Anda di halaman 1dari 36

HEMOROID

L/O/G/O
KONSEP TEORI & KONSEP ASKEP

1. PENGERTIAN 6. KOMPLIKASI

2. ETIOLOGI 7. PENATALAKSANAAN MEDIS

3. PATOFISIOLOGI 1. PENGKAJIAN

4. MANIFESTASI KLINIS 2. DIAGNOSA

5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 3. INTERVENSI dan EVALUASi

KONSEP TEORI KONSEP ASKEP


KONSEP TEORI
1. PENGERTIAN
Hemoroid adalah pembengkakan atau distensi vena
di daerah anorektal. Sering terjadi namun kurang
diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri
dan perdarahan. Istilah hemoroid lebih dikenal
sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat awam.
Secara sederhana, kita bisa menganggap hemoroid
sebagai pelebaran pembuluh darah. Hemoroid hampir
mirip dengan varises. Hanya saja, pada varises
pembuluh darah yang melebar adalah pembuluh darah
kaki, sedangkan pada hemoroid pembuluh darah yang
bermasalah adalah vena hemoroidalis di daerah
anorektal.
2. ETIOLOGI 2) Idiopatik, tidak jelas adanya kelainan organik,
Penyebab pelebaran pleksus hanya ada faktor - faktor penyebab timbulnya
hemoroidalis : hemoroid. Faktor faktor yang mungkin berperan :

1) Karena bendungan sirkulasi a. Keturunan atau heriditer

portal akibat kelaian organik b. Anatomi

yang menyebabkan gangguan c. Hal - hal yang memungkinkan tekanan intra


adalah : abdomen meningkat antara lain :

a. Hepar sirosis hepatis * Orang yang pekerjaannya banyak berdiri atau


duduk dimana gaya gravitasi akan mempengaruhi
b. Bendungan vena porta,
timbulnya hemoroid.
misalnya karena thrombosis.
* Gangguan defekasi dan miksi (konstipasi).
c. Tumor intra abdomen,
* Pekerjaan yang mengangkat benda - benda
terutama didaerah pelvis, yang
berat.
menekan vena sehingga
* Tonus spingter ani yang kaku atau lemah.
aliranya terganggu.
3) Faktor predisposisi yaitu : Herediter, Anatomi,
Makanan, Pekerjaan, Psikis dan Senilis, konstipasi dan
kehamilan.
4) Faktor presipitasi adalah faktor mekanisme (kelainan
sirkulasi parsial dan peningkatan tekanan
intraabdominal), fisiologis dan radang.
Umumnya faktor etiologi tersebut tidak berdiri sendiri
tetapi salling berkaitan
3. PATOFISIOLOGI
Pada permulaan terjadi varises hemoroidalis, belum timbul
keluhan-keluhan. Akan timbul bila ada penyulit seperti perdarahan ,
trombus dan infeksi. Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang
disebabkan gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis. Kantung-
kantung vena yang melebar menonjol ke dalam saluran anus dan
rektum terjadi trombosis, ulserasi, perdarahan dan nyeri.
Perdarahan umumnya terjadi akibat trauma oleh feses yang keras.
Darah yang keluar berwarna merah segar meskipun berasal dari vena
karena kaya akan asam. Nyeri yang timbul akibat inflamasi dan edema
yang disebabkan oleh trombosis. Trombosis adalah pembekuan darah
dalam hemoroid. Trombosis ini akan mengakibatkan iskemi pada
daerah tersebut dan nekrosis.
Pada dasarnya hemoroid dibagi menjadi dua klasifikasi, yaitu :
1.  Hemoroid interna, merupakan varises vena hemoroidalis superior
dan media.
2. Hemoroid eksterna, merupakan varises vena hemoroidalis inferior 
Kasifikasi Hemoroid
a. Derajat I : Timbul pendarahan varises, prolapsi
atau tonjolan mokosa tidak melalui anus dan hanya
dapat di temukan dengan proktoskopi.

INTERNA b. Derajat II : Terdapat trombus di dalam varises


sehingga varises selalu keluar pada saat depikasi, tapi
setelah defekasi selesai, tonjolan tersebut dapat
masuk dengan sendirinya.
c. Derajat III : Keadaan dimana varises yang keluar
tidak dapat masuk lagi dengan sendirinya tetapi harus
di dorong.
d. Derajat IV : Suatu saat ada timbul keaadan akut
dimana varises yang keluar pada saat defekasi tidak
dapat di masukan lagi. Biasanya pada derajat ini
timbul thrombus yang di ikuti infeksi dan kadang
kadang timbul perlingkaran anus, sering disebut
dengan Hemoral Inkaresata
a. Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir
EKSTERNA
anus dan sebenarnya adalah hematom, walaupun disebut sebagai
trombus eksterna akut.
Tanda dan gejala yang sering timbul adalah:
- Sering rasa sakit dan nyeri
- Rasa gatal pada daerah hemorid
Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung – ujung
saraf pada kulit merupakan reseptor rasa sakit.
b. Kronik
Hemoroid eksterna kronik atau “Skin Tag” terdiri atas satu lipatan
atau lebih dari kulit anus yang berupa jaringan penyambung dan
sedikit pembuluh darah.
 
4. MANIFESTASI KLINIS
• Gejala utama berupa :
Ø  Perdarahan melalui anus yang berupa darah segar
tanpa rasa nyeri.
Ø  Prolaps yang berasal dari tonjolan hemoroid sesuai
gradasinya.
• Gejala lain yang mengikuti :
Ø  Nyeri sebagai akibat adanya infeksi sekunder atau
trombus.
Ø  Iritasi kronis sekitar anus oleh karena anus selalu
basah.
Ø  Anemia yang menyertai perdarahan kronis yang terjadi.
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan
yaitu inspeksi
dan rektaltouche (colok
Anoskopy Proktosigmoi
dubur) doskopy

Hemoroid dapat Dengan cara ini dapat Untuk memastikan


dilihat hemoroid internus keluhan bukan
diraba apabila
yang tidak menonjol keluar. disebabkan oleh
sangat besar. Penderita dalam posisi proses radang atau
Pemeriksaan colok litotomi. Anoskop dan proses keganasan di
dubur ini untuk penyumbatnya dimasukkan tingkat tinggi. Feses
menyingkirkan dalam anus sedalam harus diperiksa
kemungkinan mungkin, penyumbat terhadap adanya
karsinoma rektum. diangkat dan penderita darah samar.
disuruh bernafas panjang.
Next …

Laboratorium :
Rontgen 
(colon inloop)  Eritrosit
atau  Leukosit
Kolonoskopy
 Hb
6. KOMPLIKASI
Terjadinya Terjadi Peradangan
Trombosis
Perdarahan

Perdarahan akut pada Karena hemoroid Kalau terjadi lecet


umumnya jarang, hanya keluar sehingga
karena tekanan vena
terjadi apabila yang pecah lama - lama darah
adalah pembuluh darah akan membeku hemoroid dapat terjadi
besar. Hemoroid dapat dan terjadi infeksi dan meradang
membentuk pintasan portal trombosis.
sistemik pada hipertensi karena disana banyak
portal, dan apabila kotoran yang ada
hemoroid semacam ini
mengalami perdarahan kuman – kumannya.
maka darah dapat sangat
banyak.
7. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Operasi
Herniadec-
tomy
Terdiri dari :
• Derajat I dan II
• Derajat III dan IV
TERDIRI DARI
3, YAITU : Terdiri dari :
3. • Bedah Konvesional
2. Non Terapi • Bedah Laser
operatif Bedah • Bedah Stapler
Next …
2 ) Non operatif
a. Untuk derajat I dan II
 Diet tinggi serat untuk melancarkan BAB.
 Obat – obat suposituria untuk membantu pengeluaran BAB dan
untuk melunakan feces.
 Anti biotik bila terjadi infeksi.
 Ijeksi skloretika ( Dilakukan antara mokosa dan varises dengan
harapan timbul fibrosis dan hemoroid lalu mengecil ).
 “ Rubber Band Ligation “ yaitu mengikat hemoroid dengan karet
elastic kira – kira I minggu, diharapkan terjadi nekrosis.

b. Untuk derajat III dan IV, dapat dilakukan :


• Pembedahan
• Dapat dilakukan pengikatan atau ligation.
• Dapat dilakukan rendam duduk.
• Dengan jalan suntikan”Sklerotika” ujntuk mengontrol pendarahan
dan kolaps (keluar) hemoroid interna yang kecil sampai sedang.
Next …
3) Terapi Bedah
a. Bedah Konvensional
Saat ini ada 3 teknik yang biasa digunakan yaitu:
1. Teknik Milligan – Morgan
Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat utama.
Basis massa hemoroid tepat diatas linea mukokutan dicekap
dengan hemostat dan diretraksi dari rektum. Kemudian dipasang
jahitan transfiksi catgut proksimal terhadap pleksus hemoroidalis.
Penting untuk mencegah pemasangan jahitan melalui otot sfingter
internus.

2. Teknik Whitehead
Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini
yaitu dengan mengupas seluruh hemoroid dengan mengadakan
reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu.
Lalu mengusahakan kontinuitas mukosa kembali.

3. Teknik Langenbeck
Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier dengan klem.
Lakukan jahitan jelujur di bawah klem dengan cat gut chromic no 2/0.
Kemudian eksisi jaringan diatas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jepitan
jelujur di bawah klem diikat.

b. Bedah Laser
Pada prinsipnya, pembedahan ini sama dengan pembedahan konvensional,
hanya alat pemotongnya menggunakan laser. Saat laser memotong, pembuluh
jaringan terpatri sehingga tidak banyak mengeluarkan darah, tidak banyak
luka dan dengan nyeri yang minimal.
c. Bedah Stapler
Alat yang digunakan sesuai dengan prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini
seperti senter, terdiri dari lingkaran di depan dan pendorong di belakangnya.
Fungsinya adalah sebagai bantalan saat buang air besar
KONSEP ASKEP
1. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien.
Nama :
Jenis kelamin : > pada Laki-laki
Agama :
Umur : 40 – 55 thn
Status :
Tanggal lahir :
Suku Bangsa :

2. Keluhan utama.
Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB.
Ada benjolan pada anus atau nyeri pada saat defikasi.
3. Riwayat penyakit.
 Riwayat penyakit sekarang
Pasien mulai keluar benjolan di anusnya beberapa minggu hanya ada
benjolan yang keluar dan beberapa hari setelah BAB ada darah yang
keluar menetes.
 Riwayat penyakit dahulu
Pasien pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh
atau terulang kembali. Dan pada pasien waktu pengobatan terdahulu
tidak dilakukan pembedahan sehingga akan kembali RPD.

4. Pola kebiasaan dan pemeliharaan kesehatan.


a.  Pola Nutrisi
Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu
melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk
mengetahui status nutrisi pasien, selain juga perlu ditanyakan
kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS.
b.  Pola Istirahat dan Tidur
Adanya nyeri otot dan dan peningkatan suhu tubuh akan
berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat,
selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan
rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit yang banyak orang
mondar-mandir.
c. Pola Aktivitas
Akibat nyeri otot pasien akan cepat mengalami kelelahan pada
aktivitas minimal. Disamping itu pasien juga akan mengurangi
aktivitasnya. Dan untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya sebagian
kebutuhan pasien dibantu oleh perawat dan keluarganya.
d.  Pola Eleminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai
kebiasaan ilusi dan defekasi sebelum dan sesudah MRS. Karena
keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bed
rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat
pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan penurunan
peristaltik otot-otot tractus degestivus.
5.  Pemeriksaan fisik.
Pasien di baringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki di tekuk dan
menempel pada tempat tidur.
a. Inspeksi
 Pada insfeksi lihat ada benjolan sekitar anus.
 Benjolan tersebut terlihat pada saat prolapsi.
 Warna benjolan terlihat kemerahan.
 Benjolan terletak di dalam ( internal .

b. Palpasi
Dilakukan dengan menggunakan sarung tangan ditambah vaselin dengan
melakuakan rektal tucher, dengan memasukan satu jari kedalam anus. Dan
ditemukan benjolan tersebut dengan konsistensi keras, dan juga ada
perdarahan.

6.  Informasi Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
 Hb 14,3N : 14-18 mg/dl
 Lekosit 12-700 N : 4000 – 11.000
 Elektrolit :
1. K 2,8 N : 3,6 – 5,5 mmol/L
2. Na 137,6 N : 135 – 155 mmol/L
3. Cl 107 N : 70 – 108 mmol/L

b. Diagnostik
 Kolonoscopy
 Anoskopy
2. Diagnosa Keperawatan
PRE OPERATIF
1.  Konstipasi berhubungan dengan pembesaran vena hemoroidalis.
2.  Nyeri berhubungan dengan adanya hemoroid pada daerah anus.
3. Perdarahan berhubungan dengan pecahnya vena hemoroidalis yang
ditandai dengan perdarahan waktu BAB.

POST OPERATIF
1. Gangguan rasa nyaman nyeri pada luka operasi berhubungan
dengan adanya jahitan pada luka operasi dan terpasangnya cerobong
anus.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak
adekuat.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
perawatan dirumah.

 
3. Intervensi
Pre Operatif
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

1. Konstipasi Setelah dilakukan 1. Berikan dan 1. Mencegah


berhubungan tindakan keperawatan anjurkan minum dehidrasi secara
dengan selama 2 x 24 jam kurang lebih 2 oral.
pembesaran diharapkan konstipasi liter/hari. 2. Meningkatkan
vena teratasi. 2. Berikan usaha evakuasi
hemoroidalis. KH: posisi semi feses.
a.Pola BAB normal (1- fowler pada 3. Makanan tinggi
2x/minggu). tempat tidur. serat dapar
b.Konsistensi feses 3. Anjurkan melancarkan
lunak. mengkonsumsi proses defekasi.
c.Warna feses kuning. makana tinggi 4. Bunyi usus
d.Klien tidak takut serat. secara umum
untuk BAB. 4. Auskultasi meningkat pada
e.Tidak ada nyeri pada bunyi usus. diare dan
saat BAB menurun pada
konstipasi.
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
5. Hindari makanan 5. Menurnnkan
yang membentuk distres gastrik
gas. dan distensi
6. Kurangi / batasi abdomen.
makana seperti 6. Makanan ini
produk susu. diketahui sebagai
7. Berikan laktasif penyebab
sesuai program konstipasi.
dokter. 7. Membantu
melancarkan
proses defekasi.
2. Nyeri Setelah dilakukan 1.Berikan Posisi 1.Minimalkan
berhubungan tindakan yang nyaman. stimulasi/mening
dengan keperawatan 2.Berikan bantalan katkan relaksasi.
adanya selama 3 x 24 jam dibawah bokong 2.Meminimalkan
hemoroid pada diharapkan nyeri saat duduk. tekanan di bawah
daerah anal. teratasi. 3.Observasi tanda- bokong/meningka
KH: tanda vital. tkan relaksasi.
a.Wajah pasien 4. Ajarkan teknik 3.Untuk
tampak meringis. untuk menguranyi menentukan
b.Skala nyeri rasa nyeri seperti intervensi
berkurang 0-3 atau membaca, menarik selanjutnya.
hilang. nafas panjang, 4.Pengalihan
c.Klien dapat menonton TV, dll. perhatian melalui
istirahat tidur. 5. Berikan kompres kegiatan-
d.TTV Normal dingin pada daerah kegiatan.
TD: 100/80 mmHg anus 3-4 jam 5.Meningkatkan
dilanjutkan dengan relaksasi.
redam duduk 6.Menurunkan
hangat 3-4 x/hari. ketidaknyamana
6. Berikan n fisik.
lingkungan yang 7.Mengurangi
tenang. nyeri dan
7. Kolaborasi menurunkan
dengan dokter rangsang saraf
untuk pemberian simpatis dan
analgesik, pelunak untuk
feses dan dilakukan mengangkat
hemoroidectomi. hemoroid.
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
3. Perdarahan Setelah dilakukan 1.Observasi TTV. 1.Untuk
berhubungan tindakan 2.Monitor menentukan
dengan keperawatan banyaknya tindakan
pecahnya vena selama 3 x 24 jam perdarahan klien. selanjutnya.
hemoroidalis diharapkan 3.Kaji ulang 2.Untuk
yang ditandai kekurangan nutrisi tingkat toleransi menentukan
dengan terpenuhi. aktifiitas klien. tingkat
perdarahan KH: 4.Memandirikan kehilangan
waktu BAB. a.Konjungtiva klien klien dalam cairan.
merah muda. melakukan 3.Untuk
b.Hb Normal (12- aktifitas sehari- mengetahui
14 g/dl). hari. tingkat
Kolaborasi: kelemahan klien.
4.Mengurangi
ketergantungan
aktifitas klien
dengan bantuan
perawat.
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
14 g/dl). Kolaborasi: perawat.
c.Tidak ada 1.Konsultasikan Kolaborasi:
perdarahan nutrisi untuk klien 1.Untuk menentukan
v.hemoroid. dengan ahli gizi. kebutuhan nutrisi
d.Dapat 2.Berikan vitamin yang tepat pada
melakukan K dan B12 sesuai klien.
aktivitas mandiri. indikasi. 2.Untuk membantu
e.Klien tidak cepat 3.Konsultasi proses pembekuan
lelah setelah dengan ahli gizi. darah dan Untuk
beraktivitas. 4.Berikan cairan meningkatkan
f.Aktifitas klien IV. produksi sel darah
sudah tidak merah.
dibantu oleh 3.Untuk menentukan
perawat. diet yang tepat bagi
klien.
4.Untuk
menggantikan
banyaknya darah
yang hilang selama
perdarahan.
Post Operatif
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. Gangguan rasa Setelah dilakukan 1. Beri posisi tidur 1.Dapat
nyaman nyeri tindakan yang menurunkan
pada luka keperawatan menyenangkan tegangan
operasai selama 2 x 24 jam pasien. abdomen
berhubungan berkurangnya rasa 2. Ganti balutan 2. Melindungi
dengan adanya nyeri pada daerah setiap pagi sesuai pasien dari
jahitan pada pasca operasi. tehnik aseptik kontaminasi
luka operasi dan KH: 3. Latihan jalan silang selama
terpasangnya a. Tidak terdapat sedini mungkin penggantian
cerobong anus. rasa nyeri pada 4. Observasi balutan. Balutan
luka operasi daerah rektal basah bertindak
b. Pasien dapat apakah ada sebagai
beraktivitas sesuai perdarahan penyerap
kemampuan 5. Berikan kontaminasi
c. Skala nyeri 0-3 penjelasan tentang eksternal
d. Klien tampak 3. Menurunkan
rileks masalah yang
terjadi karena
imobilisasi
4. Perdarahan
pada
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
tujuan pemasangan jaringan, inflamasi
cerobong anus lokal atau terjadinya
(untuk mengalirkan infeksi dapat
sisa-sisa meningkatkan rasa
perdarahan yang di nyeri
dalam bisa keluar) 5. Pengetahuan
6. Cerobong anus tentang manfaat
dilepas sesuai cerobong anus dapat
advice dokter membuat pasien
paham guna
cerobong anus untuk
kesembuhan lukanya
6.    Meningkatkan
fungsi fisiologis anus
dan memberikan
rasa nyaman pada
daerah anus pasien
karena tidak ada
sumbatan
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
2. Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Observasi 1. Respon
berhubungan tindakan tanda vital autonomik
dengan keperawatan selama 2. Observasi meliputi TD,
pertahanan 2 x 24 jam infeksi balutan setiap 2 respirasi, nadi
primer tidak tidak terjadi. jam, periksa yang
adekuat. KH: terhadap berhubungan
a.tidak terdapat perdarahan dan dengan keluhan /
tanda-tanda infeksi bau. penghilang nyeri .
(dolor, kalor, rubor, 3. Ganti balutan Abnormalitas
tumor, fungsiolesa) dengan teknik tanda vital perlu di
b.TTV Normal (TD: aseptik observasi secara
120/80 mmHg, N: 4. Bersihkan area lanjut
96 x/menit, S: 36,7 perianal setelah 2. Deteksi dini
setiap defekasi terjadinya proses
5. Berikan diet infeksi dan /
rendah serat dan pengawasan
minum yang penyembuhan
cukup luka oprasi yang
ada sebelumnya
3. Mencegah
meluas
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
O
C, RR: 18 dan membatasi
x/menit) penyebaran luas infeksi
c.luka mengering atau kontaminasi silang
4. Mengurangi /
mencegah kontaminasi
daerah luka
5. Mengurangi
rangsangan pada anus
dan mencegah
mengedan pada waktu
defekasi

3. Kurang Setelah dilakukan 1. Diskusikan 1. Pengetahuan tentang


pengetahuan tindakan pentingnya diet berguna untuk
berhubungan keperawatan penatalaksana melibatkan pasien
dengan selama 2 x 24 an diet rendah dalam merencanakan
kurangnya jam klien dapat sisa atau serat. diet dirumah yang
informasi melakukan sesuai dengan yang
perawatan perawatan area dianjurkan oleh ahli gizi
dirumah. anal dirumah.
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KH: 2. Demontrasikan 2. Pemahaman akan
a.pasien perawatan area anal meningkatkan kerja
mengerti tentang dan minta pasien sama pasien dalam
perawatan menguilanginya program terapi,
dirumah 3. Berikan rendam meningkatkan
b.keluarga duduk penyembuhan dan
mengerti tentang 4. Bersihakan area proses perbaikan
proses penyakit anus dengan baik terhadap
dan dan keringkan penyakitnya
perawatannya seluruhnya setelah 3. Meningkatkan
c.pasien defekasi kebersihan dan
menunjukkan kenyaman pada
wajah tengang daerah anus (luka
atau polaps)
4. Melindungi area
anus terhadap
kontaminasi kuman-
kuman yang berasal
dari sisa defekasi
agar tidak terjadi
infeksi
4. EVALUASI
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan konstipasi
teratasi
2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri yang
dirasakan klien berkurang
3. Setelah dilakukan tindakan keperawatan perdarahan
waktu BAB berkurang

 
Thank You!

L/O/G/O

Anda mungkin juga menyukai