Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH STUDENT ORAL CASE ANALYSIS (SOCA) KEPERAWATAN

MEDIKAL BEDAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S YANG MENGALAMI


GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS HEMOROID
DI RUANG BEDAH
RSUD Dr.H. BOB BAZAR SKM KALIANDA

DISUSUN OLEH :
WAHYU PRATAMA (2014901087)

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
PROGRAM STUDI PROFESI NERS TANJUNGKARANG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warohmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kita panjatkan kehadirat allah swt, yang telah memberikan
nikmat,rahmat, dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan malakalah
“student oral case analysis”(SOCA). Solawat serta salam tak lupa kita sanjungkan
kepada nabi Muhammad saw,keluarga , sahabat,dan kita sebagai penerusnya di akhir
zaman kelak.

Tak lupa kami ucapkan kepada pasilitator , teman teman yang tealh
membantu dalam mempelajari, memahami, dan menyelesaikan makalah ini. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran nya dari penguji dan pembaca agar
kami dapat memperbaiki kesalahan di kemudian hari.

Demikian yang dapat saya sampaikan. Akhir kata kami ucapkan terimakasih dan
semoga laporan ini dapat bermanfaat.

Wassalamualaikum warohmatullahi wabarakatuh

Kalianda , 15 desember 2021

Penyusun

i
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN HEMORROID

A. DEFINISI HEMOROID
Hemoroid dalah varises dari pleksus hemoroidalis yang menimbulkan
keluhan dan gejala – gejala.Varises atau perikosa : mekarnya pembuluh darah
atau vena (pleksus hemoroidalis) sering terjadi pada usia 25 tahun sekitar 15
%. Hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen atau lebih vena-vena
hemoroidales (bacon) (Kapita Selekta Kedokteran).
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis yang
tidak merupakan keadaan patologik (Buku Ajar Ilmu Bedah). Hemoroid
adalah dilatasi varikosus vena pleksus hemoroidalis inferior atau superior,
akibat peningkatan tekanan vena yang persisten (Kamus Kedokteran Dorland).
Hemoroid adalah bagian vena yang berdolatasi kanal anal. Hemoroid
dibagi menjadi 2, yaitu hemoroid interna dan eksterna. Hemoroid interna
merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media dan hemoroid
eksterna merupakan varises vena hemoroidalis inferior. Sesuai dengan istilah
yang digunakan, maka hemoroid eksterna timbul disebelah luar otot sfingter
ani, dan hemoroid interna timbul di sebelah dalam sfingter. (Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah).

B. ETIOLOGI
Faktor predisposisi merupakan faktor penyebab yang berasal dari
herediter, anatomi, makanan, psikis dan sanitasi. Sedangkan sebagai faktor
presipitasi adalah faktor mekanis (kelainan sirkulasi parsial dan peningkatan
tekanan intra abdominal). Menurut Tambayong (2000) faktor predisposisi
dapat diakibatkan dari kondisi hemoroid. Hemoroid berdarah akibat dari
hipertensi portal kantong-kantong vena yang melebar menonjol ke dalam
saluran anus dan rectum. Apabila terjadi trombosis, ulserasi, dan perdarahan
maka akan menimbulkan nyeri. Darah segar sering tampak sewaktu defekasi
atau mengejan. Menurut Smeltzer dan Bare (2002) hemoroid sangat umum
terjadi pada usia 50-an. 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid
ii
berdasarkan vena yang melebar. Faktor penyebab terjadinya hemoroid adalah
sebagai berikut:
 Mengejan pada waktu defekasi.
 Konstipasi menahun tanpa pengobatan.
 Pola buang air besar yang salah.
 Peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor.
 Kehamilan.
 Usia tua.
 Diare kronik.
 Hubungan seks peranal.
 Kurang minum air.
 Kurang Olahraga.

C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang dapat ditimbulkan antara lain :
 Timbul rasa gatal dan nyeri.
 Perdarahan berwarna merah terang saat defekasi.
 Pembengkakakn pada area anus.
 Nekrosis pada area disekitar anus.
 Perdarahan/prolaps.

D. PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan normal sirkulasi darah yang melalui vena hemoroidalis
mengalir dengan lancar sedangkan pada keadaan hemoroid terjadi gangguan
aliran darah balik yang melalui vena hemoroidalis. Gangguan aliran darah ini
antara lain dapat disebabkan oleh peningkatan tekanan intra abdominal.
Apabila aliran darah vena balik terus terganggu maka dapat menimbulkan
pembesaran vena (varices) yang dimulai pada bagian struktur normal di regio
anal, dengan pembesaran yang melebihi katup vena dimana sfingter ani
membantu pembatasan pembesaran tersebut. Hal ini yang menyebabkan pasien
merasa nyeri dan feces berdarah pada hemoroid interna karena varices terjepit
oleh sfingter ani. Peningkatan tekanan intra abdominal menyebabkan
peningkatan vena portal dan vena sistemik dimana tekanan ini disalurkan ke

iii
vena anorektal. Arteriola regio anorektal menyalurkan darah dan peningkatan
tekanan langsung ke pembesaran (varices) vena anorektal. Dengan
berulangnya peningkatan tekanan dari peningkatan tekanan intra abdominal
dan aliran darah dari arteriola, pembesaran vena (varices) akhirnya terpisah
dari otot halus yang mengelilinginya ini menghasilkan prolap pembuluh darah
hemoroidalis. Hemoroid interna terjadi pada bagian dalam sfingter anal, dapat
berupa terjepitnya pembuluh darah dan nyeri, hal ini akan menyebabkan
pendarahan dalam feces. Jumlah darah yang hilang sedikit tetapi apabila dalam
waktu yang lama bisa menyebabkan anemia. Hemoroid eksternaakan ditandai
di bagian luar sfingter anal tampak merah kebiruan, jarang menyebabkan
perdarahan dan nyeri kecuali bila vena ruptur. Jika ada darah beku (trombus)
dalam hemoroid eksternal bisa menimbulkan peradangan dan nyeri hebat.

iv
E. PATHWAY

v
F. PENATALAKSANAAN HEMOROID
Penatalaksaan Konservatif
Sebagian besar kasus hemoroid derajat I dapat ditatalaksana dengan
pengobatan konservatif. Tatalaksana tersebut antara lain koreksi konstipasi
jika ada, meningkatkan konsumsi serat, laksatif, dan menghindari obat-
obatan yang dapat menyebabkan kostipasi seperti kodein (Daniel, 2010).
Penelitian meta-analisis akhir-akhir ini membuktikan bahwa suplemen
serat dapat memperbaiki gejala dan perdarahan serta dapat
vi
direkomendasikan pada derajat awal hemoroid (Zhou dkk, 2006).
Perubahan gaya hidup lainnya seperti meningkatkan konsumsi cairan,
menghindari konstipasi dan mengurangi mengejan saat buang air besar
dilakukan pada penatalaksanaan awal dan dapat membantu pengobatan
serta pencegahan hemoroid, meski belum banyak penelitian yang
mendukung hal tersebut.
Kombinasi antara anestesi lokal, kortikosteroid, dan antiseptik dapat
mengurangi gejala gatal-gatal dan rasa tak nyaman pada hemoroid.
Penggunaan steroid yang berlama-lama harus dihindari untuk mengurangi
efek samping. Selain itu suplemen flavonoid dapat membantu mengurangi
tonus vena, mengurangi hiperpermeabilitas serta efek antiinflamasi meskipun
belum diketahui bagaimana mekanismenya (Acheson dan Scholrfield, 2008).

Pembedahan
Acheson dan Scholfield (2008) menyatakan apabila hemoroid internal
derajat I yang tidak membaik dengan penatalaksanaan konservatif maka
dapat dilakukan tindakan pembedahan. HIST (Hemorrhoid Institute of
South Texas) menetapkan indikasi tatalaksana pembedahan hemoroid
antara lain:
 Hemoroid internal derajat II berulang.
 Hemoroid derajat III dan IV dengan gejala
 Mukosa rektum menonjol keluar anus
 Hemoroid derajat I dan II dengan penyakit penyerta seperti fisura.
 Kegagalan penatalaksanaan konservatif
 Permintaan pasien.

Pembedahan yang sering dilakukan yaitu:


a) Skleroterapi. Teknik ini dilakukan menginjeksikan 5 mL oil phenol 5 %,
vegetable oil, quinine, dan urea hydrochlorate atau hypertonic salt solution.
Lokasi injeksi adalah submukosa hemoroid. Efek injeksi sklerosan
tersebut adalah edema, reaksi inflamasi dengan proliferasi fibroblast, dan
trombosis intravaskular. Reaksi ini akan menyebabkan fibrosis pada
sumukosa hemoroid. Hal ini akan mencegah atau mengurangi prolapsus
jaringan hemoroid (Kaidar-Person dkk, 2007). Senapati (1988) dalam
vi
i
Acheson dan Scholfield (2009) menyatakan teknik ini murah dan mudah
dilakukan, tetapi jarang dilaksanakan karena tingkat kegagalan yang tinggi.
b) Rubber band ligation. Ligasi jaringan hemoroid dengan rubber band
menyebabkan nekrosis iskemia, ulserasi dan scarring yang akan
menghsilkan fiksasi jaringan ikat ke dinding rektum. Komplikasi
prosedur ini adalah nyeri dan perdarahan.
c) Infrared thermocoagulation. Sinar infra merah masuk ke jaringan dan
berubah menjadi panas. Manipulasi instrument tersebut dapat
digunakan untuk mengatur banyaknya jumlah kerusakan jaringan.
Prosedur ini menyebabkan koagulasi, oklusi, dan sklerosis jaringan
hemoroid. Teknik ini singkat dan dengan komplikasi yang minimal.
d) Bipolar Diathermy. Menggunakan energi listrik untuk mengkoagulasi
jaringan hemoroid dan pembuluh darah yang memperdarahinya.
Biasanya digunakan pada hemoroid internal derajat rendah.
e) Laser haemorrhoidectomy.
f) Doppler ultrasound guided haemorrhoid artery ligation. Teknik ini
dilakukan dengan menggunakan proktoskop yang dilengkapi dengan
doppler probe yang dapat melokalisasi arteri. Kemudian arteri yang
memperdarahi jaringan hemoroid tersebut diligasi menggunakan
absorbable suture. Pemotongan aliran darah ini diperkirakan akan
mengurangi ukuran hemoroid.
g) Cryotherapy. Teknik ini dilakukan dengan menggunakan temperatur yang
sangat rendah untuk merusak jaringan. Kerusakan ini disebabkan kristal yang
terbentuk di dalam sel, menghancurkan membran sel dan jaringan. Namun
prosedur ini menghabiskan banyak waktu dan hasil yang cukup
mengecewakan. Cryotherapy adalah teknik yang paling jarang dilakukan
untuk hemoroid (American Gastroenterological Association, 2004).
h) Stappled Hemorrhoidopexy. Teknik dilakukan dengan mengeksisi
jaringan hemoroid pada bagian proksimal dentate line. Keuntungan pada
stappled hemorrhoidopexy adalah berkurangnya rasa nyeri paska operasi
selain itu teknik ini juga aman dan efektif sebagai standar
hemorrhoidectomy (Halverson, 2007).

Menurut Nagie (2007), PENCEGAHAN HEMOROID dapat dilakukan


vi
ii
dengan:
Konsumsi serat 25-30 gram sehari. Makanan tinggi serat seperti buah-
buahan, sayur-mayur, dan kacang-kacangan menyebabkan feses menyerap air
di kolon. Hal ini membuat feses lebih lembek dan besar, sehingga
mengurangi proses mengedan dan tekanan pada vena anus.
 Minum air sebanyak 6-8 gelas sehari
 Mengubah kebiasaan buang air besar. Segera ke kamar mandi saat
merasa akan buang air besar, jangan ditahan karena akan memperkeras
feses. Hindari mengejan.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG HEMOROID


Anal canal dan rektum diperiksa dengan menggunakan anoskopi
dan sigmoidoskopi. Anoskopi dilakukan untuk menilai mukosa rektal dan
mengevaluasi tingkat pembesaran hemoroid (Halverson, 2007). Side-viewing
pada anoskopi merupakan instrumen yang optimal dan tepat untuk
mengevaluasi hemoroid. Allonso-Coello dan Castillejo (2003) dalam
Kaidar-Person, Person, dan Wexner (2007) menyatakan bahw
ketika dibandingkan dengan sigmodoskopi fleksibel, anoskopi mendeteksi
dengan presentasi lebih tinggi terhadap lesi di daerah anorektal.
Gejala hemoroid biasanya bersamaan dengan inflamasi pada anal
canal dengan derajat berbeda. Dengan menggunakan sigmoidoskopi, anus
dan rektum dapat dievaluasi untuk kondisi lain sebagai diagnosa banding
untuk perdarahan rektal dan rasa tak nyaman seperti pada fisura anal dan
fistula, kolitis, polip rektal, dan kanker. Pemeriksaan dengan
menggunakan barium enema X-ray atau kolonoskopi harus dilakukan
pada pasien dengan umur di atas 50 tahun dan pada pasien dengan
perdarahan menetap setelah dilakukan pengobatan terhadap hemoroid
(Canan, 2002).
Pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi atau rectoscopy
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol
keluar. Anoskopi dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita
dalam posisi litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus
sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas
ix
panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke
dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran
hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata.
Banyaknya benjolan, derajatnya besarnya dan keasaan lain dalam anus seperti
polip, fissure ani dan tumor ganas harus diperhatikan. Menurut Acheson dan
Scholefield (2006), penatalaksanaan hemoroid dapat dilakukan dengan
beberapa cara sesuai dengan jenis dan derajat daripada hemoroid.

x
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian data keperawatan pada klien hernia menurut Suratun. 2010yaitu :
1. pre operasi
1) identitas pasien meliputi nama pasien, umur, tempat tanggal lahir,penanggung
jawab pasien dll.
2) riwayat penyakit sekarang
3) riwayat penyakit sebelumnya
4) riwayat penyakit keluarga
5) data penunjang.
6) Aktivitas/istirahat : Klien dilakukan anamneses mengenai riwayat pekerjaan,
mengangkat beban berat, duduk dan mengemudi dalam waktu yang lama,
membutuhkan papan matras untuk tidur. Pada pemeriksaan fisik klien mengalami
penurunan rentang gerak, tidak mampu melakukan aktivitas yang biasa, atrofi
otot, gangguan dalam berjalan.
7) Sirkulasi : Apakah klien mempunyai riwayat penyakit jantung, edema pulmonal,
penyakit vaskular perifer.
8) Eliminasi : Apakah klien mengalami konstipasi, adanya inkontinensia atau retensi
urine.
9) Makanan/Cairan : Apakah kilen mengalami gangguan bising usus, mual, muntah,
nyeri abdomen, malnutrisi atau obesitas.
10) Nyeri/Kenyamanan : Apakah klien mengalami nyeri di daerah benjolan hernia
walaupun jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium
atau daerah periumbalikal berupa nyeri viseral karena regangan pada mesentrium
sewaktu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia.
11) Keamanan : Apakah klien mempunyai riwayat alergi terhadap makanan dan obat-
obatan.
12) Pernafasan : Apakah klien mempunyai riwayat batuk kronik (penyakit paru
obstruksi menahun).
2. Pengkajian intra operasi untuk pasien HILD yaitu anestesi, waktu pembedahan,
jenis anestesi, posisi anestesi pemasangan alat-alat tambahan, tanda-tanda
vital,pemeriksaan fisik, total cairan masuk dan keluar.
3. Pengkajian untuk post operasi HILD yaitu keluhan saat di ruang recovery room,
keadaan umum, tanda-tanda vital, kesadaran dan pemeriksaan fisik.
Data Subyektif
Pada hemoroid eksterna, umumnya pasien mengeluh :
 Adanya rasa nyeri dan tidak nyaman pada daerah anus
 Adanya rasa gatal pada daerah anus
 Adanya pembengkakan pada pinggir anus (penonjolan yang keluar dari anus)
 Adanya pengeluaran lendir yang berlebihan pada anus.

Pada hemoroid interna, umumnya pasien mengeluh :


 Adanya darah segar menetes dari anus
 Adanya feces yang keluar bercampur dengan darah segar
 Selain itu, data subyektif lain yang mungkin muncul antara lain :
 Pasien mengungkapkan pola sexual yang dialami
 Pasien mengatakan bab yang keras ataupun mengatakan bab encer terus menerus
dalam waktu lama
 Pasien mengungkapkan pola dietnya (Makanan yang kurang berserat) dan kurang
minum air.
 Pasien mengungkapkan tentang aktifitas sehari-hari (apakah pekerjaannya
mengharuskan pasien untuk banyak duduk atau berdiri lama).
 Pasien mengungkapkan riwayat penyakit yang pernah dialami seperti pembesaran
prostat bagi laki-laki dan riwayat persalinan pada wanita.
 Pasien mengungkapkan ketidaktahuannya tentang penyakit yang sedang dialaminya.

Data Obyektif
 Tampak adanya tonjolan/massa yang keluar pada daerah anus (prolaps)
 Anus tampak kemerahan/iritasi dan tampak adanya pruritus
 Adanya darah segar yang keluar menetes dari anus
 Tampak adanya mukus/lendir bahkan pus yang keluar dari anus.
 Adanya strangulasi pada daerah anus
 Pasien tampak pucat, conjunctiva pucat
 Pasien tampak meringis dan sulit saat berjalan maupun duduk
 Pasien tampak gelisah dan cemas

I. Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan intasi kulit/jaringan didaerah anus ditandai dengan
kemerahan pada daerah anus, pasien tampak meringis.
2) Konstipasi berhubungan dengan nyeri pada saat defekasi
3) Risiko infeksi berhubungan dengan prolaps dan strangulasi didaerah anus
4) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya oedema dan pruritus pada
daerah anus ditandai dengan pasien mengeluh gatal dan perih pada daerah anus.
5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya massa atau prolaps pada anus
ditandai oleh pasien sulit untuk berjalan maupun duduk.
6) Ansietas berhubungan dengan faktor psikologis rangsangan simpatis oleh karena
proses inflamasi ditandai dengan pasien tampak ketakutan.
Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa
No Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Nyeri akut a. Dorong pasien untuk a. Mencoba untuk
berhubungan dengan melaporkan nyeri mentoleransi nyeri dari
intasi kulit/jaringan b. Kaji laporan nyeri catat pada meminta analgesik
usus dan pasien lokasi, lamanya b. Perubahan pada
tampak meringis intensitas (skala 0-10) karakteristik nyeri dapat
selidiki dan laporkan menunjukkan terjadinya
perubahan karakteristik komplikasi seperti
nyeri perforasi, toksik.
c. Catat petunjuk non c. Bahasa tubuh/petunjuk
verbal seperti gelisah nonverbal dapat secara
menolak untuk berhati- psikologis dan fisiologik
hati, selidiki perbedaan dan dapat digunakan
petunjuk verbal dan non pada hubungan petunjuk
verbal verbal untuk
d. Berikan tindakan mengidentifikasi
nyaman seperti pijatan luas/beratnya masalah.
punggung, ubah posisi d. Meningkatkan relaksasi,
e. Bersihkan arena rektal memfokuskan kembali
dengan sabun ringan dan perhatian dan
air/lap setelah defekasi meningkatkan
dan berikan perawatan kemampuan koping
kulit seperi jeli, minyak e. Melindungi kulit dari
f. Berikan rendam duduk asam usus, mencegah
dengan tepat ekskoriasi
g. Kolaborasi dengan tim f. Meningkatkan kebersihan
gizi dalam memodifikasi dan kenyamanan pada
diet sesuai dengan adanya iritasi didaerah
kebutuhan misalnya onal
makanan tinggi serat g. Makanan tinggi serat
h. Kolaborasi dalam membantu melembekkan
pemberian obat seperti : feces sehingga feces
Analgesik : Anodin mudah dikeluarkan.
supositoria h. Nyeri bervariasi dari
ringan sampai berat dan
perlu penanganan untuk
memudahkan istirahat
adekuat dan
penyembuhan.
Merilekskan otot rektal
menurunkan nyeri
spasme.
2. Konstipasi a. Catat adanya a. Distensi dan hilangnya
berhubungan dengan distensi abdomen peristaltik usus
nyeri pada saat dan auskultasi merupakan tanda bahwa
defikasi peristaltik usus fungsi defekasi hilang
b. Anjurkan minum yang kemungkinan
2000-2500 ml/hari berhubungan dengan
kecuali bila ada kehilangan persarafan
kontra indikasi parasimpati usus besar
c. Berikan diet rendah dengan tiba-tiba.
sisa, tinggi serat, b. Membantu memperbaiki
lunak sesuai konsistensi feses bila
toleransi konstipasi.
d. Kolaborasi dalam c. Makanan rendah sisa
pemberian pelunak
tinggi serat membantu
feses. Anjurkan
defekasi sesegera memperbaiki konsistensi
mungkin bila
feses
dorongan terjadi
b) Mempermudah defekasi
bila konstipasi terjadi
3 Risiko infeksi 1.   Pantau tanda-tanda 1.      Adanya peningkatan
berhubungan dengan vital, perhatikan suhu tubuh adalah
prolaps dan strangulasi peningkatan suhu tubuh karakteristik infeksi.
didaerah anus 2.   Kaji tanda vital 2.      Tanda adanya syok
dengan sering, catat tidak septik, endotoksin
membaiknya atau sirkulasi menyebabkan
berlanjutnya hipotensi, vasodilatasi, kehilangan
penurunan tekanan nadi, cairan dari sirkulasi dan
takikardia, demam rendahnya status curah
takipnea jantung.
3.   Lakukan pencucian 3.      Menurunkan risiko
tangan yang baik dan infeksi (penyebaran
perawatan prolaps aseptik. bakteri)
Berikan perawatan 4.      Pengetahuan tentang
paripurna. kemajuan situasi
4.   Berikan informasi memberikan dukungan
yang tepat, jujur pada emosi, membantu
pasien/orang terdekat menurunkan ansietas.
5.   Kolaborasi dalam 5.      Mungkin diberikan
memberikan antibiotik secara profilaksi atau
sesuai indikasi menurunkan jumlah
organisme (pada
infeksi yang telah ada
sebelumnya) untuk
menurunkan penyebaran
dan pertumbuhan bakteri

1. Hipotensi, takikardi,
4 PK Anemi 1.   Pantau tanda-tanda peningkatan pernafasan,
vital mengindikasikan
2.   Observasi dan catat kekurangan cairan
frekuensi serta volume unipovolemia), turgor dan
pendarahan kelembaban kulit
3.   Pantau suhu kulit, 2. Perdarahan yang
palpasi denyut perifer dan berlebihan dapat mengacu
warna konjunctiva kepada
4.   Pantau perkembangan hipovolemia/hemoragi
hasil laboratorium 3. Kulit yang
misalnya Hb, Ht dan dingin/lembab, denyut
warna konjunctiva yang lemah
5.   Kolaborasi dalam mengindikasikan
pemberian cairan penurunan sirkulasi
parenteral, produksi darah perifer dan dibutuhkan
dan/atau plasma ekspander untuk penggantian cairan
sesuai petunjuk tingkatkan tambahan
kecepatan IV jika 4. Indikator
diperlukan hidrasi/volume sirkulasi
5. Gantikan kehilangan
cairan yang telah
didokumentasikan catat
waktu penggantian
volume sirkulasi yang
potensial bagi penurunan
komplikasi misalnya
ketidakseimbangan
elektrolit, dehidrasi,
pingsan kardiovaskuler
gerak bahu dan untuk
mencegah ankilosis pada
bahu yang sakit.

1.      Observasi 1. Area ini meningkat


Kerusakan integritas
kemerahan, pucat,
5 kulit berhubungan risikonya untuk kerusakan
ekskoriasi dan pruritus
dengan adanya oedema
2.      Gunakan krim kulit/ dan memerlukan
dan pruritus pada daerah
minyak sesuai yang
arus pengobatan lebih intensif.
direkomendasikan oleh
dokter 2.  Untuk meliarkan kulit
3.      Diskusikan
dan menurunkan gatal
pentingnya perubahan
posisi yang sering, perlu 3.  Meningkatkan
untuk mempertahankan
sirkulasi dan perfusi kulit
aktifitas
dengan mencegah tekanan
lama pada jaringan
hemoroid

1.      Berikan tindakan


Intoleran aktivitas
pengamanan sesuai
6 berhubungan dengan 1.      Aktifitas, jenis
indikasi dengan situasi
adanya massa atau
yang spesifik prosedur yang kurang
prolaps pada anus
2.      Catat  respon-respon
ditandai oleh pasien berhati-hati akan
emosi/perilaku pada
sulit untuk berjalan
imobilisasi. Berikan meningkatkan kerusakan
maupun duduk.
aktivitas yang sesuai
daerah haemoroid
dengan pasien 2.      Imobilisasi yang
3.      Berikan perawatan dipaksakan dapat
hemoroid dengan baik memperbesar kegelisahan.
4.      Kolaborasi dalam Aktivitas pengalihan
pemberian obat analgetik membantu dalam
+ 30 menit sebelum memfokuskan kembali
melakukan aktifitas perhatian pasien dan
meningkatkan koping
dengan keterbatasan
tersebut.
3.      Menurunkan resiko
iritasi pada hemoroid
4.      Antisipasi terhadap
nyeri dapat meningkatkan
ketegangan otot. Obat
dapat merelaksasikan
pasien, meningkatkan rasa
nyaman selama pasien
melakukan aktivitas.

Ansietas berhubungan 1.      Catat petunjuk 1.      Indikator derajat


dengan faktor prilaku misalnya peka ansietas misalnya pasien
7 psikologis/rangsangan rangsang, gelisah dapat merasa tidak
simpatis oleh karena 2.      Dorong menyatakan terkontrol (gelisah)
proses inflamasi perasaan berikan umpan 2.      Membuat hubungan
ditandai dengan pasien balik terapeutik membantu
tampak ketakutan 3.      Berikan informasi pasien dalam
yang akurat dan nyata mengidentifikasi masalah
tentang apa yang yang menyebabkan stress
dilakukan 3.      Keterlibatan pasien
4.      Berikan lingkungan dalam perencanaan
tenang dan istirahat perawatan memberikan
5. .      Kolaboratif dengan rasa kontrol dan
dokter dalam memberikan membantu menurunkan
obat-obat sesuai indikai ansietas.
(obat-obat pemenang) 4.      Memindahkan
pasien dari stres luar
meningkatkan relaksasi,
membantu menurunkan
ansietas.
5.    Dapat digunakan
untuk menurunkan
ansietas dan memudahkan
istirahat.
DAFTAR PUSTAKA

NANDA NIC NOC Asuhan Keperawatan berdasarkan diagnose medis Jilid 2 Penerbit
Mediaction Jogja, 2015

https://id.scribd.com/doc/316220303/Lp-Hemoroid
BAB II
TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN
Nama Mahasiswa : wahyu pratama
NIM : 2014901087 Tgl Pengkajian : 31/12/2020
Ruang rawat : bedah No. Register : 19 36 66
A. IDENTITAS KLIEN
1. Nama : tn s
2. Umur : 54 ahun
3. Jenis kelamin : L
4. Pendidikan : SMA
5. Pekerjaan : petani
6. Tgl masuk RS : 31 /12/2020 Waktu : 14.00WIB
7. Dx. Medis : hemoroid
8. Alamat : tanjungan
B. RIWAYAT KESEHATAN
Cara Masuk : ( ) Melalui IGD ( X) Melalui Poliklinik ( ) Transfer ruangan _________________
Masuk ke Ruangan pada tanggal : 31/12/2020 Waktu : _14.00WIB
Diantar Oleh : ( ) sendiri (X )Keluarga ( ) Petugas Kesehatan ( ) Lainnya __________________
Masuk dengan menggunakan : (X ) Berjalan ( ) Kursi Roda ( ) Brankar ( ) Kruk ( ) Walker
( ) Tripod ( ) Lainnya, Jelaskan _________________________
Status Mental saat masuk : ( ) Kesadaran : COMPOSMENTIS
( ) GCS : E 4 M 6 V 5
Tanda Vital Saat Masuk : TD 130/100mmHg
Nadi 88x/menit ( ) teratur ( ) Tidak teratur ( ) Lemah ( ) Kuat
RR 23x/menit ( ) teratur ( ) Tidak teratur
Nyeri :
Numeric Rating Scale

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No Pain Moderate Worst Possible
Verbal Rating Scale

No Pain Mild Pain Moderate Severe Very Severe Worst Possible

Wong & Baker Faces Rating Scale


Status Lokalis :

Beri kode huruf utk menunjuk status lokalis disamping :


C – Contusion
L – Lacerations
R – Rashes
S – Scars
*Parasite (scabies/lice)
D – Decubitus
T – Tattoo
B – Bruises
X – Body Piercing
P – Pain
O – Other_____________________________

Tinea Pedis: …Ya …Tidak


Jelaskan:

Penilaian Risiko Jatuh

NO PENGKAJIAN SKALA NILAI KET

Tidak 0  
1 Riwayat jatuh yang baru atau < 3 bulan terakhir
Ya 25 0   
Tidak 0  
2 Diagnosa medis sekunder > 1
Ya 15 0   
Alat Bantu Jalan      
a. Bedrest dibantu perawat   0  
3
b. Penopang / Tongkat / Walker   15  
c. Berpegangan pd benda sekitar / furniture   30 0   
Tidak 0  
4 Apakah pasien menggunakan infus
Ya 20 20   
Gaya berjalan / pindah      
a. Normal / Bedrest / immobile tdk dpt bergerak sendiri   0  
5
b. Lemah tidak bertenaga   10  
c. Gangguan / tidak normal (pincang / diseret)   20 0   
Status Mental      
6 a. Sadar penuh   0  
b. Keterbatasan daya ingat   15 0   

JUMLAH SKOR ---


  20------  
Lingkari kategori skor yg diperoleh :
SKOR ∆ KODE
1. Tidak Berisiko, tindakan perawatan dasar 0 - 24 HIJAU
2. Risiko , lakukan tindakan pencegahan jatuh >25 KUNING

1. Keluhan utama saat pengkajian : nyeri pada area anus

2. Riwayat penyakit Sekarang : klien datang ke ruang bedah di antar keluarganya, klien masuk pukul 14,30 dari poli
dengan berjalan kaki dan belum terpasang infus. Klien dating dengan keluhan nyeri pada bagian anus karna
adanya benjolan, nyeri dai rasakan hilang timbul , dengan skala nyeri 5 , muncul saatn klian beraktifitas dan hilang
saat istirahat, terutama saat defekasi , klein mengatakan sulit BAB krana nyeri saat mengejan.
Riwayat Alergi (Obat, Makanan, dll) :tidak ada
Bentuk reaksi alergi yg dialami : tidak ada
3. Daftar obat/Herbal yang sering digunakan sebelum masuk RS :
NAMA FREKUENSI NAMA FREKUENSI MASIH
OBAT/HERBAL OBAT/HERBAL DIGUNAKAN/TIDAK
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

4. Riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit sekarang: tidak ada
5. Riwayat penyakit keluarga : klien mengatakan tidak ada Riwayat penyakit yang sama seperti sekarang

Keterangan :
: klien

6. : perempuan

: Laki- Laki

: Satu rumah

C. ANAMNESIS PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL


1. Pola Manajemen Kesehatan-Persepsi Kesehatan
 Kondisi Kesehatan Umum Klien
( ) Tampak Sehat ( ) Tampak Sakit Ringan ( X ) Tampak sakit sedang
( ) Tampak Sakit Berat

 Upaya menjaga/meningkatkan status kesehatan yg selama ini dilakukan (termasuk berhenti merokok &
manajemen stress)
Klien mengatakan tidak merokok dan selalu mematuhi protocol kesehatan

 Upaya Perlindungan Kesehatan yang dilakukan klien (medical chek up, kunjungan faskes dan JKN/Asuransi)
Klien dating kef askes jika sakit atau merasa badan nya kurang baik
 Upaya pemeriksaan kesehatan mandiri
Klien datang ke faskes atau bidan untuk memeriksakan keadaannya seperti tekanan darah dll
 Riwayat Medis, hospitalisasi & Pembedahan
Tidak ada

Pola Metabolik – Nutrisi


 Kebiasaan Pola Makan sehari-hari dan Saat Dirawat Sekarang (termasuk jenis diet dan takaran, masalah yg
berhubungan dengan konsumsi makanan seperti kesulitan menelan, luka rongga mulut dan kerusakan gigi & gusi)
Pola makan sebelum masuk ke rumah sakit 3 x\hari, saat di rumah sakit 3 x\hari tapi dengan
porsi sedikkt hanya menghabiskan ¼ dari porsi yang di berikan , karna tidak napsu makan dan
merasa cemas dengan keadaan nya
 Energi Metabolik
( X ) merasa lemah ( ) merasa tenaga menurun ( ) mudah lelah
( ) tidak mampu melakukan aktifitas ( ) tidak ada tenaga

 Persepsi klien tentang BB nya (Hanya untuk klien dg kesadaran penuh)


( X ) Merasa BB normal ( ) Merasa BB Lebih ( ) Merasa sangat gemuk ( ) Merasa kurus

2. POLA ELIMINASI
 Eliminasi buang air kecil (b.a.k), jika pasien menggunakan kateter cek kelancaran aliran, tgl pemasangan dan
volume, karakteristik urine dalam urine bag
; klien bak 4 kali sehari tidak ada masalah , tidak menggunkan cateter urine

3. POLA AKTIFITAS SEHARI-HARI


 Aktifitas sehari-hari & masalah kesehatan anggota gerak tangan dan kaki, ketergantungan dalam ADL (mandiri,
parsial, total care)
Klien mampu berjalan dan bergerak tidak ada gangguan pada ektremitas klien, aktifitas dpat di
lakukan secara mandiri
4. POLA ISTIRAHAT – TIDUR
 Kebiasaan tidur (durasi tidur, tingkat kesegaran setelah bangun tidur, penyebab gangguan tidur, penggunaan
obat/alat bantu tidur)
Klien mengatakan saat di rumah klien tidur 7n sd 8 jam , pada saat di rumah sakit klien hanya
tertidur 4 sd 5 jam saja di karna kan cemas dan juga nyeri yg dirasakan oleh klien.
5. POLA PERSEPSI KOGNITIF
 Gambaran tentang indera khusus (tajam penglihatan/pendengaran, perabaan, rasa kebas/kesemutan)
Tidak ada gangguan
 Kognitif (tingkat pendidikan terakhir, kemampuan mengambil keputusan, kemampuan mengingat)
Kemampuan mengingat klien cukup baik dan tidak ada gangguan ingatan
 POLA KONSEPSI DIRI – PERSEPSI DIRI
 Keadaan sosial (pekerjaan, status marital, konsep diri)
Klien adalah seorang ayah dan kepala keluarga yang baik, bekerja sebagai petani untuk
membantu memenuhu kebutuhan keluarga nya sehari hari
6. POLA HUBUNGAN PERAN (Peran dlm keluarga dan masyarakat, hubungan dg keluarga dan masyarakat)
Peran klien di dlam keluarga adalah sebagai kepala keluarga dan hubungan dengan keluarga dan masyarakat cukup
baik dan tidak ada masalah
7. POLA REPRODUKTIF – SEKSUALITAS
Tidak terkaji
8. .POLA TOLERANSI TERHADAP STRESS – KOPING
Klien jika ada masalah bercerita kepada isti dan keluarga nya untuk meminta pendapat dan
semangat
9. POLA KEYAKINAN – NILAI
Klien adalah seorang muslim melaksanakan ibadah solat tepat waktu meskipun di rawat di
rumah sakit
D. PEMERIKSAAN FISIK
TANDA – TANDA VITAL : TD : 130/100mmHg, Nadi : 88x/menit ( ) kuat ( ) lemah
( x ) Teratur ( ) Tidak teratur RR : 23 x/mnt ( ) teratur ( ) tidak
Teratur. Irama nafas : ( ) normal ( ) Cheyne Stokes ( ) Biot
( ) Kussmaul ( ) Hyperventilasi ( ) Apneustik
STATUS MENTAL : ( ) composmentis ( ) Delirium ( ) Somnolen ( ) Stupor ( ) Koma
1. Kepala : tidak ada luka , tidak ada benjolan pada kepala bersih
2. Leher : tidak ada pembesaran vena juglaris dan kelenjar tiroid

3. Thorax ( Jantung & Paru):


a. Inspeksi : dada simetris tidak terdapat luka dan gangguan lain
b. Palpasi : fremitus taktil sama dan pengembangan sama antara kiri dan kana
c. Perkusi : terdengar suara di seluruh lapang dada jantung dan paru redup
d. Auskultasi : suara nafas vesikuler dan tidak ada suara bunyi jantung tambahan
4. Abdomen
a. Inspeksi : cembung tampak terlihan distensi abdomen
b. Auskultasi :peristaltic usus terdengar 26x/menit
c. Palpasi : terdapat masa dan tidak ada nyeri tekan perut teraba kencang
d. Perkusi : tidak ada kelemahan bunyi tympani
5. Punggung & Tulang Belakang : punggung simetris tidak ada pembengkakan dan luka dikubitus
6. Genetalia & Rektum : pada rectum terdapat benjolan saat pengkajain, tidak terpasang cateter urine
7. Ekstremitas Atas & Bawah : tidak ada gangguan terpasang infus di tangan sebelah kiri dengan cairan Nacl 21
tetes /menit

8. Kekuatan otot : normal dengan skor 5


E. PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK
(Laboratorium, Radiologi, USG, CT Scan, MRI, Kultur, dll bila diperlukan buat dalam bentuk daftar / table hasil
pemeriksaan yg menunjukkan perkembangan hasil pemeriksaan)

Hb 14 g/dl
Leukoasit 9.500 mm
Trombosit 200 000 mm
Gds 120 mg/dl
Ureum 50 mg/dl
Creatinine 1,1 mg/dl
Natrium 140 mmol/l
Kalium 4,5 mmol/l
Klorida 100 mmol/l

F. DAFTAR TERAPI (OBAT, CAIRAN, dll)


NAMA DOSIS MULAI INDIKASI EFEK SAMPING
RUTE PEMBERIAN PEMBERIAN (lihat DOI) (lihat DOI)
Dexketoprofen 2x1 31 – 12 – 2020 Meredakan nyeri Pusing mual
pumpicel 2x1 31- 12- 2020 Tungkak abdomen Nyeri perut
kembung mual
RL Per 8 jam 21 tpm 31- 12- 2020 Kebutuhan cairan Odem gatal dan
alergi
G. SKALA BRADEN UNTUK PREDIKSI RISIKO LUKA TEKAN

Nama Klien : Jenis Kelamin : L / P No. Register : Tanggal Penilaian Risiko :

PARAMETER TEMUAN SKOR


4
Persepsi Sensori 1. Tidak merasakan/respon thd 2. Gangguan sensori pada bagian 3. Gangguan sensori pada 1 atau 4. Tidak ada gangguan sensori,
stimuli nyeri, menurun ½ permukaan tubuh atau hny 2 ekstremitas atau berespon berespon penuh terhadap
kesadaran berespon pd stimuli nyeri, tdk pd perintah verbal tp tdk perintah verbal.
dpt menkomunikasikan selalu mampu mengatakan
ketidaknyamanan ketidaknyamanan
3
Kelembaban 1. Selalu terpapar oleh keringat 2. Kulit Lembab 3. Kulit kadang-kadang lembab 4. Kulit kering
atau urine basah
4
Aktivitas 1. Tergeletak di tempat tidur 2. Tidak bisa berjalan 3. Berjalan pada jarak terbatas 4. Dapat berjalan sekitar
ruangan
4
Mobilitas 1. Tidak mampu bergerak 2. Tidak dapat merubah posisi 3. Dapat merubah posisi 4. Dapat merubah posisi tidur
secara tepat dan teratur ekstremitas mandiri tanpa bantuan
1. Tidak dapat menghabiskan 2. Jarang mampu menghabiskan 3. Mampu menghabiskan lebih 4. Dapat menghabis kan porsi 4
Nutrisi 1/3 porsi makannya, sedikit ½ porsi makanannya atau dari ½ porsi makannya Makannya, tidak memerlukan
minum, puasa atau NPO intake cairan kurang dari suplementasi nutrisi.
lebih dari 5 hari jumlah optimum
1. Tidak mampu mengangkat 2. Membutuhkan bantuan 3. Dapat bergerak bebas tanpa 3
Gesekan badannya sendiri, atau minimal mengangkat gesekan
spastik, kontraktur atau tubuhnya
gelisah
22
SKOR
Diadopsi dari Braden & Bergstom (1998), AHCPR (2008) Skor : 15 – 18 berisiko, 13 – 14 risiko sedang, 10 – 12 risiko tinggi, ≤ 9 risiko sangat tinggi
FORMAT ANALISIS DATA
Nama Klien : tn s
Dx. Medis : hemoroid
Ruang : bedah
No. MR : 19 36 66
N TANGGAL DATA MASALAH ETIOLOGI
O KEPERAWATAN
JAM
1 DS :klien mengatakan merasa ansietas Rencana
cemas dengan Tindakan operasi Tindakan
31/12/20
yang akan di lakukan operasi
Klien mengatakan belum pernah di
operasi sebelumnya
DO :klien tampak gelisah
Klien tampak tegang dan pucat
Klien tampak sering bertanya
kepada perawat mengenai
penyakitnya
Klien sering berkemih
Td 110/100 n:88x/mnt rr: 23x/mnt
2 31/12/20 DS :klien mengatakan nyeri pada Nyeri akut Agen
area anus pencedera
fisiologis
Klien mengatakan nyeri hilang
timbul saat mengejan atau
beraktifitas
DO :klien tampak meringis
Skala nyeri 5
Tampak ada benjolan pada area
anus
Td 110/100 N:88X/mnt rr:23x/mnt
FORMAT ANALISIS DATA
Nama Klien : tn s
Dx. Medis : hemoroid
Ruang : bedah
No. MR : 19 36 66
N TANGGAL DATA MASALAH ETIOLOGI
O KEPERAWATAN
JAM
3 DS : klien mengatakan sulit bab konstipasi Nyeri aat
karna nyeri saat bab defeksi
1/1/2021
Klien mengatakan belum bab 1 hari
setelah operasi

DO : tampak terdapat luka post


operasi area anus klien
Tampak distensi abdomen

DS :

DO :
DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Klien : tn s
Dx. Medis : hemoroid
Ruang : bedah
No. MR : 19 36 66

1.ansietas berhubungan dengan rencana tindakan operasi

2.nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik

3.......................................................................................................................................

4.......................................................................................................................................

HARI KE-2 : Tanggal 1/1/2021


1.ansietas berhubungan dengan rencana tindakan operasi

2.nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik

3.konstipasi berhubungan dengan nyeri saat defakasi

4.......................................................................................................................................

HARI KE-3 : Tanggal 2/1/2021


1...nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik

2. konstipasi berhubungan dengan nyeri saat defekasi

3.......................................................................................................................................

4.......................................................................................................................................
FORMAT RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnosa
Tujuan
No Tanggal Keperawatan dan Rencana Tindakan Rasional Paraf
( SMART )
Data Penunjang
1 31/12/2 Ansietas b/d Setelah dilakukan -monitor tanda tanda -mengetahui tanda
0 rencana Tindakan asuhan keperawatan ansietas (verbal dan non tanda anssietas klien
operasi Di harapkan ansietas verbal) -melakukan
Ds: klien mengeluh pada klien dapat -komunikasi teraupetik pendekatan supaya
cemas dengan teratasi dengan untuk meyakinkan klien pasien tidak merasa
Tindakan operasi kriteria hasil: -dengarkan dengan cemas Wahyu
yang akan di -prilaku gelisah penuh perhatian -menjadi pendengar pratama
lakukan menurun -motivasi klien dalam yang baik bagi klien
Do: tampak gelisah -prilaku tegang situasi yang memicu -adanya keluarga
Tampak tegang menurun kecemasan membantu
Wajah tampak -pola berkemih -anjurkan keluarga untuk mengurangi
pucat membaik tetap Bersama klien kecemasan klien
Sering berkemih -tekanan darah
Sering bertanya normal
kepada perawat -pucat menurun
tentang penyakitnya
Td : 110/100
N : 88 x/mnt
Rr : 232 x/mnt
FORMAT RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnosa
Tujuan
No Tanggal Keperawatan dan Rencana Tindakan Rasional Paraf
( SMART )
Data Penunjang
2 31/12/2 Nyeri akut b/d agen Setelah di lakukan -identifikasi lokasi, Mengetahui
0 pencedera fisik asuhan keperawatan karakteristik, penyebab nyeri
Ds: klien di harapkan nyeri frekuensi,kualiatas,dan -mengetahui tingkat
mengatakan nyeri akut klien dapat intensitas nyeri nyeri
pada area anus teratasi dengan -identifikasi skala nyeri -merelaksasi dalam
Klien mengatakan kriteria hasil: -ajarkan Teknik relaksasi mengurangi nyeri Wahyu
nyeri dating saat -keluhan nyeri nafas dalam -mematau tanda pratama
beraktifitas menurun -monitor ttv klien tanda vilat klien
mengejan -meringis menurun -kolaborasi pemberian -mengurangi nyeri
Do:tampak meringis -kemampuan theraphy analgetik secara farmakologi
Skala nyeri 5 menggunakan Teknik
Terdapat benjolan relaksasi non
pada area anus farmakologi
Td:110/100 meningkat
N: 88x/mnt -ttv dalam batas
Rr: 23x/mnt normal

FORMAT RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnosa
Tangga Tujuan
No Keperawatan dan Rencana Tindakan Rasional Paraf
l ( SMART )
Data Penunjang
3 1/1/21 Konstipasi b/d nyeri Setelah di lakukan -periksa tanda dan -mengetahui tanda
saat defekasi asuhan keperawatan di gejala konstipasi tanda konstipasi
Ds: klien harapkan konstipasi -monitor luka post -memantau luka post
mengatakan sulit pada klien berkurang operasi hemoroid op
bab karna nyeri saat dengan kriteria hasil: -anjurkan -cairan mempermudah
defekasi -distensi abdomen peningkatan asupan pengeluaran feses Wahyu
Do: tampak luka menurun cairan -latih bertahap buang pratama
post operasi di area -mempraktekkan bab -latih buang air besar air besar
anus secara bertahap secara teratur -mempermudah
Tampak distensi -kolaborasi pemberian penegluaran feses
abdomen therapy analgetik secara farmakologi

FORMAT CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI

Nama Klien : tn s
Dx. Medis : hemoroid
Ruang : bedah
No. MR : 19 36 66
HASIL ASESMEN PASIEN & PEMBERI PELAYANAN Review dan
Profesional
Tanggal (Tulis dengan format SOAP/ADIME, disertai Sasaran. Verifikasi DPJP
Pemberi Instruksi PPA termasuk instruksi pasca
dan Jam Tulis Nama, beri Paraf pada akhir catatan) (tulis nama, paraf
Asuhan bedah (instruksi ditulis dengan rinci)
tanggal dan jam)
31/12/20 ners S:-klien mengatajan merasa cemas dengan Tindakan Reduksi ansietas
operasi -memonitor tanda tanda ansietas
-klien mengatakan nyeri pada area anus -menggunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
O: -tampak gelisah -memotivasi klien dalam situasi yang
-tampak tegang memicu kecemasan
-wajah tampak pucat -menganjurkan keluarga selalu
-klien tampak sering berkemih Bersama klien
-klien sering bertanya mengenai penyakitnya Manajemen nyeri
-tampak meringis -mengidentifikasi
-terdapat benjolan pada area anus karakteristik,frekuensi, kualitas dan
Td:110/100mmhg intensitas nyeri
N:88x/mnt RR:23x/mnt -mengidentifiksi skala nyeri
-menganjurkan Teknik relaksasi napas
A: ansietas dalam
Nyeri akut -memonitor ttv klien
-berkolaborasi pemberian analgetik
P:-lakukan reduksi ansietas
-lakukan manajemen nyeri

FORMAT CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI


Nama Klien : tn s
Dx. Medis : hemoroid
Ruang : bedah
No. MR : 19 36 66
HASIL ASESMEN PASIEN & PEMBERI PELAYANAN Review dan
Profesional
Tanggal (Tulis dengan format SOAP/ADIME, disertai Sasaran. Verifikasi DPJP
Pemberi Instruksi PPA termasuk instruksi pasca
dan Jam Tulis Nama, beri Paraf pada akhir catatan) (tulis nama, paraf
Asuhan bedah (instruksi ditulis dengan rinci)
tanggal dan jam)
1/1/2021 ners S:-klien mengatakan rasa cemas nya berkurang Reduksi ansietas
setelah opersi -memonitor tanda tanda ansietas
-klien mengatakan nyeri pada luka post operasi -memotivasi klie dalam situasi yg
-klien mengatakan sulit bab karna nyeri saat memicu cemas
melakukan defekasi atau mengejan -menganjurkan keluarga untuk tetap
Bersama klie
O:klien tampak rilek tapi terkadang gelisah Menejemen nyeri
-klien tampak meringis -mengidentifikasi karakteristik,freluensi,
-skala nyeri 5 kualitas dan intensitas nyeri
-tampak luka post operasi hemoroid area anus -mengidentifikasi skala nyeri
-tampak distensi abdomen -memonitor ttv klien
-td:110/90 mmhg N:88x/mnt RR:22x/mnt -Berkolaborasi pemberian analgetic
Menejemen konstipasi
A: -ansietas -monitor luka post op hemoroid
-nyeri akut -latih buang air besar bertahap
-konstipasi -anjurkan peningkatan asupan cairan
klien
P:- lakukan reduksi ansietas
-lakukan manajemen nyeri
-lakukan menejemen ansietas
FORMAT CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI

Nama Klien : tn s.
Dx. Medis : hemoroid
Ruang : bedah
No. MR : 19 36 66
HASIL ASESMEN PASIEN & PEMBERI PELAYANAN Review dan
Profesional
Tanggal (Tulis dengan format SOAP/ADIME, disertai Sasaran. Verifikasi DPJP
Pemberi Instruksi PPA termasuk instruksi pasca
dan Jam Tulis Nama, beri Paraf pada akhir catatan) (tulis nama, paraf
Asuhan bedah (instruksi ditulis dengan rinci)
tanggal dan jam)
ners S:-klien mengatakan sudah tidak cemas lagi Menejemen nyeri
2/1/21 -klien mengatakan nyeri pada luka post operasi -Mengkaji skala nyeri klien
hemoroid -menganjurkan melatih nafas dalam
-klien mengatakan sudah bisa bab dan mengejan -memonitor ttv
secara perlahan lahan -berkolaborasi pemberiam therapy
analgetic
O:-klien tampak lebih rileks Menejemen konstipsi
-klien tampak meringis -monitor luka post operasi klien
-skala nyeri 4 -latih buang air besar secara bertahap
-distensi abdomen berkurang -menganjurkan meingkatkan asupan
Td: 110/90 mmhg N: 88x/mnt rr: 23x/mnt cairan klien

A:-nyeri akut
Ansietas

P:manajemen nyeri
Manajemen ansietas

Ket : Pada Kolom 3 dan 4 tulis ulang hasil catatan dan instruksi dr. Kolom 5 Review DPJP dilakukan oleh dosen pembimbing akademik atau
instruktur klinik
BAB III
PEMBAHASAN

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan kepada pasien Tn.B dengan diagnosa
Hemoroid di ruangan bedah RSUD Dr. H. Bob Bazar, SKM Kalianda 31 desember 2020
s/d 2 januari 2021 (Selama 3 hari) dalam 3 hari tersebut penulis telah mencoba
menerapkan dan mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan hemoroid
sesuai dengan teori-teori yang ada dan beberapa hal yang perlu dibahas dan di perhatikan.
Penerapan kasus keperawatan tersebut penulis telah berusaha mencoba menerapkan
proses Asuhan Keperawatan pada klien hemoroid sesuai dengan teori-teori yang ada
untuk melihat lebih jelas Asuhan Keperawatan yang diberikan dan sejauh mana
keberhasilan yang dicapai akan diuraikan sesuai dengan prosedur keperawatan dimulai
dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah tahap pertama dalam proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam mengumpulkan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien.
Pengkajian keperawatan ditunjukkan pada respon pasien terhadap masalah
kesehatan yang berhubungan dengan kebutuhan dasar manusia (Nursalam, 2001).
Dalam melakukan pengkajian pada pasien Tn. B data didapatkan dari pasien,
beserta keluarga dan catatan medis serta tenaga kesehatan lain.
Pengkajian adalah merupakan tahap yang sistematis dalam pengumpulan data
tentangindividu, keluarga, dan kelompok yang meliputi identitas. Didalam tinjauan
teoritis umur diatas 20 tahun dan laki laki memiliki resiko terkena penyakit
hemoroid.
A. Riwayat penyakit sekarang
Saat melakukan pengkajian riwayat kesehatan sekarang penulis tidak menemukan
kesenjangan terhadap tanda dan gejala yang ditemukan ditinjauan kasus yaitu :
tidak ada perdarahan karena hemoroid yang dialami oleh pasien hemoroid eksterna,
nyeri yang dirasakan pasien

38
B. Riwayat penyakit dahulu
Saat melakukan pengkajian riwayat kesehatan dahulu penulis menemukan bahwa
pasien, memiliki riwayat hipertensi, dan memiliki riwayat maag.
C. Riwayat Kesehatan keluarga
Saat melakukan pengkajian riwayat kesehatan keluarga dari genogram keluarga,
pasien mengatakan bahwa dikeluarga pasien tidak ada satu pun keluarga yang
menderita penyakit yang sama dengan pasien dan menderita penyakit keturunan
lainnya
D. Pemeriksaan fisik
Saat melakukan pengkajian pemeriksaan fisik pada pasien Tn. B tidak didapatkan
kesenjangan data antara antara tinjauan teoritis dengan data yang ditemukan pada
saat melakukan pengkajian pemeriksaan fisik (tinjauan kasus) dikarenakan dalam
pemeriksaan fisik ini sangat penting dilakukan untuk menggali sejauh mana
perkembangan penyakit dan kondisi pasien saat ini.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (
status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana
perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi
secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurun, membatasi, mencegah dan
merubah.
Pada tinjauan teoritis ditemukan 3 kemungkinan diagnosa keperawatan dan pada
tinjauan kasus penulis menemukan 3 diagnosa yang sama dengan tinjauan kasus.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada tinjauan kasus adalah:
1. Ansietas b/d rencana Tindakan operasi di tandai dengan klien tampak
gelisah,tampak tegang,wajah tampak pucat, tampak sering berkemih , klien
selalu bertanya tanya mengenai penyakit nya, TD :130/100 mmhg nadi: 88x/mnt
RR: 23X/mnt
2. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis di tandai dengan klien mengatakan
nyeri di bagian area anus , tampak meringis, skala nyeri 5, terdapat benjolan
pada area anus, TD:130/100mmhg , nadi: 88x/mnt , Rr: 23x/mnt

39
3. Konstipasi b/d nyeri saat defekasi di tandai dengan klien mengatakan sulit BAB
karena nyeri saat defekasi, tampak luka post operasi area anus, tampak distensi
abdomen.
Secara teoritis diagnosa yang ditemukan pada klien anemia:
1. Ansietas berhubungan dengan rencana Tindakan operasi
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
3. Konstipasi berhubungan dengan nyeri saat defekasi

4. Intervensi keperawatan
Dalam penyususnan rencana tindakan keperawatan kepada klien berdasarkan
prioritas masalah yang ditemukan tidak semua tindakan pada teotis dapat ditegakan
pada tinjauan kasus karena tindakan pada tinjauan kasus di sesuaikan dengan
keluhan dan kedaan klien pada saat pengkajian.

Untuk diagnosa pertama yaitu ansietas berhubungan dengan rencana Tindakan


operasi .
Rencana tindakan penulis yaitu,monitor tanda tanda ansietas(verbal dan non
verbal),gunakan pendekatan yang meyakinkan (komunikasi teraupeti),dengarkan
keluhan dengan penuh perhatian, anjurkan keluarga untuk tetap Bersama klien. Dari
intervensi yang saya lakukan tidak semua yang ada diteoritis yang saya masukan
hanya sebagian tindakan dama melakukan asuhan keperawatan terhadap klien

Diagnosa kedua yaitu,nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisik.


Rencana Tindakan penulis yaitu, identifikasi karakteristik,frekuensi, lokasi,
kualitas,intensitas nyeri, kaji skala nyeri, anjurkan Teknik relaksasi nafas dalam,
monitor ttv klien, kolaborasi pemberian therapy analgetic.
Dari intervensi yang saya lakukan tidak semua yang ada diteoritis yang saya
masukan hanya sebagian tindakan dama melakukan asuhan keperawatan terhadap
klien.

40
Diagnosa ketiga penulis menulis mengambil post operasi yang di lakukan di hari
kedua yaitu, konstipasi berhubungan dengan nyeri saat defekasi
Rencana Tindakan penulis yaitu, periksa tanda dan gejala konstipasi, monitor luka
post operasi hemoroid, anjurkan peningkatan asupan cairan, latih buang air besar
secara perlahan dan teratur, kolaborasi pemberian therapy analgetic.
Dari intervensi yang saya lakukan tidak semua yang ada diteoritis yang saya
masukan hanya sebagian tindakan dama melakukan asuhan keperawatan terhadap
klien

5. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah suatu serangkaian tindakan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kedalam suatu kasus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil
yang diharapkan.
Setelah rencana tindakan ditetapkan maka dilanjutkan dengan melakukan rencana
tersebut dalam bentuk nyata, dalam melakukan asuhan keperawatan pada Tn,S
dengan hemoroid. Tindakan dilakukan sesuai dengan rencana yang dibuat.

Untuk diagnosa pertama yaitu ansietas berhubungan dengan rencana Tindakan


operasi ,memonitor tanda tanda ansietas, menggunakan pendekatan yang tenang
dan meyakinkan, memotivasi klien dalam situasi yang memicu kecemasan,
menganjurkan keluarga selalu Bersama klien

Diagnosa kedua yaitu,nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisik,


mengidentifikasi karakteristik,frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri,
mengidentifiksi skala nyeri, menganjurkan Teknik relaksasi napas dalam,
memonitor ttv klien, berkolaborasi pemberian analgetik.

41
Diagnosa ketiga penulis menulis mengambil post operasi yang di lakukan di hari
kedua yaitu, monitor luka post operasi klien, latih buang air besar secara bertahap,
menganjurkan meingkatkan asupan cairan klien.

6. Evaluasi
Tujuan yang dinginkan sata melakukan intervensi dan implemntasi pada Tn.S
sudah tercapai karena setelah dilakuakn asuhan keperawatan selama 3 hari pada
Tn.S didapatkan hasil bahwa hari pertama memperlihat kan belum ada perubahan
dari dua diagnose yang di ambil yaitu ansietas dan nyeri akut,karena pada hari
pertama klien masih merasa cemas dan bingung terkait Tindakan operasi yang akan
di lakukan dan juga ada benjolan yang terasa nyei hilang timbul pada area anus
klien, dan pada hari kedua kondisi Tn.S memperlihatkan sedikit perubahan, karena
pada hari kedua klien sudah di lakukan Tindakan operasi hemorid, cemas mulai
berkurang , namun nyeri masih terasa karena telah di lakukan insisi atau Tindakan
operasi dan terdapat lukap pos op pada area anus klien, namun hari ketiga Tn.S
mengalami perubahan yang baik untuk diagnose pertama dan kedua , penulis
menambah kan diagnosa ke tiga yaitu konstipasi karena pada hari ketiga klien
mengeluh sulit BAB, distensi abdomen , tetapi sudah di lakukan intervensi dan
implementasi dan sudah mulai berkurang untuk konstipasinya, karena pada hari
ketiga pucat mulai berkurang, mulai berlatih bab secara perlahan . Sedangkan
dalam melakukan aktivitas klien dibantu oleh keluarganya sampai keadaan klien
benar benar pulih Kembali.

42
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn.S dengan hemoroid di RSUD
Dr.H. Bob Bazar, SKM Kalianda, dapat disimpulkan:
1. Pengkajian
Saat dilakukan pengkajian ditemukan data-data sesuai dengan penyakit klien
yaitu hemoroid dan nantinya data tersebut akan menjadi dasar bagi penulis untuk
menegakkan diagnosa dalam melakukan tindakan keperawatan.
2. Diagnosa
Berdasarkan data yang didapat, ditemukan tiga diagnosa pada kasus Tn. S
 Ansietas berhubungan dengan rencana Tindakan operasi
 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
 Konstipasi berhubungan dengan nyeri saat defekasi
3. Intervensi keperawatan
Intervensi yang dilakukan mengacu pada diagnosa yang ditegakkan dan dibuat
sesuai pada buku SIKI dapat berupa tindakan observasi, terapetik, edukasi, dan
kolaborasi.
4. Implementasi
Implementasi yang dilakukan diruangan lebih difokuskan pada tindakan
keperawatan yang berisfat observasi, terapetik, edukasi, dan kolaborasi.
5. Evaluasi
Evaluasi dapat berupa respon verbal, respon non verbal dan hasil pemeriksaan.

B. Saran
1. Bagi Institusi
Diharapkan dapat menjadi sumber bacaan dan daftar pustaka bagi mahasiswa/i
Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang dalam menerapkan ilmu dan asuhan
keperawatan pada klien dengan anemia.

43
2. Bagi Lahan Praktek
Diharapkan bagi petugas kesehatan untuk menerapkan asuhan keperawatan pada
klien dengan anemia

3. Bagi Penulis
Diharapkan dapat menjadi koreksi dan pedoman bagi penulis tentang asuhan
keperawatan hemoroid selanjutnya.

44
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth.2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta:
EGC

Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6.
Jakarta:

EGC

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River

Marlyn E. Doenges, 2002. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
New

Jersey: Upper Saddle River

Patrick Davay, 2002, At A Glance Medicine, Jakarta, EMS

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika

Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta:
DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP
PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
DPP PPNI
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.

45

Anda mungkin juga menyukai