PENGERTIAN HEMOROID
ani. Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan
aliran balik dari vena hemoroidalis. Hemoroid sering dijumpai dan terjadi pada
sekitar 35% penduduk berusia lebih dari 25 tahun. Walaupun keadaan ini tidak
dan tumor rectum. Komplikasi dapat menyebabkan nyeri hebat, gatal dan
adalah pelebaran vena yang berada di bawah kulit (subkutan) di bawah atau
luar linea dentate. Hemoroid interna adalah pelebaran vena yang berada di
bawah mukosa (submukosa) di atas atau di dalam linea dentate (Nurarif &
Kusuma, 2015).
Wasir adalah pembengkakan urat di anus dan rektum bawah, mirip dengan
1
B. ETIOLOGI HEMOROID
b. Pola buang air besar yang salah (lebih banyak menggunakan jamban
abdomen)
d. Usia tua
e. Konstipasi kronik
h. Kurang minum air dan kurang makan makanan berserat (sayur dan buah)
i. Kurang olahraga/imobilisasi
C. MANIFESTASI KLINIK
a. Tanda
1. Perdarahan
feces yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak
2
keluar berwarna merah segar karena kaya akan zat asam, jumlahnya
bervariasi.
2. Nyeri
b. Gejala
setelah defekasi dan akhirnya sampai pada suatu keadaan dimana tidak
dapat dimasukkan.
rangsangan mucus.
D. PATOFISIOLOGI
aliran darah balik yang melalui vena hemoroidalis. Gangguan aliran darah ini
antara lain dapat disebabkan oleh peningkatan tekanan intra abdominal. Vena
porta dan vena sistematik, bila aliran darah vena balik terus terganggu maka
3
dapat menimbulkan pembesaran vena (varices) yang dimulai pada bagian
struktur normal di regio anal, dengan pembesaran yang melebihi katup vena
dimana sfingter anal membantu pembatasan pembesaran tersebut. Hal ini yang
menyebabkan pasien merasa nyeri dan feces berdarah pada hemoroid interna
portal dan vena sistemik dimana tekanan ini disalurkan ke vena anorektal.
tekanan dari peningkatan tekanan intra abdominal dan aliran darah dari
arteriola, pembesaran vena (varices) akhirnya terpisah dari otot halus yang
Hemoroid interna terjadi pada bagian dalam sfingter anal, dapat berupa
pendarahan dalam feces, jumlah darah yang hilang sedikit tetapi bila dalam
kebiruan, jarang menyebabkan perdarahan dan nyeri kecuali bila vena ruptur.
Jika ada darah beku (trombus) dalam hemoroid eksternal bisa menimbulkan
4
E. PATHWAY
5
F. PENATALAKSANAAN
6
Menurut Smeltzer dan Bare (2002), Sudoyo (2006) dan Mansjoer (2008),
medis hemoroid ditujukan untuk hemoroid interna derajat I sampai dengan III
atau semua derajat hemoroid yang ada kontraindikasi operasi atau pasien
interna derajat IV dan eksterna, atau semua derajat hemoroid yang tidak respon
pengobatan yang selalu harus ada dalam setiap bentuk dan derajat hemoroid.
dari diet, cairan, serat tambahan, pelicin feses, dan perubahan perilaku
buang air. Pada posisi jongkok ternyata sudut anorektal pada orang menjadi
lurus ke bawah sehingga hanya diperlukan usaha yang lebih ringan untuk
mendorong tinja ke bawah atau keluar rektum. Posisi jongkok ini tidak
defekasi. Diet tinggi serat yang mengandung buah dan sekam mungkin satu-
7
2. Penatalaksanaan medis farmakologis
a. Obat memperbaiki defekasi : ada dua obat yang diikutkan dalam BMP
yaitu suplemen serat (fiber suplement) dan pelicin tinja (stool softener).
Obat kedua yaitu obat laksan atau pencahar antara lain Natrium dioktil
keluhan rasa gatal, nyeri, atau karena kerusakan kulit di daerah anus.
8
suppositoria digunakan untuk hemoroid interna, sedangkan sediaan
9
Tindakan bedah konservatif hemoroid internal adalah prosedur ligasi
garis mukokutan dipegang dengan alat. Pita karet kecil kemudian diselipkan
diatas hemoroid. Bagian distal jaringan pada pita karet menjadi nekrotik
mukosa anal bawah turun dan melekat pada otot dasar. Meskipun tindakan
ini memuaskan bagi beberapa pasien, namun pasien lain merasakan tindakan
menyebabkan keluarnya rabas yang berbau sangat menyengat dan luka yang
cepat dan kurang menimbulkan nyeri. Hemoragi dan abses jarang menjadi
4. Penatalaksanaan bedah
semua jaringan sisa yang terlibat dalam proses ini. Selama pembedahan,
dengan klem dan kauter atau dengan ligasi dan kemudian dieksisi. Setelah
10
memungkinkan keluarnya flatus dan darah. Penempatan Gelfoan atau kassa
oxygel dapat diberikan diatas luka anal (Smeltzer dan Bare, 2002).
radier dengan klem. Lakukan jahitan jelujur dibawah klem dengan chromic
gut no. 2/0, eksisi jaringan diatas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jepitan
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
2. Anoskopi
3. Proktosigmoidoskopi
11
H. PENGKAJIAN FOKUS
1. Demografi
Hemoroid sangat sering dijumpai dan terjadi pada sekitar 35% penduduk
mengejan pada saat defekasi, pola makan yang salah bisa mengakibatkan
c) Pola eliminasi
Pola eliminasi feses : konstipasi, diare kronik dan mengejan saat BAB.
12
Kurang olahraga atau imobilisasi, Kelemahan umum, keterbatasan
sesudah operasi).
4.Pemeriksaan fisik
13
c) Pengukuran antropometri : berat badan menurun.
hipotensi.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
pruritus pada daerah anus ditandai dengan pasien mengeluh gatal dan perih
J. INTERVENSI KEPERAWATAN
pembedahan.
14
berhadapan dengan mereka. Tampil santai, dapat beristirahat/ tidur cukup
melaporkan penurunan rasa takut dan cemas yang berkurang ke tingkat yang
dapat diatasi.
Rencana tindakan :
prosedur pembedahan
b) Validasi sumber rasa takut. Sediakan informasi yang akurat dan faktual.
penyakit.
15
Rasional : ketidakseimbangan dari proses pemikiran akan membuat pasien
berbelit-belit.
jaringan anal.
Kriteria hasil :
Rencana tindakan :
yang ketat.
16
c) Kaji jumlah dan karakteristik cairan luka.
penyembuhan.
meningkatkan penyembuhan.
perdarahan.
Kriteria hasil : Nilai Ht dan Hb berada dalam batas normal, pasien tidak
Rencana tindakan :
atau hemoragi.
17
Rasional : Untuk mengetahui keadaan vital pasien saat terjadi
perdarahan.
4. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi, tekanan dan sensitivitas pada area
rektal/ anal sekunder akibat penyakit anorektal, trauma jaringan dan refleks
Kriteria hasil :
18
c) Tampak rileks, dapat istirahat tidur.
Rencana tindakan :
b) Bantu pasien untuk tidur dengan posisi yang nyaman : tidur miring.
pedoman, imajinasi.
19
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien tidak mengalami
infeksi.
Kriteria hasil :
mencegah infeksi.
Rencana tindakan :
d) Batasi pengunjung
20
h) Observasi terhadap manifestasi klinis infeksi (demam, drainase,
purulen)
konsistensi lembek.
Rencana tindakan :
perasaan defekasi.
Rasional : dengan distensi kronik feses akan lebih keras dalam rectum.
lembek.
sarapan.
21
Rasional : latihan yang tidak adekuat merupakan faktor utama dalam
pencernaan.
K. IMPLEMENTASI
DX. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi, tekanan dan sensitivitas pada
area rektal/ anal sekunder akibat penyakit anorektal, trauma jaringan dan
1. Mengkaji nyeri yang di rasakan klien yaitu lokasi frekuensi, durasi dan
skala ( 0 -10 ).
2. Mengobservasi TTV :
trendelenburg.
berkomunikasi
22
DX. Gangguan pola eliminasi : BAB b/d Konstipasi
3. Monitor TTV
4. Memberikan cairan RL
pembedahan.
dilakukan.
perasaannya
pengunjung datang.
mempercepat penyembuhan.
23
L. EVALUASI
DX. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi, tekanan dan sensitivitas pada area
rektal/ anal sekunder akibat penyakit anorektal, trauma jaringan dan refleks
P : Intervensi Dilanjutkan
pembedahan.
O : - Klien tentang
- Klien tenang
A : - Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
24
25