Disusun Oleh:
Azmi Nuraeni E.0105.20.008
Baharudin Efendi E.0105.20.009
Bayu Latipatul Alimah E.0105.20.010
Deliyanti Herliani E.0105.20.011
Devina Rahmadantry E.0105.20.012
Dikin E.0105.20.013
Kelompok 2
Diploma 3 Keperawatan
Suatu kondisi yang tenang, rileks tanpa ada stres emosional bebas dan kecemasan.
Namun tidak berarti tidak melakukan aktivitas apapun, duduk santai di kursi empuk
atau berbaring diatas tempat tidur juga merupakan bentuk istirahat. Sebagai
pembanding, klien atau pasien tidak beraktivitas tapi mereka sulit mendapatkan
istirahat begitu pula dengan mahasiswa yang selesai ujian merasa melakukan istirahat
dengan jalan-jalan. Oleh karena itu, perawat dalam hal ini berperan dalam menyiapkan
lingkungan atau suasana yang nyaman untuk beristirahat bagi klien atau pasien.
6. Pathway
Stress
Insomnia
Ketidakpuasan tidur
7. Manifestasi Klinis
a. Nyeri /kolik
b. Hipertiroidisme
c. Kecemasan
d. Penyakit paru obstruktif kronis
e. Kehamilan
f. Periode pasca partum
g. Kondisi pasca operasi
8. Pemeriksaaan Diagnostik
Peralatan seperti elektroensefalogram (EFG), yang mengukur aktivitas listrik dalam
korteks serebral, elektromiogram (EMG) yang mengukur tonus otot dan elektrookulogram
(EOG) yang mengukur gerakan mata, memberikan informasi struktur aspek fisiologis
tidur.
Kajian laboratorium tentang tidur sering kali digunakan untuk mendiagnosa gangguan
tidur, termasuk menggunakan polisomnogram (PSG) dimalam hari dan Multiple Sleep
Latency Test (MSLT). PSG melibatkan penggunaan EEG, EMG, EOG untuk memantau
tahapan tidur dan bangun selama tidur malam. MSLT memberikan informasi objektif
tentang tidur dan aspek-aspek terpilih dari struktur tidur dengan mengukur seberapa cepat
individu tertidur selama empat kesempatan tidur siang sepanjang hari. Episode REM
awitan tidur juga dicatat karena abnormalitas ini berhubungan dengan beberapa gangguan
tidur.
9. Penatalaksanaan klinis
1. Medis
Penggunaan obat sebaiknya diberikan dalam durasi singkat atau sebagai tambahan
untuk terapi nonfarmakologis. Obat dipilih dengan mempertimbangkan:
- Keluhan utama gangguan tidur yang dialami (misalnya kesulitan memulai tidur
atau mempertahankan tidur)
- Frekuensi terjadinya gangguan tidur (setiap malam atau intermiten)
- Durasi pemberian obat yang direncanakan
- Umur dan komorbiditas yang dimiliki pasien
Untuk pasien yang mengalami kesulitan untuk memulai tidur (insomnia inisiasi),
bisa diberikan obat-obat short-acting (misalnya alprazolam, zolpidem). Untuk pasien
yang mengalami gangguan untuk mempertahankan tidur bisa diberikan obat dengan
aksi yang lebih panjang (misalnya eszopiclone, suvorexant).
Pasien-pasien yang mempunyai komorbiditas kecemasan atau depresi, bisa
diberikan antidepresan yang mempunyai properti sedatif (misalnya trazodone,
mirtazapine). Untuk mereka yang mengalami gangguan irama sirkadian, bisa diberikan
obat golongan melatonin agonis atau orexin antagonis.
b. Keperawatan
Tindakan
Observasi
Terapeutik
Edukasi
12.Diagnosa
Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan , kurang kontrol tidur, kurang
pripasi, restrain fisik, ketiadaan teman tidur, tidak pamiliar dengan peralatan tidur. Di tandai
dengan mengeluh sulit tidur, mengeluh sering terjaga , mengeluhtidak puas tidur, mengeluh pola
tidur berubah, mengeluh istirahat tidak cukup.
13.Intervensi
https://www.studilmu.com/blogs/details/pengertian-tidur-manfaat-tidur-serta-hubungan
antara-tidur-dan-kinerja/page:4
https://www.academia.edu/20616026/Makalah_Istirahat_Tidur