BAB 1
PENDAHULUAN
A. Deskripsi
Kurikulum 2013 dirancang untuk memperkuat kompetensi siswa dari sisi pengetahuan,
ketrampilan serta sikap secara utuh. Tuntutan proses pencapaiannya melalui pembelajaran
pada sejumlah mata pelajaran yang dirangkai sebagai satu kesatuan yang saling mendukung
dalam mencapai kompetensi tersebut. Modul ini berisikan materi yang mencakup mesin
bubut dan mesin frais. Modul ini menjabarkan usaha minimal yang harus dilakukan oleh
siswa untuk mencapai sejumlah kompetensi yang diharapkan dalam dituangkan dalam
kompetensi inti dan kompetensi dasar.sesuai deng pendekatan scientific approach yang
dipergunakan dalam kurikulum 2013, siswa diminta untuk memberanikan dalam mecari dan
menggali kompetensi yang ada dala kehidupan dan sumber yang terbentang disekitar kita,
dan dalam pembelajarannya peran guru sangat penting untuk meningkatkan dan
menyesuaikan daya serap siswa dalam mempelajari modul ini. Maka dari itu, guru
diusahakan untuk memperkaya dengan mengkreasi mata pembelajaran dalam bentuk
kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dan relevan bersumberdari alam sekitar kita. Modul ini
merupakan dokumen sumber belajar yang senantiasa dapat diperbaiki, diperbaharui dan
dimutahirkan sesuai dengan kebutuhan dan perubahan zaman. Maka dari itu, kritik dan saran
serta masukan dari berbagai pihak diharapkan dapat meningkatkan dan menyempurnakan
kualitas isi maupun mutu modul ini.
B. Tujuan Akhir
Tujuan akhir pembelajaran dengan modul ini adalah:
1. Siswa dapat mengidentifikasi mesin bubut
2. Siswa dapat Mengidentifikasi alat potong mesin bubut
3. Siswa dapat Menerapkan parameter pemotongan mesin bubut
4. Siswa dapat Menerapkan teknik pemesinan bubut
5. Siswa dapat Menggunakan mesin bubut untuk berbagai jenis pekerjaan
6. Siswa dapat Menggunakan alat potong mesin bubut untuk berbagai jenis pekerjaan
1
Modul Permesinan
7. Siswa dapat Menggunakan parameter pemotongan mesin bubut untuk berbagai jenis
pekerjaan
8. Siswa dapat Mengidentifikasi mesin frais
9. Siswa dapat Mengidentifikasi alat potong mesin frais
10. Siswa dapat Menerapkan parameter pemotongan mesin frais
11. Siswa dapat Menerapkan teknik pemesinan frais
12. Siswa dapat Menggunakan mesin frais untuk bebgai jenis pekerjaan
13. Siswa dapat Menggunakan alat potong mesin frais untuk berbagai jenis pekerjaan
14. Siswa dapat Menggunakan parameter pemotongan mesin frais untuk berbagai jenis
pekerjaan
15. Siswa dapat Menggunakan teknik pemesinan frais untuk berbagai jenis pekerjaan
16. Siswa dapat Menggunakan teknik pemesinan bubut untuk berbagai jenis pekerjaan
C. Kompetensi
KOMPETENSI DASAR**
3.1 Mengidentifikasi mesin frais
3.2 Mengidentifikasi alat potong mesin frais
3.3 Menerapkan parameter pemotongan mesin frais
3.4 Menerapkan teknik pemesinan frais
4.1 Menggunakan mesin frais untuk bebgai jenis pekerjaan
4.2 Menggunakan alat potong mesin frais untuk berbagai jenis pekerjaan
KOMPETENSI DASAR **
3.5 Mengidentifikasi mesin bubut
3.6 Mengidentifikasi alat potong mesin bubut
3.7 Menerapkan parameter pemotongan mesin bubut
3.8 Menerapkan teknik pemesinan bubut
4.5 Menggunakan mesin bubut untuk berbagai jenis pekerjaan
4.6 Menggunakan alat potong mesin bubut untuk berbagai jenis pekerjaan
4.7 Menggunakan parameter pemotongan mesin bubut untuk berbagai jenis
pekerjaan
4.8 Menggunakan teknik pemesinan bubut untuk berbagai jenis pekerjaan
2
Modul Permesinan
BAB II
PEMELAJARAN
3
Modul Permesinan
Didalam konstruksi kepala tetap, terdapat roda pully yang dihubungkan dengan
motor penggerak (Gambar 2.a). Dengan tumpuan poros dan mekanik lainnya, pully
dihubungkan dengan poros spindel dan beberapa susunan transmisi mekanik dalam
gear box. Susunan transmisi mekanik dalam gear box tersebut terdapat beberapa
komponen diantarnya, roda gigi berikut poros tumpuannya, lengan penggeser posisi
roda gigi dan susunan mekanik lainnya yang berfungsi sebagai pengatur kecepatan
4
Modul Permesinan
Setiap mesin bubut dengan merk atau prabrikan yang berbeda, pada umumnya
memiliki posisi dan konstruksi tuas/ handel yang berberbeda pula walaupun pada
prinsipnya memiliki fungsi yang sama.
b. Kepala Lepas
Kepala lepas (tail stock) yang ditunjukkan pada (Gambar 2.b), digunakan sebagai
dudukan senter putar (rotary centre), senter tetap, cekam bor (chuck drill) dan mata
bor bertangkai tirus yang pemasanganya dimasukkan pada lubang tirus (sleeve)
kepala lepas. Senter putar (rotary centre) atau senter tetap dipasang pada kepala
lepas dengan tujuan untuk mendukung ujung benda kerja agar putarannya stabil,
sedangkan cekam bor atau mata bor dipasang pada kepala lepas dengan tujuan untuk
proses pengeboran. Untuk dapat melakukan dorongan senter tetap/senter putar pada
saat digunakan untuk menahan benda kerja dan mealkukan pengeboran pada
kedalaman tertentu sesuai tuntutan pekerjaan, kepala lepas dilengkapai roda putar
yang disertai sekala garis ukur (nonius) dengan ketelitian tertentu.
5
Modul Permesinan
c. Alas/Meja Mesin
Alas/meja mesin bubut (Gambar 2.c), digunakan sebagai tempat kedudukan
kepala lepas, eretan, penyangga diam (steady rest) dan merupakan tumpuan gaya
pemakanan pada waktu pembubutan. Bentuk alas/meja mesin bubut bermacam-
macam, ada yang datar dan ada yang salah satu atau kedua sisinya mempunyai
ketinggian tertentu. Selain itu, alat/meja mesin bubut memiliki permukaan yang
sangat halus, rata dan kedataran serta kesejajaranya dengan ketelitian sangat tinggi,
sehingga gerakan kepala lepas dan eretan memanjang diatasnya pada saat melakukan
penyayatan dapat berjalan lancar dan stabil sehingga dapat menghasilkan
pembubutan yang presisi. Apabila alas ini sudah aus atau rusak, akan mengakibatkan
hasil pembubutan yang tidak baik atau sulit mendapatkan hasil pembubutan yang
sejajar.
6
Modul Permesinan
d. Eretan
Eretan (carriage), terdiri dari tiga bagian/elemen diantaranya, Petama: Eretan
memanjang (longitudinal carriage) terlihat pada (Gambar 3.a), berfungsi untuk
melakukan gerakan pemakanan arah memanjang mendekati atau menajaui spindle
mesin, secara manual atau otomatis sepanjang meja/alas mesin dan sekaligus sebagai
dudukan eretan melintang. Kedua: Eretan melintang (cross carriage) terlihat pada
(Gambar 3.b), befungsi untuk melakukan gerakan pemakanan arah melintang
mendekati atau menjaui sumbu senter, secara manual/otomatis dan sekaligus sebagai
dudukan eretan atas. Ketiga: Eretan atas (top carriage) terlihat pada (Gambar 3.c),
berfungsi untuk melakukan pemakanan secara manual kearah sudut yang
dikehendaki sesuai penyetelannya. Bila dilihat dari konstruksinya, eretan melintang
bertumpu pada ertan memanjang dan eretan atas bertumpu pada eretan melintang.
Dengan demikian apabila eretan memanjang digerakkan, maka eretan melintang dan
eretan atas juga ikut bergerak/bergesar.
7
Modul Permesinan
8
Modul Permesinan
f. Tuas/Handel
Tuas/ handel pada setiap mesin bubut dengan merk atau pabrikan yang berbeda,
pada umumnya memiliki posisi/letak dan cara penggunaannya. Maka dari itu,
didalam mengatur tuas/handel pada setiap melakukan proses pembubatan harus
berpedoman pada tabel-tabel petunjuk pengaturan yang terdapat pada mesin bubut
tersebut (Gambar 4.b)
Gambar 4.b. Tuas pengatur kecepatan dan pengubah arah putaran transportir
9
Modul Permesinan
2) Collet
Cekam kolet adalah salahsatu kelengkapan mesin bubut yang berfungsi untuk
menjepit/mencekam benda kerja yang memilki permukaan relatif halus dan
berukuran kecil. Pada mesin bubut standar, alat ini terdapat tiga bagian yaitu:
10
Modul Permesinan
kolet (collet), dudukan/rumah kolet (collet adapter) dan batang penarik (drawbar)
Bentuk lubang pencekam pada kolet ada tiga macam diantaranya, bulat, segi
empat dan segi enam.
b. Alat Pembawa
1) Pelat Pembawa
Jenis pelat pembawa ada dua yaitu, pelat pembawa permukaan bertangkai
(driving plate) dan pelat pembawa permukaan rata (face plate) (gambar 5.b).
Konstruksi pelat pembawa berbentuk bulat dan pipih, berfungsi untuk memutar
pembawa (lathe-dog) sehingga benda kerja yang terikat akan ikut berputar
bersama spindel mesin (Gambar 5.c).
Gambar 5.b. Pelat pembawa permukaan bertangkai dan Pelat pembawa rata
11
Modul Permesinan
Gambar 5.d. Penggunan pelat pembawa bertangkai dan berlalur pada proses
pembubutan
Untuk jenis pembawa permukaan rata (face plate) selain digunakan sebagai
pembawa lathe dog, alat ini juga dapat digunakan untuk mengikat benda kerja yang
memerlukan pengikatan dengan cara khsus (Gambar 6.a).
12
Modul Permesinan
13
Modul Permesinan
2) Senter
Senter (Gambar 7.c) terbuat dari baja yang dikeraskan dan digunakan untuk
mendukung benda kerja yang akan dibubut. Ada dua jenis senter yaitu senter
tetap/mati (senter yang posisi ujung senternya diam tidak berputar pada saat
digunakan) dan senter putar (senter yang posisi ujung senternya selalu berputar
pada saat digunakan. Kedua jenis senter ini ujung pada bagian tirusnya memiliki
sudut 60o, dan bila digunakan pemasangannya pada ujung kepala lepas (Gambar
7.d).
Gambar 7.d. Pemasangan senter tetap dan senter putar pada kepala lepas
Mengingat senter tetap pada saat digunakan tidak ikut berputar (akan selalu
terjadi gesekan pada ujung senternya), maka untuk menjaga agar tidak cepat aus
harus sering diberi pelumas (oli/stempet/grease).
14
Modul Permesinan
15
Modul Permesinan
memotong benda kerja sesuai dengan tuntutan bentuk dan ukuran pada gambar kerja. Pada
proses pembubutan ada beberapa jenis alat potong yang digunakan diantaranya: senter
bor/centre drill, mata bor/drill, konter bor, reamer, konter sing, pahat bubut dll.
Hasil produk pada proses pemesinan bubut sangat dipengaruhi oleh kondisi dan
geometris alat potong yang digunakan, yang proses penyayatnya/pemotongan dapat dapat
dilkukan dengan cara gerak memanjang, melintang atau menyudut tergantung pada hasil
bubutan yang diinginkan.
1. Macam Alat Potong pada Mesin Bubut
a. Bor center
Bor senter adalah salah satu alat potong pada mesin bubut yang berfungsi untuk
membuat lubang senter pada ujung permukaan benda kerja. Jenis bor senter ada tiga
yaitu: bor senter standar (standar centre driil), bor senter dua mata sayat (safety type
centre drill) dan bor senter mata sayat radius (radius form centre drill).
Bor senter standar memiliki sudut mata sayat pengarah sebesar 60, sehingga
hasil lubang senter yang dibuat memilki sudut yang sama dengan sudut mata
sayatnya. Bor senter jenis ini memiliki dua ukuran, yaitu bor senter standar panjang
normal (Gambar 8.c).
16
Modul Permesinan
lubang senternya bertingkat setelah bidang tirusnya, maka dapat digunakan senter
bor jenis ini.
b. Mata Bor
Mata bor adalah salah satu alat potong pada mesin bubut yang berfungsi untuk
membuat lubang pada benda pejal. Dalam membuat diameter lubang bor dapat
disesuaikan dengan kebutuhan, yaitu tergantung dari diameter mata bor yang
digunakan.
1) Pengelompokan Mata Bor Berdasarkan Tangkai
Pengelompokan mata bor berdasarkan tangkai, dapat dibagi menjadi dua jenis
yaitu, pertama: mata bor tangkai lurus (Gambar 9.b) yang pengikatanya
menggunakan cekam bor/drill chuck, dan kedua: mata bor tangkai tirus (Gambar
9.c) yang pengikatanya dimasukan pada lubang tirus kepala lepas. Apabila pada
17
Modul Permesinan
saat digunakan ukuran tangkai tirusnya lebih kecil dari pada lubang tirus kepala
lepas, dapat ditambah dengan menggunakan sarung pengurang. Selain itu perlu
diketahui bahwa, untuk mata bor tangkai tirus pada umumnya menggunakan
standar tirus morse/ morse taper (MT) yaitu mulai dari MT 1 6.
18
Modul Permesinan
19
Modul Permesinan
20
Modul Permesinan
d. Kartel
Kartel (knurling) adalah suatu alat pada mesin bubut yang berfungsi untuk
membuat alur-alur melingkar lurus atau silang pada bidang permukaan benda kerja
bagian luar atau dalam. Tujuan pengkartelan bagian luar adalah agar permukaan
bidanng tidak licin pada saat dipegang, contohnya terdapat pada batang penarik,
tangkai palu besi dan pemutar yang dipegang dengan tangan. Untuk pengkartelan
bagian dalam tujuannya adalah untuk keperluan khusus, misalnya memperkecil
lubang bearing yang sudah longgar. Bentuk/ profil hasil pengkartelan ada tiga jenis
yaitu: belah ketupat/ intan, menyudut/ silang dan lurus (Gambar 12.b). Hasil
21
Modul Permesinan
pengkartelan tergantung dari bentuk gigi pisau kartel yang digunakan (Gambar
12.c).
Gambar 12.d. Pemegang gigi pisau kartel lurusdengan posisi tetap/ rigid
22
Modul Permesinan
2. Pahat Bubut
Pahat bubut merupakan salahsatu alat potong yang sangat diperlukan pada
prosespembubutan, karena pahat bubut dengan berbagai jenisnya dapat membuat benda
kerja dengan berbagai bentuk sesuai tututan pekerjaan misalanya, dapat digunakan untuk
membubut permukaan/ facing, rata, bertingkat, alur, champer, tirus, memperbesar
lubang, ulir dan memotong Kemampuan/performa pahat bubut dalam melakukan
pemotongan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, jenis bahan/ material
yang digunakan, geometris pahat bubut, sudut potong pahat bubut dan bagaimana apakah
teknik penggunaanya sudah sesuai petunjuk dalam katoalog. Apabila beberapa faktor
tersebut diatas dapat terpenuhi berdasarkan standar yang telah ditentukan, maka pahat
bubut akan maksimal kemampunannya/ performanya.
a. Bahan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini begitu pesat terutama
dalam industri manufaktur/ permesinan, sehingga sudah banyak diciptakan variasi
jenis dan sifat material, baik untuk alat potong pahat bubut atau bahan/ row material.
Pada awalnya manusia hanya mampu membuat alat potong pahat bubut dari jenis
baja karbon, kemudian ditemukan unsur atau paduan yang lebih keras sampai
ditemukannya material alat potong pahat bubut yang paling keras yaitu diamond.
Unsur-unsur yang berpengaruh terhadap performa alat potong/ pahat bubut
diantaranya: Tungsten/ Wolfram (W), Chromium (Cr), Vanadium (V), Molybdenum
(Mo) dan Cobalt (Co). Sifat yang diperlukan untuk sebuah alat potong tidak hanya
kerasnya saja, akan tetapi masih ada sifat lain yang diperlukan untuk membuat suatu
alat potong memilkiperforma yang baik misalnya, bagaimana ketahanan terhadap
gesekan, ketahanan terhadap panas, ketahanan terhadap benturan dll.
Macam-macam pahat bubut dilihat dari jenis material/ bahan yang
digunakanmeliputi: Baja karbon, Baja kecepatan tinggi/ High Speed Steels (HSS,
Paduan cor nonferro (cast nonferrous alloys; cast carbides), Karbida (cemented
carbides; hardmetals), Keramik (ceramics), CBN (cubic boron nitrides), danIntan
(sintered diamonds & natural diamond).
23
Modul Permesinan
Menurut letak penyayatan, pahat bubut terdapat dua jenis yaitu, pahat bubut
luar dan dalam.
a) Pahat Bubut Luar
Pahat bubut luar digunakan untuk proses pembubutan benda kerja pada
bidang bagian luar. Contoh penggunaan pahat bubut luar dapat dilihat pada
(Gambar 13.a).
24
Modul Permesinan
c) Pahat Potong
Pahat jenis ini digunakan khusus untuk memotong suatu benda kerja
hingga ukuran panjang tertentu.
d) Pahat Alur
Pahat jenis ini digunakan untuk membentuk profil alur pada permukaan
benda kerja. Bentuk tergantung dari pahat alur yang digunakan.
e) Pahat Champer
Pahat jenis ini digunakan untuk menchamper pada ujung permukaan
benda kerja. Besar sudut champer pada umumnya 45
f) Pahat Ulir
Pahat jenis ini digunakan untuk membuat ulir pada permukaan benda
kerja, baik pembuatan ulir dalam maupun ulir luar.
25
Modul Permesinan
Keterangan:
d : diameter benda kerja (mm)
n : putaran mesin/benda kerja (putaran/menit - Rpm)
: nilai konstanta = 3,14
Kecepatan potong untuk berbagai macam bahan teknik yang umum dikerjakan pada
proses pemesinan, sudah teliti/diselidiki para ahli dan sudah patenkan pada ditabelkan
kecepatan potong. Sehingga dalam penggunaannya tinggal menyesuaikan antara jenis
26
Modul Permesinan
bahan yang akan dibubut dan jenis alat potong yang digunakan. Sedangkan untuk bahan-
bahan khusus/spesial, tabel Cs-nya dikeluarkan oleh pabrik pembuat bahan tersebut.
Pada tabel kecepatan potong (Cs) juga disertakan jenis bahan alat potongnya. Yang pada
umumnya, bahan alat potong dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu HSS (High
Speed Steel) dan karbida (carbide). Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa dengan alat
potong yang bahannya karbida, kecepatan potongnya lebih cepat jika dibandingkan
dengan alat potong HSS (Tabel 1).
Karena satuan kecepatan potong (Cs) dalam meter/menit sedangkan satuan diameter
benda kerja dalam milimeter, maka satuannya harus disamakan terlebih dahulu yaitu
27
Modul Permesinan
dengan mengalikan nilai kecepatan potongnya dengan angka 1000 mm. Maka rumus
untuk putaran mesin menjadi:
n= 1000.Cs.d Rpm
Keterangan:
d : diameter benda kerja (mm)
Cs : kecepatan potong (meter/menit)
: nilai konstanta = 3,14
28
Modul Permesinan
29
Modul Permesinan
Untuk benda kerja yang memiliki ukuran relatif panjang dan pada prosesnya tidak
mungkin dipotong-potong terlebih dahulu, maka pada saat membubut permukaan
harus ditahan dengan penahan benda kerja yaitu steady rest.
b. Proses Pembubutan Permukaan Benda Kerja
Prinsip terjadinya pemotongan pada proses pembubutan adalah, apabila putaran
benda kerja berlawanan arah dengan gerakan mata sayat alat potongnya. Maka dari itu
berdasarkan prinsip tersebut, pada proses pembubutan permukaan benda kerja dapat
dilakukan dari berbagai cara yaitu:
30
Modul Permesinan
1) Posisi start pahat bubut harus setinggi center dari benda kerja
Membubut permukaan benda kerja dengan start pahat bubut dari sumbu senter
pengertiannya adalah, pembubutan permukaan diawali dari tengah permukaan
benda kerja atau sumbu senter. Proses pembubutan facing dengan cara ini
dapat dilkukan dengan catatan arah putaran mesin berlawanan arah jarum jam.
2) Posisi start pahat bubut dari luar bagian kiri benda kerja
Membubut permukaan benda kerja dengan start pahat bubut dari luar bagian
kiri benda kerja pengertiannya adalah, pembubutan permukaan diawali dari
luar bagian kiri benda kerja menuju sumbu senter. Proses ini pembubutan
facing dengan cara ini dapat dilakukan dengan catatan arah putaran mesin
berlawanan arah jarum jam.
3) Posisi start pahat bubut dari luar bagian kanan benda kerja
Membubut permukaan benda kerja dengan start pahat bubut dari luar bagian
kanan benda kerja pengertiannya adalah, pembubutan permukaan diawali dari
luar bagian kanan benda kerja menuju sumbu senter. Proses pembubutan
facing dengan cara ini dapat dilakukan dengan catatan arah putaran mesin
sarah jarum jam.
c. Pembubutan Lubang Center
Pembubutan/pembuatan lubang senter bor dengan bor senter (centre drill) pada
permukaan ujung benda kerja, tujuannya adalah agar pada ujung benda kerja memiliki
dudukan apabila didalam proses pembubutannya memerlukan dukungan senter putar
atau sebagai pengarah sebelum melakukan pengeboran.
Untuk menghindari terjadinya patah pada ujung mata sayat bor senter akibat
kesalahan prosedur, ada beberapa persyaratan dalam membuat lubang senter pada
mesin bubut selain yang dipersyaratan sebagaimana pada saat meratakan permukaan
benda kerja yaitu penonjolan benda kerjanya tidak boleh terlalu panjang dan untuk
benda kerja yang berukuran panjang harus ditahan dengan penahan benda kerja
(steady rest), persyaratan lainnya adalah:
1) Sumbu Senter Spindel Mesin Harus Satu Sumbu Dengan Kepala Lepas
2) Permukaan harus benar-benar rata
3) Putaran Mesin Harus Sesuai Ketentuan
31
Modul Permesinan
d. Pembubutan Lurus
Yang dimaksud pembubutan lurus adalah, proses pembubutan untuk mendapatkan
permukaan yang lurus dan rata dengan diameter yang sama antara ujung satu dengan
ujung lainnya. Proses pemembubutan rata/lurus, ada beberapa cara pemegangan atau
pengikatannya yaitu tergantung dari ukuran panjangnya benda kerja. Pengikatan
benda kerja yang berukuran relatif pendek, dapat dilakukan dengan cara langsung
diikat menggunakan cekam mesin. Pengikatan benda kerja yang berukuran relatif
panjang, pada bagian ujung yang menonjol keluar ditahan dengan senter putar
(Gambar 4.17).
Gambar 14.d. Pembubutan lurus, benda kerja ditahan dengan senter putar
Sedangkan pengikatan benda kerja yang berukuran realatif panjang yang
dikawatirkan akan terjadi getaran pada bagian tengahnya, selain pada bagian ujung
benda kerja yang menonjol keluar ditahan dengan senter putar, juga pada bagian
tengahnya harus ditahan dengan penahan benda kerja/steady ress.
Ketiga cara pengikatan benda kerja tersebut diatas, adalah cara pembubutan lurus
yang tidak dituntut kesepusatan dan kesejajaran diameternya dengan kedua lubang
senter bornya. Apabila pada diameter benda kerja yang dituntut harus sepusat dan
sejajar dengan kedua lubang senter bornya karena masih akan dilakukan proses
pemesinan berikutnya, maka pengikatannnya harus dilakukan dengan cara diantara
dua senter.
32
Modul Permesinan
e. Pembubutan Tirus
Yang dimaksud dengan pembubutan tirus adalah, proses pembubutan sebuah
benda kerja dengan hasil ukuran diameter yang berbeda antara ujung satu dengan
yang lainnya (Gambar 15.b.). Perbedaan diameter tersebut tentunya ada unsur
kesengajaan karena hasil ketirusannya akan digunakan untuk tujuan tertentu.
33
Modul Permesinan
bubut, untuk pembubutan tirus yang sedang ukuran panjangnya dengan cara
menggeser eretan atas, untuk pembubutan tirus bagian luar yang relatif panjang
ukurannya dengan menggeser kedudukan kepala lepas, dan untuk pembubutan tirus
bagian luar/dalam yang relatif panjang ukurannya dengan menggunakan perlengkapan
tirus/taper attachment.
1) Dasar Perhitungan
Pembubutan tirus akan menghasilkan benda kerja yang memiliki ukuran yang
berbeda diameter satu dengan lainnya pada panjang tertentu, sehingga didalam
proses pembubutanya diperlukan perhitungan agar mendapatkan tirus sesuai
tuntutan pekerjaan.
Keterangan:
D = diameter besar
d = diameter kecil
l = panjang
34
Modul Permesinan
Contoh 1:
Sebuah benda kerja berdiameter (D)= 60 mm, panjang 60 mm, akan dilakukan
pembubutan tirus dengan diameter kecilnya (d)= 44 mm. Pertanyaannya adalah,
berapa besar pergeseran eretan atasnya?.
f. Pembubutan Alur
Yang dimaksud pembubutan alur adalah, proses pembubutan benda kerja dengan
tujuan membuat alur pada bidang permukaan (luar dan dalam) atau pada bagian
depannya sesuai tuntutan pekerjaan.
35
Modul Permesinan
lainnya yaitu selain harus harus kuat, untuk benda kerja yang memiliki
ukuran panjang relatif pendek pengikatannya dapat dilakukan langsung
dengan cekam mesin. Untuk benda kerja yang memiliki ukuran relatif
panjang pengikatan pada ujungnya harus ditahan atau didukung dengan
senter putar, Hal ini dilakukan agar kedudukan benda kerja stabil dan tidak
bergetar, sehingga hasil pengaluran maksimal dan pahat yang digunakan
tidak rawan patah.
b) Pemasangan Pahat
Persyaratan pemasangan pahat untuk proses pembubutan alur, pada
prinsipnya sama dengan memasang pahat bubut untuk proses pembubutan
lainnya yaitu harus setinggi senter. Namun untuk menghindari terjadinya
hasil pengaluran lebarnya melebihi dari lebar pahat alurnya, pemasangan
pahat harus benar-benar tegak lurus terhadap sumbu mesin.
36
Modul Permesinan
Pada proses pembubutan profil yang menggunakan pahat bubut bentuk, karena
bidang mata sayatnya yang memotong lebar, maka disarankan pemakanan dan
kecepatan putarnya tidak boleh besar yaitu pendekatnnya sama pada saat melakukan
pembubutan alur, sehingga dapat memperkecil terjadinya beban lebih dan gesekan
yang tinggi terhadap pahat.
h. Pembubutan Ulir
Proses pembubutan ulir pada mesin bubut standar, pada dasarnya hanyalah
alternatif apabila jensis ulir yang diperlukan tidak ada dipasaran umum atau jenis ulir
yan dibuat hanya untuk keperluan khusus. Mesin bubut standar didesain tidak hanya
untuk membuat ulir saja, sehingga untuk melakukan pembubutan ulir memerlukan
waktu yang relatif lama, hasilnya kurang presisi dan banyak teknik-teknik yang harus
dipahami sebelum melakukan pembubutan ulir.
Pembuatan ulir dengan jumlah banyak atau produk masal, pada umunya dilakukan
atau diproses dengan cara diantaranya: diroll, dicetak, dipress dan diproses pemesinan
dengan mesin yang desainnya hanya khusus digunakan untuk membauat ulir sehingga
prosesnya cepat dan hasilnya presisi. Dari berbagai cara yang telah telah disebutkan
diatas, pada proses pembuatannya harus tetap mengacu dan berpedoman pada standar
umum yang telah disepakti, yaitu meliputi nama-nama jenis ulirnya, nama-nama
bagiannya, ukurannya, toleransinya dan peristilahan-peristilahannya sehingga
hasilnya dapat digunakan sesusai keperuntukannya.
1) Bagian-bagian Ulir
Pada Ulir terdapat beberapa bagian yang dengan peristilahan nama tertentu
diantaranya, pada bagian lingkaran ulir terdapat gang (pitch-P) dan kisar (lead-L).
Pengertian gang adalah jarak puncak ulir terdekat dan pengertian kisar adalah
jarak puncak ulir dalalam satu putaran penuh (Gambar 4.41). Bila dilihat dari
jumlah uliranya, jenis ulir dapat dibagi menajadi dua jenis yaitu: ulir tunggal
(Single thread) dan ulir ganda/majemuk (Multiple thread). Disebut ulir tunggal
apabila dalam satu kali keliling benda kerja hanya terdapat satu alur ulir dan
disebut ulir ganda/majemuk jika mempunyai lebih dari satu alur ulir dalam satu
keliling lingkaran.
37
Modul Permesinan
38
Modul Permesinan
39
Modul Permesinan
40
Modul Permesinan
41
Modul Permesinan
42
Modul Permesinan
3. Pemotongan Zig-zag
Yang dimaksud pemotongan ulir dengan cara zig-zag adalah, proses
pembubutan ulir dilakukan dengan cara pemakanan bervariasi yaitu
pemakanan sampai pada kedalaman ulir tidak hanya tegak lurus
menggunakan eretan lintang saja, melainkan pemakanan divariasi dengan
menggeser eretan atas sebagai dudukan pahat ulir arah kekanan atau kekiri.
Keuntungan cara pemotongan ulir seperti ini adalah hasil pembubutan dan
beban pahat ringan . Sedangkan kekurangannya adalah prosesnya lebih
lama dan prosesnya memerlukan ketrampilan khusus. Cara pemotongan
seperti ini disarankan hanya digunakan untuk pemotongan ulir yang
memiliki ukuran gang/kisar besar.
43
Modul Permesinan
44
Modul Permesinan
45
Modul Permesinan
46
Modul Permesinan
47
Modul Permesinan
48
Modul Permesinan
b. Lengan/Arm
Posisi lengan adalah terletak pada bagian paling atas dari badan mesin dan
bawahnya mempunyai bentuk ekor burung yang pas kepada alur ekor burung pada
badan mesin, lengan ini dapat dikunci dan dilepas untuk kebutuhan tertentu. Pada
lengan ini dapat dipasang dukungan arbor (suport arbor) yang mempunyai alur ekor
burung pas kepada lengan tadi dan ia dapat dikunci pada posisi tertentu, sehingga
cocok untuk kebutuhan pekerjaan tertentu.
Untuk beberapa jenis mesin frais lainnya, pendukung arbor ini jumlahnya ada
yang satu ada yang dua buah untuk lebih kokohnya dukungan terhadap arbor.
49
Modul Permesinan
artinya hanya dua arah saja yaitu mundur maju dan sadel ini dapat dikunci kepada
lutut apabila diperlukan.
Pada bagian atas dari sadel ini dibuat alur T melingkar 360 , dengan tujuan untuk
membautkan meja kepada sadel agar kokoh, dan alur bentuk melingkar ini yang
memungkinkan meja diputar beberapa derajat menurut kebutuhan tertentu, dan
penunjukan besarnya derajat terdapat pada permukaan sadel itu sendiri. Untuk
pembalik arah gerakan otomatis, diatas permukaan sadel itu juga dipasang handel.
50
Modul Permesinan
Pada alas mesin ini dibuat rongga sebagai bak penampung, yaitu untuk
menampung cairan pendingin. Dan pompa air untuk mengalirkan cairan pendingin
kepada cutter dan benda kerja,juga dipasang pada alas ini untuk membuat sirkulasi
air pendingin itu tadi.
b. Stub Arbor
Stub arbor digunakan sebagai dudukan alat potong/pisau ( Face mill, Shell
endmill dll), yang dipasang pada spindel utama atau tegak. Jadi posisinya dapat
dipasang dalam posisi mendatar (horisontal) atau tegak vertikal.
51
Modul Permesinan
c. Collet Chuck
Collet chuck digunakan sebagai pengikat alat potong/pisau (End mill, Slot drill
dll), yang dipasang pada spindel utama atau tegak. Jadi posisinya dapat dipasang
dalam posisi mendatar (horisontal) atau tegak vertikal.
d. Ragum
Benda kerja yang akan dikerjakan dengan mesin frais harus dijepit dengan kuat
agar posisinya tidak berubah waktu difrais. Berdasarkan gerakannya ragum dibagi
menjadi 3 jenis yaitu :
1) Ragum Rata
Ragum ini digunakan untuk menjepit benda kerja yang bentuknya sederhana,
yang dapat dipasang sejajar atau membuat sudut 90 terhadap spindle.
52
Modul Permesinan
53
Modul Permesinan
e. Meja Putar
Meja putar (Rotary Table) digunakan untuk membagi jarak-jarak lubang, alur,
radius (melingkar) dan bentuk-bentuk segi banyak.
g. Kepala Lepas
Alat ini digunakan untuk menyangga benda kerja yang ikerjakan dengan dividing
head. Sehingga waktu disayat enda kerja tidak terangkat atau tertekan ke bawah.
54
Modul Permesinan
55
Modul Permesinan
56
Modul Permesinan
57
Modul Permesinan
10
58
Modul Permesinan
11
12
13
59
Modul Permesinan
Cs = .d.n Meter/menit.
Keterangan:
d : diameter alat potong (mm)
n : putaran mesin/benda kerja (putaran/menit - Rpm)
: nilai konstanta = 3,14
Kecepatan potong untuk berbagai macam bahan teknik yang umum dikerjakan pada
proses pemesinan, sudah teliti/diselidiki para ahli dan sudah patenkan pada ditabelkan
kecepatan potong. Sehingga dalam penggunaannya tinggal menyesuaikan antara jenis
bahan yang akan difrais dan jenis alat potong yang digunakan. Sedangkan untuk bahan-
bahan khusus/spesial, tabel kecepatan potongnya dikeluarkan oleh pabrik pembuat bahan
tersebut. Pada tabel kecepatan potong (Cs) juga disertakan jenis bahan alat potongnya.
Pada umumnya bahan alat potong dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu HSS (High
Speed Steel) dan karbida (carbide). Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa, dengan alat
potong yang jenis bahannya dari karbida, kecepatan potongnya lebih cepat jika
dibandingkan dengan alat potong yang jenis bahannya dari HSS.
60
Modul Permesinan
Cs = .d.n Meter/menit
Karena satuan kecepatan potong (Cs) dalam meter/menit sedangkan satuan diameter
benda kerja dalam milimeter, maka satuannya harus disamakan terlebih dahulu yaitu
dengan mengalikan nilai kecepatan potongnya dengan angka 1000 mm. Maka rumus
untuk putaran mesin menjadi:
Keterangan:
61
Modul Permesinan
Besarnya kecepatan pemakanan (F) pada mesin friais tentukan oleh seberapa besar
bergesernya pisau frais (f) dalam satuan mm/putaran dikalikan seberapa besar putaran
mesinnya (n) dalam satuan putaran. Maka rumus untuk mencari kecepatan pemakanan
(F) adalah: F = f x n (mm/men)
Keterangan:
Contoh soal 1:
Sebuah benda kerja akan difrais dengan putaran mesinnya (n) 600 putaran/menit dan
besar pemakanan (f) 0,2 mm/putaran. Pertanyaannya adalah: Berapa besar kecepatan
pemakanannya ?.
Jawaban contoh 1:
F=fxn
Pengertiannya adalah, pisau bergeser sejauh 120 mm, selama satu menit.
62
Modul Permesinan
adalah, bagaimana cara melakukan berbagai macam proses pengefraisan yang dilakukan
dengan menggunakan prosedur dan tata cara yang dibenarkan oleh dasar-dasar teori
pendukung yang disertai penerapan kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan (K3L).
Pada saat melaksanakan proses pengefarisan, banyak teknik-teknik pengfraisan yang harus
diterapakan diantaranya, bagaimana teknik pemotongan benda kerja dan teknik-teknik
pengefraisan lainnya.
1. Jenis Pemotongan
a. Pemotongan Searah
Pemotongan searah adalah, pemotongan yang datangnya benda kerja searah
dengan arah putaran cutter. Pada pemotongan ini hasilnya kurang baik karena meja
(benda kerja) cenderung tertarik oleh cutter.
63
Modul Permesinan
c. Pemotongan Netral
Pemotongan netral adalah, pemotongan yang terjadi apabila lebar benda kerja
yang disayat lebih besar atau lebih kecil dari ukuran diameter cutter, sehingga beban
tetap ditengah-tengah senter pisau.
2. Teknik Mengefrais
Dalam melakukan proses pengefarisan, banyak teknik-teknik yang harus dikuasai
agar dapat menghasilkan produk sesuai tuntutan pekerjaan. Berikut akan dijelaskan
beberapa teknik pengefraisan yang umum dilakukan untuk menghasilkan pruduk
tertentu.
a. Pengefraisan Rata Sejajar dan Siku Arah Mendatar (Horizontal)
Dalam melakukan pemotongan mendatar, jenis mesin yang digunakan yaitu
mesin frais horizontal. Pisau yang digunakan yaitu jenis pisau frais mantel. Berikut
ini langkah-langkah pengefraisan rata dengan posisi mendatar:
1) Persiapan Mesin
Persiapan mesin sebelum melakukan pemasangan pisau frais adalah
menyiapkan perlengkapan pemegang pisau frais meliputi, arbor dan satu set
kollar (ringarbor) dengan diameter lubang sama dengan diameter lubang pisau
frais yang akan digunakan.
2) Pemasangan pisau (cutter) dan ring arbor (kollar) pada arbor
Pemasangan pisau (cutter) dan ring arbor (kollar) pada arbor dengan posisi
pengikatan yang benar (gambar kiri) dan dengan posisi pengikatan yang salah
apabila pisau pisau yang digunakan mantel helik kanan.
64
Modul Permesinan
4) Pemasangan Ragum
Pemasangan ragum pada meja mesin faris tahapan sebagai berikut:
a) Pasang ragum pada meja mesin frais pada posisi kurang lebih di tengah-
tengah meja mesin agar mendapatkan area kerja yang maksimal.
b) Lakukan pengecekan kesejajaran ragum.Apabila jenis pekerjaannya
tidak dituntut hasil kesejajaran dengan kepresisian yang tinggi
pengecekan kesejajaran ragum dapat dilakukan dengan penyiku. Apabila
hasil kesejajarannya dituntut dengan kepresisian yang tinggi pengecekan
kesejajaran ragum harus dilakukan dengan dial indicator
5) Pemasangan Benda Kerja pada Ragum
Pemasangan benda kerja pada ragum dengan diganjal parallel pad di
bawahnya, dan untuk mendapatkan pemasangan benda kerja agar dapat duduk
65
Modul Permesinan
pada parallel dengan baik sebelum ragum dikencangkan dengan kuat pukul benda
dengan keras secara pelan-pelan dengan palu lunak.
6) Setting Pisau
Setting lakukan setting nol untuk persiapan melakukan pemakanan dengan
cara menggunakan kertas. Untuk jenis pekerjaan yang tidak dituntut hasil dengan
kepresisian tinggi batas kedalaman pemakanan dapat diberi tanda dengan balok
penggores.
66
Modul Permesinan
67
Modul Permesinan
ada, mesin frais adalah salah satu yang mampu digunakan untuk membuat berbagai
macam bentuk komponen.Oleh sebab itu diperlukan langkah-langkah sistematis yang
perlu dipertimbangkan sebelum mengoperasikan mesin frais. Langkah-langkah tersebut
antara lain :
a. Mempelajari gambar kerja untuk menentukan langkah kerja yang efektif dan
efesien
b. Memahami karakteristik bahan yang akan dikerjakan untuk menentukan jenis
cutter putaran mesin feeding dan media pendingin yang akan digunakan.
c. Menetapkan kualitas hasil penyayatan yang diinginkan.
d. Menentukan geometri cutter yang digunakan
e. Menentukan alat bantu yang dibutuhkan didalam proses.
f. Menentukan parameter-parameter pemotongan yang berpengaruh dalam proses
pengerjaan (kecepatan potong, kecepatan sayat, kedalaman pemakanan, waktu
pemotongan dan lain-lain).
68
Modul Permesinan
b. Pembagian Sederhana
Melakukan pembagian dengan kepala pembagi langsung, jumlah pembagian dan
sudut putarnya sangat terbatas. Untuk jumlah pembagian dan sudut putar banyak,
digunakan kepala pembagi universal.
69
Modul Permesinan
70
Modul Permesinan
Dengan demikian, semakin banyak lingkaran lubang yang ada, makin banyak pula
kemungkinan benda kerja dapat membuat segi nberaturan lebih banyak.
Pembuatan/pembagian benda kerja yang dapat dilaksanakan dengan lubang-lubang
yang ada, inilah yang disebut pembagian sederhana. Sedangkan engkol pembagi
(Indexs Crank) berfungsi untuk memutar batang ulir cacing. Lengan penempat
gunanya untuk menempatkan pen indeks. Pada beberapa kepala pembagi, ulir cacing
dapat diputar lepas dari roda gigi cacing.
Kepala pembagi universal biasanya dilengkapi dengan 3 buah pelat pembagi,
tetapi ada juga yang hanya mempunyai 2 buah. Jumlah lubang setiap lingkaran harus
dipilih untuk pembagian yang mungkin dibuat dalam hubungannya dengan ulir
cacing pada kepala pembagi.
Dibawah ini ditunjukkan beberapa contoh set indexcing plate diantaranya:
Mesin frais Accera: Mesin frais Brown & Sharpe:
Keping I : 15; 18; 21; 29; 37; 43 Keping I : 15; 16; 17; 18; 19; 20
Keping II : 16; 19; 23; 31; 39; 47 Keping II : 21; 23; 27; 29; 31; 33
Keping III : 17; 20; 27; 33; 41; 49 Keping III : 37; 39; 41; 43; 47; 49
Apabila diketahui perbandingan antara jumlah gigi cacing dengan ulir cacing
(rationya) = 40 : 1 atau i = 40 : 1, berarti 40 putaran ulir cacing atau putaran engkol
pembagi, membuat satu putaran roda gigi cacing atau benda kerja. Untuk T
pembagian yang sama dari benda kerja, setiap satu bagian memerlukan:
71
Modul Permesinan
Keterangan:
Nc = putaran indeks
i = angka pemindahan (ratio)
T = pembagian benda kerja
Perlu diingat bahwa, apabila pembagian yang dikehendaki lebih dari 40, ulir cacing
diputar kurang dari satu putaran, dan bila pembagian kurang dari 40, ulir cacing
diputar lebih dari satu putaran.
Contoh :
Sebuah benda kerja akan dibuat alur berjumlah 16 bagian yang sama (Gambar 4.31).
Hitung nc , apabila i = 40 : 1
Jumlah :
72
Modul Permesinan
DAFTAR PUSTAKA
Sumbodo, Wirawan. 2008. Teknik Produksi Mesin Industri Untuk SMK Jilid II. Jakarta :
Departemen Pendidikan dan kebudayaan Direktorat Pendidikan Menengah
kejuruan.
Keith Frank. 1999. Mechanical Engineering Handbook. New york : CRC Press LLC
73