Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN

SISTEM PENCERNAAN:
HEMOROID

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas dari


Bapak Agus Nurdin, SKp, M.Kep., selaku Dosen Mata Kuliah
Keperawatan Medikal Bedah I

Oleh:
Kelompok 6
Ajep Tohajudin
Naufal Gilang Ramadhan
Nisa Ainun Nizar
Widya Solehah
Yulianda Nur fadilah

POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN CIREBON
Jl.Pemuda Nomor 38 Kota Cirebon
2018
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM
PENCERNAAN: HEMOROID

A. Konsep Penyakit Hemoroid


1. Pengertian
Hemoroid merupakan pelebaran dan imlamasi pembuluh darah vena di daerah anus
yang berasal dari plexus hemorrhoidalis (Sudoyo Aru, dkk, 2009). Menurut Arif
Muttaqin & Kumala Sari (2013), walaupun kondisi ini merupakan kondisi patologis,
tetapi karena sering menyebabkan keluhan pada pasien sehingga memberikan
manifestasi untuk diberikan intervensi. Hemoroid mempunyai nama lain seperti wasir
dan ambeien. Sedangkan Marlene Hurst (2016) menyebut hemoroid sebagai varikosa
(terpelintir/tersimpul) vena pada saluran anus.

2. Etiologi
Menurut Amin Huda N. & Hardhi Kusuma (2015) hemoroid timbul karena dilatasi,
pembengkakan atau implamasi vena hemoroidalis yang disebabkan oleh faktor-faktor
resiko. Faktor resiko penyebab hemoroid antara lain sebagai berikut.
Penyebab Rasional
Konstipasi kronis Peningkatan tekanan intra-abdomen yang
meningkatkan tekanan di vena ketika
mengejan selama defekasi.
Kehamilan Penigkatan volume cairan sirkulasi dan
peningkatan konstipasi memberikan lebih
banyak tekanan pada vena saluran anus.
Obesitas Menyebabkan peningkatan tekanan di vena
area anorektal dan pemicu terjadinya
hemoroid.
Mengangkat benda berat, mengejan, Tekanan meningkat di dalam sistem vena
berdiri untuk periode waktu yang lama ketika terus menerus mengangkat benda
berat atau mengejan.
Sumber: Marlene Hurst. (2016). Belajar Mudah Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC.

3. Klasifikasi
Secara anoskopi hemoroid dapat dibagi atas (Sudoyo Aru, dkk, 2009):
a. Hemoroid eksterna
Hemoroid eksterna adalah pelebaran vena yang berada di bawah kulit (subkutan) di
bawah atau luar linea dentate.
b. Hemoroid interna
Hemoroid interna adalah pelebaran vena yang berada di bawah mukosa (submokosa)
di atas atau di dalam linea dentate. Berdasarkan gambaran klinis hemoroid interna
dibagi atas:

1) Derajat 1
Pembesaran hemoroid yang tidak prolaps ke luar kanal anus. Hanya dapat dilihat
dengan anorektoskop.
2) Derajat 2
Pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk sendiri ke dalam
anus secara spontan.
3) Derajat 3
Pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke dalam anus dengan
bantuan dorongan jari.
4) Derajat 4
Prolaps hemoroid yang permanen. Rentan dan cenderung untuk mengalami
trombosis dan infark.

4. Patofisiologi
Hemoroid dapat terjadi pada individu yang sehat. Hemoroid umumnya
menyebabkan gejala ketika mengalami pembesaran, peradangan atau prolaps.
Sebagian besar penulis setuju bahwa diet rendah serat menyebabkan bentuk feses
menjadi kecil, yang bisa mengakibatkan kondisi mengejan selama BAB. Peningkatan
tekanan ini menyebabkan pembengkakan dari hemoroid, kemungkinan gangguan oleh
venous return. Kehamilan atau obesitas memberikan tegangan abnormal dari otot
sfingter internal juga dapat menyebabkan masalah hemoroid, mungkin melalui
mekanisme yang sama. Penurunan venous return dianggap sebagai mekanisme aksi.
Kondisi terlalu lama duduk di toilet (atau saat membaca) diyakini menyebabkan
penurunan relatif venous return di daerah perianal (yang disebut dengan efek
tourniquet), mengakibatkan kongesti vena dan terjadilah hemoroid. Kondisi penuaan
menyebabkan melemahnya struktur pendukung, yang memfasilitasi prolaps.
Melemahnya struktur pendukung sudah dapat terjadi pada awal dekade ketiga
(Thornton,2009).
Mengejan dan konstipasi telah lama dianggap sebagai penyebab dalam
pembentukan hemoroid. Kondisi ini mungkin benar, mungkin juga tidak
(Johanson,1994). Pasien yang melaporkan hemoroid memiliki tonus kanal istirahat
lebih tinggi dari biasanya. Tonus istirahat setelah hemorrhoidektomi lebih rendah
daripada sebelum prosedur. Perubahan dalam tonus istirahat adalah mekanisme aksi
dilatasi (Gibbons,1988).
Hipertensi portal telah sering disebutkan dalam hubungannya dengan hemoroid.
Perdarahan masif dari hemoroid pada pasien dengan hipertensi portal biasanya bersifat
masif (Hosking,1989). Varises anorektal merupakan kondisi umum pada pasien dengan
hipertensi portal. Varises terjadi di midrektum, diantara sistem portal dan vena inferior
rektal. Varises terjadi lebih sering pada pasien yang nonsirosis, dan mereka jarang
mengalami perdarahan (Chawla,1991).
Kondisi hemoroid dapat memberikan berbagai manifestasi klinis berupa nyeri dan
perdarahan anus. Hemoroid internal tidak menyebabkan sakit karena berada di atas
garis dentate dan tidak ada inervasi saraf. Namun, mereka mengalami perdarahan,
prolaps, dan sebagai hasil dari deposisi dari suatu iritasi ke bagian sensitif kulit perianal
sehingga menyebabkan gatal dan iritasi. Hemoroid internal dapat menghasilkan rasa
sakit perianal oleh prolaps dan menyebabkan spasme sfingter di sekitar hemoroid.
Spasme otot ini mengakibatkan ketidaknyamanan sekitar anus (Duthie,1960).
Hemoroid internal juga dapat menyebabkan rasa sakit akut ketika terjadi inkarserata
atau strangulasi (Dodi,1986). Kondisi strangulasi dengan nekrosis dapat menyebabkan
ketidaknyamanan lebih mendalam. Ketika kondisi ini terjadi, sering menyebabkan
kejang sfingter eksternal seiring dengan trombosis. Trombosis eksternal menyebabkan
nyeri akut.
Hemoroid internal yang paling sering menyebabkan perdarahan tanpa rasa sakit
pada saat Buang Air Besar. Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama hemoroid
interna akibat trauma oleh feses yang keras dan vena mengalami ruptur. Dengan
meningginya spasme sfingter, perdarahan dapat bersifat muncrat. Darah yang keluar
berwarna merah segar dan tidak tercampur dengan feses, mungkin hanya berupa garis
pada feses atau kertas pembersih sampai pada perdarahan yang terlihat mentes atau
mewarnai air toilet menjadi merah. Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar
berwarna merah segar karena kaya akan zat asam. Perdarahan luas dan intensif di
pleksus hemoroidalis menyebabkan darah di vena tetap merupakan “darah arteri”.
Kadang perdarahan hemoroid yang berulang dapat berakibat timbulnya anemia berat.
Hemoroid internal dapat mendepositkan lendir ke jaringan perianal. Lendir pada feses
dapat menyebabkan dermatitis lokal, yang disebut pruritus ani.
Hemoroid eksternal menyebabkan gejala dalam dua cara. Pertama, trombosis akut
yang mendasari vena hemoroid elsternal dapat terjadi. Trombosis akut biasanya
berkaitan dengan peristiwa tertentu, seperti tenaga fisik, berusaha dengan mengejan,
diare, atau perubahan dalam diet. Nyeri dari inervasi saraf oleh adanya distensi dan
edema. Rasa sakit berlangsung selama 7-14 hari sesuai dengan resolusi trombosis.
Kondisi hemoroid eksternal memberikan manifestasi kurang higienis akibat
kelembaban dan rangsangan akumulasi mukus. Keluarnya mukus dan terdapatnya feses
pada pakaian dalam merupakan ciri hemoroid yang mengalami prolaps menetap.
Sumber: Arif Muttaqin & Kumala Sari. (2011). Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi
Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika
5. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala Rasional
Perdarahan, biasanya merah Feses yang melewati rektum dan anus
terang mengiritasi hemoroid, menyebabkannya
berdarah.
Gatal Dapat terjadi jika pembersihan area anus tidak
dapat dilakukan secara adekuat karena
penonjolan hemoroid.
Nyeri Terjadi akibat pembengkakan dan iritasi
hemoroid.
Sumber: Marlene Hurst. (2016). Belajar Mudah Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC.

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan penyakit hemoroid adalah sebagai berikut
(Arif Muttaqin & Kumala Sari, 2013; Amin Huda N. & Hardhi Kusuma, 2015).
a. Pemeriksaan colok dubur
Diperlukan untuk meningkirkan kemungkinan karsinoma rektum. Pada hemoroid
interna tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak cukup tinggi dan
biasanya tidak nyeri.
b. Pemeriksaan Laboratorium.
Pemeriksaan hitung darah lengkap untuk mendeteksi kadar hematokrit dan adanya
anemia.
c. Pemeriksaan proktosigmoidoskopi.
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa keluhan bukan
disebabkan oleh prows radang atau prows keganasan di tingkat yang lebih tinggi,
karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai.
d. Pemeriksaan anoskopi.
Penilaian dengan anoskopi diperlukan untuk melihat hemoroid internal yang tidak
menonjol ke luar. Anoskop dimasukkan dan diputar untuk mengamati keempat
kuadran. Hemoroid internal terlihat sebagai struktur vascular yang menonjol ke
dalam lumen. Apabila penderita diminta mengedan sedikit, ukuran hemoroid akan
membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata.
Gambar: Self-illuminated model of anoscope: (a) the device ready to be used;
(b) the introducer was removed; (c) the light was switched on;
(d) example of the hemorrhoidal piles as appear through the anoscope.
Sumber: Carlo Ratto, Angelo Parello, & Francesco Litta. (2018). Hemorrhoids.
Switzerland: Springer International Publishing AG.

7. Penatalaksanaan Medis
a. Konservatif
Terapi hemoroid interna yang simtomatik harus ditetapkan secara individual.
Hemoroid adalah kondisi fisiologis dan karenanya tujuan terapi bukan untuk
menghilangkan pleksus hemoroidal, tetapi untuk menghilangkan keluhan.
Kebanyakan pasien hemoroid derajat oertama dan kedua dapat ditolong dengan
tindakan lokal yang sederhana disertai nasihat tentang makan. Makanan sebaiknya
terdiri atas makanan berserat tinggi. Makanan ini membuat gumpalan isi usus besar,
namun lunak sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan
mengedan secara berlebihan. Supositoria dan salep anus diketahui tidak mempunyai
efek yang bermakna kecuali efek anestetik dan astringen.
Hemaroid internal yang mengalami prolaps oleh karena adema umumnya dapat
dimasukkan kembali secara perlahan disusul dengan istirahat tirah baring dan
kompres lokal untuk mengurangi pembengkakan. Rendam duduk dengan cairan
hangat juga dapat meringankan nyeri. Apabila ada penyakit radang usus besar yang
mendasarinya, misalnya penyakit Crolin, tetapi medis harus diberikan apabila
hemoroid menjadi simtomatik.
b. Skleroterapi
Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya 5% fenol
dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa di dalam aringan areolar
yang longgar di bawah hemoroid internal dengan tujuan menimbulkan peradangan
steril yang kemudian menjadi fibrotik dan meninggalkan jaringan parut.
c. Ligasi

Gambar: Materials required for rubber band ligation. (a) Slotted proctoscope.
(b) Hemorrhoid ligator or vacuumassisted device

Gambar: Rubber band ligation procedure. (a) Internal hemorrhoid in the anorectal canal.
(b) The ligating device is positioned over the base of the hemorrhoid and the rubber bands are released.
(c) Band in place
Sumber: Carlo Ratto, Angelo Parello, & Francesco Litta. (2018). Hemorrhoids.
Switzerland: Springer International Publishing AG.

Pada hemoroid besar dan mengalami prolaps dapat ditangani dengan ligasi gelang
karet. Dengan bantuan anuskop, mukosa di atas hemoroid yang menonjol dijepit dan
ditarik atau diisap ke dalam tabung ligator khusus. Gelang karet didorong dari
ligator dan ditempatkan secara tepat di sekeliling mukosa pleksus hemoroidalis
tersebut.
d. Hemoroidektomi
Intervensi ini dilakukan pada pasien dengan keluhan kronis dan dengan stadium III
dan IV.
Sumber: Arif Muttaqin & Kumala Sari. (2011). Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi
Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
8. Discharge Planning
Menurut Amin Huda N. & Hardhi Kusuma (2015), discharge planning untuk pasien
hemoroid antara lain sebagai berikut.
a. Berendamlah 3 kali sehari selama 10-15 menit alam air hangat. Berendam
mengatasi ranya nyeri dan membersihkan area hemoroid
b. Banyak minum air putih min. 8 gelas perhari
c. Perbanyak makan yang mengandung tinggi serat
d. Olahraga terarur dan biasakan jalan kaki
e. Hindari mengejan dan menggosok daerah sekitar hemoroid karena dapat
mengakibatkan iritasi dan membuat hemoroid bertambah parah
f. Mempertahankan Tinja tetap lunak sehingga feses mudah keluar
g. Menghondari bantalan duduk yang keras, setiap benerapa saat bangun dari tempat
duduk, berjalan jalan sejenak
h. BAB dengan kloset duduk
i. Turunkan berat badan hingga berat badan ideal dan olahraga secara teratur.

B. Asuhan Keperawatan Hemoroid


1. Pengkajian
a. Pengkajian hemoroid terdiri atas anamnesis, pemeriksaan fisik, dan evaluasi
doagnostik. Pada pengkajian anamnesis didapat sesuai dengan kondisi klinis
perkembangan penyakit.
b. Keluhan utama yang sering didapatkan adalah nyeri, pendarahan dari anus, dan
merasa ada benjolan di sekitar anus.
c. Keluhan nyeri hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid interna dan
hanya munvul pada hemoroid eksterna yang mengalami trombosis.
d. Riwayat penyakit dahulu, perawat menanyakan faktor predisposisi yang berhubungan
dengan adanya hemoroid, seperti adanya hemoroid sebelumnya, riwayat peradangan
pada usus dan riwayat diet rendah serat.
e. Pengkajian psikososial akan di temukan adanya peningkatan kecemasan, serta
perlunya pemberian informasi intervensi keperawatan, pengobatan, dan rencana
pembedaha.
f. Pemeriksaan survei umum dapat dilihat sakit ringan, sampai gelisah menahan sakit,
TTV bisa normal atau belum di dapatkan perubahan seperti takikardi dan peningkatan
pernapasan.
g. Pemeriksaan anus untuk melihat adanya benjolan pada anus. Pemeriksaan colok dubur
hemoroid interna tidah dapat dirapa karena tekanan vena didalam tidak cukup tinggi,
dan biasanya tidak nyeri. Colok dubur diperkukan untuk menyingkiran adanya
karsinoma rektus (Arif Muttaqin & Kumala Sari, 2011).
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Arif Muttaqin & Kumala Sari (2011), diagnosa keperawatan yang dapat
ditegakkan adalah sebagai berikut.
a. Nyeri berhubungan dengan kerusakan integritas jaringan, respon pembedahan
b. Pemenuhan informasi berhubungan dengan awalnya intervensi kemoterapi,
radioterapi, adanya pembedahan, dan rencana perawatan di rumah
c. Risiko infeksi berhubungan dengan post de entree luka pasca bedah
d. Aktuak/risiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi kuramg dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intek makanan yang kurang adekuat
e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan cepat lelah, kelemahan fisik umum respon
sekumder dari anemia
f. Kecemasam pasien dan kekuarga berhubungan dengan prognosis penyakit dan
rencana pembedahan.
3. Intervensi
Intervensi Rasional
Jelaskan dan bantu pasien dengan Pendekatan dengan menggunakan relaksasi
tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan nonfarmakologi lainnya telah
dan noninvasif menunjukan keefektifan dalam mengurangi
nyeri.
Lakukan manajemen nyeri keperawatan,
meliputi :
 Kaji nyeri dengan pendekatan  Pendekatan PQRST dapat secara
PQRST komprehensif menggali kondisi nyeri
pasien.Apabila pasien mengalami skala
nyeri 3 (0-4).

 Anjurkan melakukan rendam  Rendam bokong dengan larutan PK


bokong dapat menurunkan kolonisasi jamur pada
area perianal sehingga menurunkan
stimulus gatal atau nyeri pada hemoroid.

 Anjurkan mandi rendam air  Mandi dibak mandi dengan air hangat
hangat secara umum menurunkan nyeri perinial.
Kondisi ini akan meningkatkan relaksasi
sfingter dan menurunkan spasme dari
perinial yang menjadi stimulus nyeri
sehingga dapat menurunkan respons
nyeri.

 Beri es pada kondisi nyeri akibat  Pemberian es dapat meningkatkan


trombus pada hemoroid eksterna vasokontriksi local sehingga
menurunkan rangsang nyeri dari trombus
hemoroid

 Istirahatkan pasien pada saat  Istirahat secara fisiologis akan


nyeri muncul menurunkan kebutuhan oksigen yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
metabolism basal

 Atur posisi fisiologis  Pengaturan posisi semifowler dapat


membantu merelaksasikan otot-otot
abdomen pascabedah sehingga dapat
menurunkan stimulasi nyeri dan luka
pascabedah

 Ajarkan teknik relaksasi  Meningkatkan intake oksigen sehingga


pernapasan dalam pada saat nyeri akan menurunkan nyeri sekunder dari
muncul penurunan oksigen local

 Ajarkan teknik distraksi pada saat  Distraksi (pengalihan perhatian) dapat


nyeri menurunkan stimulus internal.
Tingkatkan pengetahuan tentang sebab- Pengetahuan yang akan dirasakan membantu
sebab nyeri dan menghubungkan berapa mengurangi nyerinya dan dapat membantu
lama nyeri akan berlangsung mengembangkan kepatuhan pasien terhadap
rencana terapeutik.
Kolaborasi dengan tim medis untuk
pemberian
 Analgetik  Analgetik diberikan untuk membantu
menghambat stimulasi nyeri ke pusat
persepsi nyeri di korteks serebri
sehingga nyeri dapat berkurang

 Agen antasida 
Agen antasida terkadang diperlukan
pada pasien untuk menurunkan efek
hipermotilitas (Thomton,2009)
Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh
prosedur diagnostic pembedahan kondisi social ekonomi pasien. Perawat
hemoroid,dan rencana perawatan rumah menggunakan pendekatan yang sesuai
dengan kondisi individu pasien. Dengan
mengetahui tingkat pengetahuan tersebut
perawat dapat lebih terarah dalam
memberikan pendidikan yang sesuai dengan
pengetahuan pasien secara efesien dan
efektif.
Cari sumber yang meningkitkan Keluarga terdekat dengan pasien perlu
penerimaan informasi dilibatkan dalam pemenuhan informasi untuk
menurunkan resiko misinterpretasi terhadap
informasi yang diberikan.
Ajarkan toilet retraining Toilet retraining dilakukan dengan
mengingatkan kembali pada pasien bahwa
kamar mandi bukanlah perpustakaan pasien
tidak harus duduk ditoilet cukup lama untuk
mengevakuasi isi usus dan tidak berupaya
untuk mengejan terlalu kuat karena dapat
menyebabkan hemoroid membesar
Jelaskan tentang terapi skleroterapi Peran perawat mengklarifikasi pembberian
penjelasan medis mengenai terapi
skleroterapi. Skleroterapi adalah penyuntikan
larutan kimia ke area pleksus hemoroidalis
yang kemudian menjadi fibrotic dan
meninggalkan jaringan parut hingga tidak
terjadi lagi pelebaran vena
Jelaskan tentang procedure pembedahan Operasi hemoroid biasanya dapat dilakukan
dengan menggunakan anestesi local dengan
obat penenang IV. Regional atau teknik
anestesi umum juga digunakan.

 Diskusikan jadwal pembedahan Pasien dan keluarga harus diberitahu waktu


dimulainya pembedahan.Apabila rumah sakit
mempunyai jadwal kamar operasi yang
padat,lebih baik pasien dan keluarga
diberitahukan mengenai banyaknya jadwal
operasi yang telah ditetapkan sebelum
pasien.

 Persiapan administrasi dan Pasien sudah menyelesaikan administrasi dan


informed consent mengetahui secara financial biaya
pembedahan.Pasien sudah mendapat
penjelasan tentang pembedahan kolektomi
atau kolostomi oleh tim bedah dan
menandatangani informed consent.

 Persiapan intestinal Pagi hari sebelum pembedahan,maka lakukan


pemberian laksatif salin ringan dan
pemberian dengan hati-hati enema pembersih
mungkin cukup diberikan kepada pasien.

 Persiapan puasa Puasa dilakukan minimal 6-8 jam sebelum


dilakukan pembedahan

 Pencukuran area operasi Pencukuran area operasi dilakukan secara


hati-hati pada area perianal.

 Persiapan istirahat dan tidur Istirahat merupakan hal yang penting untuk
penyembuhan normal. Kecemasan tentang
pembedahan dapat dengan mudah
menggangu kemampuan untuk istirahat atau
tidur
Beritahu pasien dan keluarga kapan Pasien akan mendapat manfaat bila
pasien sudah bias dikunjjungi mengetahui kapan keluarga dan temannya
dapat berkunjung setelah pembedahan
Beri informasi tentang manajemen nyeri Manajemen nyeri dilakukan untuk
keperawatan peningkatan control nyeri pada pasien
Berikan informasi pada pasien dan Keterlibatan pasien dan keluarga dalam
keluarga yang akan menjalani perawatan melakukan perawatan rumah pascabedah
rumah meliputi : dapat menurunkan resiko komplikasi dan
dapat meningkatkan kemandirian dalam
melakukan masalah yang sedang dihadapi.
Anjurkan untuk intervensi pencegahan Hal-hal lain dapat dilakukan untuk
menurunkan resiko meliputi :
 Makanlah berbagai jenis buah dan
sayuran setiap hari
 Hindari mengkonsumsi makanan yang
rendah serat. Diet tinggi serat dapat
meningkatkan pasase feses sehingga
konsistensi feses lembek padat berbentuk
dan mudah, serta tidak menstimulasi
pelebaran pleksusu vena.
Anjurkan untuk semampunya melakukan Beberapa agen nyeri farmakologik biasanya
manajemen nyeri nonfarmaklogi pada memberikan reaksi negative pada
saat nyeri muncul gastrointestinal.
Anjurkan kunjungan berkala Monitor pasien secara teratur sampai mereka
sembuh dan tidak memiliki gejala
Berikan motivasi dan dukungan moral Intervensi untuk meningkatkan keinginan
pasien dal;am pelaksanaan prosedur
pemngembalian fungsi pascabedah
kolostomi.
Sumber: Arif Muttaqin & Kumala Sari. (2011). Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi
Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.

4. Implementasi
Menurut Doenges (1998) implementasi adalah tahap keempat dari proses keperawatan
dimana rencana perawatan dilaksanakan; melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah
ditentukan. Pada tahap ini, artinya perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan
aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Sedangkan menurut
Setiadi (2012) implementasi merupakan pengolahan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.

5. Evaluasi
Hasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah sebagai berikut
(Arif Muttaqin & Kumala Sari, 2011).:
1. Informasi kesehatan terpenuhi
2. Tidak mengalami injuri pasca prosedur bedah reseksi kolom
3. Nyeri berkurang atau teradaptasi
4. Asupan nutrisi optimal sesuai tingkat toleransi individu
5. Infeksi luka operasi tidak terjadi
6. Kecemasan berkurang
7. Peningkatan konsep diri atau gambaran diri
8. Peningkatan aktivitas.
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda N & Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Jakarta: MediaAction.
Arif Muttaqin & Kumala Sari. (2011). Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
Carlo Ratto, Angelo Parello, & Francesco Litta. (2018). Hemorrhoids. Switzerland: Springer
International Publishing AG.
Doenges, Marilynn E. 1998. Aplication of Nursing Process and Nursing Diagnosis: An
Interactive Text for Diagnostic Reasoning. Jakarta: EGC.
Marlene Hurst. (2016). Belajar Mudah Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC.
Setiadi. 2012. Konsep dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan: Teori dan Praktik.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sudoyo Aru, dkk. (2009). Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta: Internal Publishing.

Anda mungkin juga menyukai