Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

A DENGAN GANGGUAN
SISTEM PENCERNAAN : POST HEMOROIDEKTOMI

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan perioperative


Dosen Mata Ajar: Rudi Haryono, S.Kep.,Ns.

Disusun oleh:

Ika Rahma Wardani (2520142494)

Novialita Aryadi (2520142506)

3B

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal.
Hemoroid sangat umum terjadi (Smeltzer dan Bare, 2002). Hemoroid atau
“wasir” merupakan vena varikosa pada kanalis ani dan dibagi menjadi 2 jenis
yaitu, hemoroid interna dan eksterna. Hemoroid interna merupakan varises
vena hemoroidalis superior dan media, sedangkan hemoroid eksterna
merupakan varises vena hemoroidalis inferior. Sesuai istilah yang digunakan,
hemoroid eksterna timbul disebelah luar otot sfingter ani, dan hemoroid
interna timbul disebelah atas (atau disebelah proksimal) sfingter.
Kedua jenis hemoroid ini sangat sering dijumpai dan terjadi pada
sekitar 35% penduduk yang berusia lebih dari 25 tahun. Walaupun keadaan
ini tidak mengancam jiwa, namun dapat menimbulkan perasaan yang sangat
tidak nyaman. Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh
gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis. Telah diajukan beberapa faktor
etiologi yaitu konstipasi, diare, sering mengejan, kongesti pelvis pada
kehamilan, pembesaran prostat, fibroid uteri, dan tumor rektum. Penyakit hati
kronik yang disertai hipertensi portal sering mengakibatkan hemoroid, karena
vena hemoroidalis superior mengalirkan darah ke dalam sistem portal. Selain
itu sistem portal tidak mempunyai katup, sehingga mudah terjadi aliran balik
(Price dan Wilson, 2006).
Probosuseno (2009) menjelaskan bahwa semua orang dapat terkena
wasir. Namun yang paling sering adalah multipara (pernah melahirkan anak
lebih dari sekali). Insidensinya sekitar 5-35 % dari masyarakat umum dan
terutama yang berusia lebih dari 25 tahun, dan jarang terjadi di bawah usia 20
tahun kecuali wanita hamil.
Keluhan yang biasanya dirasakan oleh pasien hemoroid adalah nyeri,
terdapatnya benjolan pada anus dan perdarahan. Adapun keluhan dapat diatasi
dengan berbagai tindakan. Ada beberapa alternatif lain untuk menangani
hemoroid yaitu dengan hemoroidektomi. komplikasi yang mungkin terjadi
setelah tindakan operasi yaitu perdarahan, trombosis, dan strangulasi
hematoma (hemoragi) dan infeksi pada luka setelah operasi. Sedangkan
komplikasi sebelum pembedahan adalah berkurangnya sel darah (anemia),
dan hipotensi jika tidak segera ditangani dapat mengakibatkan perdarahan
hebat (Smeltzer dan Bare, 2002).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan hemoroid?
2. Apa penyebab penyakit hemoroid?
3. Bagaimana klasifikasi dari penyakit hemoroid?
4. Bagaimana patofisiologi dari penyakit hemoroid?
5. Apa manifestasi klinis penyakit hemoroid?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik penyakit hemoroid?
7. Apa komplikasi dari penyakit hemoroid?
8. Bagaimana penatalaksanaan penyakit hemoroid?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit hemoroid?

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memahami dan menerapkan asuhan keperawatan terhadap klien dengan
penyakit hemoroid secara komprehensif melalui bio-psiko-sosial-spiritual.
2. Tujuan Khusus
Melalui aspek bio-psiko-sosial-spiritual diharapkan siswa mampu :
a. Melaksanakan pengkajian terhadap klien dengan penyakit hemoroid.
b. Mampu mendiagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas masalah.
c. Mampu membuat rencana tindakan dalam praktek nyata sesuai dengan
masalah yang telah diprioritaskan.
d. Mampu melaksanakan tindakan dalam praktek nyata sesuai dengan
masalah yang telah diprioritaskan.
e. Mampu menilai dan mengevaluasi hasil dari tindakan yang telah
dilaksanakan pada klien dengan penyakit hemoroid.
f. Mampu mendokumentasikan rencana tindakan asuhan keperawatan
yang dilaksanakan.
g. Mampu membahas kesenjangan antara teori yang diperoleh dengan
studi kasus atau penerapan di lapangan.

D. MANFAAT
Diharapkan mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang
penyakit hemoroid, sehingga dapat memberikan informasi kepada masyarakat
dan bisa menjadi acuan serta pedoman dalam memberikan asuhan
keperawatan di Rumah Sakit nantinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Hemoroid adalah pembesaran vena (varises) dari pleksus venosis
hemoroidalis yang diketemukan pada anal kanal (Mulyanti & Diyono, 2013).
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal.
Hemoroid internal yaitu hemoroid yang terjadi diatas spingter anal sedangkan
yang muncul di spingter anal disebut hemoroid eksternal ( Suzanne C, 2006 ).

B. ETIOLOGI
Menurut Muttaqin & Sari (2011) penyebab dari hemoroid dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Peningkatan tekanan intra-abdomen. Misalnya : kegemukan, kehamilan
konstipasi.
2. Komplikasi dari penyakit cirrhosis hepatis.
3. Terlalu banyak duduk.
4. Tumor abdomen/pelvis.
5. Mengejan saat BAB.
6. Hipertensi portal.
7. Konsumsi makanan rendah serat.

C. KLASIFIKASI
Ada dua jenis hemoroid menurut Mulyanti & Diyono (2013) antara lain :
1. Hemoroid eksternal
Pembesaran vena rektalis inferior yang terletak di bawah linea dinata dan
ditutup epitel gepeng, anoderm serta kulit peranal.
Ciri-ciri :
a. Nyeri sekali akibat peradangan.
b. Edema akibat thrombosis.
c. Nyeri yang semakin bertambah.
2. Hemoroid internal
Pembesaran vena yang berdilatasi pada pleksus rektalis superior dan
media yang timbul di atas lenia dinata dan dilapisi oleh mukosa.
Hemoroid internal dibagi menjadi empat derajat :
a. Derajat I
Dilatasi pleksus hemoroid superior yang tidak mengalami prolapse dan
hanya terdapat luka kecil yang masuk pada anak kanal.
b. Derajat II
Pada waktu gerak, benjolan keluar (prolapse) dan waktu selasai berak,
masuk sendiri tanpa didorong dengan jari/secara spontan.
c. Derajat III
Benjolan yang keluar waktu berak tidak dapat masuk sendiri tanpa
didorong dengan jari/secara manual.
d. Derajat IV
Benjolan mengalami inkarsesasi dan tidak dapat didorong masuk ke
anus.

D. PATOFISIOLOGI
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan
aliran balik dari vena hemoroidalis. Telah diajukan beberapa faktor etiologi
yaitu konstipasi, diare, sering mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan,
pembesaran prostat, fibroid uteri, dan tumor rektum. Penyakit hati kronis yang
disertai hipertensi portal sering mengakibatkan hemoroid, karena vena
hemoroidalis superior mengalirkan darah ke sistem portal. Selain itu system
portal tidak mempunyai katup, sehingga mudah terjadi aliran balik. Hemoroid
dapat dibedakan atas hemoroid eksterna dan interna.
Hemoroid eksterna di bedakan sebagai bentuk akut dan kronis. Bentuk
akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya
merupakan suatu hematoma, walaupun disebut sebagai hemoroid trombosis
eksternal akut. Bentuk ini sering terasa sangat nyeri dan gatal karena ujung-
ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. Kadang-kadang perlu
membuang trombus dengan anestesi lokal, atau dapat diobati dengan
“kompres duduk” panas dan analgesik. Hemoroid eksterna kronis atau skin
tag biasanya merupakan sekuele dari hematom akut. Hemoroid ini berupa satu
atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan ikat dan sedikit
pembuluh darah. (Price, 2005)

E. PATHWAY
Konstipasi, sering mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prostat,
fibroid uteri, dan tumor rectum
Kongesti vena
( gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis )
Hemoroid
Hemoroidectomy

Efek anestesi Luka Insisi


Perubahan system tubuh
Jaringan Perifer Takut
Resiko Infeksi
Terputus gerak
Gastro Kardio Sistem Spasme
Intestinal Vaskuler Pernafasan Nyeri Otot

Peristaltik Nadi TD respon paru


usus Akral dingin Gangguan
Gangguan
pola tidur Mobilitas
Pola nafas
Konsti Gangguan perfusi Fisik
tidak
pasi jaringan perifer
efektif
F. MANIFESTASI KLINIS
Adapun manifestasi klinis dari penyakit hemoroid menurut Mulyanti &
Diyono (2013) yaitu :
1. Gangguan pada anus : nyeri, konstipasi, perdarahan.
2. Benjolan pada anus yang menetap pada hemoroid eksternal sedangkan
pada hemoroid internal benjolan tanpa prolapse mukosa dan keduanya
sesuai dengan gradasinya.
3. Dapat terjadi anemia bila hemoroid mengalami perdarahan kronis.
4. Perdarahan peranus waktu gerak yang berupa darah merah segar yang
menetes/mengucur tanpa rasa nyeri.
5. Bila terdapat bekuan darah pada saat gerak maka dapat menyebabkan
infeksi dan menimbulkan rasa nyeri.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostic pada penyakit hemoroid yang harus diperhatikan
menurut Mulyanti & Diyono (2013) yaitu :
1. Inspeksi
Kemungkinan tidak ditemukan apa-apa, mungkin terlihat benjolan
hemoroid internal/eksternal yang prolapse.
2. Pemeriksaan rektal secara langsung
Mengetahui bunyi pada sfingter internal dan biasanya pada laki-laki muda
terdapat bunyi yang cepat.
3. Colok dubur
Tidak diketemukan benjolan kecuali sudah terjadi thrombus, pemeriksaan
ini harus dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan/penyakit lain.
4. Anoscopy
Pemeriksaan untuk mengetahui adakah terjadi pergeseran pada organ
dalam dibagian bawah yang menyebabkan hemoroid.
5. Sigmordscopy dan barium enema
Pemeriksaan pada usus/ kolon sigmoid untuk mengetahui adakah kanker
atau inflamasi. Pemeriksaan ini penting terutama pada klien umur >40
tahun.
6. Proktoscopy
Pemeriksaan untuk melihat lokasi hemoroid internal yang ada pada tiga
tempat utama.

H. KOMPLIKASI
Ada 2 komplikasi pada penyakit hemoroid menurut Mulyanti & Diyono
(2013) :
1. Perdarahan.
Bila deras dan banyak/akut dapat menjadi syok hipovolemik, sedangkan
perdarahan kronis dapat menyebabkan anemia.
2. Inkarserasi dapat berkembang yang kemudian mengalami iritasi dan
infeksi sehingga dapat terjadi sepsis.

I. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis pada penyakit hemoroid menurut Muttaqin & Sari
(2011) antara lain :
1. Hemoroid Eksternal
Pada hemoroid ini bila sudah mengalami thrombus dapat dilakukan
hemoroidektomi.
2. Hemoroid Internal
a. Derajat 1
Konservatif dengan diet berserat dan laxantia ringan.
b. Derajat II
Konservatif.
c. Derajat III
Operatif/hemoroidektomi.
1) Soliter : cara langenbeck.
2) Jam 3,7,11 : cara miligan morgan.
3) Sirkuler : cara whileheat.
d. Derajat IV
Operatif, cara whileheat.
3. Pengobatan konservatif
a. Laxantia.
b. Bedres dilakukan bila nyeri mengganggu aktivitas.
c. Hindari konstipasi dengan diet tinggi serat, minum banyak, makan
buah-buahan.
4. Rendaman duduk
a. Rendaman dilakukan setelah mandi dengan air hangat kurang lebih 15-
20 menit.
b. Rendaman sebaiknya dilakukan setelah BAB
c. Tujuan mengurangi nyeri, merangsang sirkulasi darah, reabsorpsi
edema, desinfektan, membersihkan luka.
5. Operatif
a. Rugger band ligation : dengan bantuan alat anascopy.
b. Cryosurgical hemoroidektomi jarang dilakukan kalau penyembuhan
luka lama.
c. Lasettherapi dilakukan pada hemoroid eksternal.
d. Sifat cepat dan tidak nyeri.
J. DIAGNOSA YANG LAZIM MUNCUL
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik post operasi
hemoroidektomi.
2. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi pasca bedah.
3. Resiko infeksi dengan faktor prosedur invasive.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan imobilisasi.
5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleran aktivitas.

K. INTERVENSI KEPERAWATAN SESUAI DIAGNOSA TEORI


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik post operasi
hemoroidektomi
a. Tujuan : Nyeri berkurang setelah perawatan …x24 jam dengan kriteria
hasil :
1) Mengenali kapan nyeri terjadi (4)
2) Menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa analgesic (4)
3) Menggunakan analgesic yang direkomendasikan (4)
b. Intervensi :
1) Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau
beratnya nyeri dan factor pencetus.
2) Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan
terutama pada mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara
efektif.
3) Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi.
4) Gali bersama pasien factor-faktor yang dapat menurunkan atau
memperberat nyeri.
5) Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan dirasakan, dan antisipasi dari ketidaknyamanan
akibat prosedur.
6) Kolaborasi dengan Dokter
2. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi pasca bedah.
a. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24 jam
konstipasi tidak terjadi dengan kriteria hasil :
1) Suara bising usus (4)
2) Pola eliminasi (4)
3) Control gerakan usus (4)
b. Intervensi :
1) Monitor tanda dan gejala konstipasi
2) Monitor bising usus
3) Instrusikan pada pasien diet tinggi serat
4) Dukung peningkatan asupan cairan
5) Identifikasi factor-faktor yang menyebabkan atau berkonstribusi pada
terjadinya konstipasi
6) Instrusikan pasien/keluarga untuk mencatat warna, volume, frekuensi,
dan konsistensi dari feses.
7) Dukung peningkatan asupan cairan, jika tidak ada kontraindikasi.
8) Kolaborasi dengan dokter

3. Resiko infeksi dengan faktor prosedur invasive


a. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24 jam
konstipasi tidak terjadi infeksi dengan kriteria hasil :
1) Demam (5)
2) Depresi jumlah sel darah putih (5)
3) Menggigil (5)
b. Intervensi :
1) Batasi jumlah pengunjung.
2) Bersihkan lingkungan dengan baik setelah digunakan untuk setiap
pasien
3) Ganti peralatan perawatan perpasien sesuai protocol institusi
4) Isolasi orang yang terkena penyakit menular
5) Anjurkan pasien mengenai teknik mencuci tangan dengan tepat.
6) Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki
dan meninggalkan ruangan pasien.
7) Pastikan teknik perawatan luka yang tepat.
8) Kolaborasi dengan dokter

DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C. & Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta. EGC.

Diyono & Mulyanti, Sri. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Sistem


Pencernaan. Jakarta. Kencana

Muttaqin, Arif & Sari, Kumala. 2011. Gangguan Gastrointestinal


Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. Salemba
Medika

Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis & Proses-


Proses Penyakit. Edisi 6. Volume 1. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai