K DENGAN HEMOROID di
RUANGAN OK RSU CUT MEUTIA ACEH UTARA TAHUN 2023
Disusun Oleh:
SAFINATUL JADILLAH
NIM. 2214901004
Telah diisetujui dan disahkan oleh pembimbing, Laporan Praktek Stase KMB Prodi
Pendidikan Profesi Ners Fakultas Kesehatan Teknologi dan Sains Universitas Bumi
Persada Lhokseumawe TA.2023/2024 di RSU Cut Meutia Aceh Utara.
Telah di Setujui
LAPORAN
2
PENDAHULUAN
A. Definisi Kasus
Fungsi utama dari rectum dan kanalis anal ialah untuk mengeluarkan
massa fesus yang terbentuk di tempat yang lebih tinggi dan melakukan hal
tersebut dengan cara yang terkontrol.Rektum dan kanalis anal tidak begitu
berperan dalam proses pencernaan,selain hanya menyerap sedikit
cairan.Selain itu sel-sel goblet mukosa mengeluarkan mucus yang berfungsi
sebagai pelican untuk keluarnya massa feses. Pada hampir setiap
waktu,rectum tidak berisi feses.hal ini sebagian di akibatkan adanya otot
sfingter yang tak begitu kuat yang terdapat pada rectosigmoid junction,kira-
kira 20 cm dari anus.Terdapatnya lekukan tajam dari tempat ini juga
member tambahan penghalang masuknya feses kea rah rectum.Akan tetapi
bila suatu gerakan usus mendorong feses kearah rectum,secara normal
hasrat defekasi akan muncul yang di timbulkan oleh refleks kontraksi dari
rectum dan relaksasi dari otot sfingter.Feses tak keluar secara terus menerus
dan sedikit demi sedikit berkat adanya kontraksi tonik otot sfingter ani
interna dan eksterna (Sabiaton,1994)
1. Hemoroid Interna
Gejala dari hemoroid interna adalah perdarahan tanpa rasa sakit
karena tak adanya serabut rasa sakit pada daerah ini.Hemoroid
interna dibagi menjadi :
• Derajat 1
3
Timbul perdarahan varises prolapsi atau tonjolan
mukosa tidak melalui anus dan hanya dapat di temukan
dengan protoskopi.
• Derajat 2
Terdapat trombus didalam varises sehingga varises
selalu keluar pada saat defekasi,tapi setelah defekasi selesai
tonjolan tersebut dapat masuk dengan sendirinya.
• Derajat 3
Keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat
masuk lagi dengan sendirinya tetapi harus didorong.
• Derajat 4
Suatu saat timbul keadaan akut dimana varises yang
keluar pada saat defekasi tidak dapat dimasukkan
lagi.biasanya pada derajat ini timbul thrombus dan di ikuti
infeksi dan kadang timbul perlingkaran anus,sering disebut
dengan hemoral inkarserata karena seakan-akan ada yang
menyempit hemoroid yang keluar itu.
2. Hemoroid Eksterna
Merupakan perluasan dari hemoroid interna yang di bagi menjadi
dua yaitu :
a. Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada
pinggir anus dan dan sebenarnya adalah hematom.Walaupun
disebut dengan Trombus Eksterna Akut.
Tanda dan gejala yang sering timbul:
✓ Sering rasa sakit dan nyeri
✓ Rasa gatal pada daerah hemoroid
b. Kronik
Hemoroid eksterna kronik “Skin Tag”terdiri atas satu lipatan
atau lebih dari kulit anus yang berupa jaringan penyambung
dan sedikit pembuluh darah.
C. Etiologi
1. Mengedan pada BAB yang sulit
4
2. Pola BAB yang salah (penggunaan jamban duduk
3. Peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor (tumor udud,tumor
abdomen)
4. Kehamilan
5. Usia tua
6. Konstipasi kronik
7. Diare kronik
8. Diare akut berlebihan
9. Hubungan seks peranal
10. Kurang minum air
11. Kurang makanan berserat
12. Kurang olahraga / imobilisasi
D. Manifestasi Klinis
1. Timbul rasa gatal dan nyeri
2. Pedarahan berwarna merah terang saat defekasi
3. Pembengkaan pada daerah anus
4. Nekrosis pada area sekitar anus
5. Perdarahan/prolapse
E. Penatalaksanaan
a. Medis
1) Farmakologis
➢ Menggunakan obat untuk melunakkan feses / psillium akan
mengurangi sembelit dan terlalu mengedan saat defekasi,
dengan demikian resiko terkena hemoroid berkurang.
➢ Menggunakan obat untuk mengurangi/menghilangkan keluhan
rasa sakit, gatal, dan kerusakan pada daerah anus. Obat ini
tersedia dalam dua bentuk yaitu dalam bentuk supositoria untuk
hemoroid interna, dan dalam bentuk krim / salep untuk hemoroid
eksterna.
➢ Obat untuk menghentikan perdarahan, banyak digunakan adalah
campuran diosmin (90%) dan hesperidin (10%)
2) Nonfarmakologis
➢ Perbaiki pola hidup (makanan dan minum): perbanyak konsumsi
makanan yang mengandung serat (buah dan sayuran) kurang
lebih 30 gram/hari, serat selulosa yang tidak dapat diserap selama
proses pencernaan makanan dapat merangsang gerak usus agar
lebih lancar, selain itu serat selulosa dapat menyimpan air
sehingga dapat melunakkan feses. Mengurangi makanan yang
terlalu pedas atau terlalu asam. Menghindari makanan yang sulit
5
dicerna oleh usus. Tidak mengkonsumsi alkohol, kopi, dan
minuman bersoda. Perbanyak minum air putih 30-40 cc/kg
BB/hari.
➢ Perbaiki pola buang air besar : mengganti closet jongkok menjadi
closet duduk. Jika terlalu banyak jongkok otot panggul dapat
tertekan kebawah sehingga dapat menghimpit pembuluh darah.
➢ Penderita hemoroid dianjurkan untuk menjaga kebersihan lokal
daerah anus dengan cara merendam anus dalam air selama 10-15
menit tiga kali sehari. Selain itu penderita disarankan untuk tidak
terlalu banyak duduk atau tidur, lebih baik banyak berjalan.
3) Tindakan minimal invasif
Dilakukan jika pengobatan farmakologi dan non farmakologi tidak
berhasil, tindakan yang dapat dilakukan diantaranya adalah :
➢ Skleroskopi hemoroid, dilakukan dengan cara menyuntikkan
obat langsung kepada benjolan / prolaps hemoroidnya.
➢ Ligasi pita karet, dilakukan dengan cara mengikat hemoroid.
Prolaps akan menjadi layu dan putus tanpa rasa sakit.
➢ Penyinaran sinar laser.
➢ Disinari sinar infra red.
➢ Dialiri arus listrik (elektrokoagulasi)
➢ Hemoroideolysis. (www.fkuii.org, 2006)
b. Pembedahan
Terapi bedah dilakukan pada hemoroid derajat III dan IV dengan
penyulit prolaps, trombosis, atau hemoroid yang besar dengan
perdarahan berulang. Pilihan pembedahan adalah hemoroidektomi
secara terbuka, secara tertutup, atau secara submukosa. Bila terjadi
komplikasi perdarahan, dapat diberikan obat hemostatik seperti asam
traneksamat yang terbukti secara bermakna efektif menghentikan
perdarahan dan mencegah perdarahan ulang.
(www.suaramerdeka.com, 2005).
Terapi medikal hanya digunakan untuk kasus ringan, hemoroid tanpa
komplikasi dengan manifestasi ringan. Pengobatan meliputi :
1) Gejala hemoroid dan ketidaknyamanan dapat dihilangkan dengan
hygiene personal yang baik.
2) Menghindari mengejan yang berlebihan selama defekasi.
3) Diit tinggi serat.
4) Pemberian laksatif yang berfungsi mengabsorbsi air saat melewati
anus.
5) Rendam duduk dengan salep dan supositoria yang mengandung
anastesi.
6
6) Tirah baring.
7) indakan non operatif seperti : fotokoagulasi infra merah, diatermi
bipolar dan terapi laser.
8) Injeksi larutan sklerosan untuk hemoroid berukuran kecil dan
berdarah.
9) Tindakan bedah konservasif hemoroid internal adalah prosedur
ligasi pita-karet.
10) Hemoroidektomi kriosirurgi adalah metode untuk mengangkat
hemoroid dengan cara membekukan jaringan hemoroid selama
waktu tertentu sampai timbul nekrosis.
11) Laser Nd:YAG digunakan terutama pada hemoroid eksternal.
(Smeltzer, 2002 ; 1138)
F. Pengkajian Fokus
1. Biodata
a. Identitas pasien : nama, umur, jenis kelamin, agama, kedudukan
pasien dalam keluarga, tgl MRS, tgl pengkajian, diagnose medis,
nomor RM, alamat.
b. Identitas orang tua atau penanggung jawab : nama, umur,
pendidikan, pekerjaan, agama, alamat.
2. Keluhan utama
Klien biasanya datang dengna keluhan nyeri pada waktu BAB disertai
dengan keluarnya daging kecil dari anus dan disertai darah segar. darah
dapat menetes keluar dari anus beberapa saat sesudah BAB.
pengeluaran lendir dialami oelh beberapa pasien yang menderita
hemoroid prolapsus.
3. Riwayat penyakit sekarang
Dikembangkan dari keluha utama dengan memakai rumus PQRST.
4. Riwayat kesehatan dahulu
5. Riwayat kesehatan keluarga
6. Data aspek biologis
a. Aktivitas sehari – hari
➢ Pola nutrisi
Kebiasaan makan sehari-hari, jam makan, frekuensi makan, porsi
dan jenis makana yang disukai dan tidak disukai, diet, alergi
terhadap makanan.
Cairan : jenis minuman, frekuensi, kehilangan cairan yang
berlebih, asupaan makanan, minum, infuse.
➢ Pola eliminasi
Kebiasaan BAB, BAK, frekuensi, warna, bau, konsistensi, jumlah.
➢ Pola istirahat tidur
7
Kebiasaan tidur sehari -hari, jam tidur, lama tidur, sering bangun
waktu tidur, masalah yang berhubungan dengan tidur.
➢ Personal hygine
Kebiasaan mandi, cuci rambut, ganti pakaian, gunting kuku, gosok
gigi.
b. Penampilan umum
Klien dengan hemoroid biasanya tampak lemah.
c. Penampilan fisik
➢ System respirasi
Pola napas yang cepat dipengaruhi oleh adanya nyeri,dan
ditemukan perubahan frekuensi pernafasan akibat adanya nyeri.
➢ System kardiovaskuler
Kaji tekanan darah / mmHg, nadi regular, ireguler, palpitasi atau
tidak, peningkatan vena jugularis atau tidak, kemungkinan
konjungtiva pucat
➢ System gastrointestinal
Benjolan pada usus, pergesekan feses, ulkus yang menyebabkan
perforasi pada mukosa. Kemungkinan ditemukan darah segar dari
anus. Frekuensi BAB, peristaltic usus.
➢ System musculoskeletal
Kemungkinan dijumpai kelemahan otot, kelelahan, keletihan,
penurunan toleransi terhadap aktivitas.
➢ System genitourinaria
Frekuensi BAB/BAK perhari, konsistensi, adakah benjolan sekitar
genetalia, jenis pekerjaan
➢ System integument
Kaji suhu, turgor kulit, tekstur, bersisik atautidak, adakah luka
memar atau tidak, ada lesi atau tidak, keadaan rambut, penyebaran
rambut, mudah dicabut atau tidak.
➢ System neurosensori
Pada hemoroid kemungkinanpasien mengeluh pusimg karena
adanya perdarahan. Kaji adanya trenior, gangguan bicara/ tida,
pemglihatan klien, nilai GCS, fungsi saraf cranial,
➢ System endokrin
Kaji adakah pembesaran tyroid, kelenjar getah bening. Apakah
mempunyai penyakit DM.
7. Data aspek psikososial, social, spiritual
a. Aspek psikososial
8
Dampak psikososial dari pasien mungkin dihadapkan rasa cemas,
akibat ketidak tahuan pasien adanya lika pada anus.
b. Aspek social
o Pola interaksi
o Lingkungan rumah
c. Aspek spiritual
Meliputi keyakinan nilai – nilai ketuhanan yang dianut, keyakinan
dan harapan akan kesembuhan/ kesehatannya.
G. Masalah Keperawatan
1. Nyeri akut
2. Konstipasi
3. Resiko infeksi
4. PK anemia
5. Kerusakan integritas kulit
6. Intoleransi aktivitas
H. Masalah Kolaboratif
1. Perdarahan
2. Thrombosis
3. Hemoroidal strangulasi ( Luksman’s,1997:1085)
I. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Colok Dubur
2. Anorektoskopi (untuk melihat kelainan anus dan rectum). (www.
Suaramerdeka. Com,2005).
3. Pemeriksaan rectal atau palpasi digital.
4. Proctocopy dan kohonoskopi ( untuk menunjukkan hemoroid
intervena) ( Reeves,1999: 162)
J. Diagnosa Keperawatan
K. Intervensi
9
Diagnosa 1
KH :
Diagnosa 2:
10
Tujuan : setelah dilakukan tidakan keperawatan diharapkan masalah
keperawatan konstipasi dapat diatasi.
KH :
Diagnosa 3:
KH :
11
3) Laksanakan pencucian tangan yang baik dan perawatan prolaps aseptiks
. berikan perawatan paripurna
R/: menurunkan resiko infeksi (penyebaran infeksi)
4) Berikan informasi yang tepat, jujur pada pasien/ orang terdekat.
R/: pengetahuan tentang kemajuan situasi memberikan dukungan emosi,
membantu menurunkan ansietas.
5) Kolaborasi dalam pemberian antibiotic sesuai indikasi
R/: mungkin diberikan secara profilaksis atau menurunkan jumlah
organism,e (pada infeksi yang telah ada sebelumnya) untuk menurunkan
penyebaran dan pertumbuhan bakteri.
DAFTAR PUSTAKA
12
Anonym,2009.Hemoroid.http://
medinux.blogspot.com/2009/02/hemoroid.html
ANALISA DATA
Ruang : OK
13
NO. DATA MASALAH ETIOLOGI
DO:
IMPLEMENTASI
Ruang : OK
14
Diagnosa Tindakan / Tanda
NO.
Keperawatan Implementasi Tangan
15
3. I 1) Mengkaji kondisi kecemasan pasien
2) Memberikan support kepada pasien atas harapan tidak
adanya komplikasi perdarahan lagi
3) Mengobservasi kecemasan
4) Mengobservasi TTV
- TD : 120/80 mmHg
- N : 82 x/i
- S : 36 °C
- RR : 20
II 1) Mengkaji perkembangan pengetahuan pasien tentang
penyakitnya.
2) Memberikan penjelasan kepada pasien tujuan dari setiap
tindakan.
3) Mengingatkan kepada pasien agar menghindari
mengedan,batuk dan tertawa berlebihan.
4) Memberikan diit TKTP dan tinggi serat
EVALUASI
16
Ruang : OK
Diagnosa
NO. DX Keterangan
Keperawatan
17