Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. T


DENGAN DIAGNOA MEDIS HEMOROID
DI RUANG ANGGREK RSUD WATES

Oleh

TRI AYU WIDIYANTI 2520142516


ULI NUHA FATMAYA 2520142517

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2016
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan ini dibuat untuk memenuhi tugas Praktik Klinik


Keperawatan (PKK) Kebutuhan Medikal Bedah (KMB) I Semester IV

Wates, 14 Mei 2016

Mengetahui,

Pembimbing Klinik Rumah Sakit Pembimbing Klinik Akademik

( ) ( )

Mahasiswa

( Tri Ayu Widiyanti ) (Uli Nuha Fatmaya)


2520142516 2520142517
BAB I
PENDAHULUAN

Hemoroid adalah penyakit yang sangat umum dijumpai. Yunani, haem


= blood (darah), rhoos = flowing (mengalir). Merupakan suatu penyakit yang
terjadi pada anus dimana bibir anus mengalami bengkak yang kadang disertai
pendarahan. Setiap orang pasti memiliki hemoroid, Cuma karena ukurannya
hemoroid diabaikan. Hemoroid adalah pembesaran pembuluh darah vena di
daerah anus. Pembuluh darah vena adalah pembuluh darah balik yang bertugas
untuk mengantarkan darah kembali ke jantung. Pembuluh darah vena adalah
pembuluh darah yang berdinding tipis dan elastis. Karena sifatnya yang tipis dan
elastis, adanya tekanan yang meninggi atau bendungan akan membuat dinding
vena melebar menampung darah. Individu mengalami berbagai tipe hemoroid
berdasarkan luas vena yang terkena.
Berdasarkan lokasinya, bila pembuluh darah vena di bagian dalam anus yang
membesar tepat nyamasih di daerah usus besar (rektum), dinamakan Hemoroid
Interna. Sedangkan bila yang membesar adalah vena di daerah lubang anus, maka
disebut sebagai Hemoroid Eksterna. Hemoroid sangat umum terjadi. Sekitar 75%
orang akan menderita hemoroid di satu masa kehidupannya. Biasanya hemoroid
ini akan dialami orang dewasa, dengan puncak usia 45-65 tahun. Laki-laki dan
wanita mempunyai risiko yang sama untuk menderita hemoroid. Tetapi pada
wanita hamil, kejadian hemoroid meningkat. Walaupun keadaan ini tidak
mengancam jiwa, tetapi dapat menyebabkan perasaan yang tidak nyaman.
Berdasarkan hal ini kelompok kami tertarik untuk membahas penyakit hemoroid.
Berdasarkan penelitian sepuluh juta orang di Indonesia dilaporkan menderita
hemoroid dengan prevalensi lebih dari 4%. Penelitian di ruang endoskopi RSCM
Jakarta pada bulan Januari 2000 sampai dengan 2001 adalah 414 pasien yang
dilakukan kolonoskopi, ada 108 kasusu hemoroid (26.09%). Di rumah sakit yang
sama pada tahun 2005 menemukan 9%. Di rumah sakit Wira Bakti Semarang
yang berobat pada tahun 2008 sebanyak 1575 kasus bedah, dan 252 pasien adalah
kasus hemoroid 16% (Karaman, 2005)
Pada penderita hemoroid parah terkadang sulit diobati sehingga bisa diberi
tindakan operasi penggangkatan wasir yang bisa memberikan efek samping yang
terkadang tidak baik. Oleh sebab itu kelompok kami membahas makalah
mengenai hemoroid untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga
kesehatan agar tidak terjangkit penyakit hemoroid dan agar para pembaca
mengetahui apa penyebab dan cara menghindari penyakit hemoroid.
Makalah ini kami susun agar perawat dan mahasiswa calon perawat mampu
melakukan asuhan keperawatan yang sesuai dengan prosedur dan teori yang
benar.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Menurut beberapa ahli, hemoroid dijabarkan sebagai berikut:
1.) Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di
daerah anus yang berasal dari plexus hemorrhoidalis (Sudoyo, 2009).
2.) Hemoroid adalah kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih vena
hemoroidalis di daerah anorektal. Hemoroid bukan sekedar pelebaran
vena hemoroidalis, tetapi bersifat lebih kompleks yakni melibatkan
beberapa unsur berupa pembuluh darah, jaringan lunak dan otot di sekitar
anorektal (Felix, 2006).
3.) Hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen atau lebih vena-vena
hemoroidales (Bacon). Patologi keadaan ini dapat bermacam-macam,
yaitu thrombosis, ruptur, radang, ulserasi, dan nekrosis (Mansjoer, 2008).

Hemoroid dapat diklasifikasikan atas hemoroid eksterna dan interna.


Hemoroid interna adalah pleksus vena hemoroidalis superior di atas garis
mukokutan dan ditutupi oleh mukosa (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005).
Sedangkan menurut Sudoyo (2009), hemoroid interna dibagi berdasarkan
gambaran klinis yaitu derajat 1-4 :
1. Derajat 1: Bila terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps ke luar
kanal anus. Hanya dapat dilihat dengan anorektoskop.
2. Derajat 2: Pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau
masuk sendiri ke dalam anus secara spontan.
3. Derajat 3: Pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke dalam
anus dengan bantuan dorongan jari.
4. Derajat 4: Prolaps hemoroid yang permanen. Rentan dan cenderung
untuk mengalami trombosis dan infark.
B. Patofisiologi
Menurut Price dan Wilson (2006), serta Sudoyo (2009) patofisiologi
hemoroid adalah akibat dari kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan
venous rektum dan vena hemoroidalis. Hemoroid timbul karena dilatasi,
pembengkakan atau inflamasi vena hemoroidalis yang disebabkan oleh
faktor-faktor risiko/ pencetus dan gangguan aliran balik dari vena
hemoroidalis. Faktor risiko hemoroid antara lain faktor mengedan pada buang
air besar yang sulit, pola buang air besar yang salah (lebih banyak memakai
jamban duduk, terlalu lama duduk di jamban sambil membaca, merokok),
peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor (tumor usus, tumor
abdomen), kehamilan (disebabkan tekanan janin pada abdomen dan
perubahan hormonal), usia tua, konstipasi kronik,diare kronik atau diare akut
yang berlebihan, hubungan seks peranal, kurang minum air, kurang makan
makanan berserat (sayur dan buah), kurang olahraga/imobilisasi.
Telah diajukan beberapa faktor etiologi yaitu konstipasi, diare, sering
mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prostat, fibroid uteri,
dan tumor rectum. Penyakit hati kronis yang disertai hipertensi portal sering
mengakibatkan hemoroid, karena vena hemoroidalis superior mengalirkan
darah kedalam sistem portal. Selain itu sistem portal tidak memiliki katup,
sehingga mudah terjadi aliran balik. Aliran balik vena dari kolon dan rektum
superior adalah melalui vena mesenterika superior, vena mesentrika inferior,
dan vena hemoroidalis superior (bagian dari sistem portal yang mengalirkan
darah ke hati). Vena hemoroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke
venailiaka sehingga merupakan bagian sirkulasi sistemik. Terdapat
anastomosis antara vena hemoroidalis superior, media, dan inferior, sehingga
tekanan portal yang meningkat dapat menyebabkan terjadinya aliran balik ke
dalam vena dan mengakibatkan hemoroid (Price dan Wilson, 2006).
C. Tanda gejala
Secara umum, tanda gejala orang yang mengalami hemoroid adalah
sebagai berikut :
Mengeluarkan darah saat buang air besar.
Muncul benjolan di sekitaar anus yang di dalamnya terdapat pembuluh
darah balik (vena), otot jaringan ikat elastis. Benjolan tersebut akan
membesar sesaat namun sebaliknya akan kembali mengecil saat rebahan
Timbul rasa nyeri pada saat buang air besar akibat rangsangan saraf di
sekitar anus. Bila wasir terjadi penggesekan dengan feses atau tinja yang
keras, maka akan menyebabkan iritasi hingga luka sehingga menjadi
pendarahan
Penderita wasir biasanya susah duduk tenang karena ada pembengkakkan
di rektum yang menyebabkan rasa nyeri
Gejala klinis hemoroid dapat dibagi berdasarkan jenis hemoroid (Villalba
dan Abbas, 2007) yaitu:
1.) Hemoroid internal
a. Prolaps dan keluarnya mukus.
b. Perdarahan.
c. Rasa tak nyaman.
d. Gatal.
2.) Hemoroid eksternal
a. Rasa terbakar.
b. Nyeri (jika mengalami trombosis).
c. Gatal.

D. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan hitung darah lengkap untuk mendeteksi kadar
hematokrit dan adanya anemia.
b. Pemeriksaan anoskopi
Penilaian dengan anoskopi diperlukan untuk melihat hemoroid
internal yang tidak menonjol ke luar. Anoskop dimasukan dan diputar
untuk mengamati ke-4 kuardan. Hemoroid internal terlihat sebagai
struktur vaskuler yang menonjol kedalam lumen. Apabila penderita
diminta mengedan sedikit, ukuran hemoroid akan membesar dan
penonjolan atau prolaks akan lebih nyata.
c. Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa
keluhan bukan disebabkan oleh prows radang atau prows keganasan
ditingkat yang lebih tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan
fisiologik saja atau tanda yang menyertai.

d. Komplikasi
Komplikasi hemoroid antara lain :
1. Luka dengan tanda rasa sakit yang hebat sehingga pasien takut mengejan
dan takut berak. Karena itu, tinja makin keras dan makin memperberat
luka di anus.
2. Infeksi pada daerah luka sampai terjadi nanah dan fistula (saluran tak
normal) dari selaput lendir usus/anus.
3. Perdarahan akibat luka, bahkan sampai terjadi anemia.
4. Jepitan, benjolan keluar dari anus dan terjepit oleh otot lingkar dubur
sehingga tidak bisa masuk lagi. Sehingga, tonjolan menjadi merah, makin
sakit, dan besar. Dan jika tidak cepat-cepat ditangani dapat busuk.
(Dermawan, 2010)

e. Pengkajian keperawatan
1. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan.
a) Keadaan lingkungan yang tenang (nyaman)
b) Pengetahuan tentang perawatan post operasi.
c) Apa harapan klien setelah operasi.
2. Pola nutrisi metabolik
a) Kepatuhan diet.
3. Pola eliminasi
a) Perdarahan
b) Pola buang air besar dan buang air kecil.
c) Mengejan
d) Kebersihan setelah buang air besar dan buang air kecil.
4. Pola aktivitas dan latihan
a) Aktivitas yang menimbulkan nyeri
b) Kelemahan
5. Pola tidur dan istirahat
a) Gangguan tidur akibat nyeri
6. Pola persepsi kognitif
a) Tindakan yang dilakukan bila timbul nyeri.
7. Pola persepsi dan konsep diri
a) Kecemasan
f. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri b.d adanya luka operasi.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan luka post operasi
3. Resiko tinggi infeksi b.d adanya luka operasi di daerah anorektal.

4. Perencanaan dan tindakan keperawatan


1. Nyeri b.d adanya luka operasi.
a. Tujuan
Nyeri berkurang setelah perawatan 2x24 jam dengan KH:
Skala nyeri 0-1
Wajah pasien tampak rileks.
b. Intervensi :
Kaji skala nyeri
Rasional : Menentukan tingkat nyeri, untuk menentukan
tindakan yang tepat.
Anjurkan teknik nafas dalam dan pengalihan perhatian.
Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri.
Berikan posisi supinasi
Rasional : Mengurangi regangan pada daerah anorectal.
Observasi tanda-tanda vital.
Rasional : Identifikasi dini komplikasi nyeri.
Berikan bantalan flotasi di bawah bokong saat duduk.
Rasional : Menghindari penekanan pada daerah operasi.
Kolaborasi untuk rendaman duduk setelah tampon diangkat.
Rasional : Kehangatan meningkatkan sirkulasi dan membantu
menghilangkan ketidaknyamanan.
Kolaborasi pelunak feses dan laksatif
Rasional : Feses yang keras menekan insisi operasi.
Kolaborasi untuk pemberian terapi analgetik.
Rasional : Mengurangi nyeri.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan luka post operasi
a. Tujuan
Tidak terjadi gangguan mobilitas setelah dilakukan perawatan 1x24
jam dengan KH :
Klien mampu melakukan aktivitas sesuai keadaan untuk
memenuhi kebutuhan sendiri
Klien dapat mempertahankan posisi yang fungsional
b. Intervensi :
Kaji kemampuan klien terhadap aktivitas
Rasional : untuk mengetahui seberapa kemampuan klien
Anjurkan pada klien untuk meningkatkan aktivitas secara
bertahap
Rasional : untuk menghindari kekakuan pada otot
Hindari duduk dengan posisi yang tetap dalam waktu lama
Rasional : menghindari regangan pada anorectal
Lakukan ROM
Rasional : untuk menghindari kekakuan pada ekstremitas
Ubah posisi secara periodik sesuai dengan keadaan klien
Rasional : mencegah terjadinya luka dekubitus atau komplikasi
kulit
3. Resiko tinggi infeksi b.d adanya luka operasi di daerah anorektal.
a. Tujuan
Tidak terjadi infeksi setelah perawatan 2x24 jam KH:
Luka sembuh dengan baik.
Tanda-tanda vital dalam batas normal.
b. Intervensi :
Observasi tanda-tanda vital.
Rasional : Peningkatan nilai tanda-tanda vital merupakan
indikator dini proses infeksi.
Berikan rendaman duduk setiap kali setelah buang air besar
selama 1-2 minggu.
Rasional : Mematikan kuman penyebab infeksi.
Kaji daerah operasi terhadap pembengkakan dan pengeluaran
pus.
Rasional : Merupakan tanda-tanda infeksi.
Ganti tampon setiap kali setelah bab.
Rasional : Mencegah infeksi.
Kolaborasi untuk pemberian terapi antibiotika.
Rasional : Membunuh bakteri yang menyebabkan infeksi.

4. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan kehilangan cairan


sekunder akibat drainase, menurunnya motivasi untuk minum cairan
sekunder akibat keletihan.
a. Tujuan
Tidak terjadi penurunan turgor kulit setelah dilakukan tindakan
perawatan selama 2x24 jam dengan KH :
Mendemonstrasikan keseimbangan cairan yang adekuat,
ditunjukkan dengan tanda-tanda vital stabil, (nadi berkualitas
baik, turgor kulit normal, membran mukosa lembab dan
pengeluaran urine individu yang sesuai).
b. Intervensi:
Ukur dan catat intake dan output dan tinjau ulang catatan intra
operasi
Rasional : dokumentasi yang akurat akan membantu dalam
mengidentifikasi pengeluaran cairan atau kebutuhan
penggantian dan pilihan-pilihan yang mempengaruhi intervensi:
hipertensi, takhikardi, peningkatan pernafasan mengidentifikasi
kekurangan cairan (dehidrasi atau hipovolemia).
Catat munculnya mual atau muntah
Rasional : mual selama 12-24 jam post operasi umumnya
dihubungkan dengan anestesi. Mual berlebihan lebih dari 3 hari
mungkin dihubungkan dengan pilihan narkotik pengontrol sakit
atau terapi obat lain.
DAFTAR PUSTAKA

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu


Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009.
Felix. 2006. Duduk, Salah, Berdiri, Juga Salah. Farmacia Majalah Kedokteran dan
Farmasi. Jakarta
Mansjoer, Arif, dkk, (2008), Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media
Aesculapius
R. Sjamsuhidajat. Jong, W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah . Edisi 2. Jakarta : EGC.

Price, A. S., Wilson M. L., 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Alih Bahasa: dr. Brahm U. Penerbit. Jakarta: EGC

Villalba, H., Abbas, M.A., 2007. Hemorrhoids: Modern Remedies for an Ancient
Disease. The Permanente Journal 11 (2): 74-76.
Deden Dermawan, T. R. (2010). Keperawatan Medikal Bedah.Yogyakarta:
Gosyen Publishing

Anda mungkin juga menyukai