Disusun Oleh :
CINDY DENTI P.
NIM. 150070300113019
PROFESI NERS
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
I.
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI HEMORROID
Hemoroid dalah varises dari pleksus hemoroidalis yang menimbulkan
keluhan dan gejala gejala.Varises atau perikosa : mekarnya pembuluh darah atau
vena (pleksus hemoroidalis) sering terjadi pada
Hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen atau lebih vena-vena hemoroidales
(bacon) (Kapita Selekta Kedokteran).
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis yang tidak
merupakan keadaan patologik (Buku Ajar Ilmu Bedah). Hemoroid adalah dilatasi
varikosus vena pleksus hemoroidalis inferior atau superior, akibat peningkatan
tekanan vena yang persisten (Kamus Kedokteran Dorland).
Hemoroid adalah bagian vena yang berdolatasi kanal anal. Hemoroid dibagi
menjadi 2, yaitu hemoroid interna dan eksterna. Hemoroid interna merupakan
varises vena hemoroidalis superior dan media dan hemoroid eksterna merupakan
varises vena hemoroidalis inferior. Sesuai dengan
hemoroid eksterna timbul disebelah luar otot sfingter ani, dan hemoroid interna
timbul di sebelah dalam sfingter. (Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah).
B. ETIOLOGI
Faktor predisposisi merupakan faktor penyebab yang berasal dari herediter,
anatomi, makanan, psikis dan sanitasi. Sedangkan sebagai faktor presipitasi adalah
faktor mekanis (kelainan sirkulasi parsial dan peningkatan tekanan intra abdominal).
Menurut Tambayong (2000) faktor predisposisi dapat diakibatkan dari kondisi
hemoroid. Hemoroid berdarah akibat dari hipertensi portal kantong-kantong vena
yang melebar menonjol ke dalam saluran anus dan rectum. Apabila terjadi trombosis,
ulserasi, dan perdarahan maka akan menimbulkan nyeri. Darah segar sering tampak
sewaktu defekasi atau mengejan. Menurut Smeltzer dan Bare (2002) hemoroid
sangat umum terjadi pada usia 50-an. 50% individu mengalami berbagai tipe
hemoroid berdasarkan vena yang melebar. Faktor penyebab terjadinya hemoroid
adalah sebagai berikut:
Kehamilan.
Usia tua.
Diare kronik.
Hemoroid eksternal, berasal dari dari bagian distal dentate line dan dilapisi
oleh epitel skuamos yang telah termodifikasi serta banyak persarafan
pada
bagian
inferior
serta
memiliki
serabut
saraf
nyeri
(Corman,2004)
D. PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan normal sirkulasi darah yang melalui vena hemoroidalis
mengalir dengan lancar sedangkan pada keadaan hemoroid terjadi gangguan aliran
darah balik yang melalui vena hemoroidalis. Gangguan aliran darah ini antara lain
dapat disebabkan oleh peningkatan tekanan intra abdominal. Apabila aliran darah
vena balik terus terganggu maka dapat menimbulkan pembesaran vena (varices)
yang dimulai pada bagian struktur normal di regio anal, dengan pembesaran yang
melebihi katup vena dimana sfingter ani membantu pembatasan pembesaran
tersebut. Hal ini yang menyebabkan pasien merasa nyeri dan feces berdarah pada
hemoroid interna karena varices terjepit oleh sfingter ani. Peningkatan tekanan intra
abdominal menyebabkan peningkatan vena portal dan vena sistemik dimana
tekanan ini disalurkan ke vena anorektal. Arteriola regio anorektal menyalurkan
darah dan peningkatan tekanan langsung ke pembesaran (varices) vena anorektal.
bahw
ketika
dibandingkan
dengan
sigmodoskopi
meski
belum
banyak
Hal
ini
akan
mencegah
pada
sumukosa
rubber
band
dapat digunakan
untuk
pembuluh darah
tersebut
diligasi
jaringan
dilakukan
dilakukan
untuk
hemoroid
dengan
(American
mengeksisi jaringan
TERAPI FARMAKOLOGI
Obat-obat farmakologis hemoroid dapat dibagi atas empat macam, yaitu:
Obat yang memperbaiki defekasI.
Terdapat dua macam obat yaitu suplement serat (fiber suplement) dan pelicin
tinja (stool softener). Suplemen serat komersial yang yang banyak dipakai antara
lain psylium atau isphaluga Husk (ex.: Vegeta, Mulax, Metamucil, Mucofalk) yang
berasal dari kulit biji plantago ovate yang dikeringkan dan digiling menjadi bubuk.
Obat ini bekerja dengan cara membesarkan volume tinja dan meningkatkan
peristaltik usus. Efek samping antara lain ketut dan kembung. Obat kedua adalah
laxant atau pencahar (ex.: laxadine, dulcolax, dll).
Obat simptomatik
Bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa gatal, nyeri,
atau kerusakan kulit di daerah anus. Jenis sediaan misalnya Anusol, Boraginol
N/S dan Faktu. Sediaan yang mengandung kortikosteroid digunakan untuk
mengurangi radang daerah hemoroid atau anus. Contoh obat misalnya Ultraproct,
Anusol HC, Scheriproct.
Obat penghenti perdarahan
Perdarahan menandakan adanya luka pada dinding anus atau pecahnya
vena hemoroid yang dindingnya tipis. Psyllium, citrus bioflavanoida yang berasal
dari jeruk lemon dan paprika berfungsi memperbaiki permeabilitas dinding
pembuluh darah.
Obat penyembuh dan pencegah serangan
Menggunakan Ardium 500 mg dan plasebo 32 tablet selama 4 hari, lalu 22
tablet selama 3 hari. Pengobatan ini dapat memberikan perbaikan terhadap gejala
inflamasi, kongesti, edema, dan prolapse.
II.
ASUHAN KEPERAWATAN
Data Subyektif
Pada hemoroid eksterna, umumnya pasien mengeluh :
dialami
seperti
Diagnosa Keperawatan
1)
2)
3)
4)
5)
daerah anus.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya massa atau prolaps pada anus
6)
Diagnosa
Keperawatan
Nyeri
akut
berhubungan
dengan
intasi
kulit/jaringan
usus
dan pasien tampak
meringis
Intervensi
Rasional
a. Mencoba
untuk
mentoleransi nyeri dari
pada meminta analgesik
b. Perubahan
pada
karakteristik nyeri dapat
menunjukkan terjadinya
komplikasi
seperti
perforasi, toksik.
c. Bahasa tubuh/petunjuk
nonverbal dapat secara
psikologis dan fisiologik
dan dapat digunakan
pada hubungan petunjuk
verbal
untuk
mengidentifikasi
luas/beratnya masalah.
d. Meningkatkan relaksasi,
memfokuskan
kembali
perhatian
dan
meningkatkan
kemampuan koping
e. Melindungi
kulit
dari
asam usus, mencegah
ekskoriasi
f. Meningkatkan
kebersihan
dan
kenyamanan
pada
adanya iritasi didaerah
onal
g. Makanan tinggi serat
membantu melembekkan
feces sehingga feces
mudah dikeluarkan.
h. Nyeri
bervariasi
dari
ringan sampai berat dan
perlu penanganan untuk
memudahkan
istirahat
adekuat
dan
penyembuhan.
Merilekskan otot rektal
menurunkan
nyeri
spasme.
2.
Konstipasi
berhubungan
dengan nyeri pada
saat defikasi
a.
b.
c.
d.
Catat
adanya
distensi
abdomen
dan
auskultasi
peristaltik usus
Anjurkan
minum
2000-2500 ml/hari
kecuali bila ada
kontra indikasi
Berikan diet rendah
sisa, tinggi serat,
lunak
sesuai
toleransi
Kolaborasi
dalam
pemberian pelunak
feses.
Anjurkan
defekasi sesegera
mungkin
bila
dorongan terjadi
serat
membantu
memperbaiki konsistensi
feses
b) Mempermudah defekasi
bila konstipasi terjadi
Risiko
infeksi
berhubungan
dengan
prolaps dan strangulasi
didaerah anus
PK Anemi
1. Pantau tanda-tanda
vital,
perhatikan
peningkatan suhu tubuh
2.
Kaji tanda vital
dengan sering, catat tidak
membaiknya
atau
berlanjutnya
hipotensi,
penurunan tekanan nadi,
takikardia,
demam
takipnea
3.
Lakukan pencucian
tangan yang baik dan
perawatan
prolaps
aseptik.
Berikan
perawatan paripurna.
4.
Berikan informasi
yang tepat, jujur pada
pasien/orang terdekat
5.
Kolaborasi dalam
memberikan
antibiotik
sesuai indikasi
1.
Adanya peningkatan
suhu
tubuh
adalah
karakteristik infeksi.
2.
Tanda adanya syok
septik,
endotoksin
sirkulasi
menyebabkan
vasodilatasi, kehilangan
cairan dari sirkulasi dan
rendahnya status curah
jantung.
3.
Menurunkan risiko
infeksi
(penyebaran
bakteri)
4.
Pengetahuan
tentang kemajuan situasi
memberikan
dukungan
emosi,
membantu
menurunkan ansietas.
5.
Mungkin diberikan
secara profilaksi atau
menurunkan
jumlah
organisme (pada
infeksi yang telah ada
sebelumnya)
untuk
menurunkan penyebaran
dan pertumbuhan bakteri
1. Hipotensi, takikardi,
1. Pantau tanda-tanda peningkatan pernafasan,
vital
mengindikasikan
kekurangan
cairan
unipovolemia), turgor dan
kelembaban kulit
2.
Perdarahan
yang
berlebihan
dapat
mengacu
kepada
hipovolemia/hemoragi
3.
Kulit
yang
dingin/lembab,
denyut
yang
lemah
mengindikasikan
penurunan
sirkulasi
perifer dan dibutuhkan
untuk penggantian cairan
tambahan
Kerusakan
integritas
kulit
berhubungan
dengan adanya oedema
dan
pruritus
pada
daerah arus
4.
Indikator
hidrasi/volume sirkulasi
5. Gantikan kehilangan
cairan
yang
telah
didokumentasikan catat
waktu
penggantian
volume sirkulasi yang
potensial bagi penurunan
komplikasi
misalnya
ketidakseimbangan
elektrolit,
dehidrasi,
pingsan kardiovaskuler
gerak bahu dan untuk
mencegah ankilosis pada
bahu yang sakit.
1. Area
ini
meningkat
memerlukan
Intoleran
aktivitas
berhubungan
dengan
adanya massa atau
prolaps
pada
anus
ditandai oleh pasien
sulit
untuk
berjalan
1.
Observasi
kemerahan,
pucat,
1.
Aktifitas,
jenis
ekskoriasi dan pruritus
2.
Gunakan krim kulit/
prosedur yang kurang
minyak
sesuai
yang
akan
direkomendasikan
oleh berhati-hati
dokter
meningkatkan kerusakan
daerah haemoroid
maupun duduk.
3.
Diskusikan
pentingnya
perubahan
posisi yang sering, perlu
untuk
mempertahankan
aktifitas
2.
Imobilisasi yang
dipaksakan
dapat
memperbesar
kegelisahan.
Aktivitas
pengalihan
membantu
dalam
memfokuskan
kembali perhatian pasien
dan meningkatkan koping
dengan
keterbatasan
tersebut.
3.
Menurunkan resiko
iritasi pada hemoroid
4.
Antisipasi terhadap
nyeri dapat meningkatkan
ketegangan otot. Obat
dapat
merelaksasikan
pasien,
meningkatkan
rasa nyaman selama
pasien
melakukan
aktivitas.
1.
Berikan tindakan
pengamanan
sesuai
indikasi dengan situasi
yang spesifik
2.
Catat
responrespon
emosi/perilaku
pada imobilisasi. Berikan
aktivitas
yang
sesuai
dengan pasien
3.
Berikan perawatan
hemoroid dengan baik
4.
Kolaborasi dalam
pemberian obat analgetik 1.
Indikator derajat
Ansietas berhubungan + 30 menit sebelum ansietas misalnya pasien
dengan
faktor melakukan aktifitas
dapat
merasa
tidak
psikologis/rangsangan
terkontrol (gelisah)
simpatis oleh karena
2.
Membuat hubungan
proses
inflamasi
terapeutik
membantu
ditandai dengan pasien
pasien
dalam
tampak ketakutan
mengidentifikasi masalah
yang
menyebabkan
stress
3.
Keterlibatan pasien
dalam
perencanaan
perawatan memberikan
rasa
kontrol
dan
membantu menurunkan
ansietas.
4.
Memindahkan
pasien dari stres luar
1.
Catat
petunjuk meningkatkan relaksasi,
prilaku misalnya peka membantu menurunkan
rangsang, gelisah
ansietas.
2.
Dorong menyatakan 5.
Dapat digunakan
perasaan berikan umpan untuk
menurunkan
balik
ansietas
dan
3.
Berikan informasi memudahkan istirahat.
yang akurat dan nyata
tentang
apa
yang
dilakukan
4.
Berikan lingkungan
tenang dan istirahat
5. .
Kolaboratif dengan
dokter dalam memberikan
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, H. A. A. 2007.Riset keperawatan dan Tekhnik Penulisan Ilmiah. Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika.
Basuki, Ngudi. 2007. Pengaruh teknik distraksi dan relaksasi terhadap penurunan
tingkat nyeri pada pasien fraktur ekstremitas bawah. Dikutip tanggal 1 Oktober
2014
dari
website
http:/www.poltekes-soeproen.ac.id/?
prm=artikel&yar=detail&id=27.
Carpenito, L. J. 2001. Buku saku diagnosa keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Chandrasoma, T. 2006. Ringkasan patologi anatomi. Edisi2. Jakarta: EGC.
Corwin, E. J. 2000. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC
Doenges, M. E. 2000. Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.
Guyton, A. C. Hall, S. E. 1997. Fisiologi Kedokteran. Irawati Setiawan. Edisi 9. Jakarta:
EGC.
Jong, W. D. Syamsuhidayat, R. 2000. Buku ajar ilmu bedah, Editor: R.Syamsuhidajat,
W. D. Jong, Edisi revisi. Jakarta:EGC.
Mansjoer, A. 2000. Kapita selekta kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Media
Aeskulapius.
Nanda. 2011. Pedoman diagnosa keperawatan, Alih Bahasa Budi Sentosa. Jakarta:
Arima Medika.
Sudoyo Aru, dkk 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, 2, 3, edisi keempat.
Internal Publishing. Jakarta