Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN KEKURANGAN


VOLUME CAIRAN DI RUANG AGAPE
RS BAPTIS KEDIRI

Oleh :
ECHA YUSCI MAYORI 01.1.16.00781

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) RS BAPTIS KEDIRI


PRODI KEPERAWATAN DIPLOMA III
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
LAPORAN PENGESAHAN

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

NAMA : ECHA YUSCI MAYORI


NIM : 01.1.16.00781
JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN Tn. M DENGAN KEKURANGAN
VOLUME CAIRAN DI RUANG AGAPE RS BAPTIS KEDIRI

Pembimbing Akademik Kediri, 24 November 2017


Pembimbing Klinik

Vitaria Wahyu A, S. Kep., Ns., M. Kep Turni, Amd. Kep

Mengetahui,
Kepala Ruang Agape
RS Baptis Kediri

Turni, Amd. Kep


KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia,
Anugrah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan Pada Tn. M
dengan Kekurangan Volume Cairan di Ruang Agape RS Baptis Kediri.
Adapun Asuhan Keperawatan ini saya susun dan saya kerjakan jauh dari
sempurna masih mengingat banyak keterbatasan yang saya miliki, baik kemampuan
maupun pengalaman. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, dengan rasa suka cita
ijinkan saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Turni, Amd. Kep selaku kepala bagian ruang Agape yang telah mengijinkan
praktek klinik di ruang Agape.
2. Vitaria Wahyu A, S. Kep., Ns., M. Kep yang telah memberikan bimbingan
dalam menyelesaikan ujian praktek keperawatan.
Saya menyadari masih banyak kekurangan, keterbatasan wawasan, sehingga
hasilnya mungkin masih jauh dari yang diharapkan. Untuk itu sumbangan pikiran,
kritik dan saran dari pemeriksa, pembaca sangat saya harapkan demi terwujudnya
kesempurnaan laporan kasus praktek klinik keperawatn selanjutnya.

Kediri, 24 November 2017

Penyusun
BAB I
TINJAUAN TEORI
1.1 Tinjauan teori
1.1.1 Definisi
Kekurangan volume cairan adalah penurunan cairan intravaskular,
interstisial, dan/atau intraseluler ini mengacu pada dehidrasi,
kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadarnatrium (Nanda, 2015)
1.1.2 Etiologi
Penyebab dari kekurangan volume cairan, antara lain:
1. Penurunan masukan
2. Kehilangan cairan yang abnormal, dll
3. Perdarahan
1.1.3 Patofisiologi
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan
cairan dan elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional
(isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga hipovolemia. Umumnya,
gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu
diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler
sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk untuk
mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan
intraseluler. Secara umum, defisit volume cairan disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit,
penurunan asupan cairan, perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi
ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk
mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan
ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi
intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura, peritonium,
perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu, seperti
terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi
akibat obstruksi saluran pencernaan.
1.1.4 Manifestasi klinis
Tanda dan gejala klinis yang mungkin didapati pada klien, antara lain:
1. Haus
2. Kelemahan
3. Kulit kering
4. Membaran mukosa kering
5. Peningkatan frekuensi nadi
6. Peningkatan hematokrit
7. Peningkatan konsentrasi urine
8. Peningkatan suhu tubuh
9. Penurunan berat badan tiba- tiba
10. Penurunan haluran urine
11. Penurunan pengisian vena
12. Penurunan tekanan darah
13. Penurunan tekanan nadi
14. Penurunan turgor kulit
15. Penurunan turgor lidah
16. Penurunan volume nadi
17. Perubahan status mental
1.1.5 Komplikasi
Akibat lanjut dari kekurangan volume cairan dapat mengakibatkan:
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat)
2. Renjatan hipovolemik
3. Kejang pada dehidrasi hipertonik
1.1.6 Pemeriksaan diagnostik
1.1.6.1 Pemeriksaan penunjang
Penurunan tekanan darah (TD), khususnya bila berdiri
(hipotensi ortostatik); peningkatan frekwensi jantung (FJ);
turgor kulit buruk; lidah kering dan kasar; mata cekung; vena
leher kempes; peningkatan suhu dan penurunan berat badan
akut. Bayi dan anak - anak : penurunan air mata, depresi
fontanel anterior.Pada pasien syok akan tampak pucat dan
diaforetik dengan nadi cepat dan haus; hipotensi terlentang dan
oliguria.
1.1.7 Penatalaksanaan
1. Memberi pasien posisi yang nyaman
2. Observasi asupan nutrisi
3. Observasi pengaruh pemberian dan efek obat
4. Mengajarkan pasien teknik miring kanan dan kiri
5. Mengajarkan pasien beraktifitas sesuai kemampuan
1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian
1.2.1.1 Anamnesa
1) Data subyektif
1. Pasien mengatakan badan lemas
2. Pasien hanya tidur di tempat tidur
3. Pasien tidak suka minum air putih
2) Data Obyektif
1. Pasien terlihat lemah
2. Kulit pasien terlihat kering
3. Membran mukosa pasien tampak kering
4. Pasien mengalami penurunan elastisitas kulit
1.2.1.2 Pemeriksaan Fisik
3) Rambut
1. Keadaan kesuburan rambut
2. Keadaan rambut yang mudah rontok atau botak
3. Keadaan rambut yang kusam
4. Keadaan tekstur
4) Kepala
1. Botak atau alopecia
2. Ketombe
3. Berkutu
4. Adakah eritema
5. Kebersihan
5) Mata
1. Apakah konjuktifa pucat
2. Apakah sklera ikterik
3. Kebersihan mata
4. Apakah gatal atau mata merah
6) Hidung
1. Adakah pilek
2. Adakah alergi
3. Adakah perdarahan
4. Adakah perubahan penciuman
5. Adakah septum deviasi
6. Kebersihan hidung
7. Bagaimana membrane mukosa
7) Mulut
1. Keadaan mukosa mulut
2. Kelembaban
3. Adakah lesi
4. Kebersihan
8) Gigi
1. Adakah karang gigi
2. Adakah karies gigi
3. Kelengkapan gigi
4. Pertumbuhan
5. Kebersihan
9) Telinga
1. Adakah kotoran
2. Adakah lesi
3. Bagaimana bentuk telinga
4. Adakah infeksi
10) Kulit
1. Kebersihan
2. Adakah lesi
3. Keadaan turgor
4. Warna kulit
5. Suhu
6. Tekstur
7. Pertumbuhan bulu
11) Neurologi
1. Reflek (Apakah normal atau menurun )
2. Iritable

12) Berat badan


1. Overweight
2. Underweight
1.2.2 Rencana Asuhan Keperawatan
1.2.2.1 Diagnosa Keperawatan
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif ditandai dengan pasien mengatakan badan lemas dan hanya tidur di
tempat tidur, pasien sering haus dan mengalami kelemahan, kulit kering,
dan penurunan turgor kulit.
1.2.2.2 Batasan karakteristik
1. Haus
2. Kelemahan
3. Kulit kering
4. Membaran mukosa kering
5. Peningkatan frekuensi nadi
6. Peningkatan hematokrit
7. Peningkatan konsentrasi urine
8. Peningkatan suhu tubuh
9. Penurunan berat badan tiba- tiba
10. Penurunan haluran urine
11. Penurunan pengisian vena
12. Penurunan tekanan darah
13. Penurunan tekanan nadi
14. Penurunan turgor kulit
15. Penurunan turgor lidah
16. Penurunan volume nadi
17. Perubahan status mental
1.2.2.3 Tujuan Asuhan Keperawatan
1. Mengetahui tingakat dehidrasi pada pasien dan tindak lanjut untuk
mengatasi dehidrasi
2. Mencegah perlukaan pada kulit tubuh pasien
3. Meningkatkan kelembapan pada mukosa bbibir pasien. Kerena
mukosa bibir yang lembab menunjukkan dehidrasi pada tubuh
pasien berkurang.
4. Meningkatkan pengetahuan keluarga dalam perawatan pasien.
5. Memberikan cairan isotonik melalui IV berfungsi untuk mengganti
dengan cepat cairan yang hilang pada tubuh pasien.
1.2.2.4 Intervensi Asuhan Keperawatan
Manajemen cairan
Definisi : meningkatkan keseimbangan cairan dan pencegahan
komplikasi yang dihasilkan dari tingkat cairan tidak normal
atau tidak diinginkan
Aktivitas- aktivitas:
1. Timbang berta badan setiap hari dan monitor status pasien
2. Hitung atau timbang popok dengan baik
3. Jaga intake/ asupan yang akurat dan catat output (pasien)
4. Masukan kateter urine
5. Monitor status hidrasi (misalnya, membran mukosa lembab, denyut
nadi adekuat, dan tekanan darah ortotastik)
6. Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan retensi cairan
(misalnya peningkatan berat jenis, peningkatan BUN, penurunan
hematokrit, dan peningkatan kadar osmolalitas urin)
7. Monitor status hemodinamik, termasuk CVP, MAP, PAP, dan
PCWP, jika ada
8. Monitor tanda- tanda vital pasien
9. Monitor indikasi kelebihan cairan/ retensi (misalnya, crackles,
elevasi CVP atau tekanan kapiler paru yang terganjal, edema,
distensi vena leher, dan asites)
10. Monitor perubahan berat badan pasien sebelum dan setelah dialisis
11. Kaji lokasi dan luasnya edema, jika ada
12. Monitor makanan/ cairan yang dikonsumsi dan hitung asupan kalori
harian
13. Berikan terapi IV, seperti yang ditentukan
14. Monitor status gizi
15. Berikan cairan, dengan tepat
16. Berikan diuretik yang diresepkan
17. Berikan cairan IV sesuai suhu kamar
18. Tingkatkan asupan oral (misalnya, memberikan sedotan,
menawarkan cairan di antara waktu makan, mengganti air es secara
rutin, menggunakan es untuk jus favorit anak, potongan gelatin ke
dalam kotak yang menyenangkan, menggunakan cangkir obat kecil),
yang sesuai
19. Arahkan pasien mengenai status NPO
20. Berikan penggantian nasogastrik yang diresepkan berdasarkan
output [ pasien]
21. Distribusikan asupan cairan selama 24 jam
22. Dukung pasien dan keluarga untuk membantu dalam pemberian
makan dengan baik
23. Tawari makanan ringan (misalnya, minuman ringan dan buah-
buahan segar/ jus buah)
24. Batasi asupan air pada kondisi pengenceran hiponatremia dengan
serum Na di bawah 130 mEq per liter
25. Monitor reaksi pasien terhadap terapi elektrolit yang diresepkan k
26. Konsultasikan dengan dokter jika tanda- tanda dan gejala kelebihan
volume cairan menetap atau memburuk
27. Persiapkan pemberian produk- produk darah (misalnya, cek darah
dan mempersiapkan pemasangan infus)
28. Berikan produk- produk darah (misalnya, trombosit dan plasma yang
baru)
Manajemen Hipovolemi
Definisi: ekspansi dari volume cairan intravaskular pada pasien yang
cairannya berkurang.
Aktivitas- aktivitas:
1. Timbang berat badan diwaktu yang sama (misalnya, setelah BAK/
BAB, sebelum sarapan) dan monitor kecenderungan [ arah gejala])
2. Monitor status himodinamik, meliputi nadi tekanan darah, MAP,
CVP, PAP, PCWP, CO, dan CI, jika tersedia
3. Monitor adanya tanda- tanda dehidrasi (misalnya, turgor kulit buruk,
capillary reffil terlambat, nadi lemah/ thready pulse, sangat haus,
membran mukosa kering, dan penurunan urine output)
4. Monitor adanya hipotensi ortotastik dan pusing saat berdiri
5. Monitor adanya sumber- sumber kehilangan cairan (misalnya
perdarahan, muntah, diare, keringat yang berlebihan, dan takipnea)
6. Monitor asupan dan pengeluaran
7. Monitor area akses memasukkan alat terhadap adanya infiltrasi,
phlebitis, dan infeksi, dengan tepat
8. Monitor adanya bukti laboratorium terkait dengan kehilangan darah
(misalnya, hemoglobin, hematokrit, tes fekaal adanya gumpalan
darah), jika tersedia
9. Monitor bukti laboratorium dari adanya hemokonsentrasi (misalnya,
sodium, BUN, berat jenis urin), jika tersedia
10. Monitor bukti laboratorium dan bukti klinis adanya cedera ginjal
akut (misalnya, peningkatan BUN, peningkatan kreatinin, penurunan
GFR, myoglobinemia, dan penurunan urin output)
11. Dukung asupan cairan oral (misalnya, berikan cairan lebih dari 24
jam dan berikan cairan dengan makanan), jika tidak ada
kontraindikasi
12. Tawarkan pilihan minum setiap 1 sampai 2 jam saat terjaga, jika
tidak ada kontraindikasi
13. Jaga kepatenan akses IV
14. Hitung kebutuhan cairan didasarkan pada area permukaan tubuh dan
ukuran [tubuh] terbakar, dengan tepat
15. Berikan cairan IV isotonik yang diresepkan (misalnya, cairan normal
saline atau lactated ringer) untuk rehidrasi ekstraseluler dengan
tetesan aliran yang tepat
16. Berikan cairan hipotonik IV yang diresepkan (misalnya, 5 %
dextrose dalam cairan atau 0,45 % sodium chloride) untuk rehidrasi
intraseluler pada tetesan aliran yang tepat, dengan tepat.
17. Berikan cairan IV isotonik bolus yang diresepkan pada aliran tetesan
yang tepat untuk menjaga integritas hemodinamik
18. Berikan colloid suspensionis yang diresepkan untuk meningkatkan
tekanan plasma onkotik dan mengganti volume darah, dengan tepat
19. Monitor adanya tanda reaksi transfusi darah, dengan tepat
20. Lakukan autotransfusi untuk kehilangan darah, jika tepat
21. Monitor adanya bukti- bukti hipervolemia dan edema paru selama
rehidrasi IV
22. Berikan cairan IV pada suhu kamar
23. Gunakan pompa IV untuk menjaga tetesan aliran infus intravena
tetap stabil
24. Monitor integritas kulit pasien yang tidak dapat bergerak dan
memiliki kulit kering.
25. Tingkatkan integritas kulit (misalnya, pencegah pencukuran, hindari
kelembaban yang berlebihan, dan sediakan nutrisi yang cukup) pada
pasien yang tidak dapat bergerak dan memiliki kulit kering, dengan
tepat
26. Bantu pasien dengan ambulisi pada kasus hihpotensi postural
27. Instruksikan pada pasien untuk menghindari posisi yang berubah
cepat, khususnya dari posisi telentang pada posisi duduk atau berdiri
28. Implementasikan posisi trendelenburg yang dimodifikasi (misalnya,
kaki ditinggikan di atas posisi jantung dengan tubuh terlentang) saat
hipotensi untuk mengoptimalkan perfusi otak dalam meminimalkan
kebutuhan oksigen jantung
29. Monitor rongga mulut dari kekeringan dan/atau membran mukosa
yang pecah
30. Sediakan cairan oral (atau moistened mouth swabs) sesering
mungkin untuk memelihara integritas membran mukosa mulut, jika
tidak ada kontraindikasi.
31. Fasilitasi kebersihan mulut (misalnya, menggosok gigi dengan pasta
gigi, menggunakan obat kumur tanpa alkohol) dua kali sehari
32. Posisikan untuk perfusi perifer
33. Berikan vasodilator yang diresepkan dengan hati- hati (misalnya,
nitogliserin, nitroprusside, dan calcium channel blockers) saat
menghangatkan kembali pasien setelah operasi, dengan tepat
34. Berikan atrial natriuretic peptide (ANP) yang diresepkan untuk
mencegah cedera ginjal akut, dengan tepat
35. Instruksikan pada pasien dan/ atau keluarga untuk mencatat intake
dan output, dengan tepat
36. Instruksikan pada pasien dan/ atau keluarga tindakan- tindakan yang
dilakukan untuk mengatasi hipovolemia (NIC, 2013)
Manajemen syok: vasogenik
Definisi : Meningkatkan perfusi jaringan yang adekuat pada pasien yang
mengalami kehilangan berat pada tonus pembuluh darah.
Aktivitas- aktivitas:
1. Monitor perubahan fisiologi yang berhubungan dengan hilangnya
rtonus pembuluh darah (misalnya, cara penurunan tekanan darah,
bradikardi, takipnea, berkurangnya tekanan nadi, cemas, oliguri)
2. Tempatkan pasien pada posisi supine dengan tungkai ditinggikan
untuk meningkatkan preload, sesuai kebutuhan
3. Pertimbangkan posisi trendelenburg jika dugaan cedera kepala sudah
disingkirkan
4. Berikan oksigen aliran tinggi, sesuai kebutuhan
5. Monitor EKG
6. Berikan atropin untuk bradikardi, sesuai kebutuhan
7. Lakukan pengaturan transkutaneous, sesuai kebutuhan
8. Monitor pakaian antisyok pneumatik, sesuai kebutuhan
9. Pertahankan dua lokasi akses intravaskular
10. Berikan kristaloid isotonik dengan dosis bolus, jaga tekanan sistolik
pada nilai 90 mmHg atau lebih, sesuai kebutuhan
11. Berikan antihistamin dan/ atau kortikosteroid, sesuai kebutuhan
12. Berikan vasopressor
13. Tangani overdosis
14. Insersikan NGT dan berikan bilas dengan arang, sesuai kebutuhan
15. Monitor suhu tubuh
16. Cegah hipotermia dengan selimut hangat
17. Tangani hipertermi dengan obat antipiretik, matras pendingin, atau
sponge bath
18. Cegah dan kontrol menggigil dengan medikasi atau dengan
menyelimuti ekstremitas
19. Monitor kecenderungan parametik hemodinamik (misalnya, CVP,
MAP, PAWP, atau tekanan PCWP)
20. Berikan antibiotik, sesuai kebutuhan
21. Berikan pengobatan antiinflamasi, sesuai kebutuhan
22. Hindari stimulus yang dapat memicu reaksi neurogenik (misalnya,
stimulus kulit, distensi kandung kemih, atau konstipasi)
23. Monitor data laboratorium koagulasi, meliputi prothrombin time
(PT), partial thromboplastin time (PTT), fibrinogen, fibrin,
degradation/ split products, and hitung platelet, sesuai kebutuhan
1.2.2.5 Kriteria Hasil
Hasil yang akan didapat:
1. Dehidrasi pasien teratasi
2. Pasien tidak mengalami perlukaan pada kulit
3. Mukosa bibir pasien lembap
4. Keluarga pasien mampu merawat pasien secara mandiri
5. Cairan IV isotonik mampu menggantikan cairan aktif tubuh pasien
yang hilang
Implementasi :
Keseimbangan Cairan (0601)
Definisi : keseimbangan cairan di dalam ruang intraselular dan ekstraselular
tubuh.
SKALA TARGET OUTCOME:
Dipertahankan pada___________ Ditingkatkan ke ________________
Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak
terganggu terganggu Terganggu terganggu terganggu

SKALA OUTCOME KESELURUHAN 1 2 3 4 5


indikator
06101 Tekanan darah 1 2 3 4 5 Na
06122 Denyut nadi radial 1 2 3 4 5 Na
060102 Tekanan arteri rata- rata 1 2 3 4 5 Na
060103 Tekanan ven sentral 1 2 3 4 5 Na
060104 Tekanan baji paru- paru 1 2 3 4 5 Na
060105 Denyut perifer 1 2 3 4 5 Na
060107 Keseimbangan intake dan 1 2 3 4 5 Na
output dala 24 jam
060109 Berat badan stabil 1 2 3 4 5 Na
060116 Turgor kulit 1 2 3 4 5 Na
060117 Kelembaban membran 1 2 3 4 5 Na
mukosa
060118 Serum elektrolit 1 2 3 4 5 Na
060119 Hematokrit 1 2 3 4 5 Na
060120 Berat jenis urin 1 2 3 4 5 Na

Berat Cukup Sedang Ringan Tidak


berat ada
SKALA OUTCOME KESELURUHAN 1 2 3 4 5
indikator
060106 Hipotensi ortostatik 1 2 3 4 5 Na
060108 Suara napasn adventif 1 2 3 4 5 Na
060110 Asites 1 2 3 4 5 Na
060111 Distensi vena leher 1 2 3 4 5 Na
060112 Edema perifer 1 2 3 4 5 Na
060113 Bola mata cekung dan 1 2 3 4 5 Na
lembek
060114 Konfusi 1 2 3 4 5 Na
060115 Kehausan 1 2 3 4 5 Na
060123 Kram otot 1 2 3 4 5 Na
060124 Pusing 1 2 3 4 5 Na
Hidrasi (0602)
Definisi : [ ketersediaan] Air yang cukup dalam kompartemen intraseluler dan
ekstraseluler tubuh.
SKALA TARGET OUTCOME:
Dipertahankan pada___________ Ditingkatkan ke ________________
Sangat Besarly Cukup Sedikit Tidak
terganggu compromised Terganggu terganggu terganggu

SKALA OUTCOME KESELURUHAN 1 2 3 4 5


indikator
060201 Turgor kulit 1 2 3 4 5 Na
060202 Membran mukosa 1 2 3 4 5 Na
lembab
060215 Intake cairan 1 2 3 4 5 Na
060211 Output urin 1 2 3 4 5 Na
060216 Serum sodium 1 2 3 4 5 Na
060217 Perfusi jaringan 1 2 3 4 5 Na
060218 Fungsi kognisi 1 2 3 4 5 Na

Berat Cukup Sedang Ringan Tidak


berat ada
SKALA OUTCOME KESELURUHAN 1 2 3 4 5
indikator
060205 Haus 1 2 3 4 5 Na
060219 Warna urin keruh 1 2 3 4 5 Na
060208 Bola mata cekung dan 1 2 3 4 5 Na
lunak
060220 Fontanel cekung 1 2 3 4 5 Na
060212 Penurunan tekanan darah 1 2 3 4 5 Na
060221 Nadi cepat dan lemah 1 2 3 4 5 Na
060213 Peningkatan hematokrit 1 2 3 4 5 Na
060222 Peningkatan nitrogen 1 2 3 4 5 Na
ureum darah / blood urea
nitrogen (BUN)
060223 Kehilangan berat badan 1 2 3 4 5 Na
060224 Otot tegang 1 2 3 4 5 Na
060225 Otot berkedut 1 2 3 4 5 Na
060226 Diare 1 2 3 4 5 Na
060227 Peningkatan suhu tubuh 1 2 3 4 5 Na

1.2.2.3 Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai
efek dari tindakan keperawatan pada pasien. Tidak adanya tanda dan gejala
keletihan yang berlebih.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat Anna, Windarwati dwi, dkk. 2015. Diagnosa Keperawatan definisi &
klasifikasi 2015- 2017 edisi 10. Jakarta: ECG
Bulechek M Gloria, Butcher K Howard, dkk. 2013. Nursing Interventions \
classification (NIC) edisi keenam. Yogyakarta: Mocomedia
Moorhead sue, Johnson Marion, dkk. 2013. Nursing outcomes classification (NOC)
edisi kelima. Yogyakarta: Mocomedia

Anda mungkin juga menyukai