Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. DEFENISI
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis yang tidak
merupakan keadaan patologik, hanya apabila hemoroid ini menyebabkan keluhan
atau penyulit, diperlukan tindakan (R.Sjamsuhidayat, 2004:672).
Hemoroid adalah pembengkakan submukosa pada lubang anus yang
mengandung pleksus vena, arteri kecil dan jaringan areola yang melebar (Grace,
2007:114).
B. KLASIFIKASI
a. Hemoroid intern
Adalah pleksus vena hemoroidalis superior di atas garis mukokutan dan
ditutupi oleh mukosa. Hemoroid intern ini merupakan bantalan vaskuler di dalam
jaringan submukosa pada rectum sebelah bawah. Diklasifikasikan dalam 4 derajat:

Derajat Berdarah Menonjol Reposisi


I + - -
II + + Spontan
III + + Tidak dapat
IV + Tetap Tidak dapat

b. Hemoroid ekstern
Adalah pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior terdapat di
sebelah distal garis mukokutan di dalam jarigan di bawah epitel anus. Di
klasifikasikan sebagai hemoroid eksterna akut dan hemoroid eksterna kronik.
Akut: nampak bengkak, kebiru-biruan pada pinggir anus dan sebenarnya
merupakan hematoma. Bentuk ini sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf
pada kulit merupakan reseptor nyeri dan diobati dengan “kompres duduk panas,
analgesik, bahkan anastesi lokal untuk menyangkut thrombus.
Kronik: Berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan
penyambung dan sedikit pembuluh darah.
C. ETIOLOGI
- Keturunan
- Peningkatan tekanan vena akibat mengedan (diet rendah serat), konstipasi
- Perubahan hemodinamik (misalnya selama kehamilan). (Grace, 2007:114)
D. PATOFISIOLOGI
Hemoroid dianggap terjadi akibat kongesti dan pembesaran “fibrovasculer cushion”
(bantalan fibrovaskuler) sepanjang mukosa anus. Dalam keadaan normal, bantalan fibrovaskuler
ini berfungsi mempertahankan mekanisme kontinens defekasi. pada saat tekanan intrarektal
meningkat. Apabila seseorang batuk, bersin, mengedan, kelompok fibrovaskuler ini mengalami
kongesti dan membesar, untuk turut menahan muncratnya feses bersama mekanisme
sfingter.Bantalan fibrovaskuler ini juga perlu dalam menerima sensasi massa rektal yang
melewatinya,apakah cair, solid, atau gas .Telah disepakati bahwa keseringan mengedan /chronic
straining akibat konstipasi , diare, merupakan penyebab patologis hemoroid.
Akibat keseringan mengedan yangkronik, daya lekat bantalan fibrovaskuler tersebut
dengan dinding anorektal dibawahnya sehingga terjadi prolaps jaringan hemoroid interna
melalui kanalis ani. Nutrisi rendah serat, konstipasi, pregnansi dapat meningkatkan tekanan
intra abdomen dan tekanan haemorhoidial, mengakibatkan distensi vena haemorhoidal. Ketika
rectal ampulla membentuk tonjolan, abstruksi vena terjadi. Sebagai akibat dari terulangnya dan
terjadi dalam waktu lama peningkatan tekanan dan obtruksi,dilatasi permanen vena
haemorhoidal terjadi. Akibat dari distensi itu, trombosis dan perdarahan terjadi. Komplikasi
utama adalah perdarahan trombosis dan stragulasi haemoroid. Perdarahan hebat dari trauma
pada vena selama defekasi dapat menyebabkan volume darah menurun dan dapat
menimbulkan resiko kekurangan cairan dan dari perdarahan terjadi resiko injuri yang
mengakibatkan resiko infeksi.
Trombosis dapat terjadi sewaktu-waktu di manifestasikan oleh intensitas nyeri, dapat
menimbulkan takut untuk BAB yang menyebabkan feses mengeras dan terjadi resiko konstipasi.
Strangulasi haemorrhoid, prolap haemorrhoid dalam penyedian darah merupakan bagian dari
spingter anal yang dapat menjadi trombosis ketika darah dalam haemorrhoid membeku.
Sementara itu, kongesti hemoroid juga menyebabkan penipisan/perapuhan mukosa di atasnya
sehingga vaskularisasi meningkat. Secara anatomis, koneksi arteriovenosa, adalah normal tejadi
di bantalan hemoroid tersebut. Dengan semakin menipisnya mukosa di atas bantalan
fibrovaskuler disertai kongesti, jaringan vaskuler pecah dan menimbulkan perdarahan yang
segar (hematoskesia) pada saat defekasi yang disertai feses keras/mengedan.
E. TANDA DAN GEJALA
- Perdarahan saat BAB umumnya merupakan tanda pertama hemoroid
intern akibat trauma oleh feses yang keras.
- Benjolan pada anus
- Nyeri hebat hanya timbul pada hemoroid ekstern yang mengalami
thrombosis.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 Anoskopi

Anoskopi meerupakan pemeriksaan paling akurat dan paling mudah untuk memeriksa kanalis
ani dan distal rektum untuk membedakan diagnosis hemoroid interna atau fisura ani.
Pemeriksaan ini jarang digunakan semenjak pemakaian endoskopi lebih banyak dilakukan.[9]

 Sigmoidoskopi fleksibel atau kolonoskopi

Tidak lebih akurat untuk menegakan diagnosis hemoroid, namun dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan inflammatory bowel disease atau kanker. Kolonoskopi terutama dilakukan pada
pasien perdarahan rektum dengan tanda bahaya atau kelompok populasi sebagai berikut:
 Pasien berusia 50 tahun atau lebih dan belum pernah dilakukan pemeriksaan kolon
menyeluruh dalam 10 tahun terakhir
 Pasien berusia 40 tahun atau lebih yang belum pernah dilakukan pemeriksaan
kolonoskopi dalam 10 tahun terakhir dan memiliki riwayat satu orang keluarga inti
dengan kanker kolorektal atau adenoma pada usia 60 tahun atau kurang.
 Pasien berusia 40 tahun atau lebih yang belum dilakukan pemeriksaan kolonoskopi
dalam lima tahun terakhir dan memiliki riwayat lebih dari satu orang keluarga inti
dengan kanker kolorektal atau adenoma pada usia 60 tahun atau kurang.
 Pasien dengan anemia defisiensi besi
 Pasien dengan hasil pemeriksaan darah samar tinja positif.[6]
 Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium darah dapat dilakukan untuk melihat adanya anemia yang mungkin
disebabkan oleh perdarahan dari hemoroid.

G. PENATALAKSANAAN
Hemoroid adalah normal dan oleh karena tujuan terapi bukan untuk
menghilangkan pleksus hemoroidal tetapi untuk menghilangkan keluhan.
a. Hemoroid derajat 1 dan 2:
- Diberi nasehat tentang makan yaitu makanan berserat tinggi.
- Supositoria dan salep anus
- Dimasukkan kembali secara perlahan disusul dengan istirahat baring dan
kompres lokal untuk mengurangi pembengkakan
- Rendam duduk dengan cairan hangat dapat mengurangi nyeri.
- Skleroterapi
Adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya 5%
fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa di dalam
jaringan areolar yang longgar di bawah hemoroid intern dengan tujuan
menimbulkan peradangan steril yang kemudian menjadi jaringan fibrotik
dan meninggalkan parut. Penyuntikan dilakukan di sebelah atas dari garis
mukokutan dengan jarum yang panjang melalui anuskop. Apabila
penyuntikan dilakukan pada tempat yang tepat maka tidak ada nyeri.
Hemoroid adalah normal dan oleh karena tujuan terapi bukan untuk
menghilangkan pleksus hemoroidal tetapi untuk menghilangkan keluhan.
a. Hemoroid derajat 1 dan 2:
- Diberi nasehat tentang makan yaitu makanan berserat tinggi.
- Supositoria dan salep anus
- Dimasukkan kembali secara perlahan disusul dengan istirahat baring dan
kompres lokal untuk mengurangi pembengkakan
- Rendam duduk dengan cairan hangat dapat mengurangi nyeri.
- Skleroterapi
Adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya 5%
fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa di dalam
jaringan areolar yang longgar di bawah hemoroid intern dengan tujuan
menimbulkan peradangan steril yang kemudian menjadi jaringan fibrotik
dan meninggalkan parut. Penyuntikan dilakukan di sebelah atas dari garis
mukokutan dengan jarum yang panjang melalui anuskop. Apabila
penyuntikan dilakukan pada tempat yang tepat maka tidak ada nyeri.
b. Hemoroid derajat 3 dan 4:
- Ligasi dengan gelang karet
Dengan bantuan anuskop, mukosa di atas hemoroid yang menonjol
dijepit dan ditarik atau dihisap ke dalam tabung ligator khusus. Gelang
karet didoromg dari ligator dan ditempatkan secara rapat disekeliling
mukosa pleksus hemoroidalis. Nekrosis karena iskemia terjadi dalam
beberapa hari. Mukosa bersama karet akan lepas sendiri. Fibrosis dan parut
akan terjadi pada pangkal hemoroid tersebut.
- Bedah beku
Hemoroid dapat dibekukan dengan pendinginan pada suhu yang rendah
sekali.
- Hemoroidektomi
Adalah mekakukan eksisi sehemat mungkin pada anoderm dan kulit yang
normal dengan tidak mengganggu sfingter anus.
H. KOMPLIKASI
- Anemia karena perdarahan hebat
- Strangulasi (perlekatan)
- Thrombosis (Price, 2005:467)

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito-Moyet, Lynda Juall. (2004). Buku Saku Diagnosa Keperawatan.


(2006). alih bahasa Monica Ester. Jakarta: EGC
Mansjoer, dkk. (2000).Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Grace, Pierce A, dkk. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Alih bahasa: dr. Vidhia
Umami. 2007. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Price, Sylvia A. (2002). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
(2005). alih bahasa Huriawati Hartanto. Jakarta:EGC
R. Sjamsuhidayat. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Saputri, Waode Nurhaeny Emba. (2010). Askep Hemoroid.
http://wdnurhaeny.blogspot.com/. diakses tanggal 21 november 2010 pukul
20.30.

Anda mungkin juga menyukai