskan kepada 5. Klien akan
klien akan mengerti dan
pentingnya berusaha untuk
nutrisi bagi meningkatkan
klien. masukan nutrisi
klien.
5. Resiko tinggi Setelah 1. Cuci tangan 1. Menecah infeksi
infeksi dilakukan sebelum dan silang.
berhubungan tindakan sesudah
dengan port keperawatan melakukan
de entree luka selama 2x24 tindakan .
pasca bedah, jam diharapkan 2. Lakukan 2. Mencegah
pertahanan infeksi dapat perawatan mikroorganisme
primer tidak teratasi / dengan tehnik berkembang biak
adekuat. berkurang aseptic dan di daerah luka.
dengan kriteria : septic.
 Tidak 3. Observasi TTV. 3. Mengidentifikasi

22
terdapatnya bila ada gejala-
tanda-tanda gejala infeksi.
infeksi 4. Awasi/ batasi 4. Mencegah
pengunjung bila kontaminasi
perlu jelaskan silang.
prosedur isolasi
terhadap
pengunjung.
5. Kolaborasi 5. Mencegah infeksi
dengan tim dan mempercepat
medis dalam penyembuhan
pemberian
antibiotic.
6. Resiko Setelah 1. Kaji keadaan 1. Dapat mengetahui
kerusakan dilakukan kulit. apakah adanya
integritas kulit tindakan kerusakan
berhubungan keperawatan integritas kulit
dengan iritasi selama 2x24 sehingga dapat
pada ujung- jam diharapkan memberikan
ujung saraf, kerusakan intervensi
gatal. integritas kulit selanjutnya.
dapat teratasi / 2. Pertahankan 2. Dapat
berkurang tempat tidur memperlancar
dengan kriteria : tetap kering. saluran sirkulasi
 Lecet dan darah dan
kebiruan mencegah lesi
pada anus pada daerah yang
berkurang/hi tertekan..
lang. 3. Ajarkan kepada 3. Hygiene yang
klien untuk terjaga mencegah
menjaga terjadinya
kebersiahan atau kerusakan
personal integritas

23
hygiene pada jaringan.
daerah sekitar
rectum dan
perineum.
4. Berikan salep 4. Pemberian salep
pelumas atau atau bedak dapat
bedak pada menguranggi
daerah rectum resiko lecet.
dan perineum.

G. Catatan Keperawatan (Implementasi)


No. Hari/ No. Jam Implementasi Paraf
Tgl Dx.
1. 1. 1. Mengkaji tingkat nyeri
2. Menganjurkan tehnik relaksasi untuk
menurunkan ketegangan otot .
3. Mengajarkan metode distraksi selama
nyeri.
4. Berkolaborasi dalam pemberian
analgetik.
2. 2. 1. Mengobservasi respon klien dalam
beraktivitas
2. Meningkatkan aktivitas secara bertahap
3. Membantu klien dalam beraktivitas
3. 3. 1. Mengkaji tingkat kecemasan klien.
2. Mengkaji tingkat pengetahuan klien
tentang penyakit yang di derita.
3. Mengkaji ulang patologi prognosa dan
harapan klien yang akan dating.
4. Memberi dukungan kepada klien
5. Memberi pengertian pada klien bahwa
penyakit yang di derita pasti akan
sembuh.
4. 4. 1. Menimbang BB klien.

24
2. Memonitor input dan ouput.
3. Memberikan makanan sedikit tapi
sering.
4. Menyajikan makanan dalam keadaan
hangat.
5. Menjelaskan kepada klien akan
pentingnya nutrisi bagi klien.
5. 5. 1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan .
2. Melakukan perawatan dengan tehnik
aseptic dan septic.
3. Mengobservasi TTV.
4. Mengawasi/ batasi pengunjung bila
perlu jelaskan prosedur isolasi terhadap
pengunjung.
5. Berkolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian antibiotic.
6. 6. 1. Mengkaji keadaan kulit.
2. Mempertahankan tempat tidur tetap
kering
3. Mengajarkan kepada klien untuk
menjaga kebersiahan atau personal
hygiene pada daerah sekitar rectum dan
perineum.
4. Memberikan salep pelumas atau bedak
pada daerah rectum dan perineum.

25
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. (2011). Gangguan Gastrointestinal Aplikasi

Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika.

Sinaga, E. dan Melva Silitonga. 2011. Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia.

PPNI (2018).Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan

Keperawatan,Edisi 1.Jakarta:DPP PPNI

PPNI (2016).Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator

Diagnostik,Edisi 1.Jakarta:DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil

Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

26

Anda mungkin juga menyukai