Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA Tn.

S DENGAN
HEMOROID YANG DILAKUKAN TINDAKAN HEMOROIDEKTOMI DI
INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUP KLATEN

DI SUSUN OLEH :
BILLI BERNANDO NIM. P07120311014

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV JURUSAN KEPERAWATAN
MEDIKAL BEDAH PERIOPERATIF
TAHUN 2013

1
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Tn.S dengan hemoroid yang


dilakukan tindakan hemoroidektomy di Instalasi Bedah Sentral RSUP
KLATENTelah Mendapat Persetujuan pada tanggal, Maret 2013

Menyetujui,

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Lapangan

Nip. Nip.

2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Hemoroid

1. Pengertian

Hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen atau lebih

vena-vena hemoroidales ( bacon) (Kapita Selekta Kedokteran).

Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus

hemoroidalis yang tidak merupakan keadaan patologik ( Buku Ajar

Ilmu Bedah).

Hemoroid adalah bagian vena yang berdolatasi kanal anal.

Hemoroid dibagi menjadi 2,   yaitu hemoroid interna dan eksterna.

Hemoroid interna merupakan varises vena hemoroidalis suparior dan

media dan hemoroid eksterna merupakan varises vena hemoroidalis

inferior. Sesuai dengan  istilah yang digunakan, maka hemoroid

eksterna timbul disebelah luar otot sfingter ani, dan hemoroid interna

timbul di sebelah dalam sfingter. (Buku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah).

3
2. Etiologi

Yang menjadi factor predisposisi adalah herediter, anatomi,

makanan, pekerjaan, psikis, dan sanilitas. Sedangkan sebagai factor

presipitasi adalah factor mekanis ( kelainan sirkulasi parsial dan

peningkatan tekanan intrabdominal), fisiologis dan radang. Pada

umunya factor etiologi tersebut tidak berdiri sendiri tetapi saling

berkaitan(k apita selekta kedokteran).

3. Klasifikasi

Hemoroid diklasifikasikan menjadi dua tipe yaitu hemoroid interna

dan hemoroid eksterna. Hemoroid intern adalah pleksus vena

hemoroidalis superior di atas garis mukokutan dan ditutupi oleh

mukosa. Sedangkan Hemoroid ekstern yang merupakan pelebaran

dan penonjolan pleksus hemoroid inferior terletak disebelah distal

garis mukokutan di dalam jaringan di bawah epitel anus.

Hemoroid interna dikelompokan dalam empat derajat yaitu :

a. Derajat I

Hemoroid menyebabkan perdarahan merah segar tanpa nyeri

pada waktu defekasi.

b. Derajat II

Menonjol melalui kanalis analis pada saat mengedam ringan

tetapi dapat masuk  kembali secara spontan

c. Derajat III

4
Hemoroid menonjol saat mengedam dan harus didorong kembali

sesudah defekasi

d. Derajat IV

Merupakan hemoroid yang menonjol keluar dan tidak dapat

didorong masuk kembali.

Hemoroid eksterna diklasifikasikan sebagai bentuk akut dan kronis :

a. Akut

Berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan

merupakan suatu hematoma walaupun disebut sebagai

hemoroid thrombosis eksternal akut.

b. Kronis

Berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan

ikat dan  sedikit pembuluh darah.

4. Manifestasi klinis

Tanda utama biasanya adalah perdarahan. Darah yang keluar

berwarna merah segar, tidak bercampur dengan feses, dan

jumlahnya bervariasi. Bila hemoroid bertambah besar maka dapat

terjadi prolaps. Pada awalnya biasanya dapat tereduksi spontan.

Pada tahap lanjut, pasien harus memasukkan sendiri setelah

defekasi. Dan akhirnya sampai pada suatu keadaan dimana tidak

dapat dimasukkan. Kotoran di pakaian dalam menjadi tanda

hemoroid yang mengalami prolaps permanen. Kulit di daerah perinial

5
akan mengalami iritasi. Nyeri akan terjadi bila timbul thrombosis luas

dengan edema dan peradangan.

Anamnesis harus dikaitkan dengan factor obstifasi, defekasi yang

keras yang membutuhkan tekanan intraabdominal tinggi (mengejan),

juga sering pasien harus duduk berjam-jam di WC, dan dapat disertai

rasa nyeri yang merupakan gejala radang.

Hemoroid eksterna dapat dilihat dengan inspeksi, apalagi bila telah

terjadi thrombus. Bila hemoroid interna mengalami prolaps, maka

tonjolan yang ditutupi epitel penghasil musin akan dapat dilihat pada

satu atau beberapa kuadran.

Selanjutnya secara sistematik dilakukan pemeriksaan dalam rectal

secara digital dan dengan anoskopi. Pada pemeriksaan rectal secara

digital mungkin tidak ditemukan apa-apa bila masih dalam stadium

awal. Pemeriksaan anoskopi dilakukan untuk melihat hemoroid

interna yang tidak mengalami penonjolan (kapita selekta

kedokteran)

5. Patofisiologi

Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan

aliran balik vena hemoroidalis. Beberapa factor etiologi telah

diajukan, termasuk konstipasi dan diare, sering mengejan, kongesti

pelvis pada pada kehamilan, pembesaran prostat, fibroma uteri, dan

tumor rectum. Penyakit hati kronik yang disertai hipertensi portal

sering mengakibatkan hemoroid karena vena hemoroidalis superior

6
mengalirkan darah ke dalam system portal. Selain itu system portal

tidak mempunyai katup sehingga mudah terjadi aliran balik.

Hemoroid interna dikelompokan dalam empat derajat. Hemoroid

interna derajat 1 ( dini) tidak  menonjol melalui kanalis ani, hanya

dapat dideteksi melalui pemeriksaan protoskopi. Lesi ini biasanya

terletak pada posterior kanan dan kiri serta inferior kanan, mengikuti

penyebaran cabang-cabang vena hemoroidalis superior dan tampak

sebagai pembengkakan globular kemerahan. Hemoroid derajat II

mengalami prolaps melalui kanalis ani setelah defekasi, hemoroid ini

dapat mengecil spontan atau dapat direduksi ( dikembalikan ke

dalam) secara manual. Hemoroid derajat III mengalami prolaps

secara permanen. Gejala hemoroid interna yang paling sering adalah

perdarahan tanpa nyeri, karena tidak terdapat serabut nyeri pada

daerah ini. Sebagian besar kasus hemoroid adalah campuran interna

dan eksterna.

6. Komplikasi

Komplikasi penyakit ini adalah perdarahan hebat, abses, fistula para

anal, dan inkarserasi. Untuk hemoroid eksterna, pengobatannya

selalu operatif. Tergantung keadaan, dapat dilakukan eksisi atau

insisi thrombus serta pengeluaran thrombus. Komplikasi jangka

panjang adalah striktur ani karena eksisi yang berlebihan (kapita

selekta kedokteran)

7. Diagnosa banding

7
Perdarahan rektum yanhg merupakan manifestasi utama hemoroid

interna juga terjadi pada karsinoma kolorektum, penyakit dipertikel,

polip, olitus ulserosa, dan penyakit lain ynag tidak begitu sering

terdapat di kolorektum. Pemeriksaan sigmoidiskopi harus dilakukan.

Foto barium kolon dan kolonoskopi perlu dipilih secara selektif,

bergantung pada keluhan dan gejala penderita.

Prolaps rektum juga harus dibedakan dari prolaps mukosa akibat

hemoroid interna. Kondiloma perianal dan tumor anorektum lainnya

bisa tidak sulit dibedakan dari hemoroid yang mengalami prolaps.

Lipatan kulit luar yang lunak sebagai akibat dari trombosis hemoroid

eksterna sebelunya juga mudah dikenali. Adanya lipatan kulit

sentinel pada garis tengah dorsal, yang disebut umbai kulit, dapat

menunjukan adanya fisura anus.

Diagnosis hemoroid ditegakkan melalui adanya :

o Darah di anus

o Prolaps

o Perasaan tak nyaman anus(mungkin pruritus ani)

o Pengeluaran lendir

o Anemia sekunder ( mungkin)

o Tampak kelainan khas pada inspeksi

o Gambaran khas pada anoskopi/ retroskopi.

8. Penatalaksanaan

8
Untuk hemoroid derajat I dan II dapat diobati dengan tindakan lokal

dan anjuran diet. Hilangkan faktor penyebab, misalnya obstipasi,

dengan diet rendah sisa, banyak makan makanan berserat dan

mengurangi daging serta penderita dilarang makan makanan yang

merangsang.

Bila ada infeksi berikan antibiotik peroral. Bila terdapat nyeri yang

terus- menerus dapat diberikan supositoria atau salep rektal untuk

anestesi dan pelembab kulit. Untuk melancarkan defekasi saja dapat

diberikan cairan parafin atau larutan magnesium sulfat 10 %. Bila

dengan pengobatan tersebut tidak ada perbaikan, berikan terapi

sklerosing dengan menyuntikan zat sklerosing (sodium moruat 5%

atau fenol).

Untuk hemoroid yang meradang akut, yang mengalami trombosis

dan yang prolaps dapat disuntik dengan campuran anastetik lokal

danhialuronidase ( 10 ml bupivakain 0,25%( marcaine) dengan

epinefrin 1 :200.000 ditambah 150 unit hialuronidase).

Untuk hemoroid yang melebar atau menonjol, ligasi adalah terapi

terbaik ( rubber band ligation). Untuk hemoroid yang kronis tersedia

berbagai pilihan, ternasuk injeksi dengan obat sklerosa, ligase karet

gelang, bedah krio, dilasi anal, sfinkterotomi internal lateral,

koagulasi inframerah, elektrokoagulasi bipolar, dan lemorodiktomi.

Tindakan bedah diperlukan bagi pasien dengan keluhan kronis dan

hemoroid derajat tiga atau empat. Prinsip utama hemoroidektomi

9
adalah eksisi hanya pada jaringan yang menonjol dan eksisi

konservatif kulit serta anoderm normal.

Dengan terapi yang tepat keluhan pasien dengan hemoroid dapat

dihilangkan. Pendekatan konservatif harus dilakukan pada hampir

setiap kasus. Hasil dari hemoroidektomi cukup memuaskan. Untuk

terapi lanjutan, mengedan harus dikurangi untuk mencegah

kekambuhan.

9. Prognosis

Dengan terapi yang tepat keluhan pasien dengan hemoroid dapat

dihilangkan. Pendekatan konservatif harus dilakukan pada hampir

setiap kasus. Hasil dari hemoroidektomi cukup memuaskan. Untuk

terapi lanjutan, mengedan harus dikurangi untuk mencegah

kekambuhan.

B. Konsep asuhan keperawatan hemoroid

Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep

diterapkan dalam praktik keperawatan. Hal ini biasa disebut sebagai

suatu pendekatan problem solving yang memerlukan ilmu, tehnik dan

keterampilan interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan

klien/ keluarga. Dimana proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang

sequensial dan berhubungan: pengkajian, diagnosis, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi. (Nursalam, 2001 ; 1)

10
Proses keperawatan mengandung 5 langkah : Pengkajian,

diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

“Creativity” adalah pengembangan lanjut dari proses itu. Proses

keperawatan dinamis dan berlanjut terus menerus. (Potter, 1997 ; 103 )

Dalam melakukan asuhan keperawatan terdapat beberapa langkah yang

harus ditempuh.  Adapun langkah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data

dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan

mengidentifikasi status kesehatan klien. (Nursalam, 2001 ; 17)

Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan Hemoroid

meliputi :

Riwayat kesehatan diambil untuk menentukan adanya gatal, rasa

terbakar dan nyeri berserta karakteristiknya

a. Apakah ini terjadi selama defekasi ?

b. Berapa lama ini berakhir ?

c. Adakah nyeri abdomen dihubungkan dengan hal itu ?

d. Apakah terdapat perdarahan dari rektum ?

e. Seberapa banyak ?

f. Seberapa sering ?

g. Apakah warnanya ?

h. Adakah rabas lain seperti mukus atau pus ?

11
Pertanyaan lain berhubungan dengan pola eliminasi dan

penggunaan laksatif

 Riwayat diet, termasuk masukan serat

 Jumlah latihan

 Tingkat aktivitas

 Pekerjaan (khususnya bila mengharuskan duduk atau berdiri

lama)

Pemeriksaan fisik pada klien dengan hemoroid adalah sebagai

berikut:

a. Kaji tingkat kesadaran (kacau mental, letargi, tidak merespon).

b. Ukur tanda-tanda vital (TD meningkat/ menurun, takikardi).

c. Auskultasi bunyi nafas.

d. Kaji kulit (pucat, bengkak, dingin).

e. Kaji terhadap nyeri atau mual.

f. Abdomen : Nyeri tekan pada abdomen, bisa terjadi konstipasi.

Anus : Pembesaran pembuluh darah balik (vena) pada anus,

terdapat benjolan pada anus, nyeri pada anus, perdarahan.

(Engram, 1999 ; 789)

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan

status/ masalah kesehatan aktual atau potensial. Tujuannya adalah

mengidentifikasi adanya masalah aktual berdasarkan respon klien

terhadap masalah atau penyakit, faktor-faktor yang berkontribusi

12
atau penyebab adanya masalah, kemampuan klien mencegah atau

menghilangkan masalah.

Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada pasien dengan

hemoroid adalah :

a. Nyeri berhubungan dengan iritasi, tekanan, dan sensitifitas

pada area rektal atau anal sekunder akibat penyakit anorektal.

b. Konstipasi berhubungan dengan mengabaikan dorongan untuk

defekasi akibat nyeri selama eliminasi

c. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan rasa

malu.

d. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan

primer tidak adekuat. Smeltzer, 2002 ; 179)

3. Intervensi Keperawatan

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan langkah berikutnya

adalah menentukan perencanaan keperawatan. Perencanaan

meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah,

mengurangi dan mengoreksi masalah-masalah yang di identifikasi

pada diangosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan

diagnosa keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi.

Adapun perencanaan/ intervensi dari diagnosa yang timbul pada

pasien hemoroid adalah:

a) Nyeri berhubungan dengan iritasi, tekanan, dan sensitifitas

pada area rektal atau anal sekunder akibat penyakit anorektal.

13
Tujuan                  : Nyeri berkurang atau hilang

Kriteria hasil         : 

 Melaporkan nyeri hilang

 Mengungkapkan metode yang memberikan penghilangan

 Mendemonstrasikan penggunaan intervensi terapeutik

(misal keterampilan relaksasi) untuk menghilangkan nyeri.

Intervensi :

1) Kaji karakteristik, intensitas dan lokasi nyeri

2) Pantau tanda-tanda vital.

3) Kaji hal-hal yang dapat meningkatkan nyeri

4) Hindarkan hal-hal yang dapat menimbulkan nyeri

5) Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi

6) Dorong klien untuk ambulasi dini

7) Kolaborasi ;Berikan analgesik sesuai indikasi.

b) Konstipasi berhubungan dengan mengabaikan dorongan untuk

defekasi akibat nyeri selama eliminasi

Tujuan                  : Eliminasi kembali normal.

Kriteria hasil         : 

 Membuat kembali pola yang normal dari fungsi usus.

 Pasien dapat mengeluarkan feses lunak/ konsistensi agak

berbentuk tanpa mengejan.

 Menciptakan kembali kepuasan pola eliminasi usus

Intervensi :

14
1) Catat adanya distensi abdomen dan auskultasi peristaltik

usus

2) Anjurkan latihan defekasi secara teratur

3) Anjurkan pasien untuk minum paling sedikit 2000 ml/ hari

4) Anjurkan pasien untuk makan-makanan yang sehat dan

yang termasuk makanan yang berserat.

5) Anjurkan untuk melakukan pergerakan atau ambulasi

sesuai kemampuan

6) Tingkatkan diit makanan berserat

7) Kolaborasi ; beri obat pelembek feses, supositoria, laksatif

atau enema jika diperlukan.

c) Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan rasa

malu.

Tujuan : Pasien dapat menerima secara nyata kondisi

penyakit dengan positif.

Kriteria hasil           :

 Menunjukkan rileks dan melaporkan penurunan ansietas

sampai tingkat ditangani.

 Mengatakan perasaan dan cara yang sehat untuk

menghadapi masalah.

 Menunjukkan keterampilan pemecahan masalah dan

penggunaan sumber secara efektif

Intervensi :

15
1) Jelaskan prosedur atau asuhan yang diberikan. Ulangi

penjelasan dengan sering atas sesuai kebutuhan.

2) Dorong menyatakan perasaan. Berikan umpan balik.

3) Berikan lingkungan yang tenang pada pasien.

d) Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan

primer tidak adekuat.

Tujuan                :  Infeksi tidak terjadi

Kriteria hasil       : 

 Menyatakan pemahaman penyebab atau faktor resiko.

 Meningkatkan waktu penyembuhan, bebas tanda infeksi.

 Tidak demam.

 Berpartisipasi pada aktifitas untuk menurunkan resiko

infeksi.

Intervensi :

1) Kaji tanda-tanda infeksi.

2) Pertahankan teknik aseptik pada perawatan hemoroid.

3) Kaji tanda-tanda vital dengan sering, catat tidak

membaiknya atau berlanjutnya hipotensi, penurunan

tekanan darah, takikardia, demam, takipnea

4) Anjurkan klien dan keluarga untuk menjaga kebersihan

daerah anus.

5) Kolaborasi berikan antibiotik sesuai indikasi

4. Implementasi Keperawatan

16
Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah inisiatif dari rencana

tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan

dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada

nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang

diharapkan.

Dalam pelaksanaan tindakan ada tiga tahapan yang harus dilalui

yaitu persiapan, perencanaan dan dokumentasi.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa

keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah

berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk

memonitor “kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian,

analisa, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan. (Nursalam,

2001 ; 71, dikutip dari Ignatavicius & Bayne, 1994)

Ada 2 komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan

keperawatan yaitu:

a. Proses (Formatif)

Adalah evaluasi yang dilaksanakan segera setelah perencanaan

keperawatan dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap

tindakan.

b. Hasil (Sumatif)

17
Adalah evaluasi yang dapat dilihat pada perubahan perilaku atau

status kesehatan klien pada akhir tindakan perawatan klien.

Adapun kriteria yang diharapkan pada evaluasi dari penyakit

hemoroid adalah:

a. Nyeri berkurang atau hilang.

b. Eliminasi kembali normal.

c. Pasien dapat menerima secara nyata kondisi dengan positif.

d. Infeksi tidak terjadi.

Hal ini sesuai dengan standar tujuan yang telah ditentukan pada

tahap perencanaan tindakan.

18
TINJAUAN KASUS

A. Asuhan Keperawatan Pra Operasi

1. Pengkajian

Pasien masuk ke rumah sakit pada tanggal 31 maret 13 dengan

dengan keluhan utama pasien merasa ada benjolan di daerah anus,

terasa nyeri, dan berdarah. Keluhan diraskan semakin memberat

sejak 3 hari yang lalu, benjolan tidak mau masuk lagi. Pasien

kemudiam memeriksakan diri ke dokter dan diberikan obat lewat anus,

tapi benjolan tetap tidak mau masuk lagi. Setelah melakukan

serangkaian pemeriksaan, selanjutnya pasien di rencanakan untuk

dilakukan tindakan operasi hemoroidectomy pada tanggal 03 april

2013.

a. Identitas pasien

Nama : Tn. S

Umur : 36 tahun

Pendidikan : Sarjana

Pekerjaan : PNS

Agama : Islam

Alamat : Klaten

Diagnosa medis : Hemoroid external grade IV

19
Identitas Penanggung jawab

Nama : Ny. M

Hubungan dengan pasien : Istri

b. Data fokus :

Pasien merasa ada benjolan di daerah anus, terasa nyeri, dan

berdarah. Keluhan diraskan semakin memberat sejak 3 hari yang

lalu, benjolan tidak mau masuk lagi. Pasien mengatakan belum

pernah menjalani operasi sebelumnya, pasien bertanya tentang

penyakitnya, pasien tampak cemas.

c. Riwayat kesehatan sekarang

Pasien mengatakan sekitar 1 bulan yang lalu Pasien merasa ada

benjolan di daerah anus, terasa nyeri, dan berdarah. Pasien

kemudian di rencanakan untuk menjalani operasi hemoroidectomy.

d. Riwayat kesehatan yang lalu

Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi

namun tidak memiliki riwayat penyakit DM juga tidak pernah

menderita penyakit jantung, alergi dan belum pernah di operasi.

e. Pola kebiasaan

a) Pola nutrisi

Sebelum sakit: makan teratur 3x sehari dengan menu nasi,

lauk, sayur. Tidak ada alergi makanan. Minum air putih 5-6

gelas sehari. Selama sakit: pasien mengatakan porsi makan

tidak berubah.

20
b) Pola eliminasi

BAK : 4-5 kali sehari dan tidak ada kelainan.

BAB : pasien mempunyai kebiasaan BAB sehari sekali dengan

konsistensi lembek, warna kuning serta terasa nyeri saat BAB

dan kadang berdarah.

c) Pola tidur dan Istirahat

Sebelum sakit: pasien terbiasa tidur diatas jam 21.00 WIB

Selama sakit: sering terbangun di malam hari dan selanjutnya

susah untuk tidur kembali

d) Pola persepsi diri

Pasien tidak menggunakan alat bantu pendengaran,fungsi

pendengaran agak menurun dan sensasi rasa masih bagus.

Tentang penyakitnya pasien mengatakan ingin sembuh, tetapi

masih bingung dengan tindakan yang akan dilakukan. Pasien

masih memikirkan jaminan biaya operasi yang harus

diselesaikan.

e) Pola seksual dan reproduksi

Pasien mengatakan status sudah menikah.

f) Pola peran dan hubungan

Pasien dapat berkomunikasi dengan lancar, kooperatif dan

hubungan dengan keluarga maupun petugas baik.

g) Pola mekanisme koping dan pemecahan masalah

21
Dalam memecahkan masalah dan pengambilan keputusan

pasien lebih banyak membicarakan kepada istri dan anak.

h) Sistem nilai dan keyakinan

Pasien mengatakan selalu melaksanakan shalat dan

berkeyakinan bahwa apa yang di alaminya sekarang adalah

ujian dari Allah SWT dan pasien pasrah serta tawakal dalam

menerima ujian ini.

f. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)

a) Keadaan Umum

Kesadaran : compos Mentis

TD: 110/70 mmHg, Nadi: 82x/menit, Respirasi: 24x/menit, suhu

36,2°

b) Kulit: warna sawo matang, tidak ada lesi.

c) Kepala: simetris, bentuk mesocepal, tampak bersih.

d) Mata bentuk simetris, konjungtiva tak anemis.

e) Hidung: tidak terdapat deviasi septum, lubang hidung simetris,

tidak ada pernafasan cuping hidung.

f) Mulut: tidak menggunakan gigi palsu,jumlah gigi sudah tidak

lengkap.

g) Leher: tidak ada pembesaran kelenjar thyroid.

h) Dada : bentuk dada simetris, tidak ada ketinggalan gerak

antara yang sebelah kanan dan yang sebelah kiri.

22
i) Paru – paru : pengembangan dada kanan dan kiri simetris,

suara paru vesikuler kanan kiri.

j) Ekstremitas

Atas : teraba hangat, terpasang infus RL 20 tetes permenit

pada tangan kiri,

Bawah: tidak terdapat oedema, teraba hangat.

k) Genetalia: tidak terpasang urine kateter

l) Anus : hemoroid grate IV

g. Pemeriksaan Penunjang

a) Rontgen Thorax tgl 31 3 2013

Hasil: Pulmo tidak tampak kelainan

b) Pemeriksaan Laboratorium tgl 31 3 2013

HGB : 15,2 g/dl (13-17 g/dl)

Al : 6,3 ribu/ul

ae : 5,6 juta/ul

at : 276 ribu/ul

hmt : 46,8%

gol darah :o

ppt : 14,7 detik

aptt : 35,6 detik

gds : 82

na : 139 mmol/l

k : 3,47 mmol/l

23
cl : 106,5 mmol/l

hbsag : negatif

h. Persiapan operasi

a) Fisik

Tekanan Darah : 110/70 mmHg

Nadi : 84 x/menit

Respirasi : 24 x/menit

Suhu : 36,2°

Pasien dipuasakan jam 24.00 WiB dan telah dilakukan

lavament.

b) Psikis

Menjelaskan kepada pasien tentang prosedur operasi dan

perawatan.

Orientasikan ruangan, lingkungan kamar operasi dan tim kamar

operasi.

c) Administratif

Persetujuan tindakan operasi dan tindakan anestesi telah

ditandatangani oleh keluarga, saksi dan dokter.

Pasien dan keluarga telah diberi informasi tentang proses

penyakit dan proses operasi yang telah dijalankan.

Pasien telah dijelaskan tentang hal-hal atau aktifitas yang boleh

dan tidak boleh dilakukan sebelum operasi

24
2. Analisis Data

NO DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI


1
1 DS: pasien mengatakan Cemas Kurang
takut dengan tindakan pengetahuan
operasi yang akan tentang
dilakukan karena baru prosedur
pertama kali dilakukan. operasi

DO: wajah pasien tampak


tegang dan gelisah.
TD: 110/70 mmHg
Nadi: 84x/menit

3. Diagnosa keperawatan
1) Cemas berhubungan dengan tindakan pembedahan.

25
Rencana Perawatan
Pre Operatif
PERENCANAAN
DIAGNOSA
NO TUJUAN DAN TINDAKAN EVALUASI
KEPERAWATAN RENCANA TINDAKAN
KRETERIA HASIL
1 Cemas NOC : NIC :
berhubungan Tujuan : Setelah - Berikan informasi yang 1. Memberikan informasi Pasien
dengan kurangnya dilakukan tindakan sesungguhnya meliputi tentang proses penyakit mengatakan
informasi dari keperawatan selama 1 x diagnosis, treatmen dan meliputi diagnosis, sedikit paham
petugas kesehatan 20 menit diharapkan prognosis. treatmen dan tentang apa yang
tentang prosedur/ tidak ada masalah - Menenangkan / motivasi prognosis. terjadi dan
proses operasi dengan kecemasan pasien. 2. Memotivasi klien untuk mengetahui
dengan skala 4 - Kaji tingkat kecemasan tenang dan berdoa tindakan
sehingga rasa cemas dan 3. Mengkaji tingkan penanganannya
dapat hilang atau reaksi fisik pada tingkat kecemasan & reaksi O : KU : Cukup
berkurang kecemasan. (takhikardi, fisik pada tingkat Kesadaran:CM
Kriteria hasil : eskpresi cemas non kecemasan. (takhikardi, TD = 110/70
a. cemas berkurang verbal) eskpresi cemas non mmHg
b. Monitor intensitas - Berikan pengobatan

26
kecemasan untuk verbal) S = 36,8 ˚C
c. Mencari informasi menurunkan cemas 4. Memberikan N =84x/menit
untuk menurunkan dengan pengobatan untuk R =20x/menit
kecemasn cara yang tepat. menurunkan cemas Tampak lebih
d. Memanifestasi - Instruksikan pasien dengan cara yang rileks
perilaku akibat untuk tepat. A : Masalah
kecemasan tidak ada melakukan teknik 5. Menginstruksikan teratasi
e. Menggunakan tehnik relaksasi pasien untuk P : Lanjutkan
relaksasi distraksi ( nafas dalam ) melakukan teknik intervensi di ruang
relaksasi ( nafas dalam operasi untuk
) dilakukan tindakan
anestesi

27
B. Asuh

28
C. Keperawatan Intra Operatif

1. Pengkajian

a. Persiapan perawat

1) Menyiapkan pasien di ruang persiapan

2) Menyiapkan bahan medis yang diperlukan

3) Setting ruangan dan peralatan penunjang yang akan dipakai

untuk operasi

4) Mengatur posisi pasien dengan posisi supinasi.

5) Memantau aktivitas tim bedah, suhu, pencahayaan, menjaga

peralatan dan ketersediaan bahan operasi

6) Memastikan keselamatan pasien

7) Menyiapkan duk operasi.

b. Persiapan ruangan

- Ruangan dalam keadaan bersih, steril dan siap pakai

- AC berfungsi dengan baik

c. Persiapan alat dan ruang

1) Pinset chirurgie : 2 buah

2) Pinset anatomis : 2 buah

3) Klem pean : 6 buah

4) Nald vouder : 2 buah

5) Elis klem : 3 Buah

6) Hak Langen back : 2 buah

7) Gunting jaringan : 1 buah

29
8) Gunting benang : 1 buah

9) Scapel mess no.4 : 1 buah

10)Preparasi klem : 1 buah

11)Doek klem : 1 buah

Bahan medis steril

1) Sarung tangan steril : 4 buah

2) Mess no. 20 : 2 buah

3) Betadin : 100 cc

4) Alkohol : 100 cc

5) Catgut chromic no. 2/0 : 1-2 meter

6) Silk stupak no.1 : 1 meter

7) Folley kateter no. 16 : 1 buah

8) Urine bag : 1 buah

9) Jelly : secukupnya

10)spuit 10 cc : 1 buah

Alat penunjang operasi:

1) Standar infus : 2 buah

2) Tempat sampah medis : 2 buah

3) Tempat sampah non medis : 1 buah

4) Tempat linen kotor : 2 buah

5) Canule binasal oksigen : 1 buah

6) Meja mayo : 1 buah

7) Meja linen : 1 buah

30
d. Prosedur Operasi

1) Masukkan pasien dari ruang induksi ke dalam kamar operasi

2) Mengatur posisi tidur pasien dengan posisi litotomi.

3) Pasien di anestesi dengan spinal anestesi.

4) Pasien dipasang Dower chateter no 16.

5) Atur posisi tidur pasie dengan posisi litotomi

6) Mencuci tangan dengan tehnik steril (scrubbing)

7) Memakai jas steril (gowning)

8) Memakai sarung tangan stering (gloving)

9) Membantu memakaikan baju dan kelengkapan steril tim

operasi

10)Mempersiapkan alat steril

11)Mempertahankan sterilitas

12)Mengatur meja steril, menata dan menghitung instrumen

yang dipakai dipakai diatas meja mayo beserta AMHP yang

akan dipakai.

13)Membuat jegol atau tampon dari kasa yang diikat dengan silk

stupak no.0

14)Memberikan kassa bethadine untuk melakukan desinfeksi

pada daerah anus dan sekitarnya

15)Lakukan drapping dengan memasang duk di bawah bokong

pasien kemudian menutup kedua kaki dengan duk steril jept

dengan duk klem agar tidak jatuh. Bagian ata abdomen juga

31
ditutup dengan duk lalu di lapisi dengan duk lubang besar

untuk membatasi area yang akan dilakukan tindakan operasi

16)Melakukan time out.

17)Memberikan kassa betadin kepada operator untuk

membersihkan anus.

18)Memberikan tampon pada operator untuk dimasukkan ke

dalam anus.

19)Berikan elis klem, klem pean dan mess no. 20 untuk

memegang jaringan hemoroid dan memulai insisi.

20)Memberikan gunting jaringan dan pinset chirurgie untuk

menggunting mukosa hemoroid.

21)Kontrol perdarahan dengan kassa dan couter.

22)Memberikan nald vouder, pinset chirurgie, klem pean dan

benang chromic no.2/0 untuk menjahit jaringan mukosa

hemoroid yang telah digunting.

23)Lakukan secara berulang sampai semua jaringan mukosa

hemoroid diangkat dan dijahit.

24)Kontrol perdarahan

25)Setelah semua jaringan mukosa hemoroid diangkat da di

jahit, kontrol kembali peradarahan.

26)Lepas tampon yang dipasang pada anus.

32
27)Pasang kasa tampon baru yang diolesi betadin dan salf

chloramphenicol lalu tutup dengan kassa kering dan diplester

dengan hipofix.

28)Menghitung kassa dan instrumen, melakukan dekontaminasi

instrumen.

29)Memindahkan pasien ke brankard

30)Memindahkan pasien ke ruang penerimaan.

e. Evaluasi
1) Ruangan operasi dirapikan kembali

2) Pengelolaan bahan medis habis pakai, penggunaan catatan

dikirim ke bagian farmasi, dan bukti tindakan dikirim ke

administrasi.

2. Analisa Data

NO DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI

1 DS: - Resiko Infeksi Prosedur invasif


DO: Tampak luka insisi anus
operasi pada daerah
anus.

3. Diagnosa keperawatan

1) Risiko infeksi berhubungan dengan efek samping

pembedahan,tindakan

33
2) invasif (infus dll)

34
d. RENCANA PERAWATAN
Intra Operatif
PERENCANAAN
DIAGNOSA
NO TUJUAN DAN TINDAKAN EVALUASI
KEPERAWATAN RENCANA TINDAKAN
KRETERIA HASIL
1 Resiko Infeksi NOC : NIC :
berhubungan Tujuan: Setelah 1. Menggunakan sabun anti 1. Menggunakan sabun S: -
dengan Prosedur dilakukan tindakan mikroba untuk cuci anti mikroba untuk cuci O:
pembedahan keperawatan kontrol tangan. tangan. 1) Identifikasi
infeksi selama 1 x 60 2. Membersihkan 2. Membersihkan perdarahan
menit diharapkan tidak lingkungan setelah lingkungan setelah 2) Mengelola dan
ada infeksi dengan dipakai pasien lain. dipakai pasien lain. mencatat
Kriteria hasil: 3. Mencuci tangan sebelum 3. Mencuci tangan BMHP dan
Dapat memonitor dan sesudah tindakan sebelum dan sesudah BAHP yang
faktor resiko operasi tindakan operasi telah dipakai
Pengetahuan tentang 4. Menggunakan baju, 4. Menggunakan baju, di catat lalu
resiko sarung tangan, masker sarung tangan, masker dikembalikan
Mengembangkan sebagai APD sebagai APD di bagian
keefektifan strategi 5. Pertahankan lingkungan 5. Pertahankan

35
untuk mengendalikan aseptik selama lingkungan aseptik farmasi
infeksi. pemasangan alat dan selama pemasangan 3) Selama
Menggunakan persiapan alat alat dan persiapan alat operasi area
fasilitas kesehatan 6. Berikan antibiotik bila 6. Berikan antibiotik bila dan alat tetap
sesuai kebutuhan perlu perlu steril
Melaksanakan 7. Lakukan teknik 7. Lakukan teknik 4) Pasien aman
strategi kontrol perawatan luka yang perawatan luka yang tidak jatuh,
resiko yang dipilih tepat. tepat. tidak ada kasa
atau alat yang
tertinggal
dalam tubuh
pasien.
5) TTV: T.
110/80 mmHg,
N. 84 X/menit,
R. 20x/menit
6) Cairan infuse
RL masih jalan
lancar tetesan

36
20 tetes/menit
7) Operasi
berlangsung
selama 1 jam
A: Masalah
teratasi
P : Hentikan
intervensi

37
D. Asuhan Keperawatan Post Operatif

1. Pengkajian

Hasil pengkajian :

1) Pasien dalam keadaan sadar

2) pasien tampak kooperatif

Kondisi pasien pasca operasi di ruangan RR

1) Tanda-tanda vital: TD: 134/74 mmHg, Nadi: 80 x/menit,

respirasi 18x/menit.

2) Pasien dalam kondisi sadar.

a. Bromage scale

Kriteria Skor I/15 II/15 III/15


- Gerakan penuh dari 0 - - -
tungkai
- Tidak mampu 1 1 1 1
mengekstensikan
tungkai 2 2 2 2
- Tidak mampu
memfleksi lutut 3 3 3 3
- Tidak mampu
memfleksi
pergelangan kaki

38
2. Analisa Data

NO DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI

1 DS: - Risiko Tindakan


DO: perdarahan invasif (insisi
- Terdapat luka insisi di daerah hemoroid)
anus

3. Diagnosa keperawatan

1) Resiko perdarahan berhubungan dengan tindakan invasif (insisi

hemoroid)

39
RENCANA PERAWATAN
Post Operatif
PERENCANAAN
DIAGNOSA
NO TUJUAN DAN TINDAKAN EVALUASI
KEPERAWATAN RENCANA TINDAKAN
KRETERIA HASIL
1 Resiko NOC : NIC :
perdarahan Tujuan: Setelah 1. Berikan informasi pada 1. memberikan informasi S: -
berhubungan dilakukan tindakan pasien kapan boleh pada pasien kapan O:
dengan tindakan keperawatan kontrol bergerak bebas dan boleh bergerak bebas 1) Identifikasi
invasif infeksi selama 1 x 60 bangun dari tempat tidur dan bangun dari tempat perdarahan
menit diharapkan tidak 2. Kontrol perdarahan pada tidur 2) TTV:
ada perdarahan dengan balutan 2. mengontrol perdarahan TD. 120/80
Kriteria hasil: 3. Kolaborasi untuk pada balutan mmHg, N. 84
Balutan di tetap pemberian cairan dan 3. Kolaborasi untuk X/menit, R.
bersih tanpa darah. elektrolit pemberian cairan dan 18x/menit
4. Monitor tekanan darah elektrolit 3) Cairan infuse
4. memonitor tekanan RL masih
darah jalan lancar
tetesan 20

40
tetes/menit
A: Masalah
teratasi
P : Hentikan
intervensi

41
42

Anda mungkin juga menyukai