Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Dasar
Dosen Pembimbing: NS. Ando Fikri Hakim.MAN

Disusun Oleh:
Azmi Nuraeni E.0105.20.008
Baharudin Efendi E.0105.20.009
Bayu Latipatul Alimah E.0105.20.010
Deliyanti Herliani E.0105.20.011
Devina Rahmadantry E.0105.20.012
Dikin E.0105.20.013

Kelompok 2

Diploma 3 Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Budi Luhur Cimahi

Tahun Akademik 2020-2021


1. Definisi
a. Istirahat

Suatu kondisi yang tenang, rileks tanpa ada stres emosional bebas dan kecemasan.
Namun tidak berarti tidak melakukan aktivitas apapun, duduk santai di kursi empuk
atau berbaring diatas tempat tidur juga merupakan bentuk istirahat. Sebagai
pembanding, klien atau pasien tidak beraktivitas tapi mereka sulit mendapatkan
istirahat begitu pula dengan mahasiswa yang selesai ujian merasa melakukan istirahat
dengan jalan-jalan. Oleh karena itu, perawat dalam hal ini berperan dalam menyiapkan
lingkungan atau suasana yang nyaman untuk beristirahat bagi klien atau pasien.

Menurut, Narrow (1645-1967) terdapat 6 kondisi seseorang dapat beristirahat :


1. Merasa segala sesuatu berjalan normal
2. Merasa diterima
3. Merasa diri mengerti apa yang sedang berlangsung
4. Bebas dari perlukaan dan ketidaknyamanan.
5. Merasa puas telah melakukan aktivitas-aktivitas yang berguna
6. Mengetahui bahwa mereka akan mendapat pertolongan bila
membutuhkannya.
b. Tidur
Tidur merupakan suatu keadaan perilaku individu yang relatif tenang disertai
peningkatan ambang rangsangan yang tinggi terhadap stimulus dari luar. Keadaan ini
bersifat teratur, silih berganti (Hartman). Pendapat lain juga menyebutkan bahwa tidur
merupakan suatu keadaan istirahat yang terjadi dalam suatu waktu tertentu
berkurangnya kesadaran membuat memperbaiki sistem tubuh atau memulihkan energi.
Tidur juga sebagai fenomena dimana terdapat periode tidak sadar yang disertai perilaku
fisik psikis yang berbeda dengan keadaan terjaga.
2. Etiologi
a. Hambatan lingkungan (misal kelembaban lingkungan sekitar, suhu lingkungan,
pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal pemantauan atau pemeriksaan atau
tindakan
b. Kurang kontrol tidur
c. Kurang privasi
d. Restraint fisik
e. Ketiadaan teman tidur
f. Tidak familiar dengan peralatan tidur
3. Tanda dan Gejala
 Tanda dan Gejala Mayor
- Subjektif
a. Mengeluh sulit tidur
b. Mengeluh sering terjaga
c. Mengeluh tidak puas tidur
d. Mengeluh pola tidur berubah
e. Mengeluh istirahat tidak cukup
- Objektif
(Tidak tersedia)
 Tanda dan Gejala Minor
- Subjektif
a. Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
- Objektif
(Tidak tersedia)
4. Klasifikasi
Pada hakekatnya tidur dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu dengan
gerakan bola mata cepat (Rapid Eye Movement – REM), dan tidur dengan gerakan bola
mata lambat Non – Rapid Eye Movement – NREM, (Asmadi. 2008).
a. Tidur REM
Merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur paradoksial. Hal tersebut bisa
disimpulkan bahwa seseorang dapat tidur dengan nyenyak sekali, namun fisiknya yaitu
gerakan kedua bola matanya bersifat sangat aktif. Tidur REM ini ditandai dengan
mimpi, otot – otot kendor, tekanan darah bertambah, gerakan mata cepat (mata
cenderung bergerak bolak – balik), sekresi lambung meningkat, ereksi penis tidak
teratur sering lebih cepat, serta suhu dan metabolisme meningkat, tanda tanda orang
yang mengalami kehilangan tidur REM yaitu, cenderung hiperaktif, emosi sulit
terkendali, nafsu makan bertambah, bingung dan curiga (Asmadi. 2008).
b. Tidur NREM
Menurut Asmadi (2008), merupakan tidur yang nyaman dan dalam. Pada tidur NREM
gelombang otak lebih lambat dibandingkan pada orang yang sadar atau tidak tidur.
Tanda - tanda tidur NREM ini antara lain : mimpi berkurang, keadaan istirahat, tekanan
darah turun, kecepatan pernapasan turun, metabolisme turun, dan gerakan bola mata
lambat. Pada tidur NREM ini mempunyai empat tahap masing – masing tahap ditandai
dengan pola perubahan aktivitas gelombang otak.
1) Tahap I
Merupakan tahap tranmisi dimana seseorang beralih dari sadar menjadi tidur.
Ditandai dengan seseorang merasa kabur dan rileks, seluruh otot menjadi lemas,
kelopak mata menutup mata, kedua bola mata bergerak ke kiri dan kekanan
kecepatan jantung dan pernapasan menurun secara jelas, seseorang yang tidur pada
tahap ini dapat dibangunkan dengan mudah.
2) Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menerus. Tahap ini
ditandai dengan kedua bola mata berhenti bergerak, suhu tubuh menurun,
pernapasan turun dengan jelas. Tahap II ini berlangsung sekitar 10 – 15 menit.
3) Tahap III
Merupakan tahap fisik yang lemah lunglai karena tonus otot lenyap secara
menyeluruh. Kecepatan jantung, pernapasan, dan proses tubuh berlanjut mengalami
penurunan akibat dominasi sistem saraf parasimpatis. Seseorang yang tidur pada
tahap III ini sulit untuk dibangunkan.
4) Tahap IV
Merupakan tahap dimana seseorang tersebut tidur dalam keadaan rileks, jarang
bergerak karena keadaan fisik yang sudah lemah lunglai, dan sulit dibangunkan.
Pada tahap IV ini dapat memulihkan keadaan tubuh. Selain keempat tahap tersebut,
sebenarnya ada satu tahap lagi yakni tahap V. Tahap ini merupakan tahap tidur REM
dimana setelah tahap IV seseorang masuk pada tahap V, yang ditandai dengan
kembali bergeraknya kedua bola mata yang berkecepatan lebih tinggi dari tahap –
tahap sebelumnya. Tahap ini berlangsung sekitar 10 menit, dan dapat pula terjadi
mimpi. Selama tidur malam sekitar 6 – 7 jam, seseorang mengalami REM dan
NREM bergantian sekitar 4 – 6 kali (Asmadi. 2008).
5. Patofisiologi
Patofisiologi gangguan pola tidur adalah suatu keadaan ketika individu mengalami atau
mempunyai resiko perubahan jumlah dan kualitas pola istirahat yang menyebabkan
ketidaknyamanan atu mengganggu gaya hidup yang di inginkan
Reseptor menerima impuls / rangsangan kemudian dibawa ke medulla spinalis kemudian
masuk ke formasi retikularis dilanjutkan ke pons dan masuk ke medula oblongata kemudian
diteruskan ke hipotalamus yang menyebabkan menurunya fungsi panca indra dan sampai masuk ke
korteks serebri, sehingga ditafsirkan / disampaikan kembali ke formasi retikularis dilanjutkan ke
medulla spinalis dan dipersepsikan untuk tidur
Reseptor menerima impuls / rangsangan medulla spinalis formasi retikularis pons medula
oblongata hipotalamus yang menyebabkan menurunya fungsi panca indra korteks serebri
ditafsirkan / disampaikan kembali ke formasi retikularis medulla spinalis dan dipersepsikan untuk
tidur

6. Pathway

Stress

Gangguan frekuensi tidur

Frekuensi tidur menurun

Insomnia

Ketidakpuasan tidur

Gangguan pola tidur

7. Manifestasi Klinis
a. Nyeri /kolik
b. Hipertiroidisme
c. Kecemasan
d. Penyakit paru obstruktif kronis
e. Kehamilan
f. Periode pasca partum
g. Kondisi pasca operasi
8. Pemeriksaaan Diagnostik
Peralatan seperti elektroensefalogram (EFG), yang mengukur aktivitas listrik dalam
korteks serebral, elektromiogram (EMG) yang mengukur tonus otot dan elektrookulogram
(EOG) yang mengukur gerakan mata, memberikan informasi struktur aspek fisiologis
tidur.
Kajian laboratorium tentang tidur sering kali digunakan untuk mendiagnosa gangguan
tidur, termasuk menggunakan polisomnogram (PSG) dimalam hari dan Multiple Sleep
Latency Test (MSLT). PSG melibatkan penggunaan EEG, EMG, EOG untuk memantau
tahapan tidur dan bangun selama tidur malam. MSLT memberikan informasi objektif
tentang tidur dan aspek-aspek terpilih dari struktur tidur dengan mengukur seberapa cepat
individu tertidur selama empat kesempatan tidur siang sepanjang hari. Episode REM
awitan tidur juga dicatat karena abnormalitas ini berhubungan dengan beberapa gangguan
tidur.
9. Penatalaksanaan klinis
1. Medis

Obat-obatan yang bisa digunakan untuk menangani gangguan tidur adalah


benzodiazepine (alprazolam, clonazepam), agonis reseptor melatonin (ramelteon,
tasimelteon), Z-drugs (zolpidem, zopiclone, eszopiclone, zaleplon), orexin antagonist
(suvorexant), antidepresan (mirtazapine, trazodone, amitriptyline), dan antihistamin.

Penggunaan obat sebaiknya diberikan dalam durasi singkat atau sebagai tambahan
untuk terapi nonfarmakologis. Obat dipilih dengan mempertimbangkan:

- Keluhan utama gangguan tidur yang dialami (misalnya kesulitan memulai tidur
atau mempertahankan tidur)
- Frekuensi terjadinya gangguan tidur (setiap malam atau intermiten)
- Durasi pemberian obat yang direncanakan
- Umur dan komorbiditas yang dimiliki pasien

Untuk pasien yang mengalami kesulitan untuk memulai tidur (insomnia inisiasi),
bisa diberikan obat-obat short-acting (misalnya alprazolam, zolpidem). Untuk pasien
yang mengalami gangguan untuk mempertahankan tidur bisa diberikan obat dengan
aksi yang lebih panjang (misalnya eszopiclone, suvorexant).
Pasien-pasien yang mempunyai komorbiditas kecemasan atau depresi, bisa
diberikan antidepresan yang mempunyai properti sedatif (misalnya trazodone,
mirtazapine). Untuk mereka yang mengalami gangguan irama sirkadian, bisa diberikan
obat golongan melatonin agonis atau orexin antagonis.

Farmakoterapi untuk narkolepsi dan hipersomnia adalah modafinil, armodafinil,


metifenidat, atau sodium oxybate. Untuk gangguan perilaku terkait tidur REM bisa
diberikan clonazepam, melatonin, agonis dopamine (pramipexole, ropinirole), dan
gabapentin.

b. Keperawatan

Tindakan

Observasi

- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

Terapeutik

- Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan istirahat


- Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya

Edukasi

- Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik atau olahraga secara rutin


- Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok, aktivitas bermain atau aktivitas
lainnya
- Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat (misal kelelahan, sesak napas
saat aktivitas)
- Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas sesuai kemampuan
10.Komplikasi
Beberapa komplikasi gangguan tidur, antara lain:
- Lemas dan mengantuk.
- Mudah marah.
- Sulit berkonsentrasi saat beraktivitas.
11. Pengkajian
1. Keluhan Utama
Menjelaskan keluhan yang paling dirasakan klien saat pertama kali datang ke rumah
sakit. Klien biasanya mengeluh sesak nafas, tidak bisa BAK, bengkak pada seluruh
tubuh, mual dann muntah, nyeri pinggang.

2. Riwayat Kesehatan Sekarang

(P) Provocative/ pallative


1. Apa penyebabnya
Klien mengalami TB paru sehingga klien harus melakukan
pengobatan dan konsumsi obat dan menimbulkan efek sampan yang
menyebabkan klien susah tidur.
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan
Klien menggunakan kipas angin pada malam hari dan klien tidak
menggunakan baju pada saat tidur .
(Q) Quantity/Quality
1. Bagaimana dirasakan
Klien mengatakan bahwa “klien sangat susah tidur pada malam hari. Klien
gelisah dan klien sering berkeringat dingin pada alam hari diatas jam 01.00
pagi”.
2. Bagaimana dilihat
Klien tampak kurang tidur dengan wajah lemas dan tampak
kantung mata pada mata pasien.
(R) Region
1. Dimana lokasinya : pusat pengaturan tidur
2. Apakah menyebar : tidak menyebar
(S) Severity (Mengganggu Aktivitas)
Klien mengatakan “ saat ini gangguan pola tidur pasien sangat menggangu
aktivitas. Karena pasien tidak dapat beraktivitas dengan baik jika pasien
mengalami kurang tidur dan pasien merasa lemas”.
(T) Time
Klien mengatakan mengalami ganguan pola tidur semenjak 2 bulan yang lalu
dan gangguan pola tidur terjadi pada saat malam hari.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah sudah pernah sakit dan di rawat dengan penyakit yang sama.
Contoh:
Pasien mengatakan pernah mengalami kesulitan untuk tidur
4. Pemeriksaan Fisik
1. Observasi penampilan wajah, perilaku, dan tingkat energi pasien.
2. Adanya lingkaran hitam disekitar mata, mata sayu, dan konjungtiva merah.
3. Perilaku: iritabel, kurang perhatian, pergerakan lambat, berbicara lambat, postur
tubuh tidak stabil, tangan tremor, sering menguap, mata tampak lengket, menarik
diri, bingung, dan kurang koordinasi. (Tarwoto dan Wartonah,2010, Ed.4)
5. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


.
1 - Data Subjektif Stress -Gangguan Pola
1. Mengeluh sulit Tidur
tidur Gangguan frekuensi tidur
2. Mengeluh sering
terjaga Frekuensi tidur menurun
3. Mengeluh tidak
puas tidur Insomnia
4. Mengeluh pola
tidur berubah Ketidakpuasan tidur
5. Mengeluh
istirahat tidak Gangguan pola tidur
cukup
- Data Objektif
(Tidak tersedia)

12.Diagnosa
Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan , kurang kontrol tidur, kurang
pripasi, restrain fisik, ketiadaan teman tidur, tidak pamiliar dengan peralatan tidur. Di tandai
dengan mengeluh sulit tidur, mengeluh sering terjaga , mengeluhtidak puas tidur, mengeluh pola
tidur berubah, mengeluh istirahat tidak cukup.
13.Intervensi

No. Dx Kep Tujuan Intervensi Rasional


1. Gangguan pola Setelah Dukungan Tidur Observasi
tidur dilakukan - Untuk
berhubungan tindakan Observasi mengetahui
dengan stress
selama 3x24 - Identifikasi pola pola aktifitas
ditandai
jam, gangguan aktifitas dan tidur yang
dengan
pola tidur - Identifikasi faktor mempengaruhi
DS:
dapat teratasi penggangu tidur sulit tidur
1. Mengeluh
dengan kriteria Terapeutik - Untuk
sulit tidur
kasil: - Batasi waktu tidur mengetahui
2. Mengeluh
1. Keluhan siang, jika perlu faktor apa yang
sering
sulit tidur - Fasilitasi menyebabkan
terjaga
menurun menghilangkan sulit tidur
3. Mengeluh
2. Keluhan stress sebelum Terapeutik
tidak puas
pola tidur tidur - Untuk
tidur
berubah - Tetapkan jadwal tercukupinya
4. Mengeluh
3. Kemampua rutin tidur saat
pola tidur
n Edukasi malam hari
berubah
beraktivitas - Jelaskan - Untuk
5. Mengeluh
meningkat pentingnya tidur mempercepat
istirahat
cukup selama sakit tidur saat
tidak
Setalah - Anjurkan menepati malam hari
cukup
dilakukan kebiasaan waktu Edukasi
DO: -
tindakan tidur - Untuk memberi
selama 1x24 - Ajarkan relaksasi infomasi
jam, gangguan otot autogenik atau mengenai
pola tidur cara pentingnya
dapat teratasi nonfarmakologi tidur
dengan kriteria lainnya. - Untuk
kasil: menepati pola
1. Keluhan tidur yang teat
sering - Untuk
terjaga memberikan
menurun relaksasi
2. Keluhan sehingga cepat
tidak puas tidur
tidur
menurun
3. Keluhan
istirahat
tidak cukup
menurun

14. Daftar Pustaka


PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
Puspita, Dewi., Asianti, Tuti., Fahrudin, Rudi., dan Zulhetty. 2017. Kebutuhan Dasar
Manusia. Surakarta. Pilar Media dan PERSEMKI
https://www.google.co.id/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.halodoc.com/kesehatan/gangguantidur&ved=
2ahUKEwiy792MuMnxAhVIT30KHSXVAggQFjADegQICRAC&usg=AOvVaw1XAK
sdfh7PhreR7PfOVkCK

https://www.studilmu.com/blogs/details/pengertian-tidur-manfaat-tidur-serta-hubungan
antara-tidur-dan-kinerja/page:4
https://www.academia.edu/20616026/Makalah_Istirahat_Tidur

Anda mungkin juga menyukai