Anda di halaman 1dari 84

Teknik Pemesinan

BAB 2. MESIN BUBUT

Tujuan Instruksional Umum


Pada akhir kuliah mahasiswa diharapkan dapat memahami jenis-jenis dan
proses pengerjaan menggunakan mesin bubut.

Tujuan Instruksional Khusus


Pada akhir kuliah mahasiswa diharapkan dapat :
1. Menyebutkan macam macam mesin bubut
2. Menjelaskan perlengkapan pada mesin bubut
3. Menjelaskan jenis-jenis pahat-bubut
4. Menjelaskan proses pembubutan rata maupun tirus
5. Menjelaskan pembuatan ulir dengan mesin bubut
6. Menjelaskan perhitungan waktu kerja mesin bubut
7. Menjelaskan proses mengkartel

2.1 Pendahuluan
Mesin bubut berfungsi untuk mengerjakan (membuat) benda-kerja yang
berbentuk silindris, baik benda pejal (membubut luar), maupun lubang
(membubut dalam), serta dengan diameter tetap (membubut rata) atau diameter
berubah (membubut tirus). Mesin bubut juga dapat untuk membuat ulir serta
kartel.
Gerak-utama mesin bubut dijalankan oleh motor listrik penggerak
melalui mekanisme pengatur kecepatan putar, yang disebut mekanisme gerak-
utama. Pada mekanisme gerak-utama terdapat poros keluaran yang berfungsi
untuk melakukan gerak-utama memutar benda-kerja. Poros ini disebut poros-
utama atau spindel. Pada ujung spindel dipasang alat pemegang benda-kerja.
Gerak suap/ pemakanan/ feeding mesin bubut dapat dijalankan menggunakan
tangan atau disetel bergerak otomatis, yang sumber gerakannya diperoleh dari
perputaran poros-utama, ini berarti kecepatan pemakanan otomatis merupakan
fungsi kecepatan putar benda-kerja. Sifat hubungan tersebut yang
memungkinkan mesin bubut dapat digunakan untuk membuat ulir.

2.2 Jenis mesin bubut.


Berdasarkan orientasi arah sumbu-utama, mesin bubut dibedakan
menjadi dua yaitu mesin bubut horizontal dan mesin bubut vertikal.

Berdasarkan bentuk dan cara kerjanya, terdapat beberapa jenis mesin bubut,
antara lain :
a. Mesin bubut senter.
Mesin bubut senter merupakan jenis mesin bubut horizontal yang
paling banyak dipergunakan di bengkel-bengkel produksi. Mesin ini bekerja
dengan bantuan kepala-tetap yang merupakan tempat kedudukan roda-gigi-
roda-gigi penghubung antara motor penggerak dengan poros-utama. Adanya

PSD 3 T MESIN UNDIP


1 / 84
Teknik Pemesinan

roda-gigi penghubung tersebut, memungkinkan poros-utama berputar


dengan berbagai variasi putaran.

Gambar 2. 1 Mesin bubut senter


Kecepatan pemakanan dapat disesuaikan dengan jenis bahan dan
diameter benda yang dikerjakan. Proses penyayatan benda-kerja dapat
dilakukan dalam arah memanjang, melintang, maupun arah menyudut. Hal
ini dimungkinkan karena adanya eretan (carriage) memanjang, eretan-
melintang maupun eretan-atas yang dapat diatur menyudut terhadap arah
sumbu mesin bubut.
b. Mesin bubut muka
Mesin bubut muka juga dinamakan mesin bubut kepala, sebab pada
mesin bubut ini mempunyai pemegang benda-kerja yang berukuran besar.

Gambar 2. 2 Mesin bubut muka


Mesin bubut muka merupakan mesin bubut yang terutama digunakan
untuk membubut benda-kerja berbentuk piringan yang besar, seperti roda-
gila, puli, dan sebagainya. Benda-kerja dicekam dengan cakar-cakar yang
dapat disetel pada sebuah pelat penyetel yang besar. Sehingga penopangan
dengan sebuah senter tidak diperlukan. Maka pada kebanyakan mesin bubut
muka tidak terdapat kepala-lepas. Di samping eretan yang biasa, sering
terdapat eretan belakang. Kita ketahui untuk diameter benda-kerja yang
besar, putarannya rendah, sehingga operator mempunyai cukup waktu untuk

PSD 3 T MESIN UNDIP


2 / 84
Teknik Pemesinan

melayani eretan depan dan eretan belakang. Dengan demikian mesin dapat
bekerja lebih efektif. Pelat-pelat penyetelnya sedemikian besarnya, sehingga
sebagian berada di bawah permukaan tanah yang ditembok.
Kerugian mesin bubut kepala adalah, pemasangan benda-kerja
memerlukan waktu yang lama dan sering dibutuhkan alat pengangkat
sehubungan dengan berat benda-kerja.
c. Mesin bubut korsel
Apabila dilihat dari orientasi sumbu-utamanya, mesin bubut ini
termasuk mesin bubut vertikal. Fungsi mesin ini hampir sama dengan mesin
bubut muka, yaitu untuk membubut benda-kerja yang mempunyai ukuran
diameter besar, tetapi karena posisi pelat setelnya horizontal, maka
pencekaman benda-kerjanya jauh lebih mudah bila dibandingkan dengan
mesin bubut muka, disamping itu benda-kerja yang lebih panjang masih
dapat dibubut

Gambar 2. 3 Mesin bubut korsel


d. Mesin bubut turet
Pada mesin bubut senter biasa, pencekaman benda-kerja dan
penukaran/ pemasangan perkakas potong sering memerlukan banyak waktu.

Gambar 2. 4 Mesin bubut turet


PSD 3 T MESIN UNDIP
3 / 84
Teknik Pemesinan

Mesin bubut turet bekerja lebih efektif, semua perkakas yang


diperlukan untuk pengerjaan dipasang pada sebuah kepala-revolver. Dengan
pemutaran kepala-revolver, perkakas-perkakas potong didudukan pada
posisi pengerjaan secara berurutan. Penyayatan dengan beberapa perkakas
secara bersama-sama dimungkinkan juga.
Kepala-revolver dikonstruksikan sedemikian rupa, sehingga pada
penggerak-an eretan revolver ke belakang dengan salib jeruji, sesaat
sebelum berakhirnya langkah, kepala-revolvernya pertama-tama dibuka
palangnya dan kemudian diputar. Pada waktu eretan revolver bergerak lagi
ke depan, kepala-revolver tersebut dipalang lagi, setelah mana perkakas
yang berada di bagian depan dapat didudukan pada posisi pengerjaan.
Dengan demikian maka waktu-waktu tambahan yang selalu berulang
menjadi jauh lebih pendek.
e. Mesin bubut CNC
Mesin bubut CNC merupakan penyempurnaan dari beberapa tipe
mesin bubut yang telah ada, dimana proses penyayatan benda-kerja dapat
diprogram ter-lebih dahulu menggunakan komputer, sehingga
memungkinkan untuk membuat benda-kerja secara masal dengan ketelitian
yang tinggi dalam waktu yang lebih singkat.

Gambar 2. 5 Mesin bubut CNC

2.3 Bagian utama mesin bubut


Bagian utama mesin bubut antara lain, kepala-tetap (head stock), kepala-
lepas (tail stock), eretan (carriage), dan alas mesin (bed)

2.3.1 Kepala-tetap (head stock)


Kepala-tetap terdiri dari poros-utama (spindle) dan kotak roda-gigi (gear
box) yang berisi konfigurasi beberapa roda-gigi yang dengan pengaturan
tertentu (pasangan) sehingga menghasilkan beberapa variasi kecepatan putaran
poros-utama dimana pencekam benda-kerja dipasang.

PSD 3 T MESIN UNDIP


4 / 84
Teknik Pemesinan

Gambar 2. 6 Kepala-tetap

2.3.2 Kepala-lepas (tail stock)


Kepala-lepas digunakan untuk tumpuan ujung benda-kerja, menggunakan
ujung senter-putar sebagai titian tumpuan. Tinggi ujung senter kepala-lepas
setinggi sumbu-utama mesin bubut. Dengan demikian kedudukan benda-kerja
yang dipasang pada mesin bubut benar-benar horizontal
Kepala-lepas dipasang pada alas mesin (bed) dan dapat digerakkan
sepanjang alas tersebut menjauhi atau mendekati kepala-tetap. Pada kepala-
lepas terdapat poros yang berlubang tirus dimana senter-tetap, senter-putar
atau pencekam pahat gurdi (drill chuck) dipasang. Poros tersebut dapat
digerakkan keluar atau masuk kedalam badan kepala-lepas dengan cara
memutar roda-tangan (hand wheel).

Gambar 2. 7 Kepala-lepas

PSD 3 T MESIN UNDIP


5 / 84
Teknik Pemesinan

Gambar 2. 8 Kedudukan senter sentris dan taksentris

Badan kepala-lepas dapat digeser relatif terhadap alasnya pada arah


melintang alas mesin bubut (bed). Pada badan dan alas kepala-lepas di bawah
roda-tangan terdapat tanda garis. Bila tanda garis pada badan kepala-lepas
segaris dengan tanda garis pada alasnya, berarti sumbu senter kepala-lepas
segaris dengan sumbu-utama (garis sumbu poros-utama) mesin bubut. Pada
kedudukan ini dikatakan : senter kepala-lepas pada kedudukan sentris. Bila
tanda garis pada badan tidak segaris dengan tanda garis pada alas, sumbu
senter kepala-lepas tidak segaris dengan sumbu-utama. Kedudukan ini
dikatakan : senter kepala-lepas pada kedudukan taksentris. Kedudukan senter
taksentris digunakan untuk tumpuan benda-kerja ketika dibubut tirus.

2.3.3 Eretan (carriage)


Eretan (carriage) adalah bagian dari mesin bubut dimana eretan-
melintang, eretan-atas dan penjepit pahat (tool post) dipasang. Eretan ini
terletak antara kepala-tetap dengan kepala-lepas dan dapat digerakkan
mendekati atau menjauhi kepala-tetap Demgan gerakan eretan ini
dimungkinkan terjadinya gerak pemakanan (feeding).
Eretan-melintang dipasang pada carriage dan dapat digerakan dengan
arah tegak lurus gerakan carriage, Dengan gerakan eretan-melintang tersebuti
dimungkinkan terjadinya gerak penyetelan (kedalaman pemotongan).
Eretan-atas dipasang pada eretan-melintang dan dapat digerakan
menjauhi atau mendekati kepala-tetap dan dapat disetting sehingga
membentuk gerakan menyudut yang memungkinkan untuk membubut bentuk
tirus. Pada eretan-atas ini penjepit pahat (tool post) dipasangkan.

PSD 3 T MESIN UNDIP


6 / 84
Teknik Pemesinan

Gambar 2. 9 Eretan, eretan-melintang, eretan-atas dan penjepit pahat

2.4 Perlengkapan mesin bubut


Selain komponen/ bagian utama, mesin bubut masih memerlukan
peralatan pe-nunjang dalam pengoperasiannya.
Peralatan tersebut antara lain : pencekam benda-kerja, pahat-bubut, senter dan
sebagainya.
2.4.1 Pahat-bubut
Pahat-bubut adalah perlengkapan mesin bubut yang berfungsi sebagai
pemotong benda-kerja, gerakan pahat sejajar sumbu benda-kerja untuk
pembubutan rata, gerakan tegak lurus sumbu benda-kerja untuk pembubutan
muka (facing), atau menyudut untuk pembubutan tirus
Jenis pahat menurut gerakan pemakanannya dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Pahat kiri
2. Pahat kanan

Gambar 2. 10 Pahat kiri & pahat kanan

PSD 3 T MESIN UNDIP


7 / 84
Teknik Pemesinan

Jenis pahat menurut penggunaannya, yaitu :


1. Pahat kasar 5. Pahat ulir
2. Pahat rata 6. Pahat potong
3. Pahat chamfer 7. Pahat radius
4. Pahat alur

2
3
4
5
6
7

Gambar 2. 11 Contoh bentuk pahat-bubut

Jenis pahat sisipan berdasarkan ikatannya dibedakan menjadi 2, yaitu :


1. Sisipan dengan pengikatan tidak permanen

alur

chip
breaker a. Berbentuk alur
pada bidang geram
datar

b. Berbentuk datar
pada bidang geram

Gambar 2. 12 Pahat sisipan tidak permanen

PSD 3 T MESIN UNDIP


8 / 84
Teknik Pemesinan

2. Sisipan dengan pengikatan permanen

Brass
Carbide

Baja carbon

Gambar 2. 13 Pahat sisipan permanen

2.4.2 Pencekam benda-kerja


Pencekam benda-kerja (chuck) berfungsi untuk menempatkan benda-
kerja agar dapat diproses pada mesin bubut. Jenis pencekam yang biasa
digunakan adalah pencekam tiga rahang dan pencekam empat rahang.

1. Pencekam tiga rahang


Pencekam jenis ini digunakan untuk mencekam benda-kerja yang ber-
bentuk silindris dan bagian yang dikerjakan diharapkan satu sumbu dengan
bagian yang dicekam.

Gambar 2. 14 Pencekam 3 rahang


2. Pencekam empat rahang
Pencekam jenis ini dibedakan menjadi 2 yaitu :

a. Pencekam empat rahang serempak


Pencekam jenis ini digunakan untuk mencekam benda-kerja
yang berbentuk silindris atau balok (sama sisi) dan bagian yang
dikerjakan di-harapkan satu sumbu dengan bagian yang dicekam.

b. Pencekam empat rahang tidak serempak (independent)


Pencekam jenis ini digunakan untuk mencekam benda-kerja
yang berbentuk silindris dimana bagian yang dikerjakan diharapkan
tidak satu sumbu dengan bagian yang dicekam (pembubutan eksentrik)
atau bentuk-bentuk tidak simetri.

PSD 3 T MESIN UNDIP


9 / 84
Teknik Pemesinan

Gambar 2. 15 Pencekam 4 rahang independent dan penggunaannya


2.4.3 Pelat-pembawa (drive plate)
Pada proses pembubutan benda-kerja yang ditempatkan diantara dua
senter (sering disebut proses pembubutan dua senter), benda-kerja diputar/
dibawa oleh pelat pembawa dengan perantara kait pembawa (lathe dog),
dimana kait pembawa harus dipasangkan terlebih dahulu pada benda-kerja
sebelum benda-kerja di tempatkan diantara dua senter.

drive plate
benda-kerja
lathe dog

drive plate

lathe dog

Gambar 2. 16 Pelat-pembawa (drive plate)dan kait pembawa (lathe dog)

Pelat-pembawa dipasang pada spindel, sedangkan senter-tetap (dead


centre) dipasang pada lubang spindel, dan senter-putar dipasang pada kepala-
lepas. Ketelitian kedudukan benda-kerja yang dipasang diantara dua senter,
sangat bergantung pada ketelitian pada saat pembuatan lubang senter pada
kedua ujung benda-kerja.
2.4.4 Pelat-pembawa rata (face plate)
Pelat-pembawa rata mirip dengan pelat-pembawa, perbedaannya adalah
pada pelat-pembawa digunakan untuk pembubutan dua senter (harus dengan

PSD 3 T MESIN UNDIP


10 / 84
Teknik Pemesinan

perlengkapan kait pembawa, senter-tetap, dan senter-putar serta benda-kerja


harus diberi lubang senter di kedua ujungnya), sedangkan pelat-pembawa rata
digunakan untuk pembubutan bentuk-bentuk yang rumit (benda-kerja yang
tidak dapat dicekam dengan alat pencekam lain), Pencekaman benda-kerja
pada pelat-pembawa rata biasanya menggunakan peralatan tambahan berupa
klem, baut dan bandul penyeimbang.

Keterengan gambar :
1. benda-kerja
2. baut
3. balok siku
4. klem
5. baut klem
6. balok klem
7. penyeimbang

Gambar 2. 17 Pelat-pembawa rata dan penggunaannya

2.4.5 Kolet (collet)


Kolet berbentuk tabung berkepala tirus. Ujung kolet diberi sobekan (alur
tembus) memanjang, agar ujung tersebut dapat digunakan untuk mencekam
benda-kerja. Setelah benda-kerja dipasang pada kolet, kemudian kolet di-
masukkan dalam lubang spindel, dan ditarik kebelakang menggunakan batang
penarik yang dipasang dari belakang spindel. Tarikan tersebut menyebabkan
kolet tertekan oleh lubang tirus ujung spindel, maka cekaman terhadap benda-
kerja makin kuat.

kolet

kolet

batang penarik spindel

Gambar 2. 18 Kolet & kolet dipasang pada spindel mesin


2.4.6 Mandril
Mandril adalah batang pemegang benda-kerja, maka benda-kerja yang
akan dipasang pada mandril harus diberi lubang terlebih dahulu. Penggunaan
mandril ini dilakukan bila benda-kerja tidak mungkin dicekam dengan alat
pencekam lain. Contoh benda-kerja yang cocok dipegang dengan mandril

PSD 3 T MESIN UNDIP


11 / 84
Teknik Pemesinan

misalnya : pulli, ring, bakalan roda-gigi dan sebagainya, dimana diharapkan


permukaan luar benda-kerja satu sumbu dengan permukaan dalamnya.

(a)
(b)

Gambar 2. 19 (a) Mandril dengan mur pengencang


(b) Mandril dengan pengembang
2.4.7 Penyangga
Berdasarkan tempat kedudukannya, penyangga dibedakan menjadi dua
yaitu : penyangga-tetap dan penyangga-jalan.
1. Penyangga-tetap
Penyangga-tetap dipasang pada bed mesin di antara kepala-tetap dan
kepala-lepas, berfungsi untuk menyangga (menumpu) benda-kerja agar
tidak lentur (terdefleksi) pada saat dikerjakan.
Penyangga-tetap menggunakan tiga ujung bantalan penyangga.

Gambar 2. 20 Penyangga-tetap
2. Penyangga-jalan
Penyangga-jalan dipasang pada eretan (carriage), berfungsi untuk
menyangga (menumpu) benda-kerja agar tidak lentur (terdefleksi) pada
saat dikerjakan.

PSD 3 T MESIN UNDIP


12 / 84
Teknik Pemesinan

Gambar 2. 21 Penyangga-jalan
2.4.8 Senter
Berdasarkan bentuk dan penggunaannya, senter dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Senter-tetap
Senter-tetap adalah senter yang bagian ujungnya tidak dapat berputar,
digunakan untuk mendukung (menumpu) benda-kerja pada sumbunya
(pada sumbu benda-kerja di senter drill terlebih dahulu). Penggunaan
senter-tetap ini biasanya berpasangan dengan pelat-pembawa yang
keduanya dipasang pada poros-utama mesin dan senter-putar dipasang
pada kepala-lepas. Pencekaman menggunakan pasangan senter-tetap,
pelat-pembawa dan senter-putar ini dilakukan untuk proses pembubutan
diantara dua senter

Gambar 2. 22 Senter-tetap
2. Senter-putar
Senter-putar adalah senter yang bagian ujungnya dapat berputar,
digunakan untuk mendukung (menumpu) benda-kerja pada sumbunya
(pada sumbu benda-kerja di senter drill terlebih dahulu) yang dipasang
pada kepala-lepas, sedang ujung benda-kerja lainya dapat didukung
dengan pasangan senter-tetap dan pelat-pembawa (pembubutan diantara
dua senter) atau dicekam dengan pencekam benda-kerja (chuck), hal ini
dilakukan bila bagian benda-kerja yang dicekam hanya sedikit / pendek,
sehingga dengan dukungan senter-putar diujung yang lain pencekaman
akan semakin stabil.

Gambar 2. 23 Senter-putar

PSD 3 T MESIN UNDIP


13 / 84
Teknik Pemesinan

2.4.9 Drill chuck


Drill chuck berfungsi untuk mencekam mata-gurdi (berbatang silindris) pada
saat pembuatan lubang dengan menggunakan mesin bubut. Drill chuck dipasang
pada poros kepala-lepas seperti terlihat pada gambar 2.24 a
Untuk mencekam mata-gurdi berbatang tirus dapat langsung dipasang pada
poros kepala-lepas, bila ukuran batang mata gurdi terlalu kecil dapat digunakan
sarung-pengurang (sleve adaptor) kemudian dipasangkan pada poros kepala-lepas
seperti terlihat pada gambar 2.24 b

Gambar 2. 24 a Penggunaan pencekam mata-gurdi (drill chuck)


b. Pembuatan lubang menggunakan mesin bubut

2.4.10 Kartel
Kartel adalah alat potong yang digunakan untuk membuat permukaan
benda-kerja menjadi kasar, dengan tujuan agar permukaan tersebut tidak licin
pada waktu dipegang.

Gambar 2. 25 Kartel

PSD 3 T MESIN UNDIP


14 / 84
Teknik Pemesinan

a. Kartel lurus (straight knurling)


b. Kartel bersilang tegak (cross knurling)
c. Kartel bersilang diagonal (diamond knurling)

2.5 Membubut tirus


Yang dimaksud bentuk tirus disini adalah bentuk silinder dimana ukuran
diameter di kedua ujungnya tidak sama. Pada pembubutan tirus, jalan yang
ditempuh oleh pahat harus membuat sudut dengan sumbu benda-kerja.
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk membentuk tirus dengan mesin
bubut, yaitu menggunakan eretan-atas, menggunakan taper attachment dan
menyetel senter kepala-lepas agar tak sentris (sumbu kepala-lepas tidak satu
sumbu dengan sumbu poros-utama mesin bubut).
2.5.1 Membuat tirus menggunakan eretan-atas
Eretan-atas dapat digunakan untuk membubut tirus yang pendek. Benda-
kerja dipasang pada mesin bubut menggunakan pencekam atau menggunakan
dua senter. Eretan-atas disetel sesuai dengan sudut ketirusan, kemudian pahat
dijalankan dengan cara memutar tuas eretan-atas.
Prosedur pembuatannya sebagai berikut :
1. Pasang benda-kerja pada mesin bubut
2. Setel posisi eretan-atas membentuk sudut setengah (setengah sudut tirus
yang akan dibuat) terhadap sumbu benda-kerja
3. Pasang pahat pada pemegang pahat dengan kedudukan yang benar
4. Dengan menggunakan roda-tangan apron dan tuas eretan-melintang,
aturlah posisi pahat siap untuk melakukan penyayatan pertama
5. Jalankan pahat untuk melakukan pemotongan benda-kerja dengan cara
memutar tuas eretan-atas
6. Ulangi penyayatan (pemotongan) sampai tercapai bentuk dan ukuran yang
dimaksudkan

Gambar 2. 26 Pembubutan tirus menggunakan eretan-atas

PSD 3 T MESIN UNDIP


15 / 84
Teknik Pemesinan

2.5.2 Membubut tirus menggunakan taper attachment


Taper attachment mempunyai batang pemandu tirus, yang beralur
memanjang., pada alur tersebut dipasang kan balok-geser yang dapat berjalan
(bergeser) sepanjang alur.

Balok-geser
Baut penghubung
Batang pemandu tirus

Eretan-melintang

Benda-kerja

Gambar 2. 27 Taper attachment


Pada balok-geser tersebut terdapat baut penghubung dengan eretan-
melintang. Jika dihubungkan dengan balok-geser, hubungan eretan-melintang
dengan batang ulir penggeraknya harus dilepas, dengan cara melepas baut
penghubungnya. Setelah eretan-melintang berhubungan dengan balok-geser
tersebut, jika eretan dijalankan memanjang jalan pahat menjadi sejajar dengan
posisi batang pemandu tirus. Kedudukan batang pemandu tirus dapat disetel
sesuai dengan sudut tirus yang diinginkan. Taper attachment dapat digunakan
untuk membentuk tirus luar maupun tirus dalam.

2.5.3 Membubut tirus menggunakan penggeseran senter kepala-lepas


Benda-kerja dipasang di antara dua senter. Kedudukan badan kepala-
lepas digeser arah melintang terhadap alasnya, dengan demikian garis sumbu
benda-kerja menyudut terhadap sumbu poros-utama.

Kepala-lepas

Badan kepala-lepas

Alas kepala-lepas

Poros-utama

Gambar 2. 28 Penggeseran kepala-lepas

PSD 3 T MESIN UNDIP


16 / 84
Teknik Pemesinan

Jika pada kedudukan tersebut benda-kerja disayat oleh pahat yang


melakukan gerak pemakanan memanjang (sejajar sumbu poros-utama), maka
benda-kerja akan terpotong menjadi berbentuk tirus
Penggeseran badan kepala-lepas terhadap alasnya (penggeseran sumbu kepala-
lepas terhahadap sumbu poros-utama) dihitung sebagai berikut :
Pada gambar 2.29 berlaku

 ABC sebangun dengan  EFG


BC : AB  FG : EF
D-d
X : AB  :l
2

Gambar 2. 29 Posisi benda-kerja akibat penggeseran kepala-lepas

Bila AB kita samakan dengan l , kita membuat kesalahan yang kecil sekali,

karena hanya kecil
2
Sehingga persamaan diatas menjadi
D-d
X : AB  :l
2
D-d
X: L  :l
2
D-d
X  L
2l
 
X  tan L atau X  L Sin
2 2
Dimana :
X = penggeseran kepala-lepas [mm]
D = diameter terbesar tirus [mm]
d = diameter terkecil tirus [mm]
l = panjang bagian tirus [mm]
L = panjang keseluruhan benda-kerja [mm]

Membubut tak sentris


PSD 3 T MESIN UNDIP
17 / 84
Teknik Pemesinan

Bila garis-garis sumbu dari dua atau lebih silinder pada sebuah benda-kerja
sejajar (tidak sesumbu), benda-kerja tersebut dinamakan eksentris. Jarak antara garis
sumbu pada benda-kerja disebut eksentrisitas (e).
Untuk benda-kerja yang pendek dengan satu bagian yang eksentris, seperti terlihat
pada gambar 2.30 a ,pemasangan benda-kerja dapat dicekam dan daiatur
kedudukannya pada pencekam empat rahang tak serempak (independent) (gambar
2.30 b )
Benda-kerja eksentris

a b
Gambar 2. 30 (a) Benda-kerja eksentris pada satu ujungnya
(b) Pencekaman benda-kerja eksentris

Tetapi bila kedua ujungnya harus dibubut eksentris, cara pengencangan


tersebut tidak cocok. Hal ini disebabkan karena hampir tidak mungkin untuk
membuat garis-garis sumbu dari kedua eksentris tersebut berimpitan, dalam hal
ini akan lebih mudah kalau benda-kerja tersebut dipasang diantara dua senter
seperti terlihat pada gambar 2.31. Untuk itu benda-kerja harus dibuat lubang-
lubang senter eksentris terlebih dahulu

Gambar 2. 31 Pembubutan diantara dua senter

Gambar 2. 32 Penandaan untuk membuat lubang senter eksentris

PSD 3 T MESIN UNDIP


18 / 84
Teknik Pemesinan

2.6 Membubut ulir


Jalur bekas sayatan pahat pada benda-kerja sebenarnya berbentuk lilitan
ulir. Untuk menghasilkan permukaan rata, jarak lilitan dibuat rapat dengan cara
menyetel gerak pemakanan berkecepatan kecil. Permukaan sangat halus terjadi
bila kecepatan gerak pemakanan sangat kecil. Bila kecepatan gerak pemakanan
disetel besar, lebih besar dari lebar ujung pahat, kemudian pemotongan diulang-
ulang sampai kedalaman tertentu maka diperoleh alur-dalam hasil pemotongan/
penyayatan berbentuk ulir.
Membuat bentuk ulir tidak dapat dilaksanakan sekali sayat dengan tebal
penyayatan sesuai dengan dalamnya profil ulir. Penyayatan harus dilaksanakan
berulang-ulang dengan tebal sayatan kecil, dan tetap pada satu jalur sayatan

Pahat ulir-dalam

Pahat ulir-luar

Gambar 2. 33 Ulir segi tiga (luar dan dalam)

Berdasarkan fungsinya ulir dibedakan menjadi dua macam, yaitu ulir


pengikat dan ulir penggerak. Ulir pengikat berbentuk profil segitiga, sedangkan
ulir penggerak berprofil segiempat atau trapesium.

Berdasarkan arah alurnya ulir dibedakan menjadi dua, yaitu ulir kanan dan
ulir kiri. Ulir kiri hanya digunakan untuk keperluan khusus.

Berdasarkan jalannya, ulir dibedakan menjadi tiga, yaitu ulir tunggal, ulir
ganda dan ulir tripel. Contoh masing-masing dapat dilihat pada gambar 2.34

Gambar 2. 34 Ulir segi empat tunggal

PSD 3 T MESIN UNDIP


19 / 84
Teknik Pemesinan

Dalam pembuatan ulir, yang perlu diperhatikan adalah menyetel ketinggian


ujung pahat setinggi ujung senter dan tegak lurus terhadap sumbu benda-kerja
(sumbu ulir), seperti terlihat pada gambar 2. 35 dibawah.

Benda-kerja
Senter-putar

Mal ulir

Pahat ulir

Gambar 2. 35 Penyetelan pahat ulir


Berdasarkan proses pemakanannya, pembuatan ulir segitiga dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu :

1. Gerak pemakanan dilakukan tegak lurus pada benda-kerja, hingga mencapai


bentuk ulir yang dikehendaki. Cara ini hanya dilakukan untuk pembuatan ulir
yang mempunyai kisar kecil, sebab beban pada pahat akan semakin besar
seiring dengan kedalaman pahat, dimana penggeseran pahat dilakukan dengan
cara menggeser eretan-melintang ke depan.

2. Gerak pemakanan dilakukan menyudut, disesuaikan dengan setengah sudut


ulir yang dibuat. Sehingga pembebanan pada pahat tidak sebesar seperti pada
pemakanan yang tegak lurus. Penggeseran pahat dilakukan dengan cara
menggeser eretan-atas ke depan

2.7.1 Ulir ganda


Ulir ganda adalah ulir yang mempunyai lilitan/ alur/ lintasan rangkap dua
atau lebih, dimana pada umumnya digunakan untuk ulir penggerak.

Gambar 2. 36 ulir segi empat ganda

PSD 3 T MESIN UNDIP


20 / 84
Teknik Pemesinan

Gambar 2. 37 Ulir segi empat ganda tiga (tripel)

Prinsip pembuatan ulir ganda mirip dengan pembuatan ulir tunggal,


untuk pembuatan ulir ganda dilakukan pembuatan alur dua buah (dengan
penggeseran pahat arah sejajar sumbu ulir sejauh setengah kisarnya)
Bila pembuatan dilakukan dengan menggunakan pedoman lonceng ulir maka
langkahnya adalah sebagai berikut :

Misalkan akan dibuat ulir 4 12 kisar per inch , pada tabel 2.1 ditunjukkan saat
menjalankan pahat ketika lonceng-ulir menunjukkan garis bernomor-1 dan
bernomor-3. Di antara garis bernomor-1 dan bernomor-3 berbentuk setengah
lingkaran yang terbagi empat oleh tiga garis tanda, yaitu garis bernomor-2 dan
dua garis tak bernomor di antara garis bernomor.
Dengan demikian ulir 4 12 kisar per inch dapat dibuat berganda-2 atau
berganda-4, dengan pengaturan sebagai berikut :
 Ulir 4 12 kisar per inch tunggal :
Menjalankan pahat (memutar tuas lonceng-ulir) dilakukan ketika lonceng
ulir menunjuk garis bernomor-1 atau bernomor-3, bisa bergantian bisa juga
salah satu nomor saja.
 Ulir 4 12 kisar per inch ganda-2
Lintasan satu saat lonceng-ulir menunjuk nomor-1 atau nomor-3
Lintasan dua saat lonceng-ulir menunjuk nomor-2 atau nomor-4
 Ulir 4 12 kisar per inch ganda 4
Lintasan satu saat lonceng-ulir menunjuk nomor-1 atau nomor-3
Lintasan dua saat lonceng-ulir menunjuk garis tak bernomor di antara
nomor-1 dan nomor-nomor-2
Lintasan tiga saat lonceng-ulir menunjuk nomor-2 atau nomor-4
Lintasan dua saat lonceng-ulir menunjuk garis tak bernomor di antara
nomor-2 dan nomor-nomor-4.

2.7.2 Roda-gigi penghubung


Pada umumnya mesin bubut sudah diperlengkapi beberapa roda-gigi
penghubung antara poros-utama dengan poros penghantar (transporteur)
untuk pembuatan ulir, tetapi karena jenis ulir yang ada cukup banyak, maka
kadang masih dibutuhkan konfigurasi roda-gigi penghubung yang lain selain
yang telah ada (terpasang) pada mesin

PSD 3 T MESIN UNDIP


21 / 84
Teknik Pemesinan

Perbandingan jumlah gigi pada rangkaian (konfigurasi) roda-gigi


penghubung dapat dihitung dengan rumusan sebagai berikut :
Z K
i 1  b
Z2 K p
dimana, I = Perbandingan roda-gigi penghubung
Z1= Jumlah gigi pada roda-gigi penggerak
Z2= Jumlah gigi pada roda-gigi yang digerakkan
Kb= Kisar benda-kerja
Kp= Kisar poros penghantar (transporteur)

Untuk dapat memasang perpindahan roda-gigi yang dikehendaki,


terdapat sejumlah roda-gigi yang tersedia pada mesin bubut (biasanya disebut
roda-gigi –pengganti/ penghubung), dibawah ini adalah contoh jumlah gigi
dari roda-gigi penghubung yang tersedia, yaitu : 20, 25, 30, 40, 45, 50, 55, 60,
65, 70, 75, 80, 85, 90, 95, 100, 105, 110, 115, 120, dan 127.
Dalam merangkai/ menyusun roda-gigi penghubung, kemungkinan terjadi
perbandingan roda-gigi yang terlalu besar. Sehingga perbandingan roda-
giginya dapat dipecah menjadi dua tingkat, seperti contoh berikut.
Poros penghubung (transporteur) pada mesin bubut mempunyai kisar 6 mm,
sedangkan benda-kerja diinginkan mempunyai kisar 0,75 mm, maka
perbandingan roda-gigi penghubungnya dapat dihitung sebagai berikut :
Z1 K b 0,75 1
  
Z2 K p 6 8
Untuk membuat perbandingan roda-gigi 1/8 tidak tersedia, maka dapat
dipecah menjadi dua tingkat, sehingga

Z1 1 1 1
  x
Z2 8 2 4
Z1 Z3 1 1 30 25
x  x  x ; Z1  30 Z2  60 Z3  25 Z4  100
Z2 Z4 2 4 60 100

Gambar 2. 38 Susunan roda-gigi


PSD 3 T MESIN UNDIP
22 / 84
Teknik Pemesinan

Agar dapat dipasangkan menjadi roda-gigi penghubung, maka


pasangan roda-gigi harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

Z1 x Z2  Z3  15 jumlah gigi
Z3 x Z4  Z2  15 jumlah gigi

2.7 Waktu kerja mesin


Kecepatan potong dirumuskan sebagai kecepatan ujung pahat yang
bergerak dalam memotong benda-kerja, yang dinyatakan dalam meter per menit,
dan ditulis
 dn  m 
VC 
1000  min 
Kecepatan pemakanan (feeding)
 mm 
Vf  S  n  
 min 
dimanad = diameter benda-kerja [mm]
n = putaran benda-kerja [rpm]
S = pemakanan (gerak pahat) per putaran benda-kerja [mm/putaran]

 Waktu pemakanan (feeding) untuk pembubutan muka


d  d1
tC  0 min 
Vf

Gambar 2. 39 Pembubutan muka


 Waktu pemakanan (feeding) untuk pembubutan rata (memanjang)
tC 
l
min 
Vf

Gambar 2. 40 Pembubutan rata

PSD 3 T MESIN UNDIP


23 / 84
Teknik Pemesinan

Contoh soal
Terangkan cara-cara pembubutan bentuk tirus yang dapat dilakukan dengan
mesin bubut.

Jawab
Proses pembuatan bentuk tirus pada mesin bubut dapat dilakukan dengan cara :
a. Penggeseran eretan-atas
Cara ini biasanya dilakukan untuk pembuatan bentuk tirus yang pendek,
tetapi dapat digunakan dalam pembuatan bentuk tirus dengan sudut
kemiringan yang kecil maupun yang besar. Kekurangan dari cara ini, bahwa
proses pemakanan harus dilakukan dengan manual.

b. Menggunakan mistar-konis (taper attachement)


Penggunaan mistar-konis dapat digunakan untuk pembuatan bentuk tirus yang
berukuran panjang, tetapi sudut kemiringan yang dapat dibuat relatif kecil
(maksimum 11). Ketelitian dari proses ini adalah bahwa proses pemakanan
dapat dilakukan dengan manual maupun otomatis.
c. Menggeser posisi kepala-lepas
Cara ini dapat digunakan utnuk membuat bentuk tirus yang berukuran
panjang, tetapi penggeseran posisi kepala-lepas sangat terbatas (maksimum 2-
3% dari panjang benda-kerja).
Jarak penggeseran kepala lepas dapat dihitung dengan rumus :

Dd
x  L
2 l

keterangan :
x = jarak penggeseran posisi kepala-lepas
L = panjang benda-kerja
l = panjang bagian tirus
D = diameter bagian yang besar
d = diameter bagian yang kecil

Soal.
1. Sebutkan fungsi mesin bubut !
2. Sebutkan bagian-bagian utama mesin bubut !
3. Terangkan fungsi bagian-bagian utama mesin bubut !
4. Terangkan cara-cara pencekaman benda-kerja pada mesin bubut !
5. Jelaskan cara pembuatan ulir pada mesin bubut !
6. Apa yang anda ketahui tentang lonceng-ulir ?
7. Jelaskan mengapa benda kerja perlu dikartel !
8. Terangkan proses kerja dalam pembuatan bentuk kartel
9. Hitunglah waktu kerja untuk membuat bentuk benda-kerja seperti gambar
dibawah, apabila diketahui kecepatan potong 24 m/menit dan kecepatan
pemakanan 0,05 mm/put, sedang ukuran bahan 72 mm x 225 mm

PSD 3 T MESIN UNDIP


24 / 84
Teknik Pemesinan

70 50 26

40 60 20 60 40

PSD 3 T MESIN UNDIP


25 / 84
Teknik Pemesinan

BAB 3. MESIN FREIS

Tujuan Instruksional Umum


Pada akhir kuliah mahasiswa diharapkan dapat memahami jenis-jenis dan
proses pengerjaan yang dapat dilakukan menggunakan mesin freis

Tujuan Instruksional Khusus


Pada akhir kuliah mahasiswa diharapkan dapat :
1. Menyebutkan jenis-jenis mesin-freis
2. Menyebutkan bagian-bagian mesin freis
3. Menyebutkan perlengkapan mesin freis
4. Memahami dasar-dasar pemotongan
5. Menjelaskan cara pembuatan roda-gigi
6. Menjelaskan perhitungan waktu kerja mesin freis

Pendahuluan
Mesin freis adalah salah satu jenis mesin-perkakas dimana dalam melakukan
proses pemotongan menggunakan pahat-potong bermata jamak, dengan gerak
utama berputar dilakukan oleh pahat freis, sedangkan gerak pemakanan
dilakukan oleh benda-kerja (untuk kasus tertentu dilakukan oleh pahat), serta
gerak penyetelan (mengatur kedalaman pemotongan) dilakukan oleh benda-
kerja (untuk kasus tertentu dilakukan oleh pahat).

Jenis mesin freis


Berdasarkan orientasi sumbu poros-utamanya (spindle) mesin freis dibedakan
menjadi tiga yaitu :
1. Mesin freis horizontal

Gambar 3. 1 Mesin freis horizontal


PSD 3 T MESIN UNDIP
26 / 84
Teknik Pemesinan

2. Mesin freis vertikal

Gambar 3. 2 Mesin freis vertikal

3. Mesin freis universal

Gambar 3. 3 Mesin freis universal

PSD 3 T MESIN UNDIP


27 / 84
Teknik Pemesinan

Bagian-bagian Utama mesin freis

3.3.1 Kepala
Pada bagian ini poros-utama (spindel) mesin freis berada dan pada poros ini
pahat-freis (cutter) dipasang menggunakan alat pencekam pahat yang sesuai
dengan jenis pahatnya.

Gambar 3. 4 Kepala mesin freis

3.3.2 Badan mesin


Badan mesin berfungsi untuk menopang kepala-mesin dan di dalam badan-
mesin ini sebagian mekanisme penggerak mesin freis ditempatkan.

Gambar 3. 5 Badan mesin freis

PSD 3 T MESIN UNDIP


28 / 84
Teknik Pemesinan

3.3.3 Meja mesin


Meja mesin berfungsi untuk meletakkan benda-kerja yang akan dikerjakan.

Gambar 3. 6 Meja mesin freis

Perlengkapan mesin freis


3.4.1 Pembawa/ pencekam pahat-freis
1. Pencekam pendek (cutter arbor short)
Pencekam ini digunakan untuk mencekam pahat-freis yang berlubang.

Gambar 3. 7 Pencekam pendek

2. Pencekam panjang (cutter arbor long)


Pencekam ini memungkinkan untuk mencekam lebih dari satu pahat-freis
yang berlubang.

Keterangan :
1. penyangga
2,3,4,6,7 ring penekan (collar)
5. pahat-freis
8. badan mesin

Gambar 3. 8 Pencekam panjang (cutter arbor long)

PSD 3 T MESIN UNDIP


29 / 84
Teknik Pemesinan

3. Collet adaptor
Pencekam ini digunakan untuk mencekam pahat-freis yang bertangkai
silindrik.

Keterangan :
1. pemegang collet
2. collet
3. mur penekan
2
1 3

Gambar 3. 9 collet adaptor

4. Pencekam pahat gurdi (key less drill chuck)


Pencekam ini digunakan untuk mencekam pahat gurdi yang bertangkai
silindrik.

Gambar 3. 10 Key less drill chuck

5. Boring head
Pencekam ini digunakan untuk mencekam pahat-freis yang bertangkai
silindrik dan bermata-potong tunggal.

Keterangan :
1. benda-kerja
2 2. pahat bermata-potong
tunggal
3 3. boring head

Gambar 3. 11 boring head

PSD 3 T MESIN UNDIP


30 / 84
Teknik Pemesinan

6. Pahat-freis
Berdasarkan cara pencekamannya pahat-freis dibedakan menjadi dua,
yaitu :
1. Pahat-freis bertangkai silindrik

a b

c d

Gambar 3. 12 Contoh pahat-freis bertangkai silindrik

2. Pahat-freis bertangkai tirus


Pahat-freis ini pada dasarnya sama dengan pahat-freis bertangkai
silindrik, perbedaanya hanya pada bentuk tangkainya, dan biasanya
pahat bertangkai tirus ini berukuran lebih besar dari pada pahat
bertangkai silindrik.

3. Pahat-freis tak bertangkai (berlubang)

a b c

d e f

Gambar 3. 13 Contoh pahat-freis tak bertangkai

PSD 3 T MESIN UNDIP


31 / 84
Teknik Pemesinan

7. Pencekam benda-kerja
 Ragum
Ragum berfungsi untuk mencekam benda-kerja yang berukuran relatif
kecil dan mempunyai permukaan yang rata.

Gambar 3. 14 Ragum

 Chuck
Chuck berfungsi untuk mencekam benda-kerja yang berukuran relatif
kecil dan berbentuk silindrik. Alat ini dipasang bersama-sama
(dipasang pada) kepala pembagi atau rotary table.

Gambar 3. 15 Chuck

 Klem
Klem berfungsi untuk mencekam benda-kerja yang berukuran relatif
besar dan mempunyai permukaan yang rata.

Gambar 3. 16 Klem

PSD 3 T MESIN UNDIP


32 / 84
Teknik Pemesinan

8. Kepala pembagi
Kepala pembagi berfungsi untuk membuat bidang banyak beraturan, salah
satu contohnya adalah roda-gigi.

Gambar 3. 17 Kepala pembagi

9. Kepala lepas (tail stock)


Kepala lepas digunakan bersama-sama dengan kepala pembagi yang ber-
fungsi untuk menumpu benda-kerja.

Gambar 3. 18 Kepala lepas

10. Meja-putar (rotary table)


Meja-putar digunakan untuk mengerjakan benda-kerja yang membutuhkan
pembagian sudut-sudut tertentu pada permukaannya.

Gambar 3. 19 Meja-putar

PSD 3 T MESIN UNDIP


33 / 84
Teknik Pemesinan

11. Lengan (over arm)


Over arm digunakan untuk menumpu salah satu ujung cutter arbor long.

Gambar 3. 20 Over arm

12. Kotak roda-gigi


Kotak roda-gigi digunakan untuk mengatur beberapa roda-gigi pengganti
yang digunakan dalam proses pembuatan roda-gigi helik atau roda-gigi
cacing.

Gambar 3. 21 Kotak roda-gigi

13. Slotting atachment


Slotting atachment digunakan untuk membuat bidang rata sejajar poros-
utama mesin

Gambar 3. 22 Slotting atachment

PSD 3 T MESIN UNDIP


34 / 84
Teknik Pemesinan

Metoda pemotongan pada mesin freis


Untuk meratakan permukaan benda kerja, ada dua jenis utama pahat freis (milling
cutter) yaitu :
1. Pahat freis muka (face milling cutter)
2. Pahat freis selubung (slab milling cutter)

Sesuai dengan jenis pahat yang digunakan dikenal dua macam cara yaitu :
1. Mengefreis tegak (face milling)
Mengefreis tegak adalah proses pemotongan (penyayatan) permukaan benda-
kerja tegak lurus terhadap sumbu pahat-freis.
2. Mengefreis datar (slab milling)
Mengefreis datar adalah proses pemotongan (penyayatan) permukaan benda-
kerja sejajar terhadap sumbu pahat-freis.

2
1

Gambar 3. 23 (1) Mengefreis tegak, (2) Mengefreis datar

Mengefreis datar dibedakan menjadi dua macam cara yaitu :


1. Mengefreis naik (up milling)
Mengefreis naik adalah proses pemotongan permukaan benda-kerja dimana
arah mata-potong yang terdalam, berlawanan arah dengan arah gerakan
benda-kerja. Tiap mata-potong pahat melakukan proses pemotongan benda-
kerja mula-mula tipis kemudian berangsur-angsur semakin tebal
2. Mengefreis turun (down milling)
Mengefreis turun adalah kebalikan dari proses mengefreis naik.

1 2
Gambar 3. 24 (1) Mengefreis naik, (2) Mengefreis turun

PSD 3 T MESIN UNDIP


35 / 84
Teknik Pemesinan

Contoh beberapa proses pemotongan menggunakan berbagai macam pahat-freis :


1. Proses freis tegak
 Meratakan permukaan

 Membuat alur terbuka

 Membuat alur tertutup

PSD 3 T MESIN UNDIP


36 / 84
Teknik Pemesinan

 Meratakan permukaan samping

2. Proses freis datar


 Meratakan permukaan

 Membuat alur terbuka

PSD 3 T MESIN UNDIP


37 / 84
Teknik Pemesinan

 Meratakan permukaan samping

3. Proses freis yang lain


 Memotong menjadi dua bagian

 Membentuk profil tertentu sesuai pahatnya

 Membuat ulir cacing

PSD 3 T MESIN UNDIP


38 / 84
Teknik Pemesinan

Roda-gigi

3.6.1 Nomenclature roda gigi

A. Sistim Modul
Nama-nama bagian utama roda gigi diberikan pada gambar dibawah.
Adapun ukurannya dinyatakan dengan diameter lingkaran jarak bagi,
yaitu lingkaran khayal yang menggelinding tanpa slip. Ukuran gigi di-
nyatakan dengan jarak bagi lingkar, yaitu jarak sepanjang lingkaran
jarak bagi antara profil dua gigi yang berdekatan.

Jika diameter lingkaran jarak bagi dinyatakan dengan D (mm), dan


jumlah gigi dengan z, maka jarak bagi lingkar t (mm)
D
Jarak bagi lingkar t  
z
Jadi, jarak bagi lingkar adalah keliling lingkaran jarak bagi dibagi
dengan jumlah gigi. Dengan demikian ukuran gigi dapat ditentukan dari
besarnya jarak bagi lingkar tersebut. Namun, karena jarak bagi lingkar
selalu mengandung faktor , pemakaiannya sebagai ukuran gigi dirasakan
kurang praktis. Untuk mengatasi hal ini, diambil suatu ukuran yang disebut
modul dengan lambang m, dimana
Modul m  
D
z
Dengan cara ini, m dapat ditentukan sebagai bilangan bulat atau bilangan
pecahan 0,5; 0,75; 1,25 dst. Yang lebih praktis.

Ukuran bagian roda gigi yang lebih detail adalah sebagai berikut :
Diameter lingkaran jarak bagi, Pitch diameter D  z  m

PSD 3 T MESIN UNDIP


39 / 84
Teknik Pemesinan

D
Jarak bagi lingkar, Circular pitch t     m
z
Tinggi kepala, Addendum a   1 m
Tinggi kaki, Dedendum b  2,2  m
 
Tinggi gigi, Whole depth of tooth h  a  b
 
t
Working depth h  a  a
k 1 2
Diameter lingkaran kepala, Outside diameter  Do   D  2a
Untuk pembuatan roda gigi menggunakan mesin freis dengan pisau freis
sistem modul setiap satu ukuran modul disediakan satu set yang berisi 8
keping pisau freis masing-masing adalah sebagai berikut :

Tabel 1 penggunaan pisau freis roda gigi sistim modul


Nomor pisau freis roda gigi Untuk membuat roda gigi dengan jumlah gigi
1 12 sampai dengan 13
2 14 sampai dengan 16
3 17 sampai dengan 20
4 21 sampai dengan 25
5 26 sampai dengan 34
6 35 sampai dengan 54
7 55 sampai dengan 134
8 135 sampai dengan tak terhingga

B. Sistim diametral pitch

Cara lain untuk menyatakan ukuran gigi ialah dengan jarak bagi
diametral, diametral pitch (DP). Dalam hal ini diameter lingkaran jarak

PSD 3 T MESIN UNDIP


40 / 84
Teknik Pemesinan

bagi diukur dalam satuan inch, maka jarak bagi diametral (DP) adalah
jumlah gigi per inch diameter tersebut. Jika diameter lingkaran jarak
bagi dinyatakan sebagai D (in), dan jumlah gigi sebagai N maka
N 1 
Jarak bagi diametral, Diametral pitch DP    
D  in 
Hubungan antara jarak bagi diametral (DP) dengan modul (m) adalah
25,4
m
DP
Ukuran bagian roda gigi yang lebih detail adalah sebagai berikut :

Pitch diameter D  
N
DP
D 
Circular pitch p   
N DP
Addendum a  
1
DP
Dedendum b  
1,157

 
DP
Whole depth of tooth h  a  b
 
t
Working depth h  a  a
k 1 2
Outside diameter  Do   D  2a
 
Tooth thickness t 
c
1,5708
DP
Untuk pembuatan roda gigi menggunakan mesin freis dengan pisau freis
sistem diametral pitch setiap satu ukuran disediakan satu set yang berisi 8
keping pisau freis masing-masing adalah sebagai berikut :

Tabel 2 penggunaan pisau freis roda gigi sistim diametral pitch


Nomor pisau freis roda gigi Untuk membuat roda gigi dengan jumlah gigi
1 135 sampai dengan tak terhingga
2 55 sampai dengan 134
3 35 sampai dengan 54
4 26 sampai dengan 34
5 21 sampai dengan 25
6 17 sampai dengan 20
7 14 sampai dengan 16
8 12 sampai dengan 13

PSD 3 T MESIN UNDIP


41 / 84
Teknik Pemesinan

3.6.2 Pembuatan roda gigi


Dalam tulisan ini akan dibahas pembuatan roda gigi lurus berprofil involute
dengan sistim modul, pemotongan dilakukan menggunakan mesin freis
Untuk keperluan diatas dibutuhkan peralatan :
 Kepala pembagi
Kepala pembagi adalah salah satu peralatan yang berfungsi untuk
membantu pemotongan benda kerja dengan pembagian sudut yang sama
besar, atau dengan kata lain kepala pembagi digunakan untuk pembuatan
benda kerja segi banyak beraturan
Kepala pembagi yang digunakan disini adalah kepala pembagi yang
memiliki perbandingan putaran 40 : 1, artinya untuk memutar satu kali
putaran benda kerja kita harus memutar engkol 40 kali putaran
Contoh :
Pada pembuatan ujung kunci chuck mesin bubut yang berpenampang segi
empat. Pada mulanya ujung kunci chuck tersebut berpenampang lingkaran
hasil pembubutan, untuk membentuk segi empat dapat kita lakukan pe-
motongan menggunakan mesin freis dengan alat bantu kepala pembagi.
Dengan proses pemotongan muka menggunakan cutter end mill, maka
setiap selesai meratakan satu permukaan, engkol harus kita putar
40
 10 putaran
4
Agar kepala pembagi dapat digunakan untuk membuat segi berapa saja
maka diperlengkapi dengan 3 piringan pembagi masing-masing adalah :

Jumlah bagian/ lubang


Nomor piringan
1 27; 31; 34; 41; dan 43
2 23; 38; 39; 42; dan 46
3 29; 36; 37; dan 40

 Pisau freis roda gigi


Pisau freis untuk pembuatan roda gigi dengan proses potong bentuk
(form cutting) berupa kepingan dengan sisi potong berprofil kebalikan
dari profil gigi yang akan dibuat. Untuk satu ukuran terdiri atas 8 buah
keping dengan penggunaan seperti pada tabel nomor 1 dan 2
 Mandrel
Alat ini digunakan bila bakalan roda gigi berupa kepingan (blank) dimana
bagian sumbunya sudah berlubang.

Contoh :
Direncanakan pembuatan roda gigi dengan modul 1,75 mm, jumlah gigi 32
buah.
Maka bakalan roda gigi (blank) yang harus dipersiapkan adalah :
Diameter lingkaran jarak bagi, Pitch diameter D  z  m
D  32 1,75  56 mm
Tinggi kepala, Addendum a   1 m  11,75  1,75 mm
Tinggi kaki, Dedendum b  2,2  m  2,2 1,75  3,85 mm
PSD 3 T MESIN UNDIP
42 / 84
Teknik Pemesinan

 
Tinggi gigi, Whole depth of tooth
h  a  b  1,75  3,85  5,6 mm
t
Diameter lingkaran kepala, Outside diameter  Do   D  2a
 Do  D  2a  56  2 1,75  59,5 mm
Dari uraian diatas yang perlu diperhatikan adalah :
Diameter bakalan roda gigi (Do) = 59,5 mm
Kedalaman pemotongan = sebesar tinggi gigi (ht)=5,6 mm (untuk mencapai
kedalaman tersebut dilakukan beberapa kali pemotongan)

Setiap selesai satu kali pemotongan, engkol harus diputar sebesar


40 8
 1 putaran (satu putaran lebih 8 per 32 putaran)
32 32
Agar memudahkan pemutaran engkol, dipilih piringan yang mempunyai 36
bagian (atau 36 lubang)
Maka setiap selesai satu kali pemotongan, engkol harus diputar sebesar
1 putaran lebih 9 bagian pada lingkaran yang mempunyai 36 bagian.

PSD 3 T MESIN UNDIP


43 / 84
Teknik Pemesinan

Langkah pengerjaan :
a. Pasang kepala pembagi pada meja mesin di ujung kiri (kiri operator)
b. Pasang kepala lepas dengan posisi berhadapan dengan kepala pembagi
c. Pasang bakalan roda gigi pada mandrel
d. Pasang pembawa pada mandrel
e. Setting kedudukan cutter terhadap sumbu bakalan roda gigi sedemikian
rupa agar pengaturan kedalaman pemakanan betul-betul menuju sumbu
bekalan roda gigi (penyetingan ini dengan bantuan ujung kepala lepas)
f. Setting jarum engkol (hendel) pada lingkaran yang berjumlah 36 bagian
(36 lubang)
g. Letakan jarum engkol (hendel) pada lubang yang bertuliskan 36
h. Atur lengan pembatas sedemikian rupa agar jarak antar lengan 9 bagian
i. Setting 0 (baca nol) bekalan roda gigi dengan cara menggerakkan meja ke
atas (cutter harus dalam keadaan berputar dan berada di atas bakalan roda
gigi)
j. Lakukan pemakanan untuk gigi pertama (sebetulnya jarak antar gigi)
k. Putar engkol sebesar 1 putaran lebih 9 bagian
l. Lakukan pemakan untuk gigi kedua
m. Putar engkol sebesar 1 putaran lebih 9 bagian, demikian seterusnya
hingga gigi ke 32
n. Bila langkah ke m benar (pembagian betul betul merata sejumlah 32
bagian) ulangi lagi seperti pada langkah ke j hingga m tetapi dengan
kedalaman pemotongan yang lebih besar.
o. Ulangi langkah J hingga n sampai diperoleh kedalaman 5,6 mm.

Kepala pembagi Cutter roda gigi Kepala lepas

Bakalan roda gigi

Gambar 1. Proses pembuatan roda gigi

PSD 3 T MESIN UNDIP


44 / 84
Teknik Pemesinan

3.6.3 Pembagian diferensial


Pembagian diferensial dilakukan bila dengan fasilitas 3 piringan pembagi
tersebut kepala pembagi tidak dapat digunakan lagi. Misalnya akan akan
dibuat roda gigi dengan jumlah gigi 22
Jumlah Putaran Lubang Jml putaran Kelebihan
gigi yang engkol piringan engkol putaran
dibuat (z) (40/z) pembagi penuh (bagian)
23 1 18.81818
27 1 22.09091
29 1 23.72727
31 1 25.36364
34 1 27.81818
36 1 29.45455
37 1 30.27273
22 1.8182
38 1 31.09091
39 1 31.90909
40 1 32.72727
41 1 33.54545
42 1 34.36364
43 1 35.18182
46 1 37.63636
Dari tabel diatas terbukti dengan 3 piringan pembagi, tidak dapat untuk
menyelesaikan persoalan. Untuk menyelesaikan persoalan tersebut perlu
digunakan pembagian diferensial, yakni dengan cara mengasumsikan jumlah
gigi yang dibuat (z’) sedemikian rupa agar jumlah gigi pemisalan tersebut (z’)
dapat diselesaikan dengan piringan yang ada, kemudian dengan perantaraan
roda gigi pengganti yang dipasang pada poros utama dan poros yang
menggerakkan (memutarkan) piringan pembagi dengan perbandingan
putaran sedemikian rupa sehingga kita lakukan koreksi dengan rumus :

putaran poros utama


Perbanding an putaran 
putaran poros penggerak piringan pembagi
 40 
    z'z 
 z' 

Bila jumlah gigi diasumsikan (z’) = 23 maka


 40 
Perbanding an putaran     23  22  1,739
 23 

PSD 3 T MESIN UNDIP


45 / 84
Teknik Pemesinan

Sedangkan roda gigi pengganti yang tersedia adalah :


no Jumlah rodagigi Jumlah gigi
(buah) (buah)
1 2 24
2 1 28
3 1 32
4 1 40
5 1 44
6 1 48
7 1 56
8 1 64
9 1 72
10 1 86
11 1 100

Maka dengan memilih rodagigi pengganti sebagai berikut :


Roda gigi pengganti 1 (RGP 1) adalah roda gigi dengan jumlah gigi 48
Roda gigi pengganti 2 (RGP 2) adalah roda gigi dengan jumlah gigi 40
Roda gigi pengganti 3 (RGP 3) adalah roda gigi dengan jumlah gigi 64
Roda gigi pengganti 4 (RGP 4) adalah roda gigi dengan jumlah gigi 44

Dengan konfigurasi pasangan


48 64
 maka diperoleh perbandingan putaran 1,745 (mendekati 1,739)
40 44

Dengan pemasangan sebagai berikut :


RGP 1 dipasang pada poros utama kepala pembagi dan kontak dengan RGP 2
RGP 2 dipasang pada poros perantara pada kotak roda gigi
RGP 3 dipasang satu poros dengan RGP 2
RGP 4 dipasang pada poros yang menggerakkan piringan pembagi dan
kontak dengan RGP 3

PSD 3 T MESIN UNDIP


46 / 84
Teknik Pemesinan

Waktu-kerja mesin

Elemen dasar proses freis adalah sebagai berikut,

 dn m
 Kecepatan potong : vC  ; (3.1)
1000 min
v mm
 Gerak makan pergigi : fz  f ; (3.2)
z  n gigi
v f  a  w cm 3
 Kecepatan penghasilan geram : Z ; (3.3)
1000 min
lt
 Waktu proses : tC  ; menit (3.4)
Vf

Keterangan,
d = diameter pahat freis
n = putaran pahat freis
vf = kecepatan makan
z = jumlah gigi / mata potong
a = kedalaman potong
w = lebar pemotongan
l t = panjang total ( lw + lv + ln)

Sebagai contoh perhitungan diambil asumsi :


Luas permukaan 150 x 100 mm
Dengan kondisi pemesinan : Pemakanan muka
Cutter sheel end mill  50 mm
VC = 25 m/ menit


Ref : Teori & Teknologi PROSES PEMESINAN, Taufiq Rochim
PSD 3 T MESIN UNDIP
47 / 84
Teknik Pemesinan

fZ = 0,025 mm/ gigi


Panjang langkah pengawalan (lv) = 2 mm
Panjang langkah pengakhiran (ln) = 25 mm
Kedalaman pemakanan ( a ) = 1mm

Perencanaan pemesinan
Dari persamaan 3.1
 dn m
 Kecepatan potong : Vc  ;
1000 min
  50  n m
25 
1000 min
25000
n  rpm
3,14  50
 159 rpm
 160 rpm (dipilih dari tabel mesin)

dari persamaan 3.2


vf mm
 Gerak makan pergigi: f z 
zn gigi
vf mm
0,025 
10  160 gigi
m
Vf  0,025  10  160
min
mm
 40
min
 Waktu proses (sekali pemakanan) 150 x 50 mm
lt
tC  menit
Vf
2  150  25
tC  menit
40
277
 menit
40
 6,9 menit


Lebar permukaan (W) belum diperhitungkan, bila W diperhitungkan, bagaimana harga tC ?
PSD 3 T MESIN UNDIP
48 / 84
Teknik Pemesinan

Soal

1. Sebutkan nama dan fungsi bagian mesin freis nomor 2, 3, 9, 10 dan 14 di


bawah ini ! (jelaskan dengan lengkap fungsinya)

2. Sebutkan nama dan fungsi perlengkapan mesin di-bawah ini ! (jelaskan


dengan lengkap fungsinya )

PSD 3 T MESIN UNDIP


49 / 84
Teknik Pemesinan

3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan :


a. Mengefreis tegak
b. Mengefreis datar

4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan :


a. mengefreis naik (up milling)
b. mengefreis turun (down milling)

5. Untuk mengerjakan permukaan (muka bersudut) seperti gambar dibawah,


sebutkan tiga gerakan dan oleh siapa gerakan tersebut dilakukan ? (baik untuk
gambar a, maupun gambar b)

a b

6. Sebutkan nama dan fungsi cutter dibawah ini

7. Direncanakan pembuatan roda gigi sistim modul menggunakan mesin freis


dengan modul 1,25 jumlah gigi 28 buah
ditanyakan :
 Diameter bakalan roda gigi (Do)
 Kedalaman pemotongan (ht)
 Jumlah bagian pada piringan tersebut
 Tiap selesai satu kali pemotongan , engkol harus diputar sebesar berapa ?
 Nomor cutter yang digunakan
 Bila menggunakan roda gigi pengganti sebutkan roda gigi pengganti
masing-masing dan diletakan/ dipasang dimana ?

PSD 3 T MESIN UNDIP


50 / 84
Teknik Pemesinan

BAB 4. MESIN SEKRAP

Tujuan Instruksional Umum


Pada akhir kuliah mahasiswa diharapkan dapat memahami jenis, dan proses
pengerjaan yang dapat dilakukan menggunakan mesin sekrap.

Tujuan Instruksional Khusus


Pada akhir kuliah mahasiswa diharapkan dapat :
7. Menyebutkan fungsi mesin sekrap
8. Menyebutkan jenis-jenis mesin sekrap
9. Menyebutkan bagian-bagian utama mesin sekrap
10. Menjelaskan prinsip kerja mesin sekrap
11. Menghitung waktu kerja mesin sekrap

Pendahuluan
Mesin sekrap adalah mesin perkakas yang fungsi utamanya untuk membuat
bidang rata. Disamping itu dapat digunakan pula untuk membentuk alur persegi,
alur ekor-burung dan sebagainya.

Gambar 4. 1 Contoh pekerjaan sekrap

Jenis mesin sekrap


Berdasarkan arah gerakan pahat dan penggunaannya, mesin sekrap dapat dibeda-
kan menjadi empat, yaitu :

1. Mesin sekrap horizontal


Arah gerak utama mesin ini horizontal dilakukan oleh pahat sekrap, berupa
gerak maju-mundur.

Gambar 4. 2 Mesin sekrap horizontal


2. Mesin sekrap vertikal
PSD 3 T MESIN UNDIP
51 / 84
Teknik Pemesinan

Arah gerak utama mesin sekrap ini adalah vertikal yang dilakukan oleh pahat
sekrap, mesin sekrap vertikal sering dinamakan mesin slotter.

Gambar 4. 3 Mesin slotter


Mesin slotter dapat digunakan untuk membuat bentuk-bentuk : alur-pasak
pada lubang poros, roda-gigi dalam, macam-macam bentuk lubang atau alur
di sisi luar maupun dalam pada benda-kerja yang tidak terlalu tebal.

3. Mesin sekrap roda-gigi


Mesin ini terutama digunakan utnuk membuat roda-gigi lurus.

Gambar 4. 4 Mesin sekrap roda-gigi

4. Mesin planer
PSD 3 T MESIN UNDIP
52 / 84
Teknik Pemesinan

Menurut gerakannya mesin planer sama dengan mesin sekrap, yaitu gerak
lurus maju-mundur. Perbedaannya ada pada gerak utamanya yang dilakukan
oleh meja sebagai tempat kedudukan benda kerja.

Gambar 4. 5 Mesin planer


Mesin planer biasanya digunakan untuk mengerjakan benda kerja yang ber-
ukuran besar.

Berdasarkan mekanisme penggerak lengan-mesin, dibedakan menjadi dua, yaitu :


PSD 3 T MESIN UNDIP
53 / 84
Teknik Pemesinan

1. Penggerak mekanik

Gambar 4. 6 Penggerak mekanik


2. Penggerak hidrolik

Gambar 4. 7 Penggerak hidrolik

PSD 3 T MESIN UNDIP


54 / 84
Teknik Pemesinan

Bagian-bagian utama mesin sekrap

1 4
5
2
6
3

10
8
7 11

12

Gambar 4. 8 Mesin sekrap

1. Lengan
Bagian ini berfungsi untuk mengubah gerakan berayun lengan ayun menjadi
gerakan translasi maju mundur, pada saat gerak maju pahat melakukan
pemotongan sedangkan pada saat gerak mundur tidak.
Pada ujung lengan tersebut terdapat eretan dimana tool post, tool holder dan
pahat sekrap dipasangkan.

Gambar 4. 9 Lengan mesin sekrap

2. Pengikat lengan
Berfungsi untuk mengikat antara lengan dengan mata rantai yang terpasang
pada ujung lengan ayun, agar pada waktu lengan ayun berayun maka lengan
akan bergerak maju mundur.
3. Hantaran lengan
Bagian ini sebagai pengarah (guide) gerakan lengan maju mundur
PSD 3 T MESIN UNDIP
55 / 84
Teknik Pemesinan

4. Pengatur kedudukan langkah


Berfungsi untuk mengatur kedudukan langkah lengan mesin sekrap

Gambar 4. 10 Kedudukan langkah pahat

5. Eretan vertikal
Bagian ini berfungsi untuk melakukan gerakkan :
 Pengaturan/ penyetelan kedalaman pemakanan pada proses sekrap rata
 Pemakanan (feeding) pada proses sekrap rata vertikal
 Pemakanan (feeding) pada proses sekrap rata menyudut
 Pemakanan (feeding) pada proses sekrap alur

Gambar 4. 11 Eretan vertikal

6. Tool post
Berfungsi untuk menempatkan tool holder dan pahat sekrap, tool post ini
dipasang pada ujung eretan dan tool holder dipasang padanya dengan ikatan
engsel sehingga pada waktu langkah mundur pahat tidak melukai benda kerja.

a b
Gambar 4. 12 (a) Posisi pahat pada saat bergerak maju, (b) Posisi pahat pada
saat bergerak mundur
Pada mesin yang baik, untuk menghindari rusaknya benda kerja akibat
gerakan mundur pahat ini dipasang pengangkat pahat (tool lifter).
PSD 3 T MESIN UNDIP
56 / 84
Teknik Pemesinan

7. Meja mesin
Berfungsi untuk menempatkan benda kerja, atau ragum pencekam benda
kerja.

Hantaran gerak
vertikal

Meja mesin

Hantaran gerak
horizontal

Gambar 4. 13 Meja mesin

8. Hantaran untuk gerak vertikal meja mesin


Bagian ini sebagai pengarah (guide) gerakan meja naik atau turun.
9. Hantaran untuk gerak horizontal meja mesin
Bagian ini sebagai pengarah (guide) gerakan meja ke arah samping.
10. Tuas pengatur kecepatan
Berfungsi untuk mengatur kecepatan gerak maju mundur lengan
11. Poros pengatur panjang langkah
Berfungsi untuk mengatur panjang langkah lengan maju mundur
12. Poros pengatur gerak pemakanan
Berfungsi untuk mengatur panjang gerakan pemakanan (feeding) secara
otomatis pada proses sekrap rata horizontal.

Gambar 4. 14 Mekanisme gerak pemakanan otomatis

PSD 3 T MESIN UNDIP


57 / 84
Teknik Pemesinan

Pahat sekrap
Bentuk pahat sekrap mirip dengan pahat bubut, dimana perbedaannya ada pada
bentuk-bentuk sudut potongnya. Terdapat tiga macam bentuk utama pahat sekrap,
yaitu pahat kasar, pahat halus, dan pahat bentuk (pahat profil).

a b c d

Gambar 4. 15 Pahat kasar


Pahat kasar digunakan untuk menyayat volume benda kerja sebanyak mungkin
dalam waktu singkat. Sisi potong pahat kasar terletak pada sisi miring ujung
pahat. Berdasar bentuknya, pahat kasar dibedakan lurus dan bengkok, berdasar
kedudukan sisi potongnya pahat kasar dibedakan pahat kasar kiri dan pahat kasar
kanan.

a b c d
Gambar 4. 16 Pahat halus
a. pahat halus berujung radius
b. pahat halus berujung rata
c. pahat halus lurus
d. pahat halus berbentuk leher angsa

Pahat halus digunakan untuk menghasilkan permukaan halus pada benda-kerja.


Sisi potongnya terletak diujung pahat, berbentuk rata atau berbentuk radius.
Terdapat pahat halus berbentuk leher angsa. Bentuk ini lebih baik dibanding
bentuk batang lurus, pelengkungan pahat leher-angsa menggeser posisi sisi
potong keluar dari permukaan benda kerja. Pelengkungan yang terjadi pada pahat
lurus menyebabkan sisi potong masuk lebih dalam pada benda kerja, sehingga
ada kemungkinan banda kerja rusak karena tersayat terlalu dalam.

PSD 3 T MESIN UNDIP


58 / 84
Teknik Pemesinan

Pahat profil digunakan untuk membuat bentuk-bentuk tertentu pada benda-kerja.


Bentuk ujung pahat ini bermacam-macam, sesuai dengan bentuk-bentuk yang
harus dibuat.

a b c d

Gambar 4. 17 Pahat profil

a. pahat alur
b. pahat samping
c. pahat alur-T
d. pahat ujung lengkung

Prinsip kerja mesin sekrap


Pada dasarnya terdapat tiga macam gerakan pada mesin sekrap, yaitu gerak
utama, gerak penyetelan , dan gerak pemakanan.
Gerak utama mesin sekrap lurus bolak-balik dilakukan oleh alat potong. Gerak-
utama terjadi akibat gerakan lengan maju-mundur. Ketika lengan bergerak maju,
pahat sekrap melakukan penyayatan, ketika lengan bergerak mundur pahat tidak
melakukan penyayatan. Gerak maju disebut langkah potong dan gerak mundur
disebut langkah balik.
d c
b b

a a

d
c

Gambar 4. 18 Gerakan-gerakan mesin sekrap

Keterangan :
a. langkah potong
b. langkah balik
c. gerak pemakanan
d. gerak penyetelan

PSD 3 T MESIN UNDIP


59 / 84
Teknik Pemesinan

Mesin sekrap melakukan gerak pemakanan periodik, dilakukan benda kerja.


Gerak pemakanan ini diperoleh dari gerakan meja, tempat kedudukan benda-
kerja. Ketika pahat melakukan gerak utama meja tidak bergerak, maka benda
kerja diam. Setiap pahat melakukan langkah balik meja membawa benda-kerja
bergeser arah melintang terhadap arah gerak utama.
Gerak penyetelan adalah gerakan untuk menyetel kedudukan benda kerja dan
atau alat potong, agar posisi keduanya sesuai dengan ketebalan penyayatan yang
akan dilaksanakan. Untuk keperluan langkah penyetelan, kedudukan meja-sekrap
dapat disetel naik atau turun, kepala-sekrap dapat diputar, dan dilengkapi eretan
vertikal untuk menggeser kedudukan pahat.

Waktu kerja mesin sekrap


Perhitungan waktu kerja mesin sekrap berdasarkan pada panjang langkah, lebar
benda-kerja, dan kecepatan langkah.
 Panjang langkah
Panjang langkah merupakan panjang benda-kerja ditambah langkah awal (La)
dan langkah akhir (Lb).

Panjang langkah L = l + la + lb

 Kecepatan langkah per menit


Kecepatan potong m menit 
Kecepa tan langkah (n) 
2 x panjang langkah m
VC  langkah 

2 x L  menit 
 Waktu langkah maju

panjang langkah m


Waktu langkah maju (t a ) 
kecepatan maju m 
menit

ta 
L
menit 
Va

PSD 3 T MESIN UNDIP


60 / 84
Teknik Pemesinan

 Waktu langkah mundur

panjang langkah m


Waktu langkah mundur (t r ) 
kecepatan mundur m menit

t r  menit 
L
Vr
 Total waktu

Total waktu (t) = ta + tr

 Jumlah langkah dalam pemotongan

Lebar benda  2b mm


Jumlah langkah Z  1
feeding mm 
 langkah 

Z  langkah
B
S

Jumlah langkah langkah 


Waktu pemesinan t  
Kecepatan langkah langkah menit 

t  menit 
Z
n

PSD 3 T MESIN UNDIP


61 / 84
Teknik Pemesinan

Contah soal : Sebutkan cara mengatur kedudukan langkah pada mesin sekrap

Jawab : Proses pengaturan kedudukan/ posisi langkah pada mesin sekrap


dapat dilakukan dengan cara :

1. Memutar tuas pengunci pada pengatur kedudukan langkah yang ada diatas lengan
ayun berlawanan arah jarum jam
2. Menggeser posisi tuas pengunci sesuai dengan arah yang dikehendaki (maju atau
mundur)
3. Kencangkan kembali tuas pengunci, dengan cara memutar searah jarum jam.
4. Periksa apakah posisi kedudukan langkah sudah sesuai atau belum, dengan cara
menghidupkan mesin
5. Apabila posisi kedudukan langkah belum sesuai, ulangi langkah di atas hingga
didapat langkah yang sesuai.

Soal :

1. Apa yang anda ketahui tentang mesin sekrap


2. Sebutkan bagian-bagian utama mesin sekrap
3. Sebutkan macam-macam mesin sekrap yang ada
4. Jelaskan fungsi bagian-bagian utama mesin sekrap
5. Terangkan cara pengoperasian mesin sekrap
6. Bentuk-bentuk apa saja yang dapat dikerjakan dengan mesin sekrap
7. Hitunglah waktu kerja mesin unutk membuat bentuk benda-kerja seperti
dibawah, bila :
Kecepatan potong = 24 [m/men]
Kecepatan pemakanan = 0,1 [mm/langkah]
Ukuran bahan = 65 x 65 x 106 [mm]

PSD 3 T MESIN UNDIP


62 / 84
Teknik Pemesinan

BAB 5. MESIN GERINDA


Tujuan Instruksional Umum
Pada akhir kuliah mahasiswa diharapkan dapat memahami tentang proses
pemotongan/penggerindaan benda kerja dengan bermacam-macam mesin
gerinda
Tujuan Instruksional Khusus
Pada akhir kuliah mahasiswa diharapkan dapat :
12. Menyebutkan dan menjelaskan fungsi beberapa jenis mesin gerinda
13. Membedakan alat-alat pencekam batu gerinda datar / silinder
14. Menjelaskan proses balancing roda gerinda
15. Menghitung waktu penggerindaan

Pendahuluan
Penggerindaan adalah operasi pemotongan, benda kerja yang telah dikeraskan
(pada umumnya) agar diperoleh permukaan yang halus dengan menggunakan
batu gerinda sebagai alat potong, yang melakukan gerak utama berputar.
Batu gerinda dibuat dari butir asahan/ serbuk abrasif yang keras dan tajam,
dicampur bahan perekat dicetak menjadi bermacam-macam bentuk.
Pemotongan terjadi akibat gesekan butiran tajam di bagian permukaan batu
gerinda yang berputar dengan permukaan benda kerja.
Agar mampu melaksanakan pemotongan, batu gerinda harus mempunyai
persyaratan sebagai berikut :
1. Lebih keras dari pada benda kerja yang digerinda
2. Tahan temperatur tinggi
3. Butiran yang tumpul dapat terlepas dari permukaan batu gerinda, agar
permukaan batu gerinda selalu tajam.

Proses gerinda pada umumnya mempunyai ciri sebagai berikut :


1. Kehalusan permukaan produk yang tinggi dapat dicapai dengan cara yang
relatif mudah
2. Toleransi geometrik yang sempit dapat dicapai dengan mudah
3. Kecepatan penghasilan geram yang rendah
4. Dapat digunakan untuk menghaluskan permukaan benda kerja yang telah
dikeraskan

Jenis mesin gerinda


Berdasarkan penggunaannya mesin gerinda dapat dibedakan menjadi
1. Gerinda tangan

PSD 3 T MESIN UNDIP


63 / 84
Teknik Pemesinan

Gambar 5. 1 Gerinda tangan

2. Gerinda berdiri

Gambar 5. 2 Gerinda berdiri


3. Gerinda duduk

Gambar 5. 3 Gerinda duduk

PSD 3 T MESIN UNDIP


64 / 84
Teknik Pemesinan

4. Gerinda sabuk

Gambar 5. 4 Gerinda sabuk


5. Gerinda pahat

Gambar 5. 5 Gerinda pahat


6. Gerinda rata vertikal
Keterangan gambar :
1. Roda tangan penggerak motor
& batu gerinda
2. Tutup poros penggerak motor
& batu gerinda
3. Skala gerakan batu gerinda
4. Motor penggerak batu gerinda
5. Pemegang motor
6. Batu gerinda
7. Pelat pelindung
8. Meja magnetik K
9. Kaki e
t
e
r
a
Gambar 5. 6 Gerinda rata vertikal n
PSD 3 T MESIN UNDIP g
a 65 / 84
n

g
Teknik Pemesinan

7. Gerinda permukaan horizontal

Gambar 5. 7 Gerinda permukaan horizontal

8. Gerinda silindris

Gambar 5. 8 Gerinda silindris

Batu gerinda
Batu gerinda dibuat dari dua elemen dasar yakni butir asahan/ serbuk abrasif dan
bahan pengikat, dari kedua elemen tersebut batu gerinda dibuat menjadi
bermacam-macam bentuk dan ukuran.
A. Butir asahan/ serbuk abrasif
Ada 5 jenis serbik abrasif yakni :
1. Aluminium axide

PSD 3 T MESIN UNDIP


66 / 84
Teknik Pemesinan

Batu gerinda dari butir asahan/ serbuk abrasif ini digunakan untuk
 Penggerindaan pengasaran bagi material yang tidak tahan panas
 Penggerindaan baja paduan yang keras dan tidak tahan panas
2. Silicon carbide
Batu gerinda dari butir asahan/ serbuk abrasif ini digunakan untuk
 Penggerindaan pengasaran bagi material yang tidak tahan panas
dengan kekuatan tarik rendah (nonferrous)
 Penggerindaan besi cor
3. Campuran aluminium oxide dan silikon carbide
Batu gerinda dari butir asahan/ serbuk abrasif ini digunakan untuk
penggerindaan material khusus (special alloys)
4. Cubic boron nitride
Batu gerinda dari butir asahan/ serbuk abrasif ini digunakan untuk
 Penggerindaan umum dan proses penghalusan
 Penggerindaan baja perkakas yang telah dikeraskan
5. Intan
Batu gerinda dari butir asahan/ serbuk abrasif ini digunakan untuk
penggerindaan karbida baik kondisi kering maupun dengan cairan
pendingin.
B. Bahan pengikat
Jenis bahan pengikat butir asahan/ serbuk abrasif sangat menentukan
karakteristik batu gerinda dalam kaitannya dengan keberhasilan
penggerindaan.
Ada 5 jenis bahan pengikat yakni :
1. Keramik
Bahan pengikat jenis ini mempunyai sifat
 Ikatannya kuat sampai temperatur kerja yang cukup tinggi
 Menghasilkan batu gerinda yang berpori-pori
 Tidak tahan beban kejut
 Tidak tahan terhadap fluktuasi temperatur yang besar
2. Silika
Bahan pengikat jenis ini mempunyai sifat
 Ikatannya kurang kuat bila dibanding keramik
 Tidak menimbulkan panas yang berlebihan
3. Karet
Bahan pengikat jenis ini mempunyai sifat
 Elastisitasnya melebihi keramik
 Tahan beban kejut
 Menghasilakn permukaan yang halus
 Menimbulkan panas yang tinggi bila kondisi penggerindaan berat
 Dapat digabung/dicampur serat penguat
PSD 3 T MESIN UNDIP
67 / 84
Teknik Pemesinan

4. Plastik
Bahan pengikat jenis ini mempunyai sifat
 Elastisitasnya melebihi keramik
 Tahan beban kejut
 Ikatannya kuat sampai pada temperatur yang cukup tinggi
5. Shellac
Bahan pengikat jenis ini mempunyai sifat
 Elastisitasnya melebihi keramik
 Menghasilkan permukaan yang halus
6. Metal
Bahan pengikat jenis ini mempunyai sifat
 Ikatannya kuat sampai temperatur yang cukup tinggi
 Menghasilkan batu gerinda yang bersifat penghantar arus listrik
 Cocok untuk mengikat butir asahan/ serbuk abrasif dari intan

5.3.1 Ukuran butir asahan/ serbuk abrasif


Ukuran butir asahan/ serbuk abrasif dinyatakan dengan bilangan. Bilangan
tersebut adalah jumlah lubang tiap luas satu inch persegi, dari saringan yang
digunakan untuk meloloskan butir asahan/ serbuk abrasif batu gerinda.
Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan ukuran butir asahan/
serbuk abrasif :
1. Kualitas permukaan yang dihasilkan
Butiran kasar sesuai untuk proses pengasahan kasar, yaitu pengasahan
yang memakan waktu penyelesaian tugas sesingkat mungkin, kurang
memperhatikan kualitas hasil asahan. Sedangkan butiran halus cocok
untuk menghasilkan permukaan halus dan teliti.
2. Bahan yang diasah
Butiran kasar digunakan untuk mengasah bahan lunak dan bahan keras
diasah menggunakan butir asahan/ serbuk abrasif halus.
3. Volume bahan yang harus dihilangkan
Bila volume yang harus dihilangkan cukup besar dan kehalusan
permukaan hasil penggerindaan tidak penting, pengasahan dilakukan
dengan menggunakan batu gerinda dengan butir asahan/ serbuk abrasif
kasar, sebaliknya bila bagian yang harus dihilangkan tipis, penggerindaan
menggunakan butir asahan/ serbuk abrasif halus.

4. Bidang singgung benda kerja dengan batu gerinda


Bila bidang singgungnya luas, penggerindaan dilakukan dengan meng-
gunakan butir asahan/ serbuk abrasif kasar, Butir asahan/ serbuk abrasif
halus digunakan untuk menggerinda dengan bidang singgung sempit.
Ukuran butir asahan/ serbuk abrasif diklasifikasikan sebagai berikut :

PSD 3 T MESIN UNDIP


68 / 84
Teknik Pemesinan

Sangat kasar 6 8 10 12
Kasar 14 16 20 24
Sedang 30 36 46 54 60
Halus 70 80 90 100 120
Sangat halus 150 180 220 240
Ukuran tepung 280 320 400 500 600

5.3.2 Struktur batu gerinda


Struktur batu gerinda adalah kerapatan butir asahan/ serbuk abrasif yang
tertabur di dalam batu gerinda. Struktur batu gerinda dinyatakan dengan
angka : 1 – 15.
Angka 1 untuk struktur paling rapat (tertutup) dan angka 15 untuk struktur
paling renggang (terbuka).
Pemilihan struktur batu gerinda tergantung kepada tugas yang dilaksanakan.
Batu gerinda struktur tertutup dapat dipakai lebih awet, tidak banyak me-
nimbulkan pnas, permukaan yang dihasilkan halus, tetapi tidak banyak
menghasilkan beram.
Pemilihan struktur batu gerinda dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut :
1. Macam bahan yang digerinda
Bahan lunak digerinda menggunakan batu gerinda dengan struktur
terbuka.
2. Bidang kontak
Makin luas bidang kontak penggerindaan, makin terbuka struktur batu
gerinda yang digunakan.
3. Kualitas permukaan yang dihasilkan
Makin tertutup struktur batu gerinda, makin halus dan makin teliti
permukaan hasil penggerindaan.
4. Proses pendinginan
Batu gerinda struktur terbuka lebih banyak menimbulkan panas, maka
lebih memerlukan pendinginan

5.3.3 Kekerasan batu gerinda


Kekerasan batu gerinda adalah tingkat kekuatan bahan perekat dalam me-
ngikat butir asahan/ serbuk abrasif, Kuat tidaknya bahan perekat
mempengaruhi mudah atau sulit lepasnya butiran di permukaan batu gerinda.
Batu gerinda keras adalah batu gerinda yang bahan pengikatnya sangat kuat
memegang butir asahan/ serbuk abrasif, sehingga butir asahan/ serbuk abrasif
yang terletak di permukaan sangat sulit terlepas.
Batu gerinda lunak adalah batu gerinda yang bahan pengikatnya kurang kuat
memegang butir asahan/ serbuk abrasif, sehingga butir asahan/ serbuk abrasif
yang terletak di permukaan mudah lepas.
Tingkat kekerasan batu gerinda dinyatakan dengan huruf, dari huruf A
(sangat lunak) sampai huruf Z (sangat keras).
Pemilihan kekerasan batu gerinda dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut :
1. Kekerasan bahan yang digerinda
PSD 3 T MESIN UNDIP
69 / 84
Teknik Pemesinan

Menggerinda bahan yang keras menyebabkan butir asahan/ serbuk abrasif


yang terletak di permukaan batu gerinda cepat menjadi tumpul. Bila
menggunakan batu gerinda keras, kecepatan tumpul butiran-butiran asah
di permukaan lebih tinggi dari pada kecepatan pembuangannya (lepasnya
butir asahan dari permukaan batu gerinda), akibatnya batu gerinda
menjadi licin tidak mampu melakukan pemotongan. Dengan demikian
untuk mengasah bahan yang keras, sebaiknya digunakan batu gerinda
yang lunak.
Sebaliknya untuk menggerinda bahan lunak butir asah dipermukaan tidak
cepat tumpul. Bila menggunakan batu gerinda lunak kecepatan
pembuangan butir batu asah dipermukaan lebih tinggi dari pada kecepatan
tumpul butir batu asah, akibatnya terjadi pemborosan (karena banyak
butir asahan/ serbuk abrasif yang masih tajam sudah terbuang/terlepas
dari batu gerinda). Maka untuk mengasah bahan lunak sebaiknya
menggunakan batu gerinda keras.
2. Bidang kontak
Bila antara batu gerinda dengan benda kerja mempunyai bidang kontak
luas, penggerindaan dilaksanakan menggunakan batu gerinda lunak. Batu
gerinda keras digunakan untuk penggerindaan dengan bidang kontak
sempit.
3. Kecepatan batu gerinda dan benda kerja
Bila kecepatan relatif antara batu gerinda dengan benda kerja rendah,
butir asahan/ serbuk abrasif mudah lepas dari permukaan batu gerinda,
maka untuk kecepatan rendah cocok menggunakan batu gerinda keras.
Sebaliknya untuk menggerinda dengan kecepatan tinggi sebaiknya
menggunakan batu gerinda lunak.

4. Kondisi
Batu gerinda lunak dianjurkan digunakan pada mesin yang kokoh, mesin
ringan dianjurkan menggunkan batu gerinda keras.

5.3.4 Kecepatan potong batu gerinda


Kecepatan potong batu gerinda dinyatakan dalam satuan m/s. Makin tinggi
kecepatan potong, makin tinggi bahaya kemungkinan pecahnya batu gerinda
akibat gaya sentrifugal. Untuk keamanan ditentukan batas maksimal kecepat-
an potong bagi setiap bahan perekat dan setiap macam penggerindaan.
Tabel 5. 1. Kecepatan keliling batu gerinda (sebagai alat iris)
Kecepatan
Mesin gerinda Benda kerja Bahan perekat
(m/s)
Baja perkakas Tembikar 15 – 25
Gerinda iris / HSS Tembikar 15 – 25
gerinda tangan Karbida Organik 45
(portable) Baja, logam ringan Tembikar 15 – 30
Besi cor, kuningan Tembikar 15 – 30

PSD 3 T MESIN UNDIP


70 / 84
Teknik Pemesinan

Tabel 5. 2. Kecepatan keliling penggerindaan produk


Gerinda luar Gerinda dalam Gerinda datar
Benda kerja
(m/s) (m/s) (m/s)
Baja lunak 30 25 25
Besi cor 25 20 25
Karbida 8 8 8
Logam ringan 35 25 20

Tabel 5. 3. Kecepatan pemakanan


Gerinda luar Gerinda dalam
Lebar batu gerinda Lebar batu gerinda
Benda kerja
Putaran batu gerinda Putaran batu gerinda
Kasar Halus Kasar Halus
Baja 2/3 - 3/4 1/4 - 1/3 1/2 - 3/4 1/5 - 1/4
Besi cor 3/4 - 5/6 1/3 - 1/2 2/3 - 3/4 1/4 - 1/3

5.3.5 Identifikasi batu gerinda


Identitas batu gerinda ditulis pada kertas label yang ditempelkan pada bagian
roda gerinda dimana tidak akan hilang walaupun batu gerinda tersebut telah
digunakan. Identitas tersebut terdiri dari huruf dan angka.
Menurut ANSI (American National Standards Institute), khususnya (ANSI
Standards) nomor B74.13-1977
Identitas tersebut merupakan informasi mengenai batu gerinda, yakni :
A. Spesifikasi komposisi batu gerinda
Spesifikasi ini mencakup informasi mengenai :
1. Bahan butir asahan/ serbuk abrasif
2. Ukuran butir
3. Kekerasan batu gerinda
4. Struktur batu gerinda
5. Jenis bahan perekat

PSD 3 T MESIN UNDIP


71 / 84
Teknik Pemesinan

Contoh penulisannya seperti bagan nomor 1

PSD 3 T MESIN UNDIP


72 / 84
Teknik Pemesinan

Bagan 1. Kodifikasi batu gerinda

B. Spesifikasi bentuk/ ukuran batu gerinda


Spesifikasi ini mencakup informasi mengenai :
1. Tipe batu gerinda

PSD 3 T MESIN UNDIP


73 / 84
Teknik Pemesinan

2. Bentuk ujung tepi batu gerinda

Gambar 5. 9. Bentuk ujung tepi batu gerinda


3. Ukuran batu gerinda (diameter dan tebal)
4. Ukuran lubang poros
5. Kecepatan putar maksimum

Gambar 5. 10. Penandaan pada batu gerinda

5.3.6 Pemilihan batu gerinda


Pemilihan batu gerinda dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut :
1. Macam penggerindaan (datar, silindris atau penggerindaan dalam)
2. Bahan yang digerinda
3. Volume bahan yang harus dibuang
4. Kualitas permukaan yang ingin dicapai (kekasaran permukaan)
5. Luas bidang kontak antara batu gerinda dengan benda kerja
6. Kecepatan putaran batu gerinda
7. Kecepatan putaran benda kerja
8. Kondisi mesin (kapasitas dan kekakuannya)
9. Penggerindaan kering atau basah
10. Jenis butir asahan/ serbuk abrasif dan jenis bahan pengikat
11. Struktur, ukuran butir asahan/ serbuk abrasif dan kekerasan batu gerinda.

5.3.7 Mengangkat dan menyimpan batu gerinda


Batu gerinda pada umumnya rapuh (mudah pecah), maka pengangkutan dan
penyimpanannya perlu dilakukan dengan sangat hati-hati. Batu gerinda yang
retak sangat berbahaya bila digunakan. Karena itu, pengangkatan dan
penyimpanannya perlu memperhatikan beberapa hal berikut :
PSD 3 T MESIN UNDIP
74 / 84
Teknik Pemesinan

1. Pada saat mengangkut/ membawa batu gerinda jangan sampai membentur


benda keras lain atau menjatuhkannya.
2. Simpan batu gerinda pada rak atau peti khusus
Batu gerinda berbentuk keping disimpan dengan posisi miring
Batu gerinda berbentuk mangkok dan cincin disimpan dengan posisi datar
Diantara batu gerinda harus diberi batas agar tidak terjadi benturan ketika
sedang meletakkan atau pada saat mengambil.
3. Batu gerinda tipis, dengan bahan pengikat resin atau karet, disimpan
dengan posisi permukaan bagian yang rata pada posisi horizontal dan
hindari temperatur yang tinggi, agar bagian permukaan rata tersebut tidak
melengkung
4. Batu gerinda mangkuk kecil dan batu gerinda-dalam kecil disimpan di
dalam kotak atau laci tersendiri (terpisah)

5.3.8 Penyetimbangan
Tujuan penyetimbangan
Penyetimbangan (balancing) roda gerinda dilakukan agar massa batu gerinda
beserta alat pencekamnya setimbang terhadap sumbu poros pemutarnya.

Penyebab ketidak seimbangan batu gerinda


1. Struktur butiran batu gerinda yang tidak seragam.
2. Batu gerinda basah akibat memberhentikan putaran gerinda pada saat
cairan pendingin masih mengalir.
3. Adanya cacat pada batu gerinda akibat benturan.

Akibat yang timbul karena ketidak seimbangan batu gerinda


1. Kwalitas permukaan hasil penggerindaan tidak rata.
2. Mempercepat keausan bantalan poros batu gerinda.

Perlengkapan penyetimbangan
1. Dudukan poros batu gerinda.

a b
Gambar 5. 11. (a) Dudukan menggunakan roll

PSD 3 T MESIN UNDIP


75 / 84
Teknik Pemesinan

(b) Dudukan dengan permukaan rata


2. Poros penyetimbangan.

a b
Gambar 5. 12. (a) Poros penyetimbang tanpa ulir
(b) Poros penyetimbang menggunakan ulir
3. Pencekam batu gerinda

a b c

Gambar 5. 13. (a) Pencekam dengan 3 bobot penyetimbang yang dapat dilepas
(b) Pencekam dengan 3 bobot penyetimbang yang tidak dapat dilepas
(c) Pencekam dengan 2 bobot penyetimbang yang dibelah

Langkah-langkah penyetimbangan
1. Lepas seluruh bobot penyetimbang dari pencekam batu gerinda, pada
jenis yang tidak dapat dilepas tempatkan (posisikan) ketiga bobot
penyetimbang pada jarak yang sama antara satu dengan yang lain.

a b
Gambar 5. 14. (a) Bobot penyetimbang yang dapat dilepas
(b) Posisi bobot penyetimbang jenis yang tidak bisa dilepas

PSD 3 T MESIN UNDIP


76 / 84
Teknik Pemesinan

2. Dressing batu gerinda agar permukaan batu gerinda satu pusat (sesumbu)

a b
Gambar 5. 15. (a) Dressing permukaan batu gerinda
(b) Permukaan batu gerinda yang tidak sepusat
3. Tempatkan dudukan penyetimbang pada tempat yang rata agar stabil
4. Pasang poros penyetimbang pada pencekam batu gerinda

Gambar 5. 16. Poros penyetimbang dipasang pada pencekam


5. Letakkan poros penyetimbang (beserta pencekam dan batu gerinda) pada
dudukan penyetimbang dengan posisi di tengah-tengah dan tegak lurus
(antara poros penyetimbang dengan permukaan dudukan penyetimbang)

Gambar 5. 17. Posisi poros penyetimbang pada permukaan penyetimbang

PSD 3 T MESIN UNDIP


77 / 84
Teknik Pemesinan

6. Biarkan batu gerinda bergulir ke kiri atau ke kanan dengan sendirinya


sampai berhenti. (ingat bagian yang terberat selalu berada dibawah)

Gambar 5. 18. Bagian yang berat dari batu gerinda akan berada di bawah

7. Tandai dengan kapur pada bagian teratas batu gerinda

Gambar 5. 19. Pemberian tanda silang menggunakan kapur

8. Pasang salah satu bobot penyetimbang pada arah segaris dengan sumbu
poros dan tanda kapur

Gambar 5. 20. Posisi salah satu bobot penyetimbang

PSD 3 T MESIN UNDIP


78 / 84
Teknik Pemesinan

9. Pasang dua bobot penyetimbang lainnya berlawanan arah dengan posisi


bobot penyetimbang pertama, dan berjarak masing-masing sama dengan
bobot penyetimbang pertama.

Gambar 5. 21. Posisi dua bobot penyetimbang

10. Latakkan kembali batu gerinda pada dudukannya dengan posisi seperti
gambar 5. 22

Gambar 5. 22. Posisi batu gerinda

11. Bila batu gerinda bergulir seperti arah panah maka dua bobot
penyetimbang harus digeser menjauhi bobot penyetimbang pertama,
tetapi bila bergulir dengan arah kebalikan yang pertama, maka dua bobot
penyetimbang digeser mendakati bobot penyetimbang pertama.

Gambar 5. 23. Penggeseran dua bobot penyetimbang

PSD 3 T MESIN UNDIP


79 / 84
Teknik Pemesinan

12. Batu gerinda dianggap setimbang bila bisa berhenti disetiap posisi

Gambar 5. 24. Posisi batu gerinda dalam keadaan setimbang

5.3.9 Pemasangan batu gerinda


1. Pemasangan batu gerinda untuk penggerindaan luar
Batu gerinda dipasang pada poros mesin dengan perantaraan pencekam
batu gerinda, kemudian mur pengencang diputar kearah kebalikan jarum
jam untuk mengencangkan batu gerinda (karena biasanya ulir pada poros
mesin menggunakan ulir kiri).

Gambar 5. 25. Pemasangan batu gerinda pada poros mesin

2. Pemasangan batu gerinda untuk penggerindaan dalam


a. Batu gerinda berlubang
Batu gerinda dipasang pada adaptor menggunakan baut, kemudian
adaptor dipasang pada poros mesin.

a
b

Gambar 5. 26. (a). Batu gerinda dipasang pada adaptor

PSD 3 T MESIN UNDIP


80 / 84
Teknik Pemesinan

(b). Adaptor dipasang pada poros mesin

b. Batu gerinda bertangkai


Tangkai batu gerinda dicekam menggunakan kolet (collet), dan kolet
adaptor, kemudian kolet adaptor dipasang pada poros mesin.

a b
c

Gambar 5. 27. (a). Batu gerinda bertangkai,(b). kolet


(c). Batu gerinda bertangkai terpasang pasang pada kolet adaptor

Macam-macam penggerindaan
1. Penggerindaan datar

a b

Gambar 5. 28. (a). Benda kerja dicekam dengan ragum


(b). Benda kerja dicekam dengan blok penghantar magnit
(c). Benda kerja dicekam dengan blok penghantar magnit beralur V

PSD 3 T MESIN UNDIP


81 / 84
Teknik Pemesinan

Penggerindaan silindris
Penggerindaan silindris luar

a
b
Gambar 5. 29. (a). Benda kerja dicekam diantara dua senter tetap
(b). Benda kerja dicekam menggunakan chuck.
Penggerindaan silindris dalam

Gambar 5. 30. Benda kerja dicekam menggunakan chuck.

Penggerindaan tirus
Penggerindaan tirus luar

a b

Gambar 5. 31. (a). Benda kerja dicekam diantara dua senter tetap
(b). Benda kerja dicekam menggunakan chuck.

PSD 3 T MESIN UNDIP


82 / 84
Teknik Pemesinan

Penggerindaan tirus dalam

Gambar 5. 32. Benda kerja dicekam menggunakan chuck.

Waktu penggerindaan
1. Penggerindaan datar

Gambar 5. 33. Penggerindaan datar

l  b x
Waktu penggerindaan t m 
v  1000 s
Keterangan :
l = panjang benda kerja [mm]
b = lebar benda kerja [mm]
x = jumlah penurunan batu gerinda
v = kecepatan meja [mm/min]
s = kecepatan penggeseran meja [mm/langkah]

2. Penggerindaan silindris

Gambar 5. 34. Penggerindaan silindris

PSD 3 T MESIN UNDIP


83 / 84
Teknik Pemesinan

l x
Waktu penggerindaan t m 
n s
Keterangan :
l = panjang benda kerja [mm]
x = jumlah pemakanan (penambahan kedalaman)
n = putaran benda kerja [rpm]
s = kecepatan penggeseran meja [mm/putaranbenda kerja]

PSD 3 T MESIN UNDIP


84 / 84

Anda mungkin juga menyukai