Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN PADA SDR.

DENGAN GANGGUAN POST OPERASI HEMOROID

DI RUANG BOUGENFILE

RSUD RAA SOWONDO PATI

Disusun Oleh :

Nama : Daimatun Ni’mah

Nim : 920173107

Prodi : Profesi Ners

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN AJARAN 2021


Jl. Ganesha 1 Purwosari Kudus Telp. 0291-4372
A. PENGERTIAN
Hemoroid merupakan masalah yang sering terjadi pada masyarakat ,
salah satunya penyakit pencernaan yaitu hemoroid atau wasir yang tergolong
penyakit tidak menular. Penyakit ini dapat berpengaruh pada kualiatas dan
produktivitas hidup masyarakat Indonesia (Depkes R.I, 2016).
Hemoroid merupakan penyakit anus yang cukup banyak ditemukan pada
praktek dokter sehari-hari. Hemoroid memiliki nama lain yaitu ambeien, wasir
dalam istilah di masyarakat umum. Sejak dulu hemoroid hanya diobati oleh
dukun-dukun wasir dan dokter bedah, akan tetapi akhir-akhir ini karena
kasusnya semakin banyak semua dokter diperbolehkan menangani hemoroid.
Hemoroid memiliki faktor resiko cukup banyak yang harus dicegah atau di obati
bila penderita ingin sembuh. Penatalaksanaan hemoroid dibagi atas
penatalaksanaan secara medik dan secara bedah tergantung dari derajatnya
(simadibrata, 2014).
Berdasarkan letaknya, hemoroid dapat dibagi 2 menjadi Eksterna,dan
Interna atau gabungan dari keduanya.
1. Hemoroid Eksterna Hemoroid Eksterna diselubungkan oleh anoderm dan
terletak di sebelah distal linea dentat. Hemoroid eksterna dapat
membengkak dan menimbulkan rasa tidak nyaman bahkan nyeri apabila
terjadi thrombosis.
2. Hemoroid interna Hemoroid interna terletak di sebelah proksimal linea
denata dan diselubingi mukosa anorektal, biasanya tidak nyeri dan timbul

B. ETIOLOGI
Penyebab timbulnya Hemoroid dapat dipicu oleh pekerjaan, mengendan
berlebihan, dan kebiasaan buang air besar yang sulit. ( Wibisono & Saditya jeo
2014) Hemoroid timbul karna dilatasi, pembengkakan atau inflasi vena
hemoroidalis yang disebabkan oleh factor- factor resiko / pencetus, seperti:
Mengendan pada buang air besar yang sulit.
1. Pola buang air yang salah (lebih banyak menggunakan jamban duduk,
terlalu lama duduk di jamban sambil membaca/ Merokok)
2. Peningkatan tekana intra abdomen karena tumor.
3. Kehamilan (disebabkan tekanan jenis pada abdomen dan perubahan
hormonal)
4. Usia tua
5. Konstipasi kronik
6. Diare akut yang berlebihan dan diare kronik
7. Hubungan seks peranal
8. Kurang minum air dan kurang makan makan berserat (sayur dan buah)
9. Kurang olahraga / imobilisasi

C. MANIFESTASI KLINIS
Hemoroid menyebabkan tanda dan gejala:
1. Perdarahan - biasanya defekasi,warna merah segar, menetes, tidak
bercampur feses, jumlah bervariasi.
2. Prolaps – bila hemoroid bertambah besar, pada mulanya hemoroid dapat
tereduksi spontan, tetapi lama kelamaan tidak bisa dimasukkan.
3. Rasa tidak nyaman hingga nyeri – bila terenggang, terdapat thrombosis luas
dengan edema, atau peradangan.
4. Feses yang di pakaian dalam – karena hemoroid mencegah penutupan anus
dengan sempurna.
5. Gatal – apabila proses pembersihan kulit perinal menjadi sulit atau apabila
ada cairan keluar.
6. Bengkak – henya pada hemoroid internal dan eksternal
7. Nekrosis pada hemoroid interna yang prolaps dan tidak dapat di reduksi
kembali (Wibisono & Saditya jeo 2014)
D. PATHOFISIOLOGI
Hemoroid dapat terjadi pada individu yang sehat. Hemoroid umumnya
menyebabkan gejala ketika mengalami pembesaran, peradangan atau prolapse
sebagaian besar penulis setuju bahwa diet rendah serat menyebabkan bentuk
fases mnjadi kecil, yang bias menyebabkan kondisi mengejan selama BAB
peningkatan tekanan ini menyebabkan pembengkakan dari hemoroid,
kemungkinan gangguan venous return. Hemoroid eksterna diklasifikasi sebagai
akut dan kronis. Bentuk akut berupa pembekakan bulat kebiruan pada pinggir
anus dan sebenarnya merupakan suatu hematoma. Trombosis akut biasa
berkaitan dengan peristiwa tertentu seperti tenaga fisik, berusaha dengan
mengejan, diare atau perubahan dalam diet. Kondisi hemoroid eksternal
memberikan menifestasi kurang higenis akibat kelembaban dan rangsangan
akumulasi mukus. Keluarnya mukus dan terdapat feses pada pakaian dalam
merupakan ciri hemoroid yang mengalami prolapse menetap (Brunner &
Suddarth, 2013).
Menurut (Nugroho, 2011) Hemoroid dapat di sebabkan oleh tekanan
abdominal yang mampu menekan vena hemoroidalis sehingga menyebabkan
dilatasi pada vena, dapat di bagi menjadi 2, yaitu Interna dan Eksterna. Yang
pertama Interna (dilatasi sebelum spinter) yang di tandai dengan bila membesar
baru nyeri, bila vena pecah BAB berdarah sehingga dapat menyebabkan anemia.
Eksterna (dilatasi sesudah spinter) di tandai dengan nyeri dan bila vena pecah
BAB berdarah-trombosit-inflamasi. Hemoroid dapat terjadi pada individu yang
sehat. Hemoroid umumnya menyebabkan gejala ketika mengalami pembesaran,
peradangan, atau prolapse. Diet rendah serat menyebabkan bentuk fases menjadi
kecil yang bisa menyebabkan kondisi mengejan selama BAB, peningkatan
tekanan ini menyebabkan pembengkakan dari hemoroid (Muttaqin,2011).
E. PATHFLOW
Obstipasi, sering mengejan, banyak duduk

Tekanan intra abdomen

Hemoroid

Derajat III, IV Kronik


Hemoroidektomi

port de entry Eksisi plexsus hemoroidalis Diskotinuitas Jari

bakteri masuk pelepasan mediator kimia Takut BAB


(Bradikardian, hiistamin)
Feses mengeras
merangsang ujung saraf
(cortex cerebri/ nyeri dipersiapkan) Konstipasi

Resiko Infeksi
Nyeri Gnaagguan Eliminasi
BAB

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien hemoroid adalah :
a. Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok dubur). Pada
pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba
sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak
nyeri. Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering
prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan
terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk
menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.
b. Anoskopy. Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak
menonjol keluar. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang
menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit
maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan
lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan
lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus
diperhatikan.
c. Pemeriksaan Proktosigmoidoskopi Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan
untuk memastikan keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses
keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik
saja atau tanda yang menyertai.Feses harus diperiksa terhadap adanya darah
samar.
d. Sklerotrapi Sklerotrapi adalah penyntikan larutan kimia yang meransang,
misalnya 5% fenol dalam minyak nabati.Penyuntikan diberikan ke
submukosa didalam jaringan areolar yang longgar dibawah hemoroid
internal dengan tujuan menimbulkan peradangan steril yang kemudian
menjadi fibrotic dan meninggalkan jaringan parut.
e. Ligasi Pada hemoroid besar dan mengalami prolaps dapat di tangani dengan
ligasi gelang karet.Dengan bantuan anuskop, mukosa diatas hemoroid yang
menonjol dijepit dan ditarik atau dihisap kedalam tabung ligator
khusus.Gelang karet didorong dari ligator dan ditempatkan secara tepat di
sekeliling mukosa pleksus hemoroidalis tersebut.
f. Hemoroidektomi Intervensi ini dilakukan pada pasien dengan keluhan
kronis dan dengan stadium III dan stadium IV. g. Rontgen (colon inloop)
atau Kolonoskopy Laboratorium : Eritrosit, Leukosit, Hb.
G. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Penatalaksanaan medis hemoroid terditri dari penatalaksanaan non farmakologis,
farmakologis (Simadibrata, 2014):
1. Farmakologis
a. Untuk melunakkan feces/psilium yang dapat mengurangi sembelit
diberikan obat golongan laksansia.
b. Untuk mengurangi/menghilangkan rasa sakit pada daerah anus digunakan
analgetik atau golongan suposituria untuk hemoroid interna.
c. Untuk menghentikan perdarahan diberikan anti koagulan.
2. Non Farmakologis
a. Perbaikan pola hidup dengan menyarankan perbanyak konsumsi
makanan yang mengandung serat yang dapat melunakkan feces.
b. Mengurangi makanan yang terlalu pedas atau asam dan beralkohol.
c. Perbaiki pola buang air besar mengganti closet jongkok menjadi duduk
d. Menjaga kebersihan lokal daerah anal misalnya dengan merendam anus
disarankan untuk tidak terlalu banyak duduk/tidur lelah banyak berjalan.
3. Tindakan minimal invasif. Jika pengobatan farmakologi dan non
farmokologi tidak berhasil, dilakukan tindakan :
a. Skleroskopi hemoroid dengan menyuntikkan obat langsung pada
benjolan/prolaps hemoroidnya.
b. Ligasi hemoroid.
c. Penyinaran sinar laser
d. Disinari sinar infra merah

H. PENGKAJIAN
1. Pola persepsi dan managemen kesehatan
Menggambarkan pola pemahaman klien tentang kesehatan dan kesejahteraan dan
bagaimana kesehatan itu diatur.
2. Pola metabolic dan nutrisi
Menggambarkan konsumsi relative terhadap kebutuhan metabolic dan suplai gizi,
pola konsumsi makanan dan cairan, keadaan kulit, rambut kuku dan membrane
mukosa, suhu tubuh dan berat badan. Terdapat pengkajian ABCD
A (Antropometri)
Tinggi badan, berat badan saat ini, berat badan sebelum sakit, IMT, lingkar kepala,
lingkar lengan.
B (Biochemical/ biokimia) : hemoglobin, leukosit, trombosit
C (Clinical assessment/ pemeriksaan klinis): yang dapat dilihat perawat. Seperti
rambut, mata, kulit.
D (Diit) : yang dimakan klien
3. Pola eliminasi
Menggambarkan pola fungsi eksresi termasuk pola individu sehari-hari atau
eliminasi sehari-hari, perubahan atau gangguan dan metode yang digunakan untuk
mengendalikan eksresi, berapa kali BAB dan BAK, ada gangguan atau tidak,
konsistensi.
4. Pola aktivitas dan olahraga
Menggambarkan olahraga aktivitas pengisisan waktu luang dan rekresi termasuk
aktivitas sehari-hari. Tipe dan jenis olahraga mempengaruhi pola aktivitas (otot,
saraf, respirasi, sirkulasi).
5. Pola istirahat tidur
Menggambarkan pola tidur, istirahat dan reaksi setiap bantuan merubah pola
tersebut. Mengalami gangguan tidur atau tidak, tidur nyenyak atau tidak.
6. Pola persepsi dan kognitif
Menggambarkan pola persepsi sensori dan pola kognitif meliputi keadekuatan
untuk sensori penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, dan penciuman
serta laporan persepsi nyeri.
7. Pola persepsi dan konsep diri
Menggambarkan bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri, kemampuan
mereka,gambaran diri dan peran diri.
8. Pola hubungan peran
Menggambarkan pola keterkaitan peran dengan hubungan, meliputi persepsi
terhadap peran utama dan tanggung jawab sesuai kehidupan saat ini.
9. Pola reproduksi
Menggambarkan kepuasan atau ketidakpuasan dalam seksualitas, jenis kelamin
termasuk status reproduksi.
10. Pola koping dan toleransi dan stress
Menggambarka koping umum dan efektifan keterampilan koping dalam
mentoleransi jantung.
11. Pola nilai dan kepercayaan
Menggambarkan pola nilai, tujuan atau kepercayaan yang mengarah pilihan dan
kepercayaan diri.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen biologis
Domain 12. Kenyamanan, Kelas 1. Kenyamanan fisik, Kode 00133
2. Resiko Infeksi berhubungan dengan luka operasi
Domain 11. Keamanan perlindungan, Kelas 1. Infeksi, Kode 00004
3. Gangguan eliminsi BAB berhubungan dengan pasca bedan hemoroid
Domain 3. Eliminasi dan pertukaran, Kelas 2. Fungsi Gastrointestinal, Kode 00011

J. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA NOC (TUJUAN) NIC (INTERVENSI)


1. nyeri akut b/d Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji karakteristik nyeri, skala
cidera biologis keperawatan diharapkan nyeri nyeri, sifat nyeri, lokasi dan
berkurang dengan kriteria hasil penyebaran.
: 2. Ajarkan tekhnik relaksasi
1. Klien mengatakan nyeri napas dalam
berkurang atau hilang 3. Berikan posisi senyaman
2. Nyeri tekan tidak ada mungkin
3. Ekspresi wajah tenang 4. Anjurkan teknik relaksasi
4. Luka sembuh dengan baik napas dalam.
5. kolaborasi dengan tim medis
lain dalam pemberian obat
analgesik
2. Resiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi tanda-tanda vital
berhubungan keperawatan diharapkan tidak 2. Berikan rendaman duduk
dengan luka ada infeksi dengan kriteria stiap kali setelah BAB
operasi hasil: selama 1-2 minggu
1. Resiko infeksi segera 3. Buat kondisi verban dalam
teratasi keadaan bersih dan kering
4. Lakukan perawatan luka
steril pada hari kedua pasca
operasi dan di ulang setiap
dua hari
5. Bersihkan luka dengan
cairan antiseptic jenis iodine
providum dengan cara
swabbing dari arah dalam
keluar
6. Tutup luka dengan kasa
steril kemudian plester
7. Kolaborasi pemberian
antibiotic
3. Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Auskultasi bising usus,
Eliminasi keperawatan diharapkan tidak perhatikan
berhubungan ada infeksi dengan kriteria konsistensi/frekuensi
dengan hasil: defikasi, adanya distensi
1. Tidak ada tanda – tanda abdomen
infeksi. 2. Kaji ulang program obat saat
2. Luka dapat sembuh dengan ini
sempurna. 3. Yakinkan pola diet
biasanya/pilihan makanan
4. Tambahkan buah segar,
sayur, dan diet serat (dalam
pembatasan) bila di
indikasikan
5. Dorong/bantu dalam
ambulasi bila mampu
6. Berikan privasi saat diatas
pispot/kamar mandi
7. Kolaborasi pemberian
pelunak feses (contoh,
Colace), laksatif pembentuk
bulk ( contoh, Metamucil)
sesuai indikasi

K. PENGGUNAAN REFERENSI
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. (2015). Gangguan Gastrointestinal Aplikasi

Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika.

Campbell, Reece, Mitchel. 2014. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga

Price, Sylvia Anderson dan Lorraine McCarty Wilson. 2017. Patofisiologi:

Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit; alih bahasa, Brahm U. Pendit, dkk;

editor edisis bahasa Indonesia, Huriawan Hertanto, dkk. Volume 2. Edisi 6.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sinaga, E. dan Melva Silitonga. 2011. Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia.

Medan: UNIMED Press

Anda mungkin juga menyukai