Anda di halaman 1dari 73

Modul Permesinan

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Deskripsi
Kurikulum 2013 dirancang untuk memperkuat kompetensi siswa dari sisi pengetahuan,
ketrampilan serta sikap secara utuh. Tuntutan proses pencapaiannya melalui pembelajaran
pada sejumlah mata pelajaran yang dirangkai sebagai satu kesatuan yang saling mendukung
dalam mencapai kompetensi tersebut. Modul ini berisikan materi yang mencakup mesin
bubut dan mesin frais. Modul ini menjabarkan usaha minimal yang harus dilakukan oleh
siswa untuk mencapai sejumlah kompetensi yang diharapkan dalam dituangkan dalam
kompetensi inti dan kompetensi dasar.sesuai deng pendekatan scientific approach yang
dipergunakan dalam kurikulum 2013, siswa diminta untuk memberanikan dalam mecari dan
menggali kompetensi yang ada dala kehidupan dan sumber yang terbentang disekitar kita,
dan dalam pembelajarannya peran guru sangat penting untuk meningkatkan dan
menyesuaikan daya serap siswa dalam mempelajari modul ini. Maka dari itu, guru
diusahakan untuk memperkaya dengan mengkreasi mata pembelajaran dalam bentuk
kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dan relevan bersumberdari alam sekitar kita. Modul ini
merupakan dokumen sumber belajar yang senantiasa dapat diperbaiki, diperbaharui dan
dimutahirkan sesuai dengan kebutuhan dan perubahan zaman. Maka dari itu, kritik dan saran
serta masukan dari berbagai pihak diharapkan dapat meningkatkan dan menyempurnakan
kualitas isi maupun mutu modul ini.

B. Tujuan Akhir
Tujuan akhir pembelajaran dengan modul ini adalah:
1. Siswa dapat mengidentifikasi mesin bubut
2. Siswa dapat Mengidentifikasi alat potong mesin bubut
3. Siswa dapat Menerapkan parameter pemotongan mesin bubut
4. Siswa dapat Menerapkan teknik pemesinan bubut
5. Siswa dapat Menggunakan mesin bubut untuk berbagai jenis pekerjaan
6. Siswa dapat Menggunakan alat potong mesin bubut untuk berbagai jenis pekerjaan

1
Modul Permesinan

7. Siswa dapat Menggunakan parameter pemotongan mesin bubut untuk berbagai jenis
pekerjaan
8. Siswa dapat Mengidentifikasi mesin frais
9. Siswa dapat Mengidentifikasi alat potong mesin frais
10. Siswa dapat Menerapkan parameter pemotongan mesin frais
11. Siswa dapat Menerapkan teknik pemesinan frais
12. Siswa dapat Menggunakan mesin frais untuk bebgai jenis pekerjaan
13. Siswa dapat Menggunakan alat potong mesin frais untuk berbagai jenis pekerjaan
14. Siswa dapat Menggunakan parameter pemotongan mesin frais untuk berbagai jenis
pekerjaan
15. Siswa dapat Menggunakan teknik pemesinan frais untuk berbagai jenis pekerjaan
16. Siswa dapat Menggunakan teknik pemesinan bubut untuk berbagai jenis pekerjaan

C. Kompetensi

Kompetensi Dasar berdasarkan Silabus Mata Pelajaran Praktik Pemesinan

KOMPETENSI DASAR**
3.1 Mengidentifikasi mesin frais
3.2 Mengidentifikasi alat potong mesin frais
3.3 Menerapkan parameter pemotongan mesin frais
3.4 Menerapkan teknik pemesinan frais
4.1 Menggunakan mesin frais untuk bebgai jenis pekerjaan
4.2 Menggunakan alat potong mesin frais untuk berbagai jenis pekerjaan

4.3 Menggunakan parameter pemotongan mesin frais untuk berbagai jenis


pekerjaan
4.4 Menggunakan teknik pemesinan frais untuk berbagai jenis pekerjaan

KOMPETENSI DASAR **
3.5 Mengidentifikasi mesin bubut
3.6 Mengidentifikasi alat potong mesin bubut
3.7 Menerapkan parameter pemotongan mesin bubut
3.8 Menerapkan teknik pemesinan bubut
4.5 Menggunakan mesin bubut untuk berbagai jenis pekerjaan
4.6 Menggunakan alat potong mesin bubut untuk berbagai jenis pekerjaan
4.7 Menggunakan parameter pemotongan mesin bubut untuk berbagai jenis
pekerjaan
4.8 Menggunakan teknik pemesinan bubut untuk berbagai jenis pekerjaan

2
Modul Permesinan

BAB II

PEMELAJARAN

A. Kegiatan Belajar 1 : Mesin Bubut


1. Definisi
Mesin bubut merupakan suatu jenis mesin perkakas yang dalam proses kerjanya
bergerak memutar benda kerja dan menggunakan mata potong pahat sebagai alat untuk
menyayat benda kerja tersebut. Mesin bubut merupakan salah satu mesin proses produksi
yang dipakai untuk membentuk benda kerja yang berbentuk silindris. Pada prosesnya
benda kerja terlebih dahulu dipasang pada chuck (pencekam) yang terpasang pada
spindel mesin, kemudian spindel dan benda kerja diputar dengan kecepatan sesuai
perhitungan. Alat potong (pahat) yang dipakai untuk membentuk benda kerja akan
disayatkan pada benda kerja yang berputar.
Umumnya pahat bubut dalam keadaan diam, pada perkembangannya ada jenis mesin
bubut yang berputar alat potongnynya, sedangkan benda kerjanya diam. Dalam
kecepatan putar sesuai perhitungan, alat potong akan mudah memotong benda kerja
sehingga benda kerja mudah dibentuk sesuai yang diinginkan.
Dikatakan konvensional karena untuk membedakan dengan mesin-mesin yang
dikontrol dengan komputer (Computer Numerically Controlled) ataupun kontrol numerik
(Numerical Control) dan karena jenis mesin konvensional mutlak diperlukan
keterampilan manual dari operatornya.

2. Fungsi Mesin Bubut


Fungsi utama mesin bubut konvensional adalah untuk membuat/memproduksi benda
benda berpenampang silindris, misalnya poros lurus, poros bertingkat (step shaft), poros
tirus (cone shaft), poros beralur (groove shaft), poros berulir (screw thread) dan berbagai
bentuk bidang permukaan silindris lainnya misalnya anak buah catur dan lain-lain.

3
Modul Permesinan

3. Bagian-bagian Utama Mesin Bubut


a. Kepala Tetap
Kepala tetap (head stock), terdapat spindle utama mesin (Gambar 1.a) yang
berfungsi sebagai dudukan beberapa perlengkapan mesin bubut diantaranya: cekam
(chuck), kollet, senter tetap, atau pelat pembawa rata (face plate) dan pelat pembawa
berekor (driving plate). Alat-alat perlengkapan tersebut dipasang pada spindel mesin
berfungsi sebagai pengikat atau penahan benda kerja yang akan dikerjakan pada
mesin bubut (Gambar 1.b).

Gambar 1.a. Spindel utama mesin bubut

Gambar 1.b. Sumbu utama mesin bubut (kepala tetap)

Didalam konstruksi kepala tetap, terdapat roda pully yang dihubungkan dengan
motor penggerak (Gambar 2.a). Dengan tumpuan poros dan mekanik lainnya, pully
dihubungkan dengan poros spindel dan beberapa susunan transmisi mekanik dalam
gear box. Susunan transmisi mekanik dalam gear box tersebut terdapat beberapa
komponen diantarnya, roda gigi berikut poros tumpuannya, lengan penggeser posisi
roda gigi dan susunan mekanik lainnya yang berfungsi sebagai pengatur kecepatan

4
Modul Permesinan

putaran mesin, kecepatan pemakanan dan arah pemakanan. Susunan transmisi


mekanik didalam gear box, dihubungkan dengan beberapa tuas/handel dibagian sisi
luarnya, yang rancangan atau didesainnya dibuat sedemikan rupa agar seorang
operator mudah dan praktis untuk menjangkau dalam rangka
menggunakan/mengatur dan merubah tuas/handel tersebut sesuai dengan
kebutuhannya.

Gambar 2.a Roda Pully dan alat mekanik lainnya

Setiap mesin bubut dengan merk atau prabrikan yang berbeda, pada umumnya
memiliki posisi dan konstruksi tuas/ handel yang berberbeda pula walaupun pada
prinsipnya memiliki fungsi yang sama.

b. Kepala Lepas
Kepala lepas (tail stock) yang ditunjukkan pada (Gambar 2.b), digunakan sebagai
dudukan senter putar (rotary centre), senter tetap, cekam bor (chuck drill) dan mata
bor bertangkai tirus yang pemasanganya dimasukkan pada lubang tirus (sleeve)
kepala lepas. Senter putar (rotary centre) atau senter tetap dipasang pada kepala
lepas dengan tujuan untuk mendukung ujung benda kerja agar putarannya stabil,
sedangkan cekam bor atau mata bor dipasang pada kepala lepas dengan tujuan untuk
proses pengeboran. Untuk dapat melakukan dorongan senter tetap/senter putar pada
saat digunakan untuk menahan benda kerja dan mealkukan pengeboran pada
kedalaman tertentu sesuai tuntutan pekerjaan, kepala lepas dilengkapai roda putar
yang disertai sekala garis ukur (nonius) dengan ketelitian tertentu.

5
Modul Permesinan

Gambar 2.b. Kepala Lepas


Kepala lepas ini dapat digeser sepanjang alas (bed) mesin. Tinggi senter kepala
lepas sama dengan tinggi senter kepala tetap. Kepala lepas ini terdiri dari dua bagian
yaitu alas dan badan, yang diikat dengan 2 baut pengikat yang dapat digeser untuk
keperluan kedua senter sepusat, atau tidak sepusat yaitu pada waktu membubut tirus.

c. Alas/Meja Mesin
Alas/meja mesin bubut (Gambar 2.c), digunakan sebagai tempat kedudukan
kepala lepas, eretan, penyangga diam (steady rest) dan merupakan tumpuan gaya
pemakanan pada waktu pembubutan. Bentuk alas/meja mesin bubut bermacam-
macam, ada yang datar dan ada yang salah satu atau kedua sisinya mempunyai
ketinggian tertentu. Selain itu, alat/meja mesin bubut memiliki permukaan yang
sangat halus, rata dan kedataran serta kesejajaranya dengan ketelitian sangat tinggi,
sehingga gerakan kepala lepas dan eretan memanjang diatasnya pada saat melakukan
penyayatan dapat berjalan lancar dan stabil sehingga dapat menghasilkan
pembubutan yang presisi. Apabila alas ini sudah aus atau rusak, akan mengakibatkan
hasil pembubutan yang tidak baik atau sulit mendapatkan hasil pembubutan yang
sejajar.

Gambar 2.c. Meja mesin bubut

6
Modul Permesinan

d. Eretan
Eretan (carriage), terdiri dari tiga bagian/elemen diantaranya, Petama: Eretan
memanjang (longitudinal carriage) terlihat pada (Gambar 3.a), berfungsi untuk
melakukan gerakan pemakanan arah memanjang mendekati atau menajaui spindle
mesin, secara manual atau otomatis sepanjang meja/alas mesin dan sekaligus sebagai
dudukan eretan melintang. Kedua: Eretan melintang (cross carriage) terlihat pada
(Gambar 3.b), befungsi untuk melakukan gerakan pemakanan arah melintang
mendekati atau menjaui sumbu senter, secara manual/otomatis dan sekaligus sebagai
dudukan eretan atas. Ketiga: Eretan atas (top carriage) terlihat pada (Gambar 3.c),
berfungsi untuk melakukan pemakanan secara manual kearah sudut yang
dikehendaki sesuai penyetelannya. Bila dilihat dari konstruksinya, eretan melintang
bertumpu pada ertan memanjang dan eretan atas bertumpu pada eretan melintang.
Dengan demikian apabila eretan memanjang digerakkan, maka eretan melintang dan
eretan atas juga ikut bergerak/bergesar.

Gambar 3. Eretan Melintang, memanjang dan atas

7
Modul Permesinan

Gambar 3.d. Nonius pada eretan melintang dan memanjang.


Pada eretan memanjang dan melintang, dalam memberikan pemakanan dan
mengatur kecepatan pemakanan dapat diatur menggunakan skala garis ukur (nonius)
yang memiliki ketelitian tertentu yang terdapat pada roda pemutarnya (Gambar 3.d).
Pada umumnya untuk eretan memanjang memilki ketelitian skala garis ukurnya
lebih kasar bila dibandingkan dengan ketelitian skala garis ukur pada eretan
melintang, yaitu antara 0,1 s.d 0,5 mm dan untuk eretan melintang antara 0,01 s.d
0,05 mm. Skala garis ukur (noniuos) ini diperlukan untuk dapat mencapai ukuran
suatu produk dengan toleransi dan suaian yang terdapat pada gambar kerja.

e. Poros Transportir dan Poros Pembawa


Poros transportir adalah sebuah poros berulir berbentuk segi empat atau
trapesium dengan jenis ulir whitehworth (inchi) atau metrik (mm), berfungsi untuk
membawa eretan pada waktu pembubutan secara otomatis, misalnya pembubutan
arah memanjang/melintang dan ulir. Poros transporter untuk mesin bubut standar
pada umumnya kisar ulir transportirnya antara dari 6 8 mm. Poros pembawa
adalah poros yang selalu berputar untuk membawa atau mendukung jalannya eretan
dalam proses pemakanan secara otomatis. Poros transportir dan poros pembawa
dapat dilihat pada (Gambar 4.a).

8
Modul Permesinan

Gambar 4.a. Poros transporter dan poros pembawa eretan

f. Tuas/Handel
Tuas/ handel pada setiap mesin bubut dengan merk atau pabrikan yang berbeda,
pada umumnya memiliki posisi/letak dan cara penggunaannya. Maka dari itu,
didalam mengatur tuas/handel pada setiap melakukan proses pembubatan harus
berpedoman pada tabel-tabel petunjuk pengaturan yang terdapat pada mesin bubut
tersebut (Gambar 4.b)

Gambar 4.b. Tuas pengatur kecepatan dan pengubah arah putaran transportir

9
Modul Permesinan

g. Tool Post/ Rumah Pahat


Penjepit/pemegang pahat (Tools Post) digunakan untuk menjepit atau memegang
pahat. Dalam mengatur ketinggian pahat bubut harus dengan memberi ganjal sampai
dengan ketinggiannya tercapai dan pengencangan pahat bubut dilakukan dengan
dengan cara yang standar, yaitu dengan mengencangkan baut-baut yang terdapat
pada pemegang pahat.

Gambar 4.c. Toolpost (Rumah Pahat)

4. Kelengkapan Mesin Bubut


a. Alat Bantu Cekam
1) Cekam
Cekam adalah salahsatu alat perlengkapan mesin bubut yang fungsinya untuk
menjepit/mengikat benda kerja pada proses pembubutan. Jenis alat ini apabila
dilihat dari gerakan rahangnya dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu, cekam
sepusat (self centering chuck) dan cekam tidak sepusat (independent chuck).

Gambar 4.d. Macam-macam cekam

2) Collet
Cekam kolet adalah salahsatu kelengkapan mesin bubut yang berfungsi untuk
menjepit/mencekam benda kerja yang memilki permukaan relatif halus dan
berukuran kecil. Pada mesin bubut standar, alat ini terdapat tiga bagian yaitu:

10
Modul Permesinan

kolet (collet), dudukan/rumah kolet (collet adapter) dan batang penarik (drawbar)
Bentuk lubang pencekam pada kolet ada tiga macam diantaranya, bulat, segi
empat dan segi enam.

Gambar 5.a. collet dan batang penarik

b. Alat Pembawa
1) Pelat Pembawa
Jenis pelat pembawa ada dua yaitu, pelat pembawa permukaan bertangkai
(driving plate) dan pelat pembawa permukaan rata (face plate) (gambar 5.b).
Konstruksi pelat pembawa berbentuk bulat dan pipih, berfungsi untuk memutar
pembawa (lathe-dog) sehingga benda kerja yang terikat akan ikut berputar
bersama spindel mesin (Gambar 5.c).

Gambar 5.b. Pelat pembawa permukaan bertangkai dan Pelat pembawa rata

11
Modul Permesinan

Gambar 5.d. Penggunan pelat pembawa bertangkai dan berlalur pada proses
pembubutan
Untuk jenis pembawa permukaan rata (face plate) selain digunakan sebagai
pembawa lathe dog, alat ini juga dapat digunakan untuk mengikat benda kerja yang
memerlukan pengikatan dengan cara khsus (Gambar 6.a).

Gambar 6.a. Pengikatan benda kerja pada pelat pembawa

2) Pembawa (lathe dog)


Pembawa (late-dog) pada mesin bubut secara garis besar ada dua jenis yaitu,
pembawa berujung lurus (Gambar 6.b) dan pembawa berujung bengkok (Gambar
6.c). Fungsi alat ini adalah untuk membawa benda kerja agar ikut berputar
bersama spindel mesin.

Gambar 6.b. Pembawa (lathe dog) berujung lurus

12
Modul Permesinan

Gambar 6.d. Pembawa (lathe dog) berujung bengkok

c. Alat Penahan Benda Kerja


Alat penahan benda kerja pada mesin bubut standar ada dua yaitu: penyangga dan
senter (senter tetap/mati dan senter putar).
1) Penyangga/Penahan
Penyangga adalah salah satu alat pada mesin bubut yang digunakan untuk
menahan benda kerja yang memilki ukuran relatif panjang. Benda kerja yang
berukuran panjang, apabila dilakukan proses pembubutan bila tidak dibantu
penyangga, kemungkinan diameternya akan menjadi elips/oval, tidak silindris dan
tidak rata karena terjadi getaran akibat lenturan benda kerja. Penyangga pada
mesin bubut ada dua macam yaitu, penyangga tetap (steady rest) (Gambar 7.a.),
dan penyangga jalan (follower rest) (Gambar 7.b).

Gambar 7.a. Macam-macam bentuk penyangga tetap

13
Modul Permesinan

Gambar 7.b. Macam-macam bentuk penyangga tetap


Penggunaan penyangga tetap, dipasang atau diikat pada alas/meja mesin,
sehingga kedudukannya dalam keadaan tetap tidak mengikuti gerakan eretan.
Untuk penyangga jalan, pemasangannya diikatkan pada eretan memanjang
sehingga pada saat eretannya digerakkan maka penyangga jalan mengikuti
gerakan eretan tersebut.

2) Senter
Senter (Gambar 7.c) terbuat dari baja yang dikeraskan dan digunakan untuk
mendukung benda kerja yang akan dibubut. Ada dua jenis senter yaitu senter
tetap/mati (senter yang posisi ujung senternya diam tidak berputar pada saat
digunakan) dan senter putar (senter yang posisi ujung senternya selalu berputar
pada saat digunakan. Kedua jenis senter ini ujung pada bagian tirusnya memiliki
sudut 60o, dan bila digunakan pemasangannya pada ujung kepala lepas (Gambar
7.d).

Gambar 7.c. Senter tetap dan senter putar

Gambar 7.d. Pemasangan senter tetap dan senter putar pada kepala lepas
Mengingat senter tetap pada saat digunakan tidak ikut berputar (akan selalu
terjadi gesekan pada ujung senternya), maka untuk menjaga agar tidak cepat aus
harus sering diberi pelumas (oli/stempet/grease).

14
Modul Permesinan

d. Alat Bantu Pengeboran


Yang dimaksud alat bantu pengeboran adalah alat yang digunakan untuk
mengikat alat potong bor termasuk rimer, konterbor, dan kontersing pada proses
pembubutan. Bila dilihat dari system penguncian/pecekamannya, alat tersebut ada
dua jenis yaitu, cekam bor dengan kunci (Gambar 8.a) dan cekam bor tanpa pengunci
(keyless chuck drill) - (Gambar 8.b). Cara menggunakan cekam bor dengan kunci
adalah, untuk mengencangkan mulut rahangnya harus dibantu dengan alat bantu
yaitu kunci cekam bor. Sedangkan untuk cekam bor tanpa kunci caranya
menggunakannya adalah, untuk mengencangkan mulut rahangnya tidak
menggunakan alat bantu kunci cekam bor, cukup hanya memutar rumah rahangnya
dengan tangan. Penggunaan kedua alat ini pada mesin bubut, harus dipasang pada
kepala lepas.

Gambar 8.a Cekam bor dengan pegunci

Gambar 8.b. Cekam bor tanpa pengunci

B. Kegiatan Belajar 2 : Alat Potong Pada Mesin Bubut


Pada kegiatan produksi di industri manufaktur yang menggunakan fasilitas mesin
perkakas, alat potong merupakan salahsatu jenis alat yangmutlak diperlukan untuk
melakukan proses produksinya. Berbagi macam dan bentuk alat potong yang digunakan
sesuai dengan hasil produkyang diinginkan. Alat potong berfungsi untuk menyayat/

15
Modul Permesinan

memotong benda kerja sesuai dengan tuntutan bentuk dan ukuran pada gambar kerja. Pada
proses pembubutan ada beberapa jenis alat potong yang digunakan diantaranya: senter
bor/centre drill, mata bor/drill, konter bor, reamer, konter sing, pahat bubut dll.
Hasil produk pada proses pemesinan bubut sangat dipengaruhi oleh kondisi dan
geometris alat potong yang digunakan, yang proses penyayatnya/pemotongan dapat dapat
dilkukan dengan cara gerak memanjang, melintang atau menyudut tergantung pada hasil
bubutan yang diinginkan.
1. Macam Alat Potong pada Mesin Bubut
a. Bor center
Bor senter adalah salah satu alat potong pada mesin bubut yang berfungsi untuk
membuat lubang senter pada ujung permukaan benda kerja. Jenis bor senter ada tiga
yaitu: bor senter standar (standar centre driil), bor senter dua mata sayat (safety type
centre drill) dan bor senter mata sayat radius (radius form centre drill).
Bor senter standar memiliki sudut mata sayat pengarah sebesar 60, sehingga
hasil lubang senter yang dibuat memilki sudut yang sama dengan sudut mata
sayatnya. Bor senter jenis ini memiliki dua ukuran, yaitu bor senter standar panjang
normal (Gambar 8.c).

Gambar 8.c. Bor senter standar panjang normal


Bor senter mata sayat (Gambar 8.d), fungsinya sama dengan senter bor standar
yaitu untuk membuat lubang senter bor yang memilki sudut pengarah senter 60.
Perbedaannya adalah apabila pada saat membuat lubang senter bor diperlukan hasil

16
Modul Permesinan

lubang senternya bertingkat setelah bidang tirusnya, maka dapat digunakan senter
bor jenis ini.

Gambar 8.d. Bor Senter dua mata sayat pengaman


(safety type centre drill)
Bor senter bor bentuk radius (Radius form centre drill) (Gambar 9.a), memilki
mata sayat berbentuk radius. Sehingga sehingga hasil lubang senter yang dibuat
memilki profil yang sama dengan sudut mata sayatnya yaitu berbentuk radius.
Kelebihan lubang senter bor bentuk radius ini adalah, apabila membubut diantara
dua senter yang diperlukan pergeseran kepala lepas realtif besar, bidang lubang
senter maupun senter tetap/ senter putar lebih aman karena bidang singgung pada
lubang senter relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan lubang senter bor bentuk
standar.

Gambar 9.a. Bor senter bentuk radius dan hasilnya


Penggunaan senter bor pada proses pembubutan harus pasang atau diikat dengan
cekam bor (drill chuck) yang dipasang pada kepala lepas.

b. Mata Bor
Mata bor adalah salah satu alat potong pada mesin bubut yang berfungsi untuk
membuat lubang pada benda pejal. Dalam membuat diameter lubang bor dapat
disesuaikan dengan kebutuhan, yaitu tergantung dari diameter mata bor yang
digunakan.
1) Pengelompokan Mata Bor Berdasarkan Tangkai
Pengelompokan mata bor berdasarkan tangkai, dapat dibagi menjadi dua jenis
yaitu, pertama: mata bor tangkai lurus (Gambar 9.b) yang pengikatanya
menggunakan cekam bor/drill chuck, dan kedua: mata bor tangkai tirus (Gambar
9.c) yang pengikatanya dimasukan pada lubang tirus kepala lepas. Apabila pada

17
Modul Permesinan

saat digunakan ukuran tangkai tirusnya lebih kecil dari pada lubang tirus kepala
lepas, dapat ditambah dengan menggunakan sarung pengurang. Selain itu perlu
diketahui bahwa, untuk mata bor tangkai tirus pada umumnya menggunakan
standar tirus morse/ morse taper (MT) yaitu mulai dari MT 1 6.

Gambar 9.b. Mata bor tangkai lurus

Gambar 9.c. Mata bor tangkai tirus


Pada saat penggunaan mata bor tangkai tirus yang memiliki ukuran tangkai
lebih kecil dari pada lubang tirus pada kepala lepas, maka harus menggunakan
alat tambahan yang disebut sarung pengurang (drill sleeve) (Gambar 9.d).

Gambar 10.a. Sarung pengurang (drill sleeve)

18
Modul Permesinan

2) Pengelompokan Mata Bor Berdasarkan Spiral


Apabila dilihat spiralnya mata bor terbagi menjadi tiga yaitu, pertama: mata
bor spiral normal/ normal spiral drill (Gambar 10.b) digunakan untuk mengebor
baja lunak, kedua: mata bor spiral panjang/ slow spiral drill (Gambar 10.c)
digunakan untuk mengebor baja keras dan ketiga: mata bor spiral pendek/ quick
spiral drill (Gambar 10.d) digunakan untuk mengebor baja liat.

Gambar 10.b Mata bor spiral normal/normal spiral

Gambar 10.c Mata borspiral panjang/slow spiral

Gambar 10.d Mata bor spiral pendek/quick spiral

3) Bagian-bagian Mata Bor


Bagian-bagian mata bor dilihat dari bodinya dapat dilihat pada (Gambar
11.a), dan bagian-bagian mata bor dilihat dari mata sayat dan sudut bebasnya
dapat dilihat pada (Gambar 11.b).

19
Modul Permesinan

Gambar 11.a. Bagian-bagian mata bor dilihat dari bodinya

Gambar 11.b. Bagian-bagian mata bor dilihat dari mata sayatnya

c. Rimer Mesin (Reamer machine)


Rimer mesin (Gambar 11.c), adalah salah satu alat potong pada mesin bubut yang
berfungsi untuk memperhalus dan memperbesar lubang dengan toleransi dan suaian
khusus sesuai tuntutan pekerjaan, yang prosesnya benda kerja sebelumnyadibuat
lubang terlebih dahulu. Pembuatan lubang sebelum dirimer, untuk diameter sampai
dengan 10 mm dianjurkan diameternya dibuat lebih kecil dari diameter nominal
rimer yaitu antara 0,15 0,25 mm dan untuk lubang diameter 10 mm keatas,
dianjurkan diameternya dibuat lebih kecil dari diameter nominal rimer yaitu antara
0,25 0,60 mm. Tujuan dilakukan pengurangan diamerter sebelum dirimer adalah,
agar hasilnya lebih maksimal dan beban pada rimer tidak terlalu berat sehingga
memilki umur lebih panjang.

20
Modul Permesinan

Gambar 11.d. Bagian-bagian rimer mesin


Rimer merupakan alat potong yang berfungsi untuk membuat lubang lurus yang
memilki toleransi dan suaian khusus. (Gambar 12.a)

Gambar 12.a. Rimer mesin

d. Kartel
Kartel (knurling) adalah suatu alat pada mesin bubut yang berfungsi untuk
membuat alur-alur melingkar lurus atau silang pada bidang permukaan benda kerja
bagian luar atau dalam. Tujuan pengkartelan bagian luar adalah agar permukaan
bidanng tidak licin pada saat dipegang, contohnya terdapat pada batang penarik,
tangkai palu besi dan pemutar yang dipegang dengan tangan. Untuk pengkartelan
bagian dalam tujuannya adalah untuk keperluan khusus, misalnya memperkecil
lubang bearing yang sudah longgar. Bentuk/ profil hasil pengkartelan ada tiga jenis
yaitu: belah ketupat/ intan, menyudut/ silang dan lurus (Gambar 12.b). Hasil

21
Modul Permesinan

pengkartelan tergantung dari bentuk gigi pisau kartel yang digunakan (Gambar
12.c).

Gambar 12.b. Pola/bentuk hasil pengkartelan

Gambar 12.c. Macam-macam gigi pisau kartel


Pada saat digunakan gigi pisau kartel dipasang pada pemegangnya (holder).
Untuk pengkartelan bentuk lurus, hanya diperlukan sebuah gigi pisau kartel bentuk
lurus yang dipasang pada dudukannya dengan posisi tetap/ rigid. Pada pengkartelan
bentuk menyudut dan ketupat/ intan, diperlukan sepasang gigi pisau kartel bentuk
menyudut/ silang yang dipasang pada dudukannya. Pemegang gigi kartel menyudut/
silang, ada yang satu dudukan dan ada yang tiga dudukan.

Gambar 12.d. Pemegang gigi pisau kartel lurusdengan posisi tetap/ rigid

22
Modul Permesinan

2. Pahat Bubut
Pahat bubut merupakan salahsatu alat potong yang sangat diperlukan pada
prosespembubutan, karena pahat bubut dengan berbagai jenisnya dapat membuat benda
kerja dengan berbagai bentuk sesuai tututan pekerjaan misalanya, dapat digunakan untuk
membubut permukaan/ facing, rata, bertingkat, alur, champer, tirus, memperbesar
lubang, ulir dan memotong Kemampuan/performa pahat bubut dalam melakukan
pemotongan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, jenis bahan/ material
yang digunakan, geometris pahat bubut, sudut potong pahat bubut dan bagaimana apakah
teknik penggunaanya sudah sesuai petunjuk dalam katoalog. Apabila beberapa faktor
tersebut diatas dapat terpenuhi berdasarkan standar yang telah ditentukan, maka pahat
bubut akan maksimal kemampunannya/ performanya.
a. Bahan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini begitu pesat terutama
dalam industri manufaktur/ permesinan, sehingga sudah banyak diciptakan variasi
jenis dan sifat material, baik untuk alat potong pahat bubut atau bahan/ row material.
Pada awalnya manusia hanya mampu membuat alat potong pahat bubut dari jenis
baja karbon, kemudian ditemukan unsur atau paduan yang lebih keras sampai
ditemukannya material alat potong pahat bubut yang paling keras yaitu diamond.
Unsur-unsur yang berpengaruh terhadap performa alat potong/ pahat bubut
diantaranya: Tungsten/ Wolfram (W), Chromium (Cr), Vanadium (V), Molybdenum
(Mo) dan Cobalt (Co). Sifat yang diperlukan untuk sebuah alat potong tidak hanya
kerasnya saja, akan tetapi masih ada sifat lain yang diperlukan untuk membuat suatu
alat potong memilkiperforma yang baik misalnya, bagaimana ketahanan terhadap
gesekan, ketahanan terhadap panas, ketahanan terhadap benturan dll.
Macam-macam pahat bubut dilihat dari jenis material/ bahan yang
digunakanmeliputi: Baja karbon, Baja kecepatan tinggi/ High Speed Steels (HSS,
Paduan cor nonferro (cast nonferrous alloys; cast carbides), Karbida (cemented
carbides; hardmetals), Keramik (ceramics), CBN (cubic boron nitrides), danIntan
(sintered diamonds & natural diamond).

b. Macam Pahat Bubut Berdasarkan Klasifikasinya


1) Menurut Letak Pemakaian

23
Modul Permesinan

Menurut letak penyayatan, pahat bubut terdapat dua jenis yaitu, pahat bubut
luar dan dalam.
a) Pahat Bubut Luar
Pahat bubut luar digunakan untuk proses pembubutan benda kerja pada
bidang bagian luar. Contoh penggunaan pahat bubut luar dapat dilihat pada
(Gambar 13.a).

Gambar 13.a. Pahat Bubut Luar


b) Pahat Bubut Dalam
Pahat bubut dalam digunakan untuk proses pembubutan benda kerja pada
bidang bagian dalam. Contoh penggunaan pahat bubut luar dapat dilihat pada
(Gambar 13.b).

Gambar 13.b Pahat Bubut Dalam


2) Menurut Fungsinya
Menurut fungsinya, pahat bubut dibagi menjadi beberapa macam yaitu:
a) Pahat Rata
Pahat bubut jenis ini digunakan untuk membubut permukaan rata pada
bidang memanjang. Sistem kerjanya adalah dengan menggerakkan pahat
dari ujung luar benda kerja kearah cekam atau sebaliknya tergantung
pahat kanan atau kiri.
b) Pahat Sisi/ Muka
Pahat bubut jenis ini yang digunakan untuk membubut pada permukaan
benda kerja. Sistem kerjanya adalah dengan menggerakkan dari tengah
benda kerja kearah keluar atau sebaliknya tergantung dari arah
putarannya.

24
Modul Permesinan

c) Pahat Potong
Pahat jenis ini digunakan khusus untuk memotong suatu benda kerja
hingga ukuran panjang tertentu.
d) Pahat Alur
Pahat jenis ini digunakan untuk membentuk profil alur pada permukaan
benda kerja. Bentuk tergantung dari pahat alur yang digunakan.
e) Pahat Champer
Pahat jenis ini digunakan untuk menchamper pada ujung permukaan
benda kerja. Besar sudut champer pada umumnya 45
f) Pahat Ulir
Pahat jenis ini digunakan untuk membuat ulir pada permukaan benda
kerja, baik pembuatan ulir dalam maupun ulir luar.

Gambar 13.c. Klasifikasi Pahat berdasarkan fungsinya

c. Geometris Pahat Bubut


Nama-nama geometris yang terdapat pada pahat bubut meliputi: sudut potong
samping (side cutting edge angle), sudut potong depan (front cutting edge angle),
sudut tatal (rake angle), sudut bebas sisi (side clearance angle), dan sudut bebes
depan (front clearance angle).

25
Modul Permesinan

Gambar 13.d. Geometris Pahat bubut rata kanan

C. Kegiatan Belajar 3 : Parameter Pemotongan Pada Mesin Bubut


Yang dimaksud dengan parameter pemotongan pada mesin bubut adalah, informasi
berupa dasar-dasar perhitungan, rumus dan tabel-tabel yang medasari teknologi proses
pemotongan/penyayatan pada mesin bubut diantaranya. Parameter pemotongan pada mesin
bubut meliputi: kecepatan potong (Cutting speed - Cs), kecepatan putaran mesin (Revolution
Permenit - Rpm), kecepatan pemakanan (Feed F) dan waktu proses pemesinannya.
1. Kecepatan Potong (Cutting Speed-Cs)
Yang dimaksud dengan kecepatan potong (Cs) adalah kemampuan alat potong
menyayat bahan dengan aman menghasilkan tatal dalam satuan panjang/waktu
(meter/menit atau feet/menit). Pada gerak putar seperti mesin bubut, kecepatan
potongnya (Cs) adalah: Keliling lingkaran benda kerja (.d) dikalikan dengan putaran
(n). atau: Cs = .d.n Meter/menit.

Keterangan:
d : diameter benda kerja (mm)
n : putaran mesin/benda kerja (putaran/menit - Rpm)
: nilai konstanta = 3,14

Kecepatan potong untuk berbagai macam bahan teknik yang umum dikerjakan pada
proses pemesinan, sudah teliti/diselidiki para ahli dan sudah patenkan pada ditabelkan
kecepatan potong. Sehingga dalam penggunaannya tinggal menyesuaikan antara jenis

26
Modul Permesinan

bahan yang akan dibubut dan jenis alat potong yang digunakan. Sedangkan untuk bahan-
bahan khusus/spesial, tabel Cs-nya dikeluarkan oleh pabrik pembuat bahan tersebut.
Pada tabel kecepatan potong (Cs) juga disertakan jenis bahan alat potongnya. Yang pada
umumnya, bahan alat potong dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu HSS (High
Speed Steel) dan karbida (carbide). Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa dengan alat
potong yang bahannya karbida, kecepatan potongnya lebih cepat jika dibandingkan
dengan alat potong HSS (Tabel 1).

Tabel 1. Kecepatan Potong Bahan

2. Kecepatan Putaran Mesin Bubut (Revolution per menit-Rpm)


Yang dimaksud kecepatan putaran mesin bubut adalah, kemampuan kecepatan putar
mesin bubut untuk melakukan pemotongan atau penyayatan dalam satuan putaran/menit.
Maka dari itu untuk mencari besarnya putaran mesin sangat dipengaruhi oleh seberapa
besar kecepatan potong dan keliling benda kerjanya. Mengingat nilai kecepatan potong
untuk setiap jenis bahan sudah ditetapkan secara baku, maka komponen yang bisa diatur
dalam proses penyayatan adalah putaran mesin/benda kerjanya. Dengan demikian rumus
dasar untuk menghitung putaran mesin bubut adalah:
Cs = .d.n Meter/menit
n= Cs.d Rpm

Karena satuan kecepatan potong (Cs) dalam meter/menit sedangkan satuan diameter
benda kerja dalam milimeter, maka satuannya harus disamakan terlebih dahulu yaitu

27
Modul Permesinan

dengan mengalikan nilai kecepatan potongnya dengan angka 1000 mm. Maka rumus
untuk putaran mesin menjadi:
n= 1000.Cs.d Rpm

Keterangan:
d : diameter benda kerja (mm)
Cs : kecepatan potong (meter/menit)
: nilai konstanta = 3,14

3. Kecepatan Pemakanan (Feed F) mm/menit


Kecepatan pemakanan atau ingsutan ditentukan dengan mempertimbangkan beberapa
factor, diantaranya: kekerasan bahan, kedalaman penyayatan, sudut-sudut sayat alat
potong, bahan alat potong, ketajaman alat potong dan kesiapan mesin yang akan
digunakan. Kesiapan mesin ini dapat diartikan, seberapa besar kemampuan mesin dalam
mendukung tercapainya kecepatan pemakanan yang optimal. Disamping beberapa
pertimbangan tersebut, kecepatan pemakanan pada umumnya untuk proses pengasaran
ditentukan pada kecepatan pemakanan tinggi karena tidak memerlukan hasil pemukaan
yang halus (waktu pembubutan lebih cepat), dan pada proses penyelesaiannya/finising
digunakan kecepatan pemakanan rendah dengan tujuan mendapatkan kualitas permukaan
hasil penyayatan yang lebih baik sehingga hasilnya halus (waktu pembubutan lebih
cepat). Besarnya kecepatan pemakanan (F) pada mesin bubut ditentukan oleh seberapa
besar bergesernya pahat bubut (f) dalam satuan mm/putaran dikalikan seberapa besar
putaran mesinnya (n) dalam satuan putaran. Maka rumus untuk mencari kecepatan
pemakanan (F) adalah: F = f x n (mm/menit)
Keterangan:
f= besar pemakanan atau bergesernya pahat (mm/putaran)
n= putaran mesin (putaran/menit)

D. Kegiatan Belajar 4 : Teknik Membubut


Yang dimaksud teknik pembubutan adalah, bagaimana cara melakukan berbagai macam
proses pembubutan yang dilakukan dengan menggunakan prosedur dan tata cara yang
dibenarkan oleh dasar-dasar teori pendukung yang disertai penerapan kesehatan, keselamatan
kerja dan lingkungan (K3L), pada saat melaksanakan proses pembubutan. Banyak teknik-

28
Modul Permesinan

teknik pembubutan yang harus diterapakan dalam proses pembubutan diantaranya,


bagaimana teknik pemasangan pahat bubut, mertakan permukaan, membuat lubang senter,
membubut lurus, mengalur, mengulir, memotong, menchamper, mengkertel dll.
1. Pemasangan Pahat Bubut
Persyaratan utama dalam melakukan proses pembubutan adalah, pemasangan pahat
bubut ketinggiannya harus sama dengan pusat senter. Persyaratan tersebut harus
dilakukan dengan tujuan agar tidak terjadi perubahan geometri pada pahat bubut yang
sedang digunakan (Gambar 14.a).

Gambar 14.a. Pemasangan Ketinggian Pahat Bubut


Perubahan geomertri yang terjadi pada pahat bubut dapat merubah besarnya sudut
bebas potong dan sudut buang tatalnya, sehingga akan berpengaruh terhadap hasil
pembubutan menjadi kurang maksimal. Pada proses pembubutan permukaan/facing, bila
pemasangan pahat bubutnya dibawah sumbu senter akan berakibat permuakaannya tidak
dapat rata, dan bila pemasangan pahat bubutnya diatas sumbu senter akan berakibat
pahat tidak dapat memotong dengan baik karena sudut bebas potongnya tambah kecil
(Gambar 14.b). Dampak-dampak lain akibat pemasangan pahat bubut tidak setinggi
sumbu senter telah diuraikan pada materi sebelumya.

Gambar 14.b. Pemasangan pahat bubut tidak setinggi senter

29
Modul Permesinan

Untuk menghindari terjadinya perubahan ketinggian pahat bubut setelah dilakukan


pemasangan, pada saat melakukan pengikatan harus kuat dan kokoh, selain itu untuk
menghindari terjadinya getaran dan patahnya pahat akibat beban gaya yang diterima
terlalu besar, maka pemasangan pahat tidak boleh terlalu menonjol keluar atau terlalu
panjang keluar dari dudukannya (maksimal dua kali persegiannya)

2. Pembubutan Permukaan Benda Kerja (facing)


Membubut permukaan benda kerja adalah proses pembubutan pada permukaan ujung
benda kerja dengan tujuan meratakan pada bidang permukaannya. Ada beberapa
persyaratan yang harus dilakukan pada saat membubut permukaan diantarannya adalah:
a. Pemasangan Benda Kerja
Untuk pemasangan benda kerja yang memiliki ukuran tidak terlalu panjang,
disarankan pemasangannya tidak boleh terlalu keluar atau menonjol dari permukaan
rahang cekam (Gambar 14.c), hal ini dilakukan dengan tujuan agar benda kerja tidak
mudah berubah posisinya/kokoh dan tidak terjadi getaran akibat tumpuan benda kerja
terlalu jauh.

Gambar 14.c. Pemasangan Benda Kerja

Untuk benda kerja yang memiliki ukuran relatif panjang dan pada prosesnya tidak
mungkin dipotong-potong terlebih dahulu, maka pada saat membubut permukaan
harus ditahan dengan penahan benda kerja yaitu steady rest.
b. Proses Pembubutan Permukaan Benda Kerja
Prinsip terjadinya pemotongan pada proses pembubutan adalah, apabila putaran
benda kerja berlawanan arah dengan gerakan mata sayat alat potongnya. Maka dari itu
berdasarkan prinsip tersebut, pada proses pembubutan permukaan benda kerja dapat
dilakukan dari berbagai cara yaitu:

30
Modul Permesinan

1) Posisi start pahat bubut harus setinggi center dari benda kerja
Membubut permukaan benda kerja dengan start pahat bubut dari sumbu senter
pengertiannya adalah, pembubutan permukaan diawali dari tengah permukaan
benda kerja atau sumbu senter. Proses pembubutan facing dengan cara ini
dapat dilkukan dengan catatan arah putaran mesin berlawanan arah jarum jam.
2) Posisi start pahat bubut dari luar bagian kiri benda kerja
Membubut permukaan benda kerja dengan start pahat bubut dari luar bagian
kiri benda kerja pengertiannya adalah, pembubutan permukaan diawali dari
luar bagian kiri benda kerja menuju sumbu senter. Proses ini pembubutan
facing dengan cara ini dapat dilakukan dengan catatan arah putaran mesin
berlawanan arah jarum jam.
3) Posisi start pahat bubut dari luar bagian kanan benda kerja
Membubut permukaan benda kerja dengan start pahat bubut dari luar bagian
kanan benda kerja pengertiannya adalah, pembubutan permukaan diawali dari
luar bagian kanan benda kerja menuju sumbu senter. Proses pembubutan
facing dengan cara ini dapat dilakukan dengan catatan arah putaran mesin
sarah jarum jam.
c. Pembubutan Lubang Center
Pembubutan/pembuatan lubang senter bor dengan bor senter (centre drill) pada
permukaan ujung benda kerja, tujuannya adalah agar pada ujung benda kerja memiliki
dudukan apabila didalam proses pembubutannya memerlukan dukungan senter putar
atau sebagai pengarah sebelum melakukan pengeboran.
Untuk menghindari terjadinya patah pada ujung mata sayat bor senter akibat
kesalahan prosedur, ada beberapa persyaratan dalam membuat lubang senter pada
mesin bubut selain yang dipersyaratan sebagaimana pada saat meratakan permukaan
benda kerja yaitu penonjolan benda kerjanya tidak boleh terlalu panjang dan untuk
benda kerja yang berukuran panjang harus ditahan dengan penahan benda kerja
(steady rest), persyaratan lainnya adalah:
1) Sumbu Senter Spindel Mesin Harus Satu Sumbu Dengan Kepala Lepas
2) Permukaan harus benar-benar rata
3) Putaran Mesin Harus Sesuai Ketentuan

31
Modul Permesinan

d. Pembubutan Lurus
Yang dimaksud pembubutan lurus adalah, proses pembubutan untuk mendapatkan
permukaan yang lurus dan rata dengan diameter yang sama antara ujung satu dengan
ujung lainnya. Proses pemembubutan rata/lurus, ada beberapa cara pemegangan atau
pengikatannya yaitu tergantung dari ukuran panjangnya benda kerja. Pengikatan
benda kerja yang berukuran relatif pendek, dapat dilakukan dengan cara langsung
diikat menggunakan cekam mesin. Pengikatan benda kerja yang berukuran relatif
panjang, pada bagian ujung yang menonjol keluar ditahan dengan senter putar
(Gambar 4.17).

Gambar 14.d. Pembubutan lurus, benda kerja ditahan dengan senter putar
Sedangkan pengikatan benda kerja yang berukuran realatif panjang yang
dikawatirkan akan terjadi getaran pada bagian tengahnya, selain pada bagian ujung
benda kerja yang menonjol keluar ditahan dengan senter putar, juga pada bagian
tengahnya harus ditahan dengan penahan benda kerja/steady ress.
Ketiga cara pengikatan benda kerja tersebut diatas, adalah cara pembubutan lurus
yang tidak dituntut kesepusatan dan kesejajaran diameternya dengan kedua lubang
senter bornya. Apabila pada diameter benda kerja yang dituntut harus sepusat dan
sejajar dengan kedua lubang senter bornya karena masih akan dilakukan proses
pemesinan berikutnya, maka pengikatannnya harus dilakukan dengan cara diantara
dua senter.

32
Modul Permesinan

Gambar 15.a. Pembubutan lurus diantara dua senter


Untuk mendapatkan hasil pembubutan yang lurus terutama yang pengiktannya
menggunakan penahan senter putar dan diantara dua senter, yakinkan bahwa sumbu
senter kepala lepas harus benar-benar satu sumbu/sepusat dengan sumbu senter
spindel mesin, karena apabila tidak hasil pembubutannya akan menjadi tirus atau
tidak lurus.

e. Pembubutan Tirus
Yang dimaksud dengan pembubutan tirus adalah, proses pembubutan sebuah
benda kerja dengan hasil ukuran diameter yang berbeda antara ujung satu dengan
yang lainnya (Gambar 15.b.). Perbedaan diameter tersebut tentunya ada unsur
kesengajaan karena hasil ketirusannya akan digunakan untuk tujuan tertentu.

Gambar 15.b. Pembubutan tirus


Proses pembubutan tirus pada prinsipnya sama dengan proses pembubutan lurus
yaitu akan terjadi pemotongan apabila putaran mesin berlawanan arah dengan mata
sayat pahat bubutnya, yang berbeda adalah dalam melakukan pemotongan gerakan
pahatnya disetel atau diatur mengikuti sudut ketirusan yang dikehendaki pada benda
kerja. Pembubutan tirus dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya: Untuk
pembubutan tirus yang pendek ukurann panjangya dengan cara membentuk pahat

33
Modul Permesinan

bubut, untuk pembubutan tirus yang sedang ukuran panjangnya dengan cara
menggeser eretan atas, untuk pembubutan tirus bagian luar yang relatif panjang
ukurannya dengan menggeser kedudukan kepala lepas, dan untuk pembubutan tirus
bagian luar/dalam yang relatif panjang ukurannya dengan menggunakan perlengkapan
tirus/taper attachment.
1) Dasar Perhitungan
Pembubutan tirus akan menghasilkan benda kerja yang memiliki ukuran yang
berbeda diameter satu dengan lainnya pada panjang tertentu, sehingga didalam
proses pembubutanya diperlukan perhitungan agar mendapatkan tirus sesuai
tuntutan pekerjaan.

Gambar 15.c. Dimensi Benda Kerja Tirus


Berdasarkan gambar diatas, maka pembubutan tirus dengan menggeser
eretan dapat dicarai dengan rumus:

Keterangan:
D = diameter besar
d = diameter kecil
l = panjang

34
Modul Permesinan

Contoh 1:
Sebuah benda kerja berdiameter (D)= 60 mm, panjang 60 mm, akan dilakukan
pembubutan tirus dengan diameter kecilnya (d)= 44 mm. Pertanyaannya adalah,
berapa besar pergeseran eretan atasnya?.

Jadi pergeseran eretan atasnya sebesar 7 35' 40,72

f. Pembubutan Alur
Yang dimaksud pembubutan alur adalah, proses pembubutan benda kerja dengan
tujuan membuat alur pada bidang permukaan (luar dan dalam) atau pada bagian
depannya sesuai tuntutan pekerjaan.

Gambar 15.d. Pengaluran dengan berbagai posisi


Sesuai dengan fungsinya bentuk alur ada tiga jenis yaitu: berbentuk kotak, radius,
dan V. Fungsi alur pada sebuah benda kerja adalah, pertama: untuk pembubutan alur
pada poros lurus, berfungsi memberi kebebasan/space pada saat benda kerja
dipasangkan dengan elemen/komponen lainnya atau memberi jarak bebas pada proses
penggerindaan terhadap suatu poros; kedua: untuk pembubutan alur pada ujung ulir,
tujuannya agar baut/mur dapat bergerak penuh sampai pada ujung ulir.
1) Proses Pembubutan Alur
a) Pemasangan benda kerja
Persyaratan pemasangan benda kerja pada proses pembubutan alur, pada
prinsipnya sama dengan memasang benda kerja untuk proses pembubutan

35
Modul Permesinan

lainnya yaitu selain harus harus kuat, untuk benda kerja yang memiliki
ukuran panjang relatif pendek pengikatannya dapat dilakukan langsung
dengan cekam mesin. Untuk benda kerja yang memiliki ukuran relatif
panjang pengikatan pada ujungnya harus ditahan atau didukung dengan
senter putar, Hal ini dilakukan agar kedudukan benda kerja stabil dan tidak
bergetar, sehingga hasil pengaluran maksimal dan pahat yang digunakan
tidak rawan patah.
b) Pemasangan Pahat
Persyaratan pemasangan pahat untuk proses pembubutan alur, pada
prinsipnya sama dengan memasang pahat bubut untuk proses pembubutan
lainnya yaitu harus setinggi senter. Namun untuk menghindari terjadinya
hasil pengaluran lebarnya melebihi dari lebar pahat alurnya, pemasangan
pahat harus benar-benar tegak lurus terhadap sumbu mesin.

g. Pembubutan Profil (Bentuk)


Pembubutan profil adalah proses pembubutan untuk membentuk permukaan
benda kerja dengan bentuk sesuai dengan tuntutan pekerjaan. Dalam membentuk
permukaan benda kerja dapat dilakukan dengan cara mengatur gerakan pahat secara
manual atau menggerakkan pahat secara otomatis dengan menggunakan perlengkapan
bubut copy dan cara lainnya adalah dengan membentuk pahat bubut yanag akan
digunakan sesuai bentuk yang diinginkan.

Gambar 16.a. Pembubutan Profil dengan perangkat pahat

Gambar 16.b. Pembubutan profil dengan pahat bubut bentuk

36
Modul Permesinan

Pada proses pembubutan profil yang menggunakan pahat bubut bentuk, karena
bidang mata sayatnya yang memotong lebar, maka disarankan pemakanan dan
kecepatan putarnya tidak boleh besar yaitu pendekatnnya sama pada saat melakukan
pembubutan alur, sehingga dapat memperkecil terjadinya beban lebih dan gesekan
yang tinggi terhadap pahat.
h. Pembubutan Ulir
Proses pembubutan ulir pada mesin bubut standar, pada dasarnya hanyalah
alternatif apabila jensis ulir yang diperlukan tidak ada dipasaran umum atau jenis ulir
yan dibuat hanya untuk keperluan khusus. Mesin bubut standar didesain tidak hanya
untuk membuat ulir saja, sehingga untuk melakukan pembubutan ulir memerlukan
waktu yang relatif lama, hasilnya kurang presisi dan banyak teknik-teknik yang harus
dipahami sebelum melakukan pembubutan ulir.
Pembuatan ulir dengan jumlah banyak atau produk masal, pada umunya dilakukan
atau diproses dengan cara diantaranya: diroll, dicetak, dipress dan diproses pemesinan
dengan mesin yang desainnya hanya khusus digunakan untuk membauat ulir sehingga
prosesnya cepat dan hasilnya presisi. Dari berbagai cara yang telah telah disebutkan
diatas, pada proses pembuatannya harus tetap mengacu dan berpedoman pada standar
umum yang telah disepakti, yaitu meliputi nama-nama jenis ulirnya, nama-nama
bagiannya, ukurannya, toleransinya dan peristilahan-peristilahannya sehingga
hasilnya dapat digunakan sesusai keperuntukannya.
1) Bagian-bagian Ulir
Pada Ulir terdapat beberapa bagian yang dengan peristilahan nama tertentu
diantaranya, pada bagian lingkaran ulir terdapat gang (pitch-P) dan kisar (lead-L).
Pengertian gang adalah jarak puncak ulir terdekat dan pengertian kisar adalah
jarak puncak ulir dalalam satu putaran penuh (Gambar 4.41). Bila dilihat dari
jumlah uliranya, jenis ulir dapat dibagi menajadi dua jenis yaitu: ulir tunggal
(Single thread) dan ulir ganda/majemuk (Multiple thread). Disebut ulir tunggal
apabila dalam satu kali keliling benda kerja hanya terdapat satu alur ulir dan
disebut ulir ganda/majemuk jika mempunyai lebih dari satu alur ulir dalam satu
keliling lingkaran.

37
Modul Permesinan

Gambar 16.c. Ulir Tunggal Kanan


Bila dilihat dari arah uliranya, jenis ulir dapat dibagi menajadi dua jenis yaitu:
ulir kanan (righ hand screw thread) dan ulir kiri (left hand screw thread). Disebut
ulir kanan apabila ulirannya mengarah kekanan, dan disebut ulir kiri apabila arah
ulirannya mengarah kekiri.

Gambar 16.d. Ulir tunggal Kiri


Selain itu ulir juga memiliki standar nama ukuran yang baku, diantaranya
diameter terbesar atau nomilal (mayor diameter), diameter tusuk (pitch diameter)
dan diameter terkecil atau diameter kaki (minor diameter).

Gambar 17.a. Nama-nama bagian ulir luar dan dalam

38
Modul Permesinan

Gambar 17.b. Nama-nama bagian ulir luar dan dalam

2) Standar Ulir Umum


Didalam melakukan pembubutan ulir untuk penggunaan umum harus mengacu
pada standar yang telah ditetapakan pada gambar kerja. Terdapat macam-macam
standar ulir yang dapat dijadikan acauan, sehingga hasil penguliran sesuai dengan
tuntutan pekerjaan. Macam-macam standar ulir untuk penggunaan umum
diantaranya:
a) Metrik V Thread Standard
Jenis ulir Metrik V Thread Standard atau biasa disebut ulir segitiga metrik,
adalah salah satu jenis ulir dengan satuan milimeter (mm) dengan total sudut
ulir sebesar 60. Selain itu ulir metrik memiliki kedalaman ulir baut (luar)
0,61P dengan radius pada dasar ulirnya 0,7 P dan kedalaman ulir murnya
(dalam) 0,54 P dengan radius pada dasar ulirnya 0,07 P.

39
Modul Permesinan

Gambar 17.c. Sudut Ulir Metrik


b) British Standard Whitworth Thread (BSW)
Jenis ulir British Standard Whitworth Thread (BSW) atau biasa disebut
ulir standar whitwhorth, adalah salah satu jenis ulir dengan satuan inchi (1
inchi= 1mm) dengan total sudut ulir sebesar 55, kedalaman ulir total 0,96 P,
kedalaman ulir riil 0,64 dan pada dasar dan puncak ulirnya memiliki radius
0,137 inchi.

Gambar 17.d. Dimensi Ulir Whitworth


c) British standard Fine Thread (BSF)
Jenis ulir British standard Fine Thread (BSF), memiliki satuan dan profil
yang sama dengan jenis ulir standar whitwhorth yaitu memiliki total sudut ulir
sebesar 55, kedalaman ulir total 0,96 P, kedalaman ulir riil 0,64 dengan pada
dasar dan puncak ulirnya 0,1.

d) Unified National Coarse Thread (UNC)


Jenis ulir Unified National Coarse Thread (UNC), memiliki total sudut 60
dengan kedalaman ulir baut (luar) 0,614 P dan kedalaman ulir murnya (dalam)
0,54 P.

40
Modul Permesinan

Gambar 18.a. Dimensi ulir unified national coarse thread (UNC)

e) Unified National Fine Thread (UNF)


Jenis ulir Unified National Fine Thread (UNC) memiliki profil yang sama
dengan Jenis ulir Unified National Coarse Thread (UNC), perbedaannya kisar
ulirnya lebih halus.

3) Teknik Dasar Pembubutan Ulir Segitiga


Pada proses pembubutan ulir segitiga selain harus mengikuti dan ketentuan
sebagaimana pada proses pembubutan lainnya, ada beberapa teknik dasar lain
yang harus dipahami sebelum melakukan pembubutan ulir. Beberapa teknik yang
mendasari proses pembubutan ulir tersebut diantaranya:
a) Metoda Pemotongan Ulir Segitiga
Metoda Pemotongan ulir pada mesin bubut dapat dilakukan dengan tiga
cara diantaranya:
1. PemotonganTegak lurus terhadap sumbu (dengan eretan lintang)
Yang dimaksud pemotongan ulir dengan cara tegak lurus terhadap
sumbu adalah, proses pembubutan ulir pemakanannya dilakukan dengan
cara posisi pahat ulir maju terus tegak lurus terhadap sumbu sehingga
pahat bubut mendapatkan beban yang lebih besar karena ketiga sisi mata
sayat melakukan pemotongan bersama-sama. Keuntungan cara
pemotongan ulir seperti ini adalah, lebih cepat, halus dan mudah cara

41
Modul Permesinan

melakukannya. Sedangkan kekurangannya adalah, beban pahat lebih besar


karena ketiga mata sayat pahat bubut serentak melakukan pemotongan dan
pahat cepat panas sehingga cenderung cepat rusak. Cara pemotongan
seperti ini disarankan hanya digunakan untuk pemotongan ulir yang
memiliki ukuran gang/kisar kecil.

Gambar 18.b. Pembubutan Ulir tegak lurus


2. Pemotongan Miring dengan menggeser eretan atas
Yang dimaksud pemotongan ulir miring dengan menggeser eretan atas
adalah, proses pembubutan ulir pemakanannya dilakukan dengan cara
pahat dimiringkan sebesar stengah sudut ulir dengan memiringkan
dudukan pada eretan atas. Keuntungan cara pemotongan ulir seperti ini
adalah, beban pahat lebih ringan dan tidak cepat panas. Sedangkan
kekurangannya adalah prosesnya lebih lama dan hasil lebih kasar. Cara
pemotongan seperti ini disarankan hanya digunakan untuk pemotongan
ulir yang memiliki ukuran gang/kisar sedang.

Gambar 18.c. Pembubutan ulir dengan menggeser eretan atas

42
Modul Permesinan

3. Pemotongan Zig-zag
Yang dimaksud pemotongan ulir dengan cara zig-zag adalah, proses
pembubutan ulir dilakukan dengan cara pemakanan bervariasi yaitu
pemakanan sampai pada kedalaman ulir tidak hanya tegak lurus
menggunakan eretan lintang saja, melainkan pemakanan divariasi dengan
menggeser eretan atas sebagai dudukan pahat ulir arah kekanan atau kekiri.
Keuntungan cara pemotongan ulir seperti ini adalah hasil pembubutan dan
beban pahat ringan . Sedangkan kekurangannya adalah prosesnya lebih
lama dan prosesnya memerlukan ketrampilan khusus. Cara pemotongan
seperti ini disarankan hanya digunakan untuk pemotongan ulir yang
memiliki ukuran gang/kisar besar.

Gambar 18.d. Pemotongan Zig-zag

b) Arah Pemotongan Ulir


Arah pemotongan ulir tergantung dari jenis ulirnya yaitu ulir kiri atau
kanan. Apabila jenis ulirnya kanan, arah pemotongan ulirnya dimulai start
awal dari posisi ujung benda kerja bagian kanan, dan untuk ulir kiri, arah
pemotongan ulirnya dimulai start awal dari posisi ujung benda kerja bagian
kiri
c) Kedalaman Pemotongan Ulir
Untuk mendapatkan kedalamam ulir yang standar pada proses pembubutan
ulir segitiga, perlu memiliki acuan yang standar agar prosesnya efisien dan
hasilnya dapat memenuhi sesuai tuntutan pekerjaan. Dari uraian materi
sebelumnya telah dijelaskan bahwa, kedalaman ulir segitiga jenis metris untuk
baud (ulir luar) kedalamannya sebesar 0,61 mm x Kisar, dan untuk murnya
(ulir dalam) kedalamannya sebesar 0,54 mm x Kisar. (Gambar 4.59).

43
Modul Permesinan

Ketentuan lain sebelum melakukan pemotongan ulir adalah, kurangi diameter


nominal ulir sebesar 1/10.K atau d ulir = D nominal x 1/10 K.

Gambar 19.a. Kedalaman pemotongan ulir metris


i. Pengeboran
Pengeboran (drilling) pada mesin bubut adalah pembuatan lubang dengan alat
potong mata bor. Proses pengeboran pada mesin bubut, pada umumnya dilakukan
untuk pekerjaan lanjutan diantaranya akan dilanjutkan untuk diproses: pengetapan,
pembesaran lubang (borring), rimer, ulir dalam dll. Masing-masing proses tersebut
memiliki ketentuan sendiri dalam menetapkan diameter lubang bornya, maka dari itu
didalam menentukan diameter bor yang akan digunakan untuk proses pengeboran di
mesin bubut harus mempertimbangkan beberapa kepentingan diatas.
Untuk menghindari terjadinya mata bor patah dan pembesaran lubang pada proses
pengeboran di mesin bubut, ada beberapa persyaratan teknis yang harus dilakukan
sebelum melakukan pengeboran yaitu pada prinsipnya hampir sama dengan
persayarantan pada saat melakukan pembubutan permukaan dan membuat lubang
senter bor diantaranya:
1) Penonjolan benda kerjanya tidak boleh terlalu panjang, dan untuk benda kerja
yang berukuran panjang harus ditahan dengan penahan benda kerja (steady
rest).
2) Senter kepala lepas harus disetting kelurusannya/kesepusatannya terlebih dahulu
dengan sumbu senter spindel mesin yang berfungsi sebagai dudukan atau
pemegang benda kerja.
3) Permukaan benda kerja sebelum dibuat lubang bor harus dibuat lubang
pengarah dengan bor senter

44
Modul Permesinan

4) Selain besarnya putaran mesin harus sesuai dengan perhitungan, arah


putarannya tidak boleh terbalik (putaran mesin harus berlawanan arah jarum
jam)

E. Kegiatan Belajar 5 : Mesin Frais


1. Definisi
Mesin frais (milling machine) adalah mesin perkakas yang dalam proses kerja
pemotongannya dengan menyayat/memakan benda kerja menggunakan alat potong
bermata banyak yang berputar (multipoint cutter). Pada saat alat potong (cutter) berputar,
gigi-gigi potongnya menyentuh permukaan benda kerja yang dijepit pada ragum meja
mesin frais sehingga Arbor mesin dapat berputar ke kanan atau ke kiri, sedangkan
banyaknya putaran diatur sesuai dengan kebutuhan maka terjadilah
pemotongan/penyayatan dengan kedalaman sesuai penyetingan sehingga menjadi benda
produksi sesuai dengan gambar kerja yang dikehendaki.

2. Fungsi Mesin Frais


Dengan berbagai kemungkinan gerakan meja mesin frais, mesin ini dapat digunakan
untuk membentuk berbagai bentuk bidang diantaranya: rata datar, miring/ menyudut,
siku, sejajar, alur lurus/miring, dan segi-segi beraturan atau tidak beraturan.
Selain itu untuk jenis mesin frais universal, dengan kelengkapan dan berbagai jenis
serta bentuk alat potongnya , juga dapat digunakan untuk membuat berbagai jenis roda
gigi (lurus, helik, payung, cacing), nok/eksentrik dan ulir scolor (ulir pada bidang datar)
dan ulir cacing yang mempunyai kisar besar.

3. Jenis-jenis Mesin Frais


Mesin frais apabila dilihat dari posisi spindelnya, dapat dibedakan menjadi dua jenis
yaitu, mesin frais tegak (vertikal) dan mesin frais mendatar (horisontal).
a. Mesin frais tegak (vertikal)
Mesin frais tegak adalah mesin frais yang memiliki spindel pada posisi tegak
(vertikal). Gerakan mejanya dapat bergerak ke arah memanjang (longitudinal) dan
melintang (cross slide) serta naik turun.

45
Modul Permesinan

Gambar 19.b. Mesin Frais Tegak


Keterangan:
1. Kolom Bodi 10. Handel gerak memanjang
2. Kepala Spindel 11. Handel ke arah melintang
3. Spindel 12. Handel pengatur naik/turun
4. Meja/Bed spindel
5. Meja 13. Switch On-Off motor
6. Gear Box Feeding spindel
7. Pendukung Lutut 14. Switch On-Off motor
8. Lutut otomatis
9. Poros penggrerak
naik/turun meja

b. Mesin frais mendatar/horizontal (Plane Milling Machine)


Mesin frais mendatar/horisontal adalah suatu jenis mesin frais dengan kedudukan
arbornya dipasang pada spindel mesin posisi mendatar. Dengan demikian
pemasangan alat potongnya/pisau juga harus pada posisi mendatar, sehingga hanya
pada saat melakukan pemotongan hanya dapat menggunakan jenis pisau

46
Modul Permesinan

mantel/helik (plane milling cutter). Gerakan mejanya dapat bergerak ke arah


memanjang (longitudinal) dan melintang (cross slide) serta naik turun.

c. Mesin frais universal (Universal Milling Machine)


Mesin frais universal adalah suatu jenis mesin frais yang memiliki kedudukan
arbor yang dapat dipasang pada spindel posisi mendatar dan juga dapat dipasang
pada posisi tegak, karena pada umunya disediakan spindel kepala tegak. Dengan
demikian pemasangan alat potongnya/pisau dapat dilakukan pada posisi mendatar
dan juga vertikal, sehingga tidak hanya menggunakan jenis alat potong atau pisau
mantel/helik (plane milling cutter) saja, akan tetapi juga dapat menggunakan jenis
alat potong lainnya yang dipasang pada posisi tegak. Selain itu mesin frais universal
memiliki ciri/tanda, yaitu mejanya dapat digeser pada derajat tertentu untuk
memfasilitasi pada saat melakukan pengefraisan helik.
Berdasarkan uraian diatas maka, bagian-bagian mesin frais universal adalah
gabungan antara mesin frais horizontal dan mendatar, hanya ditambah meja mesinya
dapat digeser (swivel bed), sehingga bagian-bagian mesin frais universal tidak perlu
diuraikan/ disebutkan lagi.

Gambar 19.c. Mesin Frais Universal

47
Modul Permesinan

4. Bagian-bagian Utama Mesin Frais


Mesin frais kontruksinya berbeda-beda, tetapi pada prinsipnya mesin frais standar ini
memiliki beberapa bagian utama, diantaranya: kolom mesin/badan mesin, arm/lengan
mesin, table/meja mesin, sadel/dudukan meja, knee/lutut, alas mesin dll.
a. Kolom/Badan Mesin
Badan mesin ini adalah berdiri tegak dan kokoh karena ia dipakai sebagai
patokan dan merupakan dudukan dan rumah dari roda gigi. Selain dari itu juga akan
jadi dudukan dari sumbu utama, bahkan untuk jadi dudukan motor dan puli-pulinya
itulah ditempatkan.
Bagian depan yang dikerjakan secara khusus, adalah bebentuk ekor burung tegak
yaitu untuk gerak turun naiknya knee yang membawa sadel dan meja. Pada bagian
sebelah atas kolom ini dipasang sumbu utama/spindel untuk dudukan dan membawa
arbor sebagai pemegang dari pisau frais itu sendiri, sehingga dapat berputar. Pada
bagian atas juga dibuat alur ekor burung mendatar yaitu untuk dudukan lengan, dan
arm ini dapat didorong maju ataupun mundur untuk mencapai kedudukan tertentu.

Gambar 19.d. Kolom/Badan Mesin

48
Modul Permesinan

b. Lengan/Arm
Posisi lengan adalah terletak pada bagian paling atas dari badan mesin dan
bawahnya mempunyai bentuk ekor burung yang pas kepada alur ekor burung pada
badan mesin, lengan ini dapat dikunci dan dilepas untuk kebutuhan tertentu. Pada
lengan ini dapat dipasang dukungan arbor (suport arbor) yang mempunyai alur ekor
burung pas kepada lengan tadi dan ia dapat dikunci pada posisi tertentu, sehingga
cocok untuk kebutuhan pekerjaan tertentu.
Untuk beberapa jenis mesin frais lainnya, pendukung arbor ini jumlahnya ada
yang satu ada yang dua buah untuk lebih kokohnya dukungan terhadap arbor.

c. Meja Mesin Frais


Meja ini letaknya adalah di atas sadel, bentuknya segiempat panjang dan
mempunyai alur-alur T yang berfungsi untuk penempatan baut dan mur T yang
berfungsi sebagai pengikat.Untuk jenis mesin tetentu meja ini dapat diatur 0 samapai
45 derajat, miring ke kiri atau ke kanan.
Pergerakan ke kiri atau ke kanan dari meja ini dengan bantuan memutar sumbu
transportir yang mempunyai kisar tertentu, yaitu ada yang 5 atau 6 mm ada juga
yang berukuran inchi. Apabila perlu meja ini dapat dikunci kepada sadel dan untuk
pengefraisan dengan pemakanan menurun/climb milling, maka pada meja mesin ini
dipasang backlash eliminator untuk menahan loncatan dari meja karena pemakanan.

Gambar 20.a. Meja Mesin Frais

d. Sedel/ dudukan Meja


Sadel ini bentuknya persegi artinya mempunyai ukuran lebar sama dengan ukuran
panjangnya, dan sadel ini mempunyai alur ekor burung yang pas kepada lutut ,
sehingga sadel ini dapat bergerak mundur maju searah dan sejajar dengan gerakan
lengan tadi, jadi sadel ini gerakannya tidak bisa kearah kiri atau kearah kanan,

49
Modul Permesinan

artinya hanya dua arah saja yaitu mundur maju dan sadel ini dapat dikunci kepada
lutut apabila diperlukan.
Pada bagian atas dari sadel ini dibuat alur T melingkar 360 , dengan tujuan untuk
membautkan meja kepada sadel agar kokoh, dan alur bentuk melingkar ini yang
memungkinkan meja diputar beberapa derajat menurut kebutuhan tertentu, dan
penunjukan besarnya derajat terdapat pada permukaan sadel itu sendiri. Untuk
pembalik arah gerakan otomatis, diatas permukaan sadel itu juga dipasang handel.

Gambar 20.b. Sedel/ dudukan meja mesin frais


e. Lutut/Knee
Lutut ini adalah mempunyai dua alur ekor burung yang saling tegak lurus, yaitu
satu alur dipaskan kepada kolom dan satunya lagi dipaskan kepada sadel itu tadi.
Lutut ini berbentuk rongga, dan dalam rongga itulah dipasang roda-roda gigi
untuk gerakan otomatis, mundur maju, naik turun dan kiri kanan. Gerakan dari lutut
ini hanya dua arah yaitu turun dan naik saja, lutut ini juga dapat dikuncikan kepada
kolom, agar kukuh pada waktu pengefraisan.

Gambar 20.c. Lutut


f. Alas Mesin
Alas mesin ini letaknya sama dengan namanya yaitu alas, artinya bagian paling
bawah dari mesin, alas ini berfungsi untuk menumpu seluruh beban yang ada pada
mesin, seperti berat mesin ditambah berat bahan yasng dikerjakandan berat
perlengkapan yang dipakai serta berat dari alas itu sendiri.

50
Modul Permesinan

Pada alas mesin ini dibuat rongga sebagai bak penampung, yaitu untuk
menampung cairan pendingin. Dan pompa air untuk mengalirkan cairan pendingin
kepada cutter dan benda kerja,juga dipasang pada alas ini untuk membuat sirkulasi
air pendingin itu tadi.

Gambar 20.d. Alas Mesin

5. Kelengkapan Mesin Frais


Untuk menunjang berbagai macam jenis pekerjaan pada mesin frais, mesin ini
dilengkapi beberapa perlengkapan diantaranya:
a. Arbor
Arbor digunakan sebagai dudukan alat potong/pisau (mantel, side and face,
slitting saw dll) yang dipasang pada spindel utama pada posisi mendatar (horisontal).

Gambar 21.a. Arbor

b. Stub Arbor
Stub arbor digunakan sebagai dudukan alat potong/pisau ( Face mill, Shell
endmill dll), yang dipasang pada spindel utama atau tegak. Jadi posisinya dapat
dipasang dalam posisi mendatar (horisontal) atau tegak vertikal.

51
Modul Permesinan

Gambar 21.b. Stub arbor

c. Collet Chuck
Collet chuck digunakan sebagai pengikat alat potong/pisau (End mill, Slot drill
dll), yang dipasang pada spindel utama atau tegak. Jadi posisinya dapat dipasang
dalam posisi mendatar (horisontal) atau tegak vertikal.

Gambar 21.c. Collet Chuck

d. Ragum
Benda kerja yang akan dikerjakan dengan mesin frais harus dijepit dengan kuat
agar posisinya tidak berubah waktu difrais. Berdasarkan gerakannya ragum dibagi
menjadi 3 jenis yaitu :
1) Ragum Rata
Ragum ini digunakan untuk menjepit benda kerja yang bentuknya sederhana,
yang dapat dipasang sejajar atau membuat sudut 90 terhadap spindle.

52
Modul Permesinan

Gambar 21.d. Ragum rata (Vice Plate)


2) Ragum Putar
Ragum ini digunakan untuk menjepit benda kerja yang dapat membentuk
sudut terhadap spindle. Bentuk ragum ini sama dengan ragum biasa tetapi
pada bagaian bawahnya terdapat alas yang dapat diputar 3600.

Gambar 22.a. Ragum Putar


3) Ragum Universal
Ragum ini mempunyai dua sumbu perputaran, sehingga dapat diatur letaknya
secara datar dan tegak.

Gambar 22.b. Ragum Universal

53
Modul Permesinan

e. Meja Putar
Meja putar (Rotary Table) digunakan untuk membagi jarak-jarak lubang, alur,
radius (melingkar) dan bentuk-bentuk segi banyak.

Gambar 22.c. Meja Putar


f. Kepala Pembagi
Kepala pembagi (dividing head) adalah perlengkapan mesin frais yang digunakan
untuk membentuk/membagi segi-segi yang beraturan pada poros benda kerja .
Peralatan ini biasanya dilengkapi dengan plat pembagi yang berfungsi untuk
membantu pembagian yang tidak dapat dilakukan dengan pembagian langsung.

Gambar 22.d. Kepala Pembagi

g. Kepala Lepas
Alat ini digunakan untuk menyangga benda kerja yang ikerjakan dengan dividing
head. Sehingga waktu disayat enda kerja tidak terangkat atau tertekan ke bawah.

54
Modul Permesinan

Gambar 23.a. Kepala Lepas


h. Adaptor
Bagian ini adalah tempat dudukan (pengikatan) cutter sebelum dimasukkan ke
sarung tirus pada sumbu utama.

Gambar 23.b. Adaptor


i. Klem
Klem Mesin ini digunakan untuk memegang/menjepit benda kerja yang tidak
dapat dijepit pada ragum, yang umumnya benda panjang atau lebar.
Penjepitan langsung benda kerja itu ditaruh di meja mesin frais bila slindris
ditaruh pada alur meja, bila lebih ditempatkan sesuai dengan kemampuan langkah
kerja sehubungan dengan jangkauan pisau frais (cutter).

55
Modul Permesinan

Gambar 23.c. Klem

F. Kegiatan Belajar 6 : Alat Potong Pada Mesin Frais


Terdapat berbagai jenis alat potong yang digunakan untuk melakukan pemotongan pada
proses pengefraisan. Produk/benda kerja hasil pengefraisan ditentukan oleh jenis alat potong/
pisau frais yang digunakan pada saat melakukan proses pemotongan.
1. Macam-macam Pisau Frais dan Penggunaannya
Penggunaan pisau frais tergantung dari jenis pekerjaan yang akan dilakukan
pengefraisan. Dibawah ini tabel penggunaan masing-masing pisau frais sesuai fungsinya.

Tabel 2. Jenis Pisau Frais dan Penggunaanya


No Jenis Pisau Frais Ilustrasi Penggunaan
1

56
Modul Permesinan

57
Modul Permesinan

10

58
Modul Permesinan

11

12

13

G. Kegiatan Belajar 7 : Parameter Pemotongan Pada Mesin Frais


Parameter pemotongan pada mesin frais adalah, informasi berupa dasar-dasar
perhitungan, rumus dan tabel-tabel yang medasari teknologi proses pemotongan/penyayatan
pada proses pengfraisan. Parameter pemotongan pada mesin frais meliputi: kecepatan potong
(Cutting speed - Cs), kecepatan putaran mesin (Revolotion Permenit - Rpm), kecepatan
pemakanan (Feed F) dan waktu proses pemesinannya.
1. Kecepatan potong (Cutting speed Cs )
Kecepatan potong (Cs) adalah kemampuan alat potong menyayat bahan dengan aman
menghasilkan tatal dalam satuan panjang/waktu (meter/menit atau feet/menit). Pada
gerak putar seperti pada mesin frais, kecepatan potongnya (Cs) adalah: Keliling
lingkaran benda kerja (.d) dikalikan dengan putaran (n). atau:

59
Modul Permesinan

Cs = .d.n Meter/menit.

Keterangan:
d : diameter alat potong (mm)
n : putaran mesin/benda kerja (putaran/menit - Rpm)
: nilai konstanta = 3,14

Kecepatan potong untuk berbagai macam bahan teknik yang umum dikerjakan pada
proses pemesinan, sudah teliti/diselidiki para ahli dan sudah patenkan pada ditabelkan
kecepatan potong. Sehingga dalam penggunaannya tinggal menyesuaikan antara jenis
bahan yang akan difrais dan jenis alat potong yang digunakan. Sedangkan untuk bahan-
bahan khusus/spesial, tabel kecepatan potongnya dikeluarkan oleh pabrik pembuat bahan
tersebut. Pada tabel kecepatan potong (Cs) juga disertakan jenis bahan alat potongnya.
Pada umumnya bahan alat potong dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu HSS (High
Speed Steel) dan karbida (carbide). Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa, dengan alat
potong yang jenis bahannya dari karbida, kecepatan potongnya lebih cepat jika
dibandingkan dengan alat potong yang jenis bahannya dari HSS.

Tabel 2. Tabel Kecepatan Potong

Bahan Pahat Bubut Pahat Bubut Karbida


HSS
m/men Ft/min M/men Ft/min
Baja lunak(Mild 18 21 60 70 30 250 100 800
Steel)
Besi Tuang(Cast 14 17 45 55 45 - 150 150 500
Iron)
Perunggu 21 24 70 80 90 200 300 700
Tembaga 45 90 150 300 150 450 500 1500
Kuningan 30 120 100 400 120 300 400 1000
Aluminium 90 - 150 300 - 500 90 - 180
a. 600

60
Modul Permesinan

2. Kecepatan Putaran Mesin Frais (Revolotion Per Menit - Rpm)


Kecepatan putaran mesin frais adalah, kemampuan kecepatan putar mesin frais untuk
melakukan pemotongan atau penyayatan dalam satuan putaran/menit. Maka dari itu
untuk mencari besarnya putaran mesin sangat dipengaruhi oleh seberapa besar kecepatan
potong dan keliling benda kerjanya. Mengingat nilai kecepatan potong untuk setiap jenis
bahan sudah ditetapkan secara baku, maka komponen yang bisa diatur dalam proses
penyayatan adalah putaran mesin/benda kerjanya. Dengan demikian rumus dasar untuk
menghitung putaran mesin bubut adalah:

Cs = .d.n Meter/menit

Karena satuan kecepatan potong (Cs) dalam meter/menit sedangkan satuan diameter
benda kerja dalam milimeter, maka satuannya harus disamakan terlebih dahulu yaitu
dengan mengalikan nilai kecepatan potongnya dengan angka 1000 mm. Maka rumus
untuk putaran mesin menjadi:

Keterangan:

d : diameter alat potong (mm)

Cs : kecepatan potong (meter/menit)

: nilai konstanta = 3,14

3. Kecepatan Pemakanan (Feed - F) mm/menit

Kecepatan pemakanan atau ingsutan ditentukan dengan mempertimbangkan beberapa


factor, diantaranya: kekerasan bahan, kedalaman penyayatan, sudut-sudut sayat alat
potong, bahan alat potong, ketajaman alat potong dan kesiapan mesin yang akan
digunakan. Kesiapan mesin ini dapat diartikan, seberapa besar kemampuan mesin dalam
mendukung tercapainya kecepatan pemakanan yang optimal. Disamping beberapa

61
Modul Permesinan

pertimbangan tersebut, kecepatan pemakanan pada umumnya untuk proses pengasaran


ditentukan pada kecepatan pemakanan tinggi karena tidak memerlukan hasil pemukaan
yang halus (waktu pengefraisan lebih cepat), dan pada proses penyelesaiannya/finising
digunakan kecepatan pemakanan rendah dengan tujuan mendapatkan kualitas permukaan
hasil penyayatan yang lebih baik sehingga hasilnya halus (waktu pengefraisan lebih
cepat).

Besarnya kecepatan pemakanan (F) pada mesin friais tentukan oleh seberapa besar
bergesernya pisau frais (f) dalam satuan mm/putaran dikalikan seberapa besar putaran
mesinnya (n) dalam satuan putaran. Maka rumus untuk mencari kecepatan pemakanan
(F) adalah: F = f x n (mm/men)

Keterangan:

f= besar pemakanan atau bergesernya pahat (mm/putaran)

n= putaran mesin (putaran/menit)

Contoh soal 1:

Sebuah benda kerja akan difrais dengan putaran mesinnya (n) 600 putaran/menit dan
besar pemakanan (f) 0,2 mm/putaran. Pertanyaannya adalah: Berapa besar kecepatan
pemakanannya ?.

Jawaban contoh 1:

F=fxn

= 0,2 x 600 = 120 mm/menit.

Pengertiannya adalah, pisau bergeser sejauh 120 mm, selama satu menit.

H. Kegiatan Belajar 8 : Teknik Pengefraisan


Teknik pengefraisan adalah, bagaimana cara melakukan berbagai macam proses
pengefraisan yang dilakukan dengan menggunakan prosedur dan tata cara yang dibenarkan
oleh dasar-dasar teori pendukung yang disertai penerapan kesehatan, keselamatan kerja dan
lingkungan (K3L). Pada saat melaksanakan prosesYang dimaksud teknik pemngefraisan

62
Modul Permesinan

adalah, bagaimana cara melakukan berbagai macam proses pengefraisan yang dilakukan
dengan menggunakan prosedur dan tata cara yang dibenarkan oleh dasar-dasar teori
pendukung yang disertai penerapan kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan (K3L).
Pada saat melaksanakan proses pengefarisan, banyak teknik-teknik pengfraisan yang harus
diterapakan diantaranya, bagaimana teknik pemotongan benda kerja dan teknik-teknik
pengefraisan lainnya.

1. Jenis Pemotongan
a. Pemotongan Searah
Pemotongan searah adalah, pemotongan yang datangnya benda kerja searah
dengan arah putaran cutter. Pada pemotongan ini hasilnya kurang baik karena meja
(benda kerja) cenderung tertarik oleh cutter.

Gambar 23.d. Pemotongan Searah

b. Pemotongan Berlawanan Arah


Pemotongan searah adalah, pemotongan yang datangnya benda kerja berlawanan
deangan arah putaran cutter. Pada pemotongan ini hasilnya dapat maksimal karena
meja (benda kerja) tidak tertarik oleh cutter.

Gambar 24.a. Pemotongan berlawanan arah

63
Modul Permesinan

c. Pemotongan Netral
Pemotongan netral adalah, pemotongan yang terjadi apabila lebar benda kerja
yang disayat lebih besar atau lebih kecil dari ukuran diameter cutter, sehingga beban
tetap ditengah-tengah senter pisau.

Gambar 24.b. Pemotongan Netral

2. Teknik Mengefrais
Dalam melakukan proses pengefarisan, banyak teknik-teknik yang harus dikuasai
agar dapat menghasilkan produk sesuai tuntutan pekerjaan. Berikut akan dijelaskan
beberapa teknik pengefraisan yang umum dilakukan untuk menghasilkan pruduk
tertentu.
a. Pengefraisan Rata Sejajar dan Siku Arah Mendatar (Horizontal)
Dalam melakukan pemotongan mendatar, jenis mesin yang digunakan yaitu
mesin frais horizontal. Pisau yang digunakan yaitu jenis pisau frais mantel. Berikut
ini langkah-langkah pengefraisan rata dengan posisi mendatar:
1) Persiapan Mesin
Persiapan mesin sebelum melakukan pemasangan pisau frais adalah
menyiapkan perlengkapan pemegang pisau frais meliputi, arbor dan satu set
kollar (ringarbor) dengan diameter lubang sama dengan diameter lubang pisau
frais yang akan digunakan.
2) Pemasangan pisau (cutter) dan ring arbor (kollar) pada arbor
Pemasangan pisau (cutter) dan ring arbor (kollar) pada arbor dengan posisi
pengikatan yang benar (gambar kiri) dan dengan posisi pengikatan yang salah
apabila pisau pisau yang digunakan mantel helik kanan.

64
Modul Permesinan

Gambar 24.c. Pemasangan cutter dan kollar (ring arbor)


3) Pemasangan pendukung arbor (support)
Pasang pendukung arbor (support) pada lengan mesin dengan posisi tidak
jauh dari pisau dan ikat dengan kuat.

Gambar 24.d. Pemasangan pendukung arbor

4) Pemasangan Ragum
Pemasangan ragum pada meja mesin faris tahapan sebagai berikut:
a) Pasang ragum pada meja mesin frais pada posisi kurang lebih di tengah-
tengah meja mesin agar mendapatkan area kerja yang maksimal.
b) Lakukan pengecekan kesejajaran ragum.Apabila jenis pekerjaannya
tidak dituntut hasil kesejajaran dengan kepresisian yang tinggi
pengecekan kesejajaran ragum dapat dilakukan dengan penyiku. Apabila
hasil kesejajarannya dituntut dengan kepresisian yang tinggi pengecekan
kesejajaran ragum harus dilakukan dengan dial indicator
5) Pemasangan Benda Kerja pada Ragum
Pemasangan benda kerja pada ragum dengan diganjal parallel pad di
bawahnya, dan untuk mendapatkan pemasangan benda kerja agar dapat duduk

65
Modul Permesinan

pada parallel dengan baik sebelum ragum dikencangkan dengan kuat pukul benda
dengan keras secara pelan-pelan dengan palu lunak.

Gambar 25.a. Pemasangan Benda Kerja pada Ragum

6) Setting Pisau
Setting lakukan setting nol untuk persiapan melakukan pemakanan dengan
cara menggunakan kertas. Untuk jenis pekerjaan yang tidak dituntut hasil dengan
kepresisian tinggi batas kedalaman pemakanan dapat diberi tanda dengan balok
penggores.

Gambar 25.b. Setting nol diatas permukaan kerja dengan kertas

Gambar 25.c. Penandaan kedalaman pemakanan

66
Modul Permesinan

b. Pemotongan Rata Sejajar dan Siku Arah Tegak (Vertical)


Untuk mengefrais bidang rata dapat digunakan shell end mill cutter, dengan cara
yang sama tetapi menggunakan mesin frais tegak. Namun untuk mesin frais
universal dapat juga digunakan untuk mengefrais rata pada sisi benda kerja yaitu
stub arbor dipasang langsung pada sepindel mesin.

Gambar 25.d. Pemotongan Vertikal


c. Pengefraisan Bidang Miring
Bidang miring dapat dikerjakan dengan memiringkan benda kerja pada ragum
universal.

Gambar 26.a. Pengefraisan bidang miring


3. Pengoperasian Mesin Frais
Pengoperasian mesin frais pada dasarnya sama dengan pengoperasian mesin
perkakas lainnya. Mesin frais digunakan untuk membuat benda-benda kerja dengan
berbagai bentuk tertentu dengan jalan penyayatan. Dari berbagai mesin perkakas yang

67
Modul Permesinan

ada, mesin frais adalah salah satu yang mampu digunakan untuk membuat berbagai
macam bentuk komponen.Oleh sebab itu diperlukan langkah-langkah sistematis yang
perlu dipertimbangkan sebelum mengoperasikan mesin frais. Langkah-langkah tersebut
antara lain :
a. Mempelajari gambar kerja untuk menentukan langkah kerja yang efektif dan
efesien
b. Memahami karakteristik bahan yang akan dikerjakan untuk menentukan jenis
cutter putaran mesin feeding dan media pendingin yang akan digunakan.
c. Menetapkan kualitas hasil penyayatan yang diinginkan.
d. Menentukan geometri cutter yang digunakan
e. Menentukan alat bantu yang dibutuhkan didalam proses.
f. Menentukan parameter-parameter pemotongan yang berpengaruh dalam proses
pengerjaan (kecepatan potong, kecepatan sayat, kedalaman pemakanan, waktu
pemotongan dan lain-lain).

4. Sistem Pembagian pada Pembuatan roda gigi


Di dalam mesin frais atau milling machine, selain mengerjakan pekerjaan-pekerjaan
pengefraisan rata, menyudut, membelok, mengatur dsb, dapat pula mengerjakan benda
kerja yang berbidang-bidang atau bersudut-sudut. Yang dimaksud benda kerja yang
berbidang-bidang ialah benda kerja yang mempunyai beberapa bidang atau sudut atau
alur beraturan misalnya segi banyak beraturan, batang beralur, roda gigi, roda gigi
cacing, dan sebagainya.
Untuk dapat mengerjakan benda-benda kerja tersebut di atas, mesin frais dilengkapi
dengan kepala pembagi dan kelengkapannya. Kepala pembagi ini berfungsi untuk
membuat pembagian atau mengerjakan benda kerja yang berbidang-bidang tadi dalam
sekali pencekaman.
a. Pembagian Langsung
Pembagian langsung adalah, cara mengerjakan benda kerja dibagi menjadi
berbidang-bidang dengan cara pembagian langsung, yang dilakukan dengan
memutar spindel kepala pembagi yang mengacu pada alur-alur/lubang-lubang pelat
pembagi.

68
Modul Permesinan

Kepala pembagi langsung, pada umumnya dilengkapi beberapa pelat/piring


pembagi yang beralur V atau berlubang-lubang yang dapat diganti dan dipasang
langsung pada spindel.
Pelat/piring pembagi dengan alur V pada umumnya memilki jumlah alur yang
genap, diantaranya ada yang beralur 24 dan 60.

Gambar 26.b. Pelat/piring pembagi dengan alur V


Untuk pelat pembagi beralur 24 dapat dipergunakan untuk pembagian: 2, 3, 4, 6,
12,dan 24. Untuk mempermudah menempatkan posisi yang baru, pada umumnya
pelat pembagi mempunyai angka jumlah pembagian yang dapat dibuat. Rumus
untuk pembagian langsung adalah:

Sedangakan pelat pembagi dengan lubang-lubang, mempunyai satu lingkaran


lubang dan terdapat pula angka-angka yang menyatakan nomor lubang itu. Cara
kerjanya sama dengan plat pembagi beralur V, hanya saja fungsi pengunci indeks
diganti dengan pen indeks.

b. Pembagian Sederhana
Melakukan pembagian dengan kepala pembagi langsung, jumlah pembagian dan
sudut putarnya sangat terbatas. Untuk jumlah pembagian dan sudut putar banyak,
digunakan kepala pembagi universal.

69
Modul Permesinan

Gambar 26.c. Kepala Pembagi Universal


Kepala pembagi jenis ini terdiri dari dua bagian utama yaitu, roda gigi cacing dan
ulir cacing.Perbandingan antara jumlah gigi cacing dengan ulir cacing disebut
ratio.Ratio kepala pembagi pada umumnya 1:40 dan 1:60, akan tetapi yang paling
banyak digunakan adalah yang rationya 1 : 40. Artinya, satu putaran roda gigi cacing
memerlukan 40 putaran ulir cacing.
Dalam pelaksanaannya untuk membuat segi-segi nberaturan, kepala pembagi
universal dapat digunakan untuk pembagian langsung. Namun apabila pembagian
tidak dapat dilakukan dengan system pembagian langsung, pembagiannya dapat
dilakukan menggunakan bantuan pelat/piring pembagi (Indexsing plate), yang
diputar dengan engkol kepala pembagi(Indexs Crank) dan dibatasi dengan
lengan/gunting penepat.

Gambar 26.d. Pelat/ Piring Pembagi


Fungsi dari indexsing plate ini adalah untuk menempatkan pemu-taran/pembagian
benda kerja yang diinginkan. Dengan lubang-lubang yang ada pada indeksing plate
itulah dapat menempatkan pembagian benda kerja sesuai dengan yang diinginkan.

70
Modul Permesinan

Dengan demikian, semakin banyak lingkaran lubang yang ada, makin banyak pula
kemungkinan benda kerja dapat membuat segi nberaturan lebih banyak.
Pembuatan/pembagian benda kerja yang dapat dilaksanakan dengan lubang-lubang
yang ada, inilah yang disebut pembagian sederhana. Sedangkan engkol pembagi
(Indexs Crank) berfungsi untuk memutar batang ulir cacing. Lengan penempat
gunanya untuk menempatkan pen indeks. Pada beberapa kepala pembagi, ulir cacing
dapat diputar lepas dari roda gigi cacing.
Kepala pembagi universal biasanya dilengkapi dengan 3 buah pelat pembagi,
tetapi ada juga yang hanya mempunyai 2 buah. Jumlah lubang setiap lingkaran harus
dipilih untuk pembagian yang mungkin dibuat dalam hubungannya dengan ulir
cacing pada kepala pembagi.
Dibawah ini ditunjukkan beberapa contoh set indexcing plate diantaranya:
Mesin frais Accera: Mesin frais Brown & Sharpe:
Keping I : 15; 18; 21; 29; 37; 43 Keping I : 15; 16; 17; 18; 19; 20
Keping II : 16; 19; 23; 31; 39; 47 Keping II : 21; 23; 27; 29; 31; 33
Keping III : 17; 20; 27; 33; 41; 49 Keping III : 37; 39; 41; 43; 47; 49

Mesin frais Hero:


Keping I : 20; 27; 31; 37; 41; 43; 49; 53.
Keping II : 23; 29; 33; 39; 42; 47; 51; 57.

Mesin frais Vilh Pedersen:


Keping I : 30; 41; 43; 48; 51; 57; 69; 81; 91; 99; 117.
Keping II : 38; 42; 47; 49; 53; 59; 77; 87; 93; 111; 119.

Apabila diketahui perbandingan antara jumlah gigi cacing dengan ulir cacing
(rationya) = 40 : 1 atau i = 40 : 1, berarti 40 putaran ulir cacing atau putaran engkol
pembagi, membuat satu putaran roda gigi cacing atau benda kerja. Untuk T
pembagian yang sama dari benda kerja, setiap satu bagian memerlukan:

71
Modul Permesinan

Keterangan:
Nc = putaran indeks
i = angka pemindahan (ratio)
T = pembagian benda kerja

Perlu diingat bahwa, apabila pembagian yang dikehendaki lebih dari 40, ulir cacing
diputar kurang dari satu putaran, dan bila pembagian kurang dari 40, ulir cacing
diputar lebih dari satu putaran.
Contoh :
Sebuah benda kerja akan dibuat alur berjumlah 16 bagian yang sama (Gambar 4.31).
Hitung nc , apabila i = 40 : 1

Gambar 27.a. Pembagian Alur Jumlah 16

Jumlah :

72
Modul Permesinan

DAFTAR PUSTAKA

Sumbodo, Wirawan. 2008. Teknik Produksi Mesin Industri Untuk SMK Jilid II. Jakarta :
Departemen Pendidikan dan kebudayaan Direktorat Pendidikan Menengah
kejuruan.

Widarto. 2008. Teknik Pemesinan Juilid 1, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah


Kejuruan. Direktirat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,
Departemen Pendidikan Nasional.

Rizal Sani. 2006. Dasar Fabrikasi Logam. PPPG Teknologi Bandung.

Daryanto. 1987. Mesin Pengerjaan Logam, Bandung : Tarsito

Abdul Rachman. 1984. Penambatan Frais, Jakarta : Bratasa Karya Aksara

Keith Frank. 1999. Mechanical Engineering Handbook. New york : CRC Press LLC

Dadang. 2013. Teknik Pengerjaan Logam 1. Jakarta : Departemen Pendidikan dan


kebudayaan Direktorat Pendidikan Menengah kejuruan.

73

Anda mungkin juga menyukai